SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
MEKANIKA TANAH
“KEMAMPUMAMPATAN TANAH”
SHALEH AFIF HASIBUAN
DANDY PERMANA ABDI
EKA FADLI RASYID
ZAL EFENDI
RENDY DWI JAYA
KEMAMPUMAMPATAN TANAH
Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat
menyebabkan lapisan tanah di bawahnya mengalami
pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh
adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel,
keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan lain
sebagainya. Semua faktor tersebut mempunyai hubungan
dengan keadaan tanah yang bersangkutan
KEMAMPUMAMPATAN TANAH
Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh
pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
Penurunan konsolidasi (consolidation settlement)
Merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya
air yang menempati pori-pori tanah.
Penurunan segera (immediate settlement)
Merupakan akibat dari deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa
adanya perubahan kadar air.
Perhitungan penurunan segera umunya didasarkan pacta penurunan yang diturunkan
dari teori elastisitas
PENURUNAN KONSOLIDASI
(consolidation settlement)
1
PENURUNAN KONSOLIDASI
Bila suatu lapisan tanah jenuh air diberi penambahan beban, angka
tekanan air pori akan naik secara mendadak. Pada tanah berpasir
yang tembus air (permeable), air dapat mengalir dengan cepat
sehingga pengaliran air pori keluar sebagai akibat dari kenaikan
tekanan air pori dapat selesai dengan cepat.
Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya
volume tanah. Berkurangnya volume tanah tersebut dapat
menyebabkan penurunan lapisan tanah tersebut.
Karena air pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar
dengan cepat, maka penurunan segera dan penurunan konsolidasi
terjadi bersamaan.
PENURUNAN KONSOLIDASI
Bila suatu lapisan tanah lempung jenuh air yang memampumampat
(compressible) diberi penambahan tegangan, maka penurunan
(settlement) akan terjadi dengan segera. Koefisien rembesan
lempung sangat kecil dibandingkan dengan koefisien rembesan
pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang disebabkan oleh
pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu
yang sangat lama.
Jadi untuk tanah lempung lembek perubahan volume yang
disebabkan oleh keluarnya air dari dalam pori (yaitu konsolidasi)
akan terjadi sesudah penurunan segera. Penurunan konsolidasi
biasanya jauh lebih besar dan lebih lambat dibandingkan dengan
penurunan segera.
PENURUNAN KONSOLIDASI
Deformasi sebagai fungsi waktu (time-dependent deformation) dari
tanah lempung yang jenuh air dapat menggunakan suatu model
reologis yang terdiri dari suatu pegas elastis linear yang
dihubungkan secara paralel dengan sebuah dashpot (lihat gambar).
Hubungan tegangan-tegangan dari pegas dan dashpot yaitu :
Pegas : . . . . . (1)
Dashpot : . . . . . (2)
dimana : = tegangan
= regangan
= konstanta pegas
= konstanta dashpot
t = waktu
PENURUNAN KONSOLIDASI
Reaksi viskoelastik untuk tegangan dalam gambar dibawah
(Model Kelvin) dapat dinyatakan :
. . . . . (3)
PENURUNAN KONSOLIDASI
Apabila tegangan yang besarnya tetap, diberikan pada saat t=0,
maka persamaan tegangan pada saat t dapat diperoleh dengan cara
menyelesaikan persamaan (3) sehingga menjadi
Karena dianggap sama dengan nol, maka :
. . . . . (5)
. . . . . (4)
PENURUNAN KONSOLIDASI
Perilaku dari variasi hubungan antara
regangan dan waktu ditunjukkan pada
persamaan (4) dan di tunjukkan
pada gambar disamping. Pada saat t=∞,
regangan akan mendekati harga
maksimum .
Regangan ini adalah regangan yang
hanya dialami oleh pegas sebagai akibat dari pemberian
tegangan apabila dashpot tidak dipasang dalam model reologis
diatas. Distribusi tegangan pada suatu saat t antara pegas dan
dashpot dapat diperoleh dari persamaan (3) dan (4)
PENURUNAN KONSOLIDASI
Bagian dari tegangan yang dipikul oleh pegas :
Bagian dari tegangan yang dipikul oleh dashpot :
. . . . . (6)
. . . . . (7)
Catatan :
PENURUNAN KONSOLIDASI
Gambar disamping menunjukkan variasi
hubungan antara s dan d terhadap
waktu. Pada saat t=0, tegangan
semuanya dipikul oleh dashpot. Bagian
dari tegangan yang dipikul oleh pegas
bertambah secara perlahan-lahan,
sedangkan tegangan yang dipikul oleh
dashpot akan berkurang dengan
kecepatan yang sama seperti
penambahan tegangan yang dipikul oleh
pegas. Pada saat t=∞, tegangan dipikul
seluruhnya oleh pegas
PENURUNAN KONSOLIDASI
d
Berdasarkan teori tersebut juga dapat
dianalisis yang terjadi pada suatu lapisan
lempung jenuh air yang diberi penambahan
tegangan (lihat gambar). Suatu lapisan
lempung jenuh air dengan ketebalan H yang
diapit oleh dua lapisan pasir diberi
penambahan tegangan total
secara cepat.
Penambahan tegangan total tersebut akan
diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal
ini berarti bahwa penambahan tegangan total
akan terbagi sebagian ke tegangan efektif
dan sebagian lagi ke tekanan air pori.
Perilaku perubahan tegangan efektif akan
sama seperti perilaku pegas pada model kelvin
dan perilaku tekanan air pori akan sama
seperti perilaku dashpot
“. . . . . (8)
dimana : = penambahan tegangan efektif
= penambahan tegangan air pori
PENURUNAN KONSOLIDASI
Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat rendah dan air
adalah tidak termampatkan (incompressible) dibandingkan dengan butiran
tanah, pada saat t = 0, seluruh penambahan tegangan akan dipikul oleh
air pada seluruh kedalaman lapisan tanah, tidak sedikit pun dari
penambahan tegangan tersebut dipikul oleh butiran tanah (jadi,
penambahan tegangan efektif = 0). Keadaan ini adalah serupa dengan
perilaku pada model Kelvin pada saat t = 0 dimana dan .
PENURUNAN KONSOLIDASI
Sesaat setalah pemberian penambahan tegangan pada lapisan
lempung, air dalam ruang pori mulai tertekan dan akan mengalir
ke luar dalam dua arah menuju lapisan pasir. Dengan proses ini,
tekanan air pori pada tiap-tiap kedalaman pada lapisan lempung
akan berkurang secara perlahan, dan tegangan yang dipikul oleh
butiran tanah ( tegangan efektif) akan bertambah.
“Jadi, pada saat 0 < t < ∞,
PENURUNAN KONSOLIDASI
Tetapi besarnya ’ pada tiap-tiap kedalaman adalah tidak sama,
tergantung pada jarak minimum yang harus ditempuh oleh air
pori untuk mengalir ke lapisan pasir yag berada di atas atau di
bawah lapisan lempung. Keadaan ini adalah serupa dengan perilaku
model Kelvin untuk 0 < t < ∞ , dimana tegangan yang dipikul oleh
pegas bertambah sedangkan tegangan yang dipikul oleh dashpot
tersebut adalah sama dengan besar penambahan tegangan pada
pegas.
PENURUNAN KONSOLIDASI
Secara teori pada saat t = ∞, seluruh kelebihan tekanan air pori
sudah hilang dari lapisan tanah lempung, jadi . Sehingga
penambahan tegangan total akan dipikul oleh butir tanah /
struktur tanah.
Keadaan ini serupa dengan
perilaku pegas-dashpot,
dimana pada saat t = ∞,
dan
PENURUNAN KONSOLIDASI
Tetapi besarnya ’ pada tiap-tiap kedalaman adalah tidak sama,
tergantung pada jarak minimum yang harus ditempuh oleh air
pori untuk mengalir ke lapisan pasir yag berada di atas atau di
bawah lapisan lempung. Keadaan ini adalah serupa dengan perilaku
model Kelvin untuk 0 < t < ∞ , dimana tegangan yang dipikul oleh
pegas bertambah sedangkan tegangan yang dipikul oleh dashpot
tersebut adalah sama dengan besar penambahan tegangan pada
pegas.
“Proses keluarnya air dari dalam pori-pori
tanah secara perlahan-lahan, sebagai akibat
dari adanya penambahan beban, yang
disertai dengan pemindahan kelebihan
tekanan air pori ke tegangan efektif akan
menyebabkan terjadinya penurunan yang
merupakan fungsi dari waktu
( time- dependent settlement ) pada lapisan
tanah lempung.
UJI KONSOLIDASI SATU DIMENSI
di laboratorium
2
UJI KONSOLIDASI
SATU DIMENSI
Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi
pertama kali diperkenalkan oleh Terzaghi. Pengujian
tersebut dilakukan di dalam sebuah Konsolidometer
(oedometer). Skema Konsolidometer ditunjukkan seperti
gambar disamping. Contoh tanah diletakkan di dalam
cincin logam dengan dua buah batu berpori diletakkan di
atas dan di bawah contoh tanah tersebut ukuran contoh
tanah yang digunakann biasanya adalah diameter 2,5
inch(63,5 mm) dan tebal 1 inchi (25,4 mm). Pembebanan
pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan
beban pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan
(compression) contoh tanah di ukur dengan menggunakan
skala ukur dengan skala mikrometer . Contoh tanah selalu
direndam air selama percobaan. Tiap –tiap beban
biasanyan diberikan selama 24 jam. Setelah itu, beban dinaikkan samapai dengan dua kali lipat beban
sebelumnya, dan pengukuran pemampatan di teruskan. Pada saat percobaan selesai, berat kering dari
contoh tanah ditentukan.
UJI KONSOLIDASI
SATU DIMENSI
Bentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dan waktu adalah
seperti yang ditunjukkan dalam gambar disamping. Dari grafik tersebeut dapat dilihat
bahwa ada tiga tahapan berbeda yang dapat dijalankan yaitu :
Tahap I
pemampatan awal (initial compreession),yang
umumnya disebabkan oleh pembebanan awal (
preloading)
Tahap II
konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu
periode selama tekanan air pori secara lambat laun
dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat
dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
Tahap III
konsolidasi sekuder (secondary consolidation),yang
terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya.
Pemampatan yang terjadi di sini disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
GRAFIK
angka pori - tekanan
3
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
Setelah mendapatkan grafik antara waktu dan pemampatan untuk
besar pembebanan yang bermacam-macam dari percobaan di
laboratorium, selanjutnya penting untuk mempelajari perubahan
angka pori terhadap tekanan.
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
Berikut ini langkah pelaksanaannya :
1. Hitung tinggi butiran padat Hs pada
contoh tanah (lihat gambar
disamping)
. . . . . (9)
dimana :
Ws = berat kering contoh tanah
A = luas penampang contoh tanah
Gs = berat spesifik contoh tanah
= berat volume air
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
2. Hitung tinggi awal dari ruang pori
Hc
Hc = H - Hx
3. Hitung angka pori awal dari
contoh tanah
dimana :
H = tinggi awal contoh tanah
. . . . . (10)
. . . . . (11)
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
4. Untuk penambahan beban pertama
p1 (beban total) menyebabkan
penurunan , hitung perubahan
angka pori
didapat dari pembacaan awal
dan akhir pada skala ukur untuk
beban sebesar p1
. . . . . (12)
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
5. Hitung angka pori yang baru
setelah konsolidasi yang disebabkan
oleh penambahan tekanan p1
. . . . . (13)
Untuk beban berikutnya, yaitu p2 (beban
kumulatif per satuan luas contoh
tanah), yang menyebabkan
penambahan sebesar , angka
pori pada saat akhir konsolidasi
dapat dihitung dengan
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
Dengan melakukan yang sama, angka pori pada saat
akhir konsolidasi untuk semua penambahan beban
dapat diperoleh tekanan total (p) dan angka pori
yang bersangkutan (e) pada akhir konsolidasi
digambarkan pada kertas gambar semi- logaritma.
Bentuk umum dari grafik e versus log p ditunjukkan
pada gambar disamping yang menunjukkan bahwa
bagian atas dari grafik e versus log p adalah garis
lengkung dengan kemiringan yang agak datar,
kemudian diikuti dengan bagian grafik yang
mempunyai hubungan linear antara angka pori
dengan log p yang mempunyai kemiringan agak
curam.
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
Bila suatu tanah di lapangan dengan kedalaman
tertentu telah mengalami tekanan efektif
maksimum akibat berat tanah diatasnya (maximum
effective overbuden pressure) , maka pada saat tanah
tersebut dilakuakn uji konsolidasi, suatu pemampatan
yang kecil (yaitu perubahan angka pori yang kecil)
akan terjadi bila beban total yang diberikan lebih
kecil dari tekanan efektif overbuden maksimum.
apabila beban total yang diberikan pada saat
percobaan adalah lebih besar dari tekanan efektif
overbuden maksimum , maka perubahan angka pori
yang terjadi adalah lebih besar. Dan hubungan
antara e versus log p menjadi linear dan memiliki
kemiringan yang tajam.
GRAFIK
ANGKA PORI - TEKANAN
Keadaan ini dapat dilihat dengan cara membebani
contoh tanah melebihi tekanan overburden
maksimumnya lalu beban tersebut diangkat
(unloading) dan diberikan lagi (reloading). Grafik e
versus log p untuk keadaan diatas dapat dilihat dari
gambar di samping, dimana cd menunjukkan
keadaan pada saat beban diangkat dan dfg
menunjukkan keadaan pada saat beban diberikan
kembali.
LEMPUNG YANG TERKONSOLIDASI NORMAL
(NORMALLY CONSOLIDATED)
dan terlalu terkonsolidasi (over-consolidated)
4
NORMALLY CONSOLIDATED
DAN OVER CONSOLIDATED
Dari keadaan sebelumnya, mengarah kepada definisi tegangan :
Terkonsolidasi normal (normally consolidated)
dimana tekanan efektif overbuden pada saat ini adalah merupakan tekanan maksimum
yang pernah dialami oleh tanah itu.
Terlalu terkonsolidasi (overconsolidated)
Dimana tekanan efektif overbuden pada saat ini adalah lebih kecil dan tekana yang
pernah dialami oleh tanah itu sebelumnya. Tekanan efektif overbuden maksimum yang
pernah dialami sebelumnya dinamakan tekanan prakonsolidasi (preconsolidation
pressure).
NORMALLY CONSOLIDATED
DAN OVER CONSOLIDATED
Menurut Casagrande ( 1936 ), cara yang mudah untuk menentukan
besarntya tekanan prakonsolidasi, pc , dari grafik e versus log p yang
digambar dari hasil percobaan konsolidasi, yaitu :
1. Dengan melakukan pengamatan visual,
tentukan titik a dimana grafik e versus log p
mempunyai jari-jari kelengkungan minimum
2. Gambar garis datar ab
3. Gambar garis singgung ac pada titik a
4. Gambar garis ad yang merupakan garis bagi
sudut bac
5. Perpanjangan bagian grafik e versus log p yang
merupakan garis lurus hingga memotong garis
ad di titik f. Absis untuk titik f adalah besarnya
tekanan prakonsolidasi.
“
dimana :
pc = tekanan prakonsolidasi
p = tekanan vertikal efektif pada saat tanah diselidiki
Overconsolidation Ratio ( OCR ) untuk suatu tanah dinyatakan dengan :
PENGARUH KERUSAKAN STRUKTUR TANAH
pada hubungan antara angka pori dan tekanan
5
PENGARUH KERUSAKAN
STRUKTUR TANAH
Suatu tanah dapat dikatakan “terbentuk kembali”
(remolded) apabila salah satu struktur tanah tersebut
terganggu (disturbed). Keadaan ini akan mempengaruhi
bentuk grafik yang menujukkan hubungan antara
angka pori dan tekanan dari tanah yang
bersangkutan. Untuk suatu tanah lempung yang
terkonsolidasi secara normal dengan derajat sensivitas
rendah sampai sedang (lihat gambar disamping) serta
angka pori eo dan tekanan efektif overbuden po,
perubahan angka pori sebagai akibat dari penambahan
tegangan dapat dilihat seperti kurva 1. Kurva yang
hampir merupakan gari lurus apabila digambar pada
kertas semi-logaritma tersebut dinamakan sebagai :
kurva pemampatan asli (virgin compression curve).
Tetapi, kurva hasil uji konsolidasi untuk tanah yang
struktur sebelah kiri kurva 1. Apabila struktur dari
contoh tanah tersebut benar-benar rusak dan kemudian
dibentuk kembali (remolded), maka letak grafik e versus
log p akan seperti Kurva 3. Kurva 1, 2 dan 3, akan
berpotongan kira-kira pada angka pori e = 0,4 eo .
PENGARUH KERUSAKAN
STRUKTUR TANAH
Untuk tanah lempung yang terlalu terkonsolidasi
dengan derajat sensivitas rendah sampai sedang
dan sudah pernah mengalami tekanan
prakonsolidasi pc ( lihat gambar disamping ) serta
angka pori eo dan tekanan efektif overbuden po ,
kurva konslidasi ditunjukkan oleh garis cbd. Dan
garis bd adalah bagian kurva pemampatan asli.
Hasil uji konsolidasi terhadap contoh tanah yang
tingkat kerusakan strukturnya tidak terlalu besar
ditunjukkan oleh kurva 2. Schmertmann (1953)
menyimpulkan bahwa kemiringan garis cb, yang
merupakan garis pemampatan ulang
(recompression) lapangan, mempunyai kemiringan
yang hampir sama dengan kemiringan kurva pantul
(rebound curve) fg dari hasil uji konsolidasi
tersebut.
PENGARUH KERUSAKAN
STRUKTUR TANAH
Tanah dengan derajat sensivitas tinggi mempunyai struktur flokulasi. Jenis tanah
ini umumnya sedikit prakonsolidasi (preconsolidated). Karakteristik tanah ini dapat
dilihat pada gambar dibawah
PENURUNAN SEGERA
(IMMEDIATE SETTLEMENT)
Penurunan segera atau penurunan elastis dari suatu pondasi terjadi dengan segera
setelahnpemberian beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan kadar air.
Besarnya penurunan ini akan tergantung pada ketentuan dari pondasi dan tipe dari
material di mana pondasi tersebut berada.
Pondasi Lentur dan Pondasi Kaku
Suatu pondasi lentur yang memikul beban merata dan terletak di atas material yang elastis
(seperti lempung yang jenuh) akan mengalami penurunan elastis yang berbentuk cekung
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.30a.
Akan tetapi, apabila pondasi tersebut kaku dan berada di atas material yang elastis seperti
lempung, maka tanah di bawah pondasi itu akan mengalami penurunan yang merata dan
tekanan pada bidang sentuh akan mengalami pendistribusian ulang (Gambar 7.30b).
Gambar 7.30. Profil penurunan segera dan tekanan pada bidang sentuh pada
lempung ; (a) pondasi lentur,
(b) pondasi kaku.
Bentuk penurunan dan distribusi tekanan pada bidang sentuh antara
pondasi dan permukaan tanah seperti yang dijelaskan di atas adalah
benar apabila modulus elastisitas dari tanah tersebut adalah konstan
untuk seluruh kedalaman lapisan tanah.
Untuk tanah pasir yang tidak berkohesi, modulus elastisitas akan
bertambah besar bila kedalamannya bertambah. Di samping itu, tekanan
ke samping pada permukaan tanah di tepi pondasi ternyata lebih kecil.
Pasir di tepi pondasi lentur tertekan ke luar, dan kurva defleksi dari
pondasi tersebut mempunyai bentuk cembung menghadap ke bawah.
Distribusi tekanan pada bidang sentuh untuk pondasi lentur dan pondasi
kaku (yaitu sama dengan penurunan) pada pasir ditunjukkan
dalam Gambar 7.3 l a dan b .
7
Perhitungan Penurunan Segera Berdasarkan Teori Elastisitas
Penurunan segera untuk pondasi yang berada di atas material yang elastis (dengan ketebalan yang tak
terbatas) dapat dihitung dari persamaan-persamaan yang diturunkan dengan menggunakan prinsip
dasar teori elastis. Bentuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Perlu diperhatikan bahwa Persamaan (7.47) didasarkan pada asumsi
bahwa tekanan p diletakkan di atas permukaan tanah . Di dalam praktek,
pondasi selalu diletakkan pada kedalaman tertentu di bawah permukaan
tanah.
Kedalaman letak pondasi mempunyai kecenderungan untuk mengurangi
besarnya penurunan pondasi, pi· Tetapi, apabila Persamaan (7.47)
digunakan untuk menghitung penurunan, pcrsamaan tersebut akan
memberikan hasil yang konservatif (sangat arnan).
Tabel 7.5 memberikan harga faktor pengaruh untuk pondasi kaku dan pondasi lentur. Harga-
harga dari modulus Young (modulus elastisitas) dan angka Poisson untuk tipe-tipe tanah yang
berbeda-beda diberikan dalam Tabel 7.6 dan Tabel 7.7.
Contoh Kejadian Penurunan di Lapangan
Ketidakcocokan antara penurunan yang diperkirakan dan penurunan yang terjadi
sesungguhnya di lapangan mungkin disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain:
a. evaluasi sifat-sifat tanah yang ctilakukan ternyata kurang benar,
b. lapisan tanahnya ternyata tidak homogen dan tidak teratur,
c. kesalahan dalam mengevaluasi penambahan tegangan bersih terhadap kedalaman,
yang ternyata sangat mempengaruhi besarnya penurunan.
Pada saat ini, banyak tersedia dalam literatur contoh-contoh kejadian di mana prinsip dasar
kemampumampatan tanah digunakan untuk memperkirakan besarnya penurunan yang
terjadi pada suatu lapisan tanah di lapangan y ang diberi penambah an beban.
Penurunan yang Disebabkan oleh Beban Awal Timbunan untuk Pembangunan
Rumah Sakit Tampa VA
Wheeless dan Sowers (1972) telah menyajikan hasil pengukuran penurunan di lapangan yang
disebabkan oleh timbunan yang digunakan untuk pembangunan Rumah Sakit Veteran Bagian
Administrasi di Tampa.
Gambar 7.33 menunjukkan keadaan lapisan tanah secara umum di mana gedung tersebut akan
dibangun. Pada timumnya, lapisan tanah tersebut terdiri dari lapisan pasir kwarsa (quartz) setebal
15 sampai dengan 20 ft ( 4,57 m sampai dengan 6,1 m) y ang kemudian di bawahnya terdapat
lapisan tanah berlempung ctengan ketebalan yang bervariasi.
Angka pori tanah berlempung tersebut bervariasi dari 0,7 sampai 1,4. Kadar lempung dan lanau
dari tanah berlempung bervariasi dari 5% sampai dengan 75%. Lapisan batu kapur (limestone)
yang cerada di bawah lapisan lempung tadi adalah merupakan variasi yang rumit dari endapan
kapur kalkarius yang terkonsolidasi dengan buruk. Muka air tanah terletak pada kedalaman kira-
kira 15 ft ( 4,57 m) di bawah muka tanah (elevasi +25 ft).
Gambar 7.34 menunjukkan kurva konsolidasi yang didapat dari percobaan di
laboratorium untuk contoh pasir berlempung dan lempung berpasir yang diambil dari
lapangan pada kectalaman yang bervariasi. Rencana gedung rumah sakit di atas
ditunjukkan dalam Gambar 7.35 (garis putus-putus).
Gambar 7.33 juga menunjukkan potongan melintang dari gedung terse but. At as
dasar beberapa alasan, rumah sakit itu akan dibangun dengan ponctasi tikar (mat
foundation). Seperti dapat dilihat dalam Gambar 7.33, sebagian tanah harus digali
untuk membuat pondasi. Seperti dilaporkan oleh Wheeless dan Sowers, perhitungan
awal menunjukkan bahwa beban gedung rata-rata dari gedung delapan tingkat pada
luasan tanah tersebut adalah sama dengan berat tanah yang digali untuk pembuatan
pondasi.
Dalam hal ini, penurunan akibat konsolidasi lapisan lempung di bawah bangunan
tersebut ternyata tidak terlalu besar. Tetapi, untuk menyesuaikan ketinggian elevasi
seperti yang nisyaratkan dalam perencanaan, dibutuhkan suatu timbunan permanen
setinggi 16 ft (4,88 m) di atas permukaan tanah asli untuk memberikan jalan masuk
pada lantai utama di sisi timur. Hal ini ditunjukkan juga dalam Gambar 7.33.
Perhitungan awal menunjukkan bahwa berat timbunan ini dapat menyebabkan suatu penurunan sebesar 4
inci (101,6 mm) pada bagian sebelah timur dari gedung. Penurunan ini akan menyebabkan lenturan dan
kelebihan tegangan pada pondasi. Dengan alasan tersebut, maka ditetapkan untuk membangun suatu
timbunan sementara setinggi 26 ft (7,93 m) di bagian depan gedung yang akan didirikan. Bagian timbunan
tersebut ditunjukkan dalam Gambar 7.33 dan 7.35.
Timbunan sementara ini dibuat karena tegangan yang dihasilkannya pada lapisan lempung akan lebih
besar daripada tegangan y ang ditimbulkan oleh timbunan tetap setinggi 16 ft (4,88 m) seperti yang
dibutuhkan dalam perencanaan ketinggian. Timbunan sementara tersebut akan menyebabkan penurunan
konsolidasi yang. cepat. Dalam selang waktu sekitar 4 bulan, penurunan yang terjadi adalah sekitar 4 in.
(101,6 mm) yang ternyata sama dengan penurunan maksimum yang akan terjadi akibat timbunan tetap
setinggi 16 ft (4,88 m).
Pada saat itu, apabila kelebihan material timbunan diambil (Gambar 7.36) dan gedung dibangun,
penurunan pondasi yang akan terjadi di sebelah timur dapat diabaikan. Teknik untuk menghilangkan
penurunan yang mungkin terjadi pada tanah sebelum pem bangunan gedung dilakukan dinamakan
pembebanan awal (preloading).
Gambar 7.35 menunjukkan tempat-tempat pelat penurunan (settlement plate) sebanyak delapan buah y
ang diletakkan di atas permukaan tanah sebelum timbunan sementara dibuat. Gambar 7.37 menunjukkan
data hubungan waktu dan penurunan yang dicatat dari pelat penurunan yang diletakkan di bawah
timbunan. Berikut ini adalah perbandingan antara penurunan konsolidasi total yang diperkirakan dan yang
Dengan cara membandingkan antara penurunan hasil pengamatan dan hasil perkiraan oleh
Wheeless dan Sowers tersebut di atas dan Gambar 7.37, kesimpulan berikut ini dapat
disajikan :
1. Dalam segala hal, penurunan ang diperkirakan selalu le bih besar dari penurunan terjadi
sesungguhnya di lapangan.
2. Hampir seluruh pcnurunan selesai dalam waktu 90 hari.
3. Perbedaan antara penurunan yang diperkirakan dan yang diamati di lapangan bervariasi
antara 3 sampai dengan 16%, dengan angka rata-rata 13%.
4. Dua pertiga sampai empat per Iima dari penurunan total yang diamati di lapangan terjadi
selama pembuatan timbunan. Kecepatan konsolidasi adalah jauh lebih besar dari yang
diharapkan.
Wheeless dan Sowers menyarankan bahwa bertambahnya kecepatan konsolidasi yang
terjadi mungkin disebabkan terutama oleh adanya lapisan-lapisan pasir yang tipis dan tidak
teratur di dalam lapisan lempung.
BAB 8
PEMADATAN TANAH
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak
struktur teknik lair.nya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan
untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan
daya dukung pondasi di atasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
Penggilas besi berpermukaan halus (smooth-wheel rollers), dan penggilas
getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan
untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan
untuk memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang
cukup besar dari permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini
disebut vibroflotation (pemampatan getar apung).
PENDAHULUAN
PRINSIP–PRINSIP UMUM
UJI PROCTOR STANDAR
Jadi, berat volume kering maksimum (teoritis) pada suatu kadar air
tertentu dengan kondisi "zero air voids" (pori-pori tanah tidak mengandung
udara sama sekali) dapat ditulis sebagai:
Jadi:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMADATAN
A. PENGARUH JENIS
TANAH
B. PENGARUH ENERGI
PEMADATAN
Hasilnya dapat dilihat pada tabcl berikut :
Dari tabel di atas dan Gambar 8.7 terlihat bahwa:
a. bila energi pemadatan bertambah , harga berat volume kering maksimum tanah hasil pemadatan
juga bertambah , dan
b. bila energi pemadatan bertambah. harga kadar air optimum berkurang.
UJI PROCTOR
DIMODIFIKASI
Dengan berkembangnya alat-alat penggilas berat yang digunakan pada pemadatan di lapangan,
uji Proctor standar harus dimodifikasi untuk dapat lebih mewakili kondisi lapangan. Uji Proctor
yang dimodifikasi ini disebut Uji Proctor Dimodifikasi (ASTM Test Designation D- 1 5 57 dan
AASHTO Test Designation T- 1 80).
Untuk pelaksanaan uji Proctor dimodifikasi ini, dipakai cetakan yang sama dengan volume l /3 0
ft3 (944 cm3 ) sebagaimana pada uji Proctor standar. Tetapi tanah dipadatkan dalam I ima
lapisan dengan menggunakan penumbuk seberat 10 lb (massa = 4,54 kg). Tinggi jatuh
penumbuk adalah 18 in. (457,2 mm). Jumlah tumbukan perlapisan adalah tetap yaitu 25 kali
sebagaimana pada Proctor standar. Gambar 8.8 menunjukkan perbandingan antara penumbuk
yang dipakai pada uji Proctor standar dan Proctor dimodifikasi.
Energi pemadatan yang dilakukan dalam uji dimodifikasi dapat dihitung sebagai berikut:
Karena energi pemadatannya lebih besar, uji Proctor dimodifikasi juga menghasilkan suatu harga berat
volume kering maksimum yang lebih besar. Peningkatan berat volume kering maksimum ini disertai
dengan penurunan kadar air optimum.
SPESIFIKASI ASTM DAN AASHTO UNTUK UJI
PEMADATAN
ANY QUESTIONS?
Tell us !
THANKS!

More Related Content

What's hot

Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aceh Engineering State
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMarfizal Marfizal
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahAnalisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahMellyAnggraeni2
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurherewith sofian
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1WSKT
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)wildan grenadi
 
laporan praktikum batas cair
laporan praktikum batas cairlaporan praktikum batas cair
laporan praktikum batas cairVickha Idris
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasiJaka Jaka
 

What's hot (20)

Contoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapakContoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapak
 
Pengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap betonPengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap beton
 
9 contoh desain turap
9 contoh desain turap9 contoh desain turap
9 contoh desain turap
 
Mekanika tanah bab 8
Mekanika tanah   bab 8Mekanika tanah   bab 8
Mekanika tanah bab 8
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
 
Mektan bab 10
Mektan bab 10Mektan bab 10
Mektan bab 10
 
Tugas Besar Geometrik Jalan
Tugas Besar Geometrik JalanTugas Besar Geometrik Jalan
Tugas Besar Geometrik Jalan
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Bab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatikaBab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatika
 
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curahAnalisa frekuensi dan_probabilitas_curah
Analisa frekuensi dan_probabilitas_curah
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
laporan praktikum batas cair
laporan praktikum batas cairlaporan praktikum batas cair
laporan praktikum batas cair
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi
 

Similar to Mektan bab 7

Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontalHubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontalfrdb76
 
MEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptx
MEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptxMEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptx
MEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptxRahmiAulia35
 
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptxKuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptxIlham Ipong
 
Interaksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCM
Interaksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCMInteraksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCM
Interaksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCMAndi Muttaqin
 
11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx
11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx
11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptxdikawahyudipurba
 
Pemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanahPemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanahDicky Pulungan
 
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdfsoal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdfsurianaSMAN2MAJENE
 
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahMekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahReski Aprilia
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahinfosanitasi
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205silksady
 
Tegangan permukaan dan viskositas sma
Tegangan permukaan dan viskositas smaTegangan permukaan dan viskositas sma
Tegangan permukaan dan viskositas smaAjeng Rizki Rahmawati
 
Kuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptxKuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptxendangpurnamadewi
 
Fisika Kelas xi Bab8 Fluida
Fisika Kelas xi Bab8 FluidaFisika Kelas xi Bab8 Fluida
Fisika Kelas xi Bab8 FluidaAmphie Yuurisman
 
Fenomena_Permukaan.pdf
Fenomena_Permukaan.pdfFenomena_Permukaan.pdf
Fenomena_Permukaan.pdfssuser8cafc5
 

Similar to Mektan bab 7 (20)

Konsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pauKonsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pau
 
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontalHubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
 
MEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptx
MEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptxMEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptx
MEKANIKA_TANAH_Tegangan_Efektif part 1.pptx
 
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptxKuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
 
Interaksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCM
Interaksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCMInteraksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCM
Interaksi Mikrofisika Awan dan Konveksi Kumulus dalam model GCM
 
11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx
11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx
11. KONSOLIDASI TANAH MEKANIKA TANAH TEKNIK SIPIL.pptx
 
Pemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanahPemadatan dan pemantapan tanah
Pemadatan dan pemantapan tanah
 
hydrostatic water in soil.pdf
hydrostatic water in soil.pdfhydrostatic water in soil.pdf
hydrostatic water in soil.pdf
 
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdfsoal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
soal simulasi olimpiade kebumian tingkat nasional.pdf
 
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahMekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
 
Viskositas 1
Viskositas 1Viskositas 1
Viskositas 1
 
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan Tegangan permukaan
Tegangan permukaan
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
 
Tegangan permukaan dan viskositas sma
Tegangan permukaan dan viskositas smaTegangan permukaan dan viskositas sma
Tegangan permukaan dan viskositas sma
 
ilmu tanah.ppt
ilmu tanah.pptilmu tanah.ppt
ilmu tanah.ppt
 
Kuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptxKuliah 1 mekanika fluida.pptx
Kuliah 1 mekanika fluida.pptx
 
Mektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanahMektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanah
 
Fisika Kelas xi Bab8 Fluida
Fisika Kelas xi Bab8 FluidaFisika Kelas xi Bab8 Fluida
Fisika Kelas xi Bab8 Fluida
 
Fenomena_Permukaan.pdf
Fenomena_Permukaan.pdfFenomena_Permukaan.pdf
Fenomena_Permukaan.pdf
 

More from Shaleh Afif Hasibuan

Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020
Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020
Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020Shaleh Afif Hasibuan
 
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...Shaleh Afif Hasibuan
 
Perhitungan pertemuan balok dan kolom
Perhitungan pertemuan balok dan kolomPerhitungan pertemuan balok dan kolom
Perhitungan pertemuan balok dan kolomShaleh Afif Hasibuan
 
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Shaleh Afif Hasibuan
 
momen pelat cangkang pada tumpuan sederhana
momen pelat cangkang pada tumpuan sederhanamomen pelat cangkang pada tumpuan sederhana
momen pelat cangkang pada tumpuan sederhanaShaleh Afif Hasibuan
 
menentukan momen arah sumbu x dan y pada pelat
menentukan momen arah sumbu x dan y pada pelatmenentukan momen arah sumbu x dan y pada pelat
menentukan momen arah sumbu x dan y pada pelatShaleh Afif Hasibuan
 
contoh layout bandara udara di dunia
contoh layout bandara udara di duniacontoh layout bandara udara di dunia
contoh layout bandara udara di duniaShaleh Afif Hasibuan
 
Desain sengkang struktur beton bertulang
Desain sengkang struktur beton bertulangDesain sengkang struktur beton bertulang
Desain sengkang struktur beton bertulangShaleh Afif Hasibuan
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokShaleh Afif Hasibuan
 
menghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja kompositmenghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja kompositShaleh Afif Hasibuan
 

More from Shaleh Afif Hasibuan (20)

Balok lentur dan geser baja
Balok lentur dan geser  bajaBalok lentur dan geser  baja
Balok lentur dan geser baja
 
Kuat tekan baja SNI 1729:2020
Kuat tekan baja SNI 1729:2020Kuat tekan baja SNI 1729:2020
Kuat tekan baja SNI 1729:2020
 
Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020
Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020
Kuat tarik baja mengacu SNI 1729:2020
 
Baja
BajaBaja
Baja
 
Perencanaan geometrik jalan raya
Perencanaan geometrik jalan rayaPerencanaan geometrik jalan raya
Perencanaan geometrik jalan raya
 
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...
Merencanakan Bendung - weir dengan debit periode ulang 100 tahun untuk jenis ...
 
Marka lapangan terbang
Marka lapangan terbangMarka lapangan terbang
Marka lapangan terbang
 
Perhitungan pertemuan balok dan kolom
Perhitungan pertemuan balok dan kolomPerhitungan pertemuan balok dan kolom
Perhitungan pertemuan balok dan kolom
 
Perhitungan tulangan balok
Perhitungan tulangan balokPerhitungan tulangan balok
Perhitungan tulangan balok
 
Perhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolomPerhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolom
 
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
Metode pelaksanaan konstruksi Pondasi Setempat dan Pondasi Batu Kali.
 
momen pelat cangkang pada tumpuan sederhana
momen pelat cangkang pada tumpuan sederhanamomen pelat cangkang pada tumpuan sederhana
momen pelat cangkang pada tumpuan sederhana
 
Karakteristik lalu lintas
Karakteristik lalu lintasKarakteristik lalu lintas
Karakteristik lalu lintas
 
menentukan momen arah sumbu x dan y pada pelat
menentukan momen arah sumbu x dan y pada pelatmenentukan momen arah sumbu x dan y pada pelat
menentukan momen arah sumbu x dan y pada pelat
 
beban harmonis dinamika struktur
beban harmonis  dinamika strukturbeban harmonis  dinamika struktur
beban harmonis dinamika struktur
 
contoh layout bandara udara di dunia
contoh layout bandara udara di duniacontoh layout bandara udara di dunia
contoh layout bandara udara di dunia
 
Desain sengkang struktur beton bertulang
Desain sengkang struktur beton bertulangDesain sengkang struktur beton bertulang
Desain sengkang struktur beton bertulang
 
Desain balok beton bertulang
Desain balok beton bertulangDesain balok beton bertulang
Desain balok beton bertulang
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
 
menghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja kompositmenghitung Momen Ultimate baja komposit
menghitung Momen Ultimate baja komposit
 

Recently uploaded

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 

Recently uploaded (6)

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 

Mektan bab 7

  • 1. MEKANIKA TANAH “KEMAMPUMAMPATAN TANAH” SHALEH AFIF HASIBUAN DANDY PERMANA ABDI EKA FADLI RASYID ZAL EFENDI RENDY DWI JAYA
  • 2. KEMAMPUMAMPATAN TANAH Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan tanah di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan lain sebagainya. Semua faktor tersebut mempunyai hubungan dengan keadaan tanah yang bersangkutan
  • 3. KEMAMPUMAMPATAN TANAH Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu : Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) Merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang menempati pori-pori tanah. Penurunan segera (immediate settlement) Merupakan akibat dari deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air. Perhitungan penurunan segera umunya didasarkan pacta penurunan yang diturunkan dari teori elastisitas
  • 5. PENURUNAN KONSOLIDASI Bila suatu lapisan tanah jenuh air diberi penambahan beban, angka tekanan air pori akan naik secara mendadak. Pada tanah berpasir yang tembus air (permeable), air dapat mengalir dengan cepat sehingga pengaliran air pori keluar sebagai akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah. Berkurangnya volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan lapisan tanah tersebut. Karena air pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar dengan cepat, maka penurunan segera dan penurunan konsolidasi terjadi bersamaan.
  • 6. PENURUNAN KONSOLIDASI Bila suatu lapisan tanah lempung jenuh air yang memampumampat (compressible) diberi penambahan tegangan, maka penurunan (settlement) akan terjadi dengan segera. Koefisien rembesan lempung sangat kecil dibandingkan dengan koefisien rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang disebabkan oleh pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang sangat lama. Jadi untuk tanah lempung lembek perubahan volume yang disebabkan oleh keluarnya air dari dalam pori (yaitu konsolidasi) akan terjadi sesudah penurunan segera. Penurunan konsolidasi biasanya jauh lebih besar dan lebih lambat dibandingkan dengan penurunan segera.
  • 7. PENURUNAN KONSOLIDASI Deformasi sebagai fungsi waktu (time-dependent deformation) dari tanah lempung yang jenuh air dapat menggunakan suatu model reologis yang terdiri dari suatu pegas elastis linear yang dihubungkan secara paralel dengan sebuah dashpot (lihat gambar). Hubungan tegangan-tegangan dari pegas dan dashpot yaitu : Pegas : . . . . . (1) Dashpot : . . . . . (2) dimana : = tegangan = regangan = konstanta pegas = konstanta dashpot t = waktu
  • 8. PENURUNAN KONSOLIDASI Reaksi viskoelastik untuk tegangan dalam gambar dibawah (Model Kelvin) dapat dinyatakan : . . . . . (3)
  • 9. PENURUNAN KONSOLIDASI Apabila tegangan yang besarnya tetap, diberikan pada saat t=0, maka persamaan tegangan pada saat t dapat diperoleh dengan cara menyelesaikan persamaan (3) sehingga menjadi Karena dianggap sama dengan nol, maka : . . . . . (5) . . . . . (4)
  • 10. PENURUNAN KONSOLIDASI Perilaku dari variasi hubungan antara regangan dan waktu ditunjukkan pada persamaan (4) dan di tunjukkan pada gambar disamping. Pada saat t=∞, regangan akan mendekati harga maksimum . Regangan ini adalah regangan yang hanya dialami oleh pegas sebagai akibat dari pemberian tegangan apabila dashpot tidak dipasang dalam model reologis diatas. Distribusi tegangan pada suatu saat t antara pegas dan dashpot dapat diperoleh dari persamaan (3) dan (4)
  • 11. PENURUNAN KONSOLIDASI Bagian dari tegangan yang dipikul oleh pegas : Bagian dari tegangan yang dipikul oleh dashpot : . . . . . (6) . . . . . (7) Catatan :
  • 12. PENURUNAN KONSOLIDASI Gambar disamping menunjukkan variasi hubungan antara s dan d terhadap waktu. Pada saat t=0, tegangan semuanya dipikul oleh dashpot. Bagian dari tegangan yang dipikul oleh pegas bertambah secara perlahan-lahan, sedangkan tegangan yang dipikul oleh dashpot akan berkurang dengan kecepatan yang sama seperti penambahan tegangan yang dipikul oleh pegas. Pada saat t=∞, tegangan dipikul seluruhnya oleh pegas
  • 13. PENURUNAN KONSOLIDASI d Berdasarkan teori tersebut juga dapat dianalisis yang terjadi pada suatu lapisan lempung jenuh air yang diberi penambahan tegangan (lihat gambar). Suatu lapisan lempung jenuh air dengan ketebalan H yang diapit oleh dua lapisan pasir diberi penambahan tegangan total secara cepat. Penambahan tegangan total tersebut akan diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti bahwa penambahan tegangan total akan terbagi sebagian ke tegangan efektif dan sebagian lagi ke tekanan air pori. Perilaku perubahan tegangan efektif akan sama seperti perilaku pegas pada model kelvin dan perilaku tekanan air pori akan sama seperti perilaku dashpot
  • 14. “. . . . . (8) dimana : = penambahan tegangan efektif = penambahan tegangan air pori
  • 15. PENURUNAN KONSOLIDASI Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat rendah dan air adalah tidak termampatkan (incompressible) dibandingkan dengan butiran tanah, pada saat t = 0, seluruh penambahan tegangan akan dipikul oleh air pada seluruh kedalaman lapisan tanah, tidak sedikit pun dari penambahan tegangan tersebut dipikul oleh butiran tanah (jadi, penambahan tegangan efektif = 0). Keadaan ini adalah serupa dengan perilaku pada model Kelvin pada saat t = 0 dimana dan .
  • 16. PENURUNAN KONSOLIDASI Sesaat setalah pemberian penambahan tegangan pada lapisan lempung, air dalam ruang pori mulai tertekan dan akan mengalir ke luar dalam dua arah menuju lapisan pasir. Dengan proses ini, tekanan air pori pada tiap-tiap kedalaman pada lapisan lempung akan berkurang secara perlahan, dan tegangan yang dipikul oleh butiran tanah ( tegangan efektif) akan bertambah.
  • 17. “Jadi, pada saat 0 < t < ∞,
  • 18. PENURUNAN KONSOLIDASI Tetapi besarnya ’ pada tiap-tiap kedalaman adalah tidak sama, tergantung pada jarak minimum yang harus ditempuh oleh air pori untuk mengalir ke lapisan pasir yag berada di atas atau di bawah lapisan lempung. Keadaan ini adalah serupa dengan perilaku model Kelvin untuk 0 < t < ∞ , dimana tegangan yang dipikul oleh pegas bertambah sedangkan tegangan yang dipikul oleh dashpot tersebut adalah sama dengan besar penambahan tegangan pada pegas.
  • 19. PENURUNAN KONSOLIDASI Secara teori pada saat t = ∞, seluruh kelebihan tekanan air pori sudah hilang dari lapisan tanah lempung, jadi . Sehingga penambahan tegangan total akan dipikul oleh butir tanah / struktur tanah. Keadaan ini serupa dengan perilaku pegas-dashpot, dimana pada saat t = ∞, dan
  • 20. PENURUNAN KONSOLIDASI Tetapi besarnya ’ pada tiap-tiap kedalaman adalah tidak sama, tergantung pada jarak minimum yang harus ditempuh oleh air pori untuk mengalir ke lapisan pasir yag berada di atas atau di bawah lapisan lempung. Keadaan ini adalah serupa dengan perilaku model Kelvin untuk 0 < t < ∞ , dimana tegangan yang dipikul oleh pegas bertambah sedangkan tegangan yang dipikul oleh dashpot tersebut adalah sama dengan besar penambahan tegangan pada pegas.
  • 21. “Proses keluarnya air dari dalam pori-pori tanah secara perlahan-lahan, sebagai akibat dari adanya penambahan beban, yang disertai dengan pemindahan kelebihan tekanan air pori ke tegangan efektif akan menyebabkan terjadinya penurunan yang merupakan fungsi dari waktu ( time- dependent settlement ) pada lapisan tanah lempung.
  • 22. UJI KONSOLIDASI SATU DIMENSI di laboratorium 2
  • 23. UJI KONSOLIDASI SATU DIMENSI Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama kali diperkenalkan oleh Terzaghi. Pengujian tersebut dilakukan di dalam sebuah Konsolidometer (oedometer). Skema Konsolidometer ditunjukkan seperti gambar disamping. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah batu berpori diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tersebut ukuran contoh tanah yang digunakann biasanya adalah diameter 2,5 inch(63,5 mm) dan tebal 1 inchi (25,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan (compression) contoh tanah di ukur dengan menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer . Contoh tanah selalu direndam air selama percobaan. Tiap –tiap beban biasanyan diberikan selama 24 jam. Setelah itu, beban dinaikkan samapai dengan dua kali lipat beban sebelumnya, dan pengukuran pemampatan di teruskan. Pada saat percobaan selesai, berat kering dari contoh tanah ditentukan.
  • 24. UJI KONSOLIDASI SATU DIMENSI Bentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dan waktu adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar disamping. Dari grafik tersebeut dapat dilihat bahwa ada tiga tahapan berbeda yang dapat dijalankan yaitu : Tahap I pemampatan awal (initial compreession),yang umumnya disebabkan oleh pembebanan awal ( preloading) Tahap II konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah. Tahap III konsolidasi sekuder (secondary consolidation),yang terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi di sini disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
  • 25. GRAFIK angka pori - tekanan 3
  • 26. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN Setelah mendapatkan grafik antara waktu dan pemampatan untuk besar pembebanan yang bermacam-macam dari percobaan di laboratorium, selanjutnya penting untuk mempelajari perubahan angka pori terhadap tekanan.
  • 27. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN Berikut ini langkah pelaksanaannya : 1. Hitung tinggi butiran padat Hs pada contoh tanah (lihat gambar disamping) . . . . . (9) dimana : Ws = berat kering contoh tanah A = luas penampang contoh tanah Gs = berat spesifik contoh tanah = berat volume air
  • 28. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN 2. Hitung tinggi awal dari ruang pori Hc Hc = H - Hx 3. Hitung angka pori awal dari contoh tanah dimana : H = tinggi awal contoh tanah . . . . . (10) . . . . . (11)
  • 29. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN 4. Untuk penambahan beban pertama p1 (beban total) menyebabkan penurunan , hitung perubahan angka pori didapat dari pembacaan awal dan akhir pada skala ukur untuk beban sebesar p1 . . . . . (12)
  • 30. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN 5. Hitung angka pori yang baru setelah konsolidasi yang disebabkan oleh penambahan tekanan p1 . . . . . (13) Untuk beban berikutnya, yaitu p2 (beban kumulatif per satuan luas contoh tanah), yang menyebabkan penambahan sebesar , angka pori pada saat akhir konsolidasi dapat dihitung dengan
  • 31. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN Dengan melakukan yang sama, angka pori pada saat akhir konsolidasi untuk semua penambahan beban dapat diperoleh tekanan total (p) dan angka pori yang bersangkutan (e) pada akhir konsolidasi digambarkan pada kertas gambar semi- logaritma. Bentuk umum dari grafik e versus log p ditunjukkan pada gambar disamping yang menunjukkan bahwa bagian atas dari grafik e versus log p adalah garis lengkung dengan kemiringan yang agak datar, kemudian diikuti dengan bagian grafik yang mempunyai hubungan linear antara angka pori dengan log p yang mempunyai kemiringan agak curam.
  • 32. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN Bila suatu tanah di lapangan dengan kedalaman tertentu telah mengalami tekanan efektif maksimum akibat berat tanah diatasnya (maximum effective overbuden pressure) , maka pada saat tanah tersebut dilakuakn uji konsolidasi, suatu pemampatan yang kecil (yaitu perubahan angka pori yang kecil) akan terjadi bila beban total yang diberikan lebih kecil dari tekanan efektif overbuden maksimum. apabila beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih besar dari tekanan efektif overbuden maksimum , maka perubahan angka pori yang terjadi adalah lebih besar. Dan hubungan antara e versus log p menjadi linear dan memiliki kemiringan yang tajam.
  • 33. GRAFIK ANGKA PORI - TEKANAN Keadaan ini dapat dilihat dengan cara membebani contoh tanah melebihi tekanan overburden maksimumnya lalu beban tersebut diangkat (unloading) dan diberikan lagi (reloading). Grafik e versus log p untuk keadaan diatas dapat dilihat dari gambar di samping, dimana cd menunjukkan keadaan pada saat beban diangkat dan dfg menunjukkan keadaan pada saat beban diberikan kembali.
  • 34. LEMPUNG YANG TERKONSOLIDASI NORMAL (NORMALLY CONSOLIDATED) dan terlalu terkonsolidasi (over-consolidated) 4
  • 35. NORMALLY CONSOLIDATED DAN OVER CONSOLIDATED Dari keadaan sebelumnya, mengarah kepada definisi tegangan : Terkonsolidasi normal (normally consolidated) dimana tekanan efektif overbuden pada saat ini adalah merupakan tekanan maksimum yang pernah dialami oleh tanah itu. Terlalu terkonsolidasi (overconsolidated) Dimana tekanan efektif overbuden pada saat ini adalah lebih kecil dan tekana yang pernah dialami oleh tanah itu sebelumnya. Tekanan efektif overbuden maksimum yang pernah dialami sebelumnya dinamakan tekanan prakonsolidasi (preconsolidation pressure).
  • 36. NORMALLY CONSOLIDATED DAN OVER CONSOLIDATED Menurut Casagrande ( 1936 ), cara yang mudah untuk menentukan besarntya tekanan prakonsolidasi, pc , dari grafik e versus log p yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi, yaitu : 1. Dengan melakukan pengamatan visual, tentukan titik a dimana grafik e versus log p mempunyai jari-jari kelengkungan minimum 2. Gambar garis datar ab 3. Gambar garis singgung ac pada titik a 4. Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac 5. Perpanjangan bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus hingga memotong garis ad di titik f. Absis untuk titik f adalah besarnya tekanan prakonsolidasi.
  • 37. “ dimana : pc = tekanan prakonsolidasi p = tekanan vertikal efektif pada saat tanah diselidiki Overconsolidation Ratio ( OCR ) untuk suatu tanah dinyatakan dengan :
  • 38. PENGARUH KERUSAKAN STRUKTUR TANAH pada hubungan antara angka pori dan tekanan 5
  • 39. PENGARUH KERUSAKAN STRUKTUR TANAH Suatu tanah dapat dikatakan “terbentuk kembali” (remolded) apabila salah satu struktur tanah tersebut terganggu (disturbed). Keadaan ini akan mempengaruhi bentuk grafik yang menujukkan hubungan antara angka pori dan tekanan dari tanah yang bersangkutan. Untuk suatu tanah lempung yang terkonsolidasi secara normal dengan derajat sensivitas rendah sampai sedang (lihat gambar disamping) serta angka pori eo dan tekanan efektif overbuden po, perubahan angka pori sebagai akibat dari penambahan tegangan dapat dilihat seperti kurva 1. Kurva yang hampir merupakan gari lurus apabila digambar pada kertas semi-logaritma tersebut dinamakan sebagai : kurva pemampatan asli (virgin compression curve). Tetapi, kurva hasil uji konsolidasi untuk tanah yang struktur sebelah kiri kurva 1. Apabila struktur dari contoh tanah tersebut benar-benar rusak dan kemudian dibentuk kembali (remolded), maka letak grafik e versus log p akan seperti Kurva 3. Kurva 1, 2 dan 3, akan berpotongan kira-kira pada angka pori e = 0,4 eo .
  • 40. PENGARUH KERUSAKAN STRUKTUR TANAH Untuk tanah lempung yang terlalu terkonsolidasi dengan derajat sensivitas rendah sampai sedang dan sudah pernah mengalami tekanan prakonsolidasi pc ( lihat gambar disamping ) serta angka pori eo dan tekanan efektif overbuden po , kurva konslidasi ditunjukkan oleh garis cbd. Dan garis bd adalah bagian kurva pemampatan asli. Hasil uji konsolidasi terhadap contoh tanah yang tingkat kerusakan strukturnya tidak terlalu besar ditunjukkan oleh kurva 2. Schmertmann (1953) menyimpulkan bahwa kemiringan garis cb, yang merupakan garis pemampatan ulang (recompression) lapangan, mempunyai kemiringan yang hampir sama dengan kemiringan kurva pantul (rebound curve) fg dari hasil uji konsolidasi tersebut.
  • 41. PENGARUH KERUSAKAN STRUKTUR TANAH Tanah dengan derajat sensivitas tinggi mempunyai struktur flokulasi. Jenis tanah ini umumnya sedikit prakonsolidasi (preconsolidated). Karakteristik tanah ini dapat dilihat pada gambar dibawah
  • 43. Penurunan segera atau penurunan elastis dari suatu pondasi terjadi dengan segera setelahnpemberian beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan kadar air. Besarnya penurunan ini akan tergantung pada ketentuan dari pondasi dan tipe dari material di mana pondasi tersebut berada. Pondasi Lentur dan Pondasi Kaku Suatu pondasi lentur yang memikul beban merata dan terletak di atas material yang elastis (seperti lempung yang jenuh) akan mengalami penurunan elastis yang berbentuk cekung seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.30a. Akan tetapi, apabila pondasi tersebut kaku dan berada di atas material yang elastis seperti lempung, maka tanah di bawah pondasi itu akan mengalami penurunan yang merata dan tekanan pada bidang sentuh akan mengalami pendistribusian ulang (Gambar 7.30b).
  • 44. Gambar 7.30. Profil penurunan segera dan tekanan pada bidang sentuh pada lempung ; (a) pondasi lentur, (b) pondasi kaku.
  • 45. Bentuk penurunan dan distribusi tekanan pada bidang sentuh antara pondasi dan permukaan tanah seperti yang dijelaskan di atas adalah benar apabila modulus elastisitas dari tanah tersebut adalah konstan untuk seluruh kedalaman lapisan tanah. Untuk tanah pasir yang tidak berkohesi, modulus elastisitas akan bertambah besar bila kedalamannya bertambah. Di samping itu, tekanan ke samping pada permukaan tanah di tepi pondasi ternyata lebih kecil. Pasir di tepi pondasi lentur tertekan ke luar, dan kurva defleksi dari pondasi tersebut mempunyai bentuk cembung menghadap ke bawah. Distribusi tekanan pada bidang sentuh untuk pondasi lentur dan pondasi kaku (yaitu sama dengan penurunan) pada pasir ditunjukkan dalam Gambar 7.3 l a dan b . 7
  • 46.
  • 47. Perhitungan Penurunan Segera Berdasarkan Teori Elastisitas Penurunan segera untuk pondasi yang berada di atas material yang elastis (dengan ketebalan yang tak terbatas) dapat dihitung dari persamaan-persamaan yang diturunkan dengan menggunakan prinsip dasar teori elastis. Bentuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
  • 48. Perlu diperhatikan bahwa Persamaan (7.47) didasarkan pada asumsi bahwa tekanan p diletakkan di atas permukaan tanah . Di dalam praktek, pondasi selalu diletakkan pada kedalaman tertentu di bawah permukaan tanah. Kedalaman letak pondasi mempunyai kecenderungan untuk mengurangi besarnya penurunan pondasi, pi· Tetapi, apabila Persamaan (7.47) digunakan untuk menghitung penurunan, pcrsamaan tersebut akan memberikan hasil yang konservatif (sangat arnan).
  • 49. Tabel 7.5 memberikan harga faktor pengaruh untuk pondasi kaku dan pondasi lentur. Harga- harga dari modulus Young (modulus elastisitas) dan angka Poisson untuk tipe-tipe tanah yang berbeda-beda diberikan dalam Tabel 7.6 dan Tabel 7.7.
  • 50.
  • 51.
  • 52.
  • 53. Contoh Kejadian Penurunan di Lapangan Ketidakcocokan antara penurunan yang diperkirakan dan penurunan yang terjadi sesungguhnya di lapangan mungkin disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain: a. evaluasi sifat-sifat tanah yang ctilakukan ternyata kurang benar, b. lapisan tanahnya ternyata tidak homogen dan tidak teratur, c. kesalahan dalam mengevaluasi penambahan tegangan bersih terhadap kedalaman, yang ternyata sangat mempengaruhi besarnya penurunan. Pada saat ini, banyak tersedia dalam literatur contoh-contoh kejadian di mana prinsip dasar kemampumampatan tanah digunakan untuk memperkirakan besarnya penurunan yang terjadi pada suatu lapisan tanah di lapangan y ang diberi penambah an beban.
  • 54. Penurunan yang Disebabkan oleh Beban Awal Timbunan untuk Pembangunan Rumah Sakit Tampa VA Wheeless dan Sowers (1972) telah menyajikan hasil pengukuran penurunan di lapangan yang disebabkan oleh timbunan yang digunakan untuk pembangunan Rumah Sakit Veteran Bagian Administrasi di Tampa. Gambar 7.33 menunjukkan keadaan lapisan tanah secara umum di mana gedung tersebut akan dibangun. Pada timumnya, lapisan tanah tersebut terdiri dari lapisan pasir kwarsa (quartz) setebal 15 sampai dengan 20 ft ( 4,57 m sampai dengan 6,1 m) y ang kemudian di bawahnya terdapat lapisan tanah berlempung ctengan ketebalan yang bervariasi. Angka pori tanah berlempung tersebut bervariasi dari 0,7 sampai 1,4. Kadar lempung dan lanau dari tanah berlempung bervariasi dari 5% sampai dengan 75%. Lapisan batu kapur (limestone) yang cerada di bawah lapisan lempung tadi adalah merupakan variasi yang rumit dari endapan kapur kalkarius yang terkonsolidasi dengan buruk. Muka air tanah terletak pada kedalaman kira- kira 15 ft ( 4,57 m) di bawah muka tanah (elevasi +25 ft).
  • 55. Gambar 7.34 menunjukkan kurva konsolidasi yang didapat dari percobaan di laboratorium untuk contoh pasir berlempung dan lempung berpasir yang diambil dari lapangan pada kectalaman yang bervariasi. Rencana gedung rumah sakit di atas ditunjukkan dalam Gambar 7.35 (garis putus-putus). Gambar 7.33 juga menunjukkan potongan melintang dari gedung terse but. At as dasar beberapa alasan, rumah sakit itu akan dibangun dengan ponctasi tikar (mat foundation). Seperti dapat dilihat dalam Gambar 7.33, sebagian tanah harus digali untuk membuat pondasi. Seperti dilaporkan oleh Wheeless dan Sowers, perhitungan awal menunjukkan bahwa beban gedung rata-rata dari gedung delapan tingkat pada luasan tanah tersebut adalah sama dengan berat tanah yang digali untuk pembuatan pondasi. Dalam hal ini, penurunan akibat konsolidasi lapisan lempung di bawah bangunan tersebut ternyata tidak terlalu besar. Tetapi, untuk menyesuaikan ketinggian elevasi seperti yang nisyaratkan dalam perencanaan, dibutuhkan suatu timbunan permanen setinggi 16 ft (4,88 m) di atas permukaan tanah asli untuk memberikan jalan masuk pada lantai utama di sisi timur. Hal ini ditunjukkan juga dalam Gambar 7.33.
  • 56.
  • 57.
  • 58. Perhitungan awal menunjukkan bahwa berat timbunan ini dapat menyebabkan suatu penurunan sebesar 4 inci (101,6 mm) pada bagian sebelah timur dari gedung. Penurunan ini akan menyebabkan lenturan dan kelebihan tegangan pada pondasi. Dengan alasan tersebut, maka ditetapkan untuk membangun suatu timbunan sementara setinggi 26 ft (7,93 m) di bagian depan gedung yang akan didirikan. Bagian timbunan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 7.33 dan 7.35. Timbunan sementara ini dibuat karena tegangan yang dihasilkannya pada lapisan lempung akan lebih besar daripada tegangan y ang ditimbulkan oleh timbunan tetap setinggi 16 ft (4,88 m) seperti yang dibutuhkan dalam perencanaan ketinggian. Timbunan sementara tersebut akan menyebabkan penurunan konsolidasi yang. cepat. Dalam selang waktu sekitar 4 bulan, penurunan yang terjadi adalah sekitar 4 in. (101,6 mm) yang ternyata sama dengan penurunan maksimum yang akan terjadi akibat timbunan tetap setinggi 16 ft (4,88 m). Pada saat itu, apabila kelebihan material timbunan diambil (Gambar 7.36) dan gedung dibangun, penurunan pondasi yang akan terjadi di sebelah timur dapat diabaikan. Teknik untuk menghilangkan penurunan yang mungkin terjadi pada tanah sebelum pem bangunan gedung dilakukan dinamakan pembebanan awal (preloading). Gambar 7.35 menunjukkan tempat-tempat pelat penurunan (settlement plate) sebanyak delapan buah y ang diletakkan di atas permukaan tanah sebelum timbunan sementara dibuat. Gambar 7.37 menunjukkan data hubungan waktu dan penurunan yang dicatat dari pelat penurunan yang diletakkan di bawah timbunan. Berikut ini adalah perbandingan antara penurunan konsolidasi total yang diperkirakan dan yang
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63. Dengan cara membandingkan antara penurunan hasil pengamatan dan hasil perkiraan oleh Wheeless dan Sowers tersebut di atas dan Gambar 7.37, kesimpulan berikut ini dapat disajikan : 1. Dalam segala hal, penurunan ang diperkirakan selalu le bih besar dari penurunan terjadi sesungguhnya di lapangan. 2. Hampir seluruh pcnurunan selesai dalam waktu 90 hari. 3. Perbedaan antara penurunan yang diperkirakan dan yang diamati di lapangan bervariasi antara 3 sampai dengan 16%, dengan angka rata-rata 13%. 4. Dua pertiga sampai empat per Iima dari penurunan total yang diamati di lapangan terjadi selama pembuatan timbunan. Kecepatan konsolidasi adalah jauh lebih besar dari yang diharapkan. Wheeless dan Sowers menyarankan bahwa bertambahnya kecepatan konsolidasi yang terjadi mungkin disebabkan terutama oleh adanya lapisan-lapisan pasir yang tipis dan tidak teratur di dalam lapisan lempung.
  • 65. Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak struktur teknik lair.nya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments). Penggilas besi berpermukaan halus (smooth-wheel rollers), dan penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation (pemampatan getar apung). PENDAHULUAN
  • 67.
  • 68.
  • 70.
  • 71.
  • 72. Jadi, berat volume kering maksimum (teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi "zero air voids" (pori-pori tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat ditulis sebagai: Jadi:
  • 73.
  • 74.
  • 76.
  • 77.
  • 78.
  • 80. Hasilnya dapat dilihat pada tabcl berikut : Dari tabel di atas dan Gambar 8.7 terlihat bahwa: a. bila energi pemadatan bertambah , harga berat volume kering maksimum tanah hasil pemadatan juga bertambah , dan b. bila energi pemadatan bertambah. harga kadar air optimum berkurang.
  • 81. UJI PROCTOR DIMODIFIKASI Dengan berkembangnya alat-alat penggilas berat yang digunakan pada pemadatan di lapangan, uji Proctor standar harus dimodifikasi untuk dapat lebih mewakili kondisi lapangan. Uji Proctor yang dimodifikasi ini disebut Uji Proctor Dimodifikasi (ASTM Test Designation D- 1 5 57 dan AASHTO Test Designation T- 1 80). Untuk pelaksanaan uji Proctor dimodifikasi ini, dipakai cetakan yang sama dengan volume l /3 0 ft3 (944 cm3 ) sebagaimana pada uji Proctor standar. Tetapi tanah dipadatkan dalam I ima lapisan dengan menggunakan penumbuk seberat 10 lb (massa = 4,54 kg). Tinggi jatuh penumbuk adalah 18 in. (457,2 mm). Jumlah tumbukan perlapisan adalah tetap yaitu 25 kali sebagaimana pada Proctor standar. Gambar 8.8 menunjukkan perbandingan antara penumbuk yang dipakai pada uji Proctor standar dan Proctor dimodifikasi. Energi pemadatan yang dilakukan dalam uji dimodifikasi dapat dihitung sebagai berikut:
  • 82. Karena energi pemadatannya lebih besar, uji Proctor dimodifikasi juga menghasilkan suatu harga berat volume kering maksimum yang lebih besar. Peningkatan berat volume kering maksimum ini disertai dengan penurunan kadar air optimum.
  • 83.
  • 84. SPESIFIKASI ASTM DAN AASHTO UNTUK UJI PEMADATAN
  • 85.
  • 86.