Dokumen tersebut membahas tiga jenis bangunan air yaitu Cipoletti, pintu sorong, dan balok sekat. Cipoletti digunakan untuk mengukur debit, sedangkan pintu sorong dan balok sekat digunakan untuk mengatur tinggi muka air. Dokumen ini juga menjelaskan rumus debit untuk ketiga bangunan air tersebut beserta contoh perhitungannya.
2. Alat Ukur Cipoletti merupakan penyempurnaan alat ukur ambang tajam yang
dikontraksi sepenuhnya. Alat Ukur Cipoletti memiliki potongan pengontrol
trapesium, mercunya horisontal dan sisinya miring ke samping 1 vertical
banding 1/4 horisontal, seperti pada
gambar di sebelah ini.
Cipoletti
3. 𝑄 = 𝐶𝑑𝐶𝑣2/3 2/3𝑔𝑏𝑐ℎ1
1,5
Q = Debit dalam m3/detik.
Cd = Koeffisien debit ( harganya mendekati 0,63 )
Cv = Koeffisien kecepatan datang.
g = percepatan gravitasi ( = 9,8 m/dt2)
bc = lebar mercu, meter.
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, meter.
Harga koeffisien kecepatan datang dapat dicari dari gambar terdahulu, namun
biasanya nilai koeffisien ini diperkirakan mendekati 1.
𝑄 =
0,63.1.2
3
.
2
3.9,8
𝑏𝑐ℎ1
1,5
= 1,073𝑏𝑐ℎ1
1,5
Debit Pengaliran Cipoletti
5. Pintu Sorong
Pintu sorong ini umumnya digunakan sebagai pintu pengatur
pada bangunan bendung maupun pada bangunan bagi, serta
bangunan air lainnya. Aliran melalui pintu sorong secaraskematis
adalah seperti pada gambar berikut ini.
6. Debit Pengaliran Pintu Sorong
𝑄 = 𝐾. 𝜇. a. b 2. 𝑔. ℎ1
Q = Debit dalam m3/detik.
K = faktor aliran tenggelam
𝜇 = koeffisien debit
a = bukaan pintu, m.
b = lebar pintu, m .
g = percepatan gravitasi
(=9,8 m/dt2)
h1 = kedalaman air di hulu
(depan pintu), m.
Besarnya koeffisien K dapat diambil
dari grafik V. berikut ini.
7. Sedangkan besarnya koeffisien debit ( 𝜇 ) dapat diambil dari grafik
berikut berikut ini dimana besarnya koeffisien debit tergantung dari
perbandingan h1dengan a serta besarnya sudut antara pintu sorong
dengan lantai (𝛽).
8. Balok Sekat
Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan peralatan yang sederhana. Balok –
balok profil segi empat itu ditempatkan tegak lurus terhadap potongan segi empat saluran.
Balok – balok tersebut disangga di dalam sponeng/ alur yang lebih besar 0,03m sampai
0,05m dari tebal balok – balok itu sendiri. Dalam bangunan – bangunan saluran irigasi,
dengan lebar bukaan pengontrol 2,0 m atau lebih kecil lagi, profil – profil balok seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.1. biasa dipakai. .
Debit Pengaliran Balok Sekat
𝑄 = 𝐶𝑑𝐶𝑣2/3 2/3𝑔𝑏𝑐ℎ1
1,5
Q = Debit dalam m3/detik.
Cd = Koeffisien debit ( harganya mendekati 0,63 )
Cv = Koeffisien kecepatan datang.
g = percepatan gravitasi ( = 9,8 m/dt2)
bc = lebar mercu, meter.
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, meter.
9. Besarnya koeffisien debit dapat diambil dari grafik berikut ini. Nilai H1 /L sebaiknya diambil kurang dari 1,5.
Nilai yang lebih tinggi dari 1,5 maka pola alirannya menjadi tidak mantap dan sangat sensitif terhadap
ketajaman tepi balok sekat bagian hulu. Juga besarnya airasi dalam kantong udara dan tenggelamnya
pancaran sangat mempengaruhi debit pada balok sekat.
10. Contoh Perhitungan
contoh kasus akan dilakukan perhitungan perencanaan bangunan bagi dengan
data sebagai berikut :
Data Sekunder
hulu
Sekunder
kiri
Sekunder
kanan
Tersier kiri Tersier kanan
Elevasi muka air,
meter
+ 76.53 + 76.03 + 75.97 + 74.16 + 73.23
Debit, m3/detik 2.232 1.237 0.616 0.149 0.232
Pengatur - - P.sorong P.sorong Balok sekat Romijn
Pintu Ukur - - Mercu - - Thomson Romijn
Kemiringan 0.000328 0.000133 0.000080 0.000970 0.000510
11. Perhitungan dimensi saluran.
Perencanaan saluran yang masuk atau keluar dari bangunan bagi – sadap
tersebut adalah sebagai berikut :
Data
Sekunder
hulu
Sekunder
kiri
Sekunder
kanan
Tersier
kanan
Tersier
kiri
Debit, m3/dtk 2.232 1.237 0.616 0.095 0.232
Kemiringan talut 1 : m 1.5 1.0 1.0 1.0 1.0
perbandingan b/h 1.8 – 2.3 1.5 – 1.8 1.3 – 1.5 1.0 1.0
Koeffisien kekasaran
Stickler ( k )
40 40 35 35 35
12. Untuk tersier kiri ini dicoba dengan lebar saluran b = 0.50 m dengan b/h = 1.0,
Dengan demikian maka h = 0.5 m.
Dengan miring talut m = 1.0, maka :
• luas basah A = (b + mh)h = ( 0.50 + 1.0 x 0.5 ) 0.5 = 0.50 m2.
• keliling basah P = b + 2 h (1 + 𝑚2) = 0.5 + 2 x 0.5 (1 + 12) = 1.942 m
• jari-jari hidraulis R = A/P = 0.257 m.
• kecepatan aliran v = v = k x R2/3 x I1/2 = 0.3195 m/det
• Debit Q = v x A = 0.3195 x 0.5 = 0.159 m3/det
Perhitungan dimensi saluran.
Pintu Ukur Romijn.
Karena debit yang dialirkan oleh tersier kiri ini adalah sebesar 0,232 m3/detik, maka
dipakai pintu Romijn Type II.
13. No. Uraian Type II
1 Lebar, meter 0.50
2 Kedalaman maksimum aliran, meter 0.50
3 Debit maksimum, liter/detik 300
4 Kehilangan tinggi energi, m 0.11
5 Elevasi dasar dari muka air rencana 1.15 + V
Data pintu Romijn Type II dapat dilihat pada tabel
berikut
dimana V = varian = 0.18 x H maksimum = 0.18 x 0.50 = 0.09 meter, sehingga elevasi
dasar dari muka air rencana : p = 1.15 + 0.09 = 1.24 meter. Karena h1 + p = 0.50 +
1.24 meter = 1.74 meter lebih besar dari kedalaman muka air di saluran sekunder hulu,
maka dasar pintu Romijn harus diturunkan sebesar 0,64 meter. sehingga kedudukan
pintu Romijn seperti pada gambar berikut.