2. Pada saat air terbendung maka akan terjadi perbedaan tekanan antara hilir dan udik bendung.
Perbedaan ini akan menimbulkan adanya aliran di bawah bendung, lebih-lebih bila tanah dasar
bersifat tiris (porous).
Aliran air ini akan menimbulkan tekanan pada butir-butir tanah di bawah bendung. Bila tekanan ini
cukup besar untuk mendesak butir-butir tanah, maka lama kelamaan akan timbul penggerusan,
terutama di ujung belakang bendung.
3. Fungsi Lantai Muka
Air yang mendapat hambatan akan mencari jalan keluar melalui hambatan yang paling kecil,
hambatan yang paling kecil di sini adalah pertemuan antara tanah dengan bangunan, biasanya
hal ini di sebut creepline.
Bila creep line ini pendek, maka hambatannya akan kecil dan tekanan yang di timbulkan oleh
air itu akan besar.
Untuk memperkecil tekanan air ini, maka hambatan harus di perbesar atau di perpanjang.
Cara lain adalah dengan membuat lantai muka atau juga dengan dinding vertikal (cut off wall).
4. Cara penanggulangan bahaya piping adalah dengan cara :
Membuat cutoff atau memasang tiang turap pada ujung hilir dan pada lantai muka.
Lapisan pengering (drain) dengan susunan material yang tertentu (filter) dihulu dari cutoff.
Susunan batu kosong (riprap) diatas materi hilir dan lantai muka
Bahaya terjadinya erosi dibawah tanah dapat dicek dengan :
1. Metode Lane
2. Metode Bligh
3. Membuat jaringan aliran (flownet)
6. Tekanan Hidrostatis pada Bendung
Tekanan pada Titik A = γ x h sebagai tekanan hidrostatis. Tekanan pada titik B, jika ada tanah
yang sebesar γ x h1. Tetapi karena ada tanah dan air ini akan melewati jalan sepanjang AB dan
dengan sendirinya akan mengurangi energinya (untuk diubah menjadi kecepatan), maka
tekanan di B akan menjadi kecil, kurang dari γ x h1
Gambar 2.
Tekanan Hidrostatis
pada Bendung
7. PERHITUNGAN LANTAI MUKA
Tekanan air ini bergerak ke segala arah, demikian juga air y ang berada di bawah bendung.
Gaya tekan air yang menekan dibawah bendung ini di sebut sebagai Up-lift Pressure, yang
hakekatnya berusaha mendorong bendung ke atas.
Sehingga desain bendung harus dicek juga stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan
bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan atau
juga kehilangan materi halus (piping).
8. Metode Lane, yang juga disebut metoda angka rembesan Lane (Weighted Creep Ratio
Method), adalah metoda yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan utama untuk
mengetahui adanya erosi bawah tanah. Hal ini disebabkan metoda ini memberikan hasil yang
aman dan mudah dipakai.
Metoda ini membandingkan panjang jalur rembesan dibawah bangunan disepanjang bidang
kontak bangunan / pondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan
CL =
METODA LANE
H
LH
/
LV
3
1
9. Rumus yang dipakai :
Dimana :
CL = Angka rembesan Lane
∑ LV = Jumlah panjang vertikal
∑ LH = Jumlah panjang horizontal
∆ H = Beda tinggi muka air.
CL =
H
LH
/
LV
3
1
10. Metode Bligh
Bligh berpendapat bahwa besarnya perbedaan tekanan sepanjang pengaliran adalah sebanding
dengan panjangnya jalan air yang dilalui (creep line).
∆ H = 1/C
∆ HAB = l AB / C ; ∆ HAB = l BC / C : ∆ HAB = l CD / C dan seterusnya
Kalau diambil seluruh tekanan dan jumlah seluruh creep line, maka rumus di atas berubah
menjadi
∆ H = L/C
Agar supaya konstruksi aman terhadap tekanan air maka : ∆ H < L/C atau L > ∆ H = L/C
Dimana :
∆ H = Beda muka air
L = Panjang creep line
C = Creep ratio
12. PENETAPAN PANJANG LANTAI MUKA
Lantai muka atau lantai depan di hulu bendung dimaksudkan untuk memperkecil gradien aliran air
rembesan kewat bawah konstruksi. Serta memperkecil uplift presure, yang dapat mengakibatkan
bahaya piping atau bahaya terhadap stabilitas bendung secara keselkuruhan.
Beberapa teori yang digunakan untuk menetapkan panjang lantai muka antara lai yaitu dengan cara
analisa :
1. Flownett
2. Metode Lane
3. Metode Bligh.
Panjang lantai muka ditentukan dari :
■ Apabila panjang (L) dengan metoda Lane ataui Bligh > L ada, perlu lantai muka
■ Apabila panjang (L) dengan metode lane atau Bligh < L ada. tidak perlu lantai muka.