SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
I. PENDAHULUAN
Syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika
syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku. Jika seseorang
sedang lapar atau haus maka tingkahlakunya selalu mengarah kepada tempat dimana
dapat diperoleh makanan dan minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual
maka perilakunya juga selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan
seksual. Begitulah seterusnya, perilaku manusia sangat dpengaruhi oleh syahwat apa
yang sedang dominant dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat politik, syahwat
pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri, syahwat kelezatan dan lain-
lainnya.. Syahwat itu wataknya seperti anak-anak, jika dilepas maka ia akan
melakukan apa saja tanpa kendali, karena anak-anak hanya mengikuti dorongan
kepuasan, belum mengerti tanggung jawab.Jika dididik, maka jangankan anak-anak.
Binatangpun tingkahlakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang dimanjakan akan
mendorong orang pada pola hidup glamour dan hedonis.
Syahwat, yang sering diterjemahkan dengan hasrat seksual, sebenarnya
memiliki pengertian yang jauh lebih luas. Dalam pengetian bahasa (Arab), syahwat
dimaknai sebagai kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang
bersifat inderawi dan materiil. Dalam fitrahnya, syahwat bukanlah sesuatu yang layak
dibenci, namun merupakan karunia Allah yang harus dikendalikan, sehingga
memiliki nilai tambah bagi setiap diri (pribadi) manusia. Ego (nafs) manusia bisa
terbawa ke arah positif atau negatif, tergantung pada kemampuan setiap diri (pribadi)
manusia untuk mengarahkannya. Oleh karenanya, menjadai tugas setiap manusia
untuk mengarahkan syahwat ke arah yang serba positif dan mengendalikannya jangan
sampai menuju ke arah yang serba negatif.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan Syahwat?
B. Apa Macam-macam Syahwat?
C. Bagaimanakah cara mengendalikan Syahwat farji’?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Syahwat
Kalimat syahwat disebut al-Qur'an dalam berbagai kata bentukannya
sebanyak tiga belas kali, lima kali di antaranya dalam bentuk masdar, yakni dua
kali dalam bentuk mufrad dan tiga kali dalam bentuk jama'.1
Secara lughawi,
syahwat artinya menyukai dan menyenangi (syahiya, syaha-yasha, atau syahwatan),
sedangkan maknanya adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang
dikehendakinya (nuzu’an nafsi ilama turiduhu , )2
Dalam
bahasa Arab, syahwah yang berasal dari kata – – – .
Dengan singkat Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan syahwat yaitu
nafsu atau keinginan bersetubuh, kebirahian.3
Demikian pula WJS
Poerwadarminta mengartikan syahwat berarti kebirahian, nafsu atau kegemaran
bersetubuh.4
Arti yang sama terdapat dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia,
syahwat berarti nafsu, keinginan, terutama keinginan bercampur antara laki-laki
dan perempuan.5
Adapun Al-Qur'an menggunakan term syahwat untuk beberapa arti:
Pertama, dalam kaitannya dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni mengikuti pikiran
orang karena mengikuti hawa nafsu seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-
Nisa/4:27
Kedua, dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan kesenangan
seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ali 'Imran/3:14 dan Maryam/19:59.
Ketiga, berhubungan dengan perilaku seks menyimpang seperti dijelaskan dalam al-
Qur’an surat al-A'raf/7:81, dan QS. al-Naml/27:55.
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut al- Qur’an, di
dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk
1
Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern: Jiwa dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Paramadina, 2000, hlm. 156
2
Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, Jilid V, Dar al-Ma’arif, hlm, 3432-3435.
3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 2002, hlm. 1114.
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta PN Balai Pustaka,, 1976, hlm. 985.
5
Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, tth, hlm. 893.
melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan
kepemilikan, kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri.
Orang-orang yang menapaki jalan Allah, dari bermacam-macam aliran
(thariqat) dan suluk mereka, telah bersepakat bahwa nafsu insaniah itu sebagai
penghalang bagi hati insani untuk mencapai Tuhannya. Hidayat Allah tidak akan
menembus dalam sanubarinya, sebelum ia berhasil menundukkan bahkan
melenyapkan hawa nafsunya.
B. Macam-macam Syahwat
Dalam kajian tasawuf-akhlak, nafsu itu lazim dibagi ke dalam dua kategori:
Pertama adalah nafsu marah (nafs gadabiyyat), yakni nafsu yang mendorong
orang untuk marah atau benci kepada apa saja yang mengganggu atau berbahaya bagi
kehidupannya. Karena adanya nafsu marah itu, ia berupaya menyingkirkan gangguan
atau bahaya itu, dan kalau ia tidak mampu menyingkirkannya, ia akan didorong oleh
nafsu itu untuk menyingkirkan diri sendiri, agar jauh dari bahaya itu. Kedua adalah
nafsu senang (nafs syahwaniyyat), yakni yang mendorong orang untuk mendapatkan,
memiliki, atau dekat dengan apa yang menyenangkan dirinya.
Nafsu, yang keberadaannya vital bagi setiap manusia, bersifat buta, dan
karena itu perlu dikembangkan serta dikontrol secara benar dan baik oleh akal atau
ajaran agama. la dapat dimisalkan seperti sungai yang bisa mengalir tenang dan bisa
meluap atau menghancurkan, dan karena itu perlu dikontrol dengan sistem
bendungan dan irigasi yang baik, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya. Nafsu yang tidak terkontrol dengan baik akan
menghasilkan kerusakan, tapi yang terkontrol dengan baik, niscaya membuahkan
kebaikan.
Nafsu marah yang dikembangkan secara baik (pada jalan yang lurus) oleh
akal atau ajaran agama, akan mengangkat orang menjadi manusia yang berani dalam
kebenaran. Sebaliknya, bila nafsu marah seseorang tidak dikembangkan niscaya
menjadi manusia pengecut, atau kalau dikembangkan tanpa kendali, niscaya menjadi
manusia nekad, yang merugikan diri sendiri.
Nafsu senang (syahwat), yang dikembangkan secara baik (pada jalan yang
lurus) oleh akal atau ajaran agama, akan mengangkat orang menjadi manusia yang
bersih (suci). Sebaliknya, ia akan jatuh menjadi manusia serakah (rakus), bila ia
membiarkan nafsunya berkembang merajalela, tanpa kontrol, atau menjadi manusia
beku, tak berselera, bila nafsu syahwatnya itu dibiarkan tak berkembang.
Demikianlah, nafsu yang bersifat vital itu perlu dikembangkan oleh akal yang
bijaksana, atau akal yang mendapat penerangan dari agama yang benar. Nafsu yang
sering dikatakan senantiasa mendorong kepada kejahatan (nafs ammarat), tidak lain
dari nafsu yang lepas dari kontrol akal yang bijaksana.6
Kedua, mencintai kelezatan dunia. jika hati manusia ini sudah terbelenggu
penyakit cinta dunia, kedudukan, popularitas, atau harta kekayaan, maka syahwat dan
nafsunya yang secara alami cenderung pada kejelekan— akan mengendalikan hatinya
agar menjadi budak bagi semua yang dicintainya. Bagaimana jika nafsu liar ini bebas
memangsa dunia yang dicintainya? Akibatnya, bimbingan hati nurani atas semua
jasad akan lepas. Tidak akan ada lagi hidayah yang membimbingnya, selain dorongan
nafsu semata. Demikian halnya dengan pencinta popularitas, yang mendambakan
setiap orang mengenal kebaikan atau kemahirannya, untuk mendapatkan status yang
lebih tinggi di tengah masyarakat.7
Penyakit hati yang satu ini akan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit
lain, seperti 'ujub (merasa paling hebat ibadahnya), riya' (sombong), dan terlalu
bergantung pada amal kebaikannya sehingga lupa bahwa di antara kebaikannya
tersimpan banyak kesalahan. Lebih parah lagi jika penyakit dunia dan status ini
menyerang para pemuka agama. Agama akan dijadikan sarana untuk mengumpulkan
6
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, Anggota
IKAPI, 1992, hlm. 723
7
Uwes Al-Qorni, Penyakit Hati, Bandung: Rosda Karya, 2003, hlm. 10 – 11.
materi dan merebut simpati massa, yang pada gilirannya akan mendorongnya menjadi
budak nafsu yang menghalalkan segala cara.
Akan tetapi, bagi mereka yang mendapatkan pemeliharaan dari Allah, tentu
saja tidak demikian. Bagi mereka, dunia, kedudukan, dan popularitas duniawi yang
didapatkannya tidak akan pernah menggusurnya hanyut dalam kerusakan; karena
semua aspek duniawi yang mereka peroleh tidak pernah mendapat tempat di hatinya.
Mereka bahkan berkuasa mengatur dan mengendalikan dunia sebagaimana yang
dilakukan oleh para nabi, para wali, dan para ulama yang saleh.8
Seseorang yang terpanah cinta dunia menganggap kehidupan itu hanyalah apa
yang dapat dilihat, didengar dan rasakan di dunia ini. Mereka dipermainkan oleh
dunianya sehingga sebanyak-banyaknya mengumpulkan dan menghimpun seluruh
materi dunia yang dia cintai. Banyak manusia yang menjadi buta dan dungu dengan
tipuan dunianya. Mereka menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk meraih
kemenangan dalam kompetisi duniawi yang segera akan berakhir dengan kematian,
sementara dirinya lelah karena diperbudak dunia. Mereka selalu merasa belum
mendapatkannya. Padahal mereka tidak merasakan apa pun selain bayangan
fatamorgana yang menjanjikan kesegaran semu di tengah kehausan. Adanya larangan
hubbud-dunya merupakan peringatan agar setiap orang selalu waspada dalam
menghadapi dan mengantisipasi seluruh problematika dan dinamika kehidupan di
dunia.9
Ketiga, syahwat dalam arti nafsu seks yang menyimpang atau free sex.
Elisabeth Lukas, seorang logoterapis kondang, sebagaimana dikutip oleh Hanna
Djumhana Bastaman mengatakan: salah satu prestasi penting dari proses modernisasi
di dunia Barat, yakni melepaskan diri dari berbagai belenggu tradisi yang serba
menghambat, sekaligus berhasil meraih kebebasan (freedom) dalam hampir semua
8
Ibid., hlm. 12.13
9
Aba Firdaus Al-Halwani dan Sriharini, Manajemen Terapi Qalbu, Yogyakarta: Media Insani, 2002,
hlm. 34 – 35.
bidang kehidupan.10
Di antaranya, yaitu pertama, “kebebasan seks dan peluang untuk
melakukannya ternyata menjadikan fungsi hubungan seks bukan sebagai ungkapan
cinta kasih melainkan sebagai tuntutan dan keharusan untuk berhasil meraih puncak
kenikmatan; kedua, makin sering terjadi gangguan fungsi seksual pada pria dan
wanita dewasa”.11
C. Upaya Pengendalian Syahwat
Seorang yang berakal perlu mengetahui bahwa menderita karena
menahan keinginan lebih mudah dari menuruti keinginan itu sendiri. Dampak
yang paling kecil yang dihadapi oleh orang-orang yang selalu mengumbar
syahwatnya, mereka tidak dapat merasakan nikmatnya, karena tidak mudah
melepaskan diri dari rasa ketergantungannya, karena ia telah menjadi
kebiasaan hidup mereka, seperti kebiasaan bersetubuh dan mabuk-
mabukkan. Berfikir jernih tentang masalah-masalah seperti itu dapat
mempermudah manusia untuk mengendalikan syhwatnya. Termasuk juga,
jika manusia memikirkan dirinya, maka ia akan menilai syahwatnya sebagai
sesuatu yang hina, karena ia mengetahui bahwa ia dijadikan bukan untuk
menyetujui segala keinginan syahwatnya. Sebab, seekor onta mampu makan
lebih banyak dari seekor burung kecil, karena itu, seekor burung kecil lebih
mampu menempuh perjalanan jauh dari seekor onta.
Begitu juga, pada umumnya binatang dapat bebas mengumbar
nafsunya, karena mereka tidak mempunyai fikiran yang pelik. Demikian juga,
kalau seorang pandai mengendalikan nafsunya dan ia mengetahui berbagai
kekurangannya, pasti ia sadar bahwa ia tidak diciptakan untuk mengumbar
nafsunya.12
10
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, menuju psikologi islami, Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 1995, hlm. 192.
11
Ibid.
12
Al-Imam Ibnul Jauziy, Terapi Mengatasi Penyakit Rohani, Rembang: Pustaka Anisah, 2003, hlm. 21-
22.
Menurut Imam Yahya Ibn Hamzah, perkara terbesar yang sering
mencelakakan manusia adalah nafsu perutnya. Nafsu itulah yang telah
mengeluarkan Adam dan Hawa dari tempat abadi ke tempat penuh kehinaan,
kerendahan, dan kebutuhan, ketika mereka berdua melanggar larangan agar tidak
memakan buah dari suatu jenis pohon. Tetapi karena nafsu telah mengalahkan
mereka, mereka tetap memakannya. Maka tampaklah aurat keduanya. Sesungguhnya
perut adalah sumber nafsu itu, sekaligus merupakan asal mula semua malapetaka.
Sedangkan nafsu seks, yang bersifat birahi hanya mengikuti nafsu perut.13
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, bahwa cara menepis hawa nafsu ada lima
puluh cara dan yang paling utama di antaranya ada sepuluh cara yaitu:14
a. Harus ada semangat secara bebas agar muncul kecemburuan terhadap dirinya
sendiri.
b. Modal kesabaran untuk menghadapi masa-masanya yang terasa pahit.
c. Kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya berani menenggak kepahitan itu,
karena keberanian merupakan kesabaran sesaat, dan sebaik-baik hidup adalah
yang bisa diketahui seseorang berkat kesabarannya.
d. Mencermati secara baik akibat suatu kejadian dan mencari kesembuhan
dengan menenggak kepahitan itu.
e. Mengamati dan mempertimbangkan penderitaan yang semakin bertambah
dari pada kenikmatan menuruti nafsu.
f. Mempertahankan kedudukannya di sisi Allah dan di hati manusia. Ini lebih
baik dan lebih bermanfaat baginya daripada kenikmatan karena mengikuti
nafsu.
g. Lebih mementingkan kenikmatan menjaga kehormatan daripada kenikmatan
melakukan kedurhakaan.
13
Iman Yahya ibn Hamzah, Kiat-Kiat Mengendalikan Nafsu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001,
hlm. 43.
14
Ibnu Qayyim, 50 Cara Menepis Hawa Nafsu, Terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Dar al Falah, tth, hlm. 65
– 69.
h. Kesenangan mengalahkan musuh, mengusir dan menimbulkan kemarahannya.
Sebab ia tak akan mendapatkan jaminan keamanan dari mereka. Allah senang
jika hamba-Nya yang Mukmin menghindari musuh-musuh-Nya dan
membenci mereka.
i. Berpikir bahwa dia tidak diperuntukkan bagi nafsu, tapi dipersiapkan untuk
suatu urusan yang besar. Urusan ini tidak akan diperoleh kecuali dengan
memusuhi nafsu.
j. Jangan membuat diri sendiri seakan-akan kondisi hewan lebih baik dari
kondisinya. Dengan nalurinya, hewan bisa membedakan antara yang
bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya.
Sedangkan menurut Ghazâlî yang bisa menundukkan nafsu dan melunakkan
kesenangan nafsu itu hanya tiga, yaitu:15
1. Mencegah kesenangan nafsu. Karena, hewan tunggangan (kuda) yang nakal
itu dapat melunak bila dikurangi makanannya.
2. Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu bila
ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan
menurut.
3. Memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla
IV. KESIMPULAN
Sumber segala dosa adalah syahwat perut, dan dari situlah timbul syahwat
kemaluan. Dan Manusia akan menganggap baik setiap kejelekan yang datang dari diri
(nafsu)nya dan hampir-hampir tidak dapat melihat celanya, padahal nafsu tetap
memusuhi dan membuat madlarat. Tidak memakan waktu lama, nafsu itu tentu akan
menjerumuskannya ke dalam keterbukaan aib dan kerusakan, sedangkan ia tidak
15
Imam Al-Ghazâlî, Minhaj al-'Abidin, Beirut: Dar-al-Fikri, tth, hlm. 15.
merasa, kecuali jika Allah menjaganya dan menolongnya mengalahkan nafsu, dengan
anugerah dan rahmatNya.
V. PENUTUP
Demikianlah, makalah yang saya paparkan serta masih jauh dari kata
baik.Oleh sebab itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah saya harapkan, untuk
memperkaya materi dan memperdalam pemahaman.Tak lupa ucapan ma’af dan
terima kasih saya haturkan dengan sepenuh hati kepada semua pihak atas kerjasama
di dalam pembuatan maupun penyampaian materi ini. Ihdina al-Shirathal
Mustaqim..Wallahu A’lamu Bi al-Shawab.

More Related Content

What's hot

07. Akhlak Kepada Sesama Muslim
07. Akhlak Kepada Sesama Muslim07. Akhlak Kepada Sesama Muslim
07. Akhlak Kepada Sesama Muslimyasin5582
 
Kepribadian
KepribadianKepribadian
KepribadianVita Zzz
 
Ppt kedudukan dan peran wanita dalam islam
Ppt kedudukan dan peran wanita dalam islamPpt kedudukan dan peran wanita dalam islam
Ppt kedudukan dan peran wanita dalam islamaisyaszuhriyah
 
Makalah masyarakat
Makalah masyarakatMakalah masyarakat
Makalah masyarakatPastime.net
 
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazunMembumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazunMuhammad Al Asrori
 
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaMakalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaAndreasFN
 
Presentasi Power Point Thaharah
Presentasi Power Point ThaharahPresentasi Power Point Thaharah
Presentasi Power Point Thaharahjannahere
 
Stratifikasi sosial dan problematikanya
Stratifikasi sosial dan problematikanyaStratifikasi sosial dan problematikanya
Stratifikasi sosial dan problematikanyaRidwan Hidayat
 
Putri liviana teori analisis transaksional
Putri liviana teori analisis transaksionalPutri liviana teori analisis transaksional
Putri liviana teori analisis transaksionalFaiz Sujudi
 
Psikologi islami
Psikologi islamiPsikologi islami
Psikologi islamikholidi14
 
Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)
Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)
Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)Andri_Ferdians
 
02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
02. Akhlak Terhadap Diri Sendiriyasin5582
 
Anggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiAnggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiswirawan
 
Bab 1.d. dinamika kelompok sosial
Bab 1.d. dinamika kelompok sosialBab 1.d. dinamika kelompok sosial
Bab 1.d. dinamika kelompok sosialBudionoDrs
 

What's hot (20)

07. Akhlak Kepada Sesama Muslim
07. Akhlak Kepada Sesama Muslim07. Akhlak Kepada Sesama Muslim
07. Akhlak Kepada Sesama Muslim
 
Kepribadian
KepribadianKepribadian
Kepribadian
 
Ppt kedudukan dan peran wanita dalam islam
Ppt kedudukan dan peran wanita dalam islamPpt kedudukan dan peran wanita dalam islam
Ppt kedudukan dan peran wanita dalam islam
 
Makalah masyarakat
Makalah masyarakatMakalah masyarakat
Makalah masyarakat
 
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazunMembumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
 
Psikologi Umum
Psikologi UmumPsikologi Umum
Psikologi Umum
 
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas MercubuanaMakalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
Makalah Psikologi Sosial "Prasangka" Universitas Mercubuana
 
Manusia Dan Masyarakat
Manusia Dan MasyarakatManusia Dan Masyarakat
Manusia Dan Masyarakat
 
Teori teori pembaharuan pem-da -all teory
Teori teori pembaharuan pem-da -all teoryTeori teori pembaharuan pem-da -all teory
Teori teori pembaharuan pem-da -all teory
 
Presentasi Power Point Thaharah
Presentasi Power Point ThaharahPresentasi Power Point Thaharah
Presentasi Power Point Thaharah
 
Stratifikasi sosial dan problematikanya
Stratifikasi sosial dan problematikanyaStratifikasi sosial dan problematikanya
Stratifikasi sosial dan problematikanya
 
Putri liviana teori analisis transaksional
Putri liviana teori analisis transaksionalPutri liviana teori analisis transaksional
Putri liviana teori analisis transaksional
 
Psikologi islami
Psikologi islamiPsikologi islami
Psikologi islami
 
Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)
Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)
Hubungan Antara Ilmu dan Amal (Pend. Agama Islam)
 
02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
02. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
 
Anggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiAnggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsi
 
Bab 1.d. dinamika kelompok sosial
Bab 1.d. dinamika kelompok sosialBab 1.d. dinamika kelompok sosial
Bab 1.d. dinamika kelompok sosial
 
Aik ppt 1
Aik ppt 1Aik ppt 1
Aik ppt 1
 
Depresi pada remaja
Depresi pada remajaDepresi pada remaja
Depresi pada remaja
 
Kelompok Sosial & Lembaga Sosial
Kelompok Sosial & Lembaga SosialKelompok Sosial & Lembaga Sosial
Kelompok Sosial & Lembaga Sosial
 

Similar to Makalah Syahwad faji'

Mengenal dan menjaga jiwa
Mengenal dan menjaga jiwaMengenal dan menjaga jiwa
Mengenal dan menjaga jiwaIyeh Solichin
 
Agama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiAgama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiMaya Hadiyuni
 
Penghantar bimbingan dan kaunseling
Penghantar bimbingan dan kaunselingPenghantar bimbingan dan kaunseling
Penghantar bimbingan dan kaunselingAmer Asyraf
 
Potensi Dasar Manusia
Potensi Dasar ManusiaPotensi Dasar Manusia
Potensi Dasar Manusiashofichofifah
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaandindaa99
 
Sikap hidup dan pengendalian diri
Sikap hidup dan pengendalian diriSikap hidup dan pengendalian diri
Sikap hidup dan pengendalian diririkanovi_tasa
 
Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong
Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong
Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong Ilmu coro Lilies toro
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusiaDonnyHari
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "chusnaqumillaila
 
Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaan
Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan PenderitaanIlmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaan
Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaantianachris
 
Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04Radio Pengajian
 
Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04guest50c377b
 
Akhlak tasawuf pembaruan
Akhlak tasawuf pembaruanAkhlak tasawuf pembaruan
Akhlak tasawuf pembaruanMAbdulNasir
 

Similar to Makalah Syahwad faji' (20)

Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Mengenal dan menjaga jiwa
Mengenal dan menjaga jiwaMengenal dan menjaga jiwa
Mengenal dan menjaga jiwa
 
Berpuasa, untuk apa
Berpuasa, untuk apaBerpuasa, untuk apa
Berpuasa, untuk apa
 
Akhlak Madzmumah
Akhlak MadzmumahAkhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah
 
Agama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiAgama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak Terpuji
 
Macam macam nafsu
Macam macam nafsuMacam macam nafsu
Macam macam nafsu
 
Penghantar bimbingan dan kaunseling
Penghantar bimbingan dan kaunselingPenghantar bimbingan dan kaunseling
Penghantar bimbingan dan kaunseling
 
Potensi Dasar Manusia
Potensi Dasar ManusiaPotensi Dasar Manusia
Potensi Dasar Manusia
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
Sikap hidup dan pengendalian diri
Sikap hidup dan pengendalian diriSikap hidup dan pengendalian diri
Sikap hidup dan pengendalian diri
 
Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong
Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong
Theory Kebertuhanan Manusia dari Karen Armstrong
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
 
Tata susila 4 ppt kb 4 ok
Tata susila 4 ppt kb 4 okTata susila 4 ppt kb 4 ok
Tata susila 4 ppt kb 4 ok
 
Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaan
Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan PenderitaanIlmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaan
Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaan
 
Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04
 
Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04Purification Of The Heart 04
Purification Of The Heart 04
 
Akhlak tasawuf pembaruan
Akhlak tasawuf pembaruanAkhlak tasawuf pembaruan
Akhlak tasawuf pembaruan
 

Recently uploaded

PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 

Recently uploaded (6)

PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 

Makalah Syahwad faji'

  • 1. I. PENDAHULUAN Syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku. Jika seseorang sedang lapar atau haus maka tingkahlakunya selalu mengarah kepada tempat dimana dapat diperoleh makanan dan minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual maka perilakunya juga selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual. Begitulah seterusnya, perilaku manusia sangat dpengaruhi oleh syahwat apa yang sedang dominant dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat politik, syahwat pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri, syahwat kelezatan dan lain- lainnya.. Syahwat itu wataknya seperti anak-anak, jika dilepas maka ia akan melakukan apa saja tanpa kendali, karena anak-anak hanya mengikuti dorongan kepuasan, belum mengerti tanggung jawab.Jika dididik, maka jangankan anak-anak. Binatangpun tingkahlakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang dimanjakan akan mendorong orang pada pola hidup glamour dan hedonis. Syahwat, yang sering diterjemahkan dengan hasrat seksual, sebenarnya memiliki pengertian yang jauh lebih luas. Dalam pengetian bahasa (Arab), syahwat dimaknai sebagai kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang bersifat inderawi dan materiil. Dalam fitrahnya, syahwat bukanlah sesuatu yang layak dibenci, namun merupakan karunia Allah yang harus dikendalikan, sehingga memiliki nilai tambah bagi setiap diri (pribadi) manusia. Ego (nafs) manusia bisa terbawa ke arah positif atau negatif, tergantung pada kemampuan setiap diri (pribadi) manusia untuk mengarahkannya. Oleh karenanya, menjadai tugas setiap manusia untuk mengarahkan syahwat ke arah yang serba positif dan mengendalikannya jangan sampai menuju ke arah yang serba negatif. II. RUMUSAN MASALAH A. Apakah yang dimaksud dengan Syahwat? B. Apa Macam-macam Syahwat? C. Bagaimanakah cara mengendalikan Syahwat farji’?
  • 2. III. PEMBAHASAN A. Pengertian Syahwat Kalimat syahwat disebut al-Qur'an dalam berbagai kata bentukannya sebanyak tiga belas kali, lima kali di antaranya dalam bentuk masdar, yakni dua kali dalam bentuk mufrad dan tiga kali dalam bentuk jama'.1 Secara lughawi, syahwat artinya menyukai dan menyenangi (syahiya, syaha-yasha, atau syahwatan), sedangkan maknanya adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya (nuzu’an nafsi ilama turiduhu , )2 Dalam bahasa Arab, syahwah yang berasal dari kata – – – . Dengan singkat Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan syahwat yaitu nafsu atau keinginan bersetubuh, kebirahian.3 Demikian pula WJS Poerwadarminta mengartikan syahwat berarti kebirahian, nafsu atau kegemaran bersetubuh.4 Arti yang sama terdapat dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia, syahwat berarti nafsu, keinginan, terutama keinginan bercampur antara laki-laki dan perempuan.5 Adapun Al-Qur'an menggunakan term syahwat untuk beberapa arti: Pertama, dalam kaitannya dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni mengikuti pikiran orang karena mengikuti hawa nafsu seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat al- Nisa/4:27 Kedua, dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan kesenangan seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ali 'Imran/3:14 dan Maryam/19:59. Ketiga, berhubungan dengan perilaku seks menyimpang seperti dijelaskan dalam al- Qur’an surat al-A'raf/7:81, dan QS. al-Naml/27:55. Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut al- Qur’an, di dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk 1 Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern: Jiwa dalam Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2000, hlm. 156 2 Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, Jilid V, Dar al-Ma’arif, hlm, 3432-3435. 3 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 2002, hlm. 1114. 4 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta PN Balai Pustaka,, 1976, hlm. 985. 5 Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, tth, hlm. 893.
  • 3. melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan kepemilikan, kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri. Orang-orang yang menapaki jalan Allah, dari bermacam-macam aliran (thariqat) dan suluk mereka, telah bersepakat bahwa nafsu insaniah itu sebagai penghalang bagi hati insani untuk mencapai Tuhannya. Hidayat Allah tidak akan menembus dalam sanubarinya, sebelum ia berhasil menundukkan bahkan melenyapkan hawa nafsunya. B. Macam-macam Syahwat Dalam kajian tasawuf-akhlak, nafsu itu lazim dibagi ke dalam dua kategori: Pertama adalah nafsu marah (nafs gadabiyyat), yakni nafsu yang mendorong orang untuk marah atau benci kepada apa saja yang mengganggu atau berbahaya bagi kehidupannya. Karena adanya nafsu marah itu, ia berupaya menyingkirkan gangguan atau bahaya itu, dan kalau ia tidak mampu menyingkirkannya, ia akan didorong oleh nafsu itu untuk menyingkirkan diri sendiri, agar jauh dari bahaya itu. Kedua adalah nafsu senang (nafs syahwaniyyat), yakni yang mendorong orang untuk mendapatkan, memiliki, atau dekat dengan apa yang menyenangkan dirinya. Nafsu, yang keberadaannya vital bagi setiap manusia, bersifat buta, dan karena itu perlu dikembangkan serta dikontrol secara benar dan baik oleh akal atau ajaran agama. la dapat dimisalkan seperti sungai yang bisa mengalir tenang dan bisa meluap atau menghancurkan, dan karena itu perlu dikontrol dengan sistem bendungan dan irigasi yang baik, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Nafsu yang tidak terkontrol dengan baik akan menghasilkan kerusakan, tapi yang terkontrol dengan baik, niscaya membuahkan kebaikan. Nafsu marah yang dikembangkan secara baik (pada jalan yang lurus) oleh akal atau ajaran agama, akan mengangkat orang menjadi manusia yang berani dalam kebenaran. Sebaliknya, bila nafsu marah seseorang tidak dikembangkan niscaya
  • 4. menjadi manusia pengecut, atau kalau dikembangkan tanpa kendali, niscaya menjadi manusia nekad, yang merugikan diri sendiri. Nafsu senang (syahwat), yang dikembangkan secara baik (pada jalan yang lurus) oleh akal atau ajaran agama, akan mengangkat orang menjadi manusia yang bersih (suci). Sebaliknya, ia akan jatuh menjadi manusia serakah (rakus), bila ia membiarkan nafsunya berkembang merajalela, tanpa kontrol, atau menjadi manusia beku, tak berselera, bila nafsu syahwatnya itu dibiarkan tak berkembang. Demikianlah, nafsu yang bersifat vital itu perlu dikembangkan oleh akal yang bijaksana, atau akal yang mendapat penerangan dari agama yang benar. Nafsu yang sering dikatakan senantiasa mendorong kepada kejahatan (nafs ammarat), tidak lain dari nafsu yang lepas dari kontrol akal yang bijaksana.6 Kedua, mencintai kelezatan dunia. jika hati manusia ini sudah terbelenggu penyakit cinta dunia, kedudukan, popularitas, atau harta kekayaan, maka syahwat dan nafsunya yang secara alami cenderung pada kejelekan— akan mengendalikan hatinya agar menjadi budak bagi semua yang dicintainya. Bagaimana jika nafsu liar ini bebas memangsa dunia yang dicintainya? Akibatnya, bimbingan hati nurani atas semua jasad akan lepas. Tidak akan ada lagi hidayah yang membimbingnya, selain dorongan nafsu semata. Demikian halnya dengan pencinta popularitas, yang mendambakan setiap orang mengenal kebaikan atau kemahirannya, untuk mendapatkan status yang lebih tinggi di tengah masyarakat.7 Penyakit hati yang satu ini akan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit lain, seperti 'ujub (merasa paling hebat ibadahnya), riya' (sombong), dan terlalu bergantung pada amal kebaikannya sehingga lupa bahwa di antara kebaikannya tersimpan banyak kesalahan. Lebih parah lagi jika penyakit dunia dan status ini menyerang para pemuka agama. Agama akan dijadikan sarana untuk mengumpulkan 6 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, Anggota IKAPI, 1992, hlm. 723 7 Uwes Al-Qorni, Penyakit Hati, Bandung: Rosda Karya, 2003, hlm. 10 – 11.
  • 5. materi dan merebut simpati massa, yang pada gilirannya akan mendorongnya menjadi budak nafsu yang menghalalkan segala cara. Akan tetapi, bagi mereka yang mendapatkan pemeliharaan dari Allah, tentu saja tidak demikian. Bagi mereka, dunia, kedudukan, dan popularitas duniawi yang didapatkannya tidak akan pernah menggusurnya hanyut dalam kerusakan; karena semua aspek duniawi yang mereka peroleh tidak pernah mendapat tempat di hatinya. Mereka bahkan berkuasa mengatur dan mengendalikan dunia sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi, para wali, dan para ulama yang saleh.8 Seseorang yang terpanah cinta dunia menganggap kehidupan itu hanyalah apa yang dapat dilihat, didengar dan rasakan di dunia ini. Mereka dipermainkan oleh dunianya sehingga sebanyak-banyaknya mengumpulkan dan menghimpun seluruh materi dunia yang dia cintai. Banyak manusia yang menjadi buta dan dungu dengan tipuan dunianya. Mereka menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk meraih kemenangan dalam kompetisi duniawi yang segera akan berakhir dengan kematian, sementara dirinya lelah karena diperbudak dunia. Mereka selalu merasa belum mendapatkannya. Padahal mereka tidak merasakan apa pun selain bayangan fatamorgana yang menjanjikan kesegaran semu di tengah kehausan. Adanya larangan hubbud-dunya merupakan peringatan agar setiap orang selalu waspada dalam menghadapi dan mengantisipasi seluruh problematika dan dinamika kehidupan di dunia.9 Ketiga, syahwat dalam arti nafsu seks yang menyimpang atau free sex. Elisabeth Lukas, seorang logoterapis kondang, sebagaimana dikutip oleh Hanna Djumhana Bastaman mengatakan: salah satu prestasi penting dari proses modernisasi di dunia Barat, yakni melepaskan diri dari berbagai belenggu tradisi yang serba menghambat, sekaligus berhasil meraih kebebasan (freedom) dalam hampir semua 8 Ibid., hlm. 12.13 9 Aba Firdaus Al-Halwani dan Sriharini, Manajemen Terapi Qalbu, Yogyakarta: Media Insani, 2002, hlm. 34 – 35.
  • 6. bidang kehidupan.10 Di antaranya, yaitu pertama, “kebebasan seks dan peluang untuk melakukannya ternyata menjadikan fungsi hubungan seks bukan sebagai ungkapan cinta kasih melainkan sebagai tuntutan dan keharusan untuk berhasil meraih puncak kenikmatan; kedua, makin sering terjadi gangguan fungsi seksual pada pria dan wanita dewasa”.11 C. Upaya Pengendalian Syahwat Seorang yang berakal perlu mengetahui bahwa menderita karena menahan keinginan lebih mudah dari menuruti keinginan itu sendiri. Dampak yang paling kecil yang dihadapi oleh orang-orang yang selalu mengumbar syahwatnya, mereka tidak dapat merasakan nikmatnya, karena tidak mudah melepaskan diri dari rasa ketergantungannya, karena ia telah menjadi kebiasaan hidup mereka, seperti kebiasaan bersetubuh dan mabuk- mabukkan. Berfikir jernih tentang masalah-masalah seperti itu dapat mempermudah manusia untuk mengendalikan syhwatnya. Termasuk juga, jika manusia memikirkan dirinya, maka ia akan menilai syahwatnya sebagai sesuatu yang hina, karena ia mengetahui bahwa ia dijadikan bukan untuk menyetujui segala keinginan syahwatnya. Sebab, seekor onta mampu makan lebih banyak dari seekor burung kecil, karena itu, seekor burung kecil lebih mampu menempuh perjalanan jauh dari seekor onta. Begitu juga, pada umumnya binatang dapat bebas mengumbar nafsunya, karena mereka tidak mempunyai fikiran yang pelik. Demikian juga, kalau seorang pandai mengendalikan nafsunya dan ia mengetahui berbagai kekurangannya, pasti ia sadar bahwa ia tidak diciptakan untuk mengumbar nafsunya.12 10 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, menuju psikologi islami, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1995, hlm. 192. 11 Ibid. 12 Al-Imam Ibnul Jauziy, Terapi Mengatasi Penyakit Rohani, Rembang: Pustaka Anisah, 2003, hlm. 21- 22.
  • 7. Menurut Imam Yahya Ibn Hamzah, perkara terbesar yang sering mencelakakan manusia adalah nafsu perutnya. Nafsu itulah yang telah mengeluarkan Adam dan Hawa dari tempat abadi ke tempat penuh kehinaan, kerendahan, dan kebutuhan, ketika mereka berdua melanggar larangan agar tidak memakan buah dari suatu jenis pohon. Tetapi karena nafsu telah mengalahkan mereka, mereka tetap memakannya. Maka tampaklah aurat keduanya. Sesungguhnya perut adalah sumber nafsu itu, sekaligus merupakan asal mula semua malapetaka. Sedangkan nafsu seks, yang bersifat birahi hanya mengikuti nafsu perut.13 Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, bahwa cara menepis hawa nafsu ada lima puluh cara dan yang paling utama di antaranya ada sepuluh cara yaitu:14 a. Harus ada semangat secara bebas agar muncul kecemburuan terhadap dirinya sendiri. b. Modal kesabaran untuk menghadapi masa-masanya yang terasa pahit. c. Kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya berani menenggak kepahitan itu, karena keberanian merupakan kesabaran sesaat, dan sebaik-baik hidup adalah yang bisa diketahui seseorang berkat kesabarannya. d. Mencermati secara baik akibat suatu kejadian dan mencari kesembuhan dengan menenggak kepahitan itu. e. Mengamati dan mempertimbangkan penderitaan yang semakin bertambah dari pada kenikmatan menuruti nafsu. f. Mempertahankan kedudukannya di sisi Allah dan di hati manusia. Ini lebih baik dan lebih bermanfaat baginya daripada kenikmatan karena mengikuti nafsu. g. Lebih mementingkan kenikmatan menjaga kehormatan daripada kenikmatan melakukan kedurhakaan. 13 Iman Yahya ibn Hamzah, Kiat-Kiat Mengendalikan Nafsu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, hlm. 43. 14 Ibnu Qayyim, 50 Cara Menepis Hawa Nafsu, Terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Dar al Falah, tth, hlm. 65 – 69.
  • 8. h. Kesenangan mengalahkan musuh, mengusir dan menimbulkan kemarahannya. Sebab ia tak akan mendapatkan jaminan keamanan dari mereka. Allah senang jika hamba-Nya yang Mukmin menghindari musuh-musuh-Nya dan membenci mereka. i. Berpikir bahwa dia tidak diperuntukkan bagi nafsu, tapi dipersiapkan untuk suatu urusan yang besar. Urusan ini tidak akan diperoleh kecuali dengan memusuhi nafsu. j. Jangan membuat diri sendiri seakan-akan kondisi hewan lebih baik dari kondisinya. Dengan nalurinya, hewan bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya. Sedangkan menurut Ghazâlî yang bisa menundukkan nafsu dan melunakkan kesenangan nafsu itu hanya tiga, yaitu:15 1. Mencegah kesenangan nafsu. Karena, hewan tunggangan (kuda) yang nakal itu dapat melunak bila dikurangi makanannya. 2. Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu bila ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan menurut. 3. Memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla IV. KESIMPULAN Sumber segala dosa adalah syahwat perut, dan dari situlah timbul syahwat kemaluan. Dan Manusia akan menganggap baik setiap kejelekan yang datang dari diri (nafsu)nya dan hampir-hampir tidak dapat melihat celanya, padahal nafsu tetap memusuhi dan membuat madlarat. Tidak memakan waktu lama, nafsu itu tentu akan menjerumuskannya ke dalam keterbukaan aib dan kerusakan, sedangkan ia tidak 15 Imam Al-Ghazâlî, Minhaj al-'Abidin, Beirut: Dar-al-Fikri, tth, hlm. 15.
  • 9. merasa, kecuali jika Allah menjaganya dan menolongnya mengalahkan nafsu, dengan anugerah dan rahmatNya. V. PENUTUP Demikianlah, makalah yang saya paparkan serta masih jauh dari kata baik.Oleh sebab itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah saya harapkan, untuk memperkaya materi dan memperdalam pemahaman.Tak lupa ucapan ma’af dan terima kasih saya haturkan dengan sepenuh hati kepada semua pihak atas kerjasama di dalam pembuatan maupun penyampaian materi ini. Ihdina al-Shirathal Mustaqim..Wallahu A’lamu Bi al-Shawab.