1. PERENCANAAN TEKNIS PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA
PENAMBANGAN BATUBARA DI PT INJATAMA, SITE PELABUHAN
KHUSUS BATUBARA INJATAMA, BENGKULU
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh :
IVAN BOSCHO
03101002118
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2014
2. A. JUDUL
PERENCANAAN TEKNIS PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP
PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT INJATAMA, SITE
PELABUHAN KHUSUS BATUBARA INJATAMA, BENGKULU
B. BIDANG ILMU
TEKNIK PERTAMBANGAN
C. PENDAHULUAN
PT.Injatama merupakan perusahaan tambang batubara yang melakukan
aktivitas penambangan menggunakan metode tambang terbuka di Desa Pasar
Ketahun, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara. Hal yang
membedakan tambang terbuka dengan tambang bawah tanah ialah bahwa pada
tambang terbuka yang menjadi permasalahan adalah besarnya atau banyaknya
jumlah atau volume tanah atau batuan penutup yang menutupi lapisan batubara
yang harus dipindahkan ke tempat lain supaya nantinya dapat memudahkan
dalam penggalian batubara. Terutama yang menjadi persoalan antara lain :
tempat penimbunan yang dibutuhkan untuk tanah penutup, cara penimbunan,
cara pengupasan yang efektif dan efisien.
Berangkat dari persoalan tersebut diperlukan suatu perencanaan dan
perancangan untuk setiap kegiatan penambangan, terutama yang ingin di
fokuskan adalah perancangan pengupasan lapisan tanah penutup pada
penambangan batubara mencakup desain teknis pengupasan lapisan tanah
penutup sehingga nantinya dapat mendukung kinerja penambangan lapisan
3. batubara yang ingin dicapai. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan mine
scheduling yang tepat berupa perencanaan distance serta dalam mencapai
material balance antara material overburden yang dikupas serta penempatan
material tersebut ke area disposal yang ditentukan.
Dengan adanya data perhitungan cadangan yang akurat menggunakan
software Minescape 4.118, pekerjaan penambangan selanjutnya dapat
direncanakan antara lain pembuatan desain tambang yang lebih detail dalam
mendekati target yang ditetapkan dan disesuaikan dengan perancangan tambang
yang cukup baik, serta pengalokasian fleet untuk pencapaian productivity dalam
pemenuhan target produksi yang telah ditetapkan yang kemudian pembuatan
mine scheduling dapat disusun dengan baik..
D. PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang diangkat dalam penelitian antara lain :
1. Bagaimana usaha perencanaan pengupasan overburden yang tepat dan
efisien sesuai dengan situasi topografi area tambang pada tambang batubara
PT.Injatama, Site Pelabuhan Khusus Batubara Tahun 2014.
2. Bagaimana perencanaan mine scheduling yang tepat dengan
mempertimbangkan penggunaan jalan angkut yang ada serta usaha dalam
menyesuaikan pengalokasian fleet yang tepat untuk mencapai target
productivity unit yang digunakan dan pencapaian target stripping ratio.
E. PEMBATASAN MASALAH
4. Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penyusunan laporan dan
pengambilan data di lapangan yaitu:
1. Perhitungan sisa cadangan batubara tertambang dilakukan hanya pada pit
tertentu yang dibatasi oleh topografi yang didapat dari kegiatan survey pada akhir
bulan September 2014 serta Final Pit Design 2014 oleh PT. Injatama.
2. Penyusunan mine secheduling bulan Okober sampai Desember 2014 dibatasi
untuk pekerjaan pemindahan overburden dengan menggunakan alat gali muat
yang dimiliki perusahaan
F. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan kembali
mine scheduling untuk Quarter 4 Tahun 2014 dalam jangka waktu 3 bulan
(Oktober- Desember 2014) yang aplikatif khususnya pada pengalokasian fleet
untuk mencapai target produksi unit serta target stripping ratio yang telah
disepakati dengan pihak client. Dalam perncanaan mine scheduling tersebut juga
membahas bagaimana upaya dalam pencapaian material balance yang
merupakan penyesuaian material yang dikupas dengan area pembuangan yang
dituju.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Adapun klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara menurut Badan
Standar Nasional (BSN) , 1999 adalah sebagai berikut:
a. Sumber daya batubara hipotetik (hypothetical coal resource)
5. Sumber daya batubara adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data
yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan
survei tinjau.
b. Sumber daya batu bara tereka (inferred coal resource)
Sumber daya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
tahap penyelidikan prospeksi.
c. Sumber daya batubara tertunjuk (indicated coal resource)
Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk
tahap eksplorasi pendahuluan.
d. Sumber daya batubara terukur (measured coal resource)
Sumber daya batubara terukur adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
tahap eksplorasi rinci.
e. Cadangan batu bara terkira (probable coal reserve)
6. Cadangan batubara terkira adalah sumber daya batubara tertunjuk dan
sebagian sumber daya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian
kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil
kajiannya dinyatakan layak.
f. Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve)
Cadangan batubara terbukti adalah sumber daya batubara terukur yang
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.
Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik
geologi endapan batubara dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
utama: Kelompok geologi sederhana, kelompok geologi moderat, dan
kelompok geologi kompleks. Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing
kelompok tersebut beserta tipe lokalitasnya adalah sebagai berikut:
a. Kelompok geologi sederhana
Endapan batu baradalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi oleh
aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu
barapada umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter,
dan hampir tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batu
barasecara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang
berarti. Contoh jenis kelompok ini antara lain, di lapangan Bangko
Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat
(Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau).
7. b. Kelompok geologi moderat
Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi
yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami
perubahan pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak
banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif
sedang. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi
ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan
batubara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter.
Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan
yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pada
pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku
mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batu baranya. Endapan
batubara kelompok ini terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi
Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis
(Kalimantan Timur), Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), serta
Gunung Batu Besar (Kalimantan Selatan).
c. Kelompok geologi kompleks
Batubara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim
sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang
ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batubara dengan
ketebalan yang beragam. Kualitas batubaranya banyak dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi
8. berlangsung atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau
kerusakan lapisan (wash out). Pergeseran, perlipatan dan pembalikan
(overtumed) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai
dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batubara sukar
dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan
lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batu/baranya terbatas
dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batubara dari
kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang, Formasi Warukin,
Ninian, Belahing dan Upau (Kalimantan Selatan), Sawahluhung
(Sawahlunto. Sumatera Barat). daerah Air Kotok (Bengkulu),
Bojongmanik (Jawa Barat), serta daerah batubara yang mengalami
ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumatera Selatan).
Ketiga karakteristik geologi endapan batubara ini mempengaruhi jarak
titik bor untuk mendapatkan informasi dalam menentukan jumlah cadangan.
Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi endapan dan
kelas sumberdaya diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1
Jarak titik informasi menurut kondisi geologi (BSN, 1999)
Kondisi
Geologi
Kriteria Sumberdaya
Terukur Terunjuk Tereka Hipotetik
9. Sederhana Jarak titik
informasi
x≤500m 500<x≤1000m 1000<x≤1500m Tidak
terbatas
Moderat x≤250m 250<x≤500m 500≤x≤1000m Tidak
terbatas
Kompleks x≤100m 100≤x≤200m 200≤x≤4000m Tidak
terbatas
G.2 Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Secara umum, data yang diperlukan dalam pehitungan cadangan
batubara meliputi peta topografi daerah penelitian, data log bor, data survey,
dan data koordinat. Dari data-data tersebut kemudian diolah menjadi:
a. Peta kontur struktur
Peta kontur struktur berguna untuk mengetahui batas penambangan
batubara yang efisien. Peta kontur struktur ini dibuat berdasarkan data
data hasil pemboran koordinat lubang bor (x, y, z) khususnya data
pemboran koordinat lubang bor.
b. Peta isopach
Pembuatan peta isopach bertujuan untuk mengetahui ketebalan lapisan
batubara. Peta isopach dibuat berdasarkan data-data hasil pemboran
antara lain data koordinat lubang bor (x, y, z), dan ketebalan batubara.
G.3 Metode Perhitungan Cadangan
10. Dalam pemilihan metode perhitungan cadangan ada beberapa faktor
yang mendasari diantaranya faktor geologi endapan, metode eksplorasi, data
yang dimiliki, tujuan perhitungan serta tingkat kepercayaan yang diinginkan.
Berdasarkan metode (teknik/asumsi/pendekatan), maka penaksiran dan
perhitungan cadangan atau sumberdaya terdiri dari metode konvensional
yang terbagi menjadi dua yaitu metode penampang vertikal dan metode
penampang horizontal.
a. Metode Penampang Vertikal
Metode penampang vertikal menggambarkan kondisi endapan, bijih dan
tanah penutup (overburden) pada penampang-penampang vertikal.
Perhitungan luas masing-masing elemen tersebut dilakukan pada masing-masing
penampang. Metode penampang vertikal dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut (Hustrulid & Kutcha 1995):
1. Penentuan lintasan penampang.
2. Konstruksi penampang (permukaan, geometri endapan, geometri pit,
serta faktor pembatas lainnya).
3. Perhitungan luas masing-masing elemen.
4. Pemilihan rumus perhitungan.
5. Perhitungan volume dan tonase.
Pada metode penampang (cross section), perhitungannya mirip
dengan metode triangular pada metode horizontal, berikut ini
perhitungannya:
11. 1. Daerah penampang (A pada Gambar 1), adalah rata-rata kedalaman
pada lubang bor, (di + dj)/2 dikalikan jarak anatar lubang bor W.
2. Total volume adalah satu setengah kali jumlah area pada masing-masing
penampang A dan B dikalikan jarak antar lintasan (L).
Gambar 1, Metode Cross Section, (B.A. Kenedy, 1990)
Dalam metode penampang, beberapa variasi dalam perhitungan
volume cadangan adalah sebagai berikut:
1. Rumus kerucut terpancung
Perhitungan Volume
12. Gambar 2, Penampang Endapan Berbentuk Kerucut Terpancung
(” Steven C. Chapra, 1985)
S1 = luas penampang atas
S2 = luas penampang bawah
L = jarak antara S1 dan S2
V = volume cadangan
2. Rumus Mean Area
Gambar 3, Gambar Penampang Berbentuk Melintang
(Steven C. Chapra, 1985)
Perhitungan Volume
S1,S2= luas penampang endapan
13. L= jarak antar penampang
V = Volume cadangan
b. Metode penampang horizontal
Beberapa metode penampang horizontal yang biasa digunakan
adalah metode triangulasi, metode polygon, isoline, dan metode circular
USGS 1983.
Pada metode triangulasi setiap lubang bor diambil dengan ketentuan
titik-titiknya dibentuk menjadi prisma segitiga. Jika pada bentuk
triangular ketebalan konstan adalah t, volumenya adalah luas area
dikalikan dengan ketebalan.
Gambar 4, Metode Triangular (B.A. Kenedy, 1990)
Metode poligon dalam perhitungan cadangan menggunakan garis
bagi tegak lurus untuk menetapkan daerah pengaruh titik informasi
ketebalan lapisan. Metode ini sebenarnya merupakan contoh penerapan
nearest point. Metode poligon adalah suatu perhitungan dengan konsep
14. dasar yang menyatakan bahwa seluruh karakteristik endapan suatu daerah
diwakili oleh suatu titik tertentu. Jarak titk bor di dalam poligon dengan
batas poligon sama dengan jarak batas poligon ke titik bor terdekat. Di
dalam poligon ini nilai kadar diasumsikan sama dengan kadar pada titik
bor di dalam poligon. (B.A. Kenedy 1990).
Gambar 5, Contoh Konstruksi Metode Poligon (B.A. Kenedy, 1990)
Perhitungan volume dengan rumus sebagai berikut
V= A x t
Dimana: V= volume
A= luas poligon
t= tebal lapisan batubara di titik bor
G.4 Faktor-Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Metode Penambangan
15. Menurut Hartman (1987), beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
pemilihan metode penambangan antara lain sebagai berikut:
1. Karakteristik endapan
Karakteristik endapan merupakan faktor yang berpengaruh besar
dalam pemilihan penambangan, apakah tambang tersebut akan dikerjakan
dengan metode tambang terbuka atau tambang bawah tanah, serta
bagaimana laju produksi dan layout dari penambangan. Beberapa
karakteristik endapan antara lain size (ukuran), bentuk, kedalaman, batas
terluar dari endapan serta keberadaan tambang sebelumnya.
2. Kondisi geologi dan hidrologi
Karakteristik geologi misalnya bagaimana keadaan endapan bahan
galian serta batuan di sekitarnya mempengaruhi dalam pertimbangan
ground support dalam penambangan bawah tanah, Sedangkan hidrologi
mempengaruhi perencanaan dewatering pada tambang terbuaka maupun
tambang bawah tanah. Kondisi geologi dan hidrologi meliputi antara lain
komposisi kimia, mineralogi dan petrologi, struktur endapan, daerah
lemah, zona pelapukan dan alteras, dan keberadaan gas.
3. Sifat-sifat geoteknik, meliputi sifat elastis, sifat plastis, keadaan stress,
dan sifat lainnya yang mempengaruhi (porositas, permeabelitas, dan lain-lain)
yang dimiliki batuan.
4. Pertimbangan keekonomisan
16. Faktor ekonomi merupakan pertimbangan akhir yang menentukan
apakah suatu metode penambangan dapat dijalankan atau tidak, hal ini
dikarenakan faktor ini mempengaruhi investasi, keuntungan, cash flow
dan payback period.
5. Faktor teknologi, meliputi perolehan tambang, dilusi (jumlah waste
yang dihasilkan dengan bijih), fleksibilitas metode dengan perubahan
kondisi, selektifitas metode untuk bijih dan waste, konsentrasi atau
dispersi pekerjaan, serta modal, pekerja dan intensitas mekanis.
6. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi keadaan sosial, ekonomi, politik.
Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan, karena terkadang operasi
penambangan dapat ditolak apabila tidak memperhatikan hal-hal tersebut.
G.5. Perencanaan Tambang
Pada perencanaan tambang tidak terlepas dari perancangan sebuah
pit. Banyak faktor yang menentukan bentuk dan ukuran dari sebuah pit.
Faktor-faktor tersebut harus dapat dipahami dan digunakan dalam
pengoperasian semua pit. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi desain pit yaitu: geologi, grade, lokasi mineralisasi, luas
area endapan, property boundaries, produksi, tinggi jenjang, pit slopes,
kemiringan jalan, ongkos produksi, pemasaran, stripping ratio, dan cutoff
grade (B.A. Kenedy 1990).
G.5.1. Geometri Jenjang
17. Perancangan geometri jenjang sangat diperlukan dalan perancangan
pit. Beberapa bagian dari jenjang meliputi tinggi jenjang (bench height),
lebar jenjang (bench width), dan sudut lereng (face angle) (Gambar 3.4).
a. Lebar Jenjang (Bench Width)
Menurut Hartman (1992), lebar jenjang minimum untuk tinggi
jenjang dari 9 sampai 30 m dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai
berikut:
Lebar jenjang minimum = 4,5 ft + 0,2 tinggi jenjang……..……(3.1)
b. Tinggi Jenjang (Bench Height)
Tinggi jenjang harus disesuaikan dengan alat gali muat yang digunakan.
Pada saat menggunakan excavator, tinggi jenjang sebaiknya disesuaikan
dengan tinggi penggalian maksimum alat. Selain itu tinggi jenjang
dibatasi oleh kedalaman drilling. (Hustrulid & Kutcha, 1995)
c. Sudut Lereng (Face Angle)
Lereng pada pit merupakan salah satu element penting yang
mempengaruhi ukuran dan bentuk dari suatu pit. Lereng pada pit
membantu dalam menentukan jumlah dari waste yang harus dipindahkan
untuk menambang endapan. (B. A. Kennedy, 1990).
18. (Sumber: W. Hustrulid, “Open Pit Mine Planning & Design”, 1995)
GAMBAR 3.4
BAGIAN-BAGIAN JENJANG
G.5.2. Kemantapan Lereng
Dalam bidang geoteknik, analisis kemantapan lereng bertujuan
untuk mendukung keamanan dan fungsi yang tepat dari desain lereng
batuan dan tanah. Analisis yang dilakukan sebelumnya dapat digunakan
untuk menentukan parameter-parameter penting dalam kestabilan bekerja.
Parameter dalam analisis tersebut bertujuan untuk menganalissis masalah-masalah
fisik serta geometri lereng yang berpengaruh pada kemantapan
lereng. (G.P. Giani, 1992).
Analisis kemantapan lereng bertujuan untuk mengevaluasi (G.P.
Giani, 1992):
1. Determinasi dari tahapan penggalian atau konstruksi yang optimal.
s2. Aturan yang mengatur pembuatan desain lereng seperti sudut lereng
dan penggalian yang disesuaikan dengan keamanan kerja.
19. 3. Konsolidasi pekerjaan seperti pada sistem drainase atau rock bolting
yang dapat direncanakan dengan tingkat keamanan yang baik dari suatu
lereng.
Pada prinsipnya, dalam penentuan kestabilan lereng dipengaruhi
oleh faktor keamanan. Faktor keamanan didefinisikan sebagai ratio antara
tegangan maksimum yang menahan suatu pergerakan dengan gaya yang
ada yang mendukung adanya pergerakan (G.P. Giani, 1992).
Menurut Bowles (1989), faktor keamanan dibagian menjadi tiga
rentang bagian menurut intensitas kelongsorannya, yaitu FK kurang dari
1,07 menunjukkan sering terjadi longsor (lereng dalam keadaan labil), FK
antara 1,07 sampai 1,25 menunjukkan lonsor pernah terjadi (lereng dalam
keadaan kritis), dan FK lebih besar dari 1,25 menunjukkan longsor jarang
terjadi (lereng dikatakan stabil).
G.6. Penjadwalan Produksi
Tujuan utama dari penjadwalan produksi adalah untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal dari hasil penjualan endapan bahan galian.
Penjadwalan produksi dipengaruhi oleh metode dan sekuen dari
penambangan serta cutoff grade dan juga strategi produksi. Keempat hal
ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor di sebagai berikut (B. A.
Kennedy, 1990):
- Lokasi dan penyebaran endapan berdasarkan topografi dan ketinggian
20. - Tipe mineral, karakter fisik, dan distribusi kadar endapan
- Biaya operasi penambangan
- Biaya tak langsung seperti pajak dan royalti
- Recovery komoditas
- Pemasaran
- Politik dan lingkungan
Prosedur yang digunakan untuk menentukan jadwal penambangan
yang optimal terbagi menjadi 3 tahapan. Pertama, menentukan mining
sequence, kedua menentukan strategi cutoff grade yang disesuaikan
dengan waktu dan parameter yang optimal untuk produksi, dan ketiga
menentukan kombinasi produksi dari penambangan dan pengolahan yang
optimal berdasarkan batasan-batasan logistik, keuangan, pemasaran, dan
batasan lainnya (B. A. Kennedy, 1990).
Untuk mengembangkan sebuah penjadwalan produksi yang
optimal, sebuah sekuen dari penambangan, ultimate pit harus ditentukan
terlebih dahulu dan kemudian sekuen penambangan dapat disusun.
Sekuen penambangan tergantung pada 2 parameter. Pertama, penyesuaian
antara stripping ratio, recovery, kadar bijih serta lokasi fisik bijih dan
waktu yang tepat. Kedua yaitu parameter yang berhubungan dengan biaya
dari keseluruhan kegiatan operasional (B. A. Kennedy, 1990).
Sebelum perencanaan produksi dilakukan, harus ada kesepakan
yang lengkap dalam eksplorasi dan pemodelan endapan. Dari pekerjaan
21. ini didapatkan asumsi-asumsi misalnya untuk pemilihan metode
penambangan, tinggi jenjang, serta perkiraan ukuran lading point dari
metode penambangan yang dipilih (B. A. Kennedy, 1990).
H. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan tugas akhir ini
adalah:
1. Pengambilan Data
Data yang diperlukan pada penelitian ini berupa data sekunder, yang terdiri dari:
a) Data survei yang menunjukkan situasi topografi area tambang PT. Injatama
Site Pelabuhan Khusus Batubara Injatama.
b) Final pit design 2014
c) Schema
d) Data target pengambilan batubara dari pihak client
e) Target stripping ratio (bulan Oktober-Desember)
f) Standart Parameter Operation
2. Pengolahan Data
Data yang diperoleh di lapangan berupa data survei yang menunjukkan
situasi topografi dari area tambang. Data tersebut kemudian diolah menjadi
peta topografi tambang terbuka PT. Cipta Kridatama. Hasil pengolahan data
berupa peta topografi ini kemudian diolah bersamaan dengan schema serta
final pit design menggunakan software Minescape 4.118 untuk mendapatkan
sisa volume cadangan batubara tertambang yang terdapat pada pit area
22. penambangan sampai dengan akhir tahun 2014 berdasarkan final pit design
2014. Dari volume yang telah didapat, penyusunan scheduling penambangan
dapat direncanakan sampai dengan terpenuhinya kesesuaian material balance.
Melalui data Standart Parameter Operation yang dipadukan dengan kapasitas
dan alokasi fleet yang tepat untuk ketercapaian target produksi serta target
productivity unit tersebut dengan demikian jadwal penambangan/mine
scheduling yang tepat bisa didapatkan.
3. Analisa Data
Pemecahan masalah-masalah dilakukan berdasarkan pada analisa
terhadap data yang diperoleh dilapangan dengan berpegang pada literatur-literatur
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
I. JADWAL PELAKSAAN PENELITIAN
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama kurang lebih 8
(delapan) minggu, yaitu mulai 06 Oktober 2014 sampai dengan 06 Desember
2014, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut :
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan dan Analisa Data
4 Pembuatan Laporan,
Konsultasi dan Bimbingan
5 Pengumpulan Laporan
23. J. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1999. Petunjuk Menggunakan Minescape 4. Mincom Limited.
Badan Standar Nasional Indonesia SNI 13-6011-1999, Klasifikasi Sumber Daya
dan Cadangan Batubara, Jakarta.
Hustrulid, W dan M. Kutcha (1995), “Open Pit Mine & Design”, A.A. Balkema,
Rotterdam
Kennedy, B.A (1990), “Surface Mining”, Port City Press, Inc, United States Of
America.
Oktaviana, S (2011) ‚“Perhitungan Mineable Coal Reserve Pada Pit Jupiter Area
Seam 16 PT. Energi Cahaya Industritama, Bukuan–Samarinda, Kalimantan
Timur”, (Online), (http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/411,
diakses 5 Juni 2014)
K. PENUTUP
Demikianlah proposal Tugas Akhir (Skripsi) saya, sebagai bahan
pertimbangan bagi Bapak/Ibu agar dapat menerima saya untuk melaksanakan
Penelitian Tugas Akhir di PT. Injatama. Untuk selanjutnya saya mohon
bimbingan dan arahan dari Bapak/Ibu dalam pelaksanaannya nanti.