Model kualitas dan geometri lapisan batubara di Formasi Balikpapan di Antiklin Palaran menunjam terdiri atas empat bagian utama, yaitu model kualitas lapisan batubara, model geometri lapisan batubara, model koefisien R well logging lapisan batubara, dan model eksplorasi lapisan batubara. Model kualitas memperlihatkan variasi kualitas batubara secara lateral dan vertikal, sedangkan model geometri menjelaskan fenomena penebalan, penipisan, splitting, kemiring
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
GEOMETRI LAPISAN BATUBARA
1. U N I V E R S I T A S P E M B A N G U N A N N A S I O N A L “ V E T E R A N ” Y O G Y A K A R T A
W W W . U P N Y K . A C . I D
Disusun Oleh:
HANIF FIKRIYANTITO
211 190 007
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
JL. SWK 104 (LINGKAR UTARA) CONDONGCATUR, DEPOK, SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 55283
TELP. +62 274 486733
haniffikriyantito@gmail.com
MODEL KUALITAS DAN GEOMETRI LAPISAN BATUBARA
DI FORMASI BALIKPAPAN
DI ANTIKLIN PALARAN MENUNJAM
Pembimbing:
1. Dr. Ir. Bambang Kuncoro P., M.T.
2. Dr. Agus Harjanto, S.T., M.T.
Pembahas:
1. Dr. Ir. RM. Basuki Rahmad, M.T.
2. Dr. Ir. Jatmika Setiawan, M.T.
2. OUTLINE
1 . P E N D A H U L U A N
2 . G E O L O G I D A E R A H P E N E L I T I A N
3 . M O D E L K U A L I TA S D A N G E O M E T R I L A P I S A N
B AT U B A R A
4 . K E S I M P U L A N
4. 1.1. Latar Belakang Penelitian
Formasi Balikpapan di Antiklin Palaran (Supriatna dkk, 1995).
(https://geoportal.esdm.go.id/minerba/)
Menurut Cecil dan Medlin (1987), lapisan batubara selalu dipengaruhi oleh proses syn
depositional dan post depositional.
5. 1.1. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian tentang kualitas
lapisan batubara akan berpengaruh terhadap spesifikasi batubara,
lingkungan dan keekonomian. Riset tentang geometri akan berpengaruh
terhadap sumberdaya dan cadangan. Penelitian mengenai kualitas dan
geometri lapisan batubara di Formasi Balikpapan menjadi penting karena
merupakan coal bearing formation.
Menurut Ferm & Staub (1984), Levey (1985), dalam Kuncoro (2000), tentang
Speksifikasi kualitas dan estimasi cadangan batubara.
Kemudian akan membantu (1) sebagai alat peramalan eksplorasi dan
pengembangan daerah eksplorasi, (2) evaluasi disetiap tahapan eksplorasi
dan menentukan sebaran kualitas dan kuantitas, (3) memprediksi ketebalan
dan sebaran lapisan batubara, dasar penentuan sumberdaya-cadangan,
sehingga mendukung kerja eksplorasi dan perencanaan tambang, (4)
perencanaan tambang, dan (5) keputusan mendirikan usaha pertambangan.
6. 1.2. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang muncul adalah :
1. Bagaimana karakteristik lapisan batubara Formasi
Balikpapan di daerah penelitian?
2. Bagaimana karakteristik kualitas lapisan batubara di
sayap antiklin dan penunjaman?
3. Bagaimana karakteristik geometri lapisan batubara
di sayap antiklin dan penunjaman?
4. Proses proses geologi apa saja yang memengaruhi
kualitas dan geometri di daerah penelitian?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah:
1. Mengamati data geologi Formasi Balikpapan di Antiklin Palaran
menunjam.
2. Mengukur data well logging lapisan batubara yang terdiri atas
log densitas, dan log Gamma Ray di Formasi Balikpapan di
Antiklin Palaran menunjam.
3. Menganalisis data kualitas lapisan batubara yang terdiri atas
kadar ash, total sulfur, total moisture, calori value di Formasi
Balikpapan di Antiklin Palaran menunjam.
4. Menganalisis data geometri lapisan batubara yang terdiri atas
data ketebalan, kemiringan, kemenerusan, pola sebaran, di
Formasi Balikpapan di Antiklin Palaran menunjam.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
membangun model kualitas dan geometri lapisan
batubara di Formasi Balikpapan di Antiklin Palaran
menunjam (aspek keilmuan) dan menentukan
model eksplorasinya (aspek terapan)
7. Tabel 1. 1 Posisi penelitian terhadap peneliti-peneliti terdahulu
8. 1.4. Lokasi Penelitian
Gambar 1.1 Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dan sekitarnya (sumber: ESDM tahun 2020)
Secara administratif lokasi penelitian terletak di Antiklin Palaran menujam, Kecamatan Loa Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
10. SUB-TRELIS
Mine out
POLA PENGALIRAN
1. pola pengaliran subtrelis
2. Tekstur pengaliran tersebut menunjukkan litologi batuan berbutir halus-
sedang (Way, 1920).
3. Adanya pola alur atau cabang-cabang sungai membentuk lembah V atau U,
bentuk lembah V terjal hingga V-U terjadi pada lereng landai – curam
4. Bedrock stream berupa batuan sedimen berbutir halus- sedang dan Alluvial
stream ditemukan pada daerah landai
16. GEOLOGI
Sejarah Geologi
1. Kala Miosen Akhir - Miosen Tengah
Terjadi progradasi delta,
2. Fase regresi sampai Pliosen awal
Menghasilkan endapan dengan sikuan
mengkasar ke atas,
3. Pembentukan AntiklinPalaran menunjam dan
dilanjutkan terbentuknya sesar normal
4. Proses eksogen yang membentuk morfologi
sekarang
18. MODEL KUALITAS DAB GEOMETRI LAPISAN BATUBARA
Pembahasan mengenai model kualitas dan geometri lapisan batubara terdiri atas pembahasan:
1. Model kualitas lapisan
batubara
2. Model geometri lapisan
batubara
3. Model koefisien R well logging
4. Model eksplorasi batubara di
Antiklin Palaran Menunjam
model diskripsi lapisan batubara
model genetik lapisan batubara
fenomena lapisan batubara
model matematis
model deksriptif
19. MODEL KUALITAS LAPISAN BATUBARA
1. Model diskriptif
kualitas lapisan batubara
Rekahan pada lipatan di daerah penelitian modifikasi Twiss, 1992
Berdasarkan model deskriptif kualitas lapisan
batubara dijelaskan bahwa:
1. TM pada satuan batupasir Balikpapan (15,6 – 46,2
%)
2. AC pada satuan batupasir Balikpapan (1,1 – 12,4 %)
3. TS pada satuan batupasir Balikpapan (0,13 –
2,91%)
4. CV pada satuan batupasir Balikpapan (5032 – 6485
adb)
Secara keseluruhan, satuan batupasir Balikpapan
memiliki kecenderungan total moisture semakin
menurun kearah lapisan yang lebih tua, sedangkan
ash content; dan calorific value mengalami
peningkatan ke arah lapisan yang lebih tua. Hal
tersebut dikarenakan adanya perkembangan cleat –
cleat di antiklin, pada rekahan terbuka tersebut ruang
bagian atas lebih besar dan semakin mengecil ke arah
bawah
20. MODEL KUALITAS LAPISAN BATUBARA
2. Model genetik
kualitas lapisan batubara
Pembahasan mengenai model genetik kualitas lapisan batubara,
Penampang onstrike dan crossstrike serta grafik kualitas lapisan batubara
Penampang ini menghubungkan 146 titik-titik data well logging 62 dan data logbor 48.
21. 2. Model genetik
kualitas lapisan batubara
A. Penampang cross strike
Sayap Barat Sayap Timur
Variasi kualitas lapisan batubara secara cross strike dijelaskan pada sayap Barat dan sayap Timur. Sayap Barat menunjukkan nilai total moisture dan ash content bertambah kearah
Timur, sedangkan nilai calorific value berkurang kearah Timur. Sebaliknya di Sayap Timur nilai calorific value berkurang kearah Barat, namun nilai total moisture dan ash content
bertambah kearah Barat. Jika dihubungkan dengan struktur geologi daerah penelitian, maka kalori batubara semakin menurun kearah sumbu lipatan.
Sumbu
22. 2. Model genetik
kualitas lapisan batubara
B. Penampang on strike
Variasi kualitas lapisan batubara secara lateral dijelaskan nilai total
moisture dan ash content bertambah kearah Baratdaya dan Tenggara,
sedangkan nilai calorific value berkurang kearah Baratdaya dan
Tenggara. Jika didasarkan dengan struktur geologi daerah penelitian,
maka kalori batubara meningkat menuju kearah penunjaman.
23. 2. Model genetik
kualitas lapisan batubara
Kualitas Lapisan Batubara Secara Vertikal
Variasi kualitas lapisan batubara
secara lateral dijelaskan nilai
total moisture dan ash content
bertambah kearah Baratdaya dan
Tenggara, sedangkan nilai
calorific value berkurang kearah
Baratdaya dan Tenggara. Jika
didasarkan dengan struktur
geologi daerah penelitian, maka
kalori batubara meningkat
menuju kearah penunjaman.
24. MODEL GEOMETRI LAPISAN BATUBARA
Fenomena Lapisan Batubara
1. Penebalan dan penipisan Lapisan Batubara
Arah penebalan lapisan batubara dominan mengarah ke Baratdaya dan
Timurlaut (Tabel5.2), menurut Ghosh (1987) arah penebalan batubara
akan cenderung searah dengan arah aliran arus dan kemiringan daerah
selama proses pengendapan.
Penebalan dan penipisan lapisan batubara berhubungan langsung
dengan perhitungan cadangan, perencanaan produksi, sistem
panambangan dan umur tambang.
2. Splitting Lapisan Batubara
Fenomena splitting pada sayatan (A) A – A’,(B) G –G’,(C) C – C’, dan (D) S – S’
Menurut Thomas (2013), splitting merupakan fenomena yang umum terjadi
pada lapisan batubara dimana secara lateral terlihat terpisah menjadi dua
lapisan yang dipisahkan oleh litologi batuan non batubara.
25. MODEL GEOMETRI LAPISAN BATUBARA
Fenomena Lapisan Batubara
4. Kemiringan Lapisan Batubara
3. Washout Lapisan Batubara
Fenomena washout pada (a) sayatan G – G’,(b) sayatan H –H’
Dip daerah penelitian yaitu berkisar dari 11° – 64°, dip di
sayap barat lebih landai dibandingkan dengan dip yang
berada di sayap timur. Dip cenderung semakin melandai
bila mengarah ke baratdaya. Kenyataan di lapangan
dijumpai dip perlapisan yang berbeda-beda pada sayap
barat Antiklin Palaran Menunjam.
Menurut Horne (1978), proses saat post depositional seperti hadirnya channeling dapat
menimpa lapisan batubara dan dapat mengubah permukaan bagian atas dari lapisan.
Proses ini dapat menyebabkan penipisan lapisan secara lokal dan terganganggunya
kemenerusan secara lateral yang disebut sebagai fenomena “washouts”.
Fenomena ini penting untuk dipelajari karena menjadi masalah utama dalam operasi
penambangan khusunya dalam pekerjaan bawah tanah. Washouts dapat mengurangi area
cadangan batubara yang ekonomis.
5. Pola Sebaran Lapisan Batubara
Berdasarkan 146 titik-titik data well logging 62, data
logbor 48, serta 325 singkapan di daerah penelitian,
menunjukan bahwa lapisan batubara tersebar pada
Formasi Balikpapan di sepanjang Antiklin Palaran
26. MODEL KOEFISIEN R WELL LOGGING LAPISAN BATUBARA
Model Koefisien R Well logging ditunjukkan grafik trendline antara beberapa variabel. Lapisan batubara yang digunakan dalam point ini
merupakan lapisan batubara seam 30. Menggunakan variabel utama parameter well logging (log gamma ray dan log densitas) dan parameter
kualitas (total sulphur(TS), dan calorific value(CV).
1. Vshale vs Calorific Value
2. Total Sulphur vs Density
hal tersebut membuktikan bahwa kandungan sulfur
didaerah telitian merupakan akibat dari densitas pada
lapisan batubara yang menjadi tempat akumulasi
larutan poli-sulfida yang berinteraksi dengan ion
besi, sehingga kadar sulfur akan lebih tinggi.
apabila nilai vshale rendah akan menyebabkan
proses pembakaran batubara nya menjadi sempurna
maka kalori yang dihasilkan akan tinggi, karena
hanya ada sedikit pengotor.
Tabel 5.4 Fungsi vshale dan calorific value
Tabel 5.5. Fungsi total sulphur dan densitas
27. MODEL ESKPLORASI LAPISAN BATUBARA
Model eksplorasi sebagai antisipasi dari model geologi serta model kualitas dan geometri lapisan batubara.
29. MODEL ESKPLORASI LAPISAN BATUBARA
Berdasarkan model eksplorasi yang dijelaskan Gambar 5.21 dapat ditarik beberapa arahan
eksplorasi, sebagai berikut:
1. Apabila sasaran eksplorasi merupakan lapisan batubara dengan kalori tinggi, maka berada di
satuan batupasir Balikpapan di sekitar sumbu antiklin.
2. Apabila sasaran eksplorasi merupakan lapisan batubara dengan kalori rendah, maka berada di
satuan batupasir Balikpapan di sayap Barat.
3. Apabila sasaran eksplorasi merupakan lapisan batubara bersulfur tinggi maka eksplorasi dapat
dilakukan di Satuan batupasir Balikpapan yang mendekati sumbu antiklin.
31. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , maka didapatkan kesimpulan:
1. Berdasarkan model geologi, daerah penelitian oleh satuan batupasir Balikpapan dan satuan batupasir kuarsa Kampungbaru, secara stratigrafi
hubungannya selaras. Meski pun dilapangan dijumpai erosional surface tetapi bukan merupakan ketidakselarasan. Erosional surface tersebut
merupakan hasil erosi channel.
2. Berdasarkan model genetik kualitas lapisan batubara :
(a) Nilai TM, AC, dan TS lapisan batubara semakin meningkat kearah sumbu lipatan, sedangkan nilai CV mendekati sumbu lipatan semakin
menurun.
(b) Nilai TM, AC, dan TS lapisan batubara semakin meningkat kearah penunjaman lipatan, sedangkan nilai CV mendekati penunjaman lipatan
semakin menurun.
3. Secara geometri lapisan batubara memiliki ketebalan 0,6 m – 17,2 m cenderung menebal dengan arah penebalan dari Baratdaya dan Timurlaut.
Dip dari 11° – 64°. Selain iu dijumpai fenomena lapisan batubara seperti penebalan, penipisan, spilitting, washout.
4. Model koefisien R well logging ditunjukkan grafik trendline pada seam 30, didapatkan hubungan negatif vshale dengan CV (77%), dan
hubungan positif TS dengan densitas (R=94%). Hubungan-hubungan erat tersebut merupakan akibat adanya kesamaan dari fungsi dari masing-
masing parameter.
5. Penentuan model eksplorasi lapisan batubara di ditentukan oleh sasarapan kualitas serta geometri lapisan batubara yang dicari.
KESIMPULAN
32. DAFTAR PUSTAKA
A. S. Sastratenaya, 1991, Deformation et Mobilite Megaprisme Tectonique De Pinoh-Sayan, Kalimantan, Indonesie, These Docteur, L’Universite Louis Pasteur De
Strassbourg, France.
American Society for Testing and Material (ASTM). 1981. Annual Book of ASTM standard. American Society for Testing and Material, Philadelphia, Pennsylvania.
Artimo A, Makinen J, Berg RC, Abert CC, Salonen VP (2003): Three-dimensional geologic modeling and visualization of the Virttaankangas aquifer, southwestern Finland.–
Hydrogeology Journal 11(3): 378–386.
BPB manual, 1981, British Petroleum Book, British company, United Kingdom.
Casagrande, D.J., Siefert, K., Berschinski, C., Sutton, N., 1977, Sulfur in peatforming systems of the Okefenokee Swamp and Florida Everglades: origins of sulfur in coal:
Geochimica et Cosmochimica 44.
Cecil, C.B., and J.H. Medlin, 1987, ESCAP Series on Coal, 5, page 33-36.
Charless A. Ross And June R.P.Ross. 1984, Geology of Coal, Stroudsbur, Pennsylvania.
Cloke. 1999. New Observations on the Sedimentary and Tectonic Evolution of the Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. Geological Society London Publications. London.
Cook. A.C., 1999. Coal Geology and Coal Properties, Keiraville Konsultants, Australia, p. 68-78 and 179-185.
Doust, H., and Noble, R. A., 2008. Petroleum Systems of Indonesia: Marine and Petroleum Geology 25, p. 103-129.
D.R. Reeves. 1986. Coal Interpretation Manual. BPB Instruments Limited, England.
Ferm J.C., & Staub J.R., 1984, Depositional Controls of Mineable Coal Bodies: Spec. publ., Blackwell sci. publs., London, Vol. 7, p. 275-285.
Gluskoster H.J., and Hopkins M.E., 1970. Distributions of sulphur in Illinois coal in depositional environments in parts of Carbondale Formation, Western and Northern
Illinois: Illinois State Geological Survey Guidebook, No. 8.
Heriawan, M. N., & Koike, K. (2008). Uncertainty assessment of coal tonnage by spatial modeling of seam distribution and coal quality. International Journal of Coal
Geology, 76(3), 217–226.
Horne J.C. et al., 1978. Depositional models in coal exploration and mining planning in Appalachian Region: AAPG Bull., vol. 62, p. 2379-2411.
Jeremic, M.L., 1985. Strata Mechanics in Coal Mining, A.A. Balkema Rotterdam.
.
33. DAFTAR PUSTAKA
Koesoemadinata, R. P., dan Matasak, 1981. Tertiary Coal Basins of Indonesia. Bandung.
Koesoemadinata, R.P. 1985. Prinsip-prinsip Sedimentasi, Catatan Kuliah. Jurusan Teknik Geologi. ITB: Bandung.
Koesoemadinata, R.P., 2001. Tectono-stratigraphic Framework of Tertiary Coal basins of Indonesian, Bandung.
Kuncoro BP., 2000. Geometri Lapisan Batubara, Prosiding, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Kuncoro B., Notosiswoyo S., dan Anggayana K., 2007. Jurnal: Karakteristik cleat pada lapisan batubara yang terlipat dan tesesarkan di daerah Palaran dan Busui,
Kalimantan Timur. Jurnal Geoaplika, Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi , ITB, p 53-66.
Laubach S.E., R.A. Marrett, J.E. Olson, A.R. Scott, 1998, Characteristics and origins of coal cleat: A review, International Journal of Coal Geology 35, p 175–207.
McCabe, P.J. 1984: Depositional environments of coal and coalbearing strata.: International Association of Sedimentologists Special Publication. Page 7.
McClay, Ken., Tim Dooley, and Angus F. 1997: Tectonic Evolution of the Sanga Sanga Block, Mahakam Delta, Kalimantan, Indonesia. AAPG Bulletin Vol.84, 2000
McClay, Ken. 1987: The Mapping of Geological Structures. Open University Press.
Orheim, A., 1979. Geochemical affinities as exploration and classification tools. In: ArgallJr. Jr., G.O. (Ed.), Proceedings of the second International Coal Exploration
Symposium, Denver, Colorado. Coal Exploration, vol. 2. Miller Freeman Publications, San Francisco, pp. 328–346
Ragan, Donal M. 2009: Structural Geology: An Introduction to Geometrical Techniques. New York: Cambridge University Press.
Rahmani R.A., & Flores R.M., 1984, Sedimentology of coal and coal-bearing sequences: Spec. Publ., Vol. 7, Blackwell Sci. Publs., London.
Rider, M. 2002. The Geological Interpretation of Well Logs (2nd edition). Malta: Whittles Publishing.
Robert Stefanko, 1983. Coal Mining technology : Theory and Practice, Society for Mining Metallurgy, p 13 -17.
Ryan Barry, 2003, Cleat Development in Some British Columbia Coals, New Ventures Branch, Geological Fieldwork 2002, Paper 2003-1, British Columbia Geological
Survey.
. Satyana, A.H., Nugroho, D., Surontoko, I., 1999, Tectonic Controls On The Hydrocarbon Habitats Of The Barito, Kutai And Tarakan Basin, EastnKalimantan, Indonesia,
Journal Of Asian Earth Sciences Special Issue Volume 17, hal 99 – 122.
34. DAFTAR PUSTAKA
Serra,O., 1989. Sedimentological Analysis of Sand Shale series from WellLogs, SPWLA 16th Ann. Symp.Trans., Paper. Service, Kuningan, Jakarta.
Suits and Arthur, 2000, Sulfur diagenesis and partitioning in Holocene Peru Shelf and Upper slope sediments, Chemical Geology, Isotope Geoscience, Vol. 163, Elsevier.
Supriatna S., Sukardi R., Rustandi E., 1995. Peta Geologi Lembar Samarinda, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Thomas, Larry. 2013: Coal Geology Second Edition. A John & Sons, Ltd, Publication.
Verstappen, 1985, Geomorphological Surveys for Environmental Development. Amsterdam; Elsevier Science Publishing Company Lnc.
Zhang Y., et al, The Concept Exploration Model And An Application, Northeastern University, Shenyang, China