6. bab v tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m ts negeri samarinda
1. 164
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari uraian bab IV
tentang sistem pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs Negeri Samarinda,
maka peneliti menarik konklusi sebagai berikut:
Pertama proses pembelajaran tahfidzul Qur’an di kelas tahfidz MTs
Negeri Samarinda menggunakan dua sistem metode, yaitu metode tahsin dan
tasmi’, kelas reguler MTs Negeri Samarinda hanya menggunakan satu
metode yaitu tasmi’ atau menyetor hafalan serta memperdengarkan hafalan
kepada guru tahfidz. Perbedaan ini disebabkan karena, jumlah jam tatap
muka, target hafalan, waktu hafalan dan lokasi yang berbeda. Pembelajaran
dipetakan sesuai dengan kelas jenjang hafalan siswa serta masing-masing
jenjang mempunyai target hafalan dalam satu semester yang berbeda-beda.
Sebelum memasuki tahap menghafal, para siswa diwajibkan mengikuti
pembelajaran tahsin untuk memperbaiki bacaan serta untuk menyetarakan
kemampuan para siswa dalam membaca Qur’an para guru tahfidz juga
dibekali dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru
tahfidz, semua itu bertujuan untuk mencapai visi dan misi Madrasah. Metode
yang digunakan untuk menghafal Al-Qur’an di MTs Negeri Samarinda yaitu,
metode tahsin dan metode tasmi’.
Kedua sistem pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs Negeri
2. 165
Samarinda meliputi : tujuan, proses/input, metode, evaluasi dan hasil/output
untuk lebih jelasnya berikut penjelasannya.
1. Tujuan
Tujuan sistem pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs Negeri
Samarinda secara umum adalah :
1) Menjadi sarana dan prasarana pendidikan berbasis tahfidz Qur’an
yang menggabungkan antara pengetahuan agama, kemampuan
umum dan berakhlak yang mulia.
2) Menjadi lembaga pendidikan berbasis tahfidzul Qur’an yang
menjadi harapan pemimpin ditengah-tengah masyarakat.
3) Menjadikan siswa penghafal Al-Qur’an yang mengamalkan isi
kandungannya.
2. Proses/ input
Penyeleksian peserta didik baru untuk program tahfidzul
Qur’an dilaksanakan sangat ketat dan terfilter dengan baik, terbukti
dengan cara tes langsung secara lisan bacaan dan hafalan calon peserta
didik baru di MTs Negeri Samarinda. Bagi siswa yang tidak bisa
mengaji dan tidak memiliki hafalan yang baik maka secara otomatis
akan tereliminasi.
3. Metode
Metode yang digunakan dalam sistem pembelajaran tahfdizul
Qur’an di MTs Negeri Samarinda, metode mempunyai pengertian
jalan atau cara yang harus ditempuh. Dalam menghafal Al-Qur’an
3. 166
adalah sesuatu yang sangat penting dalam keberhasilan menghafal Al-
Qur’an, karena berhasil tidaknya itu ditentukan oleh tujuan, dan
metode, metode merupakan bagian terpenting dalam sistem
pembelajaran. Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran
tahfidz Al-Qur’an adalah:
1) Tahsin yaitu melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-
Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang pada saat bin-nazhor
hingga sempurna dan tidak terdapat kesalahan. Hafalan
selanjutnya dirangkai ayat demi ayat hingga hafal.
2) Metode tasmi’ atau sima’i yaitu memperdengarkan hafalan
kepada orang lain baik kepada perseorangan atau jama’ah.
Metode yang digunakan dalam kelas reguler MTs Negeri
Samarinda adalah metode tasmi’ sedangkan kelas tahfidz MTs
Negeri Samarinda menggunakan dua metode yaitu metode
tahsin dan tasmi’.
4. Evaluasi
Kegiatan pengambilan nilai atau evaluasi dilaksanakan dalam
proses ujian tengah semester (UTS) ganjil, penilain akhir semester
(PAS) ganjil dan ujian tengah semester (UTS) genap, penilain akhir
tahun (PAT) genap. Soal berbentuk tulisan sambung ayat,
mencocokkan ayat dan menyebutkan nama surah.
5. Hasil/ output
Hasil yang diharapkan dalam program tahfidzul Qur’an di MTs
4. 167
Negeri Samarinda diantaranya adalah :
1) Memberi manfaat dan kontribusi besar di tengah-tengah
masyarakat.
2) Mampu mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
3) Memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah
tajwid
4) Kemampuan mengulang bacaan hafalan tanpa melihat mushaf
dengan menghafal 1 kata per detik dan 1 baris per halaman
5) Mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an sehingga hafalan Al-Qur’an
lebih kuat dan berkesan.
Ketiga faktor pendukung dan penghambat kegiatan proses
pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs Negeri Samarinda adalah :
a. faktor pendukung
Faktor pendukung sistem pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs
Negeri Samarinda adalah :
1) Ruang belajar yang memadai
2) Guru tahfidz yang hafidz Qur’an dari 15, 20 da 30 juz
3) Adanya kontrol buku setoran dan dukungan orang tua
4) Ruang belajar full AC dan hambal tebal
5) Adanya kontrol buku setoran dan dukungan orang tua untuk mentasmi’
hafalan anaknya ketika dirumah.
6) Perhatian kepala Madrasah yang penuh untuk mengatasi permasalahan
siswa dan guru.
5. 168
7) Kerja sama dengan rumah tahfidz Jabal Rahmah untuk mengasramakan
sebagian siswa dalam upaya peningkatan kualitas hafalan.
b. Faktor penghambat
Faktor penghambat kegiatan proses pembelajaran tahfidzul Qur’an
di MTs Negeri Samarinda adalah :
a. Kurangnya jumlah durasi Jam pembelajaran tahfidz dalam menyetor
hafalan di kelas reguler
b. Adanya siswa yang berisik ketika proses pembelajaran karena kelasnya
gemuk.
c. Daya tingkat hafalan dan konsentrasi siswa yang berbeda-beda.
d. Jumlah guru tahfidz yang kurang
e. Sarana dan prasarana yang masih kurang di kelas tahfidz .
Jadi faktor pendukung dan penghambat yaitu berasal dari individu
siswa itu sendiri seperti kemampuan dasar para siswa, terkait kegiatan atau
aktivitas para siswa di luar Madrasah, serta faktor intern siswa tersebut
seperti rasa malas, ngantuk, tidak fokus, dan terbebani tugas sekolah. Selain
itu faktor penghambat juga berasal dari para guru tahfidz sedangkan faktor
pendukung pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs Negeri Samarinda yaitu
adanya waktu khusus untuk menghafal yang telah menjadi sistem di
Madrasah, motivasi dari pihak Madrasah dan orang tua, serta lingkungan
Madrasah yang kondusif untuk kegiatan menghafal Qur’an
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan peneliti, dan data-data lapangan serta
6. 169
pembahasan tentang sistem pembelajaran tahfidzul Qur’an di MTs Negeri
Samarinda. Maka peneliti menyampaikan beberapa saran yang erat kaitannya
dengan hal-hal dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an. Adapun beberapa saran
tersebut adalah:
1. Bagi kepala Madrasah
a. Diharapkan bagi kepala Madrasah untuk lebih menambah, guru
tahfidz dan mengembangkan, serta meningkatkan kualitas dan
kuantitas yang sudah ada.
b. Hendaknya bapak kepala Madrasah menambah waktu durasi untuk
jam tahfidzul Qur’an atau hafalan.
c. Hendaknya memperhatikan kesejahteraan guru tahfidz
d. Hendaknya bisa membuat asrama khusus untuk siswa yang tahfidzul
Qur’an.
2. Bagi guru
a. Hendaknya koordinator tahfidzul Qur’an banyak melakukan
pendampingan koordinasi terhadap guru-guru tahfidz baru maupun
lama.
b.Meningkatkan pembinaan tahsin dan tajwid
c. Selalu memberikan motivasi-motivasi tentang menghafal
d.Diharapkan bagi setiap guru agar dapat memberikan inovasi-inovasi
baru terkait metode pembelajaran tahfidzul Al-Qur’an , dikarenakan
sebagian besar faktor penghambat siswa adalah kejenuhan dan
kemalasan hendaknya bisa membuat suasana menyenangkan seperti
7. 170
yang ada di asrama khusus untuk siswa yang tahfidzul Qur’an.
3. Bagi peserta didik
a. Siswa diharapkan selalu tekun dan istiqomah secara kontinyu dalam
mengikuti pembelajaran dan selalu menaati peraturan dan nasehat
guru tahfidz.
b. Siswa diharapkan memiliki kesadaran sendiri dalam pentingnya
mengulang-ulang hafalannya.
c. Siswa diharapkan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an yang
telah dihafal.
4. Bagi wali siswa
a. Bagi orang tua atau wali santri hendaknya selalu mengontrol buku
setoran hafalan dan terus mengecek hafalan anak-anak ketika berada
di rumah
b. Bagi orang tua siswa sebaiknya selalu melakukan komunikasi
dengan guru-guru tahfidz terkait bagaimana hafalan anak-anak
peningkatannya dalam satu minggu atau satu kali dalam satu bulan.