Dokumen tersebut membahas mengenai kebijakan dan strategi pencegahan serta pengendalian penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma di Indonesia. Dokumen tersebut menyoroti peningkatan prevalensi berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas. Dokumen tersebut juga menyoroti bahwa merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan diet buruk merupakan faktor risiko utama peny
6. PTM SEBELUM PANDEMI COVID-19
PENYEBAB
KEMATIAN
TERBANYAK
PEMBIAYAAN
KESEHATAN
TERMAHAL
Cancer TB
Cardioserebro
vascular
Disease
DM
36.9% 9.7% 9.3% 5.9%
CHD Gagal
Ginjal
Cancer Stroke
10.3 T 3.5 T 2.5 T 2.3 T
COPD
2.9%
Thalasemia
509 M
Sumber : IHME 2017
Sumber : BPJS 2019
7. 273 JT PENDUDUK INDONESIA
15,3 Juta
(52,4%)
USIA LANJUT
29,3 (10,82%)
13,9 Juta
(47,6%)
93,3 Juta
(49,4%)
USIA PRODUKTIF
189 (69,3 %)
95,6 Juta
(50,6%)
52,5 Juta
(40,5%)
78,5 Juta
(59,5%)
Pekerja
131,06 (48%)
LANSIA SMART
Tulang punggung
keluarga
Aset Negara
Penggerak Ekonomi
Bangsa
Pencetak Generasi
Penerus Bangsa
TRANSISI DEMOGRAFI
8. Target 3.4:
Pada tahun 2030, penurunan sepertiga kematian dini
karena penyakit tidak menular (PTM)
Tahun
2030
FOKUS PADA 4 PTM UTAMA PENYEBAB 60% KEMATIAN: KARDIOVASKULER, DM, KANKER,
PPOK DAN PENGENDALIAN 4 FAKTOR RISIKO BERSAMA YANG DAPAT MENCEGAH PTM
SAMPAI 80%: DIET TIDAK SEHAT, KURANG AKTIVITAS FISIK, MEROKOK, MENGKONSUMSI
ALKOHOL
9. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NASIONAL (RPJMN 2020-2024)
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase merokok pada penduduk usia 10-18 tahun 9,1*) 9,0 8,9 8,8 8,7
Capaian NA NA NA NA NA
*) Baseline data: Riskesdas 2018; GYTS= Global Youth Tobacco Survey; GATS= Global Adult Tobacco Survey
Hasil survey yang tersedia:
• Prevalensi perokok usia 13-15 th: dari 18,3% (2016) → 19,2% (2019) [GYTS, 2019]
• Perilaku merokok usia 15-24 th selama pandemi COVID-19 periode 1-19 Juni 2020: 35% [Komnas PT & UI]
• 34,5% orang dewasa saat ini menggunakan tembakau (hisap, kunyah, atau produk tembakau yang
dipanaskan) [GATS 2021]
• 33,5% orang dewasa saat ini menghisap tembakau [GATS, 2021]
Hasil Riskesdas 2023??
10. Beban penyakit (global) berdasarkan faktor risiko:
10
Sumber: Our World in Data (2021) dan IHME (2019)
Tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi dan
obesitas menduduki 5 besar faktor risiko yang
menyebabkan beban penyakit di dunia
Persentase PTM penyebab kematian terbanyak 2 :
Tren Hipertensi, Obesitas, Diabetes, Stroke dan Ginjal Kronis di
Indonesia meningkat 1 :
* ** **
* : hasil pengukuran
** : permil
Besaran Masalah PTM Global dan Indonesia
Pembiayaan kesehatan terbesar 3 :
19,4%
stroke kardio-
vaskuler
kanker DM dan
komplikasinya
14,4% 13,5% 6,2%
8,2T
kardio-
vaskuler
kanker stroke gagal
ginjal
3,1T 2,1T 1,9T
Sumber: 1 Riskesdas (2013, 2018), 2 IHME (2019), 3 BPJS (2020)
25.8
14.8
6.9 7
2
34.1
21.8
8.5
10.9
3.8
Hipertensi Obesitas Diabetes Stroke Ginjal Kronis
2013 2018
11. PPOK
• Prevalensi PPOK sebesar 11% dari penduduk dunia dengan 3 juta kematian per tahun.
• Pada tahun 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease memperkirakan tahun 2060
prevalensi PPOK akan lebih meningkat karena meningkatnya jumlah orang yang merokok.
• Riskesdas 2013 Prevalensi PPOK pada non-smokers di Indonesia 6,3% (Urban 5,4% & Rural 7,2%)
• Renstra Kemenkes 2020-2024 PPOK menjadi salah 1 dari 9 skrining PTM prioritas
• Target skrining
13. 3
Sebagian besar kasus kematian yang terjadi di Indonesia merupakan
kasus yang dapat dicegah ataupun dicegah sebagian
• Penyebab kematian utama per kelompok usia
Sumber: Institut Evaluasi Metrik Kesehatan, Kemenkes data tahun 2019
Dapat dicegah Sebagian dapat dicegah Kecelakaan dan lainnya
Usia Produktif Lansia
Neonatal disorder
Congenital birth defects
Sexually transmitted
infections exc. HIV
Lower respiratory
infections
Diarrheal
Cedera yang tidak
disengaja
Tetanus
96,8%
Neonatal disorder
Congenital birth defects
Diarrheal
Lower respiratory
infections
Cedera yang tidak
disengaja
Demam berdarah
Sexually transmitted
infections exc. HIV
76,4%
Kecelakaan transportasi
Kanker
Tuberkulosis
Cedera yang tidak
disengaja
Tifus dan paratifoid
Sirosis dan penyakit hati
kronis lainnya
Self-harm and inter-
personal violence
Remaja
63,9%
Kanker
Penyakit jantung
Stroke
Lower respiratory
infections
Diabetes Melitus
Tuberkulosis
Kecelakaan transportasi
72,6%
Stroke
Penyakit jantung
Kanker
Diabetes Melitus
Penyakit paru obstruktif
kronis
Sirosis dan penyakit hati
kronis lainnya
Tuberkulosis
73,5%
Peringkat Bayi Anak-anak
1
2
3
4
5
6
7
% dari total
kematian
14. Perilaku masyarakat yang
meningkatkan risiko PTM:
Merokok
Aktivitas fisik kurang
Kurang makan buah dan
sayur
Konsumsi Gula, Garam,
dan Lemak berlebih
FAKTOR RISIKO PTM
0
20
40
60
80
100
120
Merokok Aktivitas fisik kurang Kurang makan buah dan sayur
2013 2018
28.8 29.3 26.1
33.5
93.5 95.5
Data Riskesdas tahun 2013 dan 2018
Konsumsi gula
4 sdm/hari
(50 g/hari)
4,8%
Konsumsi Garam
1 sdt/hari
(2000 mg/hari)
52,7%
Konsumsi Lemak
5 sdm/hari
(67 g/hari)
26,7%
Data Studi Diet Total tahun 2014
15. GAMBARAN FAKTOR RISIKO PTM DI
INDONESIA
14.8
26.6 28.8 26.1
93.5
21.8
31 29.3
33.5
95.5
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Obesitas
pada dewasa
Obesitas
sentral
Merokok Aktivitas fisik Kurang
kurang makan sayur
dan buah
2013 2018
TREND FAKTOR RISIKO PTM
MENINGKAT DARI TAHUN 2013 HINGGA 2018
4,8 %
KONSUM
SI
GULA
5 dari 100 orang Indonesia mengkonsumsi Gula
lebih dari 50 g/hari
Tertinggi di DI Yogyakarta (16,9 %)
52,7 %
KONSUM
SI
GARAM
53 dari 100 orang Indonesia mengkonsumsi
Garam lebih dari 2000 mg/hari
Tertinggi di DKI Jakarta (65,4 %)
26,5 %
KONSUM
SI
LEMAK
27 dari 100 orang Indonesia mengkonsumsi
Lemak lebih dari 67 g/hari
Tertinggi di DKI Jakarta (48,2 %)
GAMBARAN KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK DI
INDONESIA
16. Peningkatan Obesitas dan Obesitas Sentral
di Indonesia dari Data Riskesdas 2007 - 2018
Adult obesity is BMI ≥ 25
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. H
hasil utama riskesdas 2018. Available at http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. Accessed on 01
Mar 2021
Indikator Obesitas Sentral : ukuran lingkar perut
- Perempuan > 80 cm
- Laki-laki > 90 cm
19.1
26.3
35.4
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 2013 2018
Obesitas
pada
orang
Dewasa
(%)
Year
17. 5.7%
6.9%
8.5%
Tahun 2007 Tahun 2013 Tahun 2018
TREN PREVALENSI
DM TIPE 2
PREVALENSI DM TIPE 1 DI
INDONESIA
Peningkatan Diabetes di Indonesia
Total pasien : 1282
Laki-laki : 526 (41%)
Perempuan : 742 (58%)
Data Indonesian National Registry of T1DM tahun 2000-2021
0.004 0.028
1.5
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025
PREVALENSI DM TIPE 1 PER
100.000 ANAK USIA < 18
TAHUN
Data Riskesdas tahun 2007-2018
18. Permasalahan rokok di Indonesia
18
Meningkatnya perilaku merokok pemula
1 Risiko kesehatan akibat merokok meningkat
Prevalensi Perokok Dewasa Terus Meningkat
Prioritas Nasional: Revisi PP 109/2012 adalah target
RPJMN 2020-2024 (Lampiran I, Hlm. 282 Perpres
18/2020)
Target RPJMN
2015-2019
5,4%
Target RPJMN
2020-2024
8,7%
----------- Estimasi
Bappenas
Sumber : Riskesdas 2013, 2018, Sirkesnas 2016
59.6 59.3
28.6
20.6 19.7
0
10
20
30
40
50
60
70
Kanker Trakhea,
Bronkus dan Paru
PPOK Penyakit Jantung DM Stroke
Rokok membunuh 290 ribu orang di
Indonesia setiap tahunnya
Penyebab kematian akibat rokok
Sumber : IHME, 2019
• Pendelegasian tugas kewenangan kepada 1 lembaga
belum tepat tugas dan fungsinya
• Peran BPOM hanya tersegmentasi pada pengawasan
PHW
• Tidak ada koordinasi yang jelas antar K/L terkait
• Tidak ada koordinasi dengan Pemerintah Daerah
3
2 4 Lemahnya Pengawasan Produk Tembakau
34,5 %
3 %
Sekitar 70,2 juta (34,5 %) orang dewasa
di Indonesia menggunakan produk tembakau
saat ini
Dan penggunaan rokok elektronik yg
meningkat 10x lipat dari 0,3% (2011)
menjadi 3% (2021)
Sumber: GATS 2021
19. 7.2%
8.8% 9.1%
Riskesdas 2013 Sirkesnas 2016 Riskesdas 2018
Sumber: Riskesdas 2013-2018
Prevalensi (%) Perokok Penduduk
Umur 10–18 Tahun, Tahun 2013, 2016,
2018
4
Prevalensi Merokok di Indonesia
65.6 65.8 66 68.1
62.9
5.2 4.1 6.7
2.5 4.8
34.2 34.3 36.3 32.8
33.8
Riskesdas 2007 Riskesdas 2010 Riskesdas 2013 Sirkesnas 2016 Riskesdas 2018
Laki-laki Perempuan Total
Prevalensi Konsumsi Tembakau Penduduk Umur >15 Tahun
(2007-2018)
2
Sumber: Riskesdas 2007-2018
0.1
9.6
36.3
16.3
4.4 3.2
1.7
17.5
43.3
14.6
4.3
3.9
1.6
18
55.4
16.6
4.6 3.8
2.5
23.1
52.1
14.8
4.2
3.3
5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun >30 tahun
2007
2010
2013
2018
Prevalensi (%) Perokok Pemula Berdasarkan
Kelompok Umur, Tahun 2007-2018
3
Sumber: Riskesdas 2007-2018
18.3
19.2
2016 2019
Merokok Pada Anak Sekolah
Remaja usia 13- 15 tahun (GYTS,
2019)
1
0 50 100 150 200 250
Filipina
Jerman
Brazil
Jepang
Bangladesh
Rusia
Amerika…
Indonesia
India
China
Laki-laki (Juta) Perempuan (Juta)
10 Negara Tertinggi di Dunia Berdasarkan Prevalensi Jumlah
Perokok Usia > 10 tahun (juta), 2015
Sumber: https://tobaccoatlas.org/topic/prevalence/
No. 3 di Dunia
Sampai saat ini belum
berubah (WHO GTCR)
5
20. DATA GATS 2021
HIGHLIGHT - PENGGUNAAN TEMBAKAU pada orang dewasa
34.50%
PENGGUNAAN TEMBAKAU
Menggunakan tembakau saat ini
33,5% Penggunarokok saatini
1% Penggunatembakau kunyah
saat ini
0.1% Penggunatembakau yang
dipanaskan saatini
3.0% Penggunarokok elektronik
saat ini
Sekitar70,2 juta orangdewasa diIndonesia
menggunakanproduk tembakau saatini
*produk tembakau:tembakau hisap,tembakauyangdipanaskan, tembakau kunyah
**saatini:setiap hariataukadang-kadang
Orangdewasadi
Indonesiapengguna
tembakau
GATS 2021
21. Tren
Penggunaan
Tembakaupada
Remaja
20.3
36.2
4.3
19.4
35.3
3.4 2.1 3
1.1
19.2
35.6
3.5
18.8
35.5
2.9
1 1.4 0.7
Keseluruhan
Laki-laki
Perempuan
Keseluruhan
Laki-laki
Perempuan
Keseluruhan
Laki-laki
Perempuan
PenggunaTembakau Tembakau Hisap Tembakau TanpaAsap
2014 2019
Secara keseluruhan, tren prevalensi pelajar pengguna tembakau baik rokok
maupun tembakau kunyah dari tahun 2014 hingga 2019 terjadi perubahan
tidak signifikan.
GYTS 2014 dan 2019
22. PREVALENSI KONSUMSI TEMBAKAU
USIA 10-18 TAHUN
Target RPJMN
2015-2019
5,4%
Target RPJMN
2020-2024
8,7%
----------- Estimasi Bappenas ------------
Sumber : Riskesdas 2013, 2018, Sirkesnas 2016
23. UPAYA BERHENTI DAN ANJURAN UNTUK BERHENTI DARI TENAGA KESEHATAN DALAM
12 BULANTAHUN TERAKHIR PADA REMAJA, INDONESIA TAHUN2014 DAN2019
GYTS 2014 DAN 2019
81.8 81.5
84.4
88.2 87.8
94
24 23
39.7
81.8 81.9
68.1
80.8 80.4
85.4
23.3 23.4 21.6
Keseluruhan Laki-laki Perempuan Keseluruhan Laki-laki Perempuan Keseluruhan Laki-laki Perempuan
Mencoba berhenti merokok dalam 12
bulan terakhir
Ingin berhenti merokok sekarang juga Pernah disarankan berhenti merokok oleh
tenaga kesehatan
2014 2019
Dalam 2 periode hasil GYTS (2014
dan 2019) jumlah remaja merokok
yang ingin berhenti merokok
menurun. Begitu juga dengan remaja
merokok yang menerima saran untuk
berhenti merokok oleh tenaga
kesehatan
25. Transformasi Sistem Kesehatan 2021-2024
25
5 RPJMN dan 6 Pilar Transformasi
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan
Meningkatkan kesehatan
ibu, anak, keluarga
berencana dan kesehatan
reproduksi
Mempercepat perbaikan
gizi masyarakat
Memperbaiki
pengendalian
penyakit
Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
(GERMAS)
Memperkuat sistem
kesehatan &
pengendalian obat dan
makanan
6
KATEGORI
UTAMA
Outcome
RPJMN
bidang
kesehatan
Edukasi
penduduk
7 kampanye utama:
imunisasi, gizi
seimbang, olah raga,
anti rokok, sanitasi &
kebersihan
lingkungan, skrining
penyakit, kepatuhan
pengobatan
Pencegahan
primer
Penambahan
imunisasi rutin
menjadi 14 antigen
dan perluasan
cakupan di seluruh
Indonesia.
Pencegahan
sekunder
Skrining 14 penyakit
penyebab kematian
tertinggi di tiap
sasaran usia, skrining
stunting, &
peningkatan ANC
untuk kesehatan ibu &
bayi.
Meningkatkan
kapasitas dan
kapabilitas
layanan primer
Pembangunan
Puskesmas di 171
kec., penyediaan 40
obat esensial,
pemenuhan SDM
kesehatan primer
Transformasi layanan
rujukan
Meningkatkan
akses dan mutu
layanan
sekunder & tersier
Pembangunan RS di
Kawasan Timur,
jejaring pengampuan
6 layanan unggulan,
kemitraan dengan
world’s top healthcare
centers. (a.l DM,
Jantung, Stroke,
Kanker)
Memperkuat
ketahanan
tanggap darurat
Jejaring nasional
surveilans berbasis
lab, tenaga cadangan
tanggap darurat,
table top exercise
kesiapsiagaan krisis.
Regulasi pembiayaan kesehatan
dengan 3 tujuan: tersedia, cukup, dan
berkelanjutan; alokasi yang adil; dan
pemanfaatan yang efektif dan efisien.
Transformasi sistem
pembiayaan kesehatan
Penambahan kuota mahasiswa,
beasiswa dalam & luar negeri,
kemudahan penyetaraan nakes
lulusan luar negeri.
Transformasi SDM
Kesehatan
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
digitalisasi, dan bioteknologi di sektor kesehatan.
Transformasi teknologi
kesehatan
1 Transformasi layanan primer 2 3 Transformasi sistem ketahanan
kesehatan
4
Meningkatkan
ketahanan sektor
farmasi & alat
kesehatan
Produksi dalam
negeri 14 vaksin rutin,
top 10 obat, top 10
alkes by volume & by
value.
5 6
a b c d a b
4 TEMATIK PTM komprehensif promotif – rehabilitatif : DM, Penyakit Jantung, Stroke, Kanker
26. 26
26
+270 juta penduduk Indonesia
mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Primer berkualitas
100% wilayah dan kondisi kesehatan
penduduk termonitor secara berkala
+300 ribu unit penyedia
pelayanan Kesehatan Primer
dengan fasilitas dan SDM
terstandardisasi
Fokus Transformasi
Pelayanan Kesehatan Primer
Siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan
kesehatan sekaligus sebagai fokus penguatan
promosi dan pencegahan
Mendekatkan layanan kesehatan melalui jejaring
hingga tingkat desa dan dusun, termasuk untuk
memperkuat promosi dan pencegahan serta
resiliensi terhadap pandemi
Memperkuat Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) melalui pemantauan dengan dashboard
situasi kesehatan per desa
27. 27
Standar Paket Pelayanan Kesehatan Primer telah disusun untuk memenuhi kebutuhan tiap
klaster siklus hidup secara menyeluruh
Perubahan terkait Paket
Pelayanan Kesehatan Primer
Optimalisasi kegiatan di luar
gedung untuk edukasi dan
pemantauan kesehatan
komunitas
2
Standardisasi pemberian
layanan untuk penduduk /
pasien, sesuai kebutuhan
masing-masing siklus hidup
1
Penguatan fungsi preventif
dengan pemberian pelayanan
Kesehatan yang komprehensif,
termasuk skrining penyakit
3
Detail paket pelayanan secara lebih lengkap terlampir
28. KEBIJAKAN & STRATEGI P2PTM
Perubahan Perilaku
dan Pemberdayaan
Masyarakat
PROMOSI
KESEHATAN
DETEKSI
DINI
PERLINDUNGAN
KHUSUS
PENANGANAN
KASUS
Identifikasi dan
intervensi sejak
dini faktor risiko
PTM & PTM
Pengobatan di
fasyankes
sesuai standar
LINTAS PROGRAM & LINTAS SEKTOR
Vaksinasi
(HPV)
(PERMENKES No. 71/2015 tentang PENANGGULANGAN PTM)
29. • Faktor Risiko
• Perilaku Penyebab
Terjadinya PTM
• Yang Harus
• Diperbaiki
80% penderita PTM
disebabkan oleh
perilaku yang tidak
sehat
32. INDIKATOR RPJMN TAHUN 2020-2024
N
o
Indikator
Target & Capaian
2020 2021 2022 2023 2024
T C % T T T T
1
Jumlah kab/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR)
324 285 87,9 374 424 474 514
2
Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan
Upaya Berhenti Merokok (UBM) 50 13 26,0 100 175 275 350
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun (%) 9,1% 9,0 % 8,9 % 8,8 % 8,7 %
*) Capaian: Riskesdas 2018 = 9,1%. Untuk Capaian tahun 2020-2021 tidak tersedia
INDIKATOR RENSTRA PTM TAHUN 2020-2024
Definisi Operasional: Jumlah kab/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Pencapaian target adalah kab/kota yang memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang KTR.
Menerapkan Perda KTR di 7 tatanan meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat kerja, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat umum yang ditetapkan.
Definisi Operasional: Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)
Terdapat ≥40% FKTP (Puskesmas) di kab/kota telah melaksanakan layanan UBM.
33. NO REVISI INDIKATOR 2022-2024
TARGET PROVINSI MALUKU
2022 2023 2024
1
Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang
dilakukan skrining PTM prioritas (Hipertensi, Obesitas,
Stroke, Peny. Jantung, Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim,
PPOK, Gangguan Indera)
45 % 70 % 90 %
2
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan
terpadu (Pandu) PTM di ≥80% Puskesmas
7 KK 9 KK 11 KK
3
Persentase penyandang hipertensi yang tekanan
darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP
43 % 63 % 90 %
4
Persentase penyandang diabetes melitus yang
darahnya terkendali di puskemas/PKTP
36% 58 % 90 %
5
Jumlah kabupaten/kota yang Menerapkan Kawasan
Rokok (KTR)
7 KK 9 KK 11 KK
6
Jumlah kabupaten/kota yang Melakukan pelayanan
Berhenti Merokok
7 KK 9 KK 11 KK
34. (PP 109/2012)
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
KONSUMSI ROKOK
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
KONSUMSI ROKOK
Peningkatan
Harga melalui
Cukai dan Pajak
Rokok
Pengendalian
Iklan, Promosi
dan Sponsor
Rokok
Pelarangan
Penjualan Rokok
pada Anak dan
Penjualan
penjualan eceran
per batang
Perluasan
persentase
PHW
Penerapan
Kawasan Tanpa
Rokok
(KTR)
Penyediaan
Layanan Upaya
Berhenti
Merokok
(UBM)
LINTAS K/L KEMENKES
Target RPJMN 2020-2024 :
Penurunan prevalensi perokok usia 10-18 tahun dari 9,1% menjadi 8,7%
35. Layanan Upaya Berhenti Merokok
Posbindu/Sekolah:
• Mendeteksi faktor risiko merokok
• Mengajak untuk berhenti merokok
• Merujuk ke FKTP untuk layanan UBM
Fokus pada Fasyankes Tingkat Pertama:
membantu perokok untuk berhenti merokok (konseling)
membangun motivasi
Menciptakan lingkungan yang mendukung
Fokus pada Fasyankes Rawat Tingkat Lanjut:
• Konseling lanjutan
• Pengobatan spesialistik
36. Layanan UBM adalah upaya promotif,
preventif dan tatalaksana untuk membantu
masyarakat berhenti merokok dan
mengatasi gejala putus nikotin
URGENSI LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
(UBM)
37. Untuk para perokok yang ingin berhenti merokok
disiapkan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) di:
● Puskesmas dan FKTP lainnya
● Rumah Sakit
● Konseling melalui Telpon Tidak Berbayar
FASILITAS LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
38. Sesuai PP 109 th 2012 ps 49 pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mewujudkan KTR untuk melindungi warga negara terhadap paparan
asap rokok. KTR diberlakukan pada fasyankes, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, dan tempat umum/tempat lain yang ditetapkan.
Pemda wajib menetapkan KTR
di daerahnya
KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)
KTR diberlakukan pada:
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tempat proses belajar mengajar
Tempat anak bermain,
Tempat ibadah,
Angkutan umum,
Tempat kerja
Tempat umum dan
Tempat lain yang ditetapkan
38
39. KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)
FASYANKES.
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115
PP 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandug
ZatAdiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
FASILITAS
UMUM.
TEMPAT IBADAH
TEMPAT KERJA.
TEMPAT
BELAJAR
MENGAJAR
TEMPATANAK
BERMAIN
ANGKUTAN UMUM
40. 74%
26%
Provinsi Sudah Memiliki Perda Provinsi Belum Memiliki Perda
279
394
285
219 220
397
320
263
422
332
270
432
PERDAKTR Perkada KTR Peraturan KTR
2019 2020 2021 2022
Sampai dengan Mei 2022 :
PERDA KTR PROVINSI PERDA/PERKADA KTR KABUPATEN/KOTA
• 332 Kab/Kota memiliki PERDA
• 432 Kab/Kota memiliki Peraturan KTR (Perda/Perkada)
Sumber : Kemenkes, 2021
KTR DI INDONESIA
41. REGULASI KTR (PERDA/PERBUP/PERWALI) DI PROVINSI
MALUKU TAHUN 2023 (target =7 Kab/Kota)
No KABUPATEN/KOTA KETERANGAN
1
Maluku Tenggara
Barat
PERDA NO. 06 TAHUN 2014
2 Maluku Tenggara PERBUP NO. 15 TAHUN 2014
3 Maluku Tengah PERBUP NO. 07 TAHUN 2015
4 Buru PERDA NO. 06 TAHUN 2016
5 Aru PERBUP NO. 36 TAHUN 2016
6 Seram Bagian Barat PERDA NO. 06 TAHUN 2017
7 Seram bagian Timur PERDA NO. 31 TAHUN 2016
8 Maluku Barat Daya PERBUP NO. 06 TAHUN 2016
9 Buru Selatan PERDA NO. 41 TAHUN 2015
10 Ambon PERWALI NO. 27 TAHUN 2015
11 Tual PERWALI NO. 36 TAHUN 2017
Jumlah Kab/Kota yang menerapkan perda
atau perkada KTR dengan kriteria sesuai
PP 109 Tahun 2012 : 5 Kabupaten/Kota
Kab/Kota dinilai telah menerapkan
KTR bila:
• Telah memiliki perda atau perkada
KTR
• Telah menerapkan KTR di 7
tatanan
• Telah ada satgas KTR yang
ditunjuk
TIDAK
TERCAPA
I
42. REPUBLIK
INDONESIA
PEMANTAUAN KEPATUHAN KTR
Dashboard Pemantauan Regulasi dan Implementasi KTR
Acuan: Renstra Kemenkes 2020-2024
Pemerintah Nasional
• Inventarisasi Peraturan Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota (Perda,
Sanksi, Satgas)
• Inventarisasi Fasilitas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tempat Proses Belajar
Mengajar, Tempat Bermain Anak, Tempat Ibadah, Angkutan Umum, Tempat
Kerja, Tempat Umum dan, Tempat Peruntukan Lain)
• Alat Monev
• Laporan tindakan
Pemerintah Daerah
• Inventarisasi Peraturan Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten / Kota
(PERDA, Sanksi, Satgas)
• Alat Monev
• Laporan tindakan
• Tabulasi informasi Satgas
Satgas: Alat Monitoring,
Laporan Situasi, Laporan
Tindakan
12
Dashboard Inventarisasi dan Implementasi KTR
Acuan: UU 36 Tahun 2009 & PP 109 Tahun 2012
Alat Kompilasi Pemantauan
KTR di Lapangan
Sistem Android
1. Potret KTR
2. KTR Watch
3. Jaga KTR
4. Mata KTR (Mari Amati KTR)
5. Monitor KTR
6. TinjauKTR
44. Ada Peraturan Desa
tentang Desa Tanpa Rokok
Ada tanda dilarang merokok
dirumah warga dan tempat
yang ditentukan
Tidak ada warga yang
merokok di 7 tatanan KTR
18 tahun
Warung/toko tidak mendisplay/
mengiklankan rokok dan
menjual ke penduduk usia <
Tidak ada iklan dan
lambang rokok
45. Anak merupakan sasaran
rentan paparan asap rokok.
Dapat menjadi pemicu
anak sebagai perokok pasif
atau perokok pemula
Mulailah dari lingkungan
terkecil, keluarga sehat
bebas asap rokok
KELUARGA
SMOKE FREE HOME
46. Monitor
konsumsi produk
tembakau &
pencegahannya
Perlindungan
paparan asap
orang lain
Optimalkan
dukungan
layanan UBM
Waspadakan
masyarakat
akan bahaya
konsumsi
tembakau
Eliminasi
IPS
produk
tembakau
Raih
kenaikan
harga rokok
melalui cukai
dan pajak
rokok
STRATEGI PENGENDALIAN
KONSUMSI TEMBAKAU
Editor's Notes
Tantangan terjadinya burden of disease bagi Maluku cukup berat karena dalam 10 tertinggi penyebab beban penyakit masih didominasi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular. Melihat tren 1990-2017 masih terdapat PR terkait dan di sisi lain PTM semakin meningkat.
3 besar beban tertinggi PTM harus mendapat perhatian utama yaitu stroke, ischemic heart disease dan diabetes. Penyakit Menular yang signifikan mengalami perubahan adalah lower respiratory infect dan diarrheal disease
IHME : Institute for Health Metric and Evaluation
The prevalence of obesity is increasing from year to year.
Prevalensi DM Tipe 1 pada anak-anak usia < 18 tahun menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2000 sebesar 0,004/100.000, meningkat menjadi 0,028/100.000 pada tahun 2010
Data terakhir pada Maret 2021 prevalensinya menjadi 1,5 / 100.000 artinya meningkat sampai 54 kali dari tahun 2010.
Tingginya prevalensi perokok pemula yang akan menghasilkan generasi muda yang tidak unggul
Menurut data Riskesdas prevalensi perokok anak meningkat dari 7,2% (2013) menjadi 9,1% (2018) berdasarkan Estimasi dari Bappenas, peningkatan prevalensi perokok pemula khususnya anak-anak dan usia remaja akan terus mengalami kenaikan apabila tidak ada kebijakan komprehensif untuk menekan angka prevalensi. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan signifikan ini dikarenakan masifnya Iklan rokok di internet yang meningkat sebanyak 10 kali lipat yaitu 1,9% (2011) menjadi 21,4% (2021) dimana anak-anak sangat mudah terpapar di zaman perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini.
Demikian juga pada orang dewasa, menurut data Global Adult Tobacco Survay (GATS 2021) Prevalensi perokok di atas 15 tahun masih tinggi yaitu sekitar 70,2 juta (34,5%) orang dewasa menggunakan produk tembakau dan yang mengkhawatirkan prevalensi perokok elektronik meningkat 10 kali lipat dari 0,3% (GATS 2011) menjadi 3% (GATS 2021)
Di Indonesia, kematian karena 33 penyakit yang berkaitan dengan perilaku merokok mencapai 230.862 pada tahun 2015, dengan total kerugian makro mencapai 596,61 triliun rupiah (Soewarta Kosen, Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,2017). Tembakau membunuh 290.000 orang setiap tahunnya di Indonesia dan merupakan penyebab kematian terbesar akibat Penyakit Tidak Menular (PTM).
Tembakau menyebabkan 59,6% kematian akibat kanker trakea, bronkus, dan paru-paru, 59,3% kematian akibat Penyakit Paru Obstruktif Kronik, 28,6% kematian akibat Penyakit Jantung, 20,6% kematian akibat Diabetes Mellitus, dan 19,7% akibat stroke (Institute for Health & Metrics Evaluation (IHME,2019).
Lemahnya fungsi pengawasan pengendalian konsumsi produk tembakau dikarenakan tidak adanya alur koordinasi yang jelas antara Kementerian/Lembaga terkait dalam pengendalian, pengawasan, dan penegakan terhadap produk tembakau.
Berbagai praktik baik di negara lain mengenai aturan pengawasan produk tembakau yang komprehensif dapat dipandang sebagai referensi. Sebagai contoh, fungsi pengawasan produk tembakau di Singapura dilakukan oleh suatu Lembaga Khusus dibawah Kementerian Kesehatan bernama Health Sciences Authority & Kepolisian.
Perlu dilakukan peningkatan fungsi pengawasan pengendalian konsumsi produk tembakau. Peningkatan tersebut akan dilakukan dengan revitalisasi fungsi dan peran masing-masing K/L, menguatkan BPOM dalam pengawasan rokok elektronik, dan memperluas fungsi pengawasan Pemerintah Daerah dalam penegakan KTR.
Indonesia saat ini menduduki 3 terbesar jumlah perokok usia >10 tahun setelah India dan China, merupakan suatu hal yang sangat serius. Karena kita akan mendapatkan bonus demografi pada 10 hingga 20 tahun kedepan, harapannya bahwa bonus demografi akan menjadi modal bangsa untuk mempercepat kemajuan pembangunan bangsa, apabila bonus demografi ini tidak terganggu dengan masalah Kesehatan seperti merokok.
Walau prevalensi perokok menurun dari tahun 2013-2018, namun jumlah absolutnya meningkat dari 64,9 jt menjadi 65,7 jt
Dalam periode 5 tahun; prevalensi perokok muda meningkat 1,9% menjadi 9,1% (2018) dari 7,2% (2013). Konsumsi rokok elektronik bagi usia 10-18 th meningkat dratis dari 1,2% (2016) menjadi 10,9% (2018).
Selama tahun 2007-2018, perokok pemula (10-14 th) meningkat 240% (dari 9,6% menjadi 23,1%) dan usia 15-19 meningkat 140% (dari 36,3% menjadi 52,1%
Berdasarkan survey GYTS tahun 2019, terjadi peningkatan jumlah perokok anak sekolah usia 13-15 tahun dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019)
Rekomendasi intervensi pengendalian tembakau oleh Bapenas dalam rangka mencapai target RPJMN 2020-2024 yaitu penurunan prevalensi perokok usia 10-18 tahun dikelompokkan menjadi: Kebijakan Fiskal, Non Fiskal dan harus memperhatikan masyarakat terdampak seperti Petani dan pekerja industri. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan secara holistik lintas kementerian terkait.
Dalam hal kebijakan non fiskal Kementerian Kesehatan berupaya untuk
Kebijakan Fiskal : bertujuan untuk mengurangi akses dengan meningkatkan harga jual rokok. Berdasarkan kajian para pakar beberapa hal yang dapat diintervensi seperti:
Peningkatan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT)
Simplifikasi tarif cukai secara bertahap
Penguatan regulasi CHT (menghapus batas 57%)
Memanfaatkan CHT untuk kesejahteraan petani dan buruh
Pemungutan dan pengawasan rokok illegal
Exit Strategi bagi petani dan pekerja terdampak dari kebijakan pengendalian tembakau (oleh Kementan dan Kemennaker) meliputi:
Pendampingan petani yang ingin melakukan alih tanam atau diversifikasi, memberikan fasilitas bantuan keuangan.
Pengaturan impor tembakau dan memperbaiki tataniaga tembakau
Perbaikan infrastruktur seperti perbaikan irigasi dll
Peningkatan kapasitas petani dan pekerja industry melalui pelatihan dan pendidikan
Perlindungan sosial bagi pekerja dan pekerjaan yang lebih baik.
Kebijakan Non fiskal bertujuan untuk memberikan informasi dan menjauhkan masyarakat dari dampak terhadap kesehatan, seperti:
Pelarangan iklan, promosi dan sponsor (Kemenkominfo)
Pembesaran Peringatan Kesehatan Bergambar bahaya merokok (Kemenkes)
Kawasan Tanpa Rokok (Kemenkes, Kemendagri, Kemenhub, Kemenparekraf)
Pengawasan penjualan dan pengaturan kandungan rokok (Kemendag dan BPOM)
Pelarangan rokok elektronik dan rokok yang dipanaskan (???)
Edukasi masyarakat (Kemenkes, Kemenkominfo, Kemendikbud, Kemenag, Kemen PP-PA, BPOM, dll)
Perkembangan terbaru
70% perokok ingin berhenti
50% mencoba berhenti setiap tahun
3 dari 5 orang yang merokok akhirnya berhenti merokok
Tantangan yang dihadapi untuk berhenti
Lebih dari 40% perokok tidak mendapatkan saran untuk berhenti merokok dari tenaga Kesehatan
Kurang dari 1 diantara 3 orang yang mencoba berhenti, menggunakan konseling atau obat-obatan
Kurang dari 1 diantara 10 orang yang mencoba akan berhasil berhenti setiap tahunnya.
Berhenti merokok memperbaiki kesehatan, menyelamatkan nyawa dan mengurangi masalah finansial
Mengurangi risiko kematian dini dan dapat menambah harapan hidup hingga satu dekade
Mengurangi risiko berbagai efek kesehatan yang merugikan, termasuk kesehatan reproduksi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan 12 jenis kanker
Bermanfaat bagi orang yang telah didiagnosis menderita penyakit jantung koroner atau COPD
Menguntungkan orang pada usia berapa pun, dengan manfaat lebih besar bagi mereka yang berhenti merokok lebih awal
Mengurangi beban keuangan yang ditimbulkan oleh merokok pada orang yang merokok, sistem perawatan kesehatan, dan masyarakat
UBM membutuhkan intervensi berulang dan dukungan jangka panjang untuk membantu pasien berhenti.
Konseling dan pengobatan—Masing-masing efektif bila digunakan sendiri-sendiri, dan menggunakannya bersama-sama dapat melipatgandakan peluang berhenti merokok.
Menggabungkan obat—pemberian kombinasi obat untuk berhenti merokok meningkatkan kemungkinan berhenti
Quitline - Konseling proaktif quitline meningkatkan kemungkinan berhenti merokok bila digunakan sendiri atau bersama-sama dengan obat
Pesan teks dan intervensi UBM berbasis web juga dapat membantu orang berhasil berhenti merokok.
Sesuai amanat PP 109 tahun 2012, terutama pasal 49 dimana adanya kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). KTR diberlakukan pada fasyankes, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
Sebagai tenaga professional dibidang kesehatan tentunya kita harus menjadi panutan untuk juga menerapkan kawasan tanpa rokok ditempat kerja bapak ibu sekalian.