SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
TA U FI K U R R A H M A N S H
R A B U , 2 8 A PR I L 2 0 1 0
MAKALAH
KAPITA SELEKTA HUKUM TATA NEGARA
PENGGUNAAN HAK ANGKET
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Oleh :
ABDUL AZIZ 117010527
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah AWT atas berkat Rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah
dengan judul " Penggunaan HakAngket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia selesai
sebagaimana mestinya. Makalah ini merupakan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah KAPITA
SELEKTA HUKUM TATA NEGARA pada program Ilmu Hukum Universitas Wahid Hasyim
Semarang 2014, dan tidak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pengajar Bapak Arif Agung Nugroho SH., MH. yang telah memberi bimbingan dan
mencurahkan ilmu pengetahuannya.
Dan semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak dan khusunya bagi
penulis sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak isu pembentukan pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Bank Century
(BC) pertama kali didengungkan, hingga pada pasca pembentukan Pansus (4 Des.2009),
banyak pihak yang merasa apriori terhadap kompetensi dan integritas pansus hak anhket
Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengungkap setiap kasus yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang berdampak pada masyarakat luassalah satunya sekarang adalah skandal
bailout BC sebesar Rp 6,7 triliun yang menghebohkan itu. Akibatnya telah menimbulkan
huru-hara politik, dan banyak pihak yang mempertanyakan efektifitas dan eksistensi kerja
pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat,dan sejauh mana mampu mengungkap tuntas
disetiap kasus yang diselidikinya.
Dalam kaitan itu, untuk menentukan apakah pembentukan pansus DPR tersebut efektif
atau tidaknya, mampu membongkar tuntas setiap kasus yang diselidikinya hingga keakar-
akamya, sesungguhnya dapat diukur dari beberapa sudut pandang obyektif. Pertama, dapat
ditinjau dari substansi dan agenda kerja yang ditetapkan, serta tujuan apa yang ingin dicapai
pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat.Kedua konsistensi pencapaian secara periodik
dari agenda kerja pansus yang ditetapkan. Ketiga, kompetensi para anggota pansus yang
ditempatkan dalam setiap kasus, khususnya dalam menggali dan membuktikan fakta-fakta
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keempat, validitas hukum yang
mendasari pembentukan pansus dan apa akibat hukum yang ditimbulkannya.
Dari susdut pandang tersebut sangat menarik untuk kita diskusikan kaitannya dengan
penggunaan hak angket Dewan Perwakilan rakyat yang sekarang menjadi fenomenal di
madiam masa maka dalam makala ini penulis ingin mencoba membahas apa yang menjadi
aspek hokum hak angket Dewan Perwakilan rakyat serta Eksistensinya dalam setiap kasus
yang di selidikinya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa permasalahan yang
sekaligus menjadi topik diskusi dalam hal penggunaan hak angket DPR sebagai berikut :
1. Bagaimanakah aspek hukum penggunaan hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.?
2. Bagaimana eksistensi hak angket Dewan perwakilan rakyat dimasa Orde lama, Orde Baru,
dan masa Reformasi sampai sekarang ?
C. Medote Yang Digunakan
Untuk mengkaji pokok permasalahan, makalah ini mempergunakan metode penelitian
hukum normatif. Dengan menyesuaikan diri pada ruang lingkup dan identifikasi masalah yang
telah dikemukakan di atas, pendekatan yang bersifat yuridis-normatif tersebut akan dilakukan
dengan mempergunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Hukum Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Aspek Hukum Hak Angket dan Proses Pengguliran Hak Angket
Secara normatif, keberadaan Hak Angket diatur dalam Pasal 20A ayat (2) UUD 1945, yang
berbunyi : “Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
UndangUndang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket,
dan hak menyatakan pendapat.”
Kemudian ditegaskan lagi dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5043), serta peraturan Tata Tertib DPR.
Penggunaan Hak Angket juga tidak sembarangan namun diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1954 tentang Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat. Meskipun
undang-ya ini berasal dari zaman sistem pemerintahan parlementer di bawah Undang-Undang
Dasar Sementara Tahun 1950, tetapi sampai sekarang masih terus digunakan. Mahkamah
Konstitusi melalui putusannya tanggal 26 Maret 2004 menegaskan, Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1954 itu masih berlaku berdasarkan ketentuan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945.
Dengan demikian, tidak ada keraguan apa pun bagi Dewan Perwakilan Rakyat untuk
menggunakan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1954 itu untuk
melaksanakan hak angket Dewan Perwakilan Rakyat.
Lebih lanjut, Pasal 77 ayat (3) UU No. 27 tahun 2009 menentukan definisi hak angket
sebagai hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan
suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Tetapi, mengenai penyelidikan
itu sendiri tidak didefenisikan. Apakah penyelidikan dalam pengertian dari UU No. 27 tahun
2009 sama dengan pengertian penyelidikan dalam KUHAP.
Jika usulan melaksanakan Hak Angket disetujui, Dewan Perwakilan Rakyat akan
membentuk Panitia Hak Angket yang akan bekerja selama proses penyelidikan. Dalam masa
itu, Panitia Hak Angket DPR dapat mengumpulkan fakta dan bukti bukan saja dari kalangan
pemerintah, tetapi dari siapa saja yang dianggap perlu, termasuk mereka yang dianggap ahli
mengenai masalah yang diselidiki. Mereka wajib memenuhi panggilan Panitia Angket dan
menjawab semua pertanyaan dan memberikan keterangan lengkap, termasuk menyerahkan
semua dokumen yang diminta, kecuali apabila penyerahan dokumen itu akan bertentangan
dengan kepentingan negara. Mereka yang dipanggil namun tidak datang tanpa alasan yang
sah, dapat disandera selama-lamanya seratus hari (Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1954). Panitia Angket juga dapat meminta pengadilan agar memerintahkan pejabat
yang tidak mau menyerahkan dokumen negara yang mereka minta untuk selanjutnya
diserahkan kepada Panitia Hak Angket.
Karena anggota Panitia Angket itu akan bertindak sebagai seorang penyelidik, maka
status mereka haruslah resmi, yakni dibentuk oleh DPR dan diumumkan dalam Berita Negara,
agar diketahui oleh semua orang. Demikian pula berapa besar anggaran yang akan digunakan
oleh Panitia Angket itu. Keharusan mengumumkan penggunaan Hak Angket, nama-nama
anggota panitianya serta anggarannya dalam Berita Negara itu, merupakan syarat formal
keabsahan Panita Angket, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1954 dan Pasal 181 Peraturan Tata Tertib DPR. Untuk itu, guna memenuhi syarat formal
pembentukan panitia angket ini, Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat harus segera
menyampaikan segala hal yang terkait dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat tentang
penggunaan hak angket ini kepada Menteri Hukum dan HAM, agar menempatkannya di
dalam Berita Negara. Menteri Hukum dan HAM tidak dapat menolak mengumumkan dalam
Berita Negara itu, karena hal itu adalah kewajibannya yang diperintahkan undang-undang.
Kedudukan Panitia Angket DPR sesungguhnya sangatlah kuat bila dilihat dari sudut
hukum. Dalam sistem parlementer, keberadaan panitia angket tidaklah otomatis bubar dengan
pembubaran parlemen. Seperti kita pahami dalam sistem parlementer, Pardana Menteri dapat
membubarkan parlemen setiap waktu dan menentukan kapan akan diselenggarakan pemilihan
umum. Meskipun parlemen dibubarkan, panitia angket terus bekerja sampai terbentuknya
parlemen yang baru, yang akan menentukan nasib panitia angket itu. Dalam sistem
presidensial, hal ini tidak mungkin terjadi, kecuali Presiden telah berubah menjadi diktator
dengan membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Suatu hal yang dapat dijadikan sebagai
pegangan dari ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1954 yang relevan dengan situasi
sekarang ialah, pekerjaan panitia angket tidaklah terhalang oleh adanya reses dan penutupan
masa sidang.
Ketika Panitia Angket sudah menyelesaikan tugasnya, semuanya akan tergantung pada
fakta-fakta dan bukti-bukti yang terungkap selama penyelidikan dan tergantung pula pada
analisis Panitia Angket terhadap fakta-fakta dan bukti-bukti yang berhasil diungkapkan. Kalau
semua yang terungkap disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah sekitar masalah yang
diangkat, menguntungkan rakyat, dan sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka Pemerintah tentu aman-aman saja. Laporan Panitia Angket kepada rapat
paripurna yang diterima oleh fraksi-fraksi dan disahkan DPR, selanjutnya diserahkan kepada
Presiden. Presiden akan dengan senang hati menerima hasil angket DPR yang ternyata
membenarkan segala kebijakan yang ditempuh Pemerintah. Ini sekaligus berarti DPR telah
keliru mengasumsikan sesuatu, yang setelah diselidiki ternyata tidak benar.
Jika penyelidikan yang dilakukan Panitia Angket menyimpulkan telah terjadi kebijakan
yang merugikan negara, merugikan rakyat serta bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, apalagi melanggar ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, laporan
Panitia Angket harus disampaikan ke rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendengarkan pendapat fraksi-fraksi sebelum laporan itu diputuskan untuk diterima atau
ditolak, baik secara aklamasi maupun melalui pemungutan suara. Keputusan DPR tersebut
disampaikan kepada Presiden. Selanjutnya DPR dapat menindaklanjuti keputusan itu sesuai
kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 182 Peraturan Tata Tertib DPR).
Tindak lanjut atas keputusan Dewan Perwakilan Rakyat tentang penggunaan hak angket
diatur dalam Pasal 184 ayat (1a) ialah menyampaikan “Hak Menyatakan Pendapat” atas
keputusan hasil penyelidikan melalui penggunaan hak angket, atau langsung menggunakan
ketentuan Pasal 184 ayat (1b) yakni Hak Menyatakan Pendapat untuk menduga bahwa
“Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela
maupun tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden”. Penggunaan
ketentuan pasal ini - yang merupakan ketentuan yang bersumber dari ketentuan Pasal 7B ayat
(1) UUD 1945 - memang sangat serius. Ketentuan inilah yang dikenal dengan istilah
“impeachment” terhadap Presiden.
Ketentuan Pasal 7B ayat (1) UUD 1945 di atas belum pernah ada praktiknya dalam
sejarah ketatanegaraan kita. Kalau pendapat DPR bahwa benar hal itu terjadi, maka
Mahkamah Konstitusilah yang harus memutuskan apakah pendapat DPR itu terbukti atau
tidak. Kalau MK memutuskan memang terbukti, maka DPR menyelenggarakan sidang
paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada
MPR (Pasal 7B ayat 5 UUD 1945 jo Pasal 190 Peraturan Tata Tertib DPR. Sejarah Indonesia
mencatat dua kali sidang istimewa MPRS dan MPR yang terjadi pada masa Presiden Sukarno
dan Presiden Abdurrahman Wahid. Dan keduanya adalah presiden yang menjadi korban hak
angket, karena harus dipaksa turun dari jabatanya sebelum masa kepemimpinannya berakhir.
B. Eksistensi Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Masa Orde
Lama, Orde Baru Dan Era Refomsi Sampai Sakarang
1. Orde Lama
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, hak angket digunakan kali pertama pada
1950-an. Berawal dari usul resolusi RM Margono Djojohadikusumo agar Dewan
Perwakilan Rakyat mengadakan angket atas usaha pemerintah memperoleh dan cara
mempergunakan devisa. Maka kemudian dibentuklah Panitia Angket beranggotakan 13
orang, diketuai Margono, yang tugasnya menyelidiki untung-rugi mempertahankan
devisen-regime berdasar Undang-Undang Pengawasan Devisen 1940 dan perubahan-
perubahannya.
Panitia Angket pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo-I (30 Juli 1953-12 Agustus
1955) ini mula-mula diberi waktu enam bulan, tetapi kemudian diperpanjang dua kali dan
menyelesaikan tugasnya pada Maret 1956 pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap (12
Agustus 1955-24 Maret 1956). Sayang, hasil kerja tim bersamaan dengan terbentuknya
kabinet hasil Pemilu 1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo-II) itu nasibnya tidak jelas.
2. Masa Orde Baru
Meskipun pada masa Orde Baru, parlemen praktis dikuasai Golkar sebagai fraksi
penopang pemerintah, usul penggunaan hak angket sempat lolos masuk dalam sidang
pleno Dewan Perwakilan Rakyat 7 Juli 1980. Sebanyak 20 anggota DPR (14 dari FPDI
dan 6 dari FPP) menandatangani usul penggunaan hak angket yang kemudian diserahkan
R Santoso Danuseputro (FPDI) dan HM Syarkawie Basri (FPP) kepada Ketua DPR kala
itu, Daryatmo, pada 5 Juli.
Para pengusul angket tidak puas atas jawaban Presiden Soeharto menyangkut kasus
H Thahir dan Pertamina yang disampaikan Mensesneg Sudharmono dalam sidang pleno
Dewan Perwakilan Rakyat 21 Juli 1980, menanggapi interpelasi atau hak bertanya yang
uniknya dilakukan tujuh anggota FKP sendiri. Dalam usul angket tentang Pertamina
tersebut dicantumkan rencana pembentukan Panitia Angket yang terdiri atas 14 orang
dengan 24 anggota pengganti, plus sejumlah tenaga ahli yang khusus dipekerjakan untuk
itu, dengan anggaran waktu itu sebesar Rp 108 juta. Panitia angket diprogramkan bekerja
selama satu tahun, dan setiap bulan bersidang sedikitnya empat kali dan sebanyaknya
delapan kali. Jadi dalam satu tahun mereka bersidang hingga sekitar 75 kali.
Reaksi keras pun muncul, terutama dari kalangan anggota FKP dan Fraksi ABRI
yang menyoal perlunya menggunakan hak angket. Nasib selanjutnya pun sangat jelas:
hak angket ditolak. Angket mentok di sidang pleno DPR. Setelah itu, hak ini nyaris tak
pernah terdengar lagi gaungnya hingga rezim Orde Baru tumbang pada 1998.
3. Masa Reformasi (1998-sekarang)
Pascareformasi, penggunaan hak angket kembali digulirkan. Itu terjadi ketika
Dewan Perwakilan Rakyat mencium keterlibatan Presiden Abdurrahman Wahid dalam
penyalahgunaan uang Yayasan Dana Kesejahteraan (Yanatera) Bulog. Hak angket
digunakan untuk menyelidiki penyelewengan dana Bulog serta bantuan dana dari Sultan
Brunei atau yang lebih dikenal dengan istilah Buloggate dan Bruneigate.
Tidak seperti sebelumnya, hak angket yang dipicu keluarnya memorandum Gus
Dur untuk membubarkan parlemen itu berujung pada impeachment presiden.
Pada periode pertama masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
hak angket pernah dicoba digulirkan atas sejumlah kasus. Di antaranya menyangkut
kenaikan harga BBM yang mengundang reaksi mahasiswa, masalah impor beras 2006,
penyelenggaraan ibadah haji 2008, dan ruwetnya daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2009.
Namun, usaha tersebut hanya menghasilkan keputusan normatif.
Dalam pidato di depan Sidang Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I Tahun
Sidang 2009-2010, pertengahan Agustus lalu Ketua DPR HR Agung Laksono mengaku
DPR masih terus berusaha untuk menuntaskan beberapa hak DPR yang sedang dalam
proses. Di antaranya menuntaskan hak angket menyangkut penyelenggaraan ibadah haji
1429H/2008, hak angket DPT, dan hak angket menyangkut kebijakan Pemerintah
menaikkan harga BBM.
Pada Hak Angket Century, Belajar dari kasus-kasus sebelumnya, hak angket
nampak hanya menjadi sebuah keputusan normatif tanpa ada solusi yang dapat diberikan.
Padahal peraturan Tata Tertib DPR menegaskan, hak angket digunakan untuk
menyelidiki "kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan".
Sehubungan dengan skandal Bank Century, kebijakan pemerintah
"menyelamatkan" Bank Century dengan sendirinya dapat menjadi objek Hak Angket
DPR karena berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi
kebijakan itu juga berkaitan dengan keuangan negara. Namun, apakah kebijakan itu
benar-benar bertentangan dengan Undang-Uundang sebagaimana dugaan DPR, inilah
yang harus "dibuktikan" melalui penggunaan hak angket itu.
Carut marut pengucuran dana talangan Bank Century yang menyeret keterlibatan
beberapa pejabat negara, seperti gubernur BI dan Menkeu, mendorong sejumlah anggota
Dewan menggulirkan hak angket untuk mengurai benang kusut tersebut. Penting bagi
Dewan Perwakilan Rakyat menggali keterangan ahli dan semua pihak terkait dengan
aliran dana dan masalah lainnya yang terkait dengan "penyelamatan" Bank Century.
Dengan memakai hak angket, diharapkan ada konklusi yang lebih objektif, bukan asal
kritis. Sebab, orientasi angket menyelidiki dan mencari solusi. Yang ingin diketahui
Dewan Perwakilan Rakyat bukan sebatas mendengar apologi pemerintah, melainkan
menguak lebih jauh ada apa sebenarnya dibalik kebijakan pemerintah terhadap
pengawasan bank-bank selama ini.
Hasil audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyangkut Bank Century
dapat digunakan (atau tidak digunakan) oleh panitia angket Dewan Perwakilan Rakyat.
Nantinya, Dewan Perwakilan Rakyat dapat saja berpendapat lain dengan BPK. Dengan
kata lain, bila hasil audit BPK berkesimpulan aliran dana pemerintah ke Bank Century
sudah sesuai dengan prosedur, kesimpulan itu dapat dikesampingkan oleh DPR. Apalagi
Wapres Boediono memiliki peran terkait pencairan dana Rp 6,7 triliun saat dirinya
menjadi Gubernur BI. Pada titik inilah kehadiran Panitia Hak Angket DPR untuk
menguak persoalan seputar penyelamatan Bank Century menjadi amat penting dilakukan.
Persoalan Bank Century menjadi semakin menarik sejak 138 anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) secara resmi menyerahkan usulan hak angket kepada pimpinan
DPR (12/11/2009). Jumlah anggota yang menandatangani usulan tersebut dikabarkan
terus bertambah.
Wapres Boediono, yang namanya terseret dalam kasus ini, pernah menyatakan
bahwa penggunaan angket adalah hal yang wajar dalam sistem demokrasi (13/11/2009).
Maka banyak pihak berharap Hak Angket DPR untuk kasus Century berhasil
dilaksanakan, tidak kempis di tengah jalan seperti penggunaan hak angket pada masa
sebelumnya. Modal kejujuran dan kesungguhan perlu untuk dipegang oleh DPR selaku
pemilik Hak Angket.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Aspek hukum hak angket Dewan Perwakilan Rakyat, terlihat jelas Secara normatif,
bahwa hak angket diatur dalam Pasal 20A ayat (2) UUD 1945 kemudian ditegaskan
kembali dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan
DPRD, serta Peraturan Tata tertib DPR. Sedangakan Undang-undang yang mengatur
penggunaan hak angket ialah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 tentang Hak
Angket DPR. Walaupun Undang-undang ini berasal dari zaman sistem pemerintahan
parlementer di bawah UUD Sementara Tahun 1950, tetapi sampai sekarang belum
pernah dicabut. Dengan demikian, tidak ada keraguan apa pun bagi Dewan Perwakilan
Rakyat untuk menggunakan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perungang-
undangan yang disebutkan diatas termasuk Undang-ndang Nomor 6 Tahun 1954 itu
untuk menggunakan hak angket hak angket DPR.
2. Eksistensi penggunaan hak angket dari masa orde lama,orde baru dan masa transisi (
reformasi ),bisa dikatakan masih eksis sampai sekarang walaupun dalam setiap
keputusan hanyalah berpandangan yang normative saja sehingga dari masa orde lama
samapai masa reformasi keberadaan hak angket masih dibutuhkan kerja kerja keras
bagi DPR dalam setiap mengusut tuntas kasus yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang merugikan rakyat berdampak luas pembangunan negara indonesia.
B. Saran
Diharapkan Adanya kerja keras seluruh lembaga Negara Untuk memperbaiki praktik
ketatanegaraan ke depan, khusunya anggota DPR yang akan menggunakan hak angket
perlu mengubah cara yang ditempuh selama ini. Salah satu caranya, mengelaborasi secara
mendalam tentang makna "kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan". Kalau itu bisa dilakukan, upaya setiap pengusul
hak angket akan semakin mendapat tempat di mata publik.

More Related Content

What's hot

UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...Hendie Cahya Maladewa
 
Lembaga Peradilan Indonesia
Lembaga Peradilan IndonesiaLembaga Peradilan Indonesia
Lembaga Peradilan IndonesiaWien Adithya
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989khairu_zikri
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009khairu_zikri
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaHernaWati14
 
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...Nafis Fathur Rizki
 
Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaSiddiki Syadzily
 
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di IndonesiaAlifia Putri Yudanti
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraannatasyamaryana
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009khairu_zikri
 
Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945
Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945
Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945Muhamad Yogi
 
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Natasha Rastie Aulia
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Ahmad Solihin
 

What's hot (20)

Uu 04 04
Uu 04 04Uu 04 04
Uu 04 04
 
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
 
Lembaga Peradilan Indonesia
Lembaga Peradilan IndonesiaLembaga Peradilan Indonesia
Lembaga Peradilan Indonesia
 
Uu 07 1989
Uu 07 1989Uu 07 1989
Uu 07 1989
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989
 
Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009Uu no 3 tahun 2009
Uu no 3 tahun 2009
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesia
 
Mahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiMahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusi
 
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
Wewenang dan Peran Lembaga-Lembaga Negara dalam Kekuasaan Kehakiman (Penegak ...
 
2009 48 kekuasaan kehakiman
2009 48 kekuasaan kehakiman2009 48 kekuasaan kehakiman
2009 48 kekuasaan kehakiman
 
makalah peradilan
makalah peradilanmakalah peradilan
makalah peradilan
 
Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan Agama
 
Uu 04 2004
Uu 04 2004Uu 04 2004
Uu 04 2004
 
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
[KELAS XI] PKN: Lembaga Peradilan di Indonesia
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009
 
Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945
Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945
Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945
 
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
 
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
 

Viewers also liked

Watcharaphong 2nd PBU Com dropbox
Watcharaphong 2nd PBU Com dropboxWatcharaphong 2nd PBU Com dropbox
Watcharaphong 2nd PBU Com dropboxwatcharaphongpbu2
 
Job search strategies lecture 1
Job search strategies lecture 1Job search strategies lecture 1
Job search strategies lecture 1Meg Evans
 
Getting started on the C@ribNET portal
Getting started on the C@ribNET portalGetting started on the C@ribNET portal
Getting started on the C@ribNET portalCaribnet
 
kich Ban Day Hoc
kich Ban Day Hockich Ban Day Hoc
kich Ban Day HocThin Nguyen
 
Ruby bridges
Ruby bridgesRuby bridges
Ruby bridges111593
 
C@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaboration
C@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaborationC@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaboration
C@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaborationCaribnet
 
C@ribNET Communities to support CARICOM CLUSTERS
C@ribNET Communities  to support CARICOM CLUSTERSC@ribNET Communities  to support CARICOM CLUSTERS
C@ribNET Communities to support CARICOM CLUSTERS Caribnet
 
ECO-PERLA - revolutionary development in paint
ECO-PERLA - revolutionary development in paintECO-PERLA - revolutionary development in paint
ECO-PERLA - revolutionary development in paintCALTRA BV
 
BORROLITE GB20
BORROLITE GB20BORROLITE GB20
BORROLITE GB20CALTRA BV
 

Viewers also liked (16)

Watcharaphong 2nd PBU Com dropbox
Watcharaphong 2nd PBU Com dropboxWatcharaphong 2nd PBU Com dropbox
Watcharaphong 2nd PBU Com dropbox
 
Ly luan day hoc
Ly luan day hocLy luan day hoc
Ly luan day hoc
 
Job search strategies lecture 1
Job search strategies lecture 1Job search strategies lecture 1
Job search strategies lecture 1
 
Getting started on the C@ribNET portal
Getting started on the C@ribNET portalGetting started on the C@ribNET portal
Getting started on the C@ribNET portal
 
kich Ban Day Hoc
kich Ban Day Hockich Ban Day Hoc
kich Ban Day Hoc
 
Mis metas eslava 10_D
Mis metas eslava 10_DMis metas eslava 10_D
Mis metas eslava 10_D
 
Ruby bridges
Ruby bridgesRuby bridges
Ruby bridges
 
Ly luan day hoc
Ly luan day hocLy luan day hoc
Ly luan day hoc
 
Nithyananda Pictures
Nithyananda PicturesNithyananda Pictures
Nithyananda Pictures
 
C@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaboration
C@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaborationC@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaboration
C@ribNET portal : The platform for Caribbean NREN users collaboration
 
Ly luan day hoc
Ly luan day hocLy luan day hoc
Ly luan day hoc
 
C@ribNET Communities to support CARICOM CLUSTERS
C@ribNET Communities  to support CARICOM CLUSTERSC@ribNET Communities  to support CARICOM CLUSTERS
C@ribNET Communities to support CARICOM CLUSTERS
 
trabajo informatica
trabajo informaticatrabajo informatica
trabajo informatica
 
ECO-PERLA - revolutionary development in paint
ECO-PERLA - revolutionary development in paintECO-PERLA - revolutionary development in paint
ECO-PERLA - revolutionary development in paint
 
Ly luan day hoc
Ly luan day hocLy luan day hoc
Ly luan day hoc
 
BORROLITE GB20
BORROLITE GB20BORROLITE GB20
BORROLITE GB20
 

Similar to Hukum Angket DPR

Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnya
Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan ProduktivitasnyaMengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnya
Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnyaanrihalfajari
 
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945Izzatul Ulya
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Belum Kerja
 
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptxADITHYA ERLANGGA
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxdnsstore
 
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.pptBAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.pptBayuSurya11
 
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiContoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiumyogaprasetya
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprAhmad Solihin
 
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxShafiraShofia
 
Artbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdf
Artbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdfArtbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdf
Artbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdfMuhammadFahreziHarjo
 
HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]
HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]
HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]Attock Suharto
 
10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx
10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx
10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptxBellaDwiLestari2
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Panji Setiawan
 
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariHukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariferdhynasution8
 

Similar to Hukum Angket DPR (20)

Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnya
Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan ProduktivitasnyaMengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnya
Mengenal Lebih Jauh Mahkamah Konstitusi dari Fungsi dan Produktivitasnya
 
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
 
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas BumiKumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
 
Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
 
Kuliah 14
Kuliah 14Kuliah 14
Kuliah 14
 
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
 
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.pptBAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
BAHAN KULIAH HUKUM ACARA PIDANA BARU 2021.ppt
 
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiContoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
 
Artbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdf
Artbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdfArtbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdf
Artbitrase dan ADR atas pengaruh dalam pengadilan negeri.pdf
 
HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]
HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]
HAK_ANGKET_DAN_BYPASS_REZIM_JOKOWI[1]
 
10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx
10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx
10. SOAL UUD NRI tahun 1945 dan Pembukaan.pptx
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
 
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariHukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
 
Tgs 1
Tgs 1Tgs 1
Tgs 1
 

Hukum Angket DPR

  • 1. TA U FI K U R R A H M A N S H R A B U , 2 8 A PR I L 2 0 1 0 MAKALAH KAPITA SELEKTA HUKUM TATA NEGARA PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Oleh : ABDUL AZIZ 117010527 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kehadirat Allah AWT atas berkat Rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah dengan judul " Penggunaan HakAngket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia selesai sebagaimana mestinya. Makalah ini merupakan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah KAPITA SELEKTA HUKUM TATA NEGARA pada program Ilmu Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang 2014, dan tidak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar Bapak Arif Agung Nugroho SH., MH. yang telah memberi bimbingan dan mencurahkan ilmu pengetahuannya. Dan semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak dan khusunya bagi penulis sendiri.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak isu pembentukan pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Bank Century (BC) pertama kali didengungkan, hingga pada pasca pembentukan Pansus (4 Des.2009), banyak pihak yang merasa apriori terhadap kompetensi dan integritas pansus hak anhket Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengungkap setiap kasus yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang berdampak pada masyarakat luassalah satunya sekarang adalah skandal bailout BC sebesar Rp 6,7 triliun yang menghebohkan itu. Akibatnya telah menimbulkan huru-hara politik, dan banyak pihak yang mempertanyakan efektifitas dan eksistensi kerja pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat,dan sejauh mana mampu mengungkap tuntas disetiap kasus yang diselidikinya. Dalam kaitan itu, untuk menentukan apakah pembentukan pansus DPR tersebut efektif atau tidaknya, mampu membongkar tuntas setiap kasus yang diselidikinya hingga keakar- akamya, sesungguhnya dapat diukur dari beberapa sudut pandang obyektif. Pertama, dapat ditinjau dari substansi dan agenda kerja yang ditetapkan, serta tujuan apa yang ingin dicapai pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat.Kedua konsistensi pencapaian secara periodik dari agenda kerja pansus yang ditetapkan. Ketiga, kompetensi para anggota pansus yang ditempatkan dalam setiap kasus, khususnya dalam menggali dan membuktikan fakta-fakta hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keempat, validitas hukum yang mendasari pembentukan pansus dan apa akibat hukum yang ditimbulkannya. Dari susdut pandang tersebut sangat menarik untuk kita diskusikan kaitannya dengan penggunaan hak angket Dewan Perwakilan rakyat yang sekarang menjadi fenomenal di madiam masa maka dalam makala ini penulis ingin mencoba membahas apa yang menjadi aspek hokum hak angket Dewan Perwakilan rakyat serta Eksistensinya dalam setiap kasus yang di selidikinya.
  • 4. B. Rumusan Masalah Dari uraian singkat latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa permasalahan yang sekaligus menjadi topik diskusi dalam hal penggunaan hak angket DPR sebagai berikut : 1. Bagaimanakah aspek hukum penggunaan hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.? 2. Bagaimana eksistensi hak angket Dewan perwakilan rakyat dimasa Orde lama, Orde Baru, dan masa Reformasi sampai sekarang ? C. Medote Yang Digunakan Untuk mengkaji pokok permasalahan, makalah ini mempergunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan menyesuaikan diri pada ruang lingkup dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, pendekatan yang bersifat yuridis-normatif tersebut akan dilakukan dengan mempergunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Aspek Hukum Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Aspek Hukum Hak Angket dan Proses Pengguliran Hak Angket Secara normatif, keberadaan Hak Angket diatur dalam Pasal 20A ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi : “Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UndangUndang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.” Kemudian ditegaskan lagi dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043), serta peraturan Tata Tertib DPR. Penggunaan Hak Angket juga tidak sembarangan namun diatur dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1954 tentang Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat. Meskipun undang-ya ini berasal dari zaman sistem pemerintahan parlementer di bawah Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950, tetapi sampai sekarang masih terus digunakan. Mahkamah Konstitusi melalui putusannya tanggal 26 Maret 2004 menegaskan, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 itu masih berlaku berdasarkan ketentuan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945. Dengan demikian, tidak ada keraguan apa pun bagi Dewan Perwakilan Rakyat untuk menggunakan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1954 itu untuk melaksanakan hak angket Dewan Perwakilan Rakyat. Lebih lanjut, Pasal 77 ayat (3) UU No. 27 tahun 2009 menentukan definisi hak angket sebagai hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Tetapi, mengenai penyelidikan
  • 6. itu sendiri tidak didefenisikan. Apakah penyelidikan dalam pengertian dari UU No. 27 tahun 2009 sama dengan pengertian penyelidikan dalam KUHAP. Jika usulan melaksanakan Hak Angket disetujui, Dewan Perwakilan Rakyat akan membentuk Panitia Hak Angket yang akan bekerja selama proses penyelidikan. Dalam masa itu, Panitia Hak Angket DPR dapat mengumpulkan fakta dan bukti bukan saja dari kalangan pemerintah, tetapi dari siapa saja yang dianggap perlu, termasuk mereka yang dianggap ahli mengenai masalah yang diselidiki. Mereka wajib memenuhi panggilan Panitia Angket dan menjawab semua pertanyaan dan memberikan keterangan lengkap, termasuk menyerahkan semua dokumen yang diminta, kecuali apabila penyerahan dokumen itu akan bertentangan dengan kepentingan negara. Mereka yang dipanggil namun tidak datang tanpa alasan yang sah, dapat disandera selama-lamanya seratus hari (Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954). Panitia Angket juga dapat meminta pengadilan agar memerintahkan pejabat yang tidak mau menyerahkan dokumen negara yang mereka minta untuk selanjutnya diserahkan kepada Panitia Hak Angket. Karena anggota Panitia Angket itu akan bertindak sebagai seorang penyelidik, maka status mereka haruslah resmi, yakni dibentuk oleh DPR dan diumumkan dalam Berita Negara, agar diketahui oleh semua orang. Demikian pula berapa besar anggaran yang akan digunakan oleh Panitia Angket itu. Keharusan mengumumkan penggunaan Hak Angket, nama-nama anggota panitianya serta anggarannya dalam Berita Negara itu, merupakan syarat formal keabsahan Panita Angket, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 dan Pasal 181 Peraturan Tata Tertib DPR. Untuk itu, guna memenuhi syarat formal pembentukan panitia angket ini, Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat harus segera menyampaikan segala hal yang terkait dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat tentang penggunaan hak angket ini kepada Menteri Hukum dan HAM, agar menempatkannya di dalam Berita Negara. Menteri Hukum dan HAM tidak dapat menolak mengumumkan dalam Berita Negara itu, karena hal itu adalah kewajibannya yang diperintahkan undang-undang. Kedudukan Panitia Angket DPR sesungguhnya sangatlah kuat bila dilihat dari sudut hukum. Dalam sistem parlementer, keberadaan panitia angket tidaklah otomatis bubar dengan pembubaran parlemen. Seperti kita pahami dalam sistem parlementer, Pardana Menteri dapat membubarkan parlemen setiap waktu dan menentukan kapan akan diselenggarakan pemilihan umum. Meskipun parlemen dibubarkan, panitia angket terus bekerja sampai terbentuknya
  • 7. parlemen yang baru, yang akan menentukan nasib panitia angket itu. Dalam sistem presidensial, hal ini tidak mungkin terjadi, kecuali Presiden telah berubah menjadi diktator dengan membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Suatu hal yang dapat dijadikan sebagai pegangan dari ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1954 yang relevan dengan situasi sekarang ialah, pekerjaan panitia angket tidaklah terhalang oleh adanya reses dan penutupan masa sidang. Ketika Panitia Angket sudah menyelesaikan tugasnya, semuanya akan tergantung pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang terungkap selama penyelidikan dan tergantung pula pada analisis Panitia Angket terhadap fakta-fakta dan bukti-bukti yang berhasil diungkapkan. Kalau semua yang terungkap disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah sekitar masalah yang diangkat, menguntungkan rakyat, dan sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Pemerintah tentu aman-aman saja. Laporan Panitia Angket kepada rapat paripurna yang diterima oleh fraksi-fraksi dan disahkan DPR, selanjutnya diserahkan kepada Presiden. Presiden akan dengan senang hati menerima hasil angket DPR yang ternyata membenarkan segala kebijakan yang ditempuh Pemerintah. Ini sekaligus berarti DPR telah keliru mengasumsikan sesuatu, yang setelah diselidiki ternyata tidak benar. Jika penyelidikan yang dilakukan Panitia Angket menyimpulkan telah terjadi kebijakan yang merugikan negara, merugikan rakyat serta bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, apalagi melanggar ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, laporan Panitia Angket harus disampaikan ke rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendengarkan pendapat fraksi-fraksi sebelum laporan itu diputuskan untuk diterima atau ditolak, baik secara aklamasi maupun melalui pemungutan suara. Keputusan DPR tersebut disampaikan kepada Presiden. Selanjutnya DPR dapat menindaklanjuti keputusan itu sesuai kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 182 Peraturan Tata Tertib DPR). Tindak lanjut atas keputusan Dewan Perwakilan Rakyat tentang penggunaan hak angket diatur dalam Pasal 184 ayat (1a) ialah menyampaikan “Hak Menyatakan Pendapat” atas keputusan hasil penyelidikan melalui penggunaan hak angket, atau langsung menggunakan ketentuan Pasal 184 ayat (1b) yakni Hak Menyatakan Pendapat untuk menduga bahwa “Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden”. Penggunaan
  • 8. ketentuan pasal ini - yang merupakan ketentuan yang bersumber dari ketentuan Pasal 7B ayat (1) UUD 1945 - memang sangat serius. Ketentuan inilah yang dikenal dengan istilah “impeachment” terhadap Presiden. Ketentuan Pasal 7B ayat (1) UUD 1945 di atas belum pernah ada praktiknya dalam sejarah ketatanegaraan kita. Kalau pendapat DPR bahwa benar hal itu terjadi, maka Mahkamah Konstitusilah yang harus memutuskan apakah pendapat DPR itu terbukti atau tidak. Kalau MK memutuskan memang terbukti, maka DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR (Pasal 7B ayat 5 UUD 1945 jo Pasal 190 Peraturan Tata Tertib DPR. Sejarah Indonesia mencatat dua kali sidang istimewa MPRS dan MPR yang terjadi pada masa Presiden Sukarno dan Presiden Abdurrahman Wahid. Dan keduanya adalah presiden yang menjadi korban hak angket, karena harus dipaksa turun dari jabatanya sebelum masa kepemimpinannya berakhir. B. Eksistensi Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Masa Orde Lama, Orde Baru Dan Era Refomsi Sampai Sakarang 1. Orde Lama Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, hak angket digunakan kali pertama pada 1950-an. Berawal dari usul resolusi RM Margono Djojohadikusumo agar Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan angket atas usaha pemerintah memperoleh dan cara mempergunakan devisa. Maka kemudian dibentuklah Panitia Angket beranggotakan 13 orang, diketuai Margono, yang tugasnya menyelidiki untung-rugi mempertahankan devisen-regime berdasar Undang-Undang Pengawasan Devisen 1940 dan perubahan- perubahannya. Panitia Angket pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo-I (30 Juli 1953-12 Agustus 1955) ini mula-mula diberi waktu enam bulan, tetapi kemudian diperpanjang dua kali dan menyelesaikan tugasnya pada Maret 1956 pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-24 Maret 1956). Sayang, hasil kerja tim bersamaan dengan terbentuknya kabinet hasil Pemilu 1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo-II) itu nasibnya tidak jelas.
  • 9. 2. Masa Orde Baru Meskipun pada masa Orde Baru, parlemen praktis dikuasai Golkar sebagai fraksi penopang pemerintah, usul penggunaan hak angket sempat lolos masuk dalam sidang pleno Dewan Perwakilan Rakyat 7 Juli 1980. Sebanyak 20 anggota DPR (14 dari FPDI dan 6 dari FPP) menandatangani usul penggunaan hak angket yang kemudian diserahkan R Santoso Danuseputro (FPDI) dan HM Syarkawie Basri (FPP) kepada Ketua DPR kala itu, Daryatmo, pada 5 Juli. Para pengusul angket tidak puas atas jawaban Presiden Soeharto menyangkut kasus H Thahir dan Pertamina yang disampaikan Mensesneg Sudharmono dalam sidang pleno Dewan Perwakilan Rakyat 21 Juli 1980, menanggapi interpelasi atau hak bertanya yang uniknya dilakukan tujuh anggota FKP sendiri. Dalam usul angket tentang Pertamina tersebut dicantumkan rencana pembentukan Panitia Angket yang terdiri atas 14 orang dengan 24 anggota pengganti, plus sejumlah tenaga ahli yang khusus dipekerjakan untuk itu, dengan anggaran waktu itu sebesar Rp 108 juta. Panitia angket diprogramkan bekerja selama satu tahun, dan setiap bulan bersidang sedikitnya empat kali dan sebanyaknya delapan kali. Jadi dalam satu tahun mereka bersidang hingga sekitar 75 kali. Reaksi keras pun muncul, terutama dari kalangan anggota FKP dan Fraksi ABRI yang menyoal perlunya menggunakan hak angket. Nasib selanjutnya pun sangat jelas: hak angket ditolak. Angket mentok di sidang pleno DPR. Setelah itu, hak ini nyaris tak pernah terdengar lagi gaungnya hingga rezim Orde Baru tumbang pada 1998. 3. Masa Reformasi (1998-sekarang) Pascareformasi, penggunaan hak angket kembali digulirkan. Itu terjadi ketika Dewan Perwakilan Rakyat mencium keterlibatan Presiden Abdurrahman Wahid dalam penyalahgunaan uang Yayasan Dana Kesejahteraan (Yanatera) Bulog. Hak angket digunakan untuk menyelidiki penyelewengan dana Bulog serta bantuan dana dari Sultan Brunei atau yang lebih dikenal dengan istilah Buloggate dan Bruneigate. Tidak seperti sebelumnya, hak angket yang dipicu keluarnya memorandum Gus Dur untuk membubarkan parlemen itu berujung pada impeachment presiden.
  • 10. Pada periode pertama masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hak angket pernah dicoba digulirkan atas sejumlah kasus. Di antaranya menyangkut kenaikan harga BBM yang mengundang reaksi mahasiswa, masalah impor beras 2006, penyelenggaraan ibadah haji 2008, dan ruwetnya daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2009. Namun, usaha tersebut hanya menghasilkan keputusan normatif. Dalam pidato di depan Sidang Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2009-2010, pertengahan Agustus lalu Ketua DPR HR Agung Laksono mengaku DPR masih terus berusaha untuk menuntaskan beberapa hak DPR yang sedang dalam proses. Di antaranya menuntaskan hak angket menyangkut penyelenggaraan ibadah haji 1429H/2008, hak angket DPT, dan hak angket menyangkut kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM. Pada Hak Angket Century, Belajar dari kasus-kasus sebelumnya, hak angket nampak hanya menjadi sebuah keputusan normatif tanpa ada solusi yang dapat diberikan. Padahal peraturan Tata Tertib DPR menegaskan, hak angket digunakan untuk menyelidiki "kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan". Sehubungan dengan skandal Bank Century, kebijakan pemerintah "menyelamatkan" Bank Century dengan sendirinya dapat menjadi objek Hak Angket DPR karena berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi kebijakan itu juga berkaitan dengan keuangan negara. Namun, apakah kebijakan itu benar-benar bertentangan dengan Undang-Uundang sebagaimana dugaan DPR, inilah yang harus "dibuktikan" melalui penggunaan hak angket itu. Carut marut pengucuran dana talangan Bank Century yang menyeret keterlibatan beberapa pejabat negara, seperti gubernur BI dan Menkeu, mendorong sejumlah anggota Dewan menggulirkan hak angket untuk mengurai benang kusut tersebut. Penting bagi Dewan Perwakilan Rakyat menggali keterangan ahli dan semua pihak terkait dengan aliran dana dan masalah lainnya yang terkait dengan "penyelamatan" Bank Century. Dengan memakai hak angket, diharapkan ada konklusi yang lebih objektif, bukan asal kritis. Sebab, orientasi angket menyelidiki dan mencari solusi. Yang ingin diketahui
  • 11. Dewan Perwakilan Rakyat bukan sebatas mendengar apologi pemerintah, melainkan menguak lebih jauh ada apa sebenarnya dibalik kebijakan pemerintah terhadap pengawasan bank-bank selama ini. Hasil audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyangkut Bank Century dapat digunakan (atau tidak digunakan) oleh panitia angket Dewan Perwakilan Rakyat. Nantinya, Dewan Perwakilan Rakyat dapat saja berpendapat lain dengan BPK. Dengan kata lain, bila hasil audit BPK berkesimpulan aliran dana pemerintah ke Bank Century sudah sesuai dengan prosedur, kesimpulan itu dapat dikesampingkan oleh DPR. Apalagi Wapres Boediono memiliki peran terkait pencairan dana Rp 6,7 triliun saat dirinya menjadi Gubernur BI. Pada titik inilah kehadiran Panitia Hak Angket DPR untuk menguak persoalan seputar penyelamatan Bank Century menjadi amat penting dilakukan. Persoalan Bank Century menjadi semakin menarik sejak 138 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara resmi menyerahkan usulan hak angket kepada pimpinan DPR (12/11/2009). Jumlah anggota yang menandatangani usulan tersebut dikabarkan terus bertambah. Wapres Boediono, yang namanya terseret dalam kasus ini, pernah menyatakan bahwa penggunaan angket adalah hal yang wajar dalam sistem demokrasi (13/11/2009). Maka banyak pihak berharap Hak Angket DPR untuk kasus Century berhasil dilaksanakan, tidak kempis di tengah jalan seperti penggunaan hak angket pada masa sebelumnya. Modal kejujuran dan kesungguhan perlu untuk dipegang oleh DPR selaku pemilik Hak Angket.
  • 12. BAB III P E N U T U P A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek hukum hak angket Dewan Perwakilan Rakyat, terlihat jelas Secara normatif, bahwa hak angket diatur dalam Pasal 20A ayat (2) UUD 1945 kemudian ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, serta Peraturan Tata tertib DPR. Sedangakan Undang-undang yang mengatur penggunaan hak angket ialah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 tentang Hak Angket DPR. Walaupun Undang-undang ini berasal dari zaman sistem pemerintahan parlementer di bawah UUD Sementara Tahun 1950, tetapi sampai sekarang belum pernah dicabut. Dengan demikian, tidak ada keraguan apa pun bagi Dewan Perwakilan Rakyat untuk menggunakan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perungang- undangan yang disebutkan diatas termasuk Undang-ndang Nomor 6 Tahun 1954 itu untuk menggunakan hak angket hak angket DPR. 2. Eksistensi penggunaan hak angket dari masa orde lama,orde baru dan masa transisi ( reformasi ),bisa dikatakan masih eksis sampai sekarang walaupun dalam setiap keputusan hanyalah berpandangan yang normative saja sehingga dari masa orde lama samapai masa reformasi keberadaan hak angket masih dibutuhkan kerja kerja keras bagi DPR dalam setiap mengusut tuntas kasus yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat berdampak luas pembangunan negara indonesia. B. Saran Diharapkan Adanya kerja keras seluruh lembaga Negara Untuk memperbaiki praktik ketatanegaraan ke depan, khusunya anggota DPR yang akan menggunakan hak angket perlu mengubah cara yang ditempuh selama ini. Salah satu caranya, mengelaborasi secara mendalam tentang makna "kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta
  • 13. berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan". Kalau itu bisa dilakukan, upaya setiap pengusul hak angket akan semakin mendapat tempat di mata publik.