SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Manajemen Jalan Napas
Pada Trauma Kepala
1
Outline
Review anatomi Jalan Napas
Trauma Kepala
Evaluasi Jalan Napas
Ventilasi dan Intubasi
Jalan Napas Sulit
Anatomi Jalan Napas
Jalan Napas Normal
 Patent nares
 Dapat membuka mulut 3 – 4 cm
atau > 3 jari)
 Jarak mandibula – Tiroid notch 6 cm
atau > 3 jari
 Mallampati Class I
Trauma Kepala
36
Seorang ahli anestesi harus memahami bahwa
penanganan cedera otak sekunder berdampak secara
dramatis pada morbiditas, mortalitas, dan kualitas hidup
pasien trauma kepala, terlepas dari besarnya cedera otak
primer.
TRAUMATIC BRAIN INJURY
37
Manajemen jalan napas yang tidak
direncanakan dengan benar dapat
membahayakan dinamika intrakranial dan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas
Prediktor kematian pada pasien cedera otak
dewasa adalah:
• Hipoksia (Mortalitas naik 50%)
• Hiperkarbia (mortalitas naik 67%)
• Hipotensi sistemik yang mengakibatkan
serebral Hipoperfusi / penurunan CPP
• Hipertensi intrakranial
• Hipotermia
Perkiraan KLINIS pada pasien cedera
kepala :
9
• Drowsyness dan bingung (GCS 13-
15): ICP = 20-30 mmHg
• Brain swelling berat (GCS 8): ICP 30
mmHg
PERHATIAN
10
1) Pada TBI pergerakan kepala harus
diminimalkan mengingat potensi cedera
servikal
2) Sangat penting untuk memastikan bahwa
pemantauan yang tepat ada selama manuver
jalan napas.
3) Perhatian khusus pada pemasangan alat
bantu jalan napas dasar yang dimasukkan
secara blind melalui rongga hidung jika
didapatkan fraktur basilar dan cedera sinus:
• NPA (nasopharyngeal airway) atau NTT
(nasotracheal tube)
• NGT untuk dekompresi lambung
• Kateter Foley untuk mengontrol epistaksis masif.
ETT di dalam Anterior
Cranial Fossa setelah
intubasi nasotrakeal “blind”
pada pasien dengan fraktur
basal tengkorak
11
Foley Catheter pada Fossa Cranial Anterior
12
42
Pasien trauma diasumsikan memiliki "perut penuh",
jadi penting untuk mempertimbangkan risiko aspirasi
selama laringoskopi dan intubasi vs. dekompresi
lambung dengan pemasangan NGT
14
Jika upaya intubasi gagal dan
ventilasi Face
Mask/Supraglottic Airway
menjadi tidak mungkin & jika
situasi memungkinkan, ahli
bedah atau ahli anestesi yang
terlatih harus siap untuk
melakukan teknik jalan napas
invasif dengan CEPAT
Cedera Servikal
15
Epidemiology
1) Insiden cedera spinal pada multiple trauma 13 – 30%
• Cedera servikal 0,9 – 3%
2) Risiko relatif mengalami cedera servikal meningkat
dengan adanya cedera kepala berat
• GCS 13-15, insiden cedera servikal 1,4%
• GCS <8, insiden cedera servikal 10,2%
3. Jika cedera servikal tidak atau terlambat terdeteksi:
• Defisit neurologis sekunder meningkat dari 1,4% menjadi 10,5%.
• hampir sepertiga pasien dapat mengalami defisit neurologis
permanen.
16
Deteksi cedera servikal :
• evaluasi klinis
• Plain radiografi
• CT scan
• MRI
• fluoroskopi dinamis.
47
Evaluasi Klinis
Untuk menegakkan cedera servikal, kriteria berikut harus
dipenuhi:
1. GCS 15 dan berorientasi baik
2. Tidak adanya cedera yang dapat mengalihkan perhatian
dari Cedera servikal
3. Tidak terdapat pengaruh obat atau minuman keras yang
dapat mengganggu sensori pasien
4. Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan :
• Nyeri pada midline
• Gerakan aktif leher normal
• Tidak ada defisit neurologis akibat cedera servikal
48
Plain Radiography
• Pada cedera servikal, cross-table
lateral view saja, meskipun dibaca
oleh seorang ahli, masih tak
terdeteksi 15%.
• Pendekatan terbaik: #-view
cervical series
• Cross table lateral view
• Open-mouth odontoid view
• Anteroposterior (AP) view
49
Normal odontoid
cervical spine x-
ray view
Normal AP
cervical spine x-
ray view
Normal
lateral
cervical
x-ray view
50
In low-risk patients, plain
radiography is an
efficient diagnostic
examination with
specificity of 100%.
In high-risk patients, plain
radiography + CT scan =
sensitivity of 93.3% and
specificity of 95%.
Computed Tomography
• CT scan seluruh servikal mengurangi risiko missed
hingga < 1%.
• CT Heliks.
51
AIRWAY TECHNIQUES FOR ELECTIVE PATIENTS WITH UNSTABLE CERVICAL SPINE
1. Awake flexible fiberoptic intubation
2. Nasal intubation (if without basal skull &/or sinus fractures)
3. Indirect rigid laryngoscopy: Bullard, Wu, Upsher & TruView laryngoscopes
4. Videolaryngoscopy [DCI (direct coupled interface)/CMOS/wireless systems;
channeled/non-channeled]
5. Direct laryngoscopy with in-line stabilization
6. Fiberoptic intubation using appropriate SGAs as conduit (e.g. ILMA, ILA)
7. Lightwands (e.g. Trachlight)
8. Fiberoptic optical stylets [rigid/semi-rigid/”hybrids”]: Bonfils, Shikani, Clarus
video system, SensaScope, StyletScope, IntubaidFlex
9. Retrograde intubation
10. Percutaneous/Surgical airway: Cricothyrotomy, Tracheostomy
52
Alternative airway devices when the head
must remain immobilized in an emergent
setting
53
1. Video laryngoscopes
2. Indirect rigid laryngoscopes
3. Supraglottic airway as conduit for
Fiberoptic Intubation
4. Fiberoptic stylets
(rigid/malleable/”hybrid”)
5. “Invasive”
• Retrograde intubation dianggap
sebagai teknik alternatif pilihan
lokasi dengan sumber daya
terbatas.
Immobilization Options
1. Manual in-line immobilization (MILS)
2. Immobilisasi kepala diantara 2 sandbags
3. Rigid cervical collar and spinal board
• Morbiditas dan mortalitas meningkat
signifikan
• Kesulitan intubasi dan kompromi jalan napas
meningkat
• Risiko aspirasi
• Tidak selalu melindungi pergerakan pada
oksipito-servikal dan serviks-toraks
55
Manual In-Line Stabilization
(MILS) Techniques
26
STUDIES OF VIDEO LARYNGOSCOPY ON INTUBATION PERFORMANCE FOR THE PATIENT MAINTAINED
IN MANUAL IN-LINE STABILIZATION
Author Device Control Sample
Outcome
Assessed
Major Findings
Malik et
al, 2008
GlideScope
(Verathon,
Bothell, WA)
DL 120 Laryngeal view
IDS
Intubation time
Success rate
Improved laryngeal view and IDS
Slower intubation time
No difference in success
Maharaj et
al, 2008
Airtraq (Prodol,
Vizcaya, Spain)
DL 40 IDS
Intubation attempts
Laryngeal view
Reduced number of intubation
attempts. Improved IDS, improved
laryngeal view
Smith et al,
1999
WuScope (Pentax,
Orange-burg, NY)
DL 87 IDS
Laryngeal view,
intubation attempts
Improved IDS and laryngeal view
No difference in success or number of
attempts
Malik et al,
2009
AWS (Pentax,
Hoya, Japan)
DL 90 IDS, laryngeal view Improved IDS and laryngeal view
Enomoto et
al, 2008
AWS DL 203 Laryngeal view,
intubation time,
success rate
Improved laryngeal view
Increased success rate
Faster intubation time
Liu et al,
2009
AWS Glide-
Scope
70 IDS, Intubation time,
success rate within a
defined time interval
Faster intubation time
Lower IDS, Improved laryngeal view
and higher intubation success with
AWS
IDS = Intubation Difficulty Scale AWS = Airway Scope DL = direct laryngoscopy
27
STUDIES OF CERVICAL MOTION WHILE USING VIDEO LARYNGOSCOPES
Study Device Control Cervical Precautions Fluoroscopy Major Findings
Hastings et al,
1995
Bullard (Circon ACMI,
Stamford, CT)
DL None
In selected patients
(C0–C4)
Angle finder used in
the entire sample
Reduced extension across
(C0–C4)
Robitaille et al,
2008
GlideScope DL MILS
Continuous C0–C5
duringseveral time
points
No decrease in cervical
movement
Maruyama et al,
2008
AWS
DL and
McCoy
None C1/C2, C3/C4
Reduced extension at
adjacent vertebra
Hirabayashi et al,
2007
AWS DL None C0–C4
Reduced extension at all
segments
Turkstra et al,
2005
GlideScope
Lightwand
(Trachlight, Laerdal,
Armonk, NY)
DL MILS C0–C5
Reduced C2–C5 motion with
Glidescope
Reduced motion across all
segments with Lightwand
Watts, Gelb,
Bach, Pelz, 1997
Bullard DL
One arm with MILS
One arm without
C0–C5
Reduced cervical extension in
the Bullard 1MILS arm
Maruyama et al,
2008
AWS DL MILS C0–C4
Reduced cumulative cervical
motion
Turkstra et al,
2009
Airtraq DL MILS C0-Thoracic
No difference at C1–C2
segment, less extension at
C2–C5, and C5-Thoracic
28
Intracranial Dynamics dan Jalan Napas
29
Unique challenges
1. Manajemen jalan napas dalam menghadapi
hipertensi intrakranial dan intrakranial yang
non komplians
2. Selama proses mencapai, mempertahankan,
dan/atau menyelamatkan jalan napas harus
dipikirkan juga :
• menyeimbangkan dan mempertahankan
hemodinamik SSP (CBF, CBV, CMRO2,
dinamika CSF),
• Cegah peningkatan ICP
• Mempertahankan perfusi serebral /
medulla spinalis
14
• Pada situasi klinis dapat terjadi:
• Obstruksi jalan napas dan
kesulitan ventilasi dapat menyebabkan
hypercarbia, hypoxemia, and
peningkatan CBF yang memicu
Hipertensi intracranial
• Laryngoscopy dan intubasi
menyebabkan peningkatan akut ICP
dan MAP
15
Evaluasi Jalan Napas
1) Airway Assessment (histori dan
pemeriksaan fisik) pada pasien
neurosurgery membutuhkan :
33
a) Riwayat kesulitan manajemen jalan
napas sebelumnya (ventilasi masker,
laringoskopi, dan/atau intubasi)
memerlukan perhatian khusus.
b) Pasien dengan tanda dan gejala insufisiensi
vaskular intrakranial harus mendapat
perhatian khusus pada posisi leher tidak
hanya selama intubasi & pembedahan tetapi
juga pada periode perioperatif
i. “Beauty parlor stroke syndrome” & “Adolescent
stretch syncope” [vertebro-basilar insufficiency],
ii. Transient ischemic attacks (TIA),
iii. Stroke, and
iv. Presence of carotid bruit
18
MOUTHS Acronym (modified from Davis J, 1991)
Components Description Assessment Activities
Mandible
Length, subluxation
Measure hyomental
distance (A)
and anterior
displacement A
of mandible
Opening
Base, symmetry,
range
Assess and measure mouth opening in
centimeters or patient’s own 3-finger breadth.
0
Uvula
Visibility (to include
palatal configuration)
Assess pharyngeal
structures and classify
[Mallampati Class]
Teeth Dentition Assess for presence of loose teeth and dental appliances,
occlusion (bite), incisor prominence
Head
Flexion, extension,
rotation of head/neck
and cervical spine
Assess all ranges of movement
[Belhouse-Doré Grade, axial rotation,
instability, sternomental distance]
Silhouette
Upper body AP
abnormalities
(to include thyroid
cartilage tilt)
Identify potential impact on airway control
by large breasts, buffalo hump, kyphosis,
short (position of larynx to base of the
tongue) & large neck circumference, etc.
19
Mallampati Classification
Class I: soft palate, tonsillar fauces,
tonsillar pillars, and uvuala visualized
Class II: soft palate, tonsillar fauces, and
uvula visualized
Class III: soft palate and base of uvula
visualized
Class IV: soft palate not visualized
Class III and IV Difficult to Intubate
Summary of Pooled Sensitivity and Specificity of
Commonly Used Methods of Airway Evaluation
37
EXAMINATION SENSITIVITY (%) SPECIFICITY (%)
Mallampati classification 49 86
Thyromental distance 20 94
Sternomental distance 62 82
Mouth opening 46 89
Anterior tilt of larynx* 70 95
Data derived from Shiga T, Wajima Z, Inoue T et al: Predicting Difficult Intubation in
Apparently Normal Patients: A Meta-analysis of Bedside Screening Test Performance.
Anesthesiology 2005; 103: 429
* Roberts JT, Ali HH, Shorten GD. Using the bubble inclinometer to measure laryngeal tilt
and predict difficulty of laryngoscopy. J Clin Anesth 1993;5:306–309
Shiga, et al. META-ANALYSIS: “…only poor to
moderate sensitivity and moderate to fair specificity”
Airway Evaluation
Difficulty ventilating
Age >55
Beard
History of snoring
Lack of teeth
BMI >26
• Pada praktik klinis, unexpected
difficulties airways terjadi pada 25-30%
kasus
 50% dari jumlah ini terdapat “pseudo-
difficulties” yang disebabkan:
1) unskilled operators,
2) manuver yang tidak tepat
3) kurangnya pedoman/protokol kerja
39
2) Selain anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dibutuhkan pemeriksaan
• plain radiographs,
• computed tomography (CT)
• magnetic resonance imaging (MRI), &
• angiography
Dapat memberikan informasi
mengenai status intrakranial
Peningkatan TIK
Adanya hemorrhage/infarct/vasospasm/edema
23
• Tanda
Peningkatan TIK
pada skull plain x-
ray
– Peningkatan
marka vaskular
– Pelebaran sella
turcica
– Erosi sella turcica
– Girus terlihat lebih
menonjol
– Kelenjar pineal
displaced dari
midline.
24
“Copper beaten” skull
25
Gradient Echo
3-D DTI
Diffusion Tensor Imaging
Proton Density
Fluid Attenuated
Inversion Recovery
T1 post-gadolinium
26
CT appearance of normal brain. CT scan appearance of tumor
with edema and midline shift.
Lesi yang berhubungan dengan pergeseran
garis tengah lebih dari 10 mm atau edema
serebral biasanya menunjukkan hipertensi
intrakranial
CT scan Intracranial Hemorrhage
27
Acute Sub-acute Chronic
28
VASOSPASM (CEREBRAL ANGIOGRAM)
Basilar
artery
Right Vertebral artery
Branch of the Left PCA
Tindakan Rutin untuk mencapai
kontrol jalan napas yang optimal
&/atau intubasi “smooth" meliputi:
1) proper head positioning*,
2) preoxygenasi,
3) Dosis agen induksi (hipnotik,
opioid) dan relaksan (dengan
atau tanpa agen adjuvant)
yang tepat
30
• Teknik yang saat ini digunakan untuk
"menumpulkan" respons simpatis
terhadap laringoskopi dan intubasi:
1) Tambahan dosis thiopental atau
propofol &/atau opioid,
2) penggunaan beta-blocker atau agen
antihipertensi lainnya, dan
3) penggunaan lidokain intravena (IV)
47
PRINSIP UMUM DALAM PENATALAKSANAAN ANESTESI
UNTUK MENGHINDARI PENINGKATAN TIK
Technique Precaution(s)
Cegah Hipertensi Waspada terhadap perubahan derajat rangsangan nyeri.
Pastikan kedalaman anestesi yang memadai sebelum
intubasi upaya atau upaya bedah/prosedur.
Cegah hypoxia
Waspadai status pernapasan pasien.
Lakukan tindakan pencegahan untuk menghindari
aspirasi.
Preoksigenasi sebelum induksi anestesi atau intubasi
trakea.
Cegah hypercapnia
Waspadai status pernapasan pasien.
Hindari sedasi yang tidak semestinya.
Hindari Rotasi
Leher
Usahakan untuk menjaga leher dalam posisi netral.
Waspada terhadap posisi kepala pasien selama operasi.
48
PRINSIP UMUM DALAM PENATALAKSANAAN ANESTESI UNTUK
MENGHINDARI PENINGKATAN TIK
Technique Precaution(s)
Cegah Kompresi V.
Jugular
Pertimbangkan untuk menghindari garis
leher jugularis internal jika
memungkinkan.
Elevasi Kepala
Jika posisi “Back Up” tidak memungkinkan,
gunakan Reverse Trendelenburg (hindari
hipotensi).
Menurunkan viskositas
darah dan BV
intraserebral
Hindari infus manitol yang cepat, yang dapat
secara paradoks meningkatkan tekanan
intrakranial.
Hindari peningkatan
tekanan intratoraks
yang berkelanjutan
Gunakan manuver atau agen farmakologis
untuk hindari bucking, gerakan, dan muntah.
Hindari tekanan ventilasi yang tinggi bila
memungkinkan.
Hindaricerebral
venodilators
Pertimbangkan penggunaan beta-blocker untuk
mengobati hipertensi.
Pertimbangkan penghambat saluran kalsium.
Hindari nitrogliserin dan nitroprusside, jika
memungkinkan.
49
RECOMMENDATIONS FOR
EARLY TRACHEOSTOMY IN TRAUMA
PATIENTS WITH HALO FIXATION
High cervical injury score
History of cardiac disease
Age >60 years
Intubated on arrival
Previous history of difficult intubation
Anticipated length of intubation > 1 week
Capability of surgical airway not available
50

More Related Content

Similar to Manajemen Jalan Napas pada trauma Kepala DVN.pptx

Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1FadhilAulia7
 
Bedah 1 Complete Februari 2022.pdf
Bedah 1 Complete Februari 2022.pdfBedah 1 Complete Februari 2022.pdf
Bedah 1 Complete Februari 2022.pdfussalambadi
 
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptxOverview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptxJessyMariaJoltuwu
 
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Perdudikes
 
Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)
Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)
Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)ScrubsIndo
 
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunanKb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunanpjj_kemenkes
 
Laporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptxLaporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptxAnggiOsvianty
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangIrfan Hakim
 
ppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxdyahuntari1
 
CHF WK 3 2023.pptx
 CHF WK 3 2023.pptx CHF WK 3 2023.pptx
CHF WK 3 2023.pptxMANDALAHEC
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarpjj_kemenkes
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaJuin Siswanto
 

Similar to Manajemen Jalan Napas pada trauma Kepala DVN.pptx (20)

Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
 
Bedah 1 Complete Februari 2022.pdf
Bedah 1 Complete Februari 2022.pdfBedah 1 Complete Februari 2022.pdf
Bedah 1 Complete Februari 2022.pdf
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptxOverview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
 
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
 
Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)
Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)
Cardiology (ilmu jantung dan pembuluh darah)
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Stroke hemoragik
Stroke hemoragikStroke hemoragik
Stroke hemoragik
 
TBI.pptx
TBI.pptxTBI.pptx
TBI.pptx
 
SPINAL INJURY.pptx
SPINAL INJURY.pptxSPINAL INJURY.pptx
SPINAL INJURY.pptx
 
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunanKb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
Kb 2 asuhan keperawatan medikal bedah, luka bakar, keracunan
 
Laporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptxLaporan Kasus EDH Anggi.pptx
Laporan Kasus EDH Anggi.pptx
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakang
 
ppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptx
 
CHF WK 3 2023.pptx
 CHF WK 3 2023.pptx CHF WK 3 2023.pptx
CHF WK 3 2023.pptx
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasar
 
Askep cva
Askep cvaAskep cva
Askep cva
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan koma
 

More from IdaBagusMahendra2

Sistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptx
Sistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptxSistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptx
Sistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptxIdaBagusMahendra2
 
Perwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptx
Perwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptxPerwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptx
Perwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptxIdaBagusMahendra2
 
Airway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptx
Airway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptxAirway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptx
Airway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptxIdaBagusMahendra2
 
Putu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptx
Putu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptxPutu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptx
Putu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptxIdaBagusMahendra2
 
TRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptx
TRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptxTRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptx
TRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptxIdaBagusMahendra2
 
Bridging Anticoagulation MHD.pptx
Bridging Anticoagulation MHD.pptxBridging Anticoagulation MHD.pptx
Bridging Anticoagulation MHD.pptxIdaBagusMahendra2
 

More from IdaBagusMahendra2 (8)

Sistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptx
Sistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptxSistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptx
Sistem Perdagangan Jasa Pariwisata & Permasalahan Hukumnya.pptx
 
ventilator_Omar_2016.ppt
ventilator_Omar_2016.pptventilator_Omar_2016.ppt
ventilator_Omar_2016.ppt
 
Perwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptx
Perwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptxPerwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptx
Perwalian Mahasiswa FK UHT 2021.pptx
 
TRIGGER FINGER MHD.pptx
TRIGGER FINGER MHD.pptxTRIGGER FINGER MHD.pptx
TRIGGER FINGER MHD.pptx
 
Airway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptx
Airway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptxAirway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptx
Airway management TBI and Cervical spine injury DVN.pptx
 
Putu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptx
Putu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptxPutu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptx
Putu Pramana KPPIA 2021 The Role of Parecoxib as Opioid sparing agnet.pptx
 
TRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptx
TRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptxTRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptx
TRIGGER POINT INJECTION (TPI) MHD.pptx
 
Bridging Anticoagulation MHD.pptx
Bridging Anticoagulation MHD.pptxBridging Anticoagulation MHD.pptx
Bridging Anticoagulation MHD.pptx
 

Recently uploaded

APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiAbigailMadeline1
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024PUTRA ADI IRAWAN
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandungjualobat34
 
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfYPramudiya
 
Jual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex ToysJual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex ToysGoogle
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...puskesmastambakaji
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxiskandar764994
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 

Recently uploaded (20)

Kimia Farma Bandar Lampung jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Bandar Lampung jual obat penggugur kandunganKimia Farma Bandar Lampung jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Bandar Lampung jual obat penggugur kandungan
 
Farmasi obat cara Menggugurkan Kandungan
Farmasi obat cara Menggugurkan KandunganFarmasi obat cara Menggugurkan Kandungan
Farmasi obat cara Menggugurkan Kandungan
 
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandunganKimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
 
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
 
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App PerforasiCase Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
 
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bandung
 
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
 
Jual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex ToysJual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Jakarta 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
 
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptxKonsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
Konsep Dasar keperawatan Jiwa Iskandar -Tarakan.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
 
cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899
cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899
cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899
 
Kimia Farma Bekasi obat penggugur kandungan 087776558899
Kimia Farma Bekasi obat penggugur kandungan 087776558899Kimia Farma Bekasi obat penggugur kandungan 087776558899
Kimia Farma Bekasi obat penggugur kandungan 087776558899
 

Manajemen Jalan Napas pada trauma Kepala DVN.pptx

  • 1. Manajemen Jalan Napas Pada Trauma Kepala 1
  • 2. Outline Review anatomi Jalan Napas Trauma Kepala Evaluasi Jalan Napas Ventilasi dan Intubasi Jalan Napas Sulit
  • 4. Jalan Napas Normal  Patent nares  Dapat membuka mulut 3 – 4 cm atau > 3 jari)  Jarak mandibula – Tiroid notch 6 cm atau > 3 jari  Mallampati Class I
  • 5.
  • 7. 36 Seorang ahli anestesi harus memahami bahwa penanganan cedera otak sekunder berdampak secara dramatis pada morbiditas, mortalitas, dan kualitas hidup pasien trauma kepala, terlepas dari besarnya cedera otak primer.
  • 8. TRAUMATIC BRAIN INJURY 37 Manajemen jalan napas yang tidak direncanakan dengan benar dapat membahayakan dinamika intrakranial dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas Prediktor kematian pada pasien cedera otak dewasa adalah: • Hipoksia (Mortalitas naik 50%) • Hiperkarbia (mortalitas naik 67%) • Hipotensi sistemik yang mengakibatkan serebral Hipoperfusi / penurunan CPP • Hipertensi intrakranial • Hipotermia
  • 9. Perkiraan KLINIS pada pasien cedera kepala : 9 • Drowsyness dan bingung (GCS 13- 15): ICP = 20-30 mmHg • Brain swelling berat (GCS 8): ICP 30 mmHg
  • 10. PERHATIAN 10 1) Pada TBI pergerakan kepala harus diminimalkan mengingat potensi cedera servikal 2) Sangat penting untuk memastikan bahwa pemantauan yang tepat ada selama manuver jalan napas. 3) Perhatian khusus pada pemasangan alat bantu jalan napas dasar yang dimasukkan secara blind melalui rongga hidung jika didapatkan fraktur basilar dan cedera sinus: • NPA (nasopharyngeal airway) atau NTT (nasotracheal tube) • NGT untuk dekompresi lambung • Kateter Foley untuk mengontrol epistaksis masif.
  • 11. ETT di dalam Anterior Cranial Fossa setelah intubasi nasotrakeal “blind” pada pasien dengan fraktur basal tengkorak 11
  • 12. Foley Catheter pada Fossa Cranial Anterior 12
  • 13. 42 Pasien trauma diasumsikan memiliki "perut penuh", jadi penting untuk mempertimbangkan risiko aspirasi selama laringoskopi dan intubasi vs. dekompresi lambung dengan pemasangan NGT
  • 14. 14 Jika upaya intubasi gagal dan ventilasi Face Mask/Supraglottic Airway menjadi tidak mungkin & jika situasi memungkinkan, ahli bedah atau ahli anestesi yang terlatih harus siap untuk melakukan teknik jalan napas invasif dengan CEPAT
  • 16. Epidemiology 1) Insiden cedera spinal pada multiple trauma 13 – 30% • Cedera servikal 0,9 – 3% 2) Risiko relatif mengalami cedera servikal meningkat dengan adanya cedera kepala berat • GCS 13-15, insiden cedera servikal 1,4% • GCS <8, insiden cedera servikal 10,2% 3. Jika cedera servikal tidak atau terlambat terdeteksi: • Defisit neurologis sekunder meningkat dari 1,4% menjadi 10,5%. • hampir sepertiga pasien dapat mengalami defisit neurologis permanen. 16
  • 17. Deteksi cedera servikal : • evaluasi klinis • Plain radiografi • CT scan • MRI • fluoroskopi dinamis. 47
  • 18. Evaluasi Klinis Untuk menegakkan cedera servikal, kriteria berikut harus dipenuhi: 1. GCS 15 dan berorientasi baik 2. Tidak adanya cedera yang dapat mengalihkan perhatian dari Cedera servikal 3. Tidak terdapat pengaruh obat atau minuman keras yang dapat mengganggu sensori pasien 4. Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan : • Nyeri pada midline • Gerakan aktif leher normal • Tidak ada defisit neurologis akibat cedera servikal 48
  • 19. Plain Radiography • Pada cedera servikal, cross-table lateral view saja, meskipun dibaca oleh seorang ahli, masih tak terdeteksi 15%. • Pendekatan terbaik: #-view cervical series • Cross table lateral view • Open-mouth odontoid view • Anteroposterior (AP) view 49
  • 20. Normal odontoid cervical spine x- ray view Normal AP cervical spine x- ray view Normal lateral cervical x-ray view 50 In low-risk patients, plain radiography is an efficient diagnostic examination with specificity of 100%. In high-risk patients, plain radiography + CT scan = sensitivity of 93.3% and specificity of 95%.
  • 21. Computed Tomography • CT scan seluruh servikal mengurangi risiko missed hingga < 1%. • CT Heliks. 51
  • 22. AIRWAY TECHNIQUES FOR ELECTIVE PATIENTS WITH UNSTABLE CERVICAL SPINE 1. Awake flexible fiberoptic intubation 2. Nasal intubation (if without basal skull &/or sinus fractures) 3. Indirect rigid laryngoscopy: Bullard, Wu, Upsher & TruView laryngoscopes 4. Videolaryngoscopy [DCI (direct coupled interface)/CMOS/wireless systems; channeled/non-channeled] 5. Direct laryngoscopy with in-line stabilization 6. Fiberoptic intubation using appropriate SGAs as conduit (e.g. ILMA, ILA) 7. Lightwands (e.g. Trachlight) 8. Fiberoptic optical stylets [rigid/semi-rigid/”hybrids”]: Bonfils, Shikani, Clarus video system, SensaScope, StyletScope, IntubaidFlex 9. Retrograde intubation 10. Percutaneous/Surgical airway: Cricothyrotomy, Tracheostomy 52
  • 23. Alternative airway devices when the head must remain immobilized in an emergent setting 53 1. Video laryngoscopes 2. Indirect rigid laryngoscopes 3. Supraglottic airway as conduit for Fiberoptic Intubation 4. Fiberoptic stylets (rigid/malleable/”hybrid”) 5. “Invasive”
  • 24. • Retrograde intubation dianggap sebagai teknik alternatif pilihan lokasi dengan sumber daya terbatas.
  • 25. Immobilization Options 1. Manual in-line immobilization (MILS) 2. Immobilisasi kepala diantara 2 sandbags 3. Rigid cervical collar and spinal board • Morbiditas dan mortalitas meningkat signifikan • Kesulitan intubasi dan kompromi jalan napas meningkat • Risiko aspirasi • Tidak selalu melindungi pergerakan pada oksipito-servikal dan serviks-toraks 55
  • 27. STUDIES OF VIDEO LARYNGOSCOPY ON INTUBATION PERFORMANCE FOR THE PATIENT MAINTAINED IN MANUAL IN-LINE STABILIZATION Author Device Control Sample Outcome Assessed Major Findings Malik et al, 2008 GlideScope (Verathon, Bothell, WA) DL 120 Laryngeal view IDS Intubation time Success rate Improved laryngeal view and IDS Slower intubation time No difference in success Maharaj et al, 2008 Airtraq (Prodol, Vizcaya, Spain) DL 40 IDS Intubation attempts Laryngeal view Reduced number of intubation attempts. Improved IDS, improved laryngeal view Smith et al, 1999 WuScope (Pentax, Orange-burg, NY) DL 87 IDS Laryngeal view, intubation attempts Improved IDS and laryngeal view No difference in success or number of attempts Malik et al, 2009 AWS (Pentax, Hoya, Japan) DL 90 IDS, laryngeal view Improved IDS and laryngeal view Enomoto et al, 2008 AWS DL 203 Laryngeal view, intubation time, success rate Improved laryngeal view Increased success rate Faster intubation time Liu et al, 2009 AWS Glide- Scope 70 IDS, Intubation time, success rate within a defined time interval Faster intubation time Lower IDS, Improved laryngeal view and higher intubation success with AWS IDS = Intubation Difficulty Scale AWS = Airway Scope DL = direct laryngoscopy 27
  • 28. STUDIES OF CERVICAL MOTION WHILE USING VIDEO LARYNGOSCOPES Study Device Control Cervical Precautions Fluoroscopy Major Findings Hastings et al, 1995 Bullard (Circon ACMI, Stamford, CT) DL None In selected patients (C0–C4) Angle finder used in the entire sample Reduced extension across (C0–C4) Robitaille et al, 2008 GlideScope DL MILS Continuous C0–C5 duringseveral time points No decrease in cervical movement Maruyama et al, 2008 AWS DL and McCoy None C1/C2, C3/C4 Reduced extension at adjacent vertebra Hirabayashi et al, 2007 AWS DL None C0–C4 Reduced extension at all segments Turkstra et al, 2005 GlideScope Lightwand (Trachlight, Laerdal, Armonk, NY) DL MILS C0–C5 Reduced C2–C5 motion with Glidescope Reduced motion across all segments with Lightwand Watts, Gelb, Bach, Pelz, 1997 Bullard DL One arm with MILS One arm without C0–C5 Reduced cervical extension in the Bullard 1MILS arm Maruyama et al, 2008 AWS DL MILS C0–C4 Reduced cumulative cervical motion Turkstra et al, 2009 Airtraq DL MILS C0-Thoracic No difference at C1–C2 segment, less extension at C2–C5, and C5-Thoracic 28
  • 29. Intracranial Dynamics dan Jalan Napas 29
  • 30. Unique challenges 1. Manajemen jalan napas dalam menghadapi hipertensi intrakranial dan intrakranial yang non komplians 2. Selama proses mencapai, mempertahankan, dan/atau menyelamatkan jalan napas harus dipikirkan juga : • menyeimbangkan dan mempertahankan hemodinamik SSP (CBF, CBV, CMRO2, dinamika CSF), • Cegah peningkatan ICP • Mempertahankan perfusi serebral / medulla spinalis 14
  • 31. • Pada situasi klinis dapat terjadi: • Obstruksi jalan napas dan kesulitan ventilasi dapat menyebabkan hypercarbia, hypoxemia, and peningkatan CBF yang memicu Hipertensi intracranial • Laryngoscopy dan intubasi menyebabkan peningkatan akut ICP dan MAP 15
  • 33. 1) Airway Assessment (histori dan pemeriksaan fisik) pada pasien neurosurgery membutuhkan : 33 a) Riwayat kesulitan manajemen jalan napas sebelumnya (ventilasi masker, laringoskopi, dan/atau intubasi) memerlukan perhatian khusus.
  • 34. b) Pasien dengan tanda dan gejala insufisiensi vaskular intrakranial harus mendapat perhatian khusus pada posisi leher tidak hanya selama intubasi & pembedahan tetapi juga pada periode perioperatif i. “Beauty parlor stroke syndrome” & “Adolescent stretch syncope” [vertebro-basilar insufficiency], ii. Transient ischemic attacks (TIA), iii. Stroke, and iv. Presence of carotid bruit 18
  • 35. MOUTHS Acronym (modified from Davis J, 1991) Components Description Assessment Activities Mandible Length, subluxation Measure hyomental distance (A) and anterior displacement A of mandible Opening Base, symmetry, range Assess and measure mouth opening in centimeters or patient’s own 3-finger breadth. 0 Uvula Visibility (to include palatal configuration) Assess pharyngeal structures and classify [Mallampati Class] Teeth Dentition Assess for presence of loose teeth and dental appliances, occlusion (bite), incisor prominence Head Flexion, extension, rotation of head/neck and cervical spine Assess all ranges of movement [Belhouse-Doré Grade, axial rotation, instability, sternomental distance] Silhouette Upper body AP abnormalities (to include thyroid cartilage tilt) Identify potential impact on airway control by large breasts, buffalo hump, kyphosis, short (position of larynx to base of the tongue) & large neck circumference, etc. 19
  • 36. Mallampati Classification Class I: soft palate, tonsillar fauces, tonsillar pillars, and uvuala visualized Class II: soft palate, tonsillar fauces, and uvula visualized Class III: soft palate and base of uvula visualized Class IV: soft palate not visualized Class III and IV Difficult to Intubate
  • 37. Summary of Pooled Sensitivity and Specificity of Commonly Used Methods of Airway Evaluation 37 EXAMINATION SENSITIVITY (%) SPECIFICITY (%) Mallampati classification 49 86 Thyromental distance 20 94 Sternomental distance 62 82 Mouth opening 46 89 Anterior tilt of larynx* 70 95 Data derived from Shiga T, Wajima Z, Inoue T et al: Predicting Difficult Intubation in Apparently Normal Patients: A Meta-analysis of Bedside Screening Test Performance. Anesthesiology 2005; 103: 429 * Roberts JT, Ali HH, Shorten GD. Using the bubble inclinometer to measure laryngeal tilt and predict difficulty of laryngoscopy. J Clin Anesth 1993;5:306–309 Shiga, et al. META-ANALYSIS: “…only poor to moderate sensitivity and moderate to fair specificity”
  • 38. Airway Evaluation Difficulty ventilating Age >55 Beard History of snoring Lack of teeth BMI >26
  • 39. • Pada praktik klinis, unexpected difficulties airways terjadi pada 25-30% kasus  50% dari jumlah ini terdapat “pseudo- difficulties” yang disebabkan: 1) unskilled operators, 2) manuver yang tidak tepat 3) kurangnya pedoman/protokol kerja 39
  • 40. 2) Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, dibutuhkan pemeriksaan • plain radiographs, • computed tomography (CT) • magnetic resonance imaging (MRI), & • angiography Dapat memberikan informasi mengenai status intrakranial Peningkatan TIK Adanya hemorrhage/infarct/vasospasm/edema 23
  • 41. • Tanda Peningkatan TIK pada skull plain x- ray – Peningkatan marka vaskular – Pelebaran sella turcica – Erosi sella turcica – Girus terlihat lebih menonjol – Kelenjar pineal displaced dari midline. 24 “Copper beaten” skull
  • 42. 25 Gradient Echo 3-D DTI Diffusion Tensor Imaging Proton Density Fluid Attenuated Inversion Recovery T1 post-gadolinium
  • 43. 26 CT appearance of normal brain. CT scan appearance of tumor with edema and midline shift. Lesi yang berhubungan dengan pergeseran garis tengah lebih dari 10 mm atau edema serebral biasanya menunjukkan hipertensi intrakranial
  • 44. CT scan Intracranial Hemorrhage 27 Acute Sub-acute Chronic
  • 45. 28 VASOSPASM (CEREBRAL ANGIOGRAM) Basilar artery Right Vertebral artery Branch of the Left PCA
  • 46. Tindakan Rutin untuk mencapai kontrol jalan napas yang optimal &/atau intubasi “smooth" meliputi: 1) proper head positioning*, 2) preoxygenasi, 3) Dosis agen induksi (hipnotik, opioid) dan relaksan (dengan atau tanpa agen adjuvant) yang tepat 30
  • 47. • Teknik yang saat ini digunakan untuk "menumpulkan" respons simpatis terhadap laringoskopi dan intubasi: 1) Tambahan dosis thiopental atau propofol &/atau opioid, 2) penggunaan beta-blocker atau agen antihipertensi lainnya, dan 3) penggunaan lidokain intravena (IV) 47
  • 48. PRINSIP UMUM DALAM PENATALAKSANAAN ANESTESI UNTUK MENGHINDARI PENINGKATAN TIK Technique Precaution(s) Cegah Hipertensi Waspada terhadap perubahan derajat rangsangan nyeri. Pastikan kedalaman anestesi yang memadai sebelum intubasi upaya atau upaya bedah/prosedur. Cegah hypoxia Waspadai status pernapasan pasien. Lakukan tindakan pencegahan untuk menghindari aspirasi. Preoksigenasi sebelum induksi anestesi atau intubasi trakea. Cegah hypercapnia Waspadai status pernapasan pasien. Hindari sedasi yang tidak semestinya. Hindari Rotasi Leher Usahakan untuk menjaga leher dalam posisi netral. Waspada terhadap posisi kepala pasien selama operasi. 48
  • 49. PRINSIP UMUM DALAM PENATALAKSANAAN ANESTESI UNTUK MENGHINDARI PENINGKATAN TIK Technique Precaution(s) Cegah Kompresi V. Jugular Pertimbangkan untuk menghindari garis leher jugularis internal jika memungkinkan. Elevasi Kepala Jika posisi “Back Up” tidak memungkinkan, gunakan Reverse Trendelenburg (hindari hipotensi). Menurunkan viskositas darah dan BV intraserebral Hindari infus manitol yang cepat, yang dapat secara paradoks meningkatkan tekanan intrakranial. Hindari peningkatan tekanan intratoraks yang berkelanjutan Gunakan manuver atau agen farmakologis untuk hindari bucking, gerakan, dan muntah. Hindari tekanan ventilasi yang tinggi bila memungkinkan. Hindaricerebral venodilators Pertimbangkan penggunaan beta-blocker untuk mengobati hipertensi. Pertimbangkan penghambat saluran kalsium. Hindari nitrogliserin dan nitroprusside, jika memungkinkan. 49
  • 50. RECOMMENDATIONS FOR EARLY TRACHEOSTOMY IN TRAUMA PATIENTS WITH HALO FIXATION High cervical injury score History of cardiac disease Age >60 years Intubated on arrival Previous history of difficult intubation Anticipated length of intubation > 1 week Capability of surgical airway not available 50