SlideShare a Scribd company logo
CEDERA KEPALA
DR. ADELINE
FASILITATOR
DR. JUSTINUS SP.AN
20 Maret 2023
DEFINISI
Berdasarkan pedoman dari National Institute for Health and Care Excellence
(NICE) Inggris, trauma kepala didefinisikan sebagai trauma apa pun yang
mengenai kepala, yang bukan merupakan trauma superfisial pada wajah.
• Cedera kepala merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian.
• Di AS, ~ 10% kematian disebabkan karena trauma, dan setengah dari total kematian
akibat trauma berhubungan dengan otak.
• Kasus cedera kepala terjadi setiap 7 detik dan kematian akibat cedera kepala terjadi
setiap 5 menit.
• Angka kejadian tertinggi adalah pada dewasa muda (15-24 tahun)
• Angka kejadian pada laki-laki 3 - 4 kali lebih sering dibandingkan wanita.
• Penyebab cedera kepala di Indonesia mayoritas karena kecelakaan lalu lintas
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Trauma Primer, terjadi akibat trauma pada kepala secara langsung
maupun tidak langsung (akselerasi dan deselerasi).
2. Trauma Sekunder, terjadi akibat trauma saraf (melalui akson) yang
meluas, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi
sistemik
Cedera ini dapat
berasal dari berbagai
bentuk kekuatan
seperti akselerasi,
rotasi, kompresi, dan
distensi sebagai
akibat dari proses
akselerasi dan
deselerasi
kekuatan ini
menyebabkan
tekanan pada tulang
tengkorak yang dapat
mempengaruhi
neuron, glia, dan
pembuluh darah
kerusakan fokal,
multifokal maupun
difus pada otak
PATOGENESIS
CEDERA OTAK
PRIMER
• Cedera pada parenkim dapat berupa kontusio, laserasi, ataupun diffuse
axonal injury (DAI)
• Cedera pada pembuluh darah otak dapat berupa perdarahan epidural,
subdural, subaraknoid, dan intraserebral yang dapat dilihat pada CT-scan
Cedera otak primer menunjuk kepada kejadian yang tak terhindarkan
dan disertai kerusakan parenkim yang terjadi sesaat setelah terjadi
trauma.
• Cedera otak sekunder merupakan lanjutan dari cedera otak primer. Hal ini dapat
terjadi akibat adanya reaksi peradangan, biokimia, pengaruh neurotransmitter,
gangguan autoregulasi, neuro-apoptosis, dan inokulasi bakteri.
• Faktor yang mempengaruhi cedera otak sekunder
CEDERA OTAK
SEKUNDER
Cedera otak sekunder menunjuk kepada keadaan dimana
kerusakan pada otak dapat dihindari setelah proses trauma.
•hematoma intrakranial, iskemik otak akibat
penurunan perfusi ke jaringan di otak, herniasi,
penurunan tekanan arterial otak, tekanan
intrakranial yang meningkat, demam, vasospasm,
infeksi, dan kejang
Faktor intrakranial
(lokal)
•hipoksemia, hipotensi, hiperkapnia, hipokapnia,
hipertermi, hiperglikemi dan hipoglikemi,
hiponatremi serta hipoproteinemia
Faktor ekstrakranial
(sistemik)
KLASIFIKASI
GCS POST RESUSITASI
• CEDERA RINGAN : 14-15
• CEDERA SEDANG : 9-13
• CEDERA BERAT : 3-8
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Identitas pasien: Nama, Umur, Sex, Suku, Agama, Pekerjaan, Alamat
• Keluhan utama
• Mekanisma trauma
• Waktu dan perjalanan trauma
• Pernah pingsan atau sadar setelah trauma
• Amnesia retrograde atau antegrade
• Keluhan : Nyeri kepala seberapa berat, penurunan kesadaran,
kejang, vertigo
• Riwayat mabuk, alkohol, narkotika, pasca operasi kepala
• Penyakit penyerta : epilepsi, jantung, asma, riwayat operasi kepala,
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
• Lihat dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki
• Per organ B1-B6 (breath, blood, brain, bowel, bladder,
bone)
• Jejas di kepala
• Tanda patah basis cranii
• Tanda patah tulang wajah
• Tanda trauma mata
• Auskultasi arteri karotis
PEMERIKSAAN KEPALA
• Mencari tanda cedera tulang servikal,
tulang belakang dan medula spinalis
• Meliputi:
• Mencari jejas
• Deformitas
• Status motorik
• Status sensorik
• Status autonomik
PEMERIKSAAN LEHER DAN TULANG
BELAKANG
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nilai GCS setelah stabilisasi GCS
GCS 14-15 : Cedera otak ringan
GCS 9-13 : Cedera otak sedang
GCS 3-8 : Cedera otak berat
• Saraf kranial
• Saraf II-III
• Lesi saraf VII perifer
• Funduskopi
• Motoris dan sensoris
• autonomis
PEMERIKSAAN FOTO POLOS KEPALA
Indikasi:
• Kehilangan kesadaran, amnesia
• Nyeri kepala menetap
• Gejala neurologis fokal
• Jejas pada kulit kepala
• Kecurigaan luka tembus
• Keluar cairan cerebrospinal atau darah dari hidung atau
telinga
• Deformitas tulang kepala, yang terlihat atau teraba
• Kesulitan dalam penilaian klinis : mabuk, intoksikasi obat,
epilepsi, anak
• Pasien dengan GCS 15, tanpa keluhan dan gejala tetapi
mempunyai resiko : benturan langsung atau jatuh pada
permukaan yang keras, pasien usia > 50 tahun.
PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA
Indikasi:
• GCS< 13 setelah resusitasi.
• Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih,
hemiparesis, kejang.
• Nyeri kepala, muntah yang menetap
• Terdapat tanda fokal neurologis
• Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur
• Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus
• Evaluasi pasca operasi
• pasien multitrauma (trauma signifikan lebih dari 1 organ)
• Indikasi sosial
DIAGNOSIS BANDING
MEKANISME TRAUMA
•Trauma
tumpul
•Jatuh dari
ketinggian
•Bukan
karena
akselerasi
atau
pergeraka
n kepala
ED
H
•Trauma
dan non
trauma
•Karena
akselerasi
dan
deselerasi
•Karena
pergeraka
n tiba-tiba
akibat
jatuh atau
benturan
•Dapat
terjadi
•Trauma
dan non
trauma
•Non
trauma:
hipertensi,
konsumsi
antikoagul
an
nekrosis
hemoragik
dll
SD
H
ICH
CT SCAN
•Di antara
duramate
r dan
kranium
•Bentuk
bikonvek
s
•Hematom
a tidak
melewati
garis
sutura
•Midline
•Di bawah
duramate
r dan di
atas otak
•Bentuk
cresent
•Tidak
terbatas
dengan
garis
sutura
•Midline
shift
•Di
parenkim
otak
•Tidak
kontak
dengan
permukaa
n otak
•Ukuran 2
cm atau
lebih
•multifokal
SD
H
ICH
ED
H
GAMBARAN KLINIS
• Laserasi
kulit kepala
• Cephal
hematoma
• Penurunan
kesadaran
• Ada lucid
interval
• Cushing
triad
• Penurunan
kesadaran
• Sakit kepala
• Kehilangan
keseimbang
an
• Kehilangan
memori
• Perubahan
kepribadian
• Afasia
• Kejang
• Hemiparesa
• Muntah-
muntah
• Pupil
anisokor
• Penurunan
kesadaran
• Mual
muntah
• Sakit kepala
• Kejang
• Defisit
neurologis
fokal
SD
H
ICH
ED
H
TATALAKSANA
1. Triage
2. Primary Survey
3. Resusitasi primary survey
4. Adjuncts to primary survey and resuscitation
5. Secondary survey
6. Adjuncts to the secondary survey
7. Continued postresuscitation monitoring and reevaluation
8. Definitive Care
TRIAGE
Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia dengan prioritas ABC:
• Airway (dengan kontrol vertebra servikal)
• Breathing,
• dan Circulation (dengan kontrol perdarahan).
Triage juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan dirujuk,
yang merupakan tanggung jawab bagi tenaga pra-rumah sakit.
Dua jenis keadaan triage yang dapat terjadi:
a. Multiple Casualties
b. Mass Casualties
PRIMARY SURVEY
Nilai :
• Obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing
• Fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea.
Managemen airway harus melindungi vertebra servikal, dimulai dengan : chin lift atau jaw trust
tanpa ekstensi, fleksi atau rotasi terhadap leher
Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan nafas bersih.
Definitive airway diindikasikan pada gangguan kesadaran GCS ≤ 8
AIRWAY DAN RESTRIKSI
SERVIKAL
BREATHING
• Look, Listen, and Feel
• Lihat keadaan pasien/:
• Berkeringat
• Sianosis sentral
• Penggunaan otot bantu napas
• dan pernapasan abdominal
• letak trakea.
• Kemudian, hitung frekuensi napas (normal: 12-20x/menit).
• Nilai juga kedalaman dan kualitas napas
• Ketinggalan bernapas pada salah satu lapangan paru
• Deformitas pada dinding dada (memperberat usaha bernapas)
• Tekanan vena jugularis yang meningkat (mengindikasikan asma akut berat atau pneumothoraks ventil),
• Distensi abdomen (membatasi gerakan diafragma).
• Perkusi dan auskultasi setiap segmen dinding dada.
Jika ada kesulitan usaha bernapas, bantu dengan kantong ventilasi.
CIRCULATION
Nilai:
a. Tingkat kesadaran
b. Warna kulit
c. Nadi
VOLUME DARAH DAN CARDIAC OUTPUT
• Hentikan perdarahan (eksternal dengan penekanan, internal dengan hemostat)
• Lihat dan tandai lokasi pendarahan
• Nilai akral
• Ukur CRT
• Ukur tekanan darah dan denyut nadi (nadi sentral maupun perifer).
• Nilai nadi (tekanan, regularitas, volume)
• Auskultasi jantung untuk melihat apakah ada kelainan pada jantung.
Terapi resusitasi: cairan kristaloid hangat secara bolus (500 mL, habis dalam 15
menit).
Nilai tiap 5 menit. Kemudian, jika ada EKG dan monitor, pasang dan nilai kualitas
EKG-nya.
PERDARAHAN
• Penilaian kesadaran metode AVPU: Alert, Verbal, Pain, Unresponsive
• Atau GCS (Glasgow Coma Scale) dapat digunakan (dari Eye, Verbal, dan Movement).
• Nilai diameter pupil mata, refleks cahaya direk maupun indirek
• Ukur gula darah sewaktu untuk menilai kondisi glikemik pasien.
• Jika pasien tidak sadar, pastikan Airway stabil untuk mencegah aspirasi.
Derajat cedera kepala berdasarkan GCS:
GCS : 14-15 = CKR (cedera kepala ringan)
GCS : 9-13 = CKS (cedera kepala sedang)
GCS : 3-8 = CKB (cedera kepala berat)
DISABILITY
EXPOSUR
E
• Evaluasi pasien dengan membuka keseluruhan pakaiannya
• Beri selimut hangat, berada di ruangan hangat
• Beri cairan intra-vena yang sudah dihangatkan agar tidak kedinginan.
• Nilai suhu pasien
• Transpor pasien secara langsung ke IGD RS yang mempunyai fasilitas lanjutan
RESUSCITATION
Resusitasi yang agresif dan pengelolaan cepat pada yang mengancam
nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup.
ADJUNCT TO PRIMARY SURVEY AND RESUSCITATION
a. Monitor EKG
b. Kateter urin dan lambung
c. Kateter uretra
d. Kateter lambung
e. Monitor
f. Pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan tambahan lainnya
SECONDARY SURVEY
Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination), termasuk
re-evaluasi pemeriksaan tanda vital.
Setiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis
mengenai riwayat perlukaan, biasanya alloanamnesis.
Patut ditanyakan riwayat AMPLE:
A : Alergi
M: Medikasi (obat yang diminumsaatini)
P : Past Illness (penyakitpenyerta) / Pregnancy
L : Last meal
E :Even / Environment yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
1. Kepala
2. Maksilo-fasial
3. Vertebra servikalis dan leher
4. Toraks
5. Abdomen
6. Perineum/rektum/vagina
7. Muskulo-skeletal
8. Neurologis
ADJUNCT TO SECONDARY SURVEY
Dalam melakukan secondary survey, dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik
yang lebih spesifik seperti misalnya foto tambahan dari tulang belakang serta
ekstremitas, CT-Scan kepala, dada, abdomen dan spine, urografi dan angiografi,
USG transesofageal, bronkoskopi, esofagoskopi dan prosedur diagnostik lain.
Semua prosedur diatas jangan dilakukan sebelum hemodinamik penderita
stabil dan telah diperiksa secara teliti.
CONTINUED POSTRESUSCITATION MONITORING AND
REEVALUATION
• Evaluasi ulang secara terus menerus tingkat kesadaran
• Monitoring tanda vital dan produksi urin sangat penting.
• Penanganan rasa nyeri
Untuk keputusan merujuk penderita dapat dipakai Interhospital Triage Criteria.
Kriteria ini memakai data fisiologis penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan,
penyakit penyerta serta faktor – faktor yang dapat mempengaruhi prognosis. Setelah
keputusan merujuk diambil, harus dipilih rumah sakit terdekat yang cocok untuk
penanganan pasien.
DEFINITIVE CARE
PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT
Pada saat menerima pasien di RS, hal pertama yang perlu dilakukan adalah:
 Menilai ABCDE sekaligus tatalaksana
 Pasien dengan GCS <8 harus diberi tatalaksana jalan napas dan resusitasi segera.
 Penatalaksanaan nyeri (mencegah peningkatan TIK dan terjadinya kejang)
 Terapi ventilasi pada pasien dengan trauma otak sangatlah diperlukan karena
berisiko aspirasi paru ataupun gangguan usaha respirasi.
 Terapi hipotermia
• CT Scan direkomendasikan pada pasien trauma dalam 1 jam pertama dengan indikasi:
- GCS <13 pada penilaian awal di IGD.
- GCS <15 pada 2 jam setelah penilaian awal di IGD.
- Kecurigaan fraktur tengkorak terbuka atau depresi.
- Terdapat tanda fraktur basis kranii
(hemotimpanum, mata ‘panda’ atau ‘rakun’, bocornya cairan serebrospinal dari telinga atau hidung,
tanda Battle).
- Kejang post-trauma.
- Defisit neurologis fokal.
- Lebih dari satu episode muntah.
CT SCAN
Setelah dilakukan penanganan awal pada pasien, pasien biasa dirujuk ke bedah
saraf apabila ditemui:
 CT Scan kepala abnormal
 Koma yang menetap (GCS <8) setelah resusitasi awal.
 Kondisi kebingungan yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari 4 jam.
 Defisit neurologis fokal progresif.
 Kejang tanpa pemulihan total.
 Terdapat trauma penetrasi
 Kebocoran cairan serebrospinal.
KONSUL BEDAH SARAF
Setelah dilakukan penilaian lanjut dan pasien akan dilakukan operasi, maka sebaiknya
dilakukan intubasi dan ventilasi segera pada keadaan berikut:
 GCS <8.
 Hilangnya refleks laring.
 Insufisiensi ventilasi (AGDA: PaO2< 100 mmHg dengan terapi oksigen) atau
hiperkarbia (PaCO2> 45 mmHg).
 Hiperventilasi spontan yang menyebabkan PaCO2< 30 mmHg.
 Pola pernapasan ireguler.
 Tingkat kesadaran menurun drastis (>1 pada skor motorik), meskipun tidak koma.
 Pendarahan yang banyak pada rongga mulut (cth, fraktur basis kranii).
 Kejang.
INDIKASI INTUBASI DAN
VENTILASI
Kraniektomi dekompresi
Sebaiknya <4 jam sejak kejadian dengan cara mengeluarkan sebagian dari tulang
tengkorak, sehingga otak dapat mengembang dan menurunkan TIK. Terapi ini biasanya
dilakukan ketika terapi konservatif lainnya gagal menurunkan TIK.
Setelah pembedahan pasien dirawat di ICU berkualitas tinggi.
Terapi suportif yang bisa dilakukan untuk pasien antara lain:
 menggerakkan kepala pasien secara rutin
 menjaga kebersihan mata, mulut, dan kulit
 regimen nutrisi untuk mencapai angka kecukupan gizi
 fisioterapi
TERAPI BEDAH SARAF
KOMPLIKASI
• Epilepsi pasca trauma
• Sakit kepala pascatrauma
• Gangguan pergerakan pasca trauma
• Gangguan kejiwaan pasca trauma
PROGNOSIS
Cedera kepala dapat menyebabkan kematian, kondisi vegetatif, pemulihan sebagian, atau kembali
bekerja penuh.
Faktor prognostik yang paling penting mungkin adalah:
• Usia
• mekanisme cedera
• skor GCS pasca-resusitasi
• reaktivitas pupil pasca-resusitasi
• tekanan darah post-resusitasi
• tekanan intracranial
• durasi amnesia atau kebingungan pasca-trauma
• keseimbangan duduk
• dan patologi intrakranial yang diidentifikasi pada neuroimaging.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to laporan kasus 20 maret 2023.pptx

Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
yus rendra
 
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeAsuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Herianto Elbcome 300
 
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdfdoku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
ikhsan1611
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
Khairul Ikhwan
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptxOverview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
JessyMariaJoltuwu
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
sardiantidwitirta
 
Neuro-emergency
Neuro-emergencyNeuro-emergency
Neuro-emergency
DVP Nugroho
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
Aulia Amani
 
PENATALAKSANAAN CIDERA MS.ppt
PENATALAKSANAAN CIDERA MS.pptPENATALAKSANAAN CIDERA MS.ppt
PENATALAKSANAAN CIDERA MS.ppt
JaneetaAssaqeera
 
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptxasuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
dyahuntari1
 
Kontusio cerebri.pptx
Kontusio cerebri.pptxKontusio cerebri.pptx
Kontusio cerebri.pptx
EdwinSugondoTaufik
 
Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...
Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...
Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...
fajri10629
 
trauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptxtrauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptx
ssuserf1eb1f
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
FadhilAulia7
 
05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan
mif al-huda
 
LAPKAS cedera kepala.pptx
LAPKAS cedera kepala.pptxLAPKAS cedera kepala.pptx
LAPKAS cedera kepala.pptx
ssuserad7d5e
 

Similar to laporan kasus 20 maret 2023.pptx (20)

Diagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaranDiagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaran
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeAsuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
 
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdfdoku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptxOverview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
Neuro-emergency
Neuro-emergencyNeuro-emergency
Neuro-emergency
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
PENATALAKSANAAN CIDERA MS.ppt
PENATALAKSANAAN CIDERA MS.pptPENATALAKSANAAN CIDERA MS.ppt
PENATALAKSANAAN CIDERA MS.ppt
 
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptxasuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
 
Kontusio cerebri.pptx
Kontusio cerebri.pptxKontusio cerebri.pptx
Kontusio cerebri.pptx
 
Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...
Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...
Initial Resuscitation, Prehospital Care, and Emergency Department Care pada C...
 
trauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptxtrauma medulla spinalis.pptx
trauma medulla spinalis.pptx
 
4. cidera kepala
4. cidera kepala4. cidera kepala
4. cidera kepala
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
 
05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan
 
LAPKAS cedera kepala.pptx
LAPKAS cedera kepala.pptxLAPKAS cedera kepala.pptx
LAPKAS cedera kepala.pptx
 

Recently uploaded

Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 

Recently uploaded (19)

Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 

laporan kasus 20 maret 2023.pptx

  • 1. CEDERA KEPALA DR. ADELINE FASILITATOR DR. JUSTINUS SP.AN 20 Maret 2023
  • 2. DEFINISI Berdasarkan pedoman dari National Institute for Health and Care Excellence (NICE) Inggris, trauma kepala didefinisikan sebagai trauma apa pun yang mengenai kepala, yang bukan merupakan trauma superfisial pada wajah. • Cedera kepala merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian. • Di AS, ~ 10% kematian disebabkan karena trauma, dan setengah dari total kematian akibat trauma berhubungan dengan otak. • Kasus cedera kepala terjadi setiap 7 detik dan kematian akibat cedera kepala terjadi setiap 5 menit. • Angka kejadian tertinggi adalah pada dewasa muda (15-24 tahun) • Angka kejadian pada laki-laki 3 - 4 kali lebih sering dibandingkan wanita. • Penyebab cedera kepala di Indonesia mayoritas karena kecelakaan lalu lintas EPIDEMIOLOGI
  • 3. ETIOLOGI Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu : 1. Trauma Primer, terjadi akibat trauma pada kepala secara langsung maupun tidak langsung (akselerasi dan deselerasi). 2. Trauma Sekunder, terjadi akibat trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik
  • 4. Cedera ini dapat berasal dari berbagai bentuk kekuatan seperti akselerasi, rotasi, kompresi, dan distensi sebagai akibat dari proses akselerasi dan deselerasi kekuatan ini menyebabkan tekanan pada tulang tengkorak yang dapat mempengaruhi neuron, glia, dan pembuluh darah kerusakan fokal, multifokal maupun difus pada otak PATOGENESIS CEDERA OTAK PRIMER • Cedera pada parenkim dapat berupa kontusio, laserasi, ataupun diffuse axonal injury (DAI) • Cedera pada pembuluh darah otak dapat berupa perdarahan epidural, subdural, subaraknoid, dan intraserebral yang dapat dilihat pada CT-scan Cedera otak primer menunjuk kepada kejadian yang tak terhindarkan dan disertai kerusakan parenkim yang terjadi sesaat setelah terjadi trauma.
  • 5. • Cedera otak sekunder merupakan lanjutan dari cedera otak primer. Hal ini dapat terjadi akibat adanya reaksi peradangan, biokimia, pengaruh neurotransmitter, gangguan autoregulasi, neuro-apoptosis, dan inokulasi bakteri. • Faktor yang mempengaruhi cedera otak sekunder CEDERA OTAK SEKUNDER Cedera otak sekunder menunjuk kepada keadaan dimana kerusakan pada otak dapat dihindari setelah proses trauma. •hematoma intrakranial, iskemik otak akibat penurunan perfusi ke jaringan di otak, herniasi, penurunan tekanan arterial otak, tekanan intrakranial yang meningkat, demam, vasospasm, infeksi, dan kejang Faktor intrakranial (lokal) •hipoksemia, hipotensi, hiperkapnia, hipokapnia, hipertermi, hiperglikemi dan hipoglikemi, hiponatremi serta hipoproteinemia Faktor ekstrakranial (sistemik)
  • 6. KLASIFIKASI GCS POST RESUSITASI • CEDERA RINGAN : 14-15 • CEDERA SEDANG : 9-13 • CEDERA BERAT : 3-8
  • 7. DIAGNOSIS ANAMNESIS • Identitas pasien: Nama, Umur, Sex, Suku, Agama, Pekerjaan, Alamat • Keluhan utama • Mekanisma trauma • Waktu dan perjalanan trauma • Pernah pingsan atau sadar setelah trauma • Amnesia retrograde atau antegrade • Keluhan : Nyeri kepala seberapa berat, penurunan kesadaran, kejang, vertigo • Riwayat mabuk, alkohol, narkotika, pasca operasi kepala • Penyakit penyerta : epilepsi, jantung, asma, riwayat operasi kepala,
  • 8. PEMERIKSAAN FISIK • Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi • Lihat dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki • Per organ B1-B6 (breath, blood, brain, bowel, bladder, bone) • Jejas di kepala • Tanda patah basis cranii • Tanda patah tulang wajah • Tanda trauma mata • Auskultasi arteri karotis PEMERIKSAAN KEPALA • Mencari tanda cedera tulang servikal, tulang belakang dan medula spinalis • Meliputi: • Mencari jejas • Deformitas • Status motorik • Status sensorik • Status autonomik PEMERIKSAAN LEHER DAN TULANG BELAKANG
  • 9. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Nilai GCS setelah stabilisasi GCS GCS 14-15 : Cedera otak ringan GCS 9-13 : Cedera otak sedang GCS 3-8 : Cedera otak berat • Saraf kranial • Saraf II-III • Lesi saraf VII perifer • Funduskopi • Motoris dan sensoris • autonomis
  • 10. PEMERIKSAAN FOTO POLOS KEPALA Indikasi: • Kehilangan kesadaran, amnesia • Nyeri kepala menetap • Gejala neurologis fokal • Jejas pada kulit kepala • Kecurigaan luka tembus • Keluar cairan cerebrospinal atau darah dari hidung atau telinga • Deformitas tulang kepala, yang terlihat atau teraba • Kesulitan dalam penilaian klinis : mabuk, intoksikasi obat, epilepsi, anak • Pasien dengan GCS 15, tanpa keluhan dan gejala tetapi mempunyai resiko : benturan langsung atau jatuh pada permukaan yang keras, pasien usia > 50 tahun.
  • 11. PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA Indikasi: • GCS< 13 setelah resusitasi. • Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih, hemiparesis, kejang. • Nyeri kepala, muntah yang menetap • Terdapat tanda fokal neurologis • Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur • Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus • Evaluasi pasca operasi • pasien multitrauma (trauma signifikan lebih dari 1 organ) • Indikasi sosial
  • 12. DIAGNOSIS BANDING MEKANISME TRAUMA •Trauma tumpul •Jatuh dari ketinggian •Bukan karena akselerasi atau pergeraka n kepala ED H •Trauma dan non trauma •Karena akselerasi dan deselerasi •Karena pergeraka n tiba-tiba akibat jatuh atau benturan •Dapat terjadi •Trauma dan non trauma •Non trauma: hipertensi, konsumsi antikoagul an nekrosis hemoragik dll SD H ICH
  • 13. CT SCAN •Di antara duramate r dan kranium •Bentuk bikonvek s •Hematom a tidak melewati garis sutura •Midline •Di bawah duramate r dan di atas otak •Bentuk cresent •Tidak terbatas dengan garis sutura •Midline shift •Di parenkim otak •Tidak kontak dengan permukaa n otak •Ukuran 2 cm atau lebih •multifokal SD H ICH ED H
  • 14. GAMBARAN KLINIS • Laserasi kulit kepala • Cephal hematoma • Penurunan kesadaran • Ada lucid interval • Cushing triad • Penurunan kesadaran • Sakit kepala • Kehilangan keseimbang an • Kehilangan memori • Perubahan kepribadian • Afasia • Kejang • Hemiparesa • Muntah- muntah • Pupil anisokor • Penurunan kesadaran • Mual muntah • Sakit kepala • Kejang • Defisit neurologis fokal SD H ICH ED H
  • 15. TATALAKSANA 1. Triage 2. Primary Survey 3. Resusitasi primary survey 4. Adjuncts to primary survey and resuscitation 5. Secondary survey 6. Adjuncts to the secondary survey 7. Continued postresuscitation monitoring and reevaluation 8. Definitive Care
  • 16. TRIAGE Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia dengan prioritas ABC: • Airway (dengan kontrol vertebra servikal) • Breathing, • dan Circulation (dengan kontrol perdarahan). Triage juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan dirujuk, yang merupakan tanggung jawab bagi tenaga pra-rumah sakit. Dua jenis keadaan triage yang dapat terjadi: a. Multiple Casualties b. Mass Casualties
  • 17. PRIMARY SURVEY Nilai : • Obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing • Fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Managemen airway harus melindungi vertebra servikal, dimulai dengan : chin lift atau jaw trust tanpa ekstensi, fleksi atau rotasi terhadap leher Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan nafas bersih. Definitive airway diindikasikan pada gangguan kesadaran GCS ≤ 8 AIRWAY DAN RESTRIKSI SERVIKAL
  • 18. BREATHING • Look, Listen, and Feel • Lihat keadaan pasien/: • Berkeringat • Sianosis sentral • Penggunaan otot bantu napas • dan pernapasan abdominal • letak trakea. • Kemudian, hitung frekuensi napas (normal: 12-20x/menit). • Nilai juga kedalaman dan kualitas napas • Ketinggalan bernapas pada salah satu lapangan paru • Deformitas pada dinding dada (memperberat usaha bernapas) • Tekanan vena jugularis yang meningkat (mengindikasikan asma akut berat atau pneumothoraks ventil), • Distensi abdomen (membatasi gerakan diafragma). • Perkusi dan auskultasi setiap segmen dinding dada. Jika ada kesulitan usaha bernapas, bantu dengan kantong ventilasi.
  • 19. CIRCULATION Nilai: a. Tingkat kesadaran b. Warna kulit c. Nadi VOLUME DARAH DAN CARDIAC OUTPUT
  • 20. • Hentikan perdarahan (eksternal dengan penekanan, internal dengan hemostat) • Lihat dan tandai lokasi pendarahan • Nilai akral • Ukur CRT • Ukur tekanan darah dan denyut nadi (nadi sentral maupun perifer). • Nilai nadi (tekanan, regularitas, volume) • Auskultasi jantung untuk melihat apakah ada kelainan pada jantung. Terapi resusitasi: cairan kristaloid hangat secara bolus (500 mL, habis dalam 15 menit). Nilai tiap 5 menit. Kemudian, jika ada EKG dan monitor, pasang dan nilai kualitas EKG-nya. PERDARAHAN
  • 21. • Penilaian kesadaran metode AVPU: Alert, Verbal, Pain, Unresponsive • Atau GCS (Glasgow Coma Scale) dapat digunakan (dari Eye, Verbal, dan Movement). • Nilai diameter pupil mata, refleks cahaya direk maupun indirek • Ukur gula darah sewaktu untuk menilai kondisi glikemik pasien. • Jika pasien tidak sadar, pastikan Airway stabil untuk mencegah aspirasi. Derajat cedera kepala berdasarkan GCS: GCS : 14-15 = CKR (cedera kepala ringan) GCS : 9-13 = CKS (cedera kepala sedang) GCS : 3-8 = CKB (cedera kepala berat) DISABILITY
  • 22. EXPOSUR E • Evaluasi pasien dengan membuka keseluruhan pakaiannya • Beri selimut hangat, berada di ruangan hangat • Beri cairan intra-vena yang sudah dihangatkan agar tidak kedinginan. • Nilai suhu pasien • Transpor pasien secara langsung ke IGD RS yang mempunyai fasilitas lanjutan
  • 23. RESUSCITATION Resusitasi yang agresif dan pengelolaan cepat pada yang mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup.
  • 24. ADJUNCT TO PRIMARY SURVEY AND RESUSCITATION a. Monitor EKG b. Kateter urin dan lambung c. Kateter uretra d. Kateter lambung e. Monitor f. Pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan tambahan lainnya
  • 25. SECONDARY SURVEY Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination), termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital. Setiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan, biasanya alloanamnesis. Patut ditanyakan riwayat AMPLE: A : Alergi M: Medikasi (obat yang diminumsaatini) P : Past Illness (penyakitpenyerta) / Pregnancy L : Last meal E :Even / Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan ANAMNESIS
  • 26. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. 1. Kepala 2. Maksilo-fasial 3. Vertebra servikalis dan leher 4. Toraks 5. Abdomen 6. Perineum/rektum/vagina 7. Muskulo-skeletal 8. Neurologis
  • 27. ADJUNCT TO SECONDARY SURVEY Dalam melakukan secondary survey, dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti misalnya foto tambahan dari tulang belakang serta ekstremitas, CT-Scan kepala, dada, abdomen dan spine, urografi dan angiografi, USG transesofageal, bronkoskopi, esofagoskopi dan prosedur diagnostik lain. Semua prosedur diatas jangan dilakukan sebelum hemodinamik penderita stabil dan telah diperiksa secara teliti.
  • 28. CONTINUED POSTRESUSCITATION MONITORING AND REEVALUATION • Evaluasi ulang secara terus menerus tingkat kesadaran • Monitoring tanda vital dan produksi urin sangat penting. • Penanganan rasa nyeri Untuk keputusan merujuk penderita dapat dipakai Interhospital Triage Criteria. Kriteria ini memakai data fisiologis penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan, penyakit penyerta serta faktor – faktor yang dapat mempengaruhi prognosis. Setelah keputusan merujuk diambil, harus dipilih rumah sakit terdekat yang cocok untuk penanganan pasien. DEFINITIVE CARE
  • 29. PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT Pada saat menerima pasien di RS, hal pertama yang perlu dilakukan adalah:  Menilai ABCDE sekaligus tatalaksana  Pasien dengan GCS <8 harus diberi tatalaksana jalan napas dan resusitasi segera.  Penatalaksanaan nyeri (mencegah peningkatan TIK dan terjadinya kejang)  Terapi ventilasi pada pasien dengan trauma otak sangatlah diperlukan karena berisiko aspirasi paru ataupun gangguan usaha respirasi.  Terapi hipotermia
  • 30. • CT Scan direkomendasikan pada pasien trauma dalam 1 jam pertama dengan indikasi: - GCS <13 pada penilaian awal di IGD. - GCS <15 pada 2 jam setelah penilaian awal di IGD. - Kecurigaan fraktur tengkorak terbuka atau depresi. - Terdapat tanda fraktur basis kranii (hemotimpanum, mata ‘panda’ atau ‘rakun’, bocornya cairan serebrospinal dari telinga atau hidung, tanda Battle). - Kejang post-trauma. - Defisit neurologis fokal. - Lebih dari satu episode muntah. CT SCAN
  • 31. Setelah dilakukan penanganan awal pada pasien, pasien biasa dirujuk ke bedah saraf apabila ditemui:  CT Scan kepala abnormal  Koma yang menetap (GCS <8) setelah resusitasi awal.  Kondisi kebingungan yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari 4 jam.  Defisit neurologis fokal progresif.  Kejang tanpa pemulihan total.  Terdapat trauma penetrasi  Kebocoran cairan serebrospinal. KONSUL BEDAH SARAF
  • 32. Setelah dilakukan penilaian lanjut dan pasien akan dilakukan operasi, maka sebaiknya dilakukan intubasi dan ventilasi segera pada keadaan berikut:  GCS <8.  Hilangnya refleks laring.  Insufisiensi ventilasi (AGDA: PaO2< 100 mmHg dengan terapi oksigen) atau hiperkarbia (PaCO2> 45 mmHg).  Hiperventilasi spontan yang menyebabkan PaCO2< 30 mmHg.  Pola pernapasan ireguler.  Tingkat kesadaran menurun drastis (>1 pada skor motorik), meskipun tidak koma.  Pendarahan yang banyak pada rongga mulut (cth, fraktur basis kranii).  Kejang. INDIKASI INTUBASI DAN VENTILASI
  • 33. Kraniektomi dekompresi Sebaiknya <4 jam sejak kejadian dengan cara mengeluarkan sebagian dari tulang tengkorak, sehingga otak dapat mengembang dan menurunkan TIK. Terapi ini biasanya dilakukan ketika terapi konservatif lainnya gagal menurunkan TIK. Setelah pembedahan pasien dirawat di ICU berkualitas tinggi. Terapi suportif yang bisa dilakukan untuk pasien antara lain:  menggerakkan kepala pasien secara rutin  menjaga kebersihan mata, mulut, dan kulit  regimen nutrisi untuk mencapai angka kecukupan gizi  fisioterapi TERAPI BEDAH SARAF
  • 34. KOMPLIKASI • Epilepsi pasca trauma • Sakit kepala pascatrauma • Gangguan pergerakan pasca trauma • Gangguan kejiwaan pasca trauma
  • 35. PROGNOSIS Cedera kepala dapat menyebabkan kematian, kondisi vegetatif, pemulihan sebagian, atau kembali bekerja penuh. Faktor prognostik yang paling penting mungkin adalah: • Usia • mekanisme cedera • skor GCS pasca-resusitasi • reaktivitas pupil pasca-resusitasi • tekanan darah post-resusitasi • tekanan intracranial • durasi amnesia atau kebingungan pasca-trauma • keseimbangan duduk • dan patologi intrakranial yang diidentifikasi pada neuroimaging.