1. EKONOMI HINDU
MORALITAS
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 1
Oleh :
I WAYAN EKA SURA ATMAJA, SH, MM
Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Lampung
2. STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 2
BIODATA DOSEN
Nama : I Wayan Eka Sura Atmaja, SH, MM
NIDN : 2426038201
Pendidikan : : - S1 Ilmu Hukum, Universitas Udayana (lulus 2006)
- S2 Magister Manajemen, IIB Darmajaya (lulus 2016)
Pekerjaan : Entrepreneur & Lecturer
Pengalaman : - Wartawan (2 tahun)
- Karyawan di PT FIFGROUP (12 tahun) sebagai
Regional Trainer/Corporate Trainer
3. STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 3
PENGERTIAN MORAL DAN MORALITAS
Kata “Moral” berasal dari Bahasa Latin yakni Mos (jamak Mores) yang berarti ajaran
tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban;
sinonim dengan akhlak, budi pekerti dan susila.
Moralitas adalah budi pekerti; sopan santun, adat sopan santun. Selain itu, moralitas
adalah istilah yang menyebut manusia lainnya dalam bertindak memiliki nilai yang
positif.
Selain itu “Moral” juga berarti kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
terungkap dalam perbuatan. Kata “Moral” juga bermakna sebagai kebiasaan,
kesusilaan, tabiat atau kelakuan.
4. PENGERTIAN MORAL DAN MORALITAS
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia yang lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak
yang harus dimiliki oleh manusia.
Menurut Abudin Nata (1996: 45), seseorang dikatakan telah bermoral apabila ucapan,
prinsip, dan perilaku dirinya dinilai baik dan benar oleh standar-standar nilai yang
berlaku dilingkungan masyarakatnya.
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 4
5. MACAM-MACAM MORAL
Moral Keagamaan
• Merupakan moral yang dikaitkan dengan ajaran
agama yang dianutnya
Moral Non Keagamaan
• Pemaknaan moral yang mengacu pada standar-
standar nilai yang berlaku dalam masyarakat
tertentu
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 5
6. STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 6
PENGERTIAN MORALITAS EKONOMI HINDU
Moralitas Ekonomi Hindu merupakan moral yang dikaitkan dengan ajaran agama Hindu
dalam melakukan kegiatan di bidang ekonomi
Produksi Distribusi Konsumsi
AGAMA HINDU
Konsumen
Distributor
Produsen
Moralitas Ekonomi Hindu ingin menekankan bahwa Veda sebagai Kitab Suci Agama
Hindu beserta seluruh ajaran dalam kitab-kitab suci yang lainnya – harus menjadi
sumber hukum, pedoman dan tuntunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara – termasuk dalam melaksanakan kegiatan ekonomi
7. STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 7
TUJUAN MORALITAS EKONOMI HINDU
Moralitas Ekonomi Hindu bertujuan agar para pelaku ekonomi untuk selalu
menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha seperti berpikir yang baik (manacika), berkata
yang baik (wacika) dan berbuat yang baik (kayika) dalam melakukan kegiatan ekonomi
di masyarakat.
Kegiatan menimbun minyak goreng di kala pandemi dan masyarakat sedang kesusahan adalah
tindakan yang tidak terpuji. Ini mencerminkan moralitas yang rendah dari pelaku ekonomi dan
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum dan agama
8. TUJUAN MORALITAS EKONOMI HINDU
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 8
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional
akibat pandemi Covid-19 maka suka tidak suka
kita harus mengikuti arahan dari pemerintah
sebagai bagian dari Catur Guru yang dihormati
oleh umat Hindu (Guru Wisesa) yaitu untuk
menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan
disiplin
Protokol kesehatan itu dikenal sebagai 5M yakni
mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga
jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi
mobilitas yang tidak perlu
Secara proaktif mengikuti vaksinasi sebagaimana
yang dianjurkan oleh pemerintah
Melakukan penyimpangan terhadap ketentuan ini jelas
melanggar hukum negara dan hukum agama – dan kondisi
ini menunjukkan rendahnya tingkat moralitas bangsa kita
9. PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
Dalam berbisnis atau berusaha maka setiap pelaku ekonomi Hindu harus berdasarkan
pada prinsip-prinsip moralitas sebagaimana terkandung dalam ajaran Catur Purusa
Artha yaitu empat tujuan hidup manusia yang meliputi Dharma, Artha, Kama dan
Moksa.
Bisnis menurut Ilmu Ekonomi adalah menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk
mendapatkan keuntungan atau laba. Bisnis berasal dari suku kata dasar Inggris “busy”
yang berarti “sibuk → sibuk mencari keuntungan”
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 9
Dalam Kitab Sarassamuscaya, 12 disebutkan bahwa :
“Jika Artha dan Kama yang dituntut maka seharusnya lakukanlah Dharma terlebih
dahulu, pasti akan diperoleh Artha atau Kama itu nanti. Tidak akan ada artinya jika
memperoleh Artha dan Kama tetapi menyimpang dari Dharma”
Selanjutnya dijelaskan juga dalam Kitab Sarassamuscaya, 14 bahwa :
“Dharma merupakan jalan untuk pergi ke sorga; sebagai halnya perahu, ia merupakan
alat bagi orang dagang untuk mengarungi lautan”
10. Dalam Kitab Sarassamuscaya, 263 disebutkan bahwa :
“Jika Artha (kekayaan/harta) diperoleh dengan jalan Dharma maka berbahagialah
orang yang memperolehnya namun jika Artha yang diperoleh dengan jalan Adharma
maka noda dan dosalah yang ia dapatkan itu”
Menurut Kitab Sarasamuccaya, 262 bahwa harta yang diperoleh seseorang harus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Sadhana ri Kasiddhan in Dharma. Dipakai untuk memenuhi Dharma contohnya
untuk melakukan kewajiban-kewajiban dharma seperti melaksanakan Panca
Yadnya, dana punia, membayar kebutuhan hidup dan kewajiban-kewajiban
lainnya seperti hutang, dll
2. Sadhana ri Kasiddhan in Kama. Dipakai untuk memenuhi Kama. Contohnya untuk
kesenian, olahraga, rekreasi, hobby, gaya hidup dan lain sebagainya
3. Sadhana ri Kasiddhan in Artha. Dipakai untuk mendapatkan harta kembali atau
melipatgandakan kekayaan atau harta. Contohnya untuk memproduksi sesuatu
dan dijual ke publik, melakukan investasi, dll
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 10
PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
11. Contohnya :
Bapak Putu Suyasa, seorang pedagang di Pasar Untung Suropati, Bandar Lampung. Ia
memperoleh penghasilan bersih sebesar Rp. 5.000.000,- per bulan maka berapakah
pembagian penghasilan atau laba usaha menurut Kitab Sarasamuccaya?
Jawab :
Jika mengacu pada Kitab Sarasamuccaya, 262 maka berikut ini adalah pembagian
penghasilan atau laba usaha dari Bapak Putu Suyasa :
No Peruntukan Pembagian Besarnya Keterangan
1 Dharma 1/3 Rp. 1.666.667,-
Melaksanakan kewajiban dan
tanggungjawab (needs)
2 Kama 1/3 Rp. 1.666.667,- Memenuhi keinginan (wants)
3 Artha 1/3 Rp. 1.666.667,-
Untuk dilipatgandakan atau
diinvestasikan kembali ke bisnis
Grand Total Rp. 5.000.000,-
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 11
PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
12. PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 12
Pengelolaan keuangan dengan
Prinsip 10-20-30-40
13. PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 13
No Peruntukan Pembagian Besarnya Keterangan
1 Kebaikan 10% Rp. 500.000,-
Zakat, sedekah, infaq, dana
punia, dana sosial
2 Masa Depan 20% Rp. 1.000.000,-
Dana darurat, investasi, asuransi,
tabungan
3 Utang 30% Rp. 1.500.000,-
Cicilan rumah, cicilan kendaraan,
utang produktif
4 Kebutuhan 40% Rp. 2.000.000,-
Biaya rumah tangga, biaya
perawatan diri, pakaian,
makanan, pulsa, internet, listrik,
bayaran sekolah/kuliah, rekreasi
Grand Total Rp. 5.000.000,-
Dengan menggunakan Prinsip 10-20-30-40 maka pembagian penghasilan atau laba
usaha dari Bapak Putu Suyasa menjadi seperti berikut ini :
Menurut Prinsip 10-20-30-40, jika ada sisa uangnya maka boleh dipergunakan untuk
memenuhi gaya hidup dan tidak berlaku sebaliknya
14. “Dharmaarthakamamoksanam sariram sadhanam”
Artinya:
Tubuh adalah alat untuk mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksa
Dalam Kitab Brahma Purana disebutkan bahwa :
Dharma su Satyam Utamam
Artinya : lakukanlah segala sesuatu berdasarkan Dharma.
PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 14
“Yang jahat tidak mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak;
demikian pula mereka tidak memiliki kemurnian, kelakuan baik maupun
kebenaran”
Dalam Kitab Bhagawad Gita, XVI – 7 disebutkan bahwa :
15. “Tiga pintu gerbang ke neraka, menuju jurang kehancuran diri yaitu kama, krodha
dan lobha, oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan”
Bhagawad Gita, XVI - 21
“Ia yang meninggalkan ajaran kitab suci, berada dibawah pengaruh nafsu
keinginan, tak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi”
Bhagawad Gita, XVI - 23
“Karena itu, biarlah kitab-kitab suci menjadi petunjukmu untuk menentukan apa
yang boleh dilakukan dan apa yang tak boleh; setelah mengetahui apa yang
dikatakan dalam aturan kitab suci engkau hendaknya mengerjakannya disini
Bhagawad Gita, XVI - 24
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 15
PRINSIP-PRINSIP MORALITAS EKONOMI HINDU
16. MANFAAT MORALITAS DALAM BIDANG EKONOMI
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 16
Dalam berbisnis perlu ada standar moral pribadi wirausaha yang mengaturnya. Adapun
standar moral dalam berwirausaha secara umum yaitu :
1 Bisnis harus dilandasi oleh moralitas, saling menguntungkan sesuai prinsip-prinsip
bisnis dan tidak melanggar hukum
2 Adanya moralitas ekonomi akan mewujudkan iklim bisnis yang aman, damai dan
saling menghormati
3 Sikap dan perilaku seorang wirausaha harus jujur, berempati dan mengikuti norma
yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat
17. MANFAAT MORALITAS DALAM BIDANG EKONOMI
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 17
Menurut Magnis Suseno (1991), ada tiga ciri moralitas yang tinggi itu, yaitu :
1. Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi
2. Sadar akan kewajibannya
3. Memiliki idealisme yang tinggi
18. TUGAS
STAH LAMPUNG | EKONOMI ARTHA SASTRA | MORALITAS EKONOMI HINDU 18
1. Bapak Made Suputra, 40 tahun, seorang karyawan swasta di Bandar Lampung. Ia
bekerja di sebuah perusahaan multinasional selama 12 tahun dengan gaji saat ini
sebesar Rp. 10.000.000,- per bulan. Hitunglah berapa pembagian atas penghasilan
dari Bapak Made Suputra menurut Kitab Sarasamuccaya, 262 dan Prinsip 10-20-30-
40?
2. Bagaimana tanggapan Anda terkait maraknya kasus investasi bodong dan pinjaman
online (pinjol) palsu yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan? Coba kaitkan
masalah ini dengan moralitas ekonomi menurut Hindu!
Kirim jawaban Anda melalui e-mail di :
iwe.suraatmaja@gmail.com
Deadline : 27/02/2022 pukul 19:00 WIB