SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
MASALAH PSIKOSOSIAL
PADA LANSIA
PENDAHULUAN
• Lansia adalah mereka yang berumur > 60 tahun ( UU No 13 1998)
• Jumlah meningkat tahun 2020 (11% dari total penduduk ) dengan UHH 68
tahun - 71 th
• Aging sebagai proses alamiah yang berakhir pada penurunan berbagai
aspek ( fisik, mental, sosial, ekonomi)
• Penurunan berbagai aspek kehidupan yang tidak diantisipasi dengan baik
dapat menimbulkan berbagai masalah
• Masalah mental dan kognitif yang banyak muncul adalah depresi dan
dimensia.
• Depresi yang tak terkontrol merupakan penyebab bunuh diri terbanyak.
• Demensia terjadi akibat depresi dan kondisi patologis pada otak ( Ringan –
Berat – Alzeimer)
 RISKESDAS tahun 2007;2013;2018 bahwa gangguan mental
emosional yang terjadi pada usia 60 tahun keatas 45,5 %.
 Masalah psikososial yang sangat berisiko terjadinya
gangguan mental perlu juga diatasi seperti : 8,7% mengalami
gangguan tidur, 6,6% sulit beradaptasi dengan orang baru,
5,4 % sulit memelihara persahabatan, 6,8% sulit melakukan
tanggung jawabnya, dan 8,2% sulit berperan di masyarakat.
AT RISK PD LANSIA
1. Biologis Risk :
Genetik, usia dan karakteristik
biologis (Pender,2002) faktor
utama peningkatan serotonin dan
terjadi penurunan dopamin dan
norandrenalin.
2. Life-Event Risk
Kehilangan pekerjaan,
penurunan penghasilan,
ditinggalkan oleh anak-
anak dan kehilangan
pasangan hidup
3. Social-Risk
Masalah sosial dengan keluarga, tetangga, unit sosial, kelompok agama,
organisasi lansia, dan organisasi kemasyarakatan lainnya (Stanhope dan
Lancaster,2002). Berisiko mengalami kekerasan dan pengabaian (Maurier dan
Smith,2005). Risiko sosial meningkat akibat kurangnya dukungan keluarga dan
sosial terhadap lansia akibat pergeseran sosial (Widnya,2008).
4. Life-style risk
Perilaku lansia baik pada masa
lampau maupun saat ini ( Kebiasaan
makan seperti penggunaan gula,
garam, makanan tinggi kolesterol,
rendah serat, kebiasaan tidur dan
aktifitas fisik yang kurang, alkoho;
dan rokok (Stanhope dan
Lancaster,2002).
5. Economic Risk
Pensiun, tidak memiliki
perencanaan keuangan,
tidak memiliki asuransi,
tidak bekerja dan rumah
yang tidak layak.
KECEMASAN
 Kecemasan adalah keadaan emosi seseorang terhadap sesuatu hal yang tidak jelas objeknya, kecemasan sangat
berhubungan dengan perasaan ketidakpastian atau ketidakberdayaan.
Tingkatan kecemasan :
 Kecemasan ringan
Kecemasan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan yang menyebabkan tingkat kewaspadaan,
kreativitas seseorang meningkat.
 Kecemasan sedang
Kecemasan yang menyebabkan seseorang lebih memfokuskan pada sesuatu hal dan mengesampingkan yang lain.
Individu yang mengalami kecemasan ini masih bisa melakukan hal lain yang terarah.
 Kecemasan berat
Kecemasan yang membuat lapangan persepsi seseorang menyempit, yang tidak dapat berpikir tentang hal lain dan
semua pikirannya ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu yang mengalami kecemasan ini perlu
mendapatkan bantuan untuk mengarahkannya berpikir tentang hal lain.
 Panik
Kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan kendali, persepsi menyimpang, tidak mampu berpikir rasional,
dan tidak mampu lagi melakukan seseuatu walaupun dengan pengarahan.
TANDA DAN GEJALA KECEMASAN
 Respon perilaku : gelisah, tremor, gugup, bicara cepat, kurang
koordinasi, ketegangan fisik, menarik diri, melarikan diri dari masalah,
menghindar
 Respon Kognitif : konsentrasi menurun, lupa, hambatan berpikir,
kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri meningkat, sangat waspada.
 Respon Afektif : sensitif, tidak sabar, ketakutan, gelisah, nervus, teror
 Respon fisik : palpitasi, perubahan tekanan darah, napas cepat dangkal,
mata berkedip kedip, tremor, insomnia, nafsu makan menurun, mual,
diare, sering berkemih, berkeringat seluruh tubuh, gatal-gatal, dan
lain-lain
KEHILANGAN DAN BERDUKA
KEHILANGAN=LOSS
KEHILANGAN KARENA KETIDAKADAAN OBJEK, ORANG,
BAGIAN TUBUH ATAU FUNGSINYA, ATAU EMOSIONAL
YANG SEBELUMNYA ADA
Kehilangan bisa actual atau percieve (persepsi/ fikiran)
Kehilangan bisa bersifat maturasi, situasional atau
keduanya
Perawat harus memahami interpretasi kehilangan dari
setiap klien
JENIS KEHILANGAN
Kehilangan objek external
Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehilangan orang dekat
Kehilangan salah satu aspek diri
Kehilangan kehidupan
BERDUKA dan Bereavement (Respon kehilangan
karena kematian) Martocchio, 1985
Bereavement= Merupakan pengalaman subjektif yang
terjadi setelah fase kehilangan dengan orang yang
dicintai (Schowalter, 1975)
Berduka= sebuah bentuk duka cita yang mempengaruhi
fikiran, perasaan dan tingkah laku
Berduka dimaksudkan untuk mencapai fungsi yang lebih
efektif
Merupakan krisis yang membutuhkan waktu untuk
penyesuaiannya
STRATEGI UNTUK MENGATASI , Worden
(1982)
 Menerima realita kehilangan
 Menerima rasa berduka sebagai sesuatu yang menyakitkan
 Sesuaikan ke suatu situasi yang tidak banyak melibatkan orang yang meninggal
 Reinvest energi emosi pada hubungan yang baru
diperlukan support emphaty perawat
KUBLER-ROSS TAHAPAN RESPON
SEKARAT (DYING)
 Denial
 Anger
 Bargaining
 Depression
 Acceptance
= menghindari kenyataan, isolai dari informasi akurat,
mempertanyakan pengobatan
= pada kelurga, perawat, dokter
= Ketakungan kehilangan fungsi tubuh, nyeri, ingin
merubah prognosa, menerima terapi baru
= Mengenali kemungkinan kehilangan, menolak
hubungan , berdiam diri, bisa bunuh diri
= Menerima kematian, mulai membuat rencana bila
suatu saat meninggal
IMPLEMENTASI-LOSS
Therapeutic Communication
Hati-hati ssat memberi support dan meyakinkan
Maintenance of Self Esteem
Dengarkan, Responsif, Mempertahankan krahasiaan
Promotion of Return to Life activities
Berpartisispasi untuk membuat keputusan ttg
kehidupan selanjutnya
Implementasi – Dying Client
Promotion of comfort
Maintenance of independence
Mencegah Kesepian dan Isolasi
Promotion of Spiritual comfort
Support pd keluarga
ABUSE AND NEGLECT
LATAR BELAKANG
Fenomena terjadi pada anggota keluarga
Bentuk berupa kekerasan emosi dan fisik yang mengenai
anak, istri dan lanjut usia
Pemahaman tentang kekerasan berbeda pada setiap
keluarga
Jarang terlaporkan
Sebagai rahasia keluarga
Penyebab bunuh diri, pembunuhan dan gangguan
prilaku dan tumbuh kembang dan perceraian
PENGERTIAN
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan
suatu prilaku kekerasan yang terjadi dalam
lingkup anggota keluarga baik keluarga inti
maupun keluarga besar, yang dilakukan oleh
seseorang yang memiliki otoritas terhadap
sub ordinatnya.
SASARAN
Sasaran yang terkekena adalah mereka
yang lemah : anak, istri dan orang tua,
sebagai akibat adanya interaksi faktor
kepribadian, demographic, situasional
dan faktor sosial
KARAKTERISTIK DARI KEKERASAN
Multigenerational transmission ( kekerasan prilaku
dan problem solving )
Social isolation ( secret of family)
Penyalahgunaan kekuasaan
Penyalahgunaan obat, alkohol
Prilaku dasar yang negative
BENTUK-BENTUK KEKERASAN
Fisik
Sexual
Psikologis
Emotional
Ekonomi
MITOS KEKERASAN
Kekerasan cenderung terjadi pada masyarakat kelas
sosial bawah
Terjadi pada anggota keluarga dekat
Kekerasan bisa dikurangi dengan perpisahan
Alkohol, stress dan penyakit mental dapat menjadi
penyebab kekerasan
Hanya terjadi pada pasangan heterosexual
Selama kehailan kekerasan pada istri kurang
Banyak wanita ketika mengalami kekerasan mencoba
untuk tidak melapor, tidak mencari bantuan untuk
mengatasi
RESPON TERHADAP KEKERASAN
Fisik ( sakit kepala, ggn menstruasi, penyakit kronis,
ggn digestivve dan pola tidur )
Prilaku ( kelemahan, ketakutan, alkoholisme,
perpisahan )
Psikologis ( penyembunyian, kesulitan melakukan
pemecahan masalah, depresi, ggn self esteem)
PENCEGAHAN
Pencegahan primer (memperbaiki norma nilai
yang mendukung tjd kekerasan )
Pencegahan skunder ( identifikasi keluarga yg
berisiko mengalami kekerasan
DEPRESI
Depresi adalah masalah kesehatan mental yang paling banyak
ditemukan pada usia >60 th (WHO,2017)
Depresi lebih banyak ditemukan berupa gejala
somatik (Kleinman,2010;
Brailean,2016;Andrews,2017)
Kontribusi faktor
risiko
(Kleinman,2010)
Depresi pada lansia Sebagai
konsekwesi negatif proses
menua(Hunt,2007)
Faktor lingkungan
seperti trauma dalam
keluarga (WHO,2017)
Depresi adalah masalah kesehatan mental yang paling
banyak ditemukan pada usia >60 th (WHO,2017)
Depresi lebih banyak ditemukan
sebagai gejala somatik
(Kleinman,2010;
Brailean,2016;Andrews,2017)
Kontribusi faktor risiko
(Kleinman,2010)
Sebagai konsekwesi
negatif proses
menua (Hunt,2007)
Faktor Budaya
(WHO,2017)
Budaya yang behubungan dengan
depresi
Pola interaksi keluarga (WHO,2017)
Budaya agraris ke industri/Individual ( Astawa & Sedana,2017 )
Kegagalan mengantisipasi perubahan budaya (Widnya,2008)
Rendahnya religiusitas ( Kurihara et.al,2009)
WHO,2017, 7%
Yaka,2014, 10.30%
Amerika, 8.40%
Eropa, 10.90%
Asia, 4.20%
China, 18.10%
Afrika, 40%
Indonesia,2013, 72.80%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
DEPRESI
Indonesia,2013 Afrika China Asia Eropa Amerika Yaka,2014 WHO,2017
Prevalensi Depresi Lansia di Dunia
Sumber : Riskesdas (2013). Yaka (2014), WHO,2017
Prevalensi Depresi pada Lansia
Riskesdas,
2007;2013,
15.90%
Riskesdas,
2007;2013,
23.20%
Riskesdas,
2007;2013,
33.70%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
55-64 th 65-74 th >75 th Riskesdas,…
Sumber : Riskesdas (2007 dan 2013) hal 3 & 4
72.80 %
Perbandingan Masalah Mental Emosional( Depresi) Indonesia Vs Bali
Indonesia,
11.60%
Indonesia, 6%
Bali, 9.50%
Bali, 2.40%
Depresi
Depresi
Bali
Indonesia
2007
Sumber : Riskesdas (2007 dan 2013)
2013
Sebaran Depresi di Bali
Bangli, 15.30%
Bangli, 12.60%
Buleleng,
25.90%
Buleleng, 0
3.70%
0
Gianyar, 5.80%
Gianyar, 0.50%
9.50%
0
6.20%
0
Depresi 2007 Depresi 2013
Badung
Bangli
Buleleng
Denpasar
Gianyar
Jembrana
Karangasem
Klungkung
Sumber : Riskesdas (2007 dan 2013)
Depresi pada Kelompok Umur Lansia di Bali
55-64th, 4.60%
65-74 th,
9.50%
>75 th, 19%
Total, 33%
0.00% 5.00% 10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%
Depresi
Total
>75 th
65-74 th
55-64th
Sumber : Riskesdas (2013)
Study Depresi Pada Lansia di Bali
Jembrana
2013, 40%
Badung,2015,
24.40%
Gianyar,2016,
23.30%
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Riset Depresi
Gianyar,2016
Badung,2015
Jembrana 2013
Sumber : Gama dkk(2013); Prabhaswari dkk.(2015) dan Aryawangsa
dkk.(2016)
Ciri Khas Depresi lansia
1. Lebih dominan gejala kognitive dan fisik
2. Apatis
3. Rasa sepi, kehilangan aya tarik, dan mengindari aktivitas sosial
4. Hypersomnia
5. Anoreksia dan weight loss
6. Sedikit bicara ttg bunuh diri tetapi langng melakukan.
DEPRESI DAN BUNUH DIRI
 Peristiwa bunuh diri pada lansia berawal dari pengabaian dan kekerasan
oleh keluarga thd lansia
 Bentuk penyebab: kesibukan, ggn perkawinan, penyakit pada lansia,
kemiskinan , ketergantungan lansia dan gg hub ortu anak)
AGENT BAKTERI,VIRUS,JAMUR,FISIK,KIMIA. PSIKOLOGIS
HOST (LANSIA) ( BIOLOGIS, PRILAKU )
KOPING MEKANISME
Regulator (
Mekanisme sistem
neuro endokrine)
Conator ( persepsi)
STIMULI ADAPTATION
Focal stimuli BIOLOGIS
( penuruann fungsi tubuh,
ggn pemenuhan ADL,
penurunan income,
penurunan sosial related
aging process)
Contextual stimuli
( dukungan sosial )
Residual Stimuli (
Ekonomi)
FUNGSI PSIKOLOGIS
KOPING MALADAPTIF
ADAPTIVE AND
INEFFECTIVE
RESPONSE
DEPRESI
BUNUH DIRI
LIFE EVENT
APLIKASI AT RISK LANSIA BUNUH DIRI
LINGKUNGAN
LIFE STYLE
FAKTA TERKAIT DEPRESI PADA
LANSIA
Variabel Jumlah Persentase
n %
Kejadian Depresi
Depresi 68 41,7
Tidak Depresi 95 58,3
Tingkat depresi
Ringan/ Normal 95 58,3
Depresi Sedang 38 23,3
Depresi berat 30 18,4
Distribusi tingkat dan kejadian depresi serta pengetahuan
Prevalensi depresi pada lansia di Kecamatan Karangasem cukup tinggi
( Dewi dkk (2007), sebesar 6,5 %. Evans dan Mottram, (2000), Dharmono, (2008),
Lyness et al (2009), yang rata-rata mengungkapkan prevalensi depresi di komunitas
sekitar 10-15 %.
Hasil penelitian ini sesuai asumsi WHO (2001) ; 30 % lansia yang ada di komunitas
menderita depresi, Wirasto dan Tri (2007), pd penelitian yang dilakukan selama enam
bulan di Jogjakarta menemukan prevalensi depresi sebesar 56,4 %, Stek (2006) depresi
lansia di komunitas Belanda yakni sebesar 39,7 % (Chang, Xue, Dong, Zhen, Rong, dan
Xiu, 2010).
Karena proses menua dan timbulnya konsekwensi negatif akibat menua
( Miller, 1995), sehingga lansia memiliki risiko tinggi mengalami depresi (Allender dan
Spraley,2005).
Kelamin/Depresi
Laki-laki 26 39,4
Perempuan 42 43,3
Jumlah 68 41,7
Kim et al (2009),
proporsi wanita
depresi 20,9 %
dibanding pria
9,2 % (p<0,001;
α:0,05)
Danesh dan
Landeen (2007)
Depresi pada
lansia umur 54-
64 tahun lebih
banyak
Dampak penurunan
kadar estrogen
,keseimbangan
emosi
(Culbertson,1997).
Penurunan self
esteem, , masalah
keluarga (Jacoby,
Oppenheime dan
Tom, 2008).
Perempuan Bali seperti yang
dikemukakan oleh Santi
(2005), merupakan sosok
pribadi yang sangat kuat.
Perempuan terlahir dengan
peran dan tanggung jawab
yang besar, baik dalam
melaksanakan tugas pribadi,
keluarga, sosial maupun
keagamaan.
Pendidikan/Depresi x2
27,41
P Value
0,00*
OR
Sekolah 12 17,4
Tidak sekolah 56 59,6 7,00
(3,32-14,77)
Jumlah 68 41,7
Strawbridge et al
(2001), 8,7 % lansia
yang berpendidikan <
12 tahun menderita
depresi OR: 2,01.
Pendidikan merupakan
modal pengembangan
kognitif,mediator antara
suatu kejadian dan
mood (Beck et al,1997
dalam Stewart,2004).
Pernikahan/Depresi X2
P Value
15,24
0,00*
OR
3,84
(1,98-7,44)
Menikah 21 25,9 %
Tidak menikah 47 57,3 %
Jumlah 68 41,7 %
Wirasto, Ronny dan Tri
tidak menikah
mengalami depresi lebih
besar dibandingkan
dengan yang tidak
menikah.
Danesh dan Landeen
(2007) Ada hub tdk
menikah dg depresi.
Robert et al (2000)
menyebutkan bahwa
12,5 tidak menikah,
Lansia yang masih
memiliki pasangan
akan memiliki
tempat untuk saling
berbagi dan
mendukung.
Status kerja/Depresi x2
20,73
P value
0,00
Bekerja 25 26,3 OR
4,82
(2,46-9,43)
Tidak bekerja
43 63,2
Jumlah 68 41,7
Chun,Takeuchi, Myers dan Siddart (2005), yang
menyebutkan bahwa 18,7 % lansia yang tidak bekerja
mengalami depresi.
Beljouw et al (2010) menemukan adanya hubungan yang
bermakna antara tidak bekerja dengan kejadian
Menurut Sidik, Zulkefli dan Shah (2003), lansia yang tidak
bekerja 20,8% menderita depresi dan peluang mengalami
depresi pada lansia yang tidak bekerja hampir 3 kali
Satus Tinggal/Depresi
Keluarga inti 19 24,1 x2
18,29
P value
0,00*
OR
Keluarga
besar
49 58,3
4,42
(2,25-8,68)
Jumlah 68 41,7
(Thompson, 2001). Sidik,
Zulkefli dan Shah (2003),
lansia yang tinggal dengan
keluarga besar ataupun
sendiri 36,4% menderita
depresi OR:2,85.
Pada keluarga besar namun
ekonominya kurang,
keluarga mengutamakan
menggunakan uang untuk
istri dan anak-anaknya
dibanding orang tuanya
(Pei, Xiaomei )Hui,2009).
Stewart et al,
(2004), yang
mengatakan
bahwa etnis asia
cenderung
mengalami depresi
lebih rendah
akibat budaya,
dimana biasanya
salah satu anak
bertanggungjawab
terhadap orang
tua.
Di Karangasem, kondisi
sosial yang sangat
sulit, perhatian
keluarga besar lebih
banyak ditujukan
kepada istri, anak-anak
dan kegiatan adat,
sehingga lansia sering
diabaikan.
Banyak lansia yang ikut
menanggung beban
anak dan cucu
Penghasilan/Depresi
Tetap 1 14,3 X2
p Value
1,24
0,241*
Tidak tetap 67 42,9
Jumlah 68 41,7
Danesh dan Lendeen (2007), pendapatan yang tidak
tetap dengan rata-rata kurang dari standar b.d
depresi1
Strawbridge et al (2002),gangguan pendapatan
berpeluang menderita depresi 2,4 kalI.
Pendapatan yang tidak tetap dan rendah merupakan
faktor risiko terjadinya depresi (Cassel et al,2003;
Mauk, 2010).
Dukungan keluarga/Depresi
Baik 5 6,9 x2
61,60
P value
0,00*
OR:
30,15
(10,96-82,93)
Kurang
63 69,2
Jumlah 68 41,7
Lyness et al (2009) yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan terjadinya depresi (p<0,00 α:0,05;
OR :5,76 ).
Kurangnya dukungan keluarga dapat
menjadi pemicu depresi pada usia lanjut
(Vilhjalmsson,1993).
Dukungan lingkungan/Depresi
Baik 10 12,7 x2 50,59
P value
0,00*
OR
15,39
(6,86-34,55)
Kurang 58 69,0
Jumlah 68 41,7
Robert et al (1997) : Aa hubungan antara dukungan
lingkungan dengan kejadian depresi pada lansia
(p<0,0001; OR:3,24)
Robert (2000) menemukan kembali hubungan
antara dukungan lingkungan dengan depresi
p<0,00(OR:2,68 )
Strawbridge (2002) menyebutkan bahwa lansia yang
memiliki dukungan lingkungan yang kurang dan
bermasalah dengan tetangga berpeluang 1,41
Riwayat Skrening /Depresi
x2
0,36
P value
0,551
 Pernah diskrening 17 37
 Tidak pernah 51 43,7
Jumlah 68 41,7
Berbeda
O’Connor, Whitlock, Gaynes dan Beil (2009) : mengatakan bahwa
skreening sangat berhubungan dengan penurunan kejadian
depresi, sebesar 2,63.
Gilbody et all (2005;2008) dalam laporan UK Screening
Commitiee (2009) Sekrening memberikan dampak terhadap upaya
mengenal depresi OR: 2,6 dan manajemen depresi OR:1,50.
Oyama et al (2010) menjelaskan bahwa skreening dapat
mengurangi depresi dengan meningkatkan follow up dari hasil
sekreening.
Menderita penyakit kronis/Depresi
Ya 46 74,2 X2= 41,27
P Value=0,000*
OR:
10,32
(4,93-21,63)
Tidak 22 21,8
Jumlah 68 41,7
Gool et al (2006) yang mengatakan 17,8 % lansia yang menderita penyakit kronis menderita depresi.
Menurut Jacoby, Oppenheim, Tom, (2008) hampir 25 % lansia
dengan kondisi penyakit kronis menderita depresi.
Menurut Carrington 2003 (dalam Karp dan Reynold, 2009), lansia
yang berumur > 70 dan menderita sakit kronis bepeluang
menderita depresi 10 kali lebih.
Lansia dengan katarak dan gangguan penglihatan lain 53,2 %
menderita depresi, sedangkan yang menderita kesemutan
menahun 83,9 % depresi. Hasil penelitian Dien (2007) lansia yang
Kebiasaan Merokok/Depresi OR
3,54
(1,53-8,18)
Merokok 20 66,7 X2=8,19
P value=0,004*
Tidak merokok 48 36,1
Jumlah 68 41,7
Strawbridge (2002), yang mengatakan
bahwa 16,2 % perokok mengalami depresi.
Peluang perokok menderita depresi 2,23.
Furner et al (2006) melaporkan bahwa 44
% lansia perokok menderita depresi
dengan OR=1,0.
Kebiasaan minum alkohol/Depresi
Minum alkohol 15 75 X2=8,88
P value=0,003*
OR
5,09
(1,75-14,82)
Tidak 53 31,7
Jumlah 68 41,7
Strwabridge (2002), yang menyatakan ada hubungan
antara kebiasaan minum alkohol dengan kejadian
depresi ( p=0,00 (α=0,05); OR:1,03).
Furner et al (2006), juga menemukan bahwa 21 %
menderita depresi sedang dan 24 % penderita
depresi berat adalah peminum alkohol (OR 2,2)
Fergusson,Boden dan Horwood, 2008). Bisa
terjadi alkohol toxic effect (Canada Community
Action on Senior and Alcohol Issues,2003).
Riwayat keluarga menderita depresi
Keluarga depresi 6 75,0 X2= 2,53
P value= 0,68
Tidak depresi 62 40
Jumlah 68 41,7
Sullivan, Neale, Kendler
(2000), Penderita depresi
37% memiliki hubungan
herediter dengan penderita
depresi lainnya. (OR=2,84
kali)
Depresi bersifat familial
disorder.
(Duckworth, 2009).
Memiliki riwayat depresi/Depresi
Ada 32 88,9 X2= 39,8
P value=
0,00
OR
20,22
(6,67-61,29)
Tidak 36 28,3
Jumlah 68 41,7
Lyness et al (2009) dimana
42,4 % depresi ditemukan
pada lansia yang sebelumnya
pernah menderita depresi
OR:3,86.
Depresi yang terjadi pada
lansia sangat berkaitan dengan
riwayat depresi yang pernah
dialami sebelumnya (Canada
Community Action on Senior
and Alcohol Issues,2003).
1. Hidup tidak memuaskan (36,2%)
2. Aktivitas turun (72,4%),
3. Tidak lagi memiliki semangat
sepanjang waktu (79,1 %),
4. Hidup tidak indah (31,3 %),
5. Hidup tidak bahagia (33,7%),
6. Minggu ini perasaannya tidak
paling bahagia (78,5 %),
7. Lebih banyak tinggal di rumah
(82,2%),
8. Merasa tidak berharga (34,4%),
dan
9. Merasa tidak semangat dalam
melakukan kegiatan (41,1 %).
Pernah punya keinginan bunuh diri,
pernah berencana bunuh diri.
Riwayat Pengguna an Obat Tidur
Ya 7 100
0,00**
Tidak 61 39,1
Jumlah 68 41,7
Savard (1999) menemukan bahwa
pemakaian obat tidur berhubungan
dengan kejadian depresi
Penderita depresi 15 % memiliki
riwayat penggunaan obat tidur .
Pemakai obat tidur berpeluang 0,55
kali menderita depresi dibandingkan
dengan yang tidak
Obesitas/Depresi
Obesitas 23 74,2 X2=14,99
P value=0,00*
OR
5,58
(2,3-13,42)
Normal 45 34,1
Jumlah 68 41,7
Menurut Gool et al (2006), penderita obesitas
26,4 % mengalami depresi.
Robert et al (2000) yang mengatakan ada
hubungan antara obesitas dengan kejadian
depresi pada lansia ,dimana 15 % penderita
depresi menderita obesitas (OR=1,9;)
Status ADL /Depresi
Tidak normal 18 69,2 8,33
0,004*
3,92
(1,59-9,65)
Normal 50 36,5
Jumlah 68 41,7
Robert (2000) lansia yang ADL-nya bermasalah
berisiko menderita depresi 3,09 kali
Strawbridge et al (2002) lansia yang ADL-nya kurang
berpeluang mengalami depresi 4,94
Jacoby, Oppenheim, Tom, (2008), 18 % lansia yang
ADL-nya tidak normal menderita depresi.
Pengetahu an depresi Depresi X2 1,304
p value =0,308
n %
Kurang 51 44,7
Baik 17 34,7
Jumlah 68 41,7
Khan et al (2010), yang
mengatakan bahwa
pengetahuan masyarakat
Malaysia tentang depresi (22,1
%) kurang, 29,8 % sedang dan
48,1 % baik.
Lansia di karangasem yang
pengetahuannya tentang depresi
baik namun tetap menderita
depresi sebanyak 34,7%.
WHO (2001) menyebutkan bahwa
depresi banyak terjadi sebagai
justeru akibat ketidak mampuan
tenaga kesehatan dalam
melakukan penanganan depresi
secara tepat.
ALAT UKUR
Beck Inventory Depression
Scale
GDS Long Form
GDS Short Form
ANALISA KEBUTUHAN & SOLUSI
Analisa kebutuhan yang perlu diketahui:
1. Status kesehatan saat ini
2. Pemenuhan kebutuhan dasar
3. Status memenuhi tugas perkembangan
4. Kebutuhan psikologis lansia
5. Kebutuhan spiritual
6. Analisa kebutuhan lain ( masih kerja, pendapatan, asuransi kes,
kepemilikan cadangan dana, kelompok self help, adanya abuse dan
neglect)
Solusi
1. Promotif ( perencanaan
hidup, menambah teman,
mengurangi jam kerja,
aktivitas kelompok, pindah
tinggal, menyiapkan
kehilangan pasangan, self
efficacy).
1. Preventif
a. Primer ( pemenuhan keb dasar, kualitas lingkungan, spiritualitas,
kepemilikan jaminan kesehatan, self help, & dukungan keluarga)
b. Sekunder ( deteksi dini masalah psikologis, fisik dan pananganan yang
tepat)
c. Tersier ( Optimalisasi kemampuan, pencegahan komplikasi)
DEMENTIA
dEFINISI
 Sindrome akibat kerusakan fungsi kognitif /daya ingat yang progresive yang
tmbul sebagai dampak dari kondisi patologis cardiovaskuler an neurologis,
terutama pada daerah lobus frontal.
 Senilis Dementia : Vasculer contdition
 Alzheimer : Neurophatologis condition
Teori terkait dementia
1. Perubahan otak Neutitic plaques dan pemendekatan neurofibri terutama di
kortex ( Joachim & Selkoe,92)
2. Teori Aluminium (Crpper, 73 and Good.92): Kadar alumnium di otak lebih tinggi
pada penderita dementia
3. Neurotransmiter : Kehilangan reseptor seretonin, penurunan acethylcholine dan
acethylcholneserase dan penuruna dari cholin acetyltranferase di hipocmpus dan
kortex.
4. Faktor Genetik “ Familial Alzheimer disease”
5. Vasculer : Stroke,Microinfark, Hipercolesterolemia, lesi serebral
Faktor Risiko
1. Depresi
2. Gangguan elektrolit
3. Defisisiensi nutrisi
4. Gangguan cardiovaskuler
5. Gangguan respiratory
6. Infeksi otak
7. Gangguan metabolic dan endokrine
8. Gangguan sistem otak
9. Penyakit Colagen dan Rheumatoid
10. Komia dan obat-obatan
11. Penyakit akut atau kronis
Manifestasi dementia
1. Tanpa keluhan
2. Lupa nama dan lokasi suatu object
3. Penurunan kemampuan melakukan tugas
4. Penurunan memori dan kalkulasi
5. Gangguan kognitif dan disorientasi waktu dan tempat
6. Ganguuan kognitif diikuti gangguan emosi
7. Gangguan kognitif diikuti gangguan verbal dan psikomotor
Penanganan dg model decision making
1. Kaji situasi terkait pengambilan keputusan
2. Buat konsensus terkait masalah dan kebutuhan
3. Diskusikan potensi yang ada
4. Kesepakatan terjadap rencana
5. Lakukan pendekatan kpada penderita
6. Buat simpulan dari rencana dan peran setiap komponen
Upaya penanganan Depresi Lansia
WHO (2017,2018) dan
SEARO (2012)
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
INDONESIA
PEMERINTAH DAERAH BALI
WHO Policy Brief,
2017
WHO’s Mental Health
Gap Action
Programme (mhGAP)
(2018)
Tidak ada program
khusus untuk
penanganan
depresi lansia
Belum ada program
penanganan depresi
secara khusus maupun
berbasis budaya Bali.
Kesepakatan
pengembangan
kebijakan,
sumberdaya yang
cukup sesuai budaya
dan penguatan sistem
Budaya Bali Tri Hita Karana sebagai
sumber coping yang mempengaruhi
persepsi terhadap stresor (Will,2017),
dalam membentuk proactive coping
untuk mencegah depresi
(Greenglass,2002) pada lansia.
Sidang Tesis, 8 Juli 2011
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)Sulistia Rini
 
Community as Partner.pptx
Community as Partner.pptxCommunity as Partner.pptx
Community as Partner.pptxEgarSamudera2
 
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan SejahteraKB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahterapjj_kemenkes
 
Modul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan
Modul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatanModul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan
Modul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatanpjj_kemenkes
 
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptx
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptxTinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptx
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptxssuserbb0b09
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikKhairulAnwar237
 
Pemijatan bayi sakit dengan akupresur
Pemijatan bayi sakit dengan akupresurPemijatan bayi sakit dengan akupresur
Pemijatan bayi sakit dengan akupresurUFDK
 
Gangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan Dasar
Gangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan DasarGangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan Dasar
Gangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan DasarDesi Ardhina
 
Contoh askep komunitas
Contoh askep komunitasContoh askep komunitas
Contoh askep komunitasDwi Yulien
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyUlfa Pradipta
 
Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluargaImplementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluargawidipta
 
ASKEP LANSIA NEW.pptx
ASKEP LANSIA NEW.pptxASKEP LANSIA NEW.pptx
ASKEP LANSIA NEW.pptxNidaRozarna
 
Keterampilan membina Hubungan Baik
Keterampilan membina Hubungan BaikKeterampilan membina Hubungan Baik
Keterampilan membina Hubungan BaikAsih Astuti
 

What's hot (20)

ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
 
Community as Partner.pptx
Community as Partner.pptxCommunity as Partner.pptx
Community as Partner.pptx
 
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan SejahteraKB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
KB 3 Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
 
Modul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan
Modul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatanModul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan
Modul 3 penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan
 
(2). konsep keperawatan komunitas
(2). konsep keperawatan komunitas(2). konsep keperawatan komunitas
(2). konsep keperawatan komunitas
 
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptx
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptxTinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptx
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptx
 
Konsep keperawatan komunitas
Konsep  keperawatan komunitasKonsep  keperawatan komunitas
Konsep keperawatan komunitas
 
Adaptasi orang tua
Adaptasi orang tuaAdaptasi orang tua
Adaptasi orang tua
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontik
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Pemijatan bayi sakit dengan akupresur
Pemijatan bayi sakit dengan akupresurPemijatan bayi sakit dengan akupresur
Pemijatan bayi sakit dengan akupresur
 
Gangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan Dasar
Gangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan DasarGangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan Dasar
Gangguan keseimbangan suhu tubuh _Keperawatan Dasar
 
Contoh askep komunitas
Contoh askep komunitasContoh askep komunitas
Contoh askep komunitas
 
Askep keluarga-dengan-stroke
Askep keluarga-dengan-strokeAskep keluarga-dengan-stroke
Askep keluarga-dengan-stroke
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluargaImplementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluarga
 
ASKEP LANSIA NEW.pptx
ASKEP LANSIA NEW.pptxASKEP LANSIA NEW.pptx
ASKEP LANSIA NEW.pptx
 
Makalah politik keperawatan
Makalah politik keperawatanMakalah politik keperawatan
Makalah politik keperawatan
 
Keterampilan membina Hubungan Baik
Keterampilan membina Hubungan BaikKeterampilan membina Hubungan Baik
Keterampilan membina Hubungan Baik
 

Similar to MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANSIA.pptx

MENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI - 9 AGS 2022.pptx
MENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI  - 9 AGS 2022.pptxMENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI  - 9 AGS 2022.pptx
MENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI - 9 AGS 2022.pptxariefkurniawan307132
 
Seminar ansietas
Seminar ansietasSeminar ansietas
Seminar ansietassawir ana
 
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Lautan Jiwa
 
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasiGangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasisarah_siregar
 
KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.
KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.
KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.GemmaAyu2
 
Akep kecemasan jiwa
Akep kecemasan jiwaAkep kecemasan jiwa
Akep kecemasan jiwaMepsa Putra
 
slide penyuluhan gangguan mood PDF.pdf
slide penyuluhan gangguan mood PDF.pdfslide penyuluhan gangguan mood PDF.pdf
slide penyuluhan gangguan mood PDF.pdfZiaAmbiya
 
KESEHATAN JIWA REMAJA.ppt
KESEHATAN  JIWA  REMAJA.pptKESEHATAN  JIWA  REMAJA.ppt
KESEHATAN JIWA REMAJA.pptDianPurnama35
 
kesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdf
kesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdfkesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdf
kesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdfAlieMourteza
 

Similar to MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANSIA.pptx (20)

MENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI - 9 AGS 2022.pptx
MENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI  - 9 AGS 2022.pptxMENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI  - 9 AGS 2022.pptx
MENGELOLA STRES MENURUNKAN RISIKO GANGGUAN EMOSI - 9 AGS 2022.pptx
 
Seminar ansietas
Seminar ansietasSeminar ansietas
Seminar ansietas
 
ansietas atau kecemasan 2017
ansietas atau kecemasan 2017ansietas atau kecemasan 2017
ansietas atau kecemasan 2017
 
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
 
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasiGangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
 
KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.
KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.
KESEHATAN JIWA REMAJA PUSKESMAS MANAHAN.
 
Askep ansietas
Askep ansietasAskep ansietas
Askep ansietas
 
Akep kecemasan jiwa
Akep kecemasan jiwaAkep kecemasan jiwa
Akep kecemasan jiwa
 
slide penyuluhan gangguan mood PDF.pdf
slide penyuluhan gangguan mood PDF.pdfslide penyuluhan gangguan mood PDF.pdf
slide penyuluhan gangguan mood PDF.pdf
 
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietasAsuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)
 
Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)
 
METAL HEALTH
METAL HEALTH METAL HEALTH
METAL HEALTH
 
KESEHATAN JIWA REMAJA.ppt
KESEHATAN  JIWA  REMAJA.pptKESEHATAN  JIWA  REMAJA.ppt
KESEHATAN JIWA REMAJA.ppt
 
kesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdf
kesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdfkesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdf
kesehatanjiwaremaja-230622074246-8cf47793 (1).pdf
 
Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)
 
Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)
 
Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANSIA.pptx

  • 2. PENDAHULUAN • Lansia adalah mereka yang berumur > 60 tahun ( UU No 13 1998) • Jumlah meningkat tahun 2020 (11% dari total penduduk ) dengan UHH 68 tahun - 71 th • Aging sebagai proses alamiah yang berakhir pada penurunan berbagai aspek ( fisik, mental, sosial, ekonomi)
  • 3. • Penurunan berbagai aspek kehidupan yang tidak diantisipasi dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah • Masalah mental dan kognitif yang banyak muncul adalah depresi dan dimensia. • Depresi yang tak terkontrol merupakan penyebab bunuh diri terbanyak. • Demensia terjadi akibat depresi dan kondisi patologis pada otak ( Ringan – Berat – Alzeimer)
  • 4.  RISKESDAS tahun 2007;2013;2018 bahwa gangguan mental emosional yang terjadi pada usia 60 tahun keatas 45,5 %.  Masalah psikososial yang sangat berisiko terjadinya gangguan mental perlu juga diatasi seperti : 8,7% mengalami gangguan tidur, 6,6% sulit beradaptasi dengan orang baru, 5,4 % sulit memelihara persahabatan, 6,8% sulit melakukan tanggung jawabnya, dan 8,2% sulit berperan di masyarakat.
  • 5. AT RISK PD LANSIA 1. Biologis Risk : Genetik, usia dan karakteristik biologis (Pender,2002) faktor utama peningkatan serotonin dan terjadi penurunan dopamin dan norandrenalin.
  • 6. 2. Life-Event Risk Kehilangan pekerjaan, penurunan penghasilan, ditinggalkan oleh anak- anak dan kehilangan pasangan hidup
  • 7. 3. Social-Risk Masalah sosial dengan keluarga, tetangga, unit sosial, kelompok agama, organisasi lansia, dan organisasi kemasyarakatan lainnya (Stanhope dan Lancaster,2002). Berisiko mengalami kekerasan dan pengabaian (Maurier dan Smith,2005). Risiko sosial meningkat akibat kurangnya dukungan keluarga dan sosial terhadap lansia akibat pergeseran sosial (Widnya,2008).
  • 8. 4. Life-style risk Perilaku lansia baik pada masa lampau maupun saat ini ( Kebiasaan makan seperti penggunaan gula, garam, makanan tinggi kolesterol, rendah serat, kebiasaan tidur dan aktifitas fisik yang kurang, alkoho; dan rokok (Stanhope dan Lancaster,2002).
  • 9. 5. Economic Risk Pensiun, tidak memiliki perencanaan keuangan, tidak memiliki asuransi, tidak bekerja dan rumah yang tidak layak.
  • 10. KECEMASAN  Kecemasan adalah keadaan emosi seseorang terhadap sesuatu hal yang tidak jelas objeknya, kecemasan sangat berhubungan dengan perasaan ketidakpastian atau ketidakberdayaan. Tingkatan kecemasan :  Kecemasan ringan Kecemasan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan yang menyebabkan tingkat kewaspadaan, kreativitas seseorang meningkat.  Kecemasan sedang Kecemasan yang menyebabkan seseorang lebih memfokuskan pada sesuatu hal dan mengesampingkan yang lain. Individu yang mengalami kecemasan ini masih bisa melakukan hal lain yang terarah.  Kecemasan berat Kecemasan yang membuat lapangan persepsi seseorang menyempit, yang tidak dapat berpikir tentang hal lain dan semua pikirannya ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu yang mengalami kecemasan ini perlu mendapatkan bantuan untuk mengarahkannya berpikir tentang hal lain.  Panik Kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan kendali, persepsi menyimpang, tidak mampu berpikir rasional, dan tidak mampu lagi melakukan seseuatu walaupun dengan pengarahan.
  • 11. TANDA DAN GEJALA KECEMASAN  Respon perilaku : gelisah, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, ketegangan fisik, menarik diri, melarikan diri dari masalah, menghindar  Respon Kognitif : konsentrasi menurun, lupa, hambatan berpikir, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, sangat waspada.  Respon Afektif : sensitif, tidak sabar, ketakutan, gelisah, nervus, teror  Respon fisik : palpitasi, perubahan tekanan darah, napas cepat dangkal, mata berkedip kedip, tremor, insomnia, nafsu makan menurun, mual, diare, sering berkemih, berkeringat seluruh tubuh, gatal-gatal, dan lain-lain
  • 13. KEHILANGAN=LOSS KEHILANGAN KARENA KETIDAKADAAN OBJEK, ORANG, BAGIAN TUBUH ATAU FUNGSINYA, ATAU EMOSIONAL YANG SEBELUMNYA ADA Kehilangan bisa actual atau percieve (persepsi/ fikiran) Kehilangan bisa bersifat maturasi, situasional atau keduanya Perawat harus memahami interpretasi kehilangan dari setiap klien
  • 14. JENIS KEHILANGAN Kehilangan objek external Kehilangan lingkungan yang dikenal Kehilangan orang dekat Kehilangan salah satu aspek diri Kehilangan kehidupan
  • 15. BERDUKA dan Bereavement (Respon kehilangan karena kematian) Martocchio, 1985 Bereavement= Merupakan pengalaman subjektif yang terjadi setelah fase kehilangan dengan orang yang dicintai (Schowalter, 1975) Berduka= sebuah bentuk duka cita yang mempengaruhi fikiran, perasaan dan tingkah laku Berduka dimaksudkan untuk mencapai fungsi yang lebih efektif Merupakan krisis yang membutuhkan waktu untuk penyesuaiannya
  • 16. STRATEGI UNTUK MENGATASI , Worden (1982)  Menerima realita kehilangan  Menerima rasa berduka sebagai sesuatu yang menyakitkan  Sesuaikan ke suatu situasi yang tidak banyak melibatkan orang yang meninggal  Reinvest energi emosi pada hubungan yang baru diperlukan support emphaty perawat
  • 17. KUBLER-ROSS TAHAPAN RESPON SEKARAT (DYING)  Denial  Anger  Bargaining  Depression  Acceptance = menghindari kenyataan, isolai dari informasi akurat, mempertanyakan pengobatan = pada kelurga, perawat, dokter = Ketakungan kehilangan fungsi tubuh, nyeri, ingin merubah prognosa, menerima terapi baru = Mengenali kemungkinan kehilangan, menolak hubungan , berdiam diri, bisa bunuh diri = Menerima kematian, mulai membuat rencana bila suatu saat meninggal
  • 18. IMPLEMENTASI-LOSS Therapeutic Communication Hati-hati ssat memberi support dan meyakinkan Maintenance of Self Esteem Dengarkan, Responsif, Mempertahankan krahasiaan Promotion of Return to Life activities Berpartisispasi untuk membuat keputusan ttg kehidupan selanjutnya
  • 19. Implementasi – Dying Client Promotion of comfort Maintenance of independence Mencegah Kesepian dan Isolasi Promotion of Spiritual comfort Support pd keluarga
  • 21. LATAR BELAKANG Fenomena terjadi pada anggota keluarga Bentuk berupa kekerasan emosi dan fisik yang mengenai anak, istri dan lanjut usia Pemahaman tentang kekerasan berbeda pada setiap keluarga Jarang terlaporkan Sebagai rahasia keluarga Penyebab bunuh diri, pembunuhan dan gangguan prilaku dan tumbuh kembang dan perceraian
  • 22. PENGERTIAN Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu prilaku kekerasan yang terjadi dalam lingkup anggota keluarga baik keluarga inti maupun keluarga besar, yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki otoritas terhadap sub ordinatnya.
  • 23. SASARAN Sasaran yang terkekena adalah mereka yang lemah : anak, istri dan orang tua, sebagai akibat adanya interaksi faktor kepribadian, demographic, situasional dan faktor sosial
  • 24. KARAKTERISTIK DARI KEKERASAN Multigenerational transmission ( kekerasan prilaku dan problem solving ) Social isolation ( secret of family) Penyalahgunaan kekuasaan Penyalahgunaan obat, alkohol Prilaku dasar yang negative
  • 26. MITOS KEKERASAN Kekerasan cenderung terjadi pada masyarakat kelas sosial bawah Terjadi pada anggota keluarga dekat Kekerasan bisa dikurangi dengan perpisahan Alkohol, stress dan penyakit mental dapat menjadi penyebab kekerasan Hanya terjadi pada pasangan heterosexual Selama kehailan kekerasan pada istri kurang Banyak wanita ketika mengalami kekerasan mencoba untuk tidak melapor, tidak mencari bantuan untuk mengatasi
  • 27. RESPON TERHADAP KEKERASAN Fisik ( sakit kepala, ggn menstruasi, penyakit kronis, ggn digestivve dan pola tidur ) Prilaku ( kelemahan, ketakutan, alkoholisme, perpisahan ) Psikologis ( penyembunyian, kesulitan melakukan pemecahan masalah, depresi, ggn self esteem)
  • 28. PENCEGAHAN Pencegahan primer (memperbaiki norma nilai yang mendukung tjd kekerasan ) Pencegahan skunder ( identifikasi keluarga yg berisiko mengalami kekerasan
  • 30. Depresi adalah masalah kesehatan mental yang paling banyak ditemukan pada usia >60 th (WHO,2017) Depresi lebih banyak ditemukan berupa gejala somatik (Kleinman,2010; Brailean,2016;Andrews,2017) Kontribusi faktor risiko (Kleinman,2010) Depresi pada lansia Sebagai konsekwesi negatif proses menua(Hunt,2007) Faktor lingkungan seperti trauma dalam keluarga (WHO,2017) Depresi adalah masalah kesehatan mental yang paling banyak ditemukan pada usia >60 th (WHO,2017) Depresi lebih banyak ditemukan sebagai gejala somatik (Kleinman,2010; Brailean,2016;Andrews,2017) Kontribusi faktor risiko (Kleinman,2010) Sebagai konsekwesi negatif proses menua (Hunt,2007) Faktor Budaya (WHO,2017)
  • 31. Budaya yang behubungan dengan depresi Pola interaksi keluarga (WHO,2017) Budaya agraris ke industri/Individual ( Astawa & Sedana,2017 ) Kegagalan mengantisipasi perubahan budaya (Widnya,2008) Rendahnya religiusitas ( Kurihara et.al,2009)
  • 32. WHO,2017, 7% Yaka,2014, 10.30% Amerika, 8.40% Eropa, 10.90% Asia, 4.20% China, 18.10% Afrika, 40% Indonesia,2013, 72.80% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% DEPRESI Indonesia,2013 Afrika China Asia Eropa Amerika Yaka,2014 WHO,2017 Prevalensi Depresi Lansia di Dunia Sumber : Riskesdas (2013). Yaka (2014), WHO,2017
  • 33. Prevalensi Depresi pada Lansia Riskesdas, 2007;2013, 15.90% Riskesdas, 2007;2013, 23.20% Riskesdas, 2007;2013, 33.70% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 55-64 th 65-74 th >75 th Riskesdas,… Sumber : Riskesdas (2007 dan 2013) hal 3 & 4 72.80 %
  • 34. Perbandingan Masalah Mental Emosional( Depresi) Indonesia Vs Bali Indonesia, 11.60% Indonesia, 6% Bali, 9.50% Bali, 2.40% Depresi Depresi Bali Indonesia 2007 Sumber : Riskesdas (2007 dan 2013) 2013
  • 35. Sebaran Depresi di Bali Bangli, 15.30% Bangli, 12.60% Buleleng, 25.90% Buleleng, 0 3.70% 0 Gianyar, 5.80% Gianyar, 0.50% 9.50% 0 6.20% 0 Depresi 2007 Depresi 2013 Badung Bangli Buleleng Denpasar Gianyar Jembrana Karangasem Klungkung Sumber : Riskesdas (2007 dan 2013)
  • 36. Depresi pada Kelompok Umur Lansia di Bali 55-64th, 4.60% 65-74 th, 9.50% >75 th, 19% Total, 33% 0.00% 5.00% 10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00% Depresi Total >75 th 65-74 th 55-64th Sumber : Riskesdas (2013)
  • 37. Study Depresi Pada Lansia di Bali Jembrana 2013, 40% Badung,2015, 24.40% Gianyar,2016, 23.30% 0% 10% 20% 30% 40% 50% Riset Depresi Gianyar,2016 Badung,2015 Jembrana 2013 Sumber : Gama dkk(2013); Prabhaswari dkk.(2015) dan Aryawangsa dkk.(2016)
  • 38. Ciri Khas Depresi lansia 1. Lebih dominan gejala kognitive dan fisik 2. Apatis 3. Rasa sepi, kehilangan aya tarik, dan mengindari aktivitas sosial 4. Hypersomnia 5. Anoreksia dan weight loss 6. Sedikit bicara ttg bunuh diri tetapi langng melakukan.
  • 39. DEPRESI DAN BUNUH DIRI  Peristiwa bunuh diri pada lansia berawal dari pengabaian dan kekerasan oleh keluarga thd lansia  Bentuk penyebab: kesibukan, ggn perkawinan, penyakit pada lansia, kemiskinan , ketergantungan lansia dan gg hub ortu anak)
  • 40. AGENT BAKTERI,VIRUS,JAMUR,FISIK,KIMIA. PSIKOLOGIS HOST (LANSIA) ( BIOLOGIS, PRILAKU ) KOPING MEKANISME Regulator ( Mekanisme sistem neuro endokrine) Conator ( persepsi) STIMULI ADAPTATION Focal stimuli BIOLOGIS ( penuruann fungsi tubuh, ggn pemenuhan ADL, penurunan income, penurunan sosial related aging process) Contextual stimuli ( dukungan sosial ) Residual Stimuli ( Ekonomi) FUNGSI PSIKOLOGIS KOPING MALADAPTIF ADAPTIVE AND INEFFECTIVE RESPONSE DEPRESI BUNUH DIRI LIFE EVENT APLIKASI AT RISK LANSIA BUNUH DIRI LINGKUNGAN LIFE STYLE
  • 41. FAKTA TERKAIT DEPRESI PADA LANSIA
  • 42. Variabel Jumlah Persentase n % Kejadian Depresi Depresi 68 41,7 Tidak Depresi 95 58,3 Tingkat depresi Ringan/ Normal 95 58,3 Depresi Sedang 38 23,3 Depresi berat 30 18,4 Distribusi tingkat dan kejadian depresi serta pengetahuan
  • 43. Prevalensi depresi pada lansia di Kecamatan Karangasem cukup tinggi ( Dewi dkk (2007), sebesar 6,5 %. Evans dan Mottram, (2000), Dharmono, (2008), Lyness et al (2009), yang rata-rata mengungkapkan prevalensi depresi di komunitas sekitar 10-15 %. Hasil penelitian ini sesuai asumsi WHO (2001) ; 30 % lansia yang ada di komunitas menderita depresi, Wirasto dan Tri (2007), pd penelitian yang dilakukan selama enam bulan di Jogjakarta menemukan prevalensi depresi sebesar 56,4 %, Stek (2006) depresi lansia di komunitas Belanda yakni sebesar 39,7 % (Chang, Xue, Dong, Zhen, Rong, dan Xiu, 2010). Karena proses menua dan timbulnya konsekwensi negatif akibat menua ( Miller, 1995), sehingga lansia memiliki risiko tinggi mengalami depresi (Allender dan Spraley,2005).
  • 44. Kelamin/Depresi Laki-laki 26 39,4 Perempuan 42 43,3 Jumlah 68 41,7 Kim et al (2009), proporsi wanita depresi 20,9 % dibanding pria 9,2 % (p<0,001; α:0,05) Danesh dan Landeen (2007) Depresi pada lansia umur 54- 64 tahun lebih banyak Dampak penurunan kadar estrogen ,keseimbangan emosi (Culbertson,1997). Penurunan self esteem, , masalah keluarga (Jacoby, Oppenheime dan Tom, 2008). Perempuan Bali seperti yang dikemukakan oleh Santi (2005), merupakan sosok pribadi yang sangat kuat. Perempuan terlahir dengan peran dan tanggung jawab yang besar, baik dalam melaksanakan tugas pribadi, keluarga, sosial maupun keagamaan.
  • 45. Pendidikan/Depresi x2 27,41 P Value 0,00* OR Sekolah 12 17,4 Tidak sekolah 56 59,6 7,00 (3,32-14,77) Jumlah 68 41,7 Strawbridge et al (2001), 8,7 % lansia yang berpendidikan < 12 tahun menderita depresi OR: 2,01. Pendidikan merupakan modal pengembangan kognitif,mediator antara suatu kejadian dan mood (Beck et al,1997 dalam Stewart,2004).
  • 46. Pernikahan/Depresi X2 P Value 15,24 0,00* OR 3,84 (1,98-7,44) Menikah 21 25,9 % Tidak menikah 47 57,3 % Jumlah 68 41,7 % Wirasto, Ronny dan Tri tidak menikah mengalami depresi lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menikah. Danesh dan Landeen (2007) Ada hub tdk menikah dg depresi. Robert et al (2000) menyebutkan bahwa 12,5 tidak menikah, Lansia yang masih memiliki pasangan akan memiliki tempat untuk saling berbagi dan mendukung.
  • 47. Status kerja/Depresi x2 20,73 P value 0,00 Bekerja 25 26,3 OR 4,82 (2,46-9,43) Tidak bekerja 43 63,2 Jumlah 68 41,7 Chun,Takeuchi, Myers dan Siddart (2005), yang menyebutkan bahwa 18,7 % lansia yang tidak bekerja mengalami depresi. Beljouw et al (2010) menemukan adanya hubungan yang bermakna antara tidak bekerja dengan kejadian Menurut Sidik, Zulkefli dan Shah (2003), lansia yang tidak bekerja 20,8% menderita depresi dan peluang mengalami depresi pada lansia yang tidak bekerja hampir 3 kali
  • 48. Satus Tinggal/Depresi Keluarga inti 19 24,1 x2 18,29 P value 0,00* OR Keluarga besar 49 58,3 4,42 (2,25-8,68) Jumlah 68 41,7 (Thompson, 2001). Sidik, Zulkefli dan Shah (2003), lansia yang tinggal dengan keluarga besar ataupun sendiri 36,4% menderita depresi OR:2,85. Pada keluarga besar namun ekonominya kurang, keluarga mengutamakan menggunakan uang untuk istri dan anak-anaknya dibanding orang tuanya (Pei, Xiaomei )Hui,2009). Stewart et al, (2004), yang mengatakan bahwa etnis asia cenderung mengalami depresi lebih rendah akibat budaya, dimana biasanya salah satu anak bertanggungjawab terhadap orang tua. Di Karangasem, kondisi sosial yang sangat sulit, perhatian keluarga besar lebih banyak ditujukan kepada istri, anak-anak dan kegiatan adat, sehingga lansia sering diabaikan. Banyak lansia yang ikut menanggung beban anak dan cucu
  • 49. Penghasilan/Depresi Tetap 1 14,3 X2 p Value 1,24 0,241* Tidak tetap 67 42,9 Jumlah 68 41,7 Danesh dan Lendeen (2007), pendapatan yang tidak tetap dengan rata-rata kurang dari standar b.d depresi1 Strawbridge et al (2002),gangguan pendapatan berpeluang menderita depresi 2,4 kalI. Pendapatan yang tidak tetap dan rendah merupakan faktor risiko terjadinya depresi (Cassel et al,2003; Mauk, 2010).
  • 50. Dukungan keluarga/Depresi Baik 5 6,9 x2 61,60 P value 0,00* OR: 30,15 (10,96-82,93) Kurang 63 69,2 Jumlah 68 41,7 Lyness et al (2009) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya depresi (p<0,00 α:0,05; OR :5,76 ). Kurangnya dukungan keluarga dapat menjadi pemicu depresi pada usia lanjut (Vilhjalmsson,1993).
  • 51. Dukungan lingkungan/Depresi Baik 10 12,7 x2 50,59 P value 0,00* OR 15,39 (6,86-34,55) Kurang 58 69,0 Jumlah 68 41,7 Robert et al (1997) : Aa hubungan antara dukungan lingkungan dengan kejadian depresi pada lansia (p<0,0001; OR:3,24) Robert (2000) menemukan kembali hubungan antara dukungan lingkungan dengan depresi p<0,00(OR:2,68 ) Strawbridge (2002) menyebutkan bahwa lansia yang memiliki dukungan lingkungan yang kurang dan bermasalah dengan tetangga berpeluang 1,41
  • 52. Riwayat Skrening /Depresi x2 0,36 P value 0,551  Pernah diskrening 17 37  Tidak pernah 51 43,7 Jumlah 68 41,7 Berbeda O’Connor, Whitlock, Gaynes dan Beil (2009) : mengatakan bahwa skreening sangat berhubungan dengan penurunan kejadian depresi, sebesar 2,63. Gilbody et all (2005;2008) dalam laporan UK Screening Commitiee (2009) Sekrening memberikan dampak terhadap upaya mengenal depresi OR: 2,6 dan manajemen depresi OR:1,50. Oyama et al (2010) menjelaskan bahwa skreening dapat mengurangi depresi dengan meningkatkan follow up dari hasil sekreening.
  • 53. Menderita penyakit kronis/Depresi Ya 46 74,2 X2= 41,27 P Value=0,000* OR: 10,32 (4,93-21,63) Tidak 22 21,8 Jumlah 68 41,7 Gool et al (2006) yang mengatakan 17,8 % lansia yang menderita penyakit kronis menderita depresi. Menurut Jacoby, Oppenheim, Tom, (2008) hampir 25 % lansia dengan kondisi penyakit kronis menderita depresi. Menurut Carrington 2003 (dalam Karp dan Reynold, 2009), lansia yang berumur > 70 dan menderita sakit kronis bepeluang menderita depresi 10 kali lebih. Lansia dengan katarak dan gangguan penglihatan lain 53,2 % menderita depresi, sedangkan yang menderita kesemutan menahun 83,9 % depresi. Hasil penelitian Dien (2007) lansia yang
  • 54. Kebiasaan Merokok/Depresi OR 3,54 (1,53-8,18) Merokok 20 66,7 X2=8,19 P value=0,004* Tidak merokok 48 36,1 Jumlah 68 41,7 Strawbridge (2002), yang mengatakan bahwa 16,2 % perokok mengalami depresi. Peluang perokok menderita depresi 2,23. Furner et al (2006) melaporkan bahwa 44 % lansia perokok menderita depresi dengan OR=1,0.
  • 55. Kebiasaan minum alkohol/Depresi Minum alkohol 15 75 X2=8,88 P value=0,003* OR 5,09 (1,75-14,82) Tidak 53 31,7 Jumlah 68 41,7 Strwabridge (2002), yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan minum alkohol dengan kejadian depresi ( p=0,00 (α=0,05); OR:1,03). Furner et al (2006), juga menemukan bahwa 21 % menderita depresi sedang dan 24 % penderita depresi berat adalah peminum alkohol (OR 2,2) Fergusson,Boden dan Horwood, 2008). Bisa terjadi alkohol toxic effect (Canada Community Action on Senior and Alcohol Issues,2003).
  • 56. Riwayat keluarga menderita depresi Keluarga depresi 6 75,0 X2= 2,53 P value= 0,68 Tidak depresi 62 40 Jumlah 68 41,7 Sullivan, Neale, Kendler (2000), Penderita depresi 37% memiliki hubungan herediter dengan penderita depresi lainnya. (OR=2,84 kali) Depresi bersifat familial disorder. (Duckworth, 2009).
  • 57. Memiliki riwayat depresi/Depresi Ada 32 88,9 X2= 39,8 P value= 0,00 OR 20,22 (6,67-61,29) Tidak 36 28,3 Jumlah 68 41,7 Lyness et al (2009) dimana 42,4 % depresi ditemukan pada lansia yang sebelumnya pernah menderita depresi OR:3,86. Depresi yang terjadi pada lansia sangat berkaitan dengan riwayat depresi yang pernah dialami sebelumnya (Canada Community Action on Senior and Alcohol Issues,2003). 1. Hidup tidak memuaskan (36,2%) 2. Aktivitas turun (72,4%), 3. Tidak lagi memiliki semangat sepanjang waktu (79,1 %), 4. Hidup tidak indah (31,3 %), 5. Hidup tidak bahagia (33,7%), 6. Minggu ini perasaannya tidak paling bahagia (78,5 %), 7. Lebih banyak tinggal di rumah (82,2%), 8. Merasa tidak berharga (34,4%), dan 9. Merasa tidak semangat dalam melakukan kegiatan (41,1 %). Pernah punya keinginan bunuh diri, pernah berencana bunuh diri.
  • 58. Riwayat Pengguna an Obat Tidur Ya 7 100 0,00** Tidak 61 39,1 Jumlah 68 41,7 Savard (1999) menemukan bahwa pemakaian obat tidur berhubungan dengan kejadian depresi Penderita depresi 15 % memiliki riwayat penggunaan obat tidur . Pemakai obat tidur berpeluang 0,55 kali menderita depresi dibandingkan dengan yang tidak
  • 59. Obesitas/Depresi Obesitas 23 74,2 X2=14,99 P value=0,00* OR 5,58 (2,3-13,42) Normal 45 34,1 Jumlah 68 41,7 Menurut Gool et al (2006), penderita obesitas 26,4 % mengalami depresi. Robert et al (2000) yang mengatakan ada hubungan antara obesitas dengan kejadian depresi pada lansia ,dimana 15 % penderita depresi menderita obesitas (OR=1,9;)
  • 60. Status ADL /Depresi Tidak normal 18 69,2 8,33 0,004* 3,92 (1,59-9,65) Normal 50 36,5 Jumlah 68 41,7 Robert (2000) lansia yang ADL-nya bermasalah berisiko menderita depresi 3,09 kali Strawbridge et al (2002) lansia yang ADL-nya kurang berpeluang mengalami depresi 4,94 Jacoby, Oppenheim, Tom, (2008), 18 % lansia yang ADL-nya tidak normal menderita depresi.
  • 61. Pengetahu an depresi Depresi X2 1,304 p value =0,308 n % Kurang 51 44,7 Baik 17 34,7 Jumlah 68 41,7 Khan et al (2010), yang mengatakan bahwa pengetahuan masyarakat Malaysia tentang depresi (22,1 %) kurang, 29,8 % sedang dan 48,1 % baik. Lansia di karangasem yang pengetahuannya tentang depresi baik namun tetap menderita depresi sebanyak 34,7%. WHO (2001) menyebutkan bahwa depresi banyak terjadi sebagai justeru akibat ketidak mampuan tenaga kesehatan dalam melakukan penanganan depresi secara tepat.
  • 62. ALAT UKUR Beck Inventory Depression Scale GDS Long Form GDS Short Form
  • 63. ANALISA KEBUTUHAN & SOLUSI Analisa kebutuhan yang perlu diketahui: 1. Status kesehatan saat ini 2. Pemenuhan kebutuhan dasar 3. Status memenuhi tugas perkembangan 4. Kebutuhan psikologis lansia 5. Kebutuhan spiritual 6. Analisa kebutuhan lain ( masih kerja, pendapatan, asuransi kes, kepemilikan cadangan dana, kelompok self help, adanya abuse dan neglect)
  • 64. Solusi 1. Promotif ( perencanaan hidup, menambah teman, mengurangi jam kerja, aktivitas kelompok, pindah tinggal, menyiapkan kehilangan pasangan, self efficacy).
  • 65. 1. Preventif a. Primer ( pemenuhan keb dasar, kualitas lingkungan, spiritualitas, kepemilikan jaminan kesehatan, self help, & dukungan keluarga) b. Sekunder ( deteksi dini masalah psikologis, fisik dan pananganan yang tepat) c. Tersier ( Optimalisasi kemampuan, pencegahan komplikasi)
  • 67. dEFINISI  Sindrome akibat kerusakan fungsi kognitif /daya ingat yang progresive yang tmbul sebagai dampak dari kondisi patologis cardiovaskuler an neurologis, terutama pada daerah lobus frontal.  Senilis Dementia : Vasculer contdition  Alzheimer : Neurophatologis condition
  • 68. Teori terkait dementia 1. Perubahan otak Neutitic plaques dan pemendekatan neurofibri terutama di kortex ( Joachim & Selkoe,92) 2. Teori Aluminium (Crpper, 73 and Good.92): Kadar alumnium di otak lebih tinggi pada penderita dementia 3. Neurotransmiter : Kehilangan reseptor seretonin, penurunan acethylcholine dan acethylcholneserase dan penuruna dari cholin acetyltranferase di hipocmpus dan kortex.
  • 69. 4. Faktor Genetik “ Familial Alzheimer disease” 5. Vasculer : Stroke,Microinfark, Hipercolesterolemia, lesi serebral
  • 70. Faktor Risiko 1. Depresi 2. Gangguan elektrolit 3. Defisisiensi nutrisi 4. Gangguan cardiovaskuler 5. Gangguan respiratory 6. Infeksi otak 7. Gangguan metabolic dan endokrine 8. Gangguan sistem otak 9. Penyakit Colagen dan Rheumatoid 10. Komia dan obat-obatan 11. Penyakit akut atau kronis
  • 71. Manifestasi dementia 1. Tanpa keluhan 2. Lupa nama dan lokasi suatu object 3. Penurunan kemampuan melakukan tugas 4. Penurunan memori dan kalkulasi 5. Gangguan kognitif dan disorientasi waktu dan tempat 6. Ganguuan kognitif diikuti gangguan emosi 7. Gangguan kognitif diikuti gangguan verbal dan psikomotor
  • 72. Penanganan dg model decision making 1. Kaji situasi terkait pengambilan keputusan 2. Buat konsensus terkait masalah dan kebutuhan 3. Diskusikan potensi yang ada 4. Kesepakatan terjadap rencana 5. Lakukan pendekatan kpada penderita 6. Buat simpulan dari rencana dan peran setiap komponen
  • 73. Upaya penanganan Depresi Lansia WHO (2017,2018) dan SEARO (2012) KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA PEMERINTAH DAERAH BALI WHO Policy Brief, 2017 WHO’s Mental Health Gap Action Programme (mhGAP) (2018) Tidak ada program khusus untuk penanganan depresi lansia Belum ada program penanganan depresi secara khusus maupun berbasis budaya Bali. Kesepakatan pengembangan kebijakan, sumberdaya yang cukup sesuai budaya dan penguatan sistem Budaya Bali Tri Hita Karana sebagai sumber coping yang mempengaruhi persepsi terhadap stresor (Will,2017), dalam membentuk proactive coping untuk mencegah depresi (Greenglass,2002) pada lansia.
  • 74. Sidang Tesis, 8 Juli 2011 TERIMA KASIH