SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
126
Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014
HIV/AIDS pada Anak
Huriati
Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Jl. St. Alauddin No.36 Samata, Gowa, Sulawesi Selatan
Email; huriatiners@gmail.com
Abstrak
Jurnal ini merupakan kajian pustaka mengenai penyakit HIV/AIDS pada anak.
Jurnal kajian pustaka ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pembaca tentang bagaimana HIV/AIDS yang terjadi pada anak. HIV/AIDS
yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat kehamilan,
ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat terjadi akibat
pelecehan seksual pada anak. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan
darah untuk mendeteksi virus HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu
sebelum dan setelah umur 18 bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV
pada anak akibat transmisi maternal yaitu dengan sectio caesaria.
Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan ART, namun
juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase
pertumbuhan. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat
dikategorikan sebuah takdir dari pencipta, sehingga perlu kesabaran.
Keywords : HIV/AIDS, anak, transmisi.
I. Latar Belakang
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006:3), pola
penularan HIV pada pasangan seksual berubah pada saat ditemukan kasus
seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang
dilahirkan ternyata juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan
pola penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayiyang dikandungnya. Halserupa
digambarkan dari hasil survey pada tahun 2000 dikalangan ibu hamil di Provinsi
Riau dan Papua yang memperoleh angka kejadian infeksi HIV 0,35% dan 0,25%.
Sedangkan hasil tes suka rela pada ibu hamil diDKI Jakarta ditemukan infeksi HIV
sebesar 2,86%. Berbagai data tersebut membuktikan bahwa epidemi AIDS telah
masuk kedalam keluarga yang selama ini dianggap tidak mungkn tertular infeksi.
Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak
yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360
anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini
diperkirakan 2320 anak yang terinfeksi HIV. Anak yang didiagnosis HIV juga
127
SulesanaVolume 9 Nomor 2 Tahun 2014
akan menyebabkan terjadinya trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya.
Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian
kasih sayang,dan sebagainya dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak
(Nurs dan Kurniawan, 2013:161).Hal tersebut menyebabkan beban negara
bertambah dikarenakan orang yangterinfeksi HIV telah masuk kedalam tahap
AIDS, yang ditularkan akibat hubungan Heteroseksual sebesar 36,23%.
Permasalahan bukan hanya sekedar pada pemberian terapi anti retroviral (ART),
tetapi juga harus memperhatikan permasalahn pencegahan penularan walaupun
sudah mendapat ART (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006:7).
Berdasarkan uraian masalah di atas maka, perlu dikakukan pembahasan
tentang penularan HIV/AIDS pada Anak, sehingga hal ini dapat menjadi upaya
promotif dan preventif.
II. Tujuan Penulisan
A. Mengetahui proses penularan HIV pada Anak.
B. Mengetahui cara Diagnosis HIV/AIDS pada Anak.
C. Mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS pada anak.
D. Mengetahui penatalaksanan HIV/AIDS pada Anak.
E. Mengetahui pandangan Islam tentang HIV/AIDS pada Anak.
III. Tinjauan Pustaka
A. Proses Penularan HIV pada Anak
Lahirnya Millenium Development Goals tahun 2000 di New York merupakan
komitmen pemimpin dunia untuk mempercepat pembangungan manusia dan
pemberantasan kemiskinan. Namun di Indonesia, tujuan MDGs dikembangkan
dan diklasifikasikan menjadi delapan, antara lain: menurunkan angkan kematian
anak serta memerangi HIV/AIDS (Indriyani, Dian dan Asmuji, 2014:18).
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak).
Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko
penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai
0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada gejala pada ibu
kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses persalinan
melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses
kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa
dicegah dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode
postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar
10% (Nurs dan Kurniawan, 2013:161).
B. Diagnosis HIV/AIDS pada Anak
128
Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014
Bayi tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama
periode neonatal. Penyakit penan da AIDS tersering yang ditemukan pada anak
adalah pneumonia yang disebabkan pneumocystis cranii, gejala umum yang
ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang,
kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali (pembesaran pada hepar
dan lien). Karena antibodi ibu bisa dideteksi pada bayi sampai berumur 18 bulan.
Maka tes ELISA dan western blot akan postif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV
karena tes ini berdasarkan ada atau tidaknya antibodi pada HIV. Tes paling
spesifik untuk mengidentifikasi adalah PCR untuk DNA HIV. Kultur HIV yang
positif juga mennjukkan pasien terinfeksi HIV. Untuk pemeriksaan PCR, bayi
harus dilakukan pengambilan sampel darah untuk dilakukan tes PCR pada dua
waktu yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat berusia 1 bulankarena tes
ini kurang sensitif selama 1 bulan setelah lahir. CDC merekomendasikan
pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang pada saat bayi berusia 4 bulan. Jika tes
ini negatif, maka bayi tidak terinfeksi HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah
bayi disapih. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa dilakukan pada bayi
bila tidak tersedia sarana pemeriksaan yang lain. Anaak-anak berusia lebih dari 18
bulan bisa didiagnosis dengan menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium. Anak denagn HIV sering mengalami infeksi bakteri,
gagal tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang,
sariawan pada mulut dan faring. Anak usia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis
dengan ELISA dan tes konfirmasi lain seperti pada dewasa. Terdapat dua
klasifikasi yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bayi dan anak dengan HIV
yaitu menurut CDC dan WHO(Nurs dan Kurniawan, 2013:163).
C. Pencegahan HIV/AIDS pada Anak
Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara, mulai saat
hamil, saat melahirkan dan setelah lahir yaitu: penggunaan antiretroviral selama
kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru
dilahirkan, penggunaan obstetrik selama selama persalinan, penatalksanaan
selama menyusui. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah
sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV. Persalinan sebaiknya dipilih dengan metode sectio caecaria
karena terbukti mengurangi resiko risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai
80%.walaupuncaesaria. demikian bedah caesar juga memiliki risiko penularan HIV
dari ibu kebayi sampai 80%. Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan terapi
antiretroviral, maka risiko dapat ditirinkan sampai 87%. Walaupun demikian
bedah caesar juga mempunyai risiko karena imunitas ibuyang rendah sehingga
bisa terjadi keterlambatan penyembuhan luka, bahkan bisa terjadi kematian saat
operasi oleh karena itu persalinan pervaginam dan sectio caecaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain. Namun jika
melahirkan dengan pervaginam maka beberapa tindakan harus dihindari untuk
meminimalisir risiko, seperti terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau
memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap (Nurs dan Kurniawan,
2013:165).
D. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Anak
129
SulesanaVolume 9 Nomor 2 Tahun 2014
1. Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS
Prinsip pemberian ART pada anak hampir sama dengan dewasa,
tetapi pemberian ART pada anakmemerlukan perhatian khusus tentang dosisi
dan toksisitasnya. Pada bayi, sistem kekebalannya mulai dibentuk dan
berkembang selama beberapa tahun pertama. Efek obat pada bayi dan anak
juga akan berbeda dengan orang dewasa (Nurs dan Kurniawan, 2013:168).
Pedoman pengobatan HIV/AIDS pada Anak menurut (Departemen
Kesehatan Indonesia: Direktotat Jendran Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2008:35) yaitu Rejimen Lini pertama yang
direkomendasikan adalah 2 Nucleosida Reverse Transkriptase Inhibitor (NRTI) + 1
Non Nucleosida Reverse Transkriptase Inhibitor (NNRTI):
2. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS
a. Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS
Pemberian Nutrisi pada bayi dan anakdengan HIV/AIDS tidak
berbeda dengan anak yang sehat, hanya saja asupan kalori dan proteinnya
perlu ditingkatkan. Selain itu perlu juga diberikan multivitamin, dan
antioksidan untuk mempertahankan kekebalan tubuh dan menghambat
replikasi virus HIV. sebaiknya dipilih bahan makanan yang risiko
alerginya rendah dan dimasak dengan baik untuk mencegah infeksi
oportunistik. Sayur dan buah-buahan juga harus dicuci dengan baik dan
sebaiknya dimasak sebelum diberikan kepada anak. Pemberian (Nurs dan
Kurniawan, 2013:167).
b. Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS
Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma emosi yang
mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat
dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Orang tua memerlukan
waktu untuk mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan,
perasaan berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Anak perlu
diberikan dukungan terhadap kehilangan dan perubahan mencaku (1)
memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga untuk
membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan keluarga, (2)
membangkitkan harga diri anak serta keluarganya dengan melihat
keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah, (3)
menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya, (4)
mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat
mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain (Nurs dan
Kurniawan, 2013:169).
E. Pandangan Islam tentang HI/AIDS pada Anak
Menurut Abdulloh, Abu Isa (2014) Salah satu yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan di Dunia ini adalah takdir. Sama halnya ketika seorang anak
mendapat penularan HIV dari sang ibu yang menderita AIDS, sehingga hal itu
dapat dikatakan sebuah takdir dari Allah SWT. Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
130
Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014
“Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat
itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah.
Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk
menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan
sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah rezekinya?
Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya”. (Shahih
Muslim No.4785).
IV. Penutup
A. Kesimpulan
1. HIV/AIDS yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat
kehamilan, ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat
terjadi akibat pelecehan seksual pada anak.
2. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus
HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah umur 18
bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV pada anak akibat transmisi
maternal yaitu dengan sectio caesaria.
3. Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan ART, namun
juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase
pertumbuhan.
4. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat dikategorikan
sebuah takdir dari penipta, sehingga perlu kesabaran.
B. Saran
Transmisi penularan HIV pada anak disominasi akibat penularan dari ibu
ke anak, sehingga untuk memutuskan mata rantai HIV pada anak, peranan
berbagai tim kesehatan sangat mengingat anak sebagai generasi lanjutan yang
sangat diperlukan untuk berlangsungnya proses regenerasi, sehingga tim
kesehatan terkhususnya, harus memberikan perhatian khusus pada kasus
tersebut. Salah satu upaya nyata adalah memberikan edukasi kepada masyarakat
luas, terutama ibu hamil agar malakukan pemeriksaan deteksi HIV. Dan
mengkonsumsi ART apabila positif HIV. Serta Sectio Caesaria saat partus.
DAFTAR PUSTAKA
131
SulesanaVolume 9 Nomor 2 Tahun 2014
Abdulloh, Abu Isa. Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh
Hafizhohulloh. http://muslim.or.id (2 November 2014).
Departemen Kesehatan Indonesia: Direktotat Jendran Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral pada anak di indonesia. Jakarta:DepkeS RI, 2008.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS.
Jakarta:Depnakertrans,2005.
Hasdianah, dkk. Imunologi Diagnosis dan Tekhnik Biologi Molekuler. Yokyakarta: Nuha
Medika, 2014.
Indriyani, Dian dan Asmuji. Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya Promotif dan
Preventif dalam menurunkan angka kematian Ibu dan Anak. Yokyakarta: Ar-Ruzz
Media,2014.
Nurs, Nursalam, M. Dan Ninuk Dian Kurniawati. Asuhan Keperawatan pada Pasien
terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika, 2007.
-------. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika,
2013.

More Related Content

Similar to HIV/AIDS Anak

Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdfPedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdfElytaSuartika
 
Persentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakPersentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakAulia Amani
 
baru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptx
baru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptxbaru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptx
baru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptxAbarhamMartadiansyah1
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxNurMeirita
 
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptx
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptxPeran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptx
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptxIRFANPERMANA7
 
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptxab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptxAbarhamMartadiansyah1
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Kesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdfKesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdfNorma Gladme Rambe
 
Kesehatan Anak Dan Balita.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita.pdfKesehatan Anak Dan Balita.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita.pdfDrScatter
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxdennisetiawan022
 

Similar to HIV/AIDS Anak (20)

imunisasi 1.doc
imunisasi 1.docimunisasi 1.doc
imunisasi 1.doc
 
Pedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 finalPedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 final
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
Pedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIAPedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIA
 
Pedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIAPedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIA
 
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdfPedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
 
Persentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakPersentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anak
 
baru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptx
baru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptxbaru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptx
baru ab - Pencegahan HIV, Sifilis, Hepatitis B.pptx
 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
 
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptx
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptxPeran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptx
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptx
 
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptxab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Kesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdfKesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita By A. Nurhikmah.pdf
 
Kesehatan Anak Dan Balita.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita.pdfKesehatan Anak Dan Balita.pdf
Kesehatan Anak Dan Balita.pdf
 
Pentingnya imunisasi
Pentingnya imunisasiPentingnya imunisasi
Pentingnya imunisasi
 
SOSIALISASI RS.pptx
SOSIALISASI RS.pptxSOSIALISASI RS.pptx
SOSIALISASI RS.pptx
 
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptxSEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
SEMINAR PROPOSAL (PENERAPAN LAYANAN KONSELING HIV/AIDS.pptx
 
Hiv dalam perspektif agama
Hiv dalam perspektif agamaHiv dalam perspektif agama
Hiv dalam perspektif agama
 
Ns mei 2021 15.00 hiv
Ns   mei 2021 15.00 hivNs   mei 2021 15.00 hiv
Ns mei 2021 15.00 hiv
 

Recently uploaded

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (18)

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 

HIV/AIDS Anak

  • 1. 126 Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014 HIV/AIDS pada Anak Huriati Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Jl. St. Alauddin No.36 Samata, Gowa, Sulawesi Selatan Email; huriatiners@gmail.com Abstrak Jurnal ini merupakan kajian pustaka mengenai penyakit HIV/AIDS pada anak. Jurnal kajian pustaka ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana HIV/AIDS yang terjadi pada anak. HIV/AIDS yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat kehamilan, ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat terjadi akibat pelecehan seksual pada anak. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah umur 18 bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV pada anak akibat transmisi maternal yaitu dengan sectio caesaria. Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan ART, namun juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase pertumbuhan. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat dikategorikan sebuah takdir dari pencipta, sehingga perlu kesabaran. Keywords : HIV/AIDS, anak, transmisi. I. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006:3), pola penularan HIV pada pasangan seksual berubah pada saat ditemukan kasus seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang dilahirkan ternyata juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan pola penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayiyang dikandungnya. Halserupa digambarkan dari hasil survey pada tahun 2000 dikalangan ibu hamil di Provinsi Riau dan Papua yang memperoleh angka kejadian infeksi HIV 0,35% dan 0,25%. Sedangkan hasil tes suka rela pada ibu hamil diDKI Jakarta ditemukan infeksi HIV sebesar 2,86%. Berbagai data tersebut membuktikan bahwa epidemi AIDS telah masuk kedalam keluarga yang selama ini dianggap tidak mungkn tertular infeksi. Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak yang terinfeksi HIV. Anak yang didiagnosis HIV juga
  • 2. 127 SulesanaVolume 9 Nomor 2 Tahun 2014 akan menyebabkan terjadinya trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang,dan sebagainya dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak (Nurs dan Kurniawan, 2013:161).Hal tersebut menyebabkan beban negara bertambah dikarenakan orang yangterinfeksi HIV telah masuk kedalam tahap AIDS, yang ditularkan akibat hubungan Heteroseksual sebesar 36,23%. Permasalahan bukan hanya sekedar pada pemberian terapi anti retroviral (ART), tetapi juga harus memperhatikan permasalahn pencegahan penularan walaupun sudah mendapat ART (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006:7). Berdasarkan uraian masalah di atas maka, perlu dikakukan pembahasan tentang penularan HIV/AIDS pada Anak, sehingga hal ini dapat menjadi upaya promotif dan preventif. II. Tujuan Penulisan A. Mengetahui proses penularan HIV pada Anak. B. Mengetahui cara Diagnosis HIV/AIDS pada Anak. C. Mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS pada anak. D. Mengetahui penatalaksanan HIV/AIDS pada Anak. E. Mengetahui pandangan Islam tentang HIV/AIDS pada Anak. III. Tinjauan Pustaka A. Proses Penularan HIV pada Anak Lahirnya Millenium Development Goals tahun 2000 di New York merupakan komitmen pemimpin dunia untuk mempercepat pembangungan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Namun di Indonesia, tujuan MDGs dikembangkan dan diklasifikasikan menjadi delapan, antara lain: menurunkan angkan kematian anak serta memerangi HIV/AIDS (Indriyani, Dian dan Asmuji, 2014:18). Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa dicegah dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nurs dan Kurniawan, 2013:161). B. Diagnosis HIV/AIDS pada Anak
  • 3. 128 Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014 Bayi tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode neonatal. Penyakit penan da AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah pneumonia yang disebabkan pneumocystis cranii, gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali (pembesaran pada hepar dan lien). Karena antibodi ibu bisa dideteksi pada bayi sampai berumur 18 bulan. Maka tes ELISA dan western blot akan postif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes ini berdasarkan ada atau tidaknya antibodi pada HIV. Tes paling spesifik untuk mengidentifikasi adalah PCR untuk DNA HIV. Kultur HIV yang positif juga mennjukkan pasien terinfeksi HIV. Untuk pemeriksaan PCR, bayi harus dilakukan pengambilan sampel darah untuk dilakukan tes PCR pada dua waktu yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat berusia 1 bulankarena tes ini kurang sensitif selama 1 bulan setelah lahir. CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang pada saat bayi berusia 4 bulan. Jika tes ini negatif, maka bayi tidak terinfeksi HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa dilakukan pada bayi bila tidak tersedia sarana pemeriksaan yang lain. Anaak-anak berusia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis dengan menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Anak denagn HIV sering mengalami infeksi bakteri, gagal tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang, sariawan pada mulut dan faring. Anak usia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis dengan ELISA dan tes konfirmasi lain seperti pada dewasa. Terdapat dua klasifikasi yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bayi dan anak dengan HIV yaitu menurut CDC dan WHO(Nurs dan Kurniawan, 2013:163). C. Pencegahan HIV/AIDS pada Anak Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara, mulai saat hamil, saat melahirkan dan setelah lahir yaitu: penggunaan antiretroviral selama kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan, penggunaan obstetrik selama selama persalinan, penatalksanaan selama menyusui. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Persalinan sebaiknya dipilih dengan metode sectio caecaria karena terbukti mengurangi resiko risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%.walaupuncaesaria. demikian bedah caesar juga memiliki risiko penularan HIV dari ibu kebayi sampai 80%. Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan terapi antiretroviral, maka risiko dapat ditirinkan sampai 87%. Walaupun demikian bedah caesar juga mempunyai risiko karena imunitas ibuyang rendah sehingga bisa terjadi keterlambatan penyembuhan luka, bahkan bisa terjadi kematian saat operasi oleh karena itu persalinan pervaginam dan sectio caecaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain. Namun jika melahirkan dengan pervaginam maka beberapa tindakan harus dihindari untuk meminimalisir risiko, seperti terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap (Nurs dan Kurniawan, 2013:165). D. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Anak
  • 4. 129 SulesanaVolume 9 Nomor 2 Tahun 2014 1. Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS Prinsip pemberian ART pada anak hampir sama dengan dewasa, tetapi pemberian ART pada anakmemerlukan perhatian khusus tentang dosisi dan toksisitasnya. Pada bayi, sistem kekebalannya mulai dibentuk dan berkembang selama beberapa tahun pertama. Efek obat pada bayi dan anak juga akan berbeda dengan orang dewasa (Nurs dan Kurniawan, 2013:168). Pedoman pengobatan HIV/AIDS pada Anak menurut (Departemen Kesehatan Indonesia: Direktotat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2008:35) yaitu Rejimen Lini pertama yang direkomendasikan adalah 2 Nucleosida Reverse Transkriptase Inhibitor (NRTI) + 1 Non Nucleosida Reverse Transkriptase Inhibitor (NNRTI): 2. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS a. Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS Pemberian Nutrisi pada bayi dan anakdengan HIV/AIDS tidak berbeda dengan anak yang sehat, hanya saja asupan kalori dan proteinnya perlu ditingkatkan. Selain itu perlu juga diberikan multivitamin, dan antioksidan untuk mempertahankan kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus HIV. sebaiknya dipilih bahan makanan yang risiko alerginya rendah dan dimasak dengan baik untuk mencegah infeksi oportunistik. Sayur dan buah-buahan juga harus dicuci dengan baik dan sebaiknya dimasak sebelum diberikan kepada anak. Pemberian (Nurs dan Kurniawan, 2013:167). b. Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Orang tua memerlukan waktu untuk mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Anak perlu diberikan dukungan terhadap kehilangan dan perubahan mencaku (1) memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan keluarga, (2) membangkitkan harga diri anak serta keluarganya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah, (3) menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya, (4) mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain (Nurs dan Kurniawan, 2013:169). E. Pandangan Islam tentang HI/AIDS pada Anak Menurut Abdulloh, Abu Isa (2014) Salah satu yang tidak dapat dihindari dari kehidupan di Dunia ini adalah takdir. Sama halnya ketika seorang anak mendapat penularan HIV dari sang ibu yang menderita AIDS, sehingga hal itu dapat dikatakan sebuah takdir dari Allah SWT. Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
  • 5. 130 Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014 “Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya”. (Shahih Muslim No.4785). IV. Penutup A. Kesimpulan 1. HIV/AIDS yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat kehamilan, ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat terjadi akibat pelecehan seksual pada anak. 2. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah umur 18 bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV pada anak akibat transmisi maternal yaitu dengan sectio caesaria. 3. Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan ART, namun juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase pertumbuhan. 4. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat dikategorikan sebuah takdir dari penipta, sehingga perlu kesabaran. B. Saran Transmisi penularan HIV pada anak disominasi akibat penularan dari ibu ke anak, sehingga untuk memutuskan mata rantai HIV pada anak, peranan berbagai tim kesehatan sangat mengingat anak sebagai generasi lanjutan yang sangat diperlukan untuk berlangsungnya proses regenerasi, sehingga tim kesehatan terkhususnya, harus memberikan perhatian khusus pada kasus tersebut. Salah satu upaya nyata adalah memberikan edukasi kepada masyarakat luas, terutama ibu hamil agar malakukan pemeriksaan deteksi HIV. Dan mengkonsumsi ART apabila positif HIV. Serta Sectio Caesaria saat partus. DAFTAR PUSTAKA
  • 6. 131 SulesanaVolume 9 Nomor 2 Tahun 2014 Abdulloh, Abu Isa. Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh. http://muslim.or.id (2 November 2014). Departemen Kesehatan Indonesia: Direktotat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada anak di indonesia. Jakarta:DepkeS RI, 2008. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta:Depnakertrans,2005. Hasdianah, dkk. Imunologi Diagnosis dan Tekhnik Biologi Molekuler. Yokyakarta: Nuha Medika, 2014. Indriyani, Dian dan Asmuji. Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya Promotif dan Preventif dalam menurunkan angka kematian Ibu dan Anak. Yokyakarta: Ar-Ruzz Media,2014. Nurs, Nursalam, M. Dan Ninuk Dian Kurniawati. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika, 2007. -------. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika, 2013.