SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
TATALAKSANASTANDAR KASUS COVID-19
TERKINI DAN FAKTAOMICRON
dr. Sahrun Sp.P
PENDAHULUAN
• Covid-19  virus SARSCoV– 2
• Ditetapkan sebagaipandemi oleh WHOpada tanggal 11 Maret 2020
• Morbiditas dan mortalitas ↑
• Belum ada terapi definitif, salah satu pencegahan adalahvaksinasi
• Varian Omicron saat ini menjadi ancaman, kasusterus meningkat
• Pedoman tatalaksana  living guideline
KASUS COVID-19 DI INDONESIA: GELOMBANG 3 DAN GELOMBANG 2 (JUNI-
AGUSTUS 2021)
● 26 Januari – 8
Februari: peningkatan
5.34 kali lipat dalam 2
minggu (+7010 kasus
ke +37492 kasus)
● 2 Juli 2021 – 16 Juli
2021: peningkatan
2,19 kali lipat dalam 2
minggu ke puncak
gelombang 2
(+25830 kasus ke
+56757 kasus)
● Terjadi peningkatan
yang lebih cepat pada
gelombang 3
KASUS COVID-19 DI INDONESIA: KEMATIAN GELOMBANG 3 DAN
GELOMBANG 2 (JUNI-AGUSTUS 2021)
● 24 Januari – 6 Februari:
peningkatan kematian
4.07 kali lipat dalam 2
minggu (+14 kasus ke
+57 kasus)
● 13 Juli 2021 – 27 Juli
2021: peningkatan 2,08
kali lipat dalam 2
minggu ke puncak
gelombang 2 (+991
kasus ke +2069 kasus)
● Terjadi peningkatan
kematian yang lebih
cepat pada gelombang
3, walaupun angka
kematian belum setinggi
gelombang kedua
Positif
KASUS COVID PADA ANAK (USIA 0 – 18 TAHUN)
Kematian
● Pemeriksaan PCR ThermoFisher
TaqPath assay dapat memeriksa gen
S bisa digunakan untuk diagnosis
dan juga skrining terduga infeksi
varian Omicron (sebelum dilakukan
Whole Genome Sequencing)
● Mutasi pada nukleokapsid
diperkirakan tidak berdampak pada
tes cepat antigen
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Dilaporkan memiliki delesi pada gen S di protein
Spike posisi 69-70 = S gene target failure (SGTF)
Serupa dengan varian Alpha (B.1.1.7)
WHO. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): technical brief and priority actions for member states. 28 Nov 2021 [updated 29 Nov 2021]
NGS-SA. SARS-CoV-2 sequencing update. 1 Dec 2021
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-59486346
WHO Update 4/2/2022
• Omicron memiliki sub-varian BA.2
• BA.2 meningkat di India dan Denmark
• Memiliki kemampuan penularan dan transmisi
yang lebih efisien dibandingkan Omicron yang
saat ini beredar di Indonesia
• COVID-19 akan terus bermutasi dan
 maka upaya dalam menjalani protocol
Kesehatan untuk mengurangi penularan sangat
penting
• Omicron sudah menjadi varian dominan di
beberapa belahan dunia, melebihi delta
• Penyebab Long Covid ???
Omicron Sub-Varian
“BA.2”
GEJALA
KLINIS
COVID-19
Batuk (89%), Sesak napas (16%) Demam (38%), menggigil
Kelelahan/badan pegal
(65%)
Mual/muntah (22%), Diare
(11%)
Anosmia/Ageusia
(8%)
Hidung tersumbat
atau rinore (59%)
CDC COVID-19 Response Team. SARS-CoV-2 B.1.1.529 (Omicron) variant – United States, December 1-8, 2021. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2021 Dec 17;70(50):1731-4.
KASUS OMICRON DI RSUP PERSAHABATAN ( PROBABLE OMICRON
DAN OMICRON)
Gejala:
• Batuk kering : 63%
• Nyeri tenggorok : 54%
• Letih : 50%
• Pilek: 27%
• sakit kepala: 36%
• Nyeri perut : 5%
• Deman: 18%
• Komorbid:
Hipertensi
Diabetes
Asma
Kanker Paru
Gagal ginjal
Untuk kasus tanpa gejala dan gejala ringan bisa isoman dengan mengakses
telemedicine atau menjalani isoter di fasilitas pemerintah
ISOLASI PENTING UNTUK MENCEGAH
PENULARAN
Exposure: terpapar
virus/terinfeksi
Symptoms:
gejala
Incubation period (masa inkubasi):
periode antara terinfeksi virus penyebab
COVID-19 (exposure) hingga munculnya
gejala (symptoms)
Masa infeksius: 1-2 hari sebelum gejala
hingga < 10 hari setelah gejala muncul
Paling menularkan:
1-2 hari sebelum
bergejala
hingga
2-3 hari setelah bergejala
Perjalanan Penyakit COVID-19
PENCEGAHAN TERBAIK ADALAH MENCEGAH VIRUS MASUK KE TUBUH
Menggunakan
masker
Menjaga jarak
fisik
Memperbaiki
Ventilasi ruang
tertutup
Menghindari
kerumunan
Mencuci
tangan
Disertai
pelacakan
kontak
WHO. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): technical brief and priority actions for member states. 28 Nov 2021 [updated 29 Nov 2021]
Penularan sangat cepat
Bisa menembus
pertahanan vaksin
Kasus COVID-19
naik sangat cepat
Jumlah pasien rawat inap
dan COVID-19 berat
dapat meningkat
Membebani sistem
kesehatan
Kekhawatiran akan Gelombang ketiga: Lonjakan
Kasus Omicron
ANTISIPASI MENGHADAPI LONJAKAN KASUS
OMICRON
 Masyarakat yang layak untuk divaksin segera menjalani vaksinasi COVID-19 lengkap (dua
dosis) dan Booster di sentra pelayanan vaksinasi terdekat
 Disiplin Menjalankan Protokol Kesehatan
 Pemerintah agar memaksimalkan aktivitas 3T, segera mengejar target cakupan vaksinasi
primer dan booster, serta memetakan dan mempersiapkan tempat-tempat isolasi terpusat
 Jika ada yang mengalami gejala segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat, melakukan isolasi mandiri di rumah, memperketat dan tetap disiplin pada
protokol kesehatan, mengonsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan gizi, memperbanyak
istirahat
 Setiap individu diharapkan mampu menjadi agen edukasi tentang COVID-19 terkait varian
Omicron, gejala dan keluhan, cara pencegahan, dan tata cara isolasi mandiri
 Bila sudah terkonfirmasi PCR positif, tidak perlu mempermasalahkan variannya
omicron atau bukan karena tatalaksana pengobatannya sama dan Tatalaksana
isoman nya juga sama
Perhimpunan Dokter ParuIndonesia (PDPI)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia (PERKI)
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI)
Perhimpunan Dokter Anestesiologi danTerapi
Intensif Indonesia (PERDATIN)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Pembaharuan Pedoman
Edisi 4
Definisi kasus probable
varian Omicron berdasarkan
PCR dengan SGTF
dan terkonfirmasi varian
Omicron berdasarkan Whole
Genome Sequencing
Obat antivirus baru
(molnupiravir dan
nirmatrelvir/ritonavir) dan
antikoagulan (rivaroksaban dan
fondaparinux)
Penekanan bahwa kasus COVID-19
tanpa gejala atau dengan gejala
ringan cukup dengan isoman atau
isoter, tidak perlu rawat inap
Penatalaksanaan kasus
sedang/berat/kritis dilakukan di RS
Pencabutan beberapa opsi terapi
tambahan: plasma konvalesen dan
ivermectin (yg tidak pernah masuk sebagai
obat standar)
Hidroksiklorokuin, azitromisin, dan
oseltamivir sudah dikeluarkan pada edisi
sebelumnya
Indikasi perawatan ICU
dan karakteristik pasien
COVID-19 derajat kritis
untuk memprediksi lebih
dini potensi perburukan
Beberapa jenis, dosis, dan
cara pemberian vaksin
baru yang efektif sebagai
upaya pencegahan yang
penting
1
5
3
2
4 6
DEFINISI KASUS
VARIAN
OMICRON
(B.1.1.529)
Kasusprobable dan konfirmasi varian Omicron
(B.1.1.529) memenuhi kriteria sebagaiberikut:
KasusProbable varian Omicron (B.1.1.529)
adalah kasuskonfirmasi COVID- 19 dengan
hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan positif S-Gene
TargetFailure (SGTF)atau uji deteksi Single
Nucleotide Polymorphism(SNP) berbasis
Polymerase Chain Reaction (PCR)mengarah
kevarianOmicron
Kasuskonfirmasi varian Omicron (B.1.1.529)
adalah kasuskonfirmasi COVID- 19 dengan
hasil pemeriksaan sekuensing positif
Omicron SARS-CoV-2.
BERDASARKAN WHO,DEFINISI KASUSVARIAN OMICRON
SEBAGAIBERIKUT:
• Kasussuspek varian Omicron
• Kasusterkonfirmasi COVID-19,apapun gejalanya sesuaidefinisi kasussuspekyang memiliki kontak dengan kasus
probable atau kasusterkonfirmasi Omicron
• Kasusterkonfrimasi COVID-19(sesuai definisi kasusWHO)yang bertempat tinggal atau melakukan perjalanan dari
area yang mendeteksi Omicron dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala.
• Kasus probable Omicron: kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan positif S-gene
target failure (SGTF)atau atau uji deteksi Single Nucleotide Polymorphism (SNP) berbasis
Polymerase Chain Reaction (PCR)mengarah kevarian Omicron
• Kasusterkonfirmasi varian Omicron: individu yang terkonfirmasi dengan hasil
pemeriksaan sekuensing positif Omicron SARS-CoV-2
DERAJAT KEPARAHAN COVID-19
TanpaGejala
• Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan
• Pasientidak ditemukan gejala.
Ringan
• Pasiendengan gejala tanpa ada bukti pneumonia
virus atau tanpa hipoksia.
• Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue,
anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak
spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan,kongesti
hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan
(ageusia) yang muncul sebelum onset gejala
pernapasan juga sering dilaporkan.
• Pasienusia tua dan immunocompromised gejala
atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran,
mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan,
delirium, dan tidak adademam
SEDANG
• Padapasien remaja atau
dewasa: pasien dengan tanda
klinis pneumonia (demam,
batuk, sesak,napascepat) tetapi
tidak ada tanda pneumonia
berat termasuk SpO2>93%
dengan udara ruangan
Berat/Pneumonia Berat
• Padapasien remaja atau
dewasa: pasien dengan tanda
klinis pneumonia (demam,
batuk, sesak,napascepat)
ditambah satu dari: frekuensi
napas>30 x/menit, distres
pernapasan berat, atau SpO2<
93%pada udara ruangan
TATALAKSANA
KASUS
COVID-19
• Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk
penegakandiagnosis. Bila pemeriksaan di
hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi
pemeriksaan di hari kedua, Apabila
pemeriksaan di hari pertama negatif, maka
diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya
(harikedua)
• Untuk kasustanpa gejala, ringan, dan
sedangtidak perlu dilakukan pemeriksaan
PCRuntuk follow-up. Pemeriksaanfollow-
up hanya dilakukan pada pasien yang
berat dan kritis
• Untuk PCRfollow-up pada kasusberat dan kritis, dapat dilakukan setelahsepuluh
hari dari pengambilan swab yangpositif.
• Bila diperlukan, pemeriksaan PCRtambahan dapat dilakukan dengan disesuaikan
kondisi kasussesuai pertimbangan DPJPdan kapasitas di fasilitas kesehatan
masing-masing.
• Untuk kasusberat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama
tiga hari namun pada follow-up PCRmenunjukkan hasil yang positif, kemungkinan
terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau
partikel virus yang sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT)
value untuk menilai infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJPdan
laboratorium pemeriksa PCRkarena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan
reagen dan alat yangdigunakan.
JADWALPENGAMBILAN SWAB
UNTUK PEMERIKSAAN RT-PCR
Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/12*
X X x
Keterangan : * diperiksa hanya untuk berat dan kritis
• Varian Omicron  mutasi pada protein Spike69-70 sehingga target
gen Spike (S)menjadi tidak terdeteksi, dikenal sebagaiS GeneTarget
Failure (SGTF)atau S GeneDropout
TANPAGEJALA(ASIMTOMATIS)
Isolasi danPemantauan
• Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun difasilitas
publik yangdipersiapkan pemerintah (isolasiterpusat)
• Pasiendipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
• Kontrol di FKTPterdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan
klinis
NON-FARMAKOLOGIS
• Berikan edukasi terkait tindakan yangperlu dikerjakan (leaflet untuk
dibawa kerumah):
• Pasien:
• Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan
anggota keluarga
• Cucitangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizersesering
mungkin.
• Jagajarak (physical distancing) dengankeluarga
• Upayakankamar tidur sendiri / terpisah
• Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenagamedis)
• Alat makan-minum segeradicuci denganair/sabun
• Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinyaantara
jam 09.00 sampai jam 15.00
• Pakaianygtelah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik/wadah tertutup yangterpisah dengan pakaian kotorkeluarga
yanglainnya sebelum dicuci dan segeradimasukkan mesin cuci
• Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malamhari)
• Segeraberi informasi kepetugas pemantau/FKTPatau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh >38oC
Lingkungan/kamar:
Perhatikan ventilasi, cahayadan udara
Membuka jendela kamar secaraberkala
Bila memungkinkan menggunakan APDsaat membersihkan
kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung
tangan dan goggle).
Cucitangan dengan air mengalir dan sabun atau hand
sanitizersesering mungkin.
Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan
lainnya
Keluarga:
• Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/RumahSakit.
• Anggota keluarga senanitasa pakai masker
• Jagajarak minimal 1 meter dari pasien
• Senantiasa mencuci tangan
• Jangansentuh daerah wajah kalau tidak yakin tanganbersih
• Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
• Bersihkan sesering mungkin daerah ygmungkin tersentuh
pasien misalnya gagang pintu, dll
Farmakologi
•Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid,
dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan
yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan
golongan obat ACE- inhibitor dan Angiotensin
Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis
Jantung
• Vitamin C,dengan pilihan;
Tablet Vitamin Cnonacidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
 Tablet isap vitamin C500 mg/12 jam oral (selama 30hari)
Multivitamin yang mengandung vitamin C1-2 tablet /24 jam (selama 30hari)
• Vitamin D
Dosis1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)selama
14 hari
• Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat ModernAsli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOMdapat dipertimbangkan untuk
diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisiklinis
pasien
DERAJATRINGAN
Isolasi danPemantauan
• Isolasi mandiri di rumah/fasilitas karantina selama maksimal 10 hari
sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan
gangguanpernapasan. Jikagejala lebih dari 10 hari, maka isolasi
dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas
gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas
publik yangdipersiapkan pemerintah.
• PetugasFKTPdiharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi
pasien.
• Setelah melewati masaisolasi pasien akan kontrol keFKTPterdekat.
NON
FARMAKOLOGIS
• Edukasiterkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi
pasien Covid-19 tanpa gejala).
Farmakologis
• Vitamin C,dengan pilihan;
Tablet Vitamin Cnon acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14hari)
 Tablet isap vitamin C500 mg/12 jam oral (selama 30hari)
Multivitamin yang mengandung vitamin C1-2 tablet /24 jam (selama 30hari)
• Vitamin D
Dosis 1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
selama 14hari
Antivirus
• Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari
ke-1 dan selanjutnya 2 x600 mg (hari ke2-5),A
T
AU
• Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama5
hari, A
T
AU
• Nirmatrelvir/Ritonavir (Paxlovid) (sediaan 150 mg/100 mg dalam
bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1tablet
per 12 jam, diberikan selama 5hari
• Sesuaidengan ketersediaan obat di fasyankesmasing-masing
• Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila
demam.
• Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka)
maupunObat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang
teregistrasi di BPOMdapat dipertimbangkan untuk
diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yangada
ISOLASI KASUS COVID-19 ASIMTOMATIS DANGEJALARINGAN
• Isolasi dapat dilakukan secaramandiri di rumah masing-masing atausecara terpusat
• Pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan di fasilitas pelayanan Kesehatanterdekat
• untuk menentukan laik tidaknya isolasi mandiri. Kunjungan berikutnyadapat dilakukan
melalui telemedicine
• Isolasi dapat dilakukan secaramandiri jika syarat klinis dan syarat rumahsebagai
berikut dapatdipenuhi
• Syaratklinis:
• 1) Usia <45 tahun; DAN
• 2) Tidak memiliki komorbid;DAN
• 3) Tanpagejala/bergejala ringan;
• Syaratrumah:
• 1) Dapat tinggal di kamar terpisah;DAN
• 2)Adakamar mandi di dalamrumah.
• Apabila tidak dapat memenuhi syarat klinis dan atau rumahmaka
kasusCovid-19 dapat menjalani isolasi di tempat isolasiterpusat
• Apabila pasien Covid-19 berusia >45 tahun maka dapat dilakukan
pemeriksaan lanjutan di poliklinik rawat jalan Covid-19 dan DPJP
dapat menentukan apakah pasien dapat menjalani isolasi mandiri
atau tidak
• Selamamenjalani isolasi mandiri atau terpusat, pasien dipantauoleh
tenaga Kesehatanfasilitas Kesehatan terdekat
• Pasienmendapatkan layanan telemedicine oleh dokter (faskesyang
telah ditunjuk sebelumnya) berupa konsultasi klinis yangmencakup:
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis tertentu yang dilakukan melaluiaudiovisual
• Pemberian anjuran/nasihat yangdibutuhkan berdasarkan hasilpemeriksaan
penunjang dan/atau hasil pemeriksaan fisiktertentu
• Penegakkan diagnosis
• Penatalaksanaan dan pengobatan pasien
• Penulisan resep dan/atau alat Kesehatan secaraelektronik
• Penerbitan surat rujukan
DERAJAT SEDANG
Isolasi danPemantauan
• Rujuk keRumahSakit keRuangPerawatan COVID-19/ RumahSakit Darurat COVID-19
• Isolasi di RumahSakit keRuangPerawatan COVID-19/ RumahSakit Darurat COVID-19
• Pengambilan swab untuk PCRdilakukan sesuaiTabel1
Non Farmakologis
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi
cairan, oksigen
• Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP
,fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks
secaraberkala
• Farmakologis
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 ccNaCl0,9%habis dalam 1 jam
diberikan secaradrip intravena (IV) selamaperawatan
• Vitamin DDosis1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IUdan
tablet kunyah 5000IU)
• Diberikan terapi farmakologis berikut; Salahsatu antivirus berikut :
• Antivirus
Remdesivir 200 mgIVdrip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IVdrip (hari ke2-5
atau hari ke2-10)
• Apabila Remdesivir tidak tersedia maka pemberian antivirus
disesuaikan dengan ketersediaan obat di fasyankesmasing-masing,
dengan pilihan sebagaiberikut:
• Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x600 mg (hari ke2-5),A
T
AU
• Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari,A
T
AU
• Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentukkombinasi),
Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan
selama 5 hari
• Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP(Lihat
penjelasan pada derajat berat/kritis)
• Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain- lain)
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yangada
DERAJATBERAT/KRITIS
• Isolasi danPemantauan
• Isolasi di ruang isolasi Intensive Care Unit (ICU) atau High Care Unit (HCU)
RumahSakit Rujukan
• Indikasi Perawatan intensif COVID-19
• Penting sekali untuk intervensi lebih dini dan paripurna pasien kritisCOVID-19di
perawatan intensif
Kriteria perawatan ICUantara lain :
• Membutuhkan terapi oksigen >4 liter/menit o Gagalnapas
Sepsis
Syok
• Disfungsi organakut
Pasienyangresiko tinggi perburukanARDS:
• umur lebih 65 tahun, demam >39¾C,neutrofilia, limfositopenia, peningkatan petanda
disfungsi hepar dan gagalginjal, peningkatan CRP, PCTdan Ferritin, peningkatan fungsi
koagulasi (prothrombin timeT
a
,t
a
fl
ia
bk
s
ra
in
na
C
o
o
g
v
i
e
d
-
n
1
9
d
5
O
a
P
n
O
T
D
G-
dB
e
ir
ma
ter) 33
• Padakondisi dimana terjadi keterbatasan ketersediaan ICU,makaperawatan
intensif lebih diprioritaskan pada pasien yang memerlukan ventilasimekanis
• Pengambilan swab untuk PCRdilakukan sesuai tabel 1
TatalaksanaCovid-19 5OPOTG- Berat 34
NON FARMAKOLOGIS
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi(terapi
cairan), dan oksigen
• Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan hitung jenis,bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP
,fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis,
LDH,D-dimer.
• Pemeriksaan foto toraks serial bilaperburukan
• Monitor tanda-tanda sebagaiberikut: takipnea, frekuensi napas≥ 30x/min,
saturasi Oksigendengan pulse oximetry ≤93%(di jari), PaO2/FiO2≤ 300 mmHg,
peningkatan sebanyak >50%di keterlibatan area paru-paru pada pencitraan
thoraks dalam 24-48 jam, imfopenia progresif, peningkatan CRPprogresif,asidosis
laktat progresif.
FARMAKOLOGIS
• Vitamin C200 – 400 mg/8 jam dalam 100 ccNaCl0,9%habis dalam 1 jam
diberikan secaradrip Intravena (IV) selamaperawatan
• Vitamin B11 ampul/24 jam/intravena
• Vitamin D
• Dosis1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000IU)
• Bila terdapat kondisi sepsisyang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi danfaktor
risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut
dipertimbangkan
• Antivirus :
Remdesivir 200 mg IVdrip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IVdrip
(hari ke2-5 atau hari ke2-10). Apabila Remdesivir tidak tersediamaka
pemberian antivirus disesuaikan dengan ketersediaan obat di
fasyankesmasing-masing, dengan pilihan sebagai berikut:
• Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oralhari
ke-1 dan selanjutnya 2 x600 mg (hari ke2-5),A
T
AU
• Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5
hari, A
T
AUNirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam
bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1tablet
per 12 jam, diberikan selama 5hari
• Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroidlain
yang setara seperti metilprednisolon 32 mg, atau hidrokortison 160 mg pada
kasusberat yang mendapat terapi oksigen atau kasusberat denganventilator
• Anti interleukin-6 (IL-6)
Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kgBB single dose atau dapat diberikan 1
kali lagi dosis tambahan apabila gejala memburuk atau tidak ada perbaikan
dengan dosis yang sama.Jarakpemberian dosis pertama dan kedua minimal 12
jam. Maksimal pemberian 800 mg per dosis. Tocilizumab dapat diberikan di awal
pasien memasuki keadaan Covid-19 berat, yang umumnya terjadi setelah sakit ≥1
minggu, dan jumlah virus mencapaipuncaknya
41
Pasien suspek dan probable COVID-
19 kategori sedang/berat dapat
ditatalaksana seperti pasien COVID-
19 sampai terbukti bukan
 Frekuensi napas
>30x/menit, pada
anak sesuai
kelompok usia
DAN ATAU
 SpO2<93% (<92%
pada anak) pada
udara ruang, DAN
ATAU
 Ada tanda – tanda
sepsis atau distress
pernapasan
Ada
Pneumonia Ringan
Isolasi
Mandiri
/isolasi
terpusat
Sedang (ada
pneumoniatapi
tidak perlu O2)
Rawat
1. Antivirus : Favipiravir /
Molnupiravir / Nirmatrelvir
–Ritonavir*
2. Vitamin C, D
3. Terapi Simptomatis
4. Obat suportif, baik
tradisional (fitofarmaka)
atau obat modern asli
Indonesia (OMAI)
1 Rawat RS/RS darurat
2 Antivirus : Favipiravir /
Molnupiravir /
Nirmatrelvir –
Ritonavir/*Remdesivir**
3 Vitamin C, D
4 Terapi Simptomatis
5 Antibiotik (bila ada
indikasi)
6 Terapi Cairan dan nutrisi
7 Pemberian antikoagulan
berdasarkan evaluasi DPJP
Terapi Tambahan
Lainnya
1. Antibodi
Monoklonal
2. MesenchymalStem
Cell (MSCs)/Sel
Punca
3. Intravenous
Immunoglobuln
(IVIG)
1. Vitamin C, D, B1
2. Antivirus :
Remdesivir/Favipiravir
/ Molnupiravir /
Nirmatrelvir –
Ritonavir *
3. Deksametason
4. Anti-IL-6
5. Terapi Cairan dan
nutrisi
6. Antibiotik (bila ada
indikasi)
7. Pemberian
antikoagulan
berdasarkan evaluasi
DPJP
Terapi Oksigen
Tanda-tanda Syok?
Pada anak
Inflammatory Syndrome)
pertimbangkan MIS Tatalaksana Syok
Berat/Kritis
Ikut Alur Penentuan
Alat Bantu Napas
Pasien COVID-19
Bila sesak napas dan
perburukan pneumonia
Tidak
Tidak
Ya
Ya
*Sesuai indikasi yaitu
memiliki pasien dengan
risiko perburukan atau
kematian dan ketersediaan
obat di fasyankes masing-
masing
** Remdesivir diberikan
sedang-berat/krtis
Pasien Covid-19 Tanpa
Gejala (asymptomatis)
1. Vitamin C, D
2. Obat suportif, baik
tradisional (fitofarmaka) atau
obat modern asli Indonesia
(OMAI)
Isolasi
Mandiri/iso
lasi terpusat
Pasien Covid-19 dengan gejala
Tidak
Klasifikasi Kriteria Pemeriksaan Antiviral Antiinflamasi Antikoagulan Vitamindan
Suplemen
Ringan Gejala (+)
T
anpabukti pneumonia
virus/tanpa hipoksia
SpO2>95%udara ruangan
DPL,swab PCR Favipiravi
r A
T
AU
Molnupiravi
r A
T
AU
Nirmatrelvir
/Ritonavir
Vitamin C
VitaminD
Sedang Gejala (+) tandaklinis
pneumonia
Tidak disertaitanda
pneumonia berat
SpO2>93%udara ruangan
DPL,PCR,
AGD,GDS,
SGOT/SG
PT
,
Ureum,
Kreatinin,DDimer,
Ferritin,
Troponin, IL-6,
k/p NTproBNP
,
XRayThorax (k/p CT
Scantoraks)
Remdesiv
ir A
T
AU
Favipiravi
r A
T
AU
Molnupiravir
A
T
AU
Nirmatrelvir/
Ritonavir
UFH
atau
Enoksaparin
Atau
Fondaparinu
ks Atau
Rivaroksaban
Vitamin C
VitaminD
Berat Gejala klinis pneumonia(+)
Disertai satudari:
• RR>30x/menit
• Distrespernapasanberat
• SpO2<93%udara
ruangan
Kritis:
• ARDS
• Sepsis,Syok sepsis
• Kondisilain yangbutuh
alat penunjanghidup
DPL,PCR,seri
AGD,GDS,
SGOT/SGPT
,
Ureum,
Kreatinin,
APTT
,DDimer,
Ferritin,
Troponin, IL-6,
k/p NTproBNP
,
k/p CK-CKMB,CT
a
Ttalaksana
toraks
Remdesiv
ir A
T
AU
Favipiravi
r A
T
AU
Molnupiravir
A
T
AU
Nirmatrelvir/
Ritonavir
Covid-19 5OPOTG- Be
Tocilizumab
Kortikosteroi
d
UFH
atau
Enoksaparin
Atau
Fondaparinu
ks
Vitamin C
Vitamin D
VitaminB1
42

More Related Content

Similar to COVID-19 TATALAKSANA

Covid - 19 information for medical student
Covid - 19 information for medical studentCovid - 19 information for medical student
Covid - 19 information for medical studentHafizHariNugraha
 
Kebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.ppt
Kebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pptKebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.ppt
Kebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pptveronica235175
 
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxKELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxShintaDinyanti1
 
presentasi 31 oktober copy.pptx
presentasi 31 oktober copy.pptxpresentasi 31 oktober copy.pptx
presentasi 31 oktober copy.pptxssuserb6baaa
 
Batam Update Covid.pptx
Batam Update Covid.pptxBatam Update Covid.pptx
Batam Update Covid.pptxFitriNurDini3
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxSuciMayvera1
 
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  irisIMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME irisCaturPrianwari
 
TETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdf
TETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdfTETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdf
TETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdfChesya Sera De Claresya
 
Vaksin covid 19 Lansia Kemkes.ppt
Vaksin covid 19 Lansia Kemkes.pptVaksin covid 19 Lansia Kemkes.ppt
Vaksin covid 19 Lansia Kemkes.pptDeaMustikaH
 
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptxFitriYani369463
 
IDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdf
IDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdfIDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdf
IDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdfmerdekacom
 
Managemen covid 19 dalam kehamilan
Managemen covid 19 dalam kehamilanManagemen covid 19 dalam kehamilan
Managemen covid 19 dalam kehamilanSamuelZhang37
 
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptxInfeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptxkurnia537765
 
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus mataharitimoer MT
 
Mengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptx
Mengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptxMengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptx
Mengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptxderilridwan1
 
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxCRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxSyauqiFaidhunNiam
 

Similar to COVID-19 TATALAKSANA (20)

Covid - 19 information for medical student
Covid - 19 information for medical studentCovid - 19 information for medical student
Covid - 19 information for medical student
 
Kebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.ppt
Kebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pptKebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.ppt
Kebijakan Pemberian Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.ppt
 
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxKELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
 
presentasi 31 oktober copy.pptx
presentasi 31 oktober copy.pptxpresentasi 31 oktober copy.pptx
presentasi 31 oktober copy.pptx
 
Batam Update Covid.pptx
Batam Update Covid.pptxBatam Update Covid.pptx
Batam Update Covid.pptx
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
 
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  irisIMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME iris
 
8.pdf
8.pdf8.pdf
8.pdf
 
TETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdf
TETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdfTETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdf
TETAP BERTAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19.pdf
 
Vaksin covid 19 Lansia Kemkes.ppt
Vaksin covid 19 Lansia Kemkes.pptVaksin covid 19 Lansia Kemkes.ppt
Vaksin covid 19 Lansia Kemkes.ppt
 
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
 
DIFTERI_21 Mei 2018.pptx
DIFTERI_21 Mei 2018.pptxDIFTERI_21 Mei 2018.pptx
DIFTERI_21 Mei 2018.pptx
 
305458_WAYAN.pptx
305458_WAYAN.pptx305458_WAYAN.pptx
305458_WAYAN.pptx
 
IDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdf
IDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdfIDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdf
IDI_PAPARAN DR ERLINA_VARIANT_2022.pdf
 
Managemen covid 19 dalam kehamilan
Managemen covid 19 dalam kehamilanManagemen covid 19 dalam kehamilan
Managemen covid 19 dalam kehamilan
 
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptxInfeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
 
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus
 
Mengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptx
Mengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptxMengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptx
Mengenal_diagnosis_dan_tata_laksana_dengue_handout_Dr_Mulya_Rahma.pptx
 
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptxCRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
CRS DHF- Fariz Hidayatullah-dr.iskandar Sp.A(K).pptx
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 

Recently uploaded

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

COVID-19 TATALAKSANA

  • 1. TATALAKSANASTANDAR KASUS COVID-19 TERKINI DAN FAKTAOMICRON dr. Sahrun Sp.P
  • 2. PENDAHULUAN • Covid-19  virus SARSCoV– 2 • Ditetapkan sebagaipandemi oleh WHOpada tanggal 11 Maret 2020 • Morbiditas dan mortalitas ↑ • Belum ada terapi definitif, salah satu pencegahan adalahvaksinasi • Varian Omicron saat ini menjadi ancaman, kasusterus meningkat • Pedoman tatalaksana  living guideline
  • 3. KASUS COVID-19 DI INDONESIA: GELOMBANG 3 DAN GELOMBANG 2 (JUNI- AGUSTUS 2021) ● 26 Januari – 8 Februari: peningkatan 5.34 kali lipat dalam 2 minggu (+7010 kasus ke +37492 kasus) ● 2 Juli 2021 – 16 Juli 2021: peningkatan 2,19 kali lipat dalam 2 minggu ke puncak gelombang 2 (+25830 kasus ke +56757 kasus) ● Terjadi peningkatan yang lebih cepat pada gelombang 3
  • 4. KASUS COVID-19 DI INDONESIA: KEMATIAN GELOMBANG 3 DAN GELOMBANG 2 (JUNI-AGUSTUS 2021) ● 24 Januari – 6 Februari: peningkatan kematian 4.07 kali lipat dalam 2 minggu (+14 kasus ke +57 kasus) ● 13 Juli 2021 – 27 Juli 2021: peningkatan 2,08 kali lipat dalam 2 minggu ke puncak gelombang 2 (+991 kasus ke +2069 kasus) ● Terjadi peningkatan kematian yang lebih cepat pada gelombang 3, walaupun angka kematian belum setinggi gelombang kedua
  • 5. Positif KASUS COVID PADA ANAK (USIA 0 – 18 TAHUN) Kematian
  • 6. ● Pemeriksaan PCR ThermoFisher TaqPath assay dapat memeriksa gen S bisa digunakan untuk diagnosis dan juga skrining terduga infeksi varian Omicron (sebelum dilakukan Whole Genome Sequencing) ● Mutasi pada nukleokapsid diperkirakan tidak berdampak pada tes cepat antigen PEMERIKSAAN LABORATORIUM Dilaporkan memiliki delesi pada gen S di protein Spike posisi 69-70 = S gene target failure (SGTF) Serupa dengan varian Alpha (B.1.1.7) WHO. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): technical brief and priority actions for member states. 28 Nov 2021 [updated 29 Nov 2021] NGS-SA. SARS-CoV-2 sequencing update. 1 Dec 2021 https://www.bbc.com/indonesia/majalah-59486346
  • 7. WHO Update 4/2/2022 • Omicron memiliki sub-varian BA.2 • BA.2 meningkat di India dan Denmark • Memiliki kemampuan penularan dan transmisi yang lebih efisien dibandingkan Omicron yang saat ini beredar di Indonesia • COVID-19 akan terus bermutasi dan  maka upaya dalam menjalani protocol Kesehatan untuk mengurangi penularan sangat penting • Omicron sudah menjadi varian dominan di beberapa belahan dunia, melebihi delta • Penyebab Long Covid ??? Omicron Sub-Varian “BA.2”
  • 8. GEJALA KLINIS COVID-19 Batuk (89%), Sesak napas (16%) Demam (38%), menggigil Kelelahan/badan pegal (65%) Mual/muntah (22%), Diare (11%) Anosmia/Ageusia (8%) Hidung tersumbat atau rinore (59%) CDC COVID-19 Response Team. SARS-CoV-2 B.1.1.529 (Omicron) variant – United States, December 1-8, 2021. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2021 Dec 17;70(50):1731-4.
  • 9. KASUS OMICRON DI RSUP PERSAHABATAN ( PROBABLE OMICRON DAN OMICRON) Gejala: • Batuk kering : 63% • Nyeri tenggorok : 54% • Letih : 50% • Pilek: 27% • sakit kepala: 36% • Nyeri perut : 5% • Deman: 18% • Komorbid: Hipertensi Diabetes Asma Kanker Paru Gagal ginjal
  • 10. Untuk kasus tanpa gejala dan gejala ringan bisa isoman dengan mengakses telemedicine atau menjalani isoter di fasilitas pemerintah
  • 11. ISOLASI PENTING UNTUK MENCEGAH PENULARAN Exposure: terpapar virus/terinfeksi Symptoms: gejala Incubation period (masa inkubasi): periode antara terinfeksi virus penyebab COVID-19 (exposure) hingga munculnya gejala (symptoms) Masa infeksius: 1-2 hari sebelum gejala hingga < 10 hari setelah gejala muncul Paling menularkan: 1-2 hari sebelum bergejala hingga 2-3 hari setelah bergejala Perjalanan Penyakit COVID-19
  • 12. PENCEGAHAN TERBAIK ADALAH MENCEGAH VIRUS MASUK KE TUBUH Menggunakan masker Menjaga jarak fisik Memperbaiki Ventilasi ruang tertutup Menghindari kerumunan Mencuci tangan Disertai pelacakan kontak WHO. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): technical brief and priority actions for member states. 28 Nov 2021 [updated 29 Nov 2021]
  • 13. Penularan sangat cepat Bisa menembus pertahanan vaksin Kasus COVID-19 naik sangat cepat Jumlah pasien rawat inap dan COVID-19 berat dapat meningkat Membebani sistem kesehatan Kekhawatiran akan Gelombang ketiga: Lonjakan Kasus Omicron
  • 14.
  • 15.
  • 16. ANTISIPASI MENGHADAPI LONJAKAN KASUS OMICRON  Masyarakat yang layak untuk divaksin segera menjalani vaksinasi COVID-19 lengkap (dua dosis) dan Booster di sentra pelayanan vaksinasi terdekat  Disiplin Menjalankan Protokol Kesehatan  Pemerintah agar memaksimalkan aktivitas 3T, segera mengejar target cakupan vaksinasi primer dan booster, serta memetakan dan mempersiapkan tempat-tempat isolasi terpusat  Jika ada yang mengalami gejala segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, melakukan isolasi mandiri di rumah, memperketat dan tetap disiplin pada protokol kesehatan, mengonsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan gizi, memperbanyak istirahat  Setiap individu diharapkan mampu menjadi agen edukasi tentang COVID-19 terkait varian Omicron, gejala dan keluhan, cara pencegahan, dan tata cara isolasi mandiri  Bila sudah terkonfirmasi PCR positif, tidak perlu mempermasalahkan variannya omicron atau bukan karena tatalaksana pengobatannya sama dan Tatalaksana isoman nya juga sama
  • 17. Perhimpunan Dokter ParuIndonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter Anestesiologi danTerapi Intensif Indonesia (PERDATIN) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
  • 18. Pembaharuan Pedoman Edisi 4 Definisi kasus probable varian Omicron berdasarkan PCR dengan SGTF dan terkonfirmasi varian Omicron berdasarkan Whole Genome Sequencing Obat antivirus baru (molnupiravir dan nirmatrelvir/ritonavir) dan antikoagulan (rivaroksaban dan fondaparinux) Penekanan bahwa kasus COVID-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan cukup dengan isoman atau isoter, tidak perlu rawat inap Penatalaksanaan kasus sedang/berat/kritis dilakukan di RS Pencabutan beberapa opsi terapi tambahan: plasma konvalesen dan ivermectin (yg tidak pernah masuk sebagai obat standar) Hidroksiklorokuin, azitromisin, dan oseltamivir sudah dikeluarkan pada edisi sebelumnya Indikasi perawatan ICU dan karakteristik pasien COVID-19 derajat kritis untuk memprediksi lebih dini potensi perburukan Beberapa jenis, dosis, dan cara pemberian vaksin baru yang efektif sebagai upaya pencegahan yang penting 1 5 3 2 4 6
  • 19.
  • 20. DEFINISI KASUS VARIAN OMICRON (B.1.1.529) Kasusprobable dan konfirmasi varian Omicron (B.1.1.529) memenuhi kriteria sebagaiberikut: KasusProbable varian Omicron (B.1.1.529) adalah kasuskonfirmasi COVID- 19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif S-Gene TargetFailure (SGTF)atau uji deteksi Single Nucleotide Polymorphism(SNP) berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR)mengarah kevarianOmicron Kasuskonfirmasi varian Omicron (B.1.1.529) adalah kasuskonfirmasi COVID- 19 dengan hasil pemeriksaan sekuensing positif Omicron SARS-CoV-2.
  • 21. BERDASARKAN WHO,DEFINISI KASUSVARIAN OMICRON SEBAGAIBERIKUT: • Kasussuspek varian Omicron • Kasusterkonfirmasi COVID-19,apapun gejalanya sesuaidefinisi kasussuspekyang memiliki kontak dengan kasus probable atau kasusterkonfirmasi Omicron • Kasusterkonfrimasi COVID-19(sesuai definisi kasusWHO)yang bertempat tinggal atau melakukan perjalanan dari area yang mendeteksi Omicron dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala. • Kasus probable Omicron: kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan positif S-gene target failure (SGTF)atau atau uji deteksi Single Nucleotide Polymorphism (SNP) berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR)mengarah kevarian Omicron • Kasusterkonfirmasi varian Omicron: individu yang terkonfirmasi dengan hasil pemeriksaan sekuensing positif Omicron SARS-CoV-2
  • 22. DERAJAT KEPARAHAN COVID-19 TanpaGejala • Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan • Pasientidak ditemukan gejala. Ringan • Pasiendengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. • Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan,kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. • Pasienusia tua dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak adademam
  • 23. SEDANG • Padapasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak,napascepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2>93% dengan udara ruangan Berat/Pneumonia Berat • Padapasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak,napascepat) ditambah satu dari: frekuensi napas>30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2< 93%pada udara ruangan
  • 24. TATALAKSANA KASUS COVID-19 • Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakandiagnosis. Bila pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari kedua, Apabila pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya (harikedua) • Untuk kasustanpa gejala, ringan, dan sedangtidak perlu dilakukan pemeriksaan PCRuntuk follow-up. Pemeriksaanfollow- up hanya dilakukan pada pasien yang berat dan kritis
  • 25. • Untuk PCRfollow-up pada kasusberat dan kritis, dapat dilakukan setelahsepuluh hari dari pengambilan swab yangpositif. • Bila diperlukan, pemeriksaan PCRtambahan dapat dilakukan dengan disesuaikan kondisi kasussesuai pertimbangan DPJPdan kapasitas di fasilitas kesehatan masing-masing. • Untuk kasusberat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama tiga hari namun pada follow-up PCRmenunjukkan hasil yang positif, kemungkinan terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT) value untuk menilai infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJPdan laboratorium pemeriksa PCRkarena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan alat yangdigunakan.
  • 26. JADWALPENGAMBILAN SWAB UNTUK PEMERIKSAAN RT-PCR Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11/12* X X x Keterangan : * diperiksa hanya untuk berat dan kritis
  • 27. • Varian Omicron  mutasi pada protein Spike69-70 sehingga target gen Spike (S)menjadi tidak terdeteksi, dikenal sebagaiS GeneTarget Failure (SGTF)atau S GeneDropout
  • 28. TANPAGEJALA(ASIMTOMATIS) Isolasi danPemantauan • Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun difasilitas publik yangdipersiapkan pemerintah (isolasiterpusat) • Pasiendipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) • Kontrol di FKTPterdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan klinis
  • 29. NON-FARMAKOLOGIS • Berikan edukasi terkait tindakan yangperlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa kerumah): • Pasien: • Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan anggota keluarga • Cucitangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizersesering mungkin. • Jagajarak (physical distancing) dengankeluarga • Upayakankamar tidur sendiri / terpisah • Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenagamedis)
  • 30. • Alat makan-minum segeradicuci denganair/sabun • Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinyaantara jam 09.00 sampai jam 15.00 • Pakaianygtelah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik/wadah tertutup yangterpisah dengan pakaian kotorkeluarga yanglainnya sebelum dicuci dan segeradimasukkan mesin cuci • Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malamhari) • Segeraberi informasi kepetugas pemantau/FKTPatau keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh >38oC
  • 31. Lingkungan/kamar: Perhatikan ventilasi, cahayadan udara Membuka jendela kamar secaraberkala Bila memungkinkan menggunakan APDsaat membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan goggle). Cucitangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizersesering mungkin. Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan desinfektan lainnya
  • 32. Keluarga: • Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/RumahSakit. • Anggota keluarga senanitasa pakai masker • Jagajarak minimal 1 meter dari pasien • Senantiasa mencuci tangan • Jangansentuh daerah wajah kalau tidak yakin tanganbersih • Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar • Bersihkan sesering mungkin daerah ygmungkin tersentuh pasien misalnya gagang pintu, dll
  • 33. Farmakologi •Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE- inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
  • 34. • Vitamin C,dengan pilihan; Tablet Vitamin Cnonacidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)  Tablet isap vitamin C500 mg/12 jam oral (selama 30hari) Multivitamin yang mengandung vitamin C1-2 tablet /24 jam (selama 30hari) • Vitamin D Dosis1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)selama 14 hari • Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat ModernAsli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOMdapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisiklinis pasien
  • 35. DERAJATRINGAN Isolasi danPemantauan • Isolasi mandiri di rumah/fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguanpernapasan. Jikagejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yangdipersiapkan pemerintah. • PetugasFKTPdiharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi pasien. • Setelah melewati masaisolasi pasien akan kontrol keFKTPterdekat.
  • 36. NON FARMAKOLOGIS • Edukasiterkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi pasien Covid-19 tanpa gejala). Farmakologis • Vitamin C,dengan pilihan; Tablet Vitamin Cnon acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14hari)  Tablet isap vitamin C500 mg/12 jam oral (selama 30hari) Multivitamin yang mengandung vitamin C1-2 tablet /24 jam (selama 30hari) • Vitamin D Dosis 1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14hari
  • 37. Antivirus • Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x600 mg (hari ke2-5),A T AU • Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama5 hari, A T AU • Nirmatrelvir/Ritonavir (Paxlovid) (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1tablet per 12 jam, diberikan selama 5hari • Sesuaidengan ketersediaan obat di fasyankesmasing-masing
  • 38. • Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam. • Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupunObat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOMdapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien. • Pengobatan komorbid dan komplikasi yangada
  • 39. ISOLASI KASUS COVID-19 ASIMTOMATIS DANGEJALARINGAN • Isolasi dapat dilakukan secaramandiri di rumah masing-masing atausecara terpusat • Pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan di fasilitas pelayanan Kesehatanterdekat • untuk menentukan laik tidaknya isolasi mandiri. Kunjungan berikutnyadapat dilakukan melalui telemedicine • Isolasi dapat dilakukan secaramandiri jika syarat klinis dan syarat rumahsebagai berikut dapatdipenuhi • Syaratklinis: • 1) Usia <45 tahun; DAN • 2) Tidak memiliki komorbid;DAN • 3) Tanpagejala/bergejala ringan; • Syaratrumah: • 1) Dapat tinggal di kamar terpisah;DAN • 2)Adakamar mandi di dalamrumah.
  • 40. • Apabila tidak dapat memenuhi syarat klinis dan atau rumahmaka kasusCovid-19 dapat menjalani isolasi di tempat isolasiterpusat • Apabila pasien Covid-19 berusia >45 tahun maka dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan di poliklinik rawat jalan Covid-19 dan DPJP dapat menentukan apakah pasien dapat menjalani isolasi mandiri atau tidak • Selamamenjalani isolasi mandiri atau terpusat, pasien dipantauoleh tenaga Kesehatanfasilitas Kesehatan terdekat
  • 41. • Pasienmendapatkan layanan telemedicine oleh dokter (faskesyang telah ditunjuk sebelumnya) berupa konsultasi klinis yangmencakup: • Anamnesis • Pemeriksaan fisis tertentu yang dilakukan melaluiaudiovisual • Pemberian anjuran/nasihat yangdibutuhkan berdasarkan hasilpemeriksaan penunjang dan/atau hasil pemeriksaan fisiktertentu • Penegakkan diagnosis • Penatalaksanaan dan pengobatan pasien • Penulisan resep dan/atau alat Kesehatan secaraelektronik • Penerbitan surat rujukan
  • 42. DERAJAT SEDANG Isolasi danPemantauan • Rujuk keRumahSakit keRuangPerawatan COVID-19/ RumahSakit Darurat COVID-19 • Isolasi di RumahSakit keRuangPerawatan COVID-19/ RumahSakit Darurat COVID-19 • Pengambilan swab untuk PCRdilakukan sesuaiTabel1 Non Farmakologis • Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi cairan, oksigen • Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP ,fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secaraberkala
  • 43. • Farmakologis • Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 ccNaCl0,9%habis dalam 1 jam diberikan secaradrip intravena (IV) selamaperawatan • Vitamin DDosis1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IUdan tablet kunyah 5000IU) • Diberikan terapi farmakologis berikut; Salahsatu antivirus berikut : • Antivirus Remdesivir 200 mgIVdrip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IVdrip (hari ke2-5 atau hari ke2-10)
  • 44. • Apabila Remdesivir tidak tersedia maka pemberian antivirus disesuaikan dengan ketersediaan obat di fasyankesmasing-masing, dengan pilihan sebagaiberikut: • Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x600 mg (hari ke2-5),A T AU • Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari,A T AU • Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentukkombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan selama 5 hari
  • 45. • Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP(Lihat penjelasan pada derajat berat/kritis) • Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain- lain) • Pengobatan komorbid dan komplikasi yangada
  • 46. DERAJATBERAT/KRITIS • Isolasi danPemantauan • Isolasi di ruang isolasi Intensive Care Unit (ICU) atau High Care Unit (HCU) RumahSakit Rujukan • Indikasi Perawatan intensif COVID-19 • Penting sekali untuk intervensi lebih dini dan paripurna pasien kritisCOVID-19di perawatan intensif Kriteria perawatan ICUantara lain : • Membutuhkan terapi oksigen >4 liter/menit o Gagalnapas Sepsis Syok • Disfungsi organakut Pasienyangresiko tinggi perburukanARDS: • umur lebih 65 tahun, demam >39¾C,neutrofilia, limfositopenia, peningkatan petanda disfungsi hepar dan gagalginjal, peningkatan CRP, PCTdan Ferritin, peningkatan fungsi koagulasi (prothrombin timeT a ,t a fl ia bk s ra in na C o o g v i e d - n 1 9 d 5 O a P n O T D G- dB e ir ma ter) 33
  • 47. • Padakondisi dimana terjadi keterbatasan ketersediaan ICU,makaperawatan intensif lebih diprioritaskan pada pasien yang memerlukan ventilasimekanis • Pengambilan swab untuk PCRdilakukan sesuai tabel 1 TatalaksanaCovid-19 5OPOTG- Berat 34
  • 48. NON FARMAKOLOGIS • Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi(terapi cairan), dan oksigen • Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan hitung jenis,bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP ,fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH,D-dimer. • Pemeriksaan foto toraks serial bilaperburukan • Monitor tanda-tanda sebagaiberikut: takipnea, frekuensi napas≥ 30x/min, saturasi Oksigendengan pulse oximetry ≤93%(di jari), PaO2/FiO2≤ 300 mmHg, peningkatan sebanyak >50%di keterlibatan area paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam, imfopenia progresif, peningkatan CRPprogresif,asidosis laktat progresif.
  • 49. FARMAKOLOGIS • Vitamin C200 – 400 mg/8 jam dalam 100 ccNaCl0,9%habis dalam 1 jam diberikan secaradrip Intravena (IV) selamaperawatan • Vitamin B11 ampul/24 jam/intravena • Vitamin D • Dosis1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000IU) • Bila terdapat kondisi sepsisyang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi danfaktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan
  • 50. • Antivirus : Remdesivir 200 mg IVdrip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IVdrip (hari ke2-5 atau hari ke2-10). Apabila Remdesivir tidak tersediamaka pemberian antivirus disesuaikan dengan ketersediaan obat di fasyankesmasing-masing, dengan pilihan sebagai berikut: • Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oralhari ke-1 dan selanjutnya 2 x600 mg (hari ke2-5),A T AU • Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, A T AUNirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1tablet per 12 jam, diberikan selama 5hari
  • 51. • Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroidlain yang setara seperti metilprednisolon 32 mg, atau hidrokortison 160 mg pada kasusberat yang mendapat terapi oksigen atau kasusberat denganventilator • Anti interleukin-6 (IL-6) Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kgBB single dose atau dapat diberikan 1 kali lagi dosis tambahan apabila gejala memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama.Jarakpemberian dosis pertama dan kedua minimal 12 jam. Maksimal pemberian 800 mg per dosis. Tocilizumab dapat diberikan di awal pasien memasuki keadaan Covid-19 berat, yang umumnya terjadi setelah sakit ≥1 minggu, dan jumlah virus mencapaipuncaknya
  • 52. 41 Pasien suspek dan probable COVID- 19 kategori sedang/berat dapat ditatalaksana seperti pasien COVID- 19 sampai terbukti bukan  Frekuensi napas >30x/menit, pada anak sesuai kelompok usia DAN ATAU  SpO2<93% (<92% pada anak) pada udara ruang, DAN ATAU  Ada tanda – tanda sepsis atau distress pernapasan Ada Pneumonia Ringan Isolasi Mandiri /isolasi terpusat Sedang (ada pneumoniatapi tidak perlu O2) Rawat 1. Antivirus : Favipiravir / Molnupiravir / Nirmatrelvir –Ritonavir* 2. Vitamin C, D 3. Terapi Simptomatis 4. Obat suportif, baik tradisional (fitofarmaka) atau obat modern asli Indonesia (OMAI) 1 Rawat RS/RS darurat 2 Antivirus : Favipiravir / Molnupiravir / Nirmatrelvir – Ritonavir/*Remdesivir** 3 Vitamin C, D 4 Terapi Simptomatis 5 Antibiotik (bila ada indikasi) 6 Terapi Cairan dan nutrisi 7 Pemberian antikoagulan berdasarkan evaluasi DPJP Terapi Tambahan Lainnya 1. Antibodi Monoklonal 2. MesenchymalStem Cell (MSCs)/Sel Punca 3. Intravenous Immunoglobuln (IVIG) 1. Vitamin C, D, B1 2. Antivirus : Remdesivir/Favipiravir / Molnupiravir / Nirmatrelvir – Ritonavir * 3. Deksametason 4. Anti-IL-6 5. Terapi Cairan dan nutrisi 6. Antibiotik (bila ada indikasi) 7. Pemberian antikoagulan berdasarkan evaluasi DPJP Terapi Oksigen Tanda-tanda Syok? Pada anak Inflammatory Syndrome) pertimbangkan MIS Tatalaksana Syok Berat/Kritis Ikut Alur Penentuan Alat Bantu Napas Pasien COVID-19 Bila sesak napas dan perburukan pneumonia Tidak Tidak Ya Ya *Sesuai indikasi yaitu memiliki pasien dengan risiko perburukan atau kematian dan ketersediaan obat di fasyankes masing- masing ** Remdesivir diberikan sedang-berat/krtis Pasien Covid-19 Tanpa Gejala (asymptomatis) 1. Vitamin C, D 2. Obat suportif, baik tradisional (fitofarmaka) atau obat modern asli Indonesia (OMAI) Isolasi Mandiri/iso lasi terpusat Pasien Covid-19 dengan gejala Tidak
  • 53. Klasifikasi Kriteria Pemeriksaan Antiviral Antiinflamasi Antikoagulan Vitamindan Suplemen Ringan Gejala (+) T anpabukti pneumonia virus/tanpa hipoksia SpO2>95%udara ruangan DPL,swab PCR Favipiravi r A T AU Molnupiravi r A T AU Nirmatrelvir /Ritonavir Vitamin C VitaminD Sedang Gejala (+) tandaklinis pneumonia Tidak disertaitanda pneumonia berat SpO2>93%udara ruangan DPL,PCR, AGD,GDS, SGOT/SG PT , Ureum, Kreatinin,DDimer, Ferritin, Troponin, IL-6, k/p NTproBNP , XRayThorax (k/p CT Scantoraks) Remdesiv ir A T AU Favipiravi r A T AU Molnupiravir A T AU Nirmatrelvir/ Ritonavir UFH atau Enoksaparin Atau Fondaparinu ks Atau Rivaroksaban Vitamin C VitaminD Berat Gejala klinis pneumonia(+) Disertai satudari: • RR>30x/menit • Distrespernapasanberat • SpO2<93%udara ruangan Kritis: • ARDS • Sepsis,Syok sepsis • Kondisilain yangbutuh alat penunjanghidup DPL,PCR,seri AGD,GDS, SGOT/SGPT , Ureum, Kreatinin, APTT ,DDimer, Ferritin, Troponin, IL-6, k/p NTproBNP , k/p CK-CKMB,CT a Ttalaksana toraks Remdesiv ir A T AU Favipiravi r A T AU Molnupiravir A T AU Nirmatrelvir/ Ritonavir Covid-19 5OPOTG- Be Tocilizumab Kortikosteroi d UFH atau Enoksaparin Atau Fondaparinu ks Vitamin C Vitamin D VitaminB1 42