2. Derajat Infeksi
dan Komorbiditas
Manifestasi klinis beragam:
tanpa gejala hingga gagal napas
yang fatal
Penyakit berat berkaitan dengan
komorbiditas: hipertensi, diabetes melitus,
geriatri, penyakit autoimun, penyakit ginjal,
gagal jantung, dan penyakit paru obstruktif
kronik. Angka komorbid cukup tinggi pada
penderita COVID-19 di Indonesia
Penyakit kardiovaskular akut seperti cedera miokardium akut
sering menyebabkan perburukan kondisi klinis di rumah
sakit, peningkatan kebutuhan perawatan di ICU, dan
peningkatan angka mortalitas
3. COVID-19 pada Anak
› Kasus terkonfirmasi pada anak (0-18 tahun) mencapai
13,3%
› Peningkatan kasus terjadi bersamaan dengan munculnya
varian Omicron dan penerapan pembelajaran tatap muka
(PTM) 100% sejak 3 Januari 2022 di beberapa wilayah
› Merupakan sindrom inflamasi multiorgan pada
anak, berkaitan dengan COVID-19
› Menimbulkan penyakit derajat berat
› Jumlah kasus yang tinggi risiko kejadian MIS-C
lebih tinggi
Kasus COVID-19 pada Anak
Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C)
4. • Varian Omicron yang memiliki kemampuan penularan dan memperbanyak
diri yang lebih tinggi dari varian sebelumnya
• Sebagian besar kasus Omicron adalah kasus tanpa gejala atau ringan, dan
banyak ditemukan pada individu yang telah menerima vaksinasi dosis
lengkap vaksinasi bermanfaat untuk mencegah munculnya gejala varian
Omicron
• 20% kasus Omicron di Indonesia adalah kasus penularan local
• Waspadai bila yg terinfeksi adalah kelompok rentan seperti: Lansia, orang
dengan komorbid , anak anak
• Jika tidak terkendali dapat menyebabkan sistem kesehatan Indonesia
menjadi kewalahan perlu peran Pemerintah dan masyarakat secara
maksimal untuk mencegah penularan
5. Dr. Maria Van Kerkhove (WHO Technical Lead on COVID-19)
• Omicron sangat dominan saat ini
dibandingkan Delta dengan peningkatan kasus
yang signifikan (lebih menular)
• Lebih banyak kasus > rawat inap tinggi > dapat
mengganggu sistem pelayanan kesehatan
• Spektrum derajat infeksi Omicron beragam,
bisa asimtomatik, ringan, perlu rawat inap,
hingga kematian
• Meskipun berdasarkan data awal Omicron
lebih ringan, virus ini masih berbahaya
terhadap populasi rentan (usia lanjut,
komorbid, dan lainnya)
• Masih mungkin akan ada VOC lain di masa
depan bila sirkulasi virus tidak berhenti
• Efek long covid ?
• Selain vaksinasi, menerapkan protokol
Kesehatan, kendalikan komorbid sangat
penting , saling menunjang untuk menurunkan
transmisi
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/media-resources/science-in-5/episode-63---omicron-variant
6. Subvarian Omicron: Data Awal dari Statens Serum Institut (Denmark), 20 Januari
2022
● Sejauh ini terdapat 3 subvariant Omicron: BA.1, BA.2, dan BA.3
● BA.1 berkontribusi terhadap sebagian besar kasus Omicron di Dunia, namun BA.2
semakin meningkat di Denmark
● Subvarian BA.2 ditemukan pada hingga 45% kasus COVID-19 di minggu ke-2
Januari 2022
● BA.1 dan BA.2 memiliki banyak perbedaan mutasi satu sama lain, dan di bagian
yang penting. Perbedaan mutasi antar kedua subvarian ini lebih banyak daripada
perbedaan mutasi antara varian awal dengan Alpha
● Perbedaan yang besar tersebut dapat berdampak pada penularan, keparahan
gejala, atau manfaat vaksin. Akan tetapi, belum ada data pasti mengenai hal ini
https://en.ssi.dk/news/news/2022/omicron-variant-ba2-accounts-for-almost-half-of-all-danish-omicron-cases
7. WHO Update 4/2/2022
• Omicron memiliki sub-varian BA.2
• BA.2 meningkat di India dan Denmark
• Memiliki kemampuan penularan dan transmisi yang
lebih efisien dibandingkan Omicron yang saat ini
beredar di Indonesia
• COVID-19 akan terus bermutasi dan beradaptasi
maka upaya dalam menjalani protocol Kesehatan
untuk mengurangi penularan sangat penting
• Omicron sudah menjadi varian dominan di beberapa
belahan dunia, melebihi delta
• Penyebab Long Covid ???
Omicron Sub-Varian “BA.2”
8. Omicron: yang perlu diperhatikan!
• Grafik kenaikan kasus lebih
cepat dibandingkan varian
sebelumnya; fenomena
superspreader
• Risiko penularan 2,9x lebih
tinggi dibanding varian
Delta
Penularan
• Peningkatan risiko
terinfeksi kembali hingga
5,4x dibandingkan dengan
varian Delta
Re-infeksi
https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/25/update-omicron--total-di-indonesia-ada-1665-kasus-selasa-25-januari-2022
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/2022-01-07-global-technical-brief-and-priority-action-on-omicron---corr2.pdf?sfvrsn=918b09d_26
9. Gejala Klinis
COVID-19 varian
Omicron
Batuk (89%), Sesak napas (16%) Demam (38%), menggigil
Kelelahan/badan pegal (65%)
Mual/muntah (22%), Diare (11%) Anosmia/Ageusia (8%)
Hidung tersumbat
atau rinore (59%)
CDC COVID-19 Response Team. SARS-CoV-2 B.1.1.529 (Omicron) variant – United States, December 1-8, 2021. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2021 Dec 17;70(50):1731-4.
11. Gejala klinis COVID-19 (Omicron)
• Hidung tersumbat atau rinore/hidung berair gejala yang khas
pada Omicron
• Nyeri tenggorok, terutama tenggorokan gatal gejala yang khas
pada Omicron
• Mudah lelah cukup sering
• Sakit kepala cukup sering
• Nyeri otot cukup sering
• Batuk kering cukup sering
1. https://www.al.com/news/2022/01/most-common-omicron-symptoms-now-1-unique-symptom-reported.html
2. https://www.npr.org/sections/health-shots/2022/01/06/1070622880/what-we-know-about-the-symptoms-and-the-severity-of-the-omicron-variant
3. https://joinzoe.com/learn/omicron-symptoms
12. Studi dari HKUMed Hong Kong
• Studi membandingkan nilai TCID50
di bronkus dan paru akibat infeksi
varian Omicron, Delta, atau varian
awal
• TCID50 = median tissue culture
infectious dose menandakan titer
virus di jaringan
• Di bronkus, varian Omicron memiliki
laju infeksi dan replikasi 70 kali
lebih tinggi dari varian Delta dan
varian awal
• Akan tetapi di paru, laju infeksi dan
replikasi varian Omicron 10 kali
lebih rendah dari varian awal
https://www.med.hku.hk/en/news/press/20211215-omicron-sars-cov-2-infection
17. Penyebab Kematian Berdasarkan Umur, Vaksinasi, Tanggal
Vaksin Terakhir, Komorbid dan Lama Rawat
Gagal Kardiorespirasi (%) Syok Sepsis (%)
Umur 19-60 thn 17 (68,0) 8 (32,0)
> 60 thn 22 (78,6) 6 (21,4)
Vaksinasi Sudah 15 (83,3) 3 (16,7)
Belum 24 (68,6) 11 (31,6)
Tanggal Vaksin terakhir < 6 bulan 6 (54,6) 5 (45,4)
> 6 bulan 8 (61,5) 5 (38,5)
Komorbid Tidak ada 1 0
HT 16 5
DM 17 7
Stroke 9 2
CAD 2 2
ARDS 10 11
Keganasan 3 1
CKD 10 4
TB 5 0
Asma/PPOK 2 0
Penyakit Hati Kronik 3 1
Lain-lain 7 1
18. Omicron: yang perlu diperhatikan!
https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/2022-01-07-global-technical-brief-and-priority-action-on-omicron---corr2.pdf?sfvrsn=918b09d_26
Keparahan Penyakit
Data dari Afrika Selatan, UK, Kanada, dan
Denmark: penurunan risiko hospitalisasi (rawat
inap RS) dibandingkan Delta
Risiko keparahan penyakit meningkat pada
pasien dengan komorbid dan orang yang tidak
divaksinasi
Diagnosis dan Testing
PCR atau rapid antigen masih akurat dalam mendeteksi
SARS-CoV-2
Deteksi mengarah ( probable ) Omicron secara spesifik dapat
menggunakan PCR dengan STGF (S gene target failure) namun
untuk diagnosis pasti menggunakan whole genome
sequencing
19. Pembaharuan Pedoman
Edisi 4
Definisi kasus probable varian
Omicron berdasarkan PCR
dengan SGTF
dan terkonfirmasi varian
Omicron berdasarkan Whole
Genome Sequencing
Obat antivirus baru (molnupiravir
dan nirmatrelvir/ritonavir) dan
antikoagulan (rivaroksaban dan
fondaparinux)
Penekanan bahwa kasus COVID-19
tanpa gejala atau dengan gejala
ringan cukup dengan isoman atau
isoter, tidak perlu rawat inap
Penatalaksanaan kasus
sedang/berat/kritis dilakukan di RS
Pencabutan beberapa opsi terapi tambahan:
plasma konvalesen dan ivermectin (yg tidak
pernah masuk sebagai obat standar)
Hidroksiklorokuin, azitromisin, dan oseltamivir
sudah dikeluarkan pada edisi sebelumnya
Indikasi perawatan ICU dan
karakteristik pasien COVID-
19 derajat kritis untuk
memprediksi lebih dini
potensi perburukan
Beberapa jenis, dosis, dan
cara pemberian vaksin baru
yang efektif sebagai upaya
pencegahan yang penting
1
5
3
2
4 6
20. Kenapa terjadi beberapa kali perubahan
rekomendasi pada berbagai guideline?
Modified from ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2743609/
Saat ini
• Saat COVID-19 muncul, ilmu pengetahuan kedokteran
sangat terbatas sehingga segala upaya untuk
menyelamatkan nyawa manusia dikerahkan meskipun
belum memiliki bukti yang kuat.
• Target terapi potensial untuk pengobatan COVID-19
semakin banyak teridentifikasi sehingga memungkinkan
adanya obat-obat baru yang akan muncul.
• Hasil uji klinik yang positif belum dapat diterima secara
mutlak tetapi juga harus dibandingkan dengan
beberapa uji klinik lain yang serupa.
• Meta-analisis dari beberapa hasil RCT yang berkualitas
merupakan sumber yang paling adekuat untuk kita
jadikan pegangan.
• Guideline / panduan praktik klinis COVID-19 harus
diupdate secara berkala mengikuti perkembangan data
ilmiah terbaru.
21. TATA LAKSANA COVID-19 TANPA
GEJALA
ISOLASI DAN PEMANTAUAN
• Isolasi mandiri (isoman) atau
isolasi terpusat (isoter) selama 10
hari sejak pengambilan swab
diagnosis
• Dilakukan pemantauan oleh
tenaga kesehatan dari FKTP
• Kontrol ke FKTP terdekat setelah
isolasi
FARMAKOLOGIS
NON-FARMAKOLOGIS
• Terapkan protokol kesehatan
• Berjemur 10-15 menit tiap hari
• Anggota keluarga yang kontak
erat hendaknya memeriksakan
diri
21
• Vitamin C: 3-4x500 mg, 14 hari
(non acidic), 2x500 mg, 30 hari
(acidic); atau multivitamin
mengandung vit C 1-2 tablet/hari
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
selama 14 hari
• Pengobatan komorbid / penyakit
penyerta
• Obat suportif lain (fitofarmaka,
OMAI, antioksidan) dapat
dipertimbangkan
22. ISOLASI UNTUK COVID-19
TANPA GEJALA DAN GEJALA RINGAN
22
Syarat Klinis
• Usia <45 tahun; DAN
• Tidak memiliki komorbid
Syarat Rumah
• Dapat tinggal di kamar
terpisah; DAN
• Ada kamar mandi di dalam
rumah
Isolasi mandiri dapat
dilakukan jika memenuhi
kedua syarat klinis dan
syarat rumah
Jika salah satu atau kedua
syarat tidak terpenuhi
isolasi terpusat
23. 23
TATA LAKSANA COVID-19
GEJALA RINGAN
ISOLASI DAN PEMANTAUAN
• Isolasi mandiri (isoman) atau
isolasi terpusat (isoter) selama 10
hari sejak muncul gejala + 3 hari
hingga bebas gejala demam dan
gangguan pernapasan
• Dilakukan pemantauan oleh
tenaga kesehatan dari FKTP
• Kontrol ke FKTP terdekat setelah
isolasi
• Terapkan protokol
kesehatan
• Berjemur 10-15 menit
tiap hari
• Anggota keluarga yang
kontak erat hendaknya
memeriksakan diri
NON-FARMAKOLOGIS
• Vitamin C: 3-4x500 mg, 14
hari (non acidic), 2x500 mg,
30 hari (acidic); atau
multivitamin mengandung vit
C 1-2 tablet/hari
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
selama 14 hari
• Antivirus: favipiravir,
molnupiravir, atau
nirmatrelvir/ritonavir
• Pengobatan simtomatis
• Pengobatan komorbid dan
komplikasi
• Obat suportif lain
(fitofarmaka, OMAI) dapat
dipertimbangkan
FARMAKOLOGIS
26. TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT SEDANG
26
ISOLASI DAN PEMANTAUAN
• Isolasi rawat inap di ruang isolasi COVID-19 RS rujukan atau RS Darurat COVID-19
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Oksigen jika diperlukan
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan
ditambah CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, dan foto toraks jika memungkinkan
NON-FARMAKOLOGIS
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip
intravena
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: remdesivir IV drip (1x200 mg hari 1, dilanjutkan 1x100 mg hari 2-5 atau hari 2-10),
atau alternatifnya favipiravir, molnupiravir, atau nirmatrelvir/ritonavir (dosis seperti sebelumnya)
• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai evaluasi DPJP
• Pengobatan simtomatis
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
FARMAKOLOGIS
27. TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT BERAT
ATAU KRITIS
27
ISOLASI DAN PEMANTAUAN
• Perawatan isolasi di ruang ICU atau HCU RS rujukan
• Pasien COVID-19 kritis perlu intervensi lebih dini dan paripurna. Indikasi perawatan intensif COVID-19:
Membutuhkan
terapi oksigen >4
lpm
Gagal napas Sepsis
Syok
Disfungsi organ
akut
Pasien dengan
risiko tinggi
perburukan ARDS
Usia >65 tahun, demam
>39oC, neutrofilia,
limfositopenia, peningkatan
penanda gagal hati dan
ginjal, peningkatan CRP,
PCT, dan feritin,
peningkatan fungsi
koagulasi (PT, fibrinogen, D
dimer)
28. TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT BERAT
ATAU KRITIS
28
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan ditambah
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH, dan D-dimer jika memungkinkan
• Pemeriksaan foto toraks serial jika perburukan
• Monitor: frekuensi napas (≥30x/menit); SpO2 (≤93 %); PaO2/FiO2 ≤300 mmHg; peningkatan >50%
keterlibatan di area paru dari radiografi toraks dalam 24-48 jam; limfopenia progresif; peningkatan
CRP progresif; asidosis laktat progresif
• Oksigen jika SpO2 <93% dengan udara bebas. Jenis alat dan flow disesuaikan hingga mencapai
target SpO2 92-96% (pada ibu hamil >94 %)
• Untuk mencegah perburukan penyakit ke gagal napas: terapi oksigen dengan HFNC atau NIV jika
tidak ada perbaikan klinis dalam 1 jam atau ada perburukan klinis, pembatasan resusitasi cairan, atau
awake prone position
• Jika gagal napas dengan ARDS, dipertimbangkan penggunaan ventilator mekanik
• Pasien COVID-19 derajat kritis dapat menerima terapi ECMO jika sudah menerima terapi ventilator
dan prone position yang maksimal, dengan indikasi:
1. PaO2/FiO2 <80 mmHg selama >6 jam
2. PaO2/FiO2 <50 mmHg selama >3 jam
3. pH <7,25 + PaCO2 >60 mmHg selama >6 jam
NON-FARMAKOLOGIS
29. TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT BERAT
ATAU KRITIS
29
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip
intravena
• Vitamin B1: 1 ampul/24 jam IV
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antibiotik jika ada bukti ko-infeksi
• Antivirus: remdesivir IV drip (1x200 mg hari 1, dilanjutkan 1x100 mg hari 2-5 atau hari 2-10),
atau alternatifnya favipiravir, molnupiravir, atau nirmatrelvir/ritonavir (dosis seperti sebelumnya)
• Deksametason: 1x 6 mg selama 10 hari (atau ekivalen)
• Anti IL-6: tocilizumab 1x 8 mg/kgBB dosis tunggal (max 800 mg). Satu dosis tambahan dapat
diberikan jika belum ada perbaikan atau mengalami perburukan, dengan jarak antar dosis
minimal 12 jam
• Antikoagulan LMWH/UFH/OAC sesuai evaluasi DPJP
• Jika pasien mengalami syok, berikan tata laksana sesuai pedoman yang ada: resusitasi
cairan, vasopressor, atau inotropik, dan dimonitor secara intensif
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
• Terapi suportif lain sesuai indikasi
FARMAKOLOGIS
30. RANGKUMAN TATA LAKSANA
FARMAKOLOGIS COVID-19
30
Derajat Terapi
Tanpa Gejala
• Vitamin C, D
• Pengobatan suportif
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
Ringan
• Vitamin C, D
• Favipiravir atau Molnupiravir atau Nirmatrelvir/Ritonavir
• Pengobatan simtomatis
• Pengobatan suportif
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
Sedang
• Vitamin C, D
• Remdesivir atau alternatifnya: Favipiravir, Molnupiravir, atau Nirmatrelvir/Ritonavir
• Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
• Pengobatan simtomatis
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
Berat atau Kritis
• Vitamin C, B1, D
• Remdesivir atau alternatifnya: Favipiravir, Molnupiravir, atau Nirmatrelvir/Ritonavir
• Kortikosteroid
• Anti IL-6 (Tocilizumab/Sarilumab)
• Antibiotik (pada suspek koinfeksi bakteri)
• Antikoagulan LMWH/UFH/OAC berdasarkan evaluasi DPJP
• Tata laksana syok (bila terjadi)
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
Isoman/Isoter
Rawat Inap di RS
31. Apa yang harus
saya lakukan
jika saya
berkontak erat
dengan pasien
COVID-19?
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021
32. Vaksin Booster
• Beda brand
vaksin booster
tidak masalah
dan aman
• ½ dosis Moderna
dan Pfizer
terbukti memicu
respons setara
dengan
pemberian 1
dosis
33. CekTiketVaksinBooster?
• 6 bulan pasca
vaksinasi kedua
• Semua orang dengan
komorbid yang
dalam kondisinya
terkontrol bisa
mendapatkan
booster
34. Masyarakat yang layak untuk divaksin segera menjalani vaksinasi COVID-19 lengkap
(dua dosis) atau Booster di sentra pelayanan vaksinasi terdekat
Disiplin Menjalankan Protokol Kesehatan, mencukupi kebutuhan gizi, memperbanyak
istirahat
Pemerintah agar memaksimalkan aktivitas 3T, segera mengejar target cakupan
vaksinasi primer dan booster, serta memetakan dan mempersiapkan tempat-tempat
isolasi terpusat
Setiap individu diharapkan mampu menjadi agen edukasi tentang COVID-19 terkait
varian Omicron, gejala dan keluhan, cara pencegahan, dan tata cara isolasi mandiri
Bila sudah terkonfirmasi PCR positif, tidak perlu mempermasalahkan variannya
omicron atau bukan karena tatalaksana pengobatannya sama dan Tatalaksana isoman
nya juga sama
Take Home Message