Kapital sosial: less tangible, relasi sosial, terkait dengan orang lain, tidak terukur, melekat pada hubungan sosial (belajar sosiologi menjadi penting).
Disampaikan dalam Kuliah Program Pasca Sarjana Fisipol UGM oleh Prof, Sunyoto Usman
konsep kapital sosial, Modal Sosial, potensi dan aktualisasinya untuk pembangunan.
1. 1
Prof. Dr. Sunyoto Usman
Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM
Diskusi 1
10 November 2008
2. 2
Tujuan
Konsep dan jenis kapital
(pembahasan secara umum)
Level kapital
(melekat di tingkat apa?)
Contoh kapital sosial
(pedagang angkringan)
•Mahasiswa mampu me-
metakan kapital yang
ada di daerahnya.
Pokok bahasan …….
3. 3
Jenis kapital
Kapital fisik
(physical capital)
Kapital manusia
(human capital)
Kapital sosial
(social capital)
Sesuatu yang bisa di-
pergunakan untuk
kegiatan produktif
(dipelihara dan
dikembangkan)
Jenis kapital …….
4. 4
Sifat-sifat kapital …….
Kapital fisik (physical): terlihat nyata (tangible), dapat dihitung dan
diperhitungkan, ukuran penilaian jelas, misal: hutan, tambang, waduk.
Kapital finansial kerap dimasukkan dalam kategori ini.
Kapital manusia: less tangible tapi masih bisa diukur, skill individual,
kemampuan, pengetahuan, diukur dari tingkat pendidikan, ketrampilan.
Kapital sosial: less tangible, relasi sosial, terkait dengan orang lain, tidak
terukur, melekat pada hubungan sosial (belajar sosiologi menjadi penting).
Bagaimana kondisi kapital di daerah saudara …….
•Kapital fisik (tergolong: kaya, sedang, miskin? indikasinya?)
•Kapital finansial (tergolong: kaya, sedang, miskin? indikasinya?)
•Kapital manusia (tergolong: tinggi, sedang, rendah? indikasinya?)
•Menurut pendapat saudara, kapital apa yang paling menentukan (berpenga-
ruh terhadap) kesejahteraan masyarakat? Apa hambatannya?
•Bagaimana kondisi kapital-kapital tersebut di tingkat desa dan kecamatan?
7. 7
Ilustrasi: pedagang angkringan di kampung miskin
lembah sungai Code, kota Yogyakarta
Berasal dari pedesaan
(Klaten & sekitarnya)
•Warung
angkringan 1
Sungai Code
Pemasok makanan
Dihuni
24 orang
•Warung
angkringan
…. n
•Warung
angkringan 2
•Warung
angkringan 3
8. 8
Mengembangkan kebiasaan apa …….
Pemilik warung angkringan hanya modal angkring, ceret untuk
merebus air, gula, teh, kopi. Semua dagangan (nasi kucing, tahu,
tempe, pisang, telor puyuh) dari pemasok makanan.
Semua dagangan itu baru dibayar setelah laku, kalau tidak laku nanti
dikembalikan lagi kepada pemasok. Pemilik warung angkringan tidak
harus bermodal besar, karena tinggal menjualkan makanan yang siap
saji.
Pemasok makanan hanya memasak saja, tidak ikut campur tangan
menjual barang dagangannya. Makanan masakannya dijamin
dijualkan oleh pedagang angkringan, karena pedagang angkringan
tidak mengambil dagangan dari tempat lain.
Mereka bekerja dalam satu jaringan sosial, saling memberi informasi,
saling menanggung resiko. Mereka survive, meskipun terjadi
goncangan krisis.
Kira-kira pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari kebiasaan yang
dikembangkan oleh pemilik warung angkringan dan pemasok makanan
tersebut?
9. 9
Prinsip-prinsip
kapital sosial
Trust
(saling percaya)
Reprocity
(saling diuntungkan)
Jaringan sosial
(komunikasi, informasi)
Apa yang mereka kembangkan …….
•Bukan berarti mengabai-
kan kapital fisik, finansial,
dan manusia.
•Kapital sosial bisa diolah
untuk kepentingan produk-
tif (bukan sekedar solida-
ritas sosial)
10. 10
Pedagang
angkringan
Menyampaikan harapan (stimulan)
Membangun tanggapan (respon) berdasarkan tindakan rasional
Membangun tanggung-jawab dan kewajiban
Membangun saluran informasi, dan melakukan kalkulasi
Melembagakan norma dan nilai saling ketergantungan
Melakukan rekayasa (manipulasi), menjaga survival
Pemasok
makanan
Komunikasi
•Juga berlaku di antara sesama
pedagang angkringan dan se-
sama pemasok makanan
11. 11
Individu A/B bisa pedagang angkringan dan bisa pula pemasok makanan.
Bahkan juga bisa pihak-pihak lain yang terlibat dalam jaringan transaksi
pengadaan dagangan (kompleks)
• Jika individu A berbuat sesuatu terhadap individu B, akan terbangun
harapan (dalam diri A) dan memenuhi harapan atau kewajiban (dalam
diri B). Saling membutuhkan dan saling tergantung.
• Bagi individu A tanggapan dan rasa memenuhi harapan dalam diri B bisa
menjadi a credit slip atau tabungan yang kelak bisa dimanfaatkan (positif)
apabila suatu ketika membutuhkan.
• Kalau individu A berbuat kepada banyak orang, maka dia akan punya
banyak credit slips, sehingga tabungannya juga banyak, dan bisa
memperoleh hasil yang banyak. Modal keberhasilan berikutnya.
• Kalau individu A hampir tidak berbuat apa-apa kepada orang lain, maka
dia tidak punya credit slips, dia tidak bisa berharap banyak.
• Dalam pembahasan masalah kapital sosial, credit slips menjadi sangat
penting karena menentukan jaringan atau relasi sosial.
Berkelompok kemudian menjadi kewajiban, karena dari sana pelbagai
macam kebutuhan hidup dapat dipenuhi.
12. 12
Sifat kapital sosial ……
Pada level individu, physical capital lebih berupa a private good (dalam
diri orang), orang yang melakukan investasi lebih banyak akan
mendapatkan keuntungan lebih besar (barang, uang).
Pada level individu, human capital (seperti skill, pendidikan) juga lebih
berupa a private good (melekat dalam diri orang), ada dan berkembang
sangat tergantung pada orang itu sendiri, orang yang memiliki yang
lebih banyak human capital memperoleh keuntungan.
Social capital lebih berupa public goods (trust, reciprocity, networking),
ada dan berkembang terkait dengan orang lain secara bersama-sama.
Semakin banyak orang yang terlibat semakin banyak memiliki credit
slips, maju dan berkembang bersama orang lain.
Pada level individu, banyak orang memperoleh promosi karena
memperoleh kepercayaan (trust), piawai membangun kerjasama yang
saling menguntungkan (hubungan reciprocal), dan piawai
mengembangkan jaringan.
•Apakah kapital sosial hanya untuk mencapai tujuan yang positif?
•Mungkinkah kapital sosial dipergunakan untuk tujuan merusak?
•Mungkinkah kapital sosial dipergunakan untuk melakukan korupsi?
13. 13
Karakteristik kapital sosial …….
Asumsi dasar: hubungan sosial adalah kapital, dalam logika investasi
untuk kegiatan produktif, dapat mendatangkan keuntungan
sebagaimana kapital fisik dan kapital manusia.
Kapital finansial dan kapital manusia dapat dihitung dengan jelas,
sedangkan kapital sosial adalah abstrak, bersifat ‘metaphorical’, hanya
berupa ekstensi (pengembangan) konsep ‘finansial investment’ ke
‘social relationships’.
Kapital sosial dianalisis pada level sosial (the structure of social
organisation), bukan pada level individual (seperti human capital),
karena di dalamnya terdapat: hubungan resiprokal, kontrol sosial dan
saling mendukung (mutual support).
•Kita bisa membuat analisis kapital sosial berdasarkan etnis, komunitas
yang bekerja pada sektor tertentu (contoh: pedagang angkringan),
komunitas yang hidup di wilayah tertentu.
•Fokus pada “kapital” untuk kegiatan produktif, analisis dihubungkan
dengan tingkat etnis/komunitas memperoleh keuntungan.
14. 14
Konsep Fukuyama ……
Fukuyama: ‘social capital can be defined simply as a set of informal
values or norms shared among members of a group that permit
cooperation among them’.
Tetapi kapital sosial tidak bisa dikonsepsikan hanya ‘as consisting of
norms and values’, karena kalau dikonsepsikan semacam itu akan
kesulitan membedakan dengan konsep ‘social integration’.
Durkheimian: menekankan pada ‘shared norms as sources of social
solidarity’, ada konsekuensi fungsional (solidaritas sosial); sementara
kapital sosial menempatkan ‘shared norms’ bagian penting dari
produksi, meningkatkan sikap dan tindakan produktif.
Kapital sosial membangun interaksi sosial dan kepercayaan (trust),
melembagakan ‘outcome’ yang konstruktif, mendapatkan benefit.
•Negara-negara yang kaya sumberdaya alam ternyata tidak selalu tergo-
golong negara yang rakyatnya sejahtera (makmur).
•Bagaimana saudara melihat Indonesia? Singapore? Malaysia? Filipina?
•Bagaimana kiat mengembangkan kapital sosial?
15. 15
Kalkulasi
(efisiensi, efektivitas,
daya saing)
Nilai, norma, dan
knowledge sebagai
referensi melakukan
transaksi
Rekayasa,
manipulasi
Strategi mengembangkan kapital sosial …….
•Dalam kehidupan
masyarakat modern
media memiliki
peran strategis
1
3
2
•Dilandasi perhitungan
bahwa dengan kerja-
sama usaha menjadi
lebih berhasil
•Adat, agama,
bisa menjadi
acuan