SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Menghapuskan Berbagai Praktek Impunitas
Salah satu tujuan didirikannya ICC adalah untuk menghapuskan praktek
impunitas (impunity). Pasal 28 Statuta Roma secara rinci mengatur bahwa seorang
atasan baik militer maupun sipil, harus bertanggungjawab secara pidana ketika
terjadi kejahatan dalam yurisdiksi ICC yang dilakukan oleh anak buahnya. Aturan
yang telah ada sejak Piagam Nuremberg, Tokyo, Konvensi Jenewa 1949, ICTY, ICTR
dan kemudian disempurnakan dalam Pasal 28 Statuta Roma, memiliki tujuan untuk
dapat menghukum “the most responsible person” walaupun orang tersebut memiliki
posisi sebagai pemegang kekuasaan yang seringkali sulit terjangkau hukum. Pasal
28 Statuta Roma telah diadopsi dalam pasal 42 Undang-Undang 26/2000 tentang
Pengadilan HAM, namun terdapat banyak kesalahan penterjemahan yang justru
menjadi celah bebasnya para atasan/komandan tersebut.1
Secara umum impunitas dipahami sebagai “tindakan yang mengabaikan tindakan
hukum terhadap pelanggaran (hak asasi manusia)” atau dalam kepustakaan umum
diartikan sebagai “absence of punishment”. Dalam perkembangannya istilah impunity
digunakan hampir secara ekslusif dalam konteks hukum, untuk menandakan suatu
proses di mana sejumlah individu luput dari berbagai bentuk penghukuman terhadap
berbagai tindakan illegal maupun kriminal yang pernah mereka lakukan. Praktek
impunitas ini telah terjadi sejak berabad yang lalu diantaranya adalah gagalnya Negara-
negara Eropa untuk mengadili Raja Wilhelm II sebagaimana yang direkomendasikan oleh
Perjanjian Versailles, tidak diadilinya Kaisar Hirohito oleh Mahkamah Tokyo atas
keputusan AS, berbagai pengadilan pura-pura yang mengadili serdadu-serdadu rendah
dengan hukuman yang ringan dan melawan hari nurani
1
Uraian rinci tentang kesalahan penterjemahan pasal 42 tersebut dapat dilihat dalam Bab I Sub Bab ii.
Mengatasi kelemahan sistemhukum di Indonesia tentang Undang-undang 26/2000, p.13-14.
keadilan masyarakat.2
Praktek ini menunjukan bahwa setiap Negara selalu memiliki
kecenderungan untuk melindungi pelaku kejahatan yang merupakan warganegaranya
sendiri apalagi apabila pelaku tersebut merupakan orang yang memegang kekuasaan di
Negara tersebut. Fenomena ini menunjukkan betapa kepentingan politik dan ekonomi
jangka pendek masih dominan ketimbang penegakkan HAM dan keadilan.
Bagaimana impunity dalam konteks Indonesia, terutama setelah jatuhnya rezim
Soeharto? Peralihan kekuasaan Soeharto ke Habibie menyisakan sejumlah catatan
penting dalam penegakan HAM di Indonesia. Meskipun Peradilan Militer dibentuk di
masa Habibie untuk mengadili sejumlah petinggi dan anggota Kopassus yang
tergabung dalam Tim Mawar, atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan penculikan
orang secara paksa, tetapi tidak pernah ada penjelasan mengenai siapa yang harus
bertanggung jawab atas korban-korban penghilangan paksa yang belum kembali
hingga saat ini. Peradilan ini lebih kepada kompromi politik elit-elit politik dan militer,
untuk tidak menjatuhkan hukuman yang dinilai mampu mengakibatkan keguncangan
dalam tubuh militer. Sekaligus mencoba untuk berkompromi dengan korban-korban
yang sudah dilepaskan. Yang pasti peradilam militer kasus penculikan tersebut gagal
untuk memenuhi prinsip-prinsip keadilan.3
Kasus pembantaian Tengku Bantaqiyah dan para santrinya di pesantren Babul
Mikaramah, Beutong Ateuh, Aceh Barat pada hari Jum’at 23 Juli 1999 juga
merupakan salah satu kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang berakhir dengan
tidak terpenuhinya rasa keadilan bagi korban. Pembantaian dan pembunuhan keji itu
dilakukan oleh sejumlah pasukan militer yang dilatarbelakangi kesalahan prakiraan
intelijen. Informasi Intelijen menghasilkan hipotesa bahwa kegiatan Tengku
Bantaqiyah dan pengikutnya telah mengarah pada dilakukannya upaya
pemberontakan bersenjata. Akibat kesalahan laporan intelijen tersebut, dilakukanlah
penggerebekan di lokasi kejadian yang berakhir dengan terbunuhnya Tengku
Bantaqiyah disertai pengikutnya (ada yang ditembak di tempat, ada yang ditemukan
2
Abdul Hakim G Nusantara, Sebuah Upaya Memutus Impunitas : Tanggung Jawab Komando Dalam
Pelanggaran Berat HAM, Jurnal HAM Komisi Nasional HAM Vol.2 No.2, November 2004, p.viii
3
Daniel Hutagalung, Negara dan Pelanggaran Masa Lalu: Tuntutan Pertanggungjawaban Versus
Impunitas diambil dari Dignitas: Jurnal HAM ELSAM, Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri, Volume III
No.1, 2005, p. 230-231.
telah menjadi mayat di jurang kedalaman 7-8 Km).4
Kasus yang diadili melalui
Pengadilan koneksitas ini menjatuhkan sejumlah hukuman terhadap aparat TNI
dengan vonis bervariasi antara 8 tahun 6 bulan sampai 10 tahun. Namun yang
disayangkan dari kasus ini adalah kejahatan yang terjadi hanya digolongkan sebagai
kejahatan biasa sehingga hanya menggunakan delik pidana umum, kemudian masih
digunakannya pasal 51 KUHP dimana perintah atasan dapat membebaskan pelaku
dari hukuman5
, dan adanya upaya rekayasa untuk menghilangkan Letkol Sudjono
sebagai tersangka utama perencanaan dan pelaksanaan operasi tersebut. Kasus
Bantaqiyah di atas jelas menjadi contoh tersendiri moralitas petinggi militer
Indonesia saat ini. Banyaknya prajurit bawahan yang menjadi kambing hitam
memperlihatkan ada sistem yang lebih besar yang dikendalikan oleh orang-orang
yang berkuasa, dan orang-orang inilah yang sulit tersentuh hukum.
Pengadilan HAM Ad Hoc untuk kasus Timor Timur juga memperlihatkan indikasi
adanya praktek impunitas.6
Indikasi ini telah terlihat sejak proses penyelidikan oleh
KPP HAM selesai dan kemudian diserahkan kepada Jaksa Agung untuk dilakukan
penyidikan.7
Terdapat sekitar 100 tersangka (termasuk beberapa tersangka pelaku
langsung) yang diajukan oleh KPP HAM namun Jaksa Agung memutuskan untuk
menyidik 18 tersangka yang terdiri dari 10 aparat militer, 5 polisi, 2 pejabat
pemerintahan dan 1 pemimpin milisi. Dua perwira tinggi militer yang termasuk
dalam daftar KPP HAM namun lolos untuk diadili dalam pengadilan ini adalah
Jenderal Wiranto dan Mayor Jenderal Zacky Makarim, sehingga perwira militer
tertinggi yang diadili adalah Mayor Jenderal Adam Damiri.
Hampir semua terdakwa yang diadili di Pengadilan Timor Timur dibebaskan baik di
tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung. Hanya satu
terdakwa yang perkaranya masih berjalan di tingkat kasasi yakni Eurico Gutteres.
Sebagian besar terdakwa dituntut berdasarkan pasal 42 Undang-Undang 26/2000,
4
Amran Zamzani, Tragedi Anak Bangsa:Pembantaian Tengku Bantaqiyah dan Santri-Santrinya, Bina
Rena Pariwara, Jakarta,2001, p. 17, 117-119.
5
Pasal 51 KUHP berbunyi : “Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang merupakan perintah jabatan
yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak boleh dihukum”
6
Pengadilan inidibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 53/2001 dengan yurisdiksi pelanggaran HAM
yang berat yang terjadi di wilayah Timor Timur setelah jajak pendapat tahun 1999. Keputusan Presiden ini
kemudian direvisi melalui Keputusan Presiden No.96/2001, yang membatasi yurisdiksi rationae loci dari
Pengadilan yaknihanya kepada 3 kabupaten dari 13 kabupaten di Timor Timur (Liquica, Dili, dan Suai), namun
memperluas rationae temporis dari Pengadilan yakni bulan April dan September 1999.
namun unsur-unsur adanya tanggungjawab komando gagal dibuktikan di persidangan sehingga
para pemimpin militer dan sipil tersebut bebas dari pemidanaan. Hal ini disebabkan tuntutan
pidana yang diajukan oleh jaksa tidak pernah cukup maksimal dan terkesan dipaksakan, serta
substansi tuntutan tersebut tidak cukup bisa memperkuat surat dakwaan dan terkesan dibuat
seadanya.8
Selain itu tidak ada satu terdakwa pun yang ditahan ketika proses pengadilan dan
tidak ada satu perwira militer pun yang di non-aktifkan selama proses persidangan. Bahkan
Mayor Jenderal Adam Damiri diberikan tugas sebagai komandan di Aceh selama persidangannya
sehingga menyebabkan ditundanya proses persidangan banding bagi dirinya.
Praktek Pengadilan HAM lainnya baik yang Ad Hoc (untuk kasus Tanjung Priok) maupun
permanen (untuk kasus Abepura yang diadili melalui Pengadilan HAM Makassar) juga
terbukti sulit untuk menjangkau dan menghukum orang yang paling bertanggung jawab.
Penyebab kegagalan tersebut diantaranya adalah perangkat hukum HAM di Indonesia
khususnya hukum acaranya yang tidak memadai serta aparat penegak hukum yang dinilai
kurang siap untuk menghadapi kasus yang relatif baru bagi mereka.
Inilah tantangan bagi para penegak hukum dan pemerintah untuk dapat menemukan
celah-celah keadilan yang selama ini sulit untuk ditembus oleh hukum. Dengan menjadi
pihak dalam Statuta Roma menjadikan Indonesia mau tidak mau harus membenahi aturan
hukumnya khususnya dalam hal menghapuskan rantai impunitas di negaranya sebagai
komitmen keseriusan Pemerintah Indonesia untuk memberikan jaminan perlindungan serta
penegakkan HAM terhadap warga negaranya.

More Related Content

What's hot

Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amirKasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
baim hukum
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
Ayuu Ebbol
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
sesukakita
 
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Bab 2   asas dan teori hukum pidanaBab 2   asas dan teori hukum pidana
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Nuelimmanuel22
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
Fenti Anita Sari
 

What's hot (20)

ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
 
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amirKasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
 
Hk.pidana
Hk.pidanaHk.pidana
Hk.pidana
 
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan saksi dan tersangka)
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan  saksi dan tersangka)Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan  saksi dan tersangka)
Proses penegakkan hukum tindak pidana (pemeriksaan saksi dan tersangka)
 
Hukum Pidana
Hukum PidanaHukum Pidana
Hukum Pidana
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
Slide hukum pidana rose
Slide hukum pidana roseSlide hukum pidana rose
Slide hukum pidana rose
 
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Bab 2   asas dan teori hukum pidanaBab 2   asas dan teori hukum pidana
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
 
Macam Macam Delik
Macam Macam DelikMacam Macam Delik
Macam Macam Delik
 
2 kekuasaan pengadilan
2 kekuasaan pengadilan2 kekuasaan pengadilan
2 kekuasaan pengadilan
 
Impeachment
ImpeachmentImpeachment
Impeachment
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
PERADILAN MILITER (kelas X)
PERADILAN MILITER (kelas X)PERADILAN MILITER (kelas X)
PERADILAN MILITER (kelas X)
 
Materi ke 11
Materi ke 11Materi ke 11
Materi ke 11
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 

Viewers also liked

Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Ir. Soekarno
 

Viewers also liked (16)

Pembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontaloPembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
 
Materi Hukum International
Materi Hukum International Materi Hukum International
Materi Hukum International
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptor
 
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAULaporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
 
Realitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan HukumRealitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan Hukum
 
praperadilan
 praperadilan praperadilan
praperadilan
 
Makalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
Makalah Kejahatan Terhadap Harta BendaMakalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
Makalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
 
Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...
Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...
Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemilu
 
MEMBACA KRITIS
MEMBACA KRITISMEMBACA KRITIS
MEMBACA KRITIS
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona
Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum NasionaRatifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona
Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona
 
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesiaRatifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
 
Proposal nelayan
Proposal nelayanProposal nelayan
Proposal nelayan
 

Similar to Menghapuskan berbagai praktek impunitas

Hukum dan dinamika masyarakat aman santoso
Hukum dan dinamika masyarakat   aman santosoHukum dan dinamika masyarakat   aman santoso
Hukum dan dinamika masyarakat aman santoso
Fatchan Himami Hasan
 
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesiaPENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
annisa615455
 
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Merta Triyadi
 
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
MAfrizal5
 

Similar to Menghapuskan berbagai praktek impunitas (20)

Surat Terbuka untuk Panglima TNI
Surat Terbuka untuk Panglima TNISurat Terbuka untuk Panglima TNI
Surat Terbuka untuk Panglima TNI
 
Presentasi pkn
Presentasi pknPresentasi pkn
Presentasi pkn
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
 
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptxPPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
 
Hukum dan dinamika masyarakat aman santoso
Hukum dan dinamika masyarakat   aman santosoHukum dan dinamika masyarakat   aman santoso
Hukum dan dinamika masyarakat aman santoso
 
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptxpengantar-hukum-indonesia-1.pptx
pengantar-hukum-indonesia-1.pptx
 
bab 6.pptx
bab 6.pptxbab 6.pptx
bab 6.pptx
 
Presentasi kelompok
Presentasi kelompokPresentasi kelompok
Presentasi kelompok
 
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesiaPENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
 
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
 
Kasus abepura
Kasus abepuraKasus abepura
Kasus abepura
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
 
Hukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptHukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.ppt
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
 
DOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxDOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptx
 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
 
Makalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukumMakalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukum
 
Rule of law new
Rule of law newRule of law new
Rule of law new
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
 

More from Ir. Soekarno (7)

Laporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxLaporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docx
 
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptxUrusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
 
Pertanyaan dan Jawaban.docx
Pertanyaan dan Jawaban.docxPertanyaan dan Jawaban.docx
Pertanyaan dan Jawaban.docx
 
POKOK2 PIKIRAN SPM.docx
POKOK2 PIKIRAN SPM.docxPOKOK2 PIKIRAN SPM.docx
POKOK2 PIKIRAN SPM.docx
 
POKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docxPOKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docx
 
POKOK.docx
POKOK.docxPOKOK.docx
POKOK.docx
 
Moh. hidayat muhtar ham
Moh. hidayat muhtar hamMoh. hidayat muhtar ham
Moh. hidayat muhtar ham
 

Recently uploaded

Recently uploaded (11)

HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 

Menghapuskan berbagai praktek impunitas

  • 1. Menghapuskan Berbagai Praktek Impunitas Salah satu tujuan didirikannya ICC adalah untuk menghapuskan praktek impunitas (impunity). Pasal 28 Statuta Roma secara rinci mengatur bahwa seorang atasan baik militer maupun sipil, harus bertanggungjawab secara pidana ketika terjadi kejahatan dalam yurisdiksi ICC yang dilakukan oleh anak buahnya. Aturan yang telah ada sejak Piagam Nuremberg, Tokyo, Konvensi Jenewa 1949, ICTY, ICTR dan kemudian disempurnakan dalam Pasal 28 Statuta Roma, memiliki tujuan untuk dapat menghukum “the most responsible person” walaupun orang tersebut memiliki posisi sebagai pemegang kekuasaan yang seringkali sulit terjangkau hukum. Pasal 28 Statuta Roma telah diadopsi dalam pasal 42 Undang-Undang 26/2000 tentang Pengadilan HAM, namun terdapat banyak kesalahan penterjemahan yang justru menjadi celah bebasnya para atasan/komandan tersebut.1 Secara umum impunitas dipahami sebagai “tindakan yang mengabaikan tindakan hukum terhadap pelanggaran (hak asasi manusia)” atau dalam kepustakaan umum diartikan sebagai “absence of punishment”. Dalam perkembangannya istilah impunity digunakan hampir secara ekslusif dalam konteks hukum, untuk menandakan suatu proses di mana sejumlah individu luput dari berbagai bentuk penghukuman terhadap berbagai tindakan illegal maupun kriminal yang pernah mereka lakukan. Praktek impunitas ini telah terjadi sejak berabad yang lalu diantaranya adalah gagalnya Negara- negara Eropa untuk mengadili Raja Wilhelm II sebagaimana yang direkomendasikan oleh Perjanjian Versailles, tidak diadilinya Kaisar Hirohito oleh Mahkamah Tokyo atas keputusan AS, berbagai pengadilan pura-pura yang mengadili serdadu-serdadu rendah dengan hukuman yang ringan dan melawan hari nurani 1 Uraian rinci tentang kesalahan penterjemahan pasal 42 tersebut dapat dilihat dalam Bab I Sub Bab ii. Mengatasi kelemahan sistemhukum di Indonesia tentang Undang-undang 26/2000, p.13-14.
  • 2. keadilan masyarakat.2 Praktek ini menunjukan bahwa setiap Negara selalu memiliki kecenderungan untuk melindungi pelaku kejahatan yang merupakan warganegaranya sendiri apalagi apabila pelaku tersebut merupakan orang yang memegang kekuasaan di Negara tersebut. Fenomena ini menunjukkan betapa kepentingan politik dan ekonomi jangka pendek masih dominan ketimbang penegakkan HAM dan keadilan. Bagaimana impunity dalam konteks Indonesia, terutama setelah jatuhnya rezim Soeharto? Peralihan kekuasaan Soeharto ke Habibie menyisakan sejumlah catatan penting dalam penegakan HAM di Indonesia. Meskipun Peradilan Militer dibentuk di masa Habibie untuk mengadili sejumlah petinggi dan anggota Kopassus yang tergabung dalam Tim Mawar, atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan penculikan orang secara paksa, tetapi tidak pernah ada penjelasan mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas korban-korban penghilangan paksa yang belum kembali hingga saat ini. Peradilan ini lebih kepada kompromi politik elit-elit politik dan militer, untuk tidak menjatuhkan hukuman yang dinilai mampu mengakibatkan keguncangan dalam tubuh militer. Sekaligus mencoba untuk berkompromi dengan korban-korban yang sudah dilepaskan. Yang pasti peradilam militer kasus penculikan tersebut gagal untuk memenuhi prinsip-prinsip keadilan.3 Kasus pembantaian Tengku Bantaqiyah dan para santrinya di pesantren Babul Mikaramah, Beutong Ateuh, Aceh Barat pada hari Jum’at 23 Juli 1999 juga merupakan salah satu kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang berakhir dengan tidak terpenuhinya rasa keadilan bagi korban. Pembantaian dan pembunuhan keji itu dilakukan oleh sejumlah pasukan militer yang dilatarbelakangi kesalahan prakiraan intelijen. Informasi Intelijen menghasilkan hipotesa bahwa kegiatan Tengku Bantaqiyah dan pengikutnya telah mengarah pada dilakukannya upaya pemberontakan bersenjata. Akibat kesalahan laporan intelijen tersebut, dilakukanlah penggerebekan di lokasi kejadian yang berakhir dengan terbunuhnya Tengku Bantaqiyah disertai pengikutnya (ada yang ditembak di tempat, ada yang ditemukan 2 Abdul Hakim G Nusantara, Sebuah Upaya Memutus Impunitas : Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat HAM, Jurnal HAM Komisi Nasional HAM Vol.2 No.2, November 2004, p.viii 3 Daniel Hutagalung, Negara dan Pelanggaran Masa Lalu: Tuntutan Pertanggungjawaban Versus Impunitas diambil dari Dignitas: Jurnal HAM ELSAM, Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri, Volume III No.1, 2005, p. 230-231.
  • 3. telah menjadi mayat di jurang kedalaman 7-8 Km).4 Kasus yang diadili melalui Pengadilan koneksitas ini menjatuhkan sejumlah hukuman terhadap aparat TNI dengan vonis bervariasi antara 8 tahun 6 bulan sampai 10 tahun. Namun yang disayangkan dari kasus ini adalah kejahatan yang terjadi hanya digolongkan sebagai kejahatan biasa sehingga hanya menggunakan delik pidana umum, kemudian masih digunakannya pasal 51 KUHP dimana perintah atasan dapat membebaskan pelaku dari hukuman5 , dan adanya upaya rekayasa untuk menghilangkan Letkol Sudjono sebagai tersangka utama perencanaan dan pelaksanaan operasi tersebut. Kasus Bantaqiyah di atas jelas menjadi contoh tersendiri moralitas petinggi militer Indonesia saat ini. Banyaknya prajurit bawahan yang menjadi kambing hitam memperlihatkan ada sistem yang lebih besar yang dikendalikan oleh orang-orang yang berkuasa, dan orang-orang inilah yang sulit tersentuh hukum. Pengadilan HAM Ad Hoc untuk kasus Timor Timur juga memperlihatkan indikasi adanya praktek impunitas.6 Indikasi ini telah terlihat sejak proses penyelidikan oleh KPP HAM selesai dan kemudian diserahkan kepada Jaksa Agung untuk dilakukan penyidikan.7 Terdapat sekitar 100 tersangka (termasuk beberapa tersangka pelaku langsung) yang diajukan oleh KPP HAM namun Jaksa Agung memutuskan untuk menyidik 18 tersangka yang terdiri dari 10 aparat militer, 5 polisi, 2 pejabat pemerintahan dan 1 pemimpin milisi. Dua perwira tinggi militer yang termasuk dalam daftar KPP HAM namun lolos untuk diadili dalam pengadilan ini adalah Jenderal Wiranto dan Mayor Jenderal Zacky Makarim, sehingga perwira militer tertinggi yang diadili adalah Mayor Jenderal Adam Damiri. Hampir semua terdakwa yang diadili di Pengadilan Timor Timur dibebaskan baik di tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung. Hanya satu terdakwa yang perkaranya masih berjalan di tingkat kasasi yakni Eurico Gutteres. Sebagian besar terdakwa dituntut berdasarkan pasal 42 Undang-Undang 26/2000, 4 Amran Zamzani, Tragedi Anak Bangsa:Pembantaian Tengku Bantaqiyah dan Santri-Santrinya, Bina Rena Pariwara, Jakarta,2001, p. 17, 117-119. 5 Pasal 51 KUHP berbunyi : “Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang merupakan perintah jabatan yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak boleh dihukum” 6 Pengadilan inidibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 53/2001 dengan yurisdiksi pelanggaran HAM yang berat yang terjadi di wilayah Timor Timur setelah jajak pendapat tahun 1999. Keputusan Presiden ini kemudian direvisi melalui Keputusan Presiden No.96/2001, yang membatasi yurisdiksi rationae loci dari Pengadilan yaknihanya kepada 3 kabupaten dari 13 kabupaten di Timor Timur (Liquica, Dili, dan Suai), namun memperluas rationae temporis dari Pengadilan yakni bulan April dan September 1999.
  • 4. namun unsur-unsur adanya tanggungjawab komando gagal dibuktikan di persidangan sehingga para pemimpin militer dan sipil tersebut bebas dari pemidanaan. Hal ini disebabkan tuntutan pidana yang diajukan oleh jaksa tidak pernah cukup maksimal dan terkesan dipaksakan, serta substansi tuntutan tersebut tidak cukup bisa memperkuat surat dakwaan dan terkesan dibuat seadanya.8 Selain itu tidak ada satu terdakwa pun yang ditahan ketika proses pengadilan dan tidak ada satu perwira militer pun yang di non-aktifkan selama proses persidangan. Bahkan Mayor Jenderal Adam Damiri diberikan tugas sebagai komandan di Aceh selama persidangannya sehingga menyebabkan ditundanya proses persidangan banding bagi dirinya. Praktek Pengadilan HAM lainnya baik yang Ad Hoc (untuk kasus Tanjung Priok) maupun permanen (untuk kasus Abepura yang diadili melalui Pengadilan HAM Makassar) juga terbukti sulit untuk menjangkau dan menghukum orang yang paling bertanggung jawab. Penyebab kegagalan tersebut diantaranya adalah perangkat hukum HAM di Indonesia khususnya hukum acaranya yang tidak memadai serta aparat penegak hukum yang dinilai kurang siap untuk menghadapi kasus yang relatif baru bagi mereka. Inilah tantangan bagi para penegak hukum dan pemerintah untuk dapat menemukan celah-celah keadilan yang selama ini sulit untuk ditembus oleh hukum. Dengan menjadi pihak dalam Statuta Roma menjadikan Indonesia mau tidak mau harus membenahi aturan hukumnya khususnya dalam hal menghapuskan rantai impunitas di negaranya sebagai komitmen keseriusan Pemerintah Indonesia untuk memberikan jaminan perlindungan serta penegakkan HAM terhadap warga negaranya.