SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI
UPAYA PERTAMA DAN TERAKHIR DALAM
PENYELESAIAN PELANGGARAN BERAT HAK
ASASI MANUSIA DI TINGKAT NASIONAL
NAMA : AMELIA NATASYA SARAGIH
NIM :190510106
Dosen Pengampu : Hidayat S.H,M.H
Mekanisme Penegakan Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia
dalam Hukum Internasional
Pelanggaran atas Hukum Internasional tidak lagi dibebankan hanya kepada negara,melainkan juga kepada
individu.Hal ini sesuai dengan perkembangan yang terjadi setelah Perang Dunia II terkait dengan pengakuan
beberapa entitas selain negara sebagai subjek hukum internasional.
Pelanggaran berat hak asasi manusia dalam lingkup hukum internasional merupakan kejahatan
internasional,kejahatan yang dianggap sebagai musuh bersama umat manusia (hostis humanis generis) karena
berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan.
Yurisdiksi Universal adalah respon hukum internasional atas fenomena impunitas bagi pelaku pelanggaran
kejahatan serius menurut hukum internasional,yang karena mendapatkan impunitas,pelaku dengan bebas
melakukan kegiatan diberbagai belahan dunia,tanpa tuntutan hukum.
3 jenis kejahatan yang dikatagorikan
sebagai kejahatan internasional
1. Kejahatan terhadap Perdamaian (Crimes Against Peace)
2.Kejahatan Perang (War Crimes)
3.Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crimes Against Humanity)
Tindakan kekerasan yang terjadi pasca jarak pendapat dikenal sebagai
pelanggaran berat Hak Asasi Manusia terjadi setelah Pemerintah
Republik Indonesia mengeluarkan opsi pada tanggal 27 Januari
1999.Opsi tersebut menyangkut masa depan Timor-Timur,yaitu
menerima atau menolak otonomi khusus.Hasil jarak pendapat
memperlihatkan, 78,5% pemilih menginginkan merdeka dari Indonesia.
Pengadilan HAM Ad Hoc untuk Pelanggaran HAM Berat
di Timor-Timur
Dalam kasus Timor-Timur,Pengadilan HAM ad hoc Jakarta Pusat mempunyai
kompetensi dan kewenangan untuk mengadili perkara tersebut.Hal ini
sesuai dengan pasal 2 Keppres RI nomor 96 tanggal 1 Agustus 2001,yang
merupakan penyempurnaan dari Keppres RI nomor 53 tahun 2001 yang
memutuskan bahwa yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili
perkara pelanggaran HAM yang berat yang terjadi di Timor-Timur adalah
Pengadilan HAM Jakarta Pusat.
PENGADILAN YANG GAGAL
Sebanyak 12 persidangan pada peradilan HAM ad hoc yang berlangsung sejak bulan Maret
2002 di PN Jakarta Pusat,telah menghasilkan putusan. Proses yang diadakan untuk
menyelesaikan kasus yang terjadi di Timor-Timur,dari penyelidikan,penyidikan sampai
persidangan.Penilaian bahwa proses tersebut dilakukan tidak dengan persiapan yang matang
dan sungguh-sungguh tidak dapat diabaikan.Dimulai dengan perbedaan hasil penyelidikan oleh
KPP HAM dengan hasil penyidikan oleh Kejaksaan Agung memperlihatkan apa saja yang
dilakukan hanyalah untuk meredam desakan yang muncul dari berbagai elemen masyarakat.
Pada pengadilan yang berlangsung,para terdakwa dinyatakan melalkukan pelanggran Hak
Asasi Manusia,yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan.Namun,dalam Pelaksanaannya majelis
hakim tidak mempunyai persepsi yang sama,terutama mengenai makna unsur meluas dan
sistematik.
KELEMAHAN PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR-TIMUR
1.Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000
Beberapa hal yang dapat dicatat sebagai kelemahan UU no.26 tahun 2000 adalah :
a. UU hanya mengadopsi Statuta Roma 1998 yang melandasi berdirinya ICC Secara parsial,sementara secara
tersurat dalam penjelasan pasal 7
b. Aspek hukum acara UU no.26 tahun 2000 tidak disertai prosedur hukum acara dalam rangka pengadilan
HAM tersebut.Hal ini berbeda dengan Statuta Roma 1998 yang dilengkapi dengan hukum acara khusus dan
penjelasan unsur-unsur kejahatan yang menjadi yurisdiksi ICC,dalam Ruler of Procedure dan Ele-ment of
Crime
c. Aparat penegak hukum dari proses yang ada,timbul penilaian bahwa peradilan yang berlangsung tersebut
tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang handal dan memadai.
d. Faktor lainnya selain faktor diatas adalah (faktor hukum) ketidakberhasilan dari proses yang ada disebabkan
faktor lainnya seperti politik,sosial dan budaya.
MENJADIKAN PENGADILAN NASIONAL SEBAGAI YANG
PERTAMA DAN TERAKHIR
1. Pengadilan yang ada harus mencerminkan rasa keadilan dari masyarakat.
2. Pengadilan yang ada harus tidak memihak.
3. Apabila perundangan nasional yang mengatur mengenai hal ini mengadopsi perjanjian internasional, maka
harus dilakukan secara menyeluruh.
4. Pelanggaran berat HAM adalah extra ordinary crime.
5. Kesiapan aparat penegak hukum apabila suatu saat menghadapi kasus-kasus serupa.
6. Kejahatan perang sebaiknya dimasukkan dalam kompetensi yurisdiksi pengadilan nasional, mengingat
kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan internasional yang menjadi kompetensi yurisdiksi ICC.
7. Untuk suatu mekanisme nasional yang efektif, yang harus mendapat perhatian adalah persoalan mengadopsi
instrumen hukum internasional ke dalam hukum nasional, dengan tetap mengutamakan kedaulatan negara
serta tidak melupakan ketentuan Pasal 17 Statuta Roma 1998, terutama angka 2 dan 3.
KESIMPULAN
Pada Pengadilan HAM ad hoc untuk Timor Timur jelas sekali belum
memenuhi standar internasional sebagai mekanisme nasional yang
efektif. Kesan bahwa pengadilan dibentuk hanya untuk menghindari
pengadilan internasional nampak sekali. Undang-undang atau
ketentuan hukum yang melandasi lahirnya pengadilan tersebut tidak
disiapkan secara baik, sehingga banyak sekali kelemahan di
dalamnya, yang pada akhirnya menghasilkan proses peradilan yang
jauh dari harapan. Aparat penegak hukum yang tidak siap,
penguasaan mengenai kasus kurang sekali, sehingga dalam
pelaksanaannya kesan bahwa sebagian jaksa dan hakim tidak
menguasai nampak pada tuntutan dan keputusan.
Untuk ke depan, bercermin dari kegagalan mekanisme nasional
harus tersedia model mekanisme nasional yang lebih bagus dan
efektif. Dengan pertimbangan bahwa mekanisme nasional harus
menjadi mekanisme penyelesaian kasus-kasus serupa, agar tidak
ada campur tangan pengadilan internasional. Model yang dimaksud,
selain dari kelemahan sistem yang pernah ada di pengadilan HAM ad
hoc untuk Timor Timur juga dengan mendasarkan pada pengadilan
serupa yang pernah berlangsung di masyarakat internasional.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx

OK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptx
OK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptxOK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptx
OK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptxssuserfaa0b2
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalKuroko Tetsuya
 
Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional
  Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional  Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional
Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana InternasionalDanelAditiaSitungkir
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaAgung Vixon
 
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...AndriKoswara1
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
 
Tindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.pptTindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.pptAZIS50
 
Tindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.pptTindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.pptssuser0a01f91
 
BAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptx
BAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptxBAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptx
BAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptxWawanKurniawan735417
 
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.pptSISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.pptAnisaMeidaShafira1
 
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesiaPENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesiaannisa615455
 
Moniaga s pr besar presiden baru - 18 juni 2014
Moniaga s   pr besar presiden baru - 18 juni 2014Moniaga s   pr besar presiden baru - 18 juni 2014
Moniaga s pr besar presiden baru - 18 juni 2014sonny dwi kristanu
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khususAyuu Ebbol
 

Similar to PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx (20)

OK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptx
OK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptxOK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptx
OK_Pengadilan_HAM_di_Indonesia.pptx
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional
  Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional  Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional
Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
 
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pemberian dan Pengajuan Kompensasi dan Restit...
 
Disertasi hukum
Disertasi hukum Disertasi hukum
Disertasi hukum
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
 
Tindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.pptTindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-iiiPertemuan-3.ppt
 
Tindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.pptTindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.ppt
Tindak-Pidana-Korupsi-Pertemuan-3.ppt
 
Bab iv mahkamah pidana internasional
Bab iv mahkamah pidana internasionalBab iv mahkamah pidana internasional
Bab iv mahkamah pidana internasional
 
BAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptx
BAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptxBAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptx
BAB I MENERAPKAN JALAN TERJAL PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI IDNONESIA.pptx
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
Instrumen HAM
Instrumen HAMInstrumen HAM
Instrumen HAM
 
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.pptSISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
SISTEM_PERADILAN_PIDANA_INDONESIA.ppt
 
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesiaPENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
PENDAHULUAN HUKUM PIDANA untuk kelas pengantar hukum indonesia
 
eu convention_on_cybercrime
eu convention_on_cybercrimeeu convention_on_cybercrime
eu convention_on_cybercrime
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Moniaga s pr besar presiden baru - 18 juni 2014
Moniaga s   pr besar presiden baru - 18 juni 2014Moniaga s   pr besar presiden baru - 18 juni 2014
Moniaga s pr besar presiden baru - 18 juni 2014
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
 

Recently uploaded

1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 

Recently uploaded (10)

1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 

PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx

  • 1. PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI UPAYA PERTAMA DAN TERAKHIR DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN BERAT HAK ASASI MANUSIA DI TINGKAT NASIONAL NAMA : AMELIA NATASYA SARAGIH NIM :190510106 Dosen Pengampu : Hidayat S.H,M.H
  • 2. Mekanisme Penegakan Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia dalam Hukum Internasional Pelanggaran atas Hukum Internasional tidak lagi dibebankan hanya kepada negara,melainkan juga kepada individu.Hal ini sesuai dengan perkembangan yang terjadi setelah Perang Dunia II terkait dengan pengakuan beberapa entitas selain negara sebagai subjek hukum internasional. Pelanggaran berat hak asasi manusia dalam lingkup hukum internasional merupakan kejahatan internasional,kejahatan yang dianggap sebagai musuh bersama umat manusia (hostis humanis generis) karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan. Yurisdiksi Universal adalah respon hukum internasional atas fenomena impunitas bagi pelaku pelanggaran kejahatan serius menurut hukum internasional,yang karena mendapatkan impunitas,pelaku dengan bebas melakukan kegiatan diberbagai belahan dunia,tanpa tuntutan hukum.
  • 3. 3 jenis kejahatan yang dikatagorikan sebagai kejahatan internasional 1. Kejahatan terhadap Perdamaian (Crimes Against Peace) 2.Kejahatan Perang (War Crimes) 3.Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crimes Against Humanity)
  • 4. Tindakan kekerasan yang terjadi pasca jarak pendapat dikenal sebagai pelanggaran berat Hak Asasi Manusia terjadi setelah Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan opsi pada tanggal 27 Januari 1999.Opsi tersebut menyangkut masa depan Timor-Timur,yaitu menerima atau menolak otonomi khusus.Hasil jarak pendapat memperlihatkan, 78,5% pemilih menginginkan merdeka dari Indonesia. Pengadilan HAM Ad Hoc untuk Pelanggaran HAM Berat di Timor-Timur
  • 5. Dalam kasus Timor-Timur,Pengadilan HAM ad hoc Jakarta Pusat mempunyai kompetensi dan kewenangan untuk mengadili perkara tersebut.Hal ini sesuai dengan pasal 2 Keppres RI nomor 96 tanggal 1 Agustus 2001,yang merupakan penyempurnaan dari Keppres RI nomor 53 tahun 2001 yang memutuskan bahwa yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran HAM yang berat yang terjadi di Timor-Timur adalah Pengadilan HAM Jakarta Pusat.
  • 6. PENGADILAN YANG GAGAL Sebanyak 12 persidangan pada peradilan HAM ad hoc yang berlangsung sejak bulan Maret 2002 di PN Jakarta Pusat,telah menghasilkan putusan. Proses yang diadakan untuk menyelesaikan kasus yang terjadi di Timor-Timur,dari penyelidikan,penyidikan sampai persidangan.Penilaian bahwa proses tersebut dilakukan tidak dengan persiapan yang matang dan sungguh-sungguh tidak dapat diabaikan.Dimulai dengan perbedaan hasil penyelidikan oleh KPP HAM dengan hasil penyidikan oleh Kejaksaan Agung memperlihatkan apa saja yang dilakukan hanyalah untuk meredam desakan yang muncul dari berbagai elemen masyarakat. Pada pengadilan yang berlangsung,para terdakwa dinyatakan melalkukan pelanggran Hak Asasi Manusia,yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan.Namun,dalam Pelaksanaannya majelis hakim tidak mempunyai persepsi yang sama,terutama mengenai makna unsur meluas dan sistematik.
  • 7. KELEMAHAN PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR-TIMUR 1.Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 Beberapa hal yang dapat dicatat sebagai kelemahan UU no.26 tahun 2000 adalah : a. UU hanya mengadopsi Statuta Roma 1998 yang melandasi berdirinya ICC Secara parsial,sementara secara tersurat dalam penjelasan pasal 7 b. Aspek hukum acara UU no.26 tahun 2000 tidak disertai prosedur hukum acara dalam rangka pengadilan HAM tersebut.Hal ini berbeda dengan Statuta Roma 1998 yang dilengkapi dengan hukum acara khusus dan penjelasan unsur-unsur kejahatan yang menjadi yurisdiksi ICC,dalam Ruler of Procedure dan Ele-ment of Crime c. Aparat penegak hukum dari proses yang ada,timbul penilaian bahwa peradilan yang berlangsung tersebut tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang handal dan memadai. d. Faktor lainnya selain faktor diatas adalah (faktor hukum) ketidakberhasilan dari proses yang ada disebabkan faktor lainnya seperti politik,sosial dan budaya.
  • 8. MENJADIKAN PENGADILAN NASIONAL SEBAGAI YANG PERTAMA DAN TERAKHIR 1. Pengadilan yang ada harus mencerminkan rasa keadilan dari masyarakat. 2. Pengadilan yang ada harus tidak memihak. 3. Apabila perundangan nasional yang mengatur mengenai hal ini mengadopsi perjanjian internasional, maka harus dilakukan secara menyeluruh. 4. Pelanggaran berat HAM adalah extra ordinary crime. 5. Kesiapan aparat penegak hukum apabila suatu saat menghadapi kasus-kasus serupa. 6. Kejahatan perang sebaiknya dimasukkan dalam kompetensi yurisdiksi pengadilan nasional, mengingat kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan internasional yang menjadi kompetensi yurisdiksi ICC. 7. Untuk suatu mekanisme nasional yang efektif, yang harus mendapat perhatian adalah persoalan mengadopsi instrumen hukum internasional ke dalam hukum nasional, dengan tetap mengutamakan kedaulatan negara serta tidak melupakan ketentuan Pasal 17 Statuta Roma 1998, terutama angka 2 dan 3.
  • 9. KESIMPULAN Pada Pengadilan HAM ad hoc untuk Timor Timur jelas sekali belum memenuhi standar internasional sebagai mekanisme nasional yang efektif. Kesan bahwa pengadilan dibentuk hanya untuk menghindari pengadilan internasional nampak sekali. Undang-undang atau ketentuan hukum yang melandasi lahirnya pengadilan tersebut tidak disiapkan secara baik, sehingga banyak sekali kelemahan di dalamnya, yang pada akhirnya menghasilkan proses peradilan yang jauh dari harapan. Aparat penegak hukum yang tidak siap, penguasaan mengenai kasus kurang sekali, sehingga dalam pelaksanaannya kesan bahwa sebagian jaksa dan hakim tidak menguasai nampak pada tuntutan dan keputusan. Untuk ke depan, bercermin dari kegagalan mekanisme nasional harus tersedia model mekanisme nasional yang lebih bagus dan efektif. Dengan pertimbangan bahwa mekanisme nasional harus menjadi mekanisme penyelesaian kasus-kasus serupa, agar tidak ada campur tangan pengadilan internasional. Model yang dimaksud, selain dari kelemahan sistem yang pernah ada di pengadilan HAM ad hoc untuk Timor Timur juga dengan mendasarkan pada pengadilan serupa yang pernah berlangsung di masyarakat internasional.