Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan tafsir Al-Qur'an di Nusantara, mulai dari abad ke-16 hingga abad ke-20. Beberapa tokoh kunci dalam perkembangan tafsir Nusantara diantaranya Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Abd al-Rauf Singkel, dan Nawawi al-Bantani. Tafsir Nusantara dipengaruhi oleh tradisi tafsir Hijaz dan Mesir serta sarjana Barat.
DR. Hasani Ahmad Said, M.A. - Corak dan Jaringan Ulama Tafsir Nusantara
1. DR. HASANI AHMAD SAID, MA
Dosen Tetap Ilmu Alquran dan
Tafsir UIN Jakarta & Direktur
PUSIAT (Pusat Studi Ilmu
Alquran dan Tafsir) Elhasani
E-mail:
hasaniahmadsaid@uinjkt.ac.id /
0815 74 2030 74
DisampaIkan Pada Diskusi
FORSILADI
Jumat, 25 Februari 2022
Jakarta
2.
3. Meminjam Clifford Geertz dalam The Religion of Javayang menyatakan
bahwa Islam Indonesia sangat kaya dengan polarisasinya; seperti: Islam
abangan, Islam puritan, Islam skriptualis, Islam substantif, Islam literal, Islam
ekstrim, Islam militan, Islam tradisionalis, Islam modernis, dan sebagainya.
Meski bukan barang baru, dalam catatan saya, istilah Islam Nusantara
kembali mencuat pasca digelarnya acara pembukaan Istighosah jelang
Ramadhan dalam rangka pembukaan Munas ormas Islam terbesar di
Indoensia, Nahdlatul Ulama, di Masjid Istiqlal hari Minggu 14 Juni 2015.
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, ketua Umum PBNU: “NU akan
mengawal dan memperjuangkan model Islam Nusantara” dalam
sambutan Munas NU yang bertajuk “Meneguhkan Islam
Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.
4. KH. Hasyim
Muzadi
lebih
senang
menggunak
an istilah
Islam
Rahmatan
lil ‘Alamin.
Azyumardi Azra mengatakan
bahwa Islam Nusantara adalah
Islam distingtif sebagai hasil
interaksi, kontekstualisasi,
indigenisasi dan
vernakularisasi Islam universal
dengan realitas sosial, budaya
dan agama di Indonesia.
Ortodoksi Islam Nusantara
(kalam Asy'ari, fikih mazhab
Syafi'i, dan tasawuf Ghazali)
menumbuhkan
karakter wasathiyah yang
moderat dan toleran. Islam
Nusantara yang kaya dengan
warisan Islam (Islamic legacy)
menjadi
harapan renaisans peradaban
Islam global.
5. Dengan
demikian
Islam
Nusantara
adalah
ajaran Islam
yang
dikembangk
an di
kepulauan
Indonesia.
Khazanah Islam
Nusantara adalah
jaringan ulama yang
mengakar di
Nusantara dalam hal
ini adalah Indonesia.
Bahkan nusantara
bisa juga dipahami
meluas hingga negara
tetangga; Malaysia,
Brunei Darussalam,
Singapura, Thailand
dan di Selatan
Pilipina. Jaringan
ulama dalam tulisan
ini lebih menitik
beratkan pada ulama
tafsir Nusantara.
Meskipun tidak
menafikan juga
jaringan ulama dalam
bidang keilmuan lain
seperti tasawuf, fikih,
dan dalam rumpun
kajian Islam lainnya.
Jadi, Tafsir
Nusantara
di sini
adalah
khazanah
keilmuan
ulama
Nusantara
di bidang
Tafsir al-
Qur’an.
6. “Paling tidak ada dua aspek
transmisi ulama tafsir melahirkan
dan mengembangkan ilmu tafsir.
Pertama, melalui aktifitas
pengajian, dan yang kedua melalui
jalur penulisan. Melalui kedua jalur
ini transmisi ulama tafsir hingga
saat terus mengalami
perkembangannya baik.”
7. Sudah ada pada pertengahan abad XVI ditandai dengan lahirnya
Hamzah Fansuri yang punya nama lengkap Syaykh ‘Amir al-Dîn ‘Abd
al-Rauf bin ‘Ali al-Fansûrî.
Selanjutnya dilanjutkan muridnya bernama
Syamsuddin Sumatrani menulis Jauhar al-Haqaiq.
Abad XVII ditemukan tafsir Q.s. al-Kahfi (18): 9 yang
tersimpan di Universitas Cambridge.
Hal ini menunjukkan kehebatan pemikiran bangsa Indonesia
menghasilkan ilmu-ilmu tradisional yang pengaruhnya hingga ke
Asia Tenggara dan dunia Islam lainnya.
8. • Setelahnya baru muncul kitab Tarjuman al-
Mustafid karya ‘Abd al-Rauf Singkel (1615-
1893 M.) ditulis tahun 1675, cetak pertama di
Istambul.
• Karya ini menurut A.H. Johns dianggap
sebagai terjemahan al-Baidhawi (w. 685
H./1286 M.) yang berjudul Anwar al-tanzil wa
Asrar al-Ta’wil.
• Namun, Peter Riddel menyangsikan pendapat
ini, dengan alasan Tafsir Baydhawi, Jalalain,
dan Khazin menjadi referensi Tarjuman al-
Mustafid. Dan Tafsir Jalalain mendapat porsi
9. • Masa penjajahan (1600-1942) rentang waktu
antara ‘Abdurrauf Singkel dan al-Nawawi
(1813-1897 M./1230-1314 H.) atau saya
mengistilahkan dua karya ulama tafsir ini
sebagai embrio pijakan penulisan tafsir Al-
Qur’an di Asia tenggara. Setelahnya
ditemukan kitab Faraid al-Qur’an, sayangnya
tidak ditemukan penulisnya. Konon,
manuskripnya tersimpan di Universitas
Amsterdam. Diketahui dari karya Jami’ al-
Jawami’ al-Mushannafat: Majmu Kitab
10. • Dua sosok ulama peletak dasar tafsir nusantara
yaitu: Syaikh Hamzah Fansuri dan Syaikh
Syamsuddin Sumatrani.
• Hamzah Fansuri dikenal sebagai ulama sufi dan sastrawan
yang hidup abad ke-16. ia berasal dari Barus (skrg ada di
Prov. Sumatera Utara). Nama al-Fansuri berasal dari kata
Pancur, kota kecil di pesisir Barat Tapanuli Tengah. Pada
masa kerajaan Aceh Darussalam kampung Fansur dikenal
sebagai pusat pendidikan Islam di Aceh Tengah. Ia dikenal
penganut aliran wahdat al-wujud.
• Syamsuddin Sumatrani seorang ulama besar dari Pasai
(Aceh) abad 16 dan 17. ia meninggal dalam pertempuran
dengan Portugis di Malaka tahun 1630 M. /1040 H. ia juga
Mufti dan penasihat Sultan Iskandar Muda.
• Dua sosok ulama rool model tafsir nusantara yaitu:
11. • Pada abad ke-20an inilah perkembangan tafsir nusantara selain banyak
dipengaruhi dari Mesir yang dicetuskan oleh Sheikh Muhammad
‘Abduh (1849-1905) yang kemudiannya dikembangkan oleh murid-
muridnya sehingga menjalar ke Nusantara melalui tokoh-tokoh
reformis.
• Di Malaysia misalnya ada Sheikh Tahir Jalaluddin (1869-1956), Syed
Sheikh al-Hadi (1867-1934), Mustafa Abdul Rahman (l918-1968), Abu
Bakar al-Ashaari (1904-1970).
• Indonesia diwakili Hamka (1908-1981), A. Hasan (1887-1958), Hasbi as-
Siddiqi (1904-1975), M. Quraish Shihab (1944-sekarang), dan lain-lain.
• Thailand tidak begitu terpengaruh oleh penyebaran dari Mesir ini,
Thailand banyak dipengaruhi oleh Tafsir dari Hijaz.
• Sedangkan Brunei tidak terpengaruh oleh kedua ulama tafsir tersebut
lantaran menggunakan pendekatan yang tersendiri sejak dahulu.
• Tafsir yang terkenal di Singapora adalah ‘Abr Al-Athir oleh Tuangguru
KH. Sonhaji yang sangat fenomenal dan memberikan sumbangan yang
sangat sifnifikan untuk ilmu tafsir di Asia Tenggara.
12. • Sekitar abad ke-XVII M. telah ditemukan bukti
paling awal di Nusantara setelah lebih dari
300 tahun sejak komunitas Muslim Nusantara
itu mulai mewujudkan dirinya dalam
kekuasaan politik, yaitu di Cambridge yang
memuat tafsir surat al-Kahfi. Kajian Al-Qur’an
dipelopori oleh ‘Abd al-Ra’u>f al-Sinki>li>
yang menulis kitab dengan berjudul
Tarjuma>n al-Mustafi>d. Dua karya inilah
yang menjadi embrio pijakan penulisan tafsir
Al-Qur’an di Asia tenggara.
13. • Upaya rintisan ini kemudian diikuti oleh Shaykh Nawa>wi> al-
Bantani>, Munawar Khalil, A. Hasan Bandung, Mahmud Yunus, Oemar
Bakri, Hasbi Ash-Shiddiqy, Hamka, H. Zainuddin Hamidy dan
Fachruddin Hs, Kasim Bakri. Shaykh Nawawi al-Bantani, menulis tafsir
bertajuk Mara>h} Labi>d li> Kashfi Ma’na Qur’a>n al-Maji>d, atau
dikenal juga dengan Tafsi>r al-Muni>r. Dicetak di Kairo, al-H}alabi,
1887.
• Munawar Chalil, Tafsi>r al-Qur’a>n Hidayatur Rahman, (Jakarta: Siti
Sjamsiah, 1958).
• Ahmad Hasan, Al-Furqa>n: Tafsir al-Qur’an (Bangil: Persatuan, 1406
H.).
• Mahmud Yunus, Tafsi>r Qur’a>n Karim (Jakarta: Pustaka Mahmudiyah,
1957).
• Oemar Bakri, Tafsir Rahmat (Jakarta: Mutiara, 1983).
• Hasbi Ash-Shiddiqy, Tafsir An-Nur (Jakarta: Bulan Bintang, 1976).
• Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982).
• Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs, Tafsir al-Qur’an (Jakarta:
14. • Dalam bahasa-bahasa daerah, upaya ini
dilanjutkan oleh Kemajuan Islam Yogyakarta,
Bisyri Mus}tahafa Rembang, R. Muhammad
Adnan dan Bakri Syahid. Kemajuan Islam
Yogyakarta, Quran Kejawen Sundawiyah.
• Bisyri Mushtahafa Rembang, al-Ibri>z, 1960.
• R. Muhammad Adnan, Al-Qur’an Suci Basa
Jawi, 1969.
• Bakri Syahid, Al-Huda, 1972
15. • Upaya-upaya ini bahkan lebih
diseriusi oleh Pemerintah RI
melalui proyek penerjemahan.
Selanjtnya, atas usul Musyawarah
kerja Ulama Al-Qur’an ke XV (23-24
Maret 1989), disempurnakan oleh
pusat penelitian dan
pengembangan Lektur Agama
bersama Lajnah Pentashih Al-
16. • Howard M. Federspiel dalam penelitiannya, kurang lebih
disebut 48 tafsir popular di Indonesia: Di antara 48
mufassir yang Federspiel sebut adalah, Munawar Khalil,
Aboe Bakar Atjeh, Bahrum Rangkuti, Jamaluddin Kafie,
Oemar Bakrie, Joesoef Sou’eb, M. Hasbi al-Shiddiqy,
Masjfuk Zuhdi, A. Hasan, Qomaruddin Hamidy, Mahmud
Yunus, Hamka, Abdul Halim Hasan, Tafsir Depag, Bachtiar
Surin, Sukmadjadja Asyarie, Badarutthanan Akasah,
Syahminan Zaini, MS. Khalil, Qamaruddin Saleh Nasikun,
Bey Arifin, Labib MZ, A. Hanafi, Hadiyah Salim, M. Ali
Usman, Khadijatus Shalihah, A. Muhaimin Zen, Datuk
Tombak Alam, A. Djohansjah, Ismail Tekan, T. Atmadi
Usman, Abu Hanifah, Zainal Abidin Ahmad, HB. Jassin,
Mahfudi Sahli, Dja’far Amir, Muslih Maruzi, Abdul Aziz
Masyhuri, M. Munir Farunama, Syahminan Zaini, M. Ali
Husayn, A. Syafi’I Ma’arif, Dawan Raharjo, Azwar Anar,
Imam Munawwir, Z. Kasijan, Nazwar Syamsu, M. Quraish
Shihab.
17. Gaya dan tipologi tafsir nusantara tidak lepas dari
transmisi tradisi tafsir Hijaz, Azhari, dan sarjana Barat.
Hijaz di sini adalah transmisi cara penulisan, pemikiran
dan tradisi tafsir yang berkembang di Makkah maupun
Madinah. Kemudian, tafsir nusantara juga memiliki
ketersambungan dan keterikatan kuat dengan pola
pikir al-Azhar Mesir yang banyak melahirkan ulama-
ulama nusantara yang secara tidak langsung ikut
menyumbangkan pemikiranannya dalam menelurkan
karya tafsir nusantara. Kedua sisi ini lebih kental
mencuat pada abad XVI hingga awal abad XX.
18. • 1. Jalur Hijazi Saudi Arabia
• Mata rantai Timur Tengah dengan tanah jawa (nusantara) sebenarnya telah
terjadi jauh sebelum lahirnya nabi muhammad saw. Ahmad Mansur
Suryanegara, Api Sejarah 1, (Bandung: Penerbit Salamadani, 2012).
• Sejak abad ke-7 M atau abad pertama hijriyah, nusantara sudah membangun
hubungan dengan timur tengah baik dalam bidang ekonomi, politik dan
religi.
• Hubungan ini semakin kuat pada abad ke-16. Terlihat dengan adanya
kerjasama antara kesultanan aceh dengan dinasti ‘Utsmani.
• Hubungan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dengan timur Tengah tidak
hanya terbatas pada Dinasti ‘Utsmani saja. Bahkan, tahun 1970-an, Aceh
secara regular menerima ulama terkemuka dari Hijaz, Mesir dan Gujarat.
• pada abad ke 19 misalnya, banyak ulama berpengalaman yang hidup
berjuang mengembangkan Islam di Indonesia. Tercatat dalam sejarah,
banyak ulama yang telah mengenyam manisnya belajar ilmu di tanah Nabi,
para ulama itu misalnya Ahmad Khatib, Minangkabau, Muhammad Nawawi al-
Bantentany, Diponegoro, Ahmad Rifa’i dari Jawa Tengah, kiai Khalil dari
Madura, dan Arsyad al-Banjari dari Kalimantan dimana seluruh ulama
tersebut “Mekah based” dan secara fiqih Syafiiyah.
• Aceh, Banten, dan Mataram dalam catatan Azyumardi, ada pula kerajaan
19. • 2. Jalur Azhari Mesir
• Al-Azhar merupakan Universitas tertua, tidak hanya di dunia
Islam, namun juga di seluruh dunia. Hal itu karena universitas-
universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan dua abad
setelah berdirinya Al-Azhar, seperti Universitas Paris didirikan
pada abad ke-12 Masehi, Universitas Oxford di Inggris pada abad
ke-13, demikian juga universitas-universitas Eropa lainnya.
• ditilik awal abad ke-20, Mesir mempunyai peranan yang paling
berpengaruh terhadap perkembangan tafsir di Nusantara. Tokoh
mufassir yang menjadi idola baik dari sisi pemikirannya maupun
dari karyanya adalah Grand Syaikh Muhammad ‘Abduh (1849-
1905 M.) yang kemudian ditularkan dan dikembangkan
pemikiran-pemikirannya oleh murid-muridnya seperti
Muhammad Rasyid Ridha (1865 M.-1935 M.) dan Musthafa al-
Maraghi (1881-1945 M.).
• Pemikiran Abduh dalam bidang tafsir disebarluaskan di
Indoensia di antaranya oleh Hamka (1908 M.-1981 M.), A. Hasan
(1887 M.-1958 M.), Hasbi as-Shiddiqi (1904 M.-1975 M,), Quraish
Shihab (1944 M. – sekarang) dll.
20. • Riddell menuturkan muslim Arab berhasil menguasai Sind di baratlaut
India pada abad ke-8 M, Islam tidak berhasil membangun eksistensinya di
daerah itu hingga munculnya kesultanan Delhi pada abad ke-12.
• Riddell menuturkan bahwa dikalanagan ulama Delhi pada abad ke-12 dan
ke 13 Tafsir al-Zamakhsyari dan al-Baydhawi menjadi rujukan di India.
• Mahmud Yunus menulis bahwa sebagian terjemahan tafsir dalam Bahasa
Indonesia dengan judul Tarikh al-Qur’an diterbitkan di Medan pada tahun
1941 oleh Adnan Lubis yang juga lulusan Perguruan Tinggi Nadwa,
Lucknow, India meskipun edisi dan cetakan terbatas dalam
penyebarannya.
• Azyumardi menjelaskan tarikat Qadariyah menuturkan Muhammad Yusuf
bin ‘Abdullah Abu al-Mahasin al-Taj al-Khalwati al-Makassari mengikuti al-
Raniri ke India, dia juga belajar dengan ‘Umar bin ‘Abd Allah Ba Syaiban al-
Tarimi al-Hadhrami (w. 1066/1656), guru al-Raniry.
• Guru al-Raniri dari India adalah Abu Hafs ‘Umar bin Abdullah ini sangat
dikenal di wilayah Gujarat sebagai Sayyid ‘Umar al-Alaydrus. Ba Syaiban
sama halnya dengan al-Makassari, sama-sama berasal dari Hadrami,
tepatnya dari Aydarussiyah di Tarim, salah satu pusat pengetahuan Islam
di Arab Selatan. Ba Syaiban guru al-Raniri merupakan salah satu mata
rantai penting, yang menghubungkan berbagai tradisi pengetahuan Islam.