SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
WEEKLY SUPLEMENT
DESSY MAYA KARTIKA EKA PUTRI
J0552210005
 Alat RME dianggap sebagai alat fixed ortopedi yang paling baik untuk merawat
masalah tulang transversal (cross bite dan kontriksi Maksila) pada pasien
prapubertas.
 Ketika digunakan pada anak-anak dan remaja, alat RME konvensional
diinsersikan ke gigi, untuk membuka sutura midpalatal dan meningkatkan
lebar maksila dengan efek ortopedi dan konsekuensi keterbatasan hubungan
dental.
 Namun, pada pasien pasca pubertas dan dewasa , pendekatan ini tidak berhasil
dan sering menghasilkan efek dentoalveolar yang tidak diinginkan, resorpsi
akar, bukal tipping, dan resesi gingiva pada gigi posterior, tanpa pergerakan
skeletal.
Emerson C. Angell (1860)
 Selama bertahun-tahun, Rapid Palatal Expansion (RME) dengan bantuan pembedahan adalah satu-satunya perawatan untuk
pasien pasca pubertas dengan konstriksi maksila.
 Namun demikian, perkembangan saat ini dari penjangkaran mini implant telah membuat teknik lain yang tersedia, seperti
Rapid Palatal Expansion yang dengan bantuan miniscrew.
 Pada tahun 2010, Lee et al adalah orang pertama yang mengusulkan bone-borne palatal expander seperti MARPE untuk
mengatasi diskrepansi transversal pada pasien berusia 20 tahun tanpa operasi, sehingga menghindari efek dentoalveolar yang
merugikan juga untuk mengoptimalkan potensi ekspansi skeletal.
 Bone-born Ekspander dari tulang berpotensi menghindari operasi: berbeda pada piranti MARPE yang baru dikembangkan
untuk mengatasi diskrepansi transversal pada orang dewasa.
 Studi ini memperlihatkan rencana digital cone-beam computed tomography (CBCT) pasien 50 tahun yang dirawat dengan rapid
palatal ekspander palatal cepat yang diinsersikan 4 miniscrew.
Pasien adalah seorang wanita berusia 50 tahun dengan defisiensi arah
transversal dan crossbite bilateral. maloklusi Kelas III; dilaporkan tidak ada
komplikasi medis dan tidak ada riwayat trauma. Analisis wajah
menunjukkan simetri, sepertiga wajah seimbang, dan profil wajah yang
lurus. Midline gigi maksila sama dengan midline wajah, dan midline gigi
mandibula bergeser 2 mm ke kiri .
Defisiensi maksila dalam arah
transversal dan cross-bite
bilateral dari molar kedua ke
kaninus di kedua sisi
(diskrepansi transversal adalah
-6 mm)
Relasi Klas III molar dan
kaninus kanan dan kiri, edge to
edge, overjet dan overbite 0
mm
Panjang diskrepansi lengkung
maksila dan mandibula
masing-masing adalah 9 mm
dan 7 mm
Lebar intermolar maksila dan
interkaninus adalah 36 mm dan
28 mm, dan lebar intermolar
mandibula adalah 42 mm
(Gambar 2)
PEMERIKSAAN
KLINIS & MODEL
STUDI
Gambar 2. Digital dental casts sebelum perawatan
Radiografi Panoramik Dan Sefalometri
Tumpatan pada gigi molar rahang atas dan rahang bawah serta gigi
premolar pertama,
Perawatan endodontik pada gigi molar kedua rahang bawah, dan gigi
premolar pertama kiri tanpa komplikasi periapikal.
Kehilangan tulang horizontal secara diffuse. CBCT dengan potongan yang
jelas dari tulang kortikal vestibular yang tipis
Gambar 3 Pretreatment record A,
Radiografi Lateral ; B,tracing sefalometri
lateral; C, Radiografi panoramic; D CBCT
axial slice
Gambaran 4 CBCT yang digunakan untuk
evaluasi sutura midpalatal
Analisis Sefalometri
CBCT yang sama digunakan untuk
merencanakan penempatan miniscrew.
CBCT digunakan untuk menilai
maturasi midpalatal suture (MPS)
menurut klasifikasi oleh Angelieri et al.
Berdasarkan metode ini, pasien
mengalami maturasi stadium B
Pemeriksaan jaringan lunak
menunjukkan biotipe gingiva
dengan resesi yang terlihat pada
cups dan bicuspids maksila dan
mandibula serta resesi minor pada
gigi insisivus mandibula.
Gigi insisivus rahang atas memiliki
inklinasi 110°, dan gigi insisivus rahang
bawah memiliki inklinasi lingual 85°,
Overjet dan overbite berkurang. Tidak
ada bukti klinis inflamasi akut.
Hubungan Kelas I disertai retrusi
skeletal (SNA, 78° ; SNB, 76° ;
ANB, 2° ; Wits appraisal, 1,8 mm)
dan pola vertikal normal (SN-
GoGn, 34°)
Koreksi cross-bite posterior dan diskrepansi transversal melalui ekspansi tulang maksila
tanpa operasi. Tujuannya adalah untuk mencapai koreksi ortopedi yang stabil,
menghindari kompensasi dental dan efek buruk pada gigi atau tulang pada maksila.
Mempertahankan profil wajah sambil meningkatkan estetika senyum dan
mengurangi black buccal corridor saat tersenyum
Mencapai relasi molar dan kaninus Klas I
Mengoreksi crowding dan mendapatkan overjet dan overbite yang ideal
tanpa proklinasi insisivus.
Mengoreksi deviasi midline gigi dan didapatkan hubungan oklusal yang stabil
dalam jangka panjang.
Pada pasien dengan diskrepansi tulang yang ringan, kompensasi non-bedah dapat dicapai
dengan pergerakan gigi ortodonti , dengan menggunakan alat.
Rapid Maxillary Expansion dengan bantuan pembedahan adalah metode yang efektif
untuk perawatan diskrepansi transversal maksila yang parah dan meminimalkan relaps
maksila transversal pada pasien yang matur secara skeletal.
Namun, perawatan ini melibatkan prosedur invasif, peningkatan biaya dan waktu
perawatan, dan potensi komplikasi dari prosedur pembedahan. Opsi ini didiskusikan
dengan pasien, tetapi pasien menolaknya.
Namun, status periodontal pasien dan tingkat perbedaan transversal akan meningkatkan
risiko efek dentoalveolar yang tidak diinginkan, resorpsi akar, fenestrasi korteks bukal,
resesi gingiva, dan relaps.
Gambaran CBCT rahang atas diambil dengan
Scanner New-Tom VGI EVO (Imola, Italia)
dengan bidang pandang 8 cm x 12 cm. Model gips
digital dari Standar Triangulasi Language (STL)
dari gigi maksila awal diperoleh dengan scanner
3 dimensi (3D) (scanner 3Shape E3; 3 Shape A/S,
Kopenhagen, Denmark), superimpomsed CBCT
(gambaran digital dan komunikasi dalam
kedokteran) files, dan dicocokkan dengan Easy
Driver 3DRM-Resource Matching Software
(Uniontech, Parma, Italy) (Gambar 5, A).
Operator mengidentifikasi insersi yang ideal
untuk miniscrew pada model STL 3D yang cocok
dengan gambaran digital dan komunikasi dalam
file kedokteran. Dua miniscrew virtual (2x9 mm,
Benefit System; PSM Medical Solutions,
Tuttlingen, Jerman) diposisikan di regio anterior
pada rugae palatal, antara area distal kaninus dan
area distal premolar kedua, dengan tujuan untuk
penjangkaran bikortikal; 2 miniscrew lainnya (2
mm x 11 mm) ditempatkan di ruang
interradikular antara premolar kedua dan molar
pertama. Lokasi penempatan dan sudut insersi
ditentukan dengan mempertimbangkan lebar dan
ketebalan tulang di palatal dan jarak antara akar
gigi (Gambar 5 B).
1
2
Software sama digunakan untuk design
2 panduan bedah, dan model STL 3D
dicetak menggunakan printer 3D
(Gambar 6).
3
4
Laboratorium Uniontech menciptakan model
lengkung rahang atas dengan analog miniscrew
di tempatnya. Model ini digunakan untuk
membuat perangkat ekspansi. Pembuatan
model dan proses aplikasi analog dipatenkan
oleh Uniontech (Gambar 7,A)
Gambar 5. Model awal maksila STL yang superimposed pada gambar digital dan
komunikasi medis dalam file CBCT. Cross-section CBCT menunjukkan ketebalan tulang
palatal dan posisi virtual dari 4 miniscrew pada bidang palatal anterioposterior
1
3
Gambar 6. Panduan bedah tiga dimensi yang dicetak digunakan untuk penempatan miniscrew
Gambar 7 A. Model lengkung maksila dengan analogi posisi screw ; B, Alat Ekspansi Hyrax dengan
screw ekspansi 12 mm.
Sebelum insersi screw, pasien diaplikasikan dengan larutan klorheksidin 0,2%. Anestesi lokal dilakukan dengan
carbocaine 2% dengan konsentrasi adrenalin 1:100.000. Operator menggunakan 2 guide bedah dengan hole yang
telah dibentuk sebelumnya untuk cylindrical sleeves: 1 untuk screw anterior kanan dan posterior kiri dan 1
untuk screw anterior kiri dan posterior kanan.
Laboratorium teknisi gigi Ortotec SRL (Udine, Italia) membuat ekspander Hyrax menggunakan screw ekspansi 12
mm (Leone SpA, Sesto Fiorentino, Italia). Metal arms anterior dan posterior dari screw ekspansi prefabrikasi
ditekuk untuk mencapai miniscrew heads mengikuti lengkung palatal. Kemudian menggunakan laser ke 4
abutments logam yang dirancang untuk dipasang di atas miniscrew heads dan dipasangkan dengan miniscrew.
Guide bedah pertama kali digunakan
untuk mempersiapkan site dan
memasukkan miniscrews. Cylindrical
sleeve diposisikan secara akurat di
hole guide: 1 untuk mengakomodasi
drill spesifik (diameter 1,4 mm) dengan
vertikal stops untuk mengontrol
persiapan lokasi apikokoronal dan 1
untuk mengakomodasi penggerak
pick-up khusus untuk screws
Sleeve dan guide bedah
membantu mengontrol
angulasi dan kedalaman
miniscrew, seperti yang
diatur pada rencana
terkomputerisasi (Gambar
8, A)
Selama pengangkatan yang
sama, expander maksila
diposisikan dan diamankan
dengan fiksasi screws di
atas microimplant heads
(Gambar 8, B)
Gambar 8. A, Miniscrews diinsersi ke palatal setelah pengangkatan guide bedah; B,
miniscrew-dibantu dengan alat palatal di hubungkan ke 4 miniscrew
dan aktivasi diubah menjadi sekali sehari; 33 aktivasi total memberikan total 6,6 mm.
Suturing pada midpalatal yang berhasil dipisahkan, seperti yang ditunjukkan oleh x-
ray periapikal intraoral (Gambar 9, B) dan CBCT dilakukan tepat setelah fase aktif
ekspansi maksila dan sebelum braket ditempatkan (Gambar 9, C dan D).
Aturan ekspansi lambat dengan periode aktivasi 40 hari digunakan untuk memastikan
adaptasi jaringan dan distribusi kekuatan yang optimal, seperti yang dilaporkan oleh
Isaacson et al Panduan aktivasi adalah seperempat putaran (0,2 mm) sekali setiap 2
hari selama 2 minggu, setelah itu dilakukan rontgen periapikal pertama (Gambar 9, A),
Gambar 9. A, Radiografi periapical 2 minggu setelah aktivasi; B, Setelah pembukaan
sutura midpalatal; C dan D, gambaran CBCT pada akhir periode ekspansi
Gambar 10. A, Hyrax in situ pada akhir periode aktivasi; B, setelah ekspansi.
Alat peranti ditahan di tempatnya selama periode perawatan sebagai
alat retensi (Gambar 10, A). Sebelum dilakukan perawatan alat fixed,
cetakan gips pada lengkung maksila menunjukkan interkaninus, dan
lebar intermolar maksila masing-masing 33 mm dan 40 mm (Gambar
10, B), tetapi perbedaan transversal masih 2 mm.
Selama masa perawatan ini, 0,019 x 0,025-in NiTi dan 0,019 x 0,025-in stainless
steel archwires digunakan untuk mencapai inklinasi aksial optimal dari akar semua
gigi dan memperoleh ekspansi dentoalveolar akhir.
Pada titik ini, alat edgewise preadjusted 0,022 in (Clarity; 3M Unitek, Monrovia,
Calif) diikat-langsung ke gigi. Serangkaian wire 0,014-in nickel-titanium (NiTi),
0,016-in NiTi, dan 0,019 x 0,025-in NiTi continuous wires untuk rahang atas dan
rahang bawah digunakan selama fase aligment dan leveling. Tahap finishing
kemudian dilengkapi dengan 0,019 x 0,025-in kawat lengkung stainless steel.
Perawatan selesai dalam 20 bulan. Setelah melepaskan alat, CBCT post-treatment, radiografi panoramik, dan
sefalogram diambil dengan alat MARPE masih di tempat (Gambar 11).
Alat MARPE dilepas selama pertemuan berikutnya, dan screw anterior digunakan untuk membuat transpalatal
bar untuk retensi. Retainer lingual maksila dan mandibula diinsersikan ke gigi anterior, dan retainer yang dapat
dilepas pada malam hari dipasang pada lengkung rahang atas. 2 impression akhir diambil.
Data sefalometri menunjukkan peningkatan SNA (80°) dan ANB (3°) dan penurunan indeks Wits (-1 mm).
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Song et al, yang menunjukkan perpindahan ANS ke bawah dan ke depan setelah
MARPE. Tabel 1 menunjukkan bahwa inklinasi bidang mandibula tetap relatif tidak berubah dalam kaitannya dengan basis
kranial anterior (SN-GoGn, 34°).
Kurangnya rotasi mandibula menunjukkan bagaimana jenis expander ini dapat mengontrol ekstrusi molar rahang atas dengan lebih
baik. Gigi insisiv maksila dan mandibula sedikit proklinasi (masing-masing 112° dan 92°; Tabel I dan Gambar 13).
2
Hasil oklusal yang memuaskan dicapai meskipun kebersihan gigi pasien buruk. Profil
wajah jaringan lunak dipertahankan, dan estetika senyum membaik, memungkinkan
pasien menampilkan senyum lebar dengan eksposure gigi insisivus yang baik dan ruang
bukal yang sempit(Gambar 12).
Cetakan pasca perawatan
menunjukkan koreksi
kontriksi transversal maksila
dan crossbite bilateral dan
mencapai relasi Kelas I
(Gambar 14)
Pada akhir perawatan alat fixed, lebar
interkanina maksila dan intermolar masing-
masing adalah 34 mm dan 42 mm, dengan
peningkatan keseluruhan 6 mm pada kedua
pengukuran (Tabel II).
Bila transpalatal dihapus setelah 1 tahun, dan
cetakan diambil setelah 12 bulan berikutnya.
Gambar 15. (A), Ekspansi dipertahankan 1 tahun setelah
transpalatal bar tidak dipakai (B) dan 2 tahun setelah akhir
treatment.
Keadaan transpalatal yang dilepaskan setelah 1
tahun dan cetakan diambil setelah 12 bulan
berikutnya, (Gambar 15) menunjukkan
bagaimana ekspansi dipertahankan 1 tahun
setelah transpalatal bar dihilangkan dan 2
tahun setelah akhir perawatan.
Complete Osifikasi sutura midpalatal dianggap sebagai faktor
pembatasan keberhasilan Rapid Ekspansi Maksila, dan
pembedahan telah lama menjadi satu-satunya pilihan untuk
koreksi transversal ortopedi pada pasien pascapubertas dan
dewasa.
Persson dan Thilander mendemonstrasikan bagaimana fusi
sutura midpalatal dimulai secara bertahap di area posterior,
berlanjut ke anterior dari tulang palatina, dan sangat bervariasi
berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien. Penulis lain
menemukan bahwa fusi sutura midpalatal tidak berhubungan
langsung dengan kronologis usia, terutama pada remaja akhir
dan dewasa muda.
Alat Ekspander rahang atas yang berbeda dengan
mini-implant palatal telah dikembangkan dalam
beberapa tahun terakhir, dan kerja digital telah
membuat posisi mini-implant lebih mudah dan
aman. Ekspander bone-borne ini (dibuat sebelumnya
dan disesuaikan dengan implant atau sepenuhnya
disesuaikan dan logam 3D dicetak) screw diposisikan
dengan aman dengan fiksasi di atas microimplant
heads.
.

Pada tahun 2013, Angelieri et al memperkenalkan metode untuk
menilai MPS menggunakan gambar CBCT. Saat ini penggunakan
metode ini untuk mengklasifikasikan pasien. Namun, studi
terbaru telah menunjukkan bahwa hal itu sangat dipengaruhi
oleh ketajaman dan kejelasan gambar pasca akuisisi oleh karena
itu, memiliki beberapa keterbatasan dalam aplikasi klinis.
Operator menggunakan software perencanaan
3D untuk merencanakan posisi ideal miniscrew
secara digital; software memungkinkan
penempatan paralel dan stabilitas
penjangkaran kerangka bikortikal untuk
miniscrews anterior. Pada Posterior, operator
memutuskan untuk menempatkan miniscrews
antara premolar kedua dan molar pertama
pada arah koronal-apikal untuk
memaksimalkan dukungan tulang, memastikan
distribusi kekuatan yang memadai pada daerah
tersebut, dan mencapai disjungsi lengkap dari
suture midpalatal.
Studi RME klasik menunjukkan bagaimana
pergeseran sutura midpalatal lebih signifikan
di area anterior daripada posterior. Bentuk
piramidal ini dihasilkan dari berbagai tingkat
resistensi di sepanjang suture.
Pemasangan screw mudah dan tidak
menyakitkan. Pasien melaporkan
ketidaknyamanan dan tekanan di daerah
palatal dan rongga hidung selama alat
teraktivasi, mungkin karena gangguan
jaringan lunak.
Gambar CBCT postexpansion
mengungkapkan dengan pemisahan
sutura maksila paralel dan ekspansi
tulang dalam pola split palatal tipe I
yaitu, pembukaan MPS total dari tulang
belakang hidung anterior ke posterior
(Gambar 9, C dan D).
Hasil ini tampaknya sesuai dengan penelitian sebelumnya. Garrett et al dan Lin et al, dalam
2 penelitian berbeda yang membandingkan Rapid Maxillary Expander dengan tooth-borne
vs bone-borne, menemukan pola ekspansi skeletal berpola segitiga pada tooth-borne
expander, dengan dasar yang lebih lebar di bagian anterior rahang atas. Sedangkan polanya
paralel pada subjek bone-borne, terlebih lagi dimensi transversal, meningkat hampir dua
kali lipat pada tingkat kerangka daripada tooth-borne.
=
MARPE telah menunjukkan bahwa pembukaan MPS total dimungkinkan pada pasien
pascapubertas bahkan tanpa operasi. Memposisikan 2 miniscrew posterior dalam prosesus
alveolar mungkin telah memberikan distribusi kekuatan posterior yang adekuat dan
mendorong pemisahan sutura midpalatal secara lengkap. Temuan serupa telah dilaporkan oleh
Cantarella et al : Namun, kurangnya perbandingan dalam ekspansi tulang dalam kasus kami
disebabkan oleh resistensi juntion pterygomaxillary dan buttress zygomatic.
Gambar 16. A dan B, CBCT slice menunjukkan posisi dan torsi akar gigi rahang atas tetap tidak berubah selama
periode ekspansi, mempertahankan tulang bukal tipis yang menutupi akar tanpa resorpsi atau resesi gingiva.
CBCT menunjukkan bagaimana posisi dan torsi akar gigi rahang atas tetap tidak berubah selama periode
ekspansi (Gambar 16), mempertahankan tulang bukal tipis yang menutupi akar tanpa resorpsi atau resesi
gingiva. Selama RME, gaya yang diberikan menghasilkan kompresi ligamen periodontal pada permukaan bukal
gigi pendukung. Hal ini dapat mengurangi ketebalan plat tulang bukal gigi penyangga dari 0,6 mm menjadi 0,9
mm. Dehiscences tulang dapat diinduksi pada aspek bukal gigi, terutama pada pasien periodonsium dengan
keadaan quitionable.
Superimposisi CBCT postexpansion dan
posttreatment tidak menunjukkan
perbedaan stabilitas transversal (Gambar
17).
Gambar 17. A dan B Perbandingan gambar CBCT, Postexpansion dan
posttreatment menunjukkan tidak ada perbedaan stabilitas transversal
Sebuah perbandingan gambar CBCT postexpansion dan posttreatment dalam kaitannya dengan
mineralisasi MPS menunjukkan bahwa osifikasi sutura midpalatal masih belum lengkap (Gambar
18). Temuan ini tidak konsisten dengan studi pada pasien muda oleh Arat et al, yang menunjukkan
remineralisasi dan remodeling MPS lengkap setelah 3 bulan. Perbedaan ini mungkin disebabkan
oleh perbedaan usia pasien. Sannomiya et al melaporkan bahwa remineralisasi sutura midpalatal
mungkin tertunda pada pasien yang lebih tua.
Gambar 18. A dan B Gambar CBCT, postexpansion dan posttreatment menunjukkan bahwa osifikasi sutura
midpalatal masih belum sempurna.
Pendapat Ini berarti bahwa hal ini dapat yang direkomendasikan—
mempertahankan alat ekspander selama 6 bulan dan alat lepasan selama
6 bulan selanjutnya—mungkin tidak cukup pada pasien dewasa. Oleh
karena itu, kami memilih transpalatal bar yang dipasang pada screw
anterior selama 1 tahun dan tambahan alat lepasan.
Alat bone-borne tampaknya mampu mentransmisikan gaya langsung ke tulang basal
rahang atas melalui sistem penjangkaran miniscrew, menjadikannya alternatif untuk
peralatan yang ditransmisikan melalui gigi pada pasien dewasa. Mereka berpotensi
menghindari pembedahan, kompensasi gigi, dan efek buruk pada gigi rahang atas atau plat
kortikal bukal.
Alat retensi konvensional mungkin tidak cukup untuk remineralisasi lengkap pada pasien
dewasa; namun, tulang pada transpalatal tetap memiliki kekakuan yang memadai untuk
mempertahankan jumlah ekspansi tulang selama fase konsolidasi.
• European orthodontists, Maxillary Orthope-dics enthusiasts, membawa
kembali teknik ini berdasar penelitian yang dilakukan oleh Derischsweiler
(1953) and Korkhaus (1960). American Orthodontics, yang melakukan
prosedur pada hewan dan membuktikan adanya peristiwa mikroskopis yang
terlibat. Teknik yang digunakan pada pasien dengan atrofi rahang atas
mencapai hasil yang positif dan prosedur ini dianggap aman dan sebagai
alternatif untuk kasus yang lebih rumit, seperti maloklusi Klas II terkait
dengan cross-bite posterior.
Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An
optimum in Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
• Penyempitan maksila disertai crossbite unilateral atau bilateral pada
pasien pascapubertas secara skeletal
• MARPE dengan treatment facemask pada pasien klas 3 usia
pertumbuhan atau dewasa muda
• Defisiensi maksila dengan obstructive sleep apnea (OSA) pada pasien
dewasa
• Defisiensi transversal maksila dikombinasikan dengan terganggunya
periodonsium
Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An optimum in Transverse
Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
Terdapat 2 jenis pin aktivasi yang dibuat :
• Pin tipe MSE dengan siklus 4 putaran aktivasi 90° masing-masing
menyediakan pemisahan 0,2 mm per putaran
• Kunci aktivasi jenis spanner yang menyediakan enam putaran aktivasi per
siklus masing-masing 60° dan pemisahan 0,33 mm.
Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An optimum in
Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
1
0
JENIS SPANNER
JENIS MSE
Perbedaan Sarpe dan
Marpe
MARPE SARPE
• Perawatan lebih kompleks
• Pendarahan yang signifikan
• Resesi Akar
• Cedera pada saraf maksila
• Perawatan lebih sederhana
• Cedera yang terjadi tidak
terlalu besar
Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve
An optimum in Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
• Osifikasi sutura dimulai pada regio posterior melalui jembatan
termineralisasi terbentuk dari posterior ke anterior, bervariasi sesuai
dengan kronologis usia saat terbentuk, selaras dengan akhir tahap
pertumbuhan dan perkembangan wajah, di bawah pengaruh
pematangan tulang.
• Osifikasi dimulai dengan suture insisivus
• Dilanjutkan dengan sutura palatina transversal
• Dan diikuti oleh segmen tengah sutura midpalatal
Heido Suzuki.2016. Miniscrew- assisted rapid palatal expander (MARPE): the quest for pure orthopedic
movement. dental Press J Orthod.
0
3
Heido Suzuki.2016. Miniscrew- assisted rapid palatal expander (MARPE): the quest for pure orthopedic movement. dental Press J Orthod.
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf

More Related Content

Similar to EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf

Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3cameliasenada
 
BACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptx
BACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptxBACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptx
BACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptxhananazila
 
Herbst appliance in orthodontic power point
Herbst appliance in orthodontic power pointHerbst appliance in orthodontic power point
Herbst appliance in orthodontic power pointOrtodontiUnpad2021
 
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxDewoBontang
 
4. PRESENTASI.pptx
4. PRESENTASI.pptx4. PRESENTASI.pptx
4. PRESENTASI.pptxYuvitri1
 
P1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdf
P1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdfP1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdf
P1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdfZulccPalu
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1yes ican
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
BPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxBPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxasridiah
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxssuseref19c32
 
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul ProstoooooooooooooooooooooooooooooooModul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul ProstoooooooooooooooooooooooooooooooWelliSusanto
 
Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...
Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...
Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...AMENINAREZKIA
 
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26Rifqi Setiantio
 

Similar to EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf (20)

Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3
 
BACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptx
BACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptxBACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptx
BACAAN KL ANKYLOSIS TMJ.pptx
 
Herbst appliance in orthodontic power point
Herbst appliance in orthodontic power pointHerbst appliance in orthodontic power point
Herbst appliance in orthodontic power point
 
Dental implant
Dental implantDental implant
Dental implant
 
GT pada lansia.pptx
GT pada lansia.pptxGT pada lansia.pptx
GT pada lansia.pptx
 
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptxppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
ppt implan chp 27. 20-31 educatin dentistry.pptx
 
Skripsi uly
Skripsi ulySkripsi uly
Skripsi uly
 
LITREF BM
LITREF BMLITREF BM
LITREF BM
 
4. PRESENTASI.pptx
4. PRESENTASI.pptx4. PRESENTASI.pptx
4. PRESENTASI.pptx
 
P1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdf
P1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdfP1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdf
P1337430118043_27769_bab-2_75984987b7d3e2068ed4c2afeeb67eba (1).pdf
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1109530090 makalah-modul-3-fix-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
BPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxBPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptx
 
Jurnal tutor nekrosis
Jurnal tutor nekrosisJurnal tutor nekrosis
Jurnal tutor nekrosis
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
Evidence Based-Dentistry 201.2.pptx
Evidence Based-Dentistry 201.2.pptxEvidence Based-Dentistry 201.2.pptx
Evidence Based-Dentistry 201.2.pptx
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptx
 
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul ProstoooooooooooooooooooooooooooooooModul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
Modul Prostooooooooooooooooooooooooooooooo
 
Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...
Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...
Amenina rezkia perawatan endodontik terpandu obliterasi atau saluran akar ter...
 
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26
 

Recently uploaded

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf

  • 1. WEEKLY SUPLEMENT DESSY MAYA KARTIKA EKA PUTRI J0552210005
  • 2.  Alat RME dianggap sebagai alat fixed ortopedi yang paling baik untuk merawat masalah tulang transversal (cross bite dan kontriksi Maksila) pada pasien prapubertas.  Ketika digunakan pada anak-anak dan remaja, alat RME konvensional diinsersikan ke gigi, untuk membuka sutura midpalatal dan meningkatkan lebar maksila dengan efek ortopedi dan konsekuensi keterbatasan hubungan dental.  Namun, pada pasien pasca pubertas dan dewasa , pendekatan ini tidak berhasil dan sering menghasilkan efek dentoalveolar yang tidak diinginkan, resorpsi akar, bukal tipping, dan resesi gingiva pada gigi posterior, tanpa pergerakan skeletal. Emerson C. Angell (1860)
  • 3.  Selama bertahun-tahun, Rapid Palatal Expansion (RME) dengan bantuan pembedahan adalah satu-satunya perawatan untuk pasien pasca pubertas dengan konstriksi maksila.  Namun demikian, perkembangan saat ini dari penjangkaran mini implant telah membuat teknik lain yang tersedia, seperti Rapid Palatal Expansion yang dengan bantuan miniscrew.  Pada tahun 2010, Lee et al adalah orang pertama yang mengusulkan bone-borne palatal expander seperti MARPE untuk mengatasi diskrepansi transversal pada pasien berusia 20 tahun tanpa operasi, sehingga menghindari efek dentoalveolar yang merugikan juga untuk mengoptimalkan potensi ekspansi skeletal.  Bone-born Ekspander dari tulang berpotensi menghindari operasi: berbeda pada piranti MARPE yang baru dikembangkan untuk mengatasi diskrepansi transversal pada orang dewasa.  Studi ini memperlihatkan rencana digital cone-beam computed tomography (CBCT) pasien 50 tahun yang dirawat dengan rapid palatal ekspander palatal cepat yang diinsersikan 4 miniscrew.
  • 4. Pasien adalah seorang wanita berusia 50 tahun dengan defisiensi arah transversal dan crossbite bilateral. maloklusi Kelas III; dilaporkan tidak ada komplikasi medis dan tidak ada riwayat trauma. Analisis wajah menunjukkan simetri, sepertiga wajah seimbang, dan profil wajah yang lurus. Midline gigi maksila sama dengan midline wajah, dan midline gigi mandibula bergeser 2 mm ke kiri .
  • 5. Defisiensi maksila dalam arah transversal dan cross-bite bilateral dari molar kedua ke kaninus di kedua sisi (diskrepansi transversal adalah -6 mm) Relasi Klas III molar dan kaninus kanan dan kiri, edge to edge, overjet dan overbite 0 mm Panjang diskrepansi lengkung maksila dan mandibula masing-masing adalah 9 mm dan 7 mm Lebar intermolar maksila dan interkaninus adalah 36 mm dan 28 mm, dan lebar intermolar mandibula adalah 42 mm (Gambar 2) PEMERIKSAAN KLINIS & MODEL STUDI
  • 6. Gambar 2. Digital dental casts sebelum perawatan
  • 7. Radiografi Panoramik Dan Sefalometri Tumpatan pada gigi molar rahang atas dan rahang bawah serta gigi premolar pertama, Perawatan endodontik pada gigi molar kedua rahang bawah, dan gigi premolar pertama kiri tanpa komplikasi periapikal. Kehilangan tulang horizontal secara diffuse. CBCT dengan potongan yang jelas dari tulang kortikal vestibular yang tipis
  • 8. Gambar 3 Pretreatment record A, Radiografi Lateral ; B,tracing sefalometri lateral; C, Radiografi panoramic; D CBCT axial slice Gambaran 4 CBCT yang digunakan untuk evaluasi sutura midpalatal
  • 9. Analisis Sefalometri CBCT yang sama digunakan untuk merencanakan penempatan miniscrew. CBCT digunakan untuk menilai maturasi midpalatal suture (MPS) menurut klasifikasi oleh Angelieri et al. Berdasarkan metode ini, pasien mengalami maturasi stadium B Pemeriksaan jaringan lunak menunjukkan biotipe gingiva dengan resesi yang terlihat pada cups dan bicuspids maksila dan mandibula serta resesi minor pada gigi insisivus mandibula. Gigi insisivus rahang atas memiliki inklinasi 110°, dan gigi insisivus rahang bawah memiliki inklinasi lingual 85°, Overjet dan overbite berkurang. Tidak ada bukti klinis inflamasi akut. Hubungan Kelas I disertai retrusi skeletal (SNA, 78° ; SNB, 76° ; ANB, 2° ; Wits appraisal, 1,8 mm) dan pola vertikal normal (SN- GoGn, 34°)
  • 10.
  • 11. Koreksi cross-bite posterior dan diskrepansi transversal melalui ekspansi tulang maksila tanpa operasi. Tujuannya adalah untuk mencapai koreksi ortopedi yang stabil, menghindari kompensasi dental dan efek buruk pada gigi atau tulang pada maksila. Mempertahankan profil wajah sambil meningkatkan estetika senyum dan mengurangi black buccal corridor saat tersenyum Mencapai relasi molar dan kaninus Klas I Mengoreksi crowding dan mendapatkan overjet dan overbite yang ideal tanpa proklinasi insisivus. Mengoreksi deviasi midline gigi dan didapatkan hubungan oklusal yang stabil dalam jangka panjang.
  • 12. Pada pasien dengan diskrepansi tulang yang ringan, kompensasi non-bedah dapat dicapai dengan pergerakan gigi ortodonti , dengan menggunakan alat. Rapid Maxillary Expansion dengan bantuan pembedahan adalah metode yang efektif untuk perawatan diskrepansi transversal maksila yang parah dan meminimalkan relaps maksila transversal pada pasien yang matur secara skeletal. Namun, perawatan ini melibatkan prosedur invasif, peningkatan biaya dan waktu perawatan, dan potensi komplikasi dari prosedur pembedahan. Opsi ini didiskusikan dengan pasien, tetapi pasien menolaknya. Namun, status periodontal pasien dan tingkat perbedaan transversal akan meningkatkan risiko efek dentoalveolar yang tidak diinginkan, resorpsi akar, fenestrasi korteks bukal, resesi gingiva, dan relaps.
  • 13. Gambaran CBCT rahang atas diambil dengan Scanner New-Tom VGI EVO (Imola, Italia) dengan bidang pandang 8 cm x 12 cm. Model gips digital dari Standar Triangulasi Language (STL) dari gigi maksila awal diperoleh dengan scanner 3 dimensi (3D) (scanner 3Shape E3; 3 Shape A/S, Kopenhagen, Denmark), superimpomsed CBCT (gambaran digital dan komunikasi dalam kedokteran) files, dan dicocokkan dengan Easy Driver 3DRM-Resource Matching Software (Uniontech, Parma, Italy) (Gambar 5, A). Operator mengidentifikasi insersi yang ideal untuk miniscrew pada model STL 3D yang cocok dengan gambaran digital dan komunikasi dalam file kedokteran. Dua miniscrew virtual (2x9 mm, Benefit System; PSM Medical Solutions, Tuttlingen, Jerman) diposisikan di regio anterior pada rugae palatal, antara area distal kaninus dan area distal premolar kedua, dengan tujuan untuk penjangkaran bikortikal; 2 miniscrew lainnya (2 mm x 11 mm) ditempatkan di ruang interradikular antara premolar kedua dan molar pertama. Lokasi penempatan dan sudut insersi ditentukan dengan mempertimbangkan lebar dan ketebalan tulang di palatal dan jarak antara akar gigi (Gambar 5 B). 1 2 Software sama digunakan untuk design 2 panduan bedah, dan model STL 3D dicetak menggunakan printer 3D (Gambar 6). 3 4 Laboratorium Uniontech menciptakan model lengkung rahang atas dengan analog miniscrew di tempatnya. Model ini digunakan untuk membuat perangkat ekspansi. Pembuatan model dan proses aplikasi analog dipatenkan oleh Uniontech (Gambar 7,A)
  • 14. Gambar 5. Model awal maksila STL yang superimposed pada gambar digital dan komunikasi medis dalam file CBCT. Cross-section CBCT menunjukkan ketebalan tulang palatal dan posisi virtual dari 4 miniscrew pada bidang palatal anterioposterior
  • 15. 1 3 Gambar 6. Panduan bedah tiga dimensi yang dicetak digunakan untuk penempatan miniscrew Gambar 7 A. Model lengkung maksila dengan analogi posisi screw ; B, Alat Ekspansi Hyrax dengan screw ekspansi 12 mm.
  • 16. Sebelum insersi screw, pasien diaplikasikan dengan larutan klorheksidin 0,2%. Anestesi lokal dilakukan dengan carbocaine 2% dengan konsentrasi adrenalin 1:100.000. Operator menggunakan 2 guide bedah dengan hole yang telah dibentuk sebelumnya untuk cylindrical sleeves: 1 untuk screw anterior kanan dan posterior kiri dan 1 untuk screw anterior kiri dan posterior kanan. Laboratorium teknisi gigi Ortotec SRL (Udine, Italia) membuat ekspander Hyrax menggunakan screw ekspansi 12 mm (Leone SpA, Sesto Fiorentino, Italia). Metal arms anterior dan posterior dari screw ekspansi prefabrikasi ditekuk untuk mencapai miniscrew heads mengikuti lengkung palatal. Kemudian menggunakan laser ke 4 abutments logam yang dirancang untuk dipasang di atas miniscrew heads dan dipasangkan dengan miniscrew.
  • 17. Guide bedah pertama kali digunakan untuk mempersiapkan site dan memasukkan miniscrews. Cylindrical sleeve diposisikan secara akurat di hole guide: 1 untuk mengakomodasi drill spesifik (diameter 1,4 mm) dengan vertikal stops untuk mengontrol persiapan lokasi apikokoronal dan 1 untuk mengakomodasi penggerak pick-up khusus untuk screws Sleeve dan guide bedah membantu mengontrol angulasi dan kedalaman miniscrew, seperti yang diatur pada rencana terkomputerisasi (Gambar 8, A) Selama pengangkatan yang sama, expander maksila diposisikan dan diamankan dengan fiksasi screws di atas microimplant heads (Gambar 8, B)
  • 18. Gambar 8. A, Miniscrews diinsersi ke palatal setelah pengangkatan guide bedah; B, miniscrew-dibantu dengan alat palatal di hubungkan ke 4 miniscrew
  • 19. dan aktivasi diubah menjadi sekali sehari; 33 aktivasi total memberikan total 6,6 mm. Suturing pada midpalatal yang berhasil dipisahkan, seperti yang ditunjukkan oleh x- ray periapikal intraoral (Gambar 9, B) dan CBCT dilakukan tepat setelah fase aktif ekspansi maksila dan sebelum braket ditempatkan (Gambar 9, C dan D). Aturan ekspansi lambat dengan periode aktivasi 40 hari digunakan untuk memastikan adaptasi jaringan dan distribusi kekuatan yang optimal, seperti yang dilaporkan oleh Isaacson et al Panduan aktivasi adalah seperempat putaran (0,2 mm) sekali setiap 2 hari selama 2 minggu, setelah itu dilakukan rontgen periapikal pertama (Gambar 9, A),
  • 20. Gambar 9. A, Radiografi periapical 2 minggu setelah aktivasi; B, Setelah pembukaan sutura midpalatal; C dan D, gambaran CBCT pada akhir periode ekspansi
  • 21. Gambar 10. A, Hyrax in situ pada akhir periode aktivasi; B, setelah ekspansi. Alat peranti ditahan di tempatnya selama periode perawatan sebagai alat retensi (Gambar 10, A). Sebelum dilakukan perawatan alat fixed, cetakan gips pada lengkung maksila menunjukkan interkaninus, dan lebar intermolar maksila masing-masing 33 mm dan 40 mm (Gambar 10, B), tetapi perbedaan transversal masih 2 mm.
  • 22. Selama masa perawatan ini, 0,019 x 0,025-in NiTi dan 0,019 x 0,025-in stainless steel archwires digunakan untuk mencapai inklinasi aksial optimal dari akar semua gigi dan memperoleh ekspansi dentoalveolar akhir. Pada titik ini, alat edgewise preadjusted 0,022 in (Clarity; 3M Unitek, Monrovia, Calif) diikat-langsung ke gigi. Serangkaian wire 0,014-in nickel-titanium (NiTi), 0,016-in NiTi, dan 0,019 x 0,025-in NiTi continuous wires untuk rahang atas dan rahang bawah digunakan selama fase aligment dan leveling. Tahap finishing kemudian dilengkapi dengan 0,019 x 0,025-in kawat lengkung stainless steel.
  • 23. Perawatan selesai dalam 20 bulan. Setelah melepaskan alat, CBCT post-treatment, radiografi panoramik, dan sefalogram diambil dengan alat MARPE masih di tempat (Gambar 11). Alat MARPE dilepas selama pertemuan berikutnya, dan screw anterior digunakan untuk membuat transpalatal bar untuk retensi. Retainer lingual maksila dan mandibula diinsersikan ke gigi anterior, dan retainer yang dapat dilepas pada malam hari dipasang pada lengkung rahang atas. 2 impression akhir diambil. Data sefalometri menunjukkan peningkatan SNA (80°) dan ANB (3°) dan penurunan indeks Wits (-1 mm).
  • 24. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Song et al, yang menunjukkan perpindahan ANS ke bawah dan ke depan setelah MARPE. Tabel 1 menunjukkan bahwa inklinasi bidang mandibula tetap relatif tidak berubah dalam kaitannya dengan basis kranial anterior (SN-GoGn, 34°). Kurangnya rotasi mandibula menunjukkan bagaimana jenis expander ini dapat mengontrol ekstrusi molar rahang atas dengan lebih baik. Gigi insisiv maksila dan mandibula sedikit proklinasi (masing-masing 112° dan 92°; Tabel I dan Gambar 13).
  • 25.
  • 26. 2 Hasil oklusal yang memuaskan dicapai meskipun kebersihan gigi pasien buruk. Profil wajah jaringan lunak dipertahankan, dan estetika senyum membaik, memungkinkan pasien menampilkan senyum lebar dengan eksposure gigi insisivus yang baik dan ruang bukal yang sempit(Gambar 12).
  • 27. Cetakan pasca perawatan menunjukkan koreksi kontriksi transversal maksila dan crossbite bilateral dan mencapai relasi Kelas I (Gambar 14)
  • 28. Pada akhir perawatan alat fixed, lebar interkanina maksila dan intermolar masing- masing adalah 34 mm dan 42 mm, dengan peningkatan keseluruhan 6 mm pada kedua pengukuran (Tabel II). Bila transpalatal dihapus setelah 1 tahun, dan cetakan diambil setelah 12 bulan berikutnya.
  • 29. Gambar 15. (A), Ekspansi dipertahankan 1 tahun setelah transpalatal bar tidak dipakai (B) dan 2 tahun setelah akhir treatment. Keadaan transpalatal yang dilepaskan setelah 1 tahun dan cetakan diambil setelah 12 bulan berikutnya, (Gambar 15) menunjukkan bagaimana ekspansi dipertahankan 1 tahun setelah transpalatal bar dihilangkan dan 2 tahun setelah akhir perawatan.
  • 30. Complete Osifikasi sutura midpalatal dianggap sebagai faktor pembatasan keberhasilan Rapid Ekspansi Maksila, dan pembedahan telah lama menjadi satu-satunya pilihan untuk koreksi transversal ortopedi pada pasien pascapubertas dan dewasa. Persson dan Thilander mendemonstrasikan bagaimana fusi sutura midpalatal dimulai secara bertahap di area posterior, berlanjut ke anterior dari tulang palatina, dan sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien. Penulis lain menemukan bahwa fusi sutura midpalatal tidak berhubungan langsung dengan kronologis usia, terutama pada remaja akhir dan dewasa muda.
  • 31. Alat Ekspander rahang atas yang berbeda dengan mini-implant palatal telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir, dan kerja digital telah membuat posisi mini-implant lebih mudah dan aman. Ekspander bone-borne ini (dibuat sebelumnya dan disesuaikan dengan implant atau sepenuhnya disesuaikan dan logam 3D dicetak) screw diposisikan dengan aman dengan fiksasi di atas microimplant heads. . Pada tahun 2013, Angelieri et al memperkenalkan metode untuk menilai MPS menggunakan gambar CBCT. Saat ini penggunakan metode ini untuk mengklasifikasikan pasien. Namun, studi terbaru telah menunjukkan bahwa hal itu sangat dipengaruhi oleh ketajaman dan kejelasan gambar pasca akuisisi oleh karena itu, memiliki beberapa keterbatasan dalam aplikasi klinis.
  • 32. Operator menggunakan software perencanaan 3D untuk merencanakan posisi ideal miniscrew secara digital; software memungkinkan penempatan paralel dan stabilitas penjangkaran kerangka bikortikal untuk miniscrews anterior. Pada Posterior, operator memutuskan untuk menempatkan miniscrews antara premolar kedua dan molar pertama pada arah koronal-apikal untuk memaksimalkan dukungan tulang, memastikan distribusi kekuatan yang memadai pada daerah tersebut, dan mencapai disjungsi lengkap dari suture midpalatal. Studi RME klasik menunjukkan bagaimana pergeseran sutura midpalatal lebih signifikan di area anterior daripada posterior. Bentuk piramidal ini dihasilkan dari berbagai tingkat resistensi di sepanjang suture. Pemasangan screw mudah dan tidak menyakitkan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dan tekanan di daerah palatal dan rongga hidung selama alat teraktivasi, mungkin karena gangguan jaringan lunak.
  • 33. Gambar CBCT postexpansion mengungkapkan dengan pemisahan sutura maksila paralel dan ekspansi tulang dalam pola split palatal tipe I yaitu, pembukaan MPS total dari tulang belakang hidung anterior ke posterior (Gambar 9, C dan D).
  • 34. Hasil ini tampaknya sesuai dengan penelitian sebelumnya. Garrett et al dan Lin et al, dalam 2 penelitian berbeda yang membandingkan Rapid Maxillary Expander dengan tooth-borne vs bone-borne, menemukan pola ekspansi skeletal berpola segitiga pada tooth-borne expander, dengan dasar yang lebih lebar di bagian anterior rahang atas. Sedangkan polanya paralel pada subjek bone-borne, terlebih lagi dimensi transversal, meningkat hampir dua kali lipat pada tingkat kerangka daripada tooth-borne. = MARPE telah menunjukkan bahwa pembukaan MPS total dimungkinkan pada pasien pascapubertas bahkan tanpa operasi. Memposisikan 2 miniscrew posterior dalam prosesus alveolar mungkin telah memberikan distribusi kekuatan posterior yang adekuat dan mendorong pemisahan sutura midpalatal secara lengkap. Temuan serupa telah dilaporkan oleh Cantarella et al : Namun, kurangnya perbandingan dalam ekspansi tulang dalam kasus kami disebabkan oleh resistensi juntion pterygomaxillary dan buttress zygomatic.
  • 35. Gambar 16. A dan B, CBCT slice menunjukkan posisi dan torsi akar gigi rahang atas tetap tidak berubah selama periode ekspansi, mempertahankan tulang bukal tipis yang menutupi akar tanpa resorpsi atau resesi gingiva. CBCT menunjukkan bagaimana posisi dan torsi akar gigi rahang atas tetap tidak berubah selama periode ekspansi (Gambar 16), mempertahankan tulang bukal tipis yang menutupi akar tanpa resorpsi atau resesi gingiva. Selama RME, gaya yang diberikan menghasilkan kompresi ligamen periodontal pada permukaan bukal gigi pendukung. Hal ini dapat mengurangi ketebalan plat tulang bukal gigi penyangga dari 0,6 mm menjadi 0,9 mm. Dehiscences tulang dapat diinduksi pada aspek bukal gigi, terutama pada pasien periodonsium dengan keadaan quitionable.
  • 36. Superimposisi CBCT postexpansion dan posttreatment tidak menunjukkan perbedaan stabilitas transversal (Gambar 17). Gambar 17. A dan B Perbandingan gambar CBCT, Postexpansion dan posttreatment menunjukkan tidak ada perbedaan stabilitas transversal
  • 37. Sebuah perbandingan gambar CBCT postexpansion dan posttreatment dalam kaitannya dengan mineralisasi MPS menunjukkan bahwa osifikasi sutura midpalatal masih belum lengkap (Gambar 18). Temuan ini tidak konsisten dengan studi pada pasien muda oleh Arat et al, yang menunjukkan remineralisasi dan remodeling MPS lengkap setelah 3 bulan. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan usia pasien. Sannomiya et al melaporkan bahwa remineralisasi sutura midpalatal mungkin tertunda pada pasien yang lebih tua.
  • 38. Gambar 18. A dan B Gambar CBCT, postexpansion dan posttreatment menunjukkan bahwa osifikasi sutura midpalatal masih belum sempurna.
  • 39. Pendapat Ini berarti bahwa hal ini dapat yang direkomendasikan— mempertahankan alat ekspander selama 6 bulan dan alat lepasan selama 6 bulan selanjutnya—mungkin tidak cukup pada pasien dewasa. Oleh karena itu, kami memilih transpalatal bar yang dipasang pada screw anterior selama 1 tahun dan tambahan alat lepasan.
  • 40. Alat bone-borne tampaknya mampu mentransmisikan gaya langsung ke tulang basal rahang atas melalui sistem penjangkaran miniscrew, menjadikannya alternatif untuk peralatan yang ditransmisikan melalui gigi pada pasien dewasa. Mereka berpotensi menghindari pembedahan, kompensasi gigi, dan efek buruk pada gigi rahang atas atau plat kortikal bukal. Alat retensi konvensional mungkin tidak cukup untuk remineralisasi lengkap pada pasien dewasa; namun, tulang pada transpalatal tetap memiliki kekakuan yang memadai untuk mempertahankan jumlah ekspansi tulang selama fase konsolidasi.
  • 41. • European orthodontists, Maxillary Orthope-dics enthusiasts, membawa kembali teknik ini berdasar penelitian yang dilakukan oleh Derischsweiler (1953) and Korkhaus (1960). American Orthodontics, yang melakukan prosedur pada hewan dan membuktikan adanya peristiwa mikroskopis yang terlibat. Teknik yang digunakan pada pasien dengan atrofi rahang atas mencapai hasil yang positif dan prosedur ini dianggap aman dan sebagai alternatif untuk kasus yang lebih rumit, seperti maloklusi Klas II terkait dengan cross-bite posterior. Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An optimum in Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
  • 42. • Penyempitan maksila disertai crossbite unilateral atau bilateral pada pasien pascapubertas secara skeletal • MARPE dengan treatment facemask pada pasien klas 3 usia pertumbuhan atau dewasa muda • Defisiensi maksila dengan obstructive sleep apnea (OSA) pada pasien dewasa • Defisiensi transversal maksila dikombinasikan dengan terganggunya periodonsium Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An optimum in Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
  • 43. Terdapat 2 jenis pin aktivasi yang dibuat : • Pin tipe MSE dengan siklus 4 putaran aktivasi 90° masing-masing menyediakan pemisahan 0,2 mm per putaran • Kunci aktivasi jenis spanner yang menyediakan enam putaran aktivasi per siklus masing-masing 60° dan pemisahan 0,33 mm. Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An optimum in Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
  • 45. Perbedaan Sarpe dan Marpe MARPE SARPE • Perawatan lebih kompleks • Pendarahan yang signifikan • Resesi Akar • Cedera pada saraf maksila • Perawatan lebih sederhana • Cedera yang terjadi tidak terlalu besar Nishaevitha et al. 2021. miniscreww assited rapid palatal ekspantion (MARPE) - Expanding Horizons To Achieve An optimum in Transverse Dimention : A review. Europe Journal of Molecular & Clinical Medicine
  • 46. • Osifikasi sutura dimulai pada regio posterior melalui jembatan termineralisasi terbentuk dari posterior ke anterior, bervariasi sesuai dengan kronologis usia saat terbentuk, selaras dengan akhir tahap pertumbuhan dan perkembangan wajah, di bawah pengaruh pematangan tulang. • Osifikasi dimulai dengan suture insisivus • Dilanjutkan dengan sutura palatina transversal • Dan diikuti oleh segmen tengah sutura midpalatal Heido Suzuki.2016. Miniscrew- assisted rapid palatal expander (MARPE): the quest for pure orthopedic movement. dental Press J Orthod.
  • 47. 0 3 Heido Suzuki.2016. Miniscrew- assisted rapid palatal expander (MARPE): the quest for pure orthopedic movement. dental Press J Orthod.