2. KELOMPOK 3
Komala Sari Dewi
Lani Yuliani
Lela Nurlaelatul Badriyah
Mamah Mutiah
Moh. Ramadhani Rahman
Moh. Zaenudin Haemid
Nita Mardiana
3. pengertian
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat
dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan
4. Tahapan Masa Nifas
Periode immediate
Periode early postpartum ( 24 jam – 1 minggu )
Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu )
5. Perubahan Fisik pada ibu Post Partum
1. Sistem Reproduksi dan Struktur yang Berhubungan
2. Sistem Endokrin
3. Abdomen
4. Sistem perkemihan
5. Sistem pencernaan
6. Payudara
6. Perubahan Fisik pada ibu Post Partum
7. Sistem kardiovaskuler
8. Sistem saraf
9. Sistem muskuleskeletal
10. Sistem integumen
11. Sistem imun
7. Perubahan Psikologis pada Ibu Post
Partum
Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu. Menurut Hamilton, 1995
adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Talking In period / ketergantungan
2. Taking Hold Period / ketergantungan tidak ketergantungan
3. Letting Go Period / saling ketergantungan
8. Masalah Kesehatan Ibu Post Partum
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk memberikan informasi
dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas
yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa
nifas ini adalah :
• Demam tinggi hingga melebihi 38°C.
• Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid
biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan
darah yang besar-besar dan berbau busuk.
• Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati.
• Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.
9. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Suherni, 2009) memberikan kebijakan
sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali
kunjungan pada masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah :
Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.
Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas
dan bayinya
Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas.
Menangani berbagai masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu maupun
bayinya pada masa nifas.
10. Kunjungan Masa Nifas
Suatu kunjungan rumah akan mendapat lebih banyak kemajuan apabila
direncanakan dan diorganisasikan dengan baik. Perawat perlu meninjau kembali
catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran dan catatan lain yang bisa digunakan
sebagai dasar wawancara dan pemeriksaan serta pemberian perawatan lanjutan
yang diberikan. Setelah kunjungan tersebut direncanakan, perawat harus
mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan, materi instruksi dan
keterangan yang dapat diberikan kepada keluarga yang akan dikunjungi (Saleha,
2009).
11. ASUHAN KEPERAWATAN POST
PARTUM
A. Pengkajian
Menurut teori doenges ( 2001 ) pengkajian meliputi identitas klien, riwayat
keperawatan, pola kebiasaan sehari-hari. Pengkajian dasar data klien meliputi :
Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
Integeritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, marah, atau
menarik diri. Klien memiliki pertanyaan atau salah terima pesan dalam pengalaman
kelahiran.
12. Eliminasi
Kateter urinaria indwelling mungkin terpasang, urin jernih pucat, bisisng usus
tidak ada, samar atau jelas.
Makan / Cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
Nyeri / Ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh tidak nyaman dari berbagai sumber, misalnya :
Trauma/bedah/insial, Nyeri penyerta,distensi kandung kemih / abdomen, efek-
efek anastesi mungkin mulut kering.
13. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesi spinal epidural.
Pernapasan
Bunyi paru jelas dan ventrikular
Keamanan
Penyakit hubungan seksual aktif ( herpes ) inkompabilitas Rh yang berat, adanya
komplikasi ibu seperti hipertensi dalam kehamilan, diabetes, penyakit ginjal atau
jantung, infeksi assenden, prolaps tali pusat, distress janin, ancaman janin premature.
Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil, ketuban sudah
pecah selama 24 jam atau lebih lama.
Seksualitas
Disproporsi sefalopelvis ( CPD ), kehamilan multiple atau gestasi( uterus sangat
distensi ), melahirkan sebelumnya, tumor atau neoplasma yang menghambat pelvis
atau jalan lahir.
14. B. Pemeriksaaan diagnostik
Hitung darah lengkap, urinalisis, kultur, amniosentesis, pelvimetri, ultrasonografi.
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi dan pembedahan.
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan luka operasi, trauma jaringan, prosedur invasif.
Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan payudara.
Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan trauma mekanisme efek-efek anastesi.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan ketahanan fisik.
Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan alat eksternal ( selang IV dan kateter
15. D. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma dan persalinan
Diagnosa Intervensi Rasional
Nyeri akut berhubungan
dengan trauma dan
persalinan
1. Kaji lokasi ketidaknyamanan,
skala nyeri, intensitas, durasi
dengan menggunakan skala ( 1
– 10 ).
1. Untuk mengetahui
tingkat nyeri yang
dirasakan klien.
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Untuk mengetahui
keadaan umum klien
3. Berikan dan ubah posisi
nyaman.
3. Untuk mengurangi
nyeri yang dialami
klien
4. Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam.
4. Mengurangi nyeri
ketika nyeri dirasakan
5. Kaji nyeri tekan uterus 5. Untuk mengetahui
lokasi nyeri
6. Berikan analgetik sesuai dengan
kebutuhan
6. Mengurangi nyeri dari
segi farmakologi
16. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
prosedur invasif
Diagnosa Intervensi Rasional
Resiko infeksi
berhubungan dengan
trauma jaringan, prosedur
invasif
1. Observasi tanda-tanda vital. 1. Mengetahui keadaan
umum klien
2. Kaji tanda-tanda gejala infeksi. 2. Mencegah dini infeksi
3. Inspeksi luka jahitan episiotomy,
lokasi tindakan invasive dari tanda-
tanda infeksi.
3. Mengetahui keadaan
umum luka
4. Pertahankan teknik mencuci tangan
dengan cermat dan pembuangan
pengalas kotor, pembalut perineal
dan linen.
4. Mencegah infeks
nosokomial
5. Berikan perawatan perineal dan
kateter.
5. Mencegah infeks
perineal
6. Catat hemoglobin dan hematokrit,
serta perkirakan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan.
6. Mengetahui jumlah
sedikit banyaknya
jumlah pen
7. Inspeksi sekitar infus IV terhadap
nyeri tekan.
7. Indentifikasi ada
tidaknya edema
kebocoran dan infeksi
8. Kolaborasi pemberian obat
antibiotik.
8. Mencegah infeks
secara farmakologi.
17. 3. Gangguan eliminasi BAB : berhubungan dengan penurunan
tonus otot, kurang masukan nutrisi.
Diagnosa Intervensi Rasional
Gangguan eliminasi BAB
berhubungan dengan
penurunan tonus otot,
kurang masukan nutrisi.
1. Auskultasi adanya bising usus,
perhatikan kebiasaan
pengosongan normal diatasis
recti.
1. Mengetahui keadaan
umum lambung.
2. Kaji adanya hemoroid. 2. Mengetahui ada
tidaknya hemoroid
3. Berikan informasi pada klien
untuk memakan makanan tinggi
serat ( buah dan sayur),
peningkatan cairan.
3. Agar tidak terjadi
konstipasi
4. Anjurkan peningkatan aktivitas
dan ambulasi sesuai toleransi.
4. Agar sistem
metabolisme berjalan
dengan baik.
18. 4. Kurang pengetahuan ( perawatan payudara ) berhubungan
dengan kurangnya pengalaman dan informasi
Diagnosa Intervensi Rasional
Kurang pengetahuan (
perawatan payudara )
berhubungan dengan
kurangnya pengalaman
dan informasi
1. Kaji pengetahuan klien,
pemahaman dan kemampuan
menerapkan konsep yang
berhubungan dengan perawatan
bayi ( memandikan bayi dan
merawat tali pusat ) dan perawatan
payudara dan cara menyusui yang
benar
1. Untuk mengetahui
tingkat pemahaman
klien tentang
perawatan bayi
2. Berikan informasi tentang
perawatan payudara, termasuk
diskusi tentang kebutuhan akan
dukungan dan penggunaan
kompres es.
2. Menambah
pemahaman kepada
klien tentang
perawatn payudara
agar kebutuhan ASI
bayi terpenuhi
3. Berikan informasi pada klien
termasuk perawatan payudara,
perubahan posisi bayi, kebutuhan
makanan dan minuman.
3. Agar jumlah ASI
mencukupi
kebutuhan bayi
4. Diskusikan perlunya istirahat tidur4. Agar kebutuhan
istirahat klien
terpenuhi
5. Demonstrasikan teknik-teknik
perawatan bayi dan perawatan
payudara
5. Mengetahui tingkat
pemahan klien
setelah diberi penkes
19. 5. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan trauma
persalinan
Diagnosa Intervensi Rasional
Gangguan eliminasi BAK
berhubungan dengan trauma
persalinan
1. Kaji masukan cairan dan
haluan urin akhir. Catat
masukan cairan haluan urin
dan lamanya persalinan.
1. Mengetahui tingkat
pemenuhan kebutuhan
cairan klien
2. Perhatikan adanya edema
atau laserasi.
2. Mengethaui ada
tidaknya kelebihan
caran
3. Anjurkan pada pasien untuk
berkemih dalam 6-8 jam
pasca partum dan setiap 4 jam
setelahnya
3. Untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien
4. Anjurkan untuk minum 6-8
gelas perhari
4. Untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien
5. Kolaborasi katerisasi sesuai
indikasi
5. Membantu
mengeluarkan urine
secara kolaboratif.
20. 6. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan
aktifitas dan alat eksternal ( selang IV dan kateter )
Diagnosa Intervensi Rasional
Kelemahan mobilitas
fisik berhubungan
dengan pembatasan
aktifitas dan alat
eksternal ( selang IV
dan kateter )
1. Kaji keadaan umum klien 1. Untuk mengetahui
keadaaan umum klien
2. Ajarkan klien untuk latihan
rentang gerak aktif
2. Mencegah atrofi otot dan
melatih mobilisasi
3. Bantu dan anjurkan klien
untuk ubah posisi setiap 1 – 2
jam.
3. Menghindari kelemahan
fisik dengan mobilisasi
ringan
4. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan klien.
4. Membantu klien memenuhi
kebutuhan dasarnya
5. Berikan motivasi kepada
klien
5. Membuat keinginan klien
untuk mobilisasi bertambah