1. MANAJEMEN HUBUNGAN PESANTREN DENGAN
MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Manajemen Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu :
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
NINDA KHOIRIYAH (20164711147)
PAI – SMT 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
MARET 2017
2. ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. yang telah
membimbing saya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyyah.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Bpk.
DR. Afiful Ikhwan, M.Pd.I.
2. Teman – teman, dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.
Atas bimbingan tersebut saya hanya dapat berdo'a kepada Allah SWT semoga amal dan
jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi seluruh pembaca. Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin.
(PENYUSUN)
3. iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ……………………………... 1
B. RumusanMasalah …………………………………….. 2
C. TujuanMasalah ……………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
MANAJEMEN HUBUNGAN PESANTREN DENGAN
MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
A. Pengertian Manajemen...................................................... 3
B. Pengertian manajemen hubungan pesantren dengan
masyarakat......................................................................... 4
C. Tujuan hubungan pesantren dengan masyarakat……....... 7
D. Ruang lingkup hubungan pesantren dengan
masyarakat....................................................……………. 9
E. Prinsip hubungan pesantren dengan masyarakat………... 10
F. Teknik hubungan pesantren dengan masyarakat
................................
G. Bagaimana hubungan pesantren dengan wali santri dikembangakan
.........
H. Bagaimana hubungan pesantren dengan alumni santri
dikembangakan .....
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................………………………........ 11
DAFTAR PUSTAKA …………………….........................……………........ 13
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan pondok pesantren tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan
masyarakat, oleh karena itu pesantren harus akomodatif terhadap tuntunan
masyarakat. Masyarakat bisa menjadi potensi yang positif dalam upaya
pengembangan pondok pesantren tersebut. Oleh karena itu pondok pesantren harus
benar-benar dapat memanfaatkan potensi masyarakat secara positif, agar dapat
memberikan kontribusi yang positif pula bagi pengembangan pondok pesantren.
Masyarakat akan menjadi pendukung yang positif bagi pengembangan
pesantren apabila pesantren apabila pesantren tersebut tanggap terhadap aspirasi
masyarakat. Namun sebaliknya, masyarakat akan menjadi penghambat bagi
pengembangan pesantren, manakala pihak pesantren kurang tanggap terhadap
keinginan masyarakat. Oleh karena itu sikap tanggap pesantren dengan
memanfaatkan pendekatan social intelligence dan dengan memanfaatkan beberapa
teknik hubungan masyarakat perlu terus dikembangkan. Masyarakat harus dijadikan
sebagai mitra yang baik bagi pengembangan pesantren, sebab dari, oleh dan untuk
masyarakatlah pesantren itu didirikan.
5. 2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manajemen?
2. Apa pengertian manajemen hubungan pesantren dengan masyarakat?
3. Tujuan hubungan pesantren dengan masyarakat?
4. Ruang lingkup hubungan pesantren dengan masyarakat?
5. Prinsip-prinsip hubungan pesantren dengan masyarakat?
6. Teknik-teknik hubungan pesantren dengan masyarakat?
7. Bagaimana hubungan pesantren dengan wali santri dikembangkan?
8. Bagaimana hubungan pesantren dengan alumni santri dikembangkan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan maksud dari manajemen.
2. Menjelaskan maksud hubungan pesantren dengan masyarakat.
3. Menjelaskan tujuan hubungan pesantren dengan masyarakat.
4. Memaparkan ruang lingkup hubungan pesantren dengan masyarakat.
5. Menjelaskan prinsip-prinsip hubungan pesantren dengan masyarakat.
6. Menjelaskan teknik-teknik hubungan pesantren dengan masyarakat.
7. Menjelaskan hubungan pesantren dengan wali santri dikembangkan.
8. Menjelaskan hubungan pesantren dengan alumni santri dikembangkan.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Definisi manajemen menurut James A.F. Stoner dalam bukunya yang berjudul
Management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di
tetapkan.
B. Pengertian Manajemen Hubungan Pesantren dengan Masyarakat
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempunyai kekhasan tersendiri
dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi
pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya
yang sejenis. Yang mana dalam pesantren para santrinya disiapkan untuk dapat
berbaur dalam pergaulan di masyarakat dengan adab yang sesuai dengan moralitas
dalam agama Islam. Hal ini begitu diperhatikan karena lingkungan pesantren berada
dalam lingkungan masyarakat yang luas dan yang menilai baik buruknya dari sebuah
pesantren tersebut adalah bagaimana adab dari santri jebolan pesantren tersebut
dengan masyarakat sekitar dan masyarakat asal daerahnya sendiri. Di Indonesia
istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren.1
Sedangkan hubungan pesantren dengan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara pesantren dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian
masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan dipesantren serta mendorong
minat dan kerjasama antara pesantren dan masyarakat dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pesantren. Lebih lanjut, Kindred, Bagin dan Gallagher (1976)
1Sulthon, pesantren dan masyarakat,(Bandung: Pustaka Media, 2010), hlm. 12.
7. 4
mendefinisikan hubungan pesantren dengan masyarakat tersebut sebagai usaha
kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang
efisien serta saling pengertian antara pesantren, personalia pesantren dengan
masyarakat.
Definisi diatas terdapat elemen penting diantaranya seperti:
a) Bahwa hubungan pesantren dengan masyarakat terjadi karena adanya
kepentingan yang sama antara pesantren dengan masyarakat.
b) Untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut, masyarakat perlu berperan
serta dalam mengembangkan pesantren.
c) Untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut perlu kerjasama yang
baik melalui komunikasi dua arah antara pesantren dengan masyarakat secara
efisisen.
Dikaitkan dengan hal diatas, masalah yang lebih urgen mengenai hubungan
pesantren dengan masyarakat dapat didefinisikan sebagai segenap upaya untuk
merencanakan, mengembangkan, dan mengefektifkan usaha koompratif antara
pesantren dan masyarakat agar terdapat hubungan timbal balik yang harmonis
dikemudian hari.2
C. Tujuan Hubungan Pesantren dengan Masyarakat
Tujuan diadakannya hubungan pesantren dengan masyarakat antara lain
sebagai berikut:
a) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang
ingin direalisasikan pesantren.
b) Meningkatkan pemahaman pesantren tentang keadaan serta aspirasi
masyarakat terhadap pesantren.
c) Menggalang usaha orang tua dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak
didik.
2Khusnuridlo, Mohammad, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global,
(Yokyakarta: Laksbang Press, 2006), hlm. 247.
8. 5
d) Mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai kepentingan pendidikan
dipesantren dalam era pembangunan.
e) Membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap pesantren dan
program-programnya.
f) Memberitahu masyarakat tentang pertanggung jawaban pesantren atas
harapan yang dibebankan masyarakat kepada pesantren.
g) Mencari dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-
sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program
pesantren.3
D. Ruang Lingkup Hubungan Pesantren dengan Masyarakat
Peranan penting dalam meningkatkan kualitas pesantren yang bersangkutan.
Oleh karena itu perlu dilaksanakan dengan baik. Ruang lingkup sasaran pelaksanaan
hubungan pesantren dengan masyarakat tersebut dapat dirinci menjadi 3 macam
kelompok, yaitu:
a) Kelompok orang tua murid/santri dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok. Yang berkaitan dengan komitmen pesantren atau
majelis pesantren.
b) Kelompok masyarakat luas/umum, yaitu melakukan hubungan dengan
masyarakat melalui berbagai kegiatan formal maupun non-formal hal itu
bertujuan memajukan pesantren dalam hal positif kepada masyarakat.
c) Kelompok instansi, khususnya dunia usaha. Hubungan pesantren dengan
masyarakat pada kelompok ini dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
melalui praktek kerja lapangan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya
relasi program yang dilakukan dengan kebutuhan pesantren dunia usaha
dengan adanya pesantren dan masyarakat dapat meningkatkan akuntabilitas
program pesantren.
3Ibid, 249.
9. 6
E. Prinsip-prinsip Hubungan Pesantren dengan masyarakat
Agar pelaksanaan hubungan pesantren dengan masyarakat dapat mencapai
sasaran secara optimal, maka dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip otoritas: dalam pelaksanaan hubungan pesantren dengan masyarakat
kepala pesantren memiliki tanggung jawab penuh dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
b) Prinsip kesederhanaan: prinsip ini memberikan petunjuk, bahwa program-
program hubungan pesantren dengan masyarakat harus dilaksanakan secara
sederhan, jelas, dan realistis.
c) Prinsip kejujuran: dalam melaksanakan hubungan pesantren dengan
masyarakat kejujuran sangat penting artinya, sekali pesantren memberikan
informasi yang tidak benar, kepercayaan pesantren akan berakibat pesantren
tidak akan kembali dipercayai.
d) Prinsip ketepatan: prinsip ini mengandung pengertian, bahwa apa yang
disampaikan pesantren kepada masyarakat harus tepat, baik dilihat dari segi
isi, waktu, media yang digunakan serta tujuan yang akan dicapai.4
F. Teknik-teknik Hubungan Pesantren Dengan Masyarakat
Adapun teknik-teknik dalam mengadakan hubungan antar pesantren dan
masyarakat teknik mana yang cocok bergantung dari situasi dan kondisi serta tujuan
dilaksanakan hubungan dengan masyarakat tersebut.
Teknik-teknik tersebut antara lain adalah:
1) Laporan kepada orang tua murid. Sesekali guru tidak hanya membuat laporan
kemajuan belajar melalui rapor saja. Melainkan laporan dalam bentuk surat
tentang perkembangan belajar anak kepada orang tua murid.
4Ibid, 249.
10. 7
2) Pameran pesantren. Pameran merupakan teknik yang efektif untuk memberi
informasi tentang hasil kegiatan dan keadaan pesantren kepada masyarakat.
3) Kunjungan kepada pondok pesantren. Yang dimaksud disisni adalah
kunjungan orang tua murid ke pesantren yang dilaksanakan pada saat
pelajaran berlangsung.
4) Kunjungan kerumah murid. Kunjungan kerumah murid oleh guru merupakan
cara yang efektif dalam mengadakan hubungan dengan wali murid.
5) Melalui organisasi perkumpulan alumni pesantren. Perkumpulan alumni
pesantren dapat menimbulkan rasa solidaritas antar alumni pesantren dengan
masyarakat.
6) Melalui praktek kerja atau praktek lapangan. Praktek kerja lapangan atau
dalam praktek dakwah, dimana pesantren menjalin kemitraan dengan dunia
luar/organisasi/lembaga, maka hal ini merupakan sasaran yang tepat bagi
pesantren untuk menunjukan kemajuan yang dicapai.
G. Bagaimana Hubungan Pesantren dengan Wali Santri Dikembangkan
Dibalik prestasi pesantren yang baik akan selalu ditemukan keterlibatan dan
ketertarikan wali santri yang besar, sebaliknya dibalik kegagalan program pendidikan
suatu pesantren sering diakibatkan oleh potensi wali santri yang tidak dikelola secara
efektif.
Untuk mengelola partisipasi wali santri dapat dilakukan secara kondisional
dalam bentuk yang beragam. Hal ini sejalan dengan pandangan Marsh (1988) bahwa
kemitraan antara wali santri dan lembaga pendidikan dapat dilakukan dalam beragam
aspek pembuatan keputusan, termasuk kurikulum.
Pengembangan peran wali santri dapat dipandang penting sesama pentingnya
dengan pengembangan staf pesantren. Mengapa demikian? Dengan memperhatikan
peran wali santri, setidaknya dapat diambil 3 keuntungan antara lain:
11. 8
1) Mereka dapat memberi informasi tentang pendidikan pada umumnya dan
khususnya di pesantren. Oleh karenanya, pengasuh pesantren hendaknya
berusaha memikirkan bagaimana agar arus informasi orang tua santri dapat
sampai ke mereka.
2) Partisipasi wali santri dapat menumbuhkan komitmen mereka untuk
mendorong prestasi pendidikan anak-anak mereka di pesantren. Misalnya,
dengan mengetahui program pesantren wali santri akan berusaha menciptakan
iklim pendidikan dikeluarga sehingga menimbulkan konflik dengan
pengetahuan dan sikap anaknya selama di pesantren.
3) Partisipasi wali santri dalam proses pembuatan keputusan akan mengurangi
tingkat resitensi dalam implementasi program-program pendidikan pesantren.
Yang jelas bentuk partisipasi wali santri akan beragam antara pesantren satu
dengan yang lain. Apapun bentuknya, semuanya dipandang penting untuk
mengembangkan pesantren sebagai wahana menciptakan masyarakat belajar
(learning community). Agar potensi wali santri ini dapat dimanfaatkan oleh
pesantren secara optimal, maka perlu dibentuk komite/majlis pesantren ini
disamping beranggotakan para wali santri juga dapat ditambah tokoh-tokoh
masyarakat, pejabat, para kyai, ustadz, akademisi dari perguruan tinggi.5
Disamping itu komite/majlis pesantren yang dibentuk tersebut dapat
melakukan fungsi sebagai berikut:
1) Mendorong tumbuhnya komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu dilingkungan pesantren.
2) Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenan dengan
penyelenggaraan pendidikan dilingkungan pesantren yang bermutu.
3) Menemukan dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan
pendidikan dipesantren yang dianjurkan atau yang diinginkan masyarakat.
4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada pesantren.
5Ibid. hal 250.
12. 9
5) Mendorong wali santri dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
pesantren.
6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan dilingkungan pesantren.
7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di pesantren.6
H. Bagaimana Hubungan Pesantren Dengan Alumni Santri Dikembangkan
Alumni santri merupakan kekuatan yang potensial bagi pengembangan
pesantren. Karena itu keberadaan mereka perlu terus dipantau, baik tempat
tinggalnya, maupun aktifitas kegiatannya. Alumni pesantren biasanya memiliki ikatan
emosional yang cukup tinggi dengan almamaternya. Hal ini tidak terlepas dari sistem
pendidikan pesantren itu sendiri yang telah mengajarkan akhlak yang mulia kepada
para santrinya sejak awal proses pendidikan, antara lain dengan cara menanamkan
indoktrinasi pada santrinya agar selalu menghormati gurunya sampai kapanpun agar
ia bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Bagi para santri untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah segalanya
dibandingkan dengan banyaknya ilmu yang mereka peroleh. Ilmu banyak tidak
bermanfaat dianggapnya percuma, akan tetapi meskipun dapat ilmu sedikit tapi
bermanfaat, hal itu jauh lebih berharga. Oleh karena itu setiap santri yang sholeh akan
berusaha untuk mencari ilmu yang bermanfaat. Potensi itulah yang harus ditangkap
oleh pesantren sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan pesantren itu
sendiri.
6Ibid. Hal. 256.
13. 10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di
tetapkan.
2. Hubungan pesantren dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara
pesantren dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang
kebutuhan dan kegiatan pendidikan di pesantren serta mendorong minat dan
kerja sama antara pesantren dan pengembangan pesantren.
3. Tujuan diadakanya hubungan pesantren dengan masyarakat antara lain sebagai
berikut: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran
yang ingin direalisasikan pondok pesantren, Meningkatkan pemahaman
pesantren tentang keadaan serta aspirasi masyarakat terhadap pondok pesantren,
Menggalang usaha orang tua dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak
didik.
4. Ruang lingkup sasaran pelaksanaan hubungan pesantren dengan masyarakat
tersebut dapat dirinci menjadi 3 macam kelompok, yaitu: a) Kelompok orang tua
murid/santri dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok. Yang
berkaitan dengan komitmen pesantren atau majelis pesantren. b) Kelompok
masyarakat luas/umum, yaitu melakukan hubungan dengan masyarakat melalui
berbagai kegiatan formal maupun non-formal hal itu bertujuan memajukan
pesantren dalam hal positif kepada masyarakat. c) Kelompok instansi, khususnya
dunia usaha. Hubungan pesantren dengan masyarakat pada kelompok ini
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui praktek kerja lapangan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya relasi program yang dilakukan
14. 11
dengan kebutuhan pesantren dunia usaha dengan adanya pesantren dan
masyarakat dapat meningkatkan akuntabilitas program pesantren.
5. Prinsip-prinsip hubungan pesantren dengan masyarakat : 1) Prinsip otoritas; 2)
Prinsip kesederhanaan; 3) Prinsip kejujuran; 4) Prinsip ketepatan.
6. Teknik-teknik hubungan pesantren dengan masyarakat: 1) Laporan kepada orang
tua murid; 2) Pameran pesantren; 3) Kunjungan kepada pondok pesantren; 4)
Kunjungan kerumah murid; 5) Melalui organisasi perkumpulan alumni
pesantren; 6) Melalui praktek kerja atau praktek lapangan
7. Bagaimana Hubungan Pesantren Dengan Wali Santri Dikembangkan.
Dibalik prestasi pesantren yang baik akan selalu ditemukan keterlibatan dan
ketertarikan wali santri yang besar, sebaliknya dibalik kegagalan program
pendidikan suatu pesantren sering diakibatkan oleh potensi wali santri yang tidak
dikelola secara efektif.
8. Bagaimana Hubungan Pesantren Dengan Alumni Santri Dikembangkan.
Alumni santri merupakan kekuatan yang potensial bagi pengembangan
pesantren. Karena itu keberadaan mereka perlu terus dipantau, baik tempat
tinggalnya, maupun aktifitas kegiatannya. Alumni pesantren biasanya memiliki
ikatan emosional yang cukup tinggi dengan almamaternya.
15. 12
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Yasmadi, M.A, 2006. Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching)
Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum, 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah,
(Bandung: Pustaka Media)
Khusnuridlo, Mohammad, 2006. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif
Global, (Yokyakarta: Laksbang Press)
Sulthon, 2010. pesantren dan masyarakat, (Bandung: Pustaka Media)
Diah,Ricky, peran pesantren,dalamhttp://ricky-diah.blogspot.co.id/2011/04/peran-
pesantren.htmlhttp://ricky-diah.blogspot.co.id/2011/04/peran-pesantren.html,diunggah
pada Sabtu,17 April 2011, pukul 21:28 wib.