SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
FOR MORE INFO...
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
A L I B I
TANATOLOGI
Thanatos : berhubungan dengan
kematian
Logos : ilmu
BATASAN
Bagian dari IKF yang mempelajari tentang kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta
faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
FOR MORE INFO...
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam
Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
Hidup : berfungsi
Mati : berhenti
PP No. 18 tahun
1981
UU. No. 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan
• Pasal 117 :
Seseorang dinyatakan mati apabila
fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem
pernapasantelah terbukti telah berhenti
secara permanen, atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan
• Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya.
• Tidak ada gerakan otot serta postur.
• Tidak ada reflek pupil.
• Tidak ada reflek kornea.
• Tidak ada respon motorik.
• Tidak ada reflek menelan atau batuk.
• Tidak ada reflek vestibo-okularis.
• Tidak ada nafas spontan.
KRITERIA DIAGNOSTIK MATI
BATANG OTAK
 PRINSIP PEMBENTUKAN DAN PERJALANANNYA
(PATOFISIOLOGI).
 SKALA WAKTU DIBANDINGKAN DENGAN GEJALA
YANG TAMPAK.
 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
(VARIABEL).
 INTERPRETASINYA DITINJAU DARI KEDOKTERAN
FORENSIK.
PERUBAHAN PADA MAYAT
Terjadi sesuai dengan perjalanan waktu dan
dikenal sebagai TANDA KEMATIAN
( TANDA KEMATIAN DINI & LANJUT )
TANDA KEMATIAN DINI
Nafas Berhenti
Sirkulasi darah berhenti
Kulit pucat
Tonus otot hilang dan relaksasi (fase relaksasi primer)
Segmentasi pembuluh darah retina
Kornea mengering
Cara Tradisional menentukan kematian
• Auskultasi: Mendengarkan suara jantung/paru
dengan stetoskop
• Tes Winslow: Gelas berisi air diletakkan diatas
perut, bila goyang masih ada gerakan nafas.
• Tes Cermin; Kaca cermin ditaruh didepan mulut
dan hidung. Bila basah, masih bernafas.
• Tes Bulu burung: Di depan hidung diletakkan
bulu burung. Bila bergetar masih bernafas.
Tes magnus: Mengikat jari, hingga aliran vena
terbendung. Bila timbul warna sianotik berarti
masih ada sirkulasi.
Tes Icard: Menyuntikan subcutan campuran
larutan 1gr flourescein dan 1gr natrium
bicarbonat. Timbulnya warna kuning kehijauan,
sirkulasi masih ada.
Incisi arteria radialis: Pengirisan pada arteria
radialis, bila keluar darah secara pulsasif, masih
ada sirkulasi.
Cara Tradisional menentukan kematian
PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)
º C
Dipengaruhi oleh banyak sekali faktor
Di Indonesia , belum ada standar kurva
penurunan suhu mayat
Jam
Terjadi akibat
radiasi,
konduksi,
evaporasi dan
konveksi
Berbentuk kurva SIGMOID
TANDA KEMATIAN LANJUT
– Post Mortem Lividity
– Post Mortem Suggilation
– Hypostasis
– Livor Mortis
– Stainning
Lebam Mayat
Pathofisiologi
Kegagalan sirkulasi dalam mempertahankan
tekanan hidrostatik yang menggerakan darah
mencapai capillary bed dimana pembuluh –
pembuluh darah kecil afferent dan efferent
saling berhubungan
Secara bertahap darah yang mengalami
stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan
cabang-cabangnya kemudian dipengaruhi
gravitasi akan mengalir ke bawah, ketempat –
tempat yang terendah yang dapat dicapai
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
Terjadi akibat proses gravitasi setelah
sirkulasi berhenti (segera pada saat PM)
20 - 30 menit PM : mulai tampak
½ - (8-12) jam PM : hilang pada penekanan
>(8-12 jam) PM : menetap
FOR MORE INFO...
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
• LEBAM MAYAT / LIVOR MORTIS
TERJADI SEBAGAI AKIBAT PENGUMPULAN DARAH
(DALAM PEMBULUH DARAH) PADA DAERAH YANG
LETAK RENDAH
MAYAT YANG TERLENTANG MEMBERIKAN LEBAM
MAYAT PADA DAERAH PUNGGUNG
DALAM DARAH BANYAK TERDAPAT CO-Hb
SEHINGGA LEBAM MAYAT TAMPAK
BERWARNA MERAH TERANG
LEBAM MAYAT / LIVOR MORTIS
TAMPAK SEBAGAI BERCAK PADA KULIT YANG
MENCERMINKAN WARNA DARAH
BILA DITEMUKAN LEBAM MAYAT YANG LETAKNYA
TIDAK SESUAI DENGAN POSISI MAYAT, MAKA
DAPAT DIPASTIKAN MAYAT TELAH DIUBAH POSISI
/ LETAKNYA
LEBAM MAYAT PADA BAGIAN PUNGGUNG PADA KORBAN
MATI YANG TAMPAK TERGANTUNG
Memar
Kekerasan tumpul
kapiler darah pecah
darah merembes ke jaringan sekitar
kerusakan jaringan
Perdarahan dibawah kulit
LEBAM MAYAT
HARUS DIBEDAKAN
DENGAN ….
FOR MORE INFO...
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
.TANDA PASTI MATI YANG PERTAMA
.MEMPERKIRAKAN SEBAB DAN CARA MATI
.POSISI MATI ( SETELAH LEBAM M,AYAT MENETAP )
 WAKTU TERJADINYA: VISCOSITAS DARAH
 LUAS DAN INTENSITASNYA: Hb
 WARNA : SUHU, KERACUNAN.
SERABUT OTOT YANG MENGANDUNG
AKTIN DAN MIOSIN BERADA DALAM
KEADAAN LENTUR DAN KONTRAKTIL
PADA LINGKUNGAN YANG MENGANDUNG
ATP
BILA ATP HABIS, MAKA AKTIN DAN MIOSIN
AKAN MENGGUMPAL, DAN OTOT MENJADI
KAKU
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
SAAT TERJADI MATI SOMATIS, PROSES
ENZIMATIK MASIH BERLANGSUNG UNTUK
BEBERAPA SAAT. MASIH TERJADI
GLYCOGENOLISIS YANG MENGHASILKAN
PHOSPHAT BERENERGI TINGGI
ATP YANG MENGALAMI DEGRADASI
MENJADI ADP AKAN DIRESINTESA
MENJADI ATP LAGI, SELAMA K.L. 2 JAM
POST MORTAL
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
KAKU MAYAT MULAI TAMPAK 2-4 JAM
POSTMORTAL, DIMULAI DARI OTOT YANG
KECIL SAMPAI OTOT YANG BESAR
OTOT YANG KECIL MEMPUNYAI SERABUT
YANG KECIL DENGAN CADANGAN
GLYCOGEN YANG SEDIKIT DIBANDINGKAN
OTOT YANG BESAR
KAKU MAYAT SEOLAH-OLAH MENJALAR
KRANIO-KAUDAL (dulu)
Sekarang : SENTRIPETAL
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
Terjadi sesuai dengan teori ATP
2 - 4 jam PM : mulai dapat ditemukan
4 - <12 jam PM : mudah s.d sukar dilawan
12 jam PM : LENGKAP
>12 - <24 jam PM : mulai melemas
= / >24 jam PM : relaksasi sekunder lengkap
(melemas sempurna)
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
RIGOR MORTIS TIDAK MEMBERI
INFO MENGENAI SEBAB KEMATIAN
Faktor yang berpengaruh
- suhu keliling, kelembaban
- bentuk tubuh,
- aktivitas fisik sebelum mati,
- penyakit , dll
Cara Memeriksa Rigor Mortis (1)
• Cara pertama dengan manual, diperiksa sendi
mana saja yang sudah kaku, berapa
kekuatannya, sempurna atau tidak.
• Diperiksa dengan cara memfleksikan atau
membuat ekstensi persendian, karena tidak
ada patokan yang jelas maka pemeriksaan ini
bersifat subyektif, sehingga diperlukan waktu
yang cukup dan berhati-hati dalam
memeriksanya.
Cara Memeriksa Rigor Mortis (2)
• Oppenheimer pada tahun 1919 melakukan
penelitian terhadap 43 mayat yang diketahui
meninggal 8 – 48 jam sebelumnya, tak berhasil
menentukan saat kematian berdasarkan rigor
mortis
• Smith mengingatkan agar pemeriksaan rigor
mortis dilakukan sebelum membuka pakaian
mayat, karena dengan melakukan manipulasi
pada tubuh korban (membuka pakaian mayat)
akan mengubah keadaan rigor mortis.
Cara Memeriksa Rigor Mortis (3)
Rigor mortis yang belum sempurna atau belum
mencapai kekakuan maksimal bila
dibengkokkan secara paksa akan melemas dan
membengkok tetapi akan kembali kaku pada
posisi terakhir
Rigor mortis yang sudah terjadi secara
sempurna, perlu tenaga yang besar untuk
melawan kekuatan rigor yang menyebabkan
robeknya otot dan dikatakan rigor telah
“putus” dan rigor tidak akan timbul kembali
sekali dipatahkan oleh kekuatan
• Forster , mengusulkan pemeriksaan rigor
mortis, dengan menggunakan suatu alat agar
lebih objektif
• Alat yang digunakan berupa alat fiksasi dari
kayu yang menempel pada meja.
• Mayat ditelungkupkan dengan paha yang
terfiksasi pada meja. Pada daerah lutut
terdapat batangan besi yang bersendi dengan
alat fiksasi
• Ujung bebasnya terpasang rantai yang
dihubungkan dengan neraca per.
• Neraca per ini dihubungkan dengan ujung
bawah tibia dengan sudut tegak lurus.
Cara Memeriksa Rigor Mortis (4)
• Pengukuran dilakukan dengan cara menarik batangan
menuju paha sehingga sendi lutut dibengkokan
• Tenaga yang terbaca pada neraca per menunjukan
tenaga maksimal yang diperlukan untuk mengatasi
rigor mortis pada penampang paha, yang dikenal
sebagai indeks FRR (Freiburger Rigor Index).
• Ketepatan pengukuran dengan alat ini adalah sampai 5
Nm
• Dengan pemeriksan pada suhu tertentu akan
didapatkan grafik hubungan saat kematian dengan
kekuatan rigor mortis
• Sehingga bila diketahui nilai FRR pada kondisi yang
sama, akan dapat diketahui saat kematiannya.
Cara Memeriksa Rigor Mortis (5)
• Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
melihat terjadinya rigor mortis adalah dengan
menggunakan mikroskop elektron
• Pemeriksaan otot rangka dengan menggunakan
mikroskop elektron menujukan adanya
gambaran granul-granul kecil yang menempel
pada aktin dan miosin (terutama jelas pada
aktin) pada batas antara pita (band) A dan I
• Sepintas lalu gambaran granul membentuk
salib-salib yang berbaris dengan periodisitas
400 Angstrom
Cara Memeriksa Rigor Mortis (6)
Cara Memeriksa Rigor Mortis (7)
• Diduga granul tersebut adalah jembatan
antara aktin dan miosin pada rigor mortis.
Secara biokimiawi diduga granul tersebut
adalah troponin, karena dapat bereaksi
dengan globulin anti troponin.
• Troponin merupakan reseptor ion kalsium yang
berperan pada mekanisme kontraksi dan
relaksasi otot. Bila ion kalsium dilepaskan,
aktin dan miosin mendapat penekanan dan
terjadi relaksasi otot. Bila troponin mengikat
ion kalsium, tekanan tadi tidak ada lagi dan
otot berkontraksi.
Secara kronologis perubahan penampakan otot
dengan mikroskop elektron adalah sebagai berikut:
a. Rigor mortis baru terbentuk (3 jam post mortem),
terdapat gambaran granul pada batas pita A dan I.
b. Rigor mortis sudah sempurna (6 – 12 jam post
mortem), granul pada pta A makin jelas, pada pita H
(miosinsaja) muncul granul yang sama.
c. 24 jam post mortem, granul pada pita A masih jelas,
teta[I yang pada pita H sudah menghilang.
d. 48 jam post mortem, granul sudah menghilang
seluruhnya, sebagian miofibril aktin sudah menghilang
pla karena pembuukan. Granul troponin ini merupakan
tanda khas rigor mortis
Cara Memeriksa Rigor Mortis (8)
Cara Memeriksa Rigor Mortis (9)
Perubahan lain pada gambaran mikroskop
elektron, seperti pembengkakan atau
destruksi motikondria dan retikulum
endoplasmik dan edema miofibril ternyata
tidak terdapat pada otot mencit yang
dibunuh dengan 2,4 dinitrophenol atau
monoiodoacetic acid. Sehingga gambaran
ini bukanlah gambaran khas rigor mortis.
CADAVERIC SPASM
BILA ATP MENGHILANG DARI
LINGKUNGAN SEKELOMPOK OTOT YANG
SEDANG AKTIF BEKERJA BERTEPATAN
DENGAN SAAT MATI, AKAN TERJADI
CADAVERIC SPASM
HABISNYA ATP YANG BERSAMAAN
DENGAN SAAT MATI DAPAT TERJADI PADA
ORANG YANG MENGALAMI KETEGANGAN
KEJIWAAN YANG SANGAT
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
FOR MORE INFO...
SAAT KEMATIAN, MASIH TERDAPAT
PROSES PERTAHANAN TUBUH,
SUATU SAAT BAKTERI DALAM USUS
(GOLONGAN CLOSTRIDIA) AKAN
BERKEMBANG BIAK
PEMBUSUKAN
(DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
Tanda awal DEKOMPOSISI
PEMBUSUKAN
(DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
PEMBUSUKAN AWAL AKAN TAMPAK
SEBAGAI BERCAK KEHIJAUAN PADA
DAERAH PERUT KANAN BAWAH 24
JAM POSTMORTAL DAN MAKIN
MENJALAR SERTA TIMBUL
PERUBAHAN PADA KULIT
PEMBUSUKAN
(DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
AKAN TIMBUL VESIKEL-BULLA
PEMBUSUKAN BERISI CAIRAN HITAM
KEHIJAUAN
BILA BULLA PECAH, KULIT ARI AKAN
TERKELUPAS
TUBUH AKAN MENGGEMBUNG KARENA
TERJADI PEMECAHAN PROTEIN OLEH
BAKTERI, MENGHASILKAN CAIRAN DAN
GAS PEMBUSUKAN K.L. 36-48 JAM PM
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
24 jam PM : mulai tampak warna kehijauan
di daerah caecum
36 - 48 jam PM : tampak gelembung pada kulit,
bau busuk
Pugilistic Attitude, Coital Positition
Prostat & Uterus non gravid paling bertahan
Akhirnya tinggal kerangka, gigi dan rambut
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
- suhu keliling (suhu optimum)
- media (rumus Casper; udara : air : tanah
= 8:4:1)
- gemuk / kurus
- penyakit infeksi
- luka terbuka
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
Perubahan pada Mata
Kekeruhan kornea yang menetap
6 jam PM : mulai terjadi
10 - 12 jam PM : keruh
* Kadar Kalium dalam Vitreous humor
Peningkatan kadar sesuai dengan perja-
lanan waktu
* Perubahan pada LCS dan Darah
Hasilnya tidak konsisten
PERUBAHAN-PERUBAHAN LAIN
* Pengosongan Lambung
Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi
* Pertumbuhan Rambut
Kecepatan tumbuh rata-rata 0,4 mm/hari
* Pertumbuhan Kuku
Kecepatan tumbuh rata-rata 0,1 mm/hari
* Pemeriksaan Larva Lalat (Entomologi Forensik)
Masing-masing spesies lalat mempunyai waktu
siklus telur-larva-kepompong-lalat tertentu
Perubahan lain untuk perkiraan saat kematian
BESARNYA LARVA DAPAT MEMBERIKAN
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
FOR MORE INFO...
Pembusukan Lanjut
• ALAMIAH : 1. MUMIFIKASI
2. ADIPOCERA
NON ALAMIAH :
EMBALMING, PENDINGINAN
Terima kasih

More Related Content

What's hot

Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Oswar Mungkasa
 
Penemuan penderita malaria
Penemuan penderita malariaPenemuan penderita malaria
Penemuan penderita malaria
Joni Iswanto
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmas
Joni Iswanto
 

What's hot (20)

Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan C...
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Penemuan penderita malaria
Penemuan penderita malariaPenemuan penderita malaria
Penemuan penderita malaria
 
Daftar 144 diagnosa penyakit yg harus ditangani puskesmas
Daftar 144 diagnosa penyakit yg harus ditangani puskesmasDaftar 144 diagnosa penyakit yg harus ditangani puskesmas
Daftar 144 diagnosa penyakit yg harus ditangani puskesmas
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tanatologi
 
Lepra osce
Lepra osceLepra osce
Lepra osce
 
Radang
RadangRadang
Radang
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
 
Ilmu kedokteran forensik
Ilmu kedokteran forensikIlmu kedokteran forensik
Ilmu kedokteran forensik
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabah
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmas
 
Aterosklerosis
AterosklerosisAterosklerosis
Aterosklerosis
 
Sop ekg
Sop ekgSop ekg
Sop ekg
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
 
Gigitan ular
Gigitan ularGigitan ular
Gigitan ular
 

Similar to THANATOLOGY.ppt

ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
aishadhiyas
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Jasaketikku
 
6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d
6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d
6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d
Kang Arief UrAng SuNda
 
Fisiologi refleks, gerak dan postur tubuh
Fisiologi refleks, gerak dan postur tubuhFisiologi refleks, gerak dan postur tubuh
Fisiologi refleks, gerak dan postur tubuh
Ayang Ayg
 

Similar to THANATOLOGY.ppt (20)

PPT TANATOLOGI.pptx
PPT TANATOLOGI.pptxPPT TANATOLOGI.pptx
PPT TANATOLOGI.pptx
 
PPT Referat Thanatologi.pptx
PPT Referat Thanatologi.pptxPPT Referat Thanatologi.pptx
PPT Referat Thanatologi.pptx
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Prinsip-prinsip Fisika Biomekanika dan biolistrik.pptx
Prinsip-prinsip Fisika Biomekanika dan biolistrik.pptxPrinsip-prinsip Fisika Biomekanika dan biolistrik.pptx
Prinsip-prinsip Fisika Biomekanika dan biolistrik.pptx
 
Makalah biolistrik
Makalah biolistrikMakalah biolistrik
Makalah biolistrik
 
Trauma muskuloskeletal
Trauma  muskuloskeletalTrauma  muskuloskeletal
Trauma muskuloskeletal
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
 
Katak
KatakKatak
Katak
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d
6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d
6d67802774a4dee8c711682b31e1837b3869b48d
 
Fisiologi refleks, gerak dan postur tubuh
Fisiologi refleks, gerak dan postur tubuhFisiologi refleks, gerak dan postur tubuh
Fisiologi refleks, gerak dan postur tubuh
 
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdfDay 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
 
anatomi - RPL.ppt
anatomi - RPL.pptanatomi - RPL.ppt
anatomi - RPL.ppt
 
SGD 1 Kelompok A1.pptx
SGD 1 Kelompok A1.pptxSGD 1 Kelompok A1.pptx
SGD 1 Kelompok A1.pptx
 
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptxProf_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
 
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.pptKEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
KEGAWATDARURATAN_PADA_SISTEM_MUSKULOSKEL.ppt
 
Herbal Untuk Jantung TNM Ph O813 8245 8258 Membebaskan Anda Dari Resiko Kemat...
Herbal Untuk Jantung TNM Ph O813 8245 8258 Membebaskan Anda Dari Resiko Kemat...Herbal Untuk Jantung TNM Ph O813 8245 8258 Membebaskan Anda Dari Resiko Kemat...
Herbal Untuk Jantung TNM Ph O813 8245 8258 Membebaskan Anda Dari Resiko Kemat...
 
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialKb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
 
struktur histologis otot
struktur histologis ototstruktur histologis otot
struktur histologis otot
 
Biodasfkp2
Biodasfkp2Biodasfkp2
Biodasfkp2
 

Recently uploaded

Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 

THANATOLOGY.ppt

  • 1. FOR MORE INFO... Contact……. Forensic Department Medical School University of Sam Ratulangi Manado – North Sulawesi I N D O N E S I A
  • 2.
  • 3. A L I B I
  • 4. TANATOLOGI Thanatos : berhubungan dengan kematian Logos : ilmu BATASAN Bagian dari IKF yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
  • 5. FOR MORE INFO... Contact……. Forensic Department Medical School University of Sam Ratulangi Manado – North Sulawesi I N D O N E S I A
  • 6.
  • 7.
  • 8. Hidup : berfungsi Mati : berhenti PP No. 18 tahun 1981
  • 9. UU. No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan • Pasal 117 : Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernapasantelah terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan
  • 10. • Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya. • Tidak ada gerakan otot serta postur. • Tidak ada reflek pupil. • Tidak ada reflek kornea. • Tidak ada respon motorik. • Tidak ada reflek menelan atau batuk. • Tidak ada reflek vestibo-okularis. • Tidak ada nafas spontan. KRITERIA DIAGNOSTIK MATI BATANG OTAK
  • 11.
  • 12.  PRINSIP PEMBENTUKAN DAN PERJALANANNYA (PATOFISIOLOGI).  SKALA WAKTU DIBANDINGKAN DENGAN GEJALA YANG TAMPAK.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (VARIABEL).  INTERPRETASINYA DITINJAU DARI KEDOKTERAN FORENSIK.
  • 13. PERUBAHAN PADA MAYAT Terjadi sesuai dengan perjalanan waktu dan dikenal sebagai TANDA KEMATIAN ( TANDA KEMATIAN DINI & LANJUT ) TANDA KEMATIAN DINI Nafas Berhenti Sirkulasi darah berhenti Kulit pucat Tonus otot hilang dan relaksasi (fase relaksasi primer) Segmentasi pembuluh darah retina Kornea mengering
  • 14. Cara Tradisional menentukan kematian • Auskultasi: Mendengarkan suara jantung/paru dengan stetoskop • Tes Winslow: Gelas berisi air diletakkan diatas perut, bila goyang masih ada gerakan nafas. • Tes Cermin; Kaca cermin ditaruh didepan mulut dan hidung. Bila basah, masih bernafas. • Tes Bulu burung: Di depan hidung diletakkan bulu burung. Bila bergetar masih bernafas.
  • 15. Tes magnus: Mengikat jari, hingga aliran vena terbendung. Bila timbul warna sianotik berarti masih ada sirkulasi. Tes Icard: Menyuntikan subcutan campuran larutan 1gr flourescein dan 1gr natrium bicarbonat. Timbulnya warna kuning kehijauan, sirkulasi masih ada. Incisi arteria radialis: Pengirisan pada arteria radialis, bila keluar darah secara pulsasif, masih ada sirkulasi. Cara Tradisional menentukan kematian
  • 16. PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR MORTIS) º C Dipengaruhi oleh banyak sekali faktor Di Indonesia , belum ada standar kurva penurunan suhu mayat Jam Terjadi akibat radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi Berbentuk kurva SIGMOID TANDA KEMATIAN LANJUT
  • 17. – Post Mortem Lividity – Post Mortem Suggilation – Hypostasis – Livor Mortis – Stainning Lebam Mayat
  • 18. Pathofisiologi Kegagalan sirkulasi dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh – pembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan Secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya kemudian dipengaruhi gravitasi akan mengalir ke bawah, ketempat – tempat yang terendah yang dapat dicapai LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
  • 19. LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS) Terjadi akibat proses gravitasi setelah sirkulasi berhenti (segera pada saat PM) 20 - 30 menit PM : mulai tampak ½ - (8-12) jam PM : hilang pada penekanan >(8-12 jam) PM : menetap FOR MORE INFO... Contact……. Forensic Department Medical School University of Sam Ratulangi Manado – North Sulawesi I N D O N E S I A
  • 20. • LEBAM MAYAT / LIVOR MORTIS TERJADI SEBAGAI AKIBAT PENGUMPULAN DARAH (DALAM PEMBULUH DARAH) PADA DAERAH YANG LETAK RENDAH MAYAT YANG TERLENTANG MEMBERIKAN LEBAM MAYAT PADA DAERAH PUNGGUNG
  • 21. DALAM DARAH BANYAK TERDAPAT CO-Hb SEHINGGA LEBAM MAYAT TAMPAK BERWARNA MERAH TERANG LEBAM MAYAT / LIVOR MORTIS TAMPAK SEBAGAI BERCAK PADA KULIT YANG MENCERMINKAN WARNA DARAH
  • 22. BILA DITEMUKAN LEBAM MAYAT YANG LETAKNYA TIDAK SESUAI DENGAN POSISI MAYAT, MAKA DAPAT DIPASTIKAN MAYAT TELAH DIUBAH POSISI / LETAKNYA LEBAM MAYAT PADA BAGIAN PUNGGUNG PADA KORBAN MATI YANG TAMPAK TERGANTUNG
  • 23. Memar Kekerasan tumpul kapiler darah pecah darah merembes ke jaringan sekitar kerusakan jaringan Perdarahan dibawah kulit LEBAM MAYAT HARUS DIBEDAKAN DENGAN …. FOR MORE INFO... Contact……. Forensic Department Medical School University of Sam Ratulangi Manado – North Sulawesi I N D O N E S I A
  • 24. .TANDA PASTI MATI YANG PERTAMA .MEMPERKIRAKAN SEBAB DAN CARA MATI .POSISI MATI ( SETELAH LEBAM M,AYAT MENETAP )  WAKTU TERJADINYA: VISCOSITAS DARAH  LUAS DAN INTENSITASNYA: Hb  WARNA : SUHU, KERACUNAN.
  • 25. SERABUT OTOT YANG MENGANDUNG AKTIN DAN MIOSIN BERADA DALAM KEADAAN LENTUR DAN KONTRAKTIL PADA LINGKUNGAN YANG MENGANDUNG ATP BILA ATP HABIS, MAKA AKTIN DAN MIOSIN AKAN MENGGUMPAL, DAN OTOT MENJADI KAKU KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
  • 26. SAAT TERJADI MATI SOMATIS, PROSES ENZIMATIK MASIH BERLANGSUNG UNTUK BEBERAPA SAAT. MASIH TERJADI GLYCOGENOLISIS YANG MENGHASILKAN PHOSPHAT BERENERGI TINGGI ATP YANG MENGALAMI DEGRADASI MENJADI ADP AKAN DIRESINTESA MENJADI ATP LAGI, SELAMA K.L. 2 JAM POST MORTAL KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
  • 27. KAKU MAYAT MULAI TAMPAK 2-4 JAM POSTMORTAL, DIMULAI DARI OTOT YANG KECIL SAMPAI OTOT YANG BESAR OTOT YANG KECIL MEMPUNYAI SERABUT YANG KECIL DENGAN CADANGAN GLYCOGEN YANG SEDIKIT DIBANDINGKAN OTOT YANG BESAR KAKU MAYAT SEOLAH-OLAH MENJALAR KRANIO-KAUDAL (dulu) Sekarang : SENTRIPETAL KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
  • 28. KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS) Terjadi sesuai dengan teori ATP 2 - 4 jam PM : mulai dapat ditemukan 4 - <12 jam PM : mudah s.d sukar dilawan 12 jam PM : LENGKAP >12 - <24 jam PM : mulai melemas = / >24 jam PM : relaksasi sekunder lengkap (melemas sempurna)
  • 29. KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS) RIGOR MORTIS TIDAK MEMBERI INFO MENGENAI SEBAB KEMATIAN Faktor yang berpengaruh - suhu keliling, kelembaban - bentuk tubuh, - aktivitas fisik sebelum mati, - penyakit , dll
  • 30. Cara Memeriksa Rigor Mortis (1) • Cara pertama dengan manual, diperiksa sendi mana saja yang sudah kaku, berapa kekuatannya, sempurna atau tidak. • Diperiksa dengan cara memfleksikan atau membuat ekstensi persendian, karena tidak ada patokan yang jelas maka pemeriksaan ini bersifat subyektif, sehingga diperlukan waktu yang cukup dan berhati-hati dalam memeriksanya.
  • 31. Cara Memeriksa Rigor Mortis (2) • Oppenheimer pada tahun 1919 melakukan penelitian terhadap 43 mayat yang diketahui meninggal 8 – 48 jam sebelumnya, tak berhasil menentukan saat kematian berdasarkan rigor mortis • Smith mengingatkan agar pemeriksaan rigor mortis dilakukan sebelum membuka pakaian mayat, karena dengan melakukan manipulasi pada tubuh korban (membuka pakaian mayat) akan mengubah keadaan rigor mortis.
  • 32. Cara Memeriksa Rigor Mortis (3) Rigor mortis yang belum sempurna atau belum mencapai kekakuan maksimal bila dibengkokkan secara paksa akan melemas dan membengkok tetapi akan kembali kaku pada posisi terakhir Rigor mortis yang sudah terjadi secara sempurna, perlu tenaga yang besar untuk melawan kekuatan rigor yang menyebabkan robeknya otot dan dikatakan rigor telah “putus” dan rigor tidak akan timbul kembali sekali dipatahkan oleh kekuatan
  • 33. • Forster , mengusulkan pemeriksaan rigor mortis, dengan menggunakan suatu alat agar lebih objektif • Alat yang digunakan berupa alat fiksasi dari kayu yang menempel pada meja. • Mayat ditelungkupkan dengan paha yang terfiksasi pada meja. Pada daerah lutut terdapat batangan besi yang bersendi dengan alat fiksasi • Ujung bebasnya terpasang rantai yang dihubungkan dengan neraca per. • Neraca per ini dihubungkan dengan ujung bawah tibia dengan sudut tegak lurus. Cara Memeriksa Rigor Mortis (4)
  • 34. • Pengukuran dilakukan dengan cara menarik batangan menuju paha sehingga sendi lutut dibengkokan • Tenaga yang terbaca pada neraca per menunjukan tenaga maksimal yang diperlukan untuk mengatasi rigor mortis pada penampang paha, yang dikenal sebagai indeks FRR (Freiburger Rigor Index). • Ketepatan pengukuran dengan alat ini adalah sampai 5 Nm • Dengan pemeriksan pada suhu tertentu akan didapatkan grafik hubungan saat kematian dengan kekuatan rigor mortis • Sehingga bila diketahui nilai FRR pada kondisi yang sama, akan dapat diketahui saat kematiannya. Cara Memeriksa Rigor Mortis (5)
  • 35. • Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk melihat terjadinya rigor mortis adalah dengan menggunakan mikroskop elektron • Pemeriksaan otot rangka dengan menggunakan mikroskop elektron menujukan adanya gambaran granul-granul kecil yang menempel pada aktin dan miosin (terutama jelas pada aktin) pada batas antara pita (band) A dan I • Sepintas lalu gambaran granul membentuk salib-salib yang berbaris dengan periodisitas 400 Angstrom Cara Memeriksa Rigor Mortis (6)
  • 36. Cara Memeriksa Rigor Mortis (7) • Diduga granul tersebut adalah jembatan antara aktin dan miosin pada rigor mortis. Secara biokimiawi diduga granul tersebut adalah troponin, karena dapat bereaksi dengan globulin anti troponin. • Troponin merupakan reseptor ion kalsium yang berperan pada mekanisme kontraksi dan relaksasi otot. Bila ion kalsium dilepaskan, aktin dan miosin mendapat penekanan dan terjadi relaksasi otot. Bila troponin mengikat ion kalsium, tekanan tadi tidak ada lagi dan otot berkontraksi.
  • 37. Secara kronologis perubahan penampakan otot dengan mikroskop elektron adalah sebagai berikut: a. Rigor mortis baru terbentuk (3 jam post mortem), terdapat gambaran granul pada batas pita A dan I. b. Rigor mortis sudah sempurna (6 – 12 jam post mortem), granul pada pta A makin jelas, pada pita H (miosinsaja) muncul granul yang sama. c. 24 jam post mortem, granul pada pita A masih jelas, teta[I yang pada pita H sudah menghilang. d. 48 jam post mortem, granul sudah menghilang seluruhnya, sebagian miofibril aktin sudah menghilang pla karena pembuukan. Granul troponin ini merupakan tanda khas rigor mortis Cara Memeriksa Rigor Mortis (8)
  • 38. Cara Memeriksa Rigor Mortis (9) Perubahan lain pada gambaran mikroskop elektron, seperti pembengkakan atau destruksi motikondria dan retikulum endoplasmik dan edema miofibril ternyata tidak terdapat pada otot mencit yang dibunuh dengan 2,4 dinitrophenol atau monoiodoacetic acid. Sehingga gambaran ini bukanlah gambaran khas rigor mortis.
  • 39. CADAVERIC SPASM BILA ATP MENGHILANG DARI LINGKUNGAN SEKELOMPOK OTOT YANG SEDANG AKTIF BEKERJA BERTEPATAN DENGAN SAAT MATI, AKAN TERJADI CADAVERIC SPASM HABISNYA ATP YANG BERSAMAAN DENGAN SAAT MATI DAPAT TERJADI PADA ORANG YANG MENGALAMI KETEGANGAN KEJIWAAN YANG SANGAT Contact……. Forensic Department Medical School University of Sam Ratulangi Manado – North Sulawesi I N D O N E S I A FOR MORE INFO...
  • 40.
  • 41. SAAT KEMATIAN, MASIH TERDAPAT PROSES PERTAHANAN TUBUH, SUATU SAAT BAKTERI DALAM USUS (GOLONGAN CLOSTRIDIA) AKAN BERKEMBANG BIAK PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
  • 43. PEMBUSUKAN AWAL AKAN TAMPAK SEBAGAI BERCAK KEHIJAUAN PADA DAERAH PERUT KANAN BAWAH 24 JAM POSTMORTAL DAN MAKIN MENJALAR SERTA TIMBUL PERUBAHAN PADA KULIT PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
  • 44. AKAN TIMBUL VESIKEL-BULLA PEMBUSUKAN BERISI CAIRAN HITAM KEHIJAUAN BILA BULLA PECAH, KULIT ARI AKAN TERKELUPAS TUBUH AKAN MENGGEMBUNG KARENA TERJADI PEMECAHAN PROTEIN OLEH BAKTERI, MENGHASILKAN CAIRAN DAN GAS PEMBUSUKAN K.L. 36-48 JAM PM PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
  • 47. PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION) 24 jam PM : mulai tampak warna kehijauan di daerah caecum 36 - 48 jam PM : tampak gelembung pada kulit, bau busuk Pugilistic Attitude, Coital Positition Prostat & Uterus non gravid paling bertahan Akhirnya tinggal kerangka, gigi dan rambut
  • 48. Faktor-faktor yang mempengaruhi : - suhu keliling (suhu optimum) - media (rumus Casper; udara : air : tanah = 8:4:1) - gemuk / kurus - penyakit infeksi - luka terbuka PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
  • 49. Perubahan pada Mata Kekeruhan kornea yang menetap 6 jam PM : mulai terjadi 10 - 12 jam PM : keruh * Kadar Kalium dalam Vitreous humor Peningkatan kadar sesuai dengan perja- lanan waktu * Perubahan pada LCS dan Darah Hasilnya tidak konsisten PERUBAHAN-PERUBAHAN LAIN
  • 50. * Pengosongan Lambung Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi * Pertumbuhan Rambut Kecepatan tumbuh rata-rata 0,4 mm/hari * Pertumbuhan Kuku Kecepatan tumbuh rata-rata 0,1 mm/hari * Pemeriksaan Larva Lalat (Entomologi Forensik) Masing-masing spesies lalat mempunyai waktu siklus telur-larva-kepompong-lalat tertentu Perubahan lain untuk perkiraan saat kematian
  • 51. BESARNYA LARVA DAPAT MEMBERIKAN PERKIRAAN SAAT KEMATIAN Contact……. Forensic Department Medical School University of Sam Ratulangi Manado – North Sulawesi I N D O N E S I A FOR MORE INFO... Pembusukan Lanjut
  • 52.
  • 53. • ALAMIAH : 1. MUMIFIKASI 2. ADIPOCERA