- Tanatologi mempelajari perubahan yang terjadi pada mayat setelah kematian dan faktor yang mempengaruhinya
- Tanda kematian awal meliputi berhentinya nafas dan sirkulasi darah, kulit pucat, hilangnya tonus otot
- Perubahan lanjut meliputi livor mortis, rigor mortis, dan penurunan suhu tubuh
4. TANATOLOGI
Thanatos : berhubungan dengan
kematian
Logos : ilmu
BATASAN
Bagian dari IKF yang mempelajari tentang kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta
faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
9. UU. No. 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan
• Pasal 117 :
Seseorang dinyatakan mati apabila
fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem
pernapasantelah terbukti telah berhenti
secara permanen, atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan
10. • Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya.
• Tidak ada gerakan otot serta postur.
• Tidak ada reflek pupil.
• Tidak ada reflek kornea.
• Tidak ada respon motorik.
• Tidak ada reflek menelan atau batuk.
• Tidak ada reflek vestibo-okularis.
• Tidak ada nafas spontan.
KRITERIA DIAGNOSTIK MATI
BATANG OTAK
11.
12. PRINSIP PEMBENTUKAN DAN PERJALANANNYA
(PATOFISIOLOGI).
SKALA WAKTU DIBANDINGKAN DENGAN GEJALA
YANG TAMPAK.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
(VARIABEL).
INTERPRETASINYA DITINJAU DARI KEDOKTERAN
FORENSIK.
13. PERUBAHAN PADA MAYAT
Terjadi sesuai dengan perjalanan waktu dan
dikenal sebagai TANDA KEMATIAN
( TANDA KEMATIAN DINI & LANJUT )
TANDA KEMATIAN DINI
Nafas Berhenti
Sirkulasi darah berhenti
Kulit pucat
Tonus otot hilang dan relaksasi (fase relaksasi primer)
Segmentasi pembuluh darah retina
Kornea mengering
14. Cara Tradisional menentukan kematian
• Auskultasi: Mendengarkan suara jantung/paru
dengan stetoskop
• Tes Winslow: Gelas berisi air diletakkan diatas
perut, bila goyang masih ada gerakan nafas.
• Tes Cermin; Kaca cermin ditaruh didepan mulut
dan hidung. Bila basah, masih bernafas.
• Tes Bulu burung: Di depan hidung diletakkan
bulu burung. Bila bergetar masih bernafas.
15. Tes magnus: Mengikat jari, hingga aliran vena
terbendung. Bila timbul warna sianotik berarti
masih ada sirkulasi.
Tes Icard: Menyuntikan subcutan campuran
larutan 1gr flourescein dan 1gr natrium
bicarbonat. Timbulnya warna kuning kehijauan,
sirkulasi masih ada.
Incisi arteria radialis: Pengirisan pada arteria
radialis, bila keluar darah secara pulsasif, masih
ada sirkulasi.
Cara Tradisional menentukan kematian
16. PENURUNAN SUHU TUBUH
(ALGOR MORTIS)
º C
Dipengaruhi oleh banyak sekali faktor
Di Indonesia , belum ada standar kurva
penurunan suhu mayat
Jam
Terjadi akibat
radiasi,
konduksi,
evaporasi dan
konveksi
Berbentuk kurva SIGMOID
TANDA KEMATIAN LANJUT
17. – Post Mortem Lividity
– Post Mortem Suggilation
– Hypostasis
– Livor Mortis
– Stainning
Lebam Mayat
18. Pathofisiologi
Kegagalan sirkulasi dalam mempertahankan
tekanan hidrostatik yang menggerakan darah
mencapai capillary bed dimana pembuluh –
pembuluh darah kecil afferent dan efferent
saling berhubungan
Secara bertahap darah yang mengalami
stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan
cabang-cabangnya kemudian dipengaruhi
gravitasi akan mengalir ke bawah, ketempat –
tempat yang terendah yang dapat dicapai
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
19. LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
Terjadi akibat proses gravitasi setelah
sirkulasi berhenti (segera pada saat PM)
20 - 30 menit PM : mulai tampak
½ - (8-12) jam PM : hilang pada penekanan
>(8-12 jam) PM : menetap
FOR MORE INFO...
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
20. • LEBAM MAYAT / LIVOR MORTIS
TERJADI SEBAGAI AKIBAT PENGUMPULAN DARAH
(DALAM PEMBULUH DARAH) PADA DAERAH YANG
LETAK RENDAH
MAYAT YANG TERLENTANG MEMBERIKAN LEBAM
MAYAT PADA DAERAH PUNGGUNG
21. DALAM DARAH BANYAK TERDAPAT CO-Hb
SEHINGGA LEBAM MAYAT TAMPAK
BERWARNA MERAH TERANG
LEBAM MAYAT / LIVOR MORTIS
TAMPAK SEBAGAI BERCAK PADA KULIT YANG
MENCERMINKAN WARNA DARAH
22. BILA DITEMUKAN LEBAM MAYAT YANG LETAKNYA
TIDAK SESUAI DENGAN POSISI MAYAT, MAKA
DAPAT DIPASTIKAN MAYAT TELAH DIUBAH POSISI
/ LETAKNYA
LEBAM MAYAT PADA BAGIAN PUNGGUNG PADA KORBAN
MATI YANG TAMPAK TERGANTUNG
23. Memar
Kekerasan tumpul
kapiler darah pecah
darah merembes ke jaringan sekitar
kerusakan jaringan
Perdarahan dibawah kulit
LEBAM MAYAT
HARUS DIBEDAKAN
DENGAN ….
FOR MORE INFO...
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
24. .TANDA PASTI MATI YANG PERTAMA
.MEMPERKIRAKAN SEBAB DAN CARA MATI
.POSISI MATI ( SETELAH LEBAM M,AYAT MENETAP )
WAKTU TERJADINYA: VISCOSITAS DARAH
LUAS DAN INTENSITASNYA: Hb
WARNA : SUHU, KERACUNAN.
25. SERABUT OTOT YANG MENGANDUNG
AKTIN DAN MIOSIN BERADA DALAM
KEADAAN LENTUR DAN KONTRAKTIL
PADA LINGKUNGAN YANG MENGANDUNG
ATP
BILA ATP HABIS, MAKA AKTIN DAN MIOSIN
AKAN MENGGUMPAL, DAN OTOT MENJADI
KAKU
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
26. SAAT TERJADI MATI SOMATIS, PROSES
ENZIMATIK MASIH BERLANGSUNG UNTUK
BEBERAPA SAAT. MASIH TERJADI
GLYCOGENOLISIS YANG MENGHASILKAN
PHOSPHAT BERENERGI TINGGI
ATP YANG MENGALAMI DEGRADASI
MENJADI ADP AKAN DIRESINTESA
MENJADI ATP LAGI, SELAMA K.L. 2 JAM
POST MORTAL
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
27. KAKU MAYAT MULAI TAMPAK 2-4 JAM
POSTMORTAL, DIMULAI DARI OTOT YANG
KECIL SAMPAI OTOT YANG BESAR
OTOT YANG KECIL MEMPUNYAI SERABUT
YANG KECIL DENGAN CADANGAN
GLYCOGEN YANG SEDIKIT DIBANDINGKAN
OTOT YANG BESAR
KAKU MAYAT SEOLAH-OLAH MENJALAR
KRANIO-KAUDAL (dulu)
Sekarang : SENTRIPETAL
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
28. KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
Terjadi sesuai dengan teori ATP
2 - 4 jam PM : mulai dapat ditemukan
4 - <12 jam PM : mudah s.d sukar dilawan
12 jam PM : LENGKAP
>12 - <24 jam PM : mulai melemas
= / >24 jam PM : relaksasi sekunder lengkap
(melemas sempurna)
29. KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
RIGOR MORTIS TIDAK MEMBERI
INFO MENGENAI SEBAB KEMATIAN
Faktor yang berpengaruh
- suhu keliling, kelembaban
- bentuk tubuh,
- aktivitas fisik sebelum mati,
- penyakit , dll
30. Cara Memeriksa Rigor Mortis (1)
• Cara pertama dengan manual, diperiksa sendi
mana saja yang sudah kaku, berapa
kekuatannya, sempurna atau tidak.
• Diperiksa dengan cara memfleksikan atau
membuat ekstensi persendian, karena tidak
ada patokan yang jelas maka pemeriksaan ini
bersifat subyektif, sehingga diperlukan waktu
yang cukup dan berhati-hati dalam
memeriksanya.
31. Cara Memeriksa Rigor Mortis (2)
• Oppenheimer pada tahun 1919 melakukan
penelitian terhadap 43 mayat yang diketahui
meninggal 8 – 48 jam sebelumnya, tak berhasil
menentukan saat kematian berdasarkan rigor
mortis
• Smith mengingatkan agar pemeriksaan rigor
mortis dilakukan sebelum membuka pakaian
mayat, karena dengan melakukan manipulasi
pada tubuh korban (membuka pakaian mayat)
akan mengubah keadaan rigor mortis.
32. Cara Memeriksa Rigor Mortis (3)
Rigor mortis yang belum sempurna atau belum
mencapai kekakuan maksimal bila
dibengkokkan secara paksa akan melemas dan
membengkok tetapi akan kembali kaku pada
posisi terakhir
Rigor mortis yang sudah terjadi secara
sempurna, perlu tenaga yang besar untuk
melawan kekuatan rigor yang menyebabkan
robeknya otot dan dikatakan rigor telah
“putus” dan rigor tidak akan timbul kembali
sekali dipatahkan oleh kekuatan
33. • Forster , mengusulkan pemeriksaan rigor
mortis, dengan menggunakan suatu alat agar
lebih objektif
• Alat yang digunakan berupa alat fiksasi dari
kayu yang menempel pada meja.
• Mayat ditelungkupkan dengan paha yang
terfiksasi pada meja. Pada daerah lutut
terdapat batangan besi yang bersendi dengan
alat fiksasi
• Ujung bebasnya terpasang rantai yang
dihubungkan dengan neraca per.
• Neraca per ini dihubungkan dengan ujung
bawah tibia dengan sudut tegak lurus.
Cara Memeriksa Rigor Mortis (4)
34. • Pengukuran dilakukan dengan cara menarik batangan
menuju paha sehingga sendi lutut dibengkokan
• Tenaga yang terbaca pada neraca per menunjukan
tenaga maksimal yang diperlukan untuk mengatasi
rigor mortis pada penampang paha, yang dikenal
sebagai indeks FRR (Freiburger Rigor Index).
• Ketepatan pengukuran dengan alat ini adalah sampai 5
Nm
• Dengan pemeriksan pada suhu tertentu akan
didapatkan grafik hubungan saat kematian dengan
kekuatan rigor mortis
• Sehingga bila diketahui nilai FRR pada kondisi yang
sama, akan dapat diketahui saat kematiannya.
Cara Memeriksa Rigor Mortis (5)
35. • Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
melihat terjadinya rigor mortis adalah dengan
menggunakan mikroskop elektron
• Pemeriksaan otot rangka dengan menggunakan
mikroskop elektron menujukan adanya
gambaran granul-granul kecil yang menempel
pada aktin dan miosin (terutama jelas pada
aktin) pada batas antara pita (band) A dan I
• Sepintas lalu gambaran granul membentuk
salib-salib yang berbaris dengan periodisitas
400 Angstrom
Cara Memeriksa Rigor Mortis (6)
36. Cara Memeriksa Rigor Mortis (7)
• Diduga granul tersebut adalah jembatan
antara aktin dan miosin pada rigor mortis.
Secara biokimiawi diduga granul tersebut
adalah troponin, karena dapat bereaksi
dengan globulin anti troponin.
• Troponin merupakan reseptor ion kalsium yang
berperan pada mekanisme kontraksi dan
relaksasi otot. Bila ion kalsium dilepaskan,
aktin dan miosin mendapat penekanan dan
terjadi relaksasi otot. Bila troponin mengikat
ion kalsium, tekanan tadi tidak ada lagi dan
otot berkontraksi.
37. Secara kronologis perubahan penampakan otot
dengan mikroskop elektron adalah sebagai berikut:
a. Rigor mortis baru terbentuk (3 jam post mortem),
terdapat gambaran granul pada batas pita A dan I.
b. Rigor mortis sudah sempurna (6 – 12 jam post
mortem), granul pada pta A makin jelas, pada pita H
(miosinsaja) muncul granul yang sama.
c. 24 jam post mortem, granul pada pita A masih jelas,
teta[I yang pada pita H sudah menghilang.
d. 48 jam post mortem, granul sudah menghilang
seluruhnya, sebagian miofibril aktin sudah menghilang
pla karena pembuukan. Granul troponin ini merupakan
tanda khas rigor mortis
Cara Memeriksa Rigor Mortis (8)
38. Cara Memeriksa Rigor Mortis (9)
Perubahan lain pada gambaran mikroskop
elektron, seperti pembengkakan atau
destruksi motikondria dan retikulum
endoplasmik dan edema miofibril ternyata
tidak terdapat pada otot mencit yang
dibunuh dengan 2,4 dinitrophenol atau
monoiodoacetic acid. Sehingga gambaran
ini bukanlah gambaran khas rigor mortis.
39. CADAVERIC SPASM
BILA ATP MENGHILANG DARI
LINGKUNGAN SEKELOMPOK OTOT YANG
SEDANG AKTIF BEKERJA BERTEPATAN
DENGAN SAAT MATI, AKAN TERJADI
CADAVERIC SPASM
HABISNYA ATP YANG BERSAMAAN
DENGAN SAAT MATI DAPAT TERJADI PADA
ORANG YANG MENGALAMI KETEGANGAN
KEJIWAAN YANG SANGAT
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
FOR MORE INFO...
40.
41. SAAT KEMATIAN, MASIH TERDAPAT
PROSES PERTAHANAN TUBUH,
SUATU SAAT BAKTERI DALAM USUS
(GOLONGAN CLOSTRIDIA) AKAN
BERKEMBANG BIAK
PEMBUSUKAN
(DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
43. PEMBUSUKAN AWAL AKAN TAMPAK
SEBAGAI BERCAK KEHIJAUAN PADA
DAERAH PERUT KANAN BAWAH 24
JAM POSTMORTAL DAN MAKIN
MENJALAR SERTA TIMBUL
PERUBAHAN PADA KULIT
PEMBUSUKAN
(DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
44. AKAN TIMBUL VESIKEL-BULLA
PEMBUSUKAN BERISI CAIRAN HITAM
KEHIJAUAN
BILA BULLA PECAH, KULIT ARI AKAN
TERKELUPAS
TUBUH AKAN MENGGEMBUNG KARENA
TERJADI PEMECAHAN PROTEIN OLEH
BAKTERI, MENGHASILKAN CAIRAN DAN
GAS PEMBUSUKAN K.L. 36-48 JAM PM
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
47. PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
24 jam PM : mulai tampak warna kehijauan
di daerah caecum
36 - 48 jam PM : tampak gelembung pada kulit,
bau busuk
Pugilistic Attitude, Coital Positition
Prostat & Uterus non gravid paling bertahan
Akhirnya tinggal kerangka, gigi dan rambut
48. Faktor-faktor yang mempengaruhi :
- suhu keliling (suhu optimum)
- media (rumus Casper; udara : air : tanah
= 8:4:1)
- gemuk / kurus
- penyakit infeksi
- luka terbuka
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION, PUTREFACTION)
49. Perubahan pada Mata
Kekeruhan kornea yang menetap
6 jam PM : mulai terjadi
10 - 12 jam PM : keruh
* Kadar Kalium dalam Vitreous humor
Peningkatan kadar sesuai dengan perja-
lanan waktu
* Perubahan pada LCS dan Darah
Hasilnya tidak konsisten
PERUBAHAN-PERUBAHAN LAIN
50. * Pengosongan Lambung
Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi
* Pertumbuhan Rambut
Kecepatan tumbuh rata-rata 0,4 mm/hari
* Pertumbuhan Kuku
Kecepatan tumbuh rata-rata 0,1 mm/hari
* Pemeriksaan Larva Lalat (Entomologi Forensik)
Masing-masing spesies lalat mempunyai waktu
siklus telur-larva-kepompong-lalat tertentu
Perubahan lain untuk perkiraan saat kematian
51. BESARNYA LARVA DAPAT MEMBERIKAN
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN
Contact…….
Forensic Department
Medical School
University of Sam Ratulangi
Manado – North Sulawesi
I N D O N E S I A
FOR MORE INFO...
Pembusukan Lanjut