SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
Download to read offline
MODUL PELATIHAN FASILITATOR STBM
INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS
Daftar Isi
                                                                                      halaman
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………………….                         2
Definisi dan Pengertian Dasar …………………………………………………………………………………………………                   4
Bagian 1, Membangun Komitmen dan Seleksi Lokasi serta Fasilitator …………………………………….     6
A. PENDEKATAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH ………………………………………………………………….                     6
B. MEMILIH LOKASI DAN CALON FASILITATOR ……………………………………………………………………..                  6
Bagian2, Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan ……………………………………………………………………………..               8
A. Sesi – PEMBUKAAN …………………………………………………………………………………………………………..                        8
B. Sesi – ORIENTASI PELATIHAN ……………………………………………………………………………………………                     9
    SPB-B.1 Perkenalan dan Pencairan Suasana …………………………………………………………………….              9
    SPB-B.2 Pemetaan pemahaman dan kapasitas peserta …………………………………………………..            10
    SPB-B.3 Harapan dan Kekawatiran …………………………………………………………………………………..                 12
    SPB-B.4 Tujuan dan Alur Pelatihan ………………………………………………………………………………….                14
    SPB-B.5 Kontrak Belajar ……………………………………………………………………………………………………                    15
C. Sesi – PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS) …………….          18
    SPB-C.1 Pemetaan sejarah program PHBS (Hygiene) dan Sanitasi …………………………………..      18
    SPB-C.2 Tangga Perubahan Perilaku Pilar-pilar STBM ………………………………………………………          21
    SPB-C.3 Tinja dan Penyakit Menular ……………………………………………………………………………….                22
              3.1. Diagram F …………………………………………………………………………………………………..                  22
              3.2. Blocking, cara pencegahan penularan penyakit ………………………………………….     24
    SPB-C.4 Penerapan Pendekatan CLTS dan upaya perubahan perilaku higienis BAB dan
    CTPS ………………………………………………………………………………………………………………………………….                           26
               4.1. Pengalaman CLTS di berbagai Negara/Daerah ……………………………………………       27
               4.2. Prinsip-prinsip CLTS …………………………………………………………………………………….            28
               4.3. Tiga Fondasi PRA dalam CLTS ……………………………………………………………………..          29
               4.4. Tingkatan Partisipasi …………………………………………………………………………………..           30
D. Sesi – TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT ……………………………………………………..              32
    SPB-D.1 Gambaran Umum Tahapan Pemicuan ………………………………………………………………..                 33
    SPB-D.2 Alat-Alat Utama PRA dalam CLTS ………………………………………………………………………..              33
    SPB-D.3 Elemen-Elemen Pemicu dan Faktor Penghambat Pemicuan ……………………………….         33
    SPB-D.4 Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA dalam CLTS ……………………………………………………           34
    SPB-D.5 Apa yang harus dilakukan (do) dan dihindari (don’t) …………………………………………..    36
E. PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT ………………………………..                 37
   SPB-E.1 Persiapan Lapangan …………………………………………………………………………………………….                    37
   SPB-E.2 Pelaksanaan Praktek Pemocuan dan Perencanaan di Masyarakat ………………………       39
   SPB-E.3 Kompilasi Temuan Hasil Praktek Lapangan dan Pelaporan ………………………………….       40
   SPB-E.4 Diskusi Pleno dengan Masyarakat dan Parapihak ………………………………………………..         41
F. REFLEKSI TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN …………………………………………………………………………. 43
   SPB-F.1 Refleksi Temuan Praktek Lapangan …………………………………………………………………….. 43
   SPB-F.2 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut dan Komitmen Bersama …………………………….. 43
G. PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR, EVALUASI PELATIHAN DAN PENUTUPAN …………………….               45
   SPB-G.1 Pemetaan Pemahaman Akhir Peserta dan Pembelajaran …………………………………..          45
   SPB-G.2 Evaluasi Pelatihan ……………………………………………………………………………………………….                   46
   SPB-G.3 Penutupan ………………………………………………………………………………………………………….                        46

                                                                                                1
Kata Pengantar
      Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan
      angka kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.
      STBM dapat mendukung tercapainya Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
      Pemerintah Indonesia mencanangkan 20.000 desa kegiatan STBM sampai dengan tahun 2014.
      Pelaksanaan STBM dilakukan menggunakan tiga komponen pendekatan yaitu Penciptaan
      Lingkungan yang mendukung, Peningkatkan Kebutuhan sanitasi (Demand) dan Peningkatan
      penyediaan sanitasi (Supply) seperti tergambar dalam diagram dibawah ini.


                                                         Pen ingkatan         Dukungan politis,
                                                          lingkun gan
                                                        yang ko ndusif        Peningkatan
                                                                               kapasitas,
                                                                              Pembiayaan,
                                                                              Monev




                                                       Ins tusionalisasi




                                  Penin gkatan                                   Peningkatan
                                  Kebutuhan sanitasi                       penyediaan san itasi

                                                                                              Riset Pasar,
                 Pemicuan,
                                                                                              Strategi
                 Komunikasi
                                                                                               Pemasaran,
                  Perubahan
                  Perilaku /ICC                                                               Opsi pilihan
                                                                                              Kewirausahaan


      Lingkup sanitasi dalam STBM meliputi 5 pilar yaitu:
          1.   Stop BAB sembarangan,
          2.   Cuci tangan Pakai Sabun,
          3.   Pengelolaan Air minum dan makanan dalam rumahtangga,
          4.   Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan,
          5.   Pembuangan saluran limbah cair rumah tangga secara aman.

      Dalam upaya meningkatkan kebutuhan sanitasi (demand) masyarakat terhadap sanitasi dilakukan
      melalui perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat. Untuk merubah perilaku ini
      digunakan 2 metode pendekatan yaitu metode promosi sanitasi menggunakan materi komunikasi
      perubahan perilaku (Behavior Change Communication/BCC) dan metode pemicuan menggunakan
      metode CLTS (Community Lead Total Sanitation).

                                                                                                               2
Modul ini disusun sebagai materi training pemicuan perubahan perilaku menggunakan metode
CLTS, terutama untuk memicu perubahan perilaku pada pilar 1 stop BAB sembarangan dan pilar 2
membiasakan perilaku Cuci tangan pakai sabun.

Modul ini terdiri dari 3 bagian. Bagian – 1, membangun komitmen dan seleksi lokasi serta
fasilitator. Bagian – 2, pelaksanaan pelatihan pemicuan dan Bagian – 3, berkaitan dengan referensi
beberapa jenis permainan. Tentu masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai situasi
dan kondisi daerah masing-masing.




                                                                                                3
Definisi dan Pengertian Dasar
1.  Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii)
    mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola
    sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
2. Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas.
3. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana
    pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
4. Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan
    penanggungjawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan
    berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta
    menjamin keberlanjutannya.
5. ODF (Open Defecation Free) Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika
    setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas
    jamban sehat.
6. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
    penyakit.
7. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun
    dan air bersih yang mengalir.
8. Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan
    sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah.
9. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah suatu proses pengolahan,
    penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan
    keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 5 (lima)
    kunci keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii) memisahkan pangan matang dan pangan
    mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv) menjaga pangan pada suhu aman, dan (v) menggunakan air
    dan bahan baku yang aman.
10. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada
    tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai dan mendaur ulang.
    Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan
    atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat
    dan lingkungan.
11. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah cair yang aman
    pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi
    menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
12. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
    penyelenggara pemerintahan daerah.
13. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
    memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju
    perubahan perilaku yang higienis dan saniter.
15. Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan
    akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan
    mengembangkan pasar sanitasi.

                                                                                                          4
16. Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya
    sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku
    STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi
    pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.
17. Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini
    dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan.
18. Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator
    yang dijadikan standar.
19. LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela
    yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh
    keuntungan dari kegiatannya.
20. Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang
    memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut.
21. Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dengan
    didampingi oleh fasilitator.
22. Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter
    melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS
    (Community-Led Total Sanitation)
23. Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan
    dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima
    pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi
    melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang
    bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama,
    baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM,
    masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen
    perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal: mencapai status SBS.
24. Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) / Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah
    desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu, mencapai
    perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM.
25. Desa/Kelurahan Berperilaku Hygiene lainnya, selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga
    memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku
    untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah
    tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga.
26. Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Berperilaku Hygiene lainnya, 100% rumah
    tangga melaksanakan semua pilar. Desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif
    terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya mencapai status Sanitasi Total.
Untuk poin 23 – 26 merupakan langkah-langkah perkembangan visi STBM terkait dengan perubahan
perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat, belajar dari pengalaman global yang memperlihatkan bahwa
beberapa perilaku hygiene yang tidak dapat dipromosikan untuk seluruh rumah tangga secara bersamaan.
Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat
bersamaan.




                                                                                                       5
BAGIAN – 1, MEMBANGUN KOMITMEN DAN SELEKSI LOKASI SERTA FASILITATOR

     A. PENDEKATAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH
        PENGANTAR:
        Pendekatan kepada pemerintah daerah sangat diperlukan. Pada tahapan ini dilakukan
        penggalian informasi awal tentang program-program serta upaya pemerintah daerah terutama
        terkait program hygiene dan sanitasi yang telah dilaksanakan di suatu daerah. Pada tahapan ini
        pula dapat menggali kondisi kepemimpinan atau siapa yang paling berpengaruh di lingkungan/
        komunitas daerah tersebut, kondisi geografi/ sosial/ budaya/ fisik, dan institusional lain yang
        mempengaruhi program hygiene dan sanitasi. Komitmen harus menjadi perhatian penting bagi
        Pemerintah Daerah.
        TUJUAN:

           Mendapat komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah untuk keberlanjutan program
            sanitasi melalui pendekatan STBM
           Pemetaan awal kondisi hygiene dan sanitasi daerah

        WAKTU: 1-3 kali pertemuan

        METODE: Pertemuan dalam skala kecil, interview kepada petugas Kesling dan Promkes Dinas
        Kesehatan setempat.
        PROSES:
           Melakukan diskusi dengan stakeholder utama di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk
            mendapatkan data dan informasi terkait dengan program hygiene dan sanitasi di daerah
            bersangkuan.
           Kembali menjelaskan tentang kerugian ekonomi jika sanitasi buruk dan manfaat yang
            diperoleh Pemerintah jika menerapkan STBM dengan memberikan rangkuman 1-2 lembar
            tentang situasi tersebut.

     B. PEMILIHAN LOKASI DAN CALON FASILITATOR
        PENGANTAR
        Penentuan area di tingkat kabupaten didiskusikan dengan pihak dinas kesehatan kabupaten
        setempat sesuai kriteria yang ditetapkan dan peminatan dari daerah terpilih. Di setiap
        kecamatan, tim fasilitator dipilih dari beberapa unsur seperti, pendidik, kalangan medis
        (bidan/perawat), sanitarian/promkes, pengusaha, tokoh yang berpengaruh di masyarakat,
        Organisasi masyarakat, dll. Informasi, latar belakang dan jumlah fasilitator sangat tergantung
        kepada potensi setiap daerah dan untuk memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan
        secara lokal tidak terfokus pada satu area tertentu saja.
        TUJUAN
         Pemilihan lokasi dan sasaran (fasilitator) sebagai agen perubahan

                                                                                                     6
   Menciptakan lingkungan yang kondusif mulai dari daerah dan tim fasilitator yang
    berkomitment untuk mensukseskan program sanitasi melalui pendekatan STBM

WAKTU: Dapat ditentukan oleh pemerintah daerah
METODE: Desk Review (dapat diakses dari data-data yang ada di daerah) dan Diskusi.
PROSES:
   Diskusikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten tentang kriteria peserta yang perlu dilatih
    dan berkomitmen dalam peran-peran pemicuan di komunitas.
   Sampaikan unsur-unsur yang penting dari peserta supaya tidak hanya dari Dinas Kesehatan,
    tetapi ada dari unsur pendidik, sanitarian, kalangan medis, kader handal di tingkat,
    organisasi masyarakat sipil, dll.
   Lakukan diskusi dengan Kepala Dinas Kesehatan atau bidang yang menangani supaya calon
    peserta mendapat perhatian dan penugasan khusus dalam pengembangan program STBM
    di kabupatennya.




                                                                                          7
Bagian 2: Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan

     A. SESI - PEMBUKAAN
        Pada sessi ini dapat diminta pemerintah daerah atau bisa diwakili oleh pimpinan yang
        berpengaruh di lingkungan tersebut untuk memberikan kata sambutan dan pengarahan,
        sebagai bentuk persetujuan serta dukungan terhadap pelatihan ini. Misalnya Bupati atau
        Kepala Dinas Kesehatan dapat berperan dalam sessi ini. Pembukaan menjadi bagian penting
        untuk menunjukkan komitmen Pemerintah Daerah dalam menjalankan program STBM.
        TUJUAN:
        Memperoleh dukungan dari pemerintah daerah untuk keberlangsungan pelatihan
        WAKTU: 30 menit
        METODE: sesuai dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam bentuk upacara sederhana.
        MATERI:
        ­ Laporan Ketua Panitia
        ­ Sambutan: Tim Pusat dan Bupati
        ­ Do’a
        ­ Sekilas tentang Program STBM

        ALAT BANTU: OHP atau LCD

        PROSES:
        Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Kabupaten,
        namun secara umum proses pembukaan adalah sebagai berikut:
         Salam pembuka
         Laporan Ketua Panitia tentang Kerangka Acuan Pelatihan dan kesiapan pelaksanaan
           pelatihan
         Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan kebijakan-kebijakan khususnya yang terkait
           dengan pelaksanaan program STBM dan pelatihan ini
         Sambutan Bupati untuk menegaskan dukungan Pemerintah Kabupaten dalam rangka
           pelaksanaan program ini, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam
           mensukseskan program ini. Pada kesempatan ini, Bupati membuka secara resmi pelatihan,
           juga peluncuran program ini.
         Pembacaan do’a.
         Penjelasan singkat tentang Program STBM oleh Konsultan.
         Salam penutup.
        Acara kemudian diistirahatkan (15 menit) untuk memberi waktu kepada para tamu undangan
        beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat pelatihan.
        CATATAN PENTING:
        Acara pembukaan bisa dimanfaatkan pula untuk sosialisasi dan advokasi program STBM kepada
        para pihak di tingkat kabupaten, sehingga pemahaman dan dukungan terhadap program di
        tingkat kabupaten bisa optimal.


                                                                                                 8
B. SESI - ORIENTASI PELATIHAN

   SPB-B.1 PERKENALAN DAN PENCAIRAN SUASANA
   PENGANTAR:
   Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suatu pelatihan. Fasilitator harus
   menyiapkan suasana para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk fasilitator
   sendiri, sehingga tercipta suasana akrab dan dinamika positif. Pada saat perkenalan ini tidak
   saja saling mengenal semata tetapi dapat mencairkan suasana sehingga tercipta suasana
   kondusif yang mendukung para peserta dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide
   serta pengalamannya. Proses belajar akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di
   masyarakat. Untuk pelatihan CLTS, perkenalan ini merupakan pintu masuk yang sangat penting.
   Perkenalan dinamis akan membantu memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan
   perilaku hidup bersih dan sehat dan juga masalah kesehatan secara umum (hygiene and
   sanitation).
   TUJUAN:
   o   Mencairkan situasi kaku hubungan antar peserta, sehingga mudah bekerjasama dan
       kondusif.
   o   Terjadinya interaksi antar peserta dan fasilitator secara lebih mendalam dan dinamis.
   o   Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan kebersamaan antar seluruh peserta.

   WAKTU: 30 menit

   METODE: Permainan kreatif

   ALAT BANTU: (tergantung kepada permainan yang digunakan). Misalnya:
    Spidol
    Kertas Plano
    Kertas metaplan
    Bola Plastik/Bola yang terbuat dari kertas Koran

   PROSES:
   Perkenalan bisa dilakukan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif yang bisa digunakan:
      Bagilah seluruh partisipan (peserta, fasilitator dan panitia) menjadi beberapa kelompok (5-6
       kelompok). Di setiap kelompok setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota
       kelompok lainnya (nama lengkap, nama panggilan dan lembaga asalnya serta bisa
       ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, hobby,
       bintang film yang disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan ke tingkat pleno, misalnya
       dengan cara meminta kesediaan anggota-anggota kelompok yang memiliki keyakinan bisa
       memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika seluruh anggota kelompok telah
       diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama

                                                                                                 9
nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan:
    siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Mintalah kepada partisipan yang
    mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya
    menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per
    satu.
   Mintalah partisipan berpasang-pasangan, tetapi disarankan untuk berpasangan dengan
    partisipan lain yang belum/kurang dikenal. Kemudian setiap individu saling
    memperkenalkan diri kepada pasangannya (nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal,
    tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.). Jika setiap pasangan sudah selesai
    saling memperkenalkan dirinya, mintalah setiap pasangan untuk memperkenalkan ke
    tingkat pleno dengan cara setiap orang memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya.
    Jika seluruh pasangan telah diperkenalkan, cobalah seluruh partisipan untuk menghafal
    bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah
    menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Dan mintalah kepada
    partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan
    kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk
    orangnya satu per satu.
    Pencairan suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang kondusif
    (suasana kesetaraan: tidak kaku, tidak formal, tidak ada sekat-sekat) untuk mencapai
    tujuan pelatihan dalam tingkat optimal.
    Pada akhir session ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan
    memiliki hubungan yang akrab.
CATATAN PENTING:
Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan dan pencairan
suasana ini. Ajaklah secara persuasif (dengan melibatkan partisipan lainnya) agar mereka mau
terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan pula membatalkan proses karena beberapa
individu tidak bersedia terlibat.
Untuk mempercepat perkenalan, peserta diminta menulis nama panggilan dan asal instansi
pada secarik kertas dengan spidol dan ditempelkan pada dada sebelah kiri.


SPB-B.2 PEMETAAN PEMAHAMAN DAN KAPASITAS PESERTA

PENGANTAR
Pemetaan kapasitas peserta di awal pelatihan akan sangat membantu melihat sejauhmana
pelatihan memberi makna dalam peningkatan kapasitas peserta. Pemetaan juga membantu
agar materi/pengetahuan yang akan disampaikan oleh para fasilitator dapat sepenuhnya
diserap peserta tanpa ada satu diantara peserta merasa lebih tahu dari yang lain. Demikian juga
untuk para fasilitator agar lebih memahami situasi kelas dan peserta pelatihan secara
menyeluruh.

                                                                                            10
TUJUAN:
 Diperolehnya gambaran awal tingkat pemahaman pengetahuan dan ketrampilan peserta
   berdasarkan penilaian pribadi terhadap materi pelatihan dan sebagai bahan evaluasi di
   akhir pelatihan.
   Diperolehnya gambaran tentang materi apa saja yang perlu mendapat penekanan lebih
    (terkait pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah, dll.)

WAKTU: 30 menit

METODE:
Penugasan individual secara partisipatory menggunakan 2 cara yang dapat dipilih yaitu:
 Cara 1: menempatkan diri pada salah satu jari raksasa yang dibuat di lantai, atau
 Cara 2: memberi tanda (pakai spidol) atau menempelkan dot (kertas warna) pada lembar
   kertas lebar yang ditempel di dinding.

ALAT BANTU:
Kertas potong (meta plan) untuk menuliskan materi yang dipetakan (1 lembar untuk 1
pernyataan) dan menulis tingkatan (prosentasi) penguasaan materi oleh peserta.
 (Cara1): Tali/kapur tulis/spidol untuk menggambar jari tangan raksasa sebagai tempat
    untuk berdiri peserta dalam mengklasifikasi dirinya, atau
 (Cara2): Spidol/dot (jika mungkin untuk setiap peserta) dan Kertas karton manila atau
    Sticky cloth untuk menulis atau menempelkan dot-dot pilihan klasifikasi diri peserta.

PROSES:
a. Tuliskan materi pelatihan yang akan dipetakan pada kertas potong (meta plan) satu materi
   pada satu kertas dengan tulisan balok besar. Contoh “KONSEP DAN STRATEGI STBM”,
   “METODE CLTS”, “KETRAMPILAN MEMICU”, “METODE MONEV”, dll. tergantung pokok
   bahasan yang perlu dipetakan.
b. Tuliskan pada kertas potong tingkatan/klasifikasi pengetahuan/ketrampilan peserta.
   Contoh: “0 – 20%”, “21-40 %”, “41-60%”, “61-80%” dan “81-100%”.
c. Cara-1: Buatlah gambar telapak tangan raksasa dengan 5 jari (jempol, telunjuk, jari tengah,
   jari manis dan kelingking) menggunakan tali, kapur tulis atau spidol. Letakkan masing
   masing klasifikasi pada jari jari tangan tersebut yaitu mulai tingkatan “0 – 20%” pada
   kelingking, kemudian tingkat berikutnya pada jari manis dan seterusnya hingga tingkat
   paling tinggi “81-100%” pada jari jempol. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat
   pemahamannya pada materi yang akan diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara
   bertahap, (satu persatu materi). Contoh: “Seberapa besar anda mengetahui tentang
   “KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk
   menempatkan dirinya pada salah satu jari yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri
   terkait penguasaan materi yang ditanya. Hitung dan catat ada berapa orang yang berdiri
   pada masing masing jari. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih berdiri
   pada jari tertentu.


                                                                                            11
Masing-masing Jari dapat diartikan:
     1.   Jempol: sudah tahu CLTS dan sudah trampil dalam memicu, dan mampu untuk menularkan
          pengetahuan CLTS kepada orang lain.
     2.   Telunjuk: sudah pernah melakukan pemicuan, program STBM pendekatannya CLTS
     3.   Jari Tengah: Tahu tentang prinsip-prinsip CLTS, tahu tentang instrumennya, dan juga tahu tentang
          elemen-elemennya, dan apa saja yang membuat orang mau berubah
     4.   Jari manis: Tahu (dari membaca) dan pernah mendengar (dari teman), tahu prinsip-prinsipnya,
          tetapi tidak tahu tentang elemen-elemennya


d. Cara-2: Siapkan tabel besar pada kertas karton atau sticky cloth, berisi beberapa kolom
   (sesuai jumlah materi yang dipetakan) dan 5 baris untuk meletakkan klasifikasi tingkat
   penguasaan peserta terhadap materi sperti “0–20%” pada baris paling bawah, kemudian
   tingkat berikutnya pada baris ke 4 dan seterusnya hingga tingkat paling atas, “81-100%”
   pada baris ke satu. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat penguasaannya pada
   materi yang akan diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara bertahap, (satu persatu
   materi). Contoh: “Seberapa besar anda mengetahui tentang “KONSEP DAN STRATEGI
   STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk memberi tanda/menempelkan
   dot pada baris yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait penguasaan materi
   yang tercantum pada kolom pertama. Hitung dan catat ada berapa orang yang memberi
   tanda pada masing masing baris. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih
   baris tertentu.
e. Pemetaan ini dilakukan kembali pada sesi akhir pelatihan sebagai bahan evaluasi untuk
   melihat kemajuan yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta sesuai yang
   dirasakannya.


SPB-B.3 HARAPAN DAN KEKHAWATIRAN

PENGANTAR

Sessi ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk membahas harapan
dan kekhawatiran mereka selama mengikuti pelatihan. Harapan yang dimaksud adalah harapan
para peserta sebagai output pelaksanaan kegiatan, biasanya berupa tambahan pengetahuan
dan peningkatan kwalitas diri. Sedangkan yang dimaksud dengan kekhawatiran peserta
biasanya berupa kekhawatiran akan proses yang kurang disukai, waktu yang tidak mencukupi
dan tantangan lainnya yang mungkin akan dihadapi.
Sessi ini penting dilakukan sebagai bahan masukan bagi tim fasilitator untuk bisa menindak
lanjuti harapan dan kekhawatiran apa yang dapat dan yang tidak dapat diakomodir oleh tim
fasilitator. Informasi ini juga berguna sebagai indikator evaluasi akhir pelatihan dengan melihat
kembali harapan dan kekhawatiran peserta, apa yang bisa dicapai dan yang tidak.

TUJUAN:
Setelah sessi ini selesai diharapkan peserta dapat:

                                                                                                             12
o    Memperoleh gambaran harapan yang ingin dicapai peserta selama pelatihan
o    Memperoleh gambaran ranah harapan peserta (pemahaman, ketrampilan, strategi,
     metode, langkah-langkah dll.)
o    Memperoleh gambaran kekhawatiran peserta yang perlu diantisipasi selama pelatihan.

WAKTU: 45 Menit
METODE:
o    Penggalian Informasi
o    Diskusi kelompok
o    Curah Pendapat

ALAT BANTU:

    Kertas potong untuk menuliskan pernyataan-pernyataan (1 lembar untuk 1 pernyataan)
     sejumlah sesuai keperluan, dalam 2 warna yang berbeda untuk pernyataan HARAPAN dan
     KEKHAWATIRAN.
    Spidol (jika mungkin untuk setiap peserta)
    Sticky cloth untuk menempelkan kertas-kertas pernyataan.

PROSES:
1.   Bagi peserta ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok diminta mendiskusikan tentang
     HARAPAN dan KEKHAWATIRAN setiap individu dalam pelatihan. Setiap pernyataan ditulis
     dalam 1 lembar kertas potong dengan membedakan antara pernyataan HARAPAN dan
     KEKHAWATIRAN. Pernyataan yang sama cukup dituliskan 1 kali, sehingga tidak perlu terjadi
     duplikasi dalam kelompok.
2.   Mintalah peserta meletakkan hasil diskusinya di lantai, pisahkan dalam area yang berbeda
     antara pernyataan-pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN.
3.   Ajaklah peserta untuk berkonsentrasi pada pernyataan-pernyataan HARAPAN. Sambil
     mengklarifikasi kejelasan setiap pernyataan, ajaklah peserta mengelompokkan rumusan-
     rumusan tersebut ke dalam beberapa jenis, yakni: PEMAHAMAN, METODE,
     KETRAMPILAN, STRATEGI/LANGKAH-LANGKAH, dan lain-lain. Tempelkanlah pernyataan-
     pernyataan sesuai jenisnya pada sticky cloth yang telah disiapkan.
4.   Lanjutkan dengan membahas pernyataan-pernyataan KEKHAWATIRAN, namun sebatas
     mengklarifikasikan maksudnya dan membahas secara cepat tentang langkah untuk
     antisipasi, kemudian menempelkannya di sticky cloth.

CATATAN PENTING:
1. Bisa jadi rumusan HARAPAN peserta ada yang hanya bisa dicapai pasca pelatihan. Hal ini
   tidak perlu dipermasalahkan, karena akan terklarifikasi pada saat pembahasan Tujuan dan
   Alur Pelatihan.


                                                                                           13
2. Demikian pula untuk pernyataan KEKHAWATIRAN, bisa jadi muncul pernyataan yang terlalu
   jauh ke depan, misalnya: takut uji coba gagal atau takut di lapangan nantinya tidak berhasil.
   Tetaplah melakukan pembahasan pernyataan serupa itu, karena akan menjadi modal untuk
   implementasi program.


SPB-B.4 TUJUAN DAN ALUR PELATIHAN

PENGANTAR:

Pada sessi ini Fasilitator akan menjelaskan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari hari pertama
sampai berakhirnya kegiatan. Apa saja yang harus dipersiapkan peserta, sehingga seluruh
proses kegiatan dapat dipahami dan para peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
yang telah direncanakan. Pelatihan dan pembahasan seluruh materi dilakukan secara
komprehensif minimal selama 3 hari, berikut 1 hari praktek di lapangan.

TUJUAN:
Pada akhir sesi, peserta memahami seluruh rangkaian kegiatan yang terkait satu dan lainnya
sehingga dapat menyiapkan diri untuk mengikuti seluruh kegiatan dengan semangat
keterbukaan dan ingin belajar serta berbagi pengalaman.

WAKTU: 30 menit

METODE:
o Pemaparan fasilitator
o Diskusi

MATERI:
o Rumusan Tujuan Pelatihan
o Lembar Alur Pelatihan
Diagram Alur Pelatihan (seperti bagan di bawah)

ALAT BANTU: OHP/LCD/Papan Flipchart

PROSES:
   Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan diagram alur (tampilkan dalam visual besar atau
    power point). Pelatihan ini dirangkai dalam beberapa hari yang setiap sessinya diperlukan
    keterlibatan/ sumbang pikiran, ide serta pengalaman dari semua peserta.
   Kegiatan ini merupakan pembahasan dan pembelajaran bersama dan tidak ada
    agenda/panduan baku. Isi materi dapat disesuaikan perkembangan setiap harinya.
   Fasilitator menjelaskan bagaimana mengidentifikasi masalah serta bagaimana solusi-nya
    kemudian akan dipecahkan bersama pada forum diskusi interaktif.




                                                                                             14
        Pada proses kesepakatan dan perencanaan bersama, maka peserta akan diajak merangkai
                         dan mengidentifikasi kegiatan apa, cara yang dapat dikembangkan di masyarakat setempat.
                         Hal tersebut termasuk materi dan bagaimana melakukannya.
                        Jelaskan bagaimana rencana tindak lanjutnya, serta mereview setiap kegiatan pada akhir
                         sessi.


                                           ALUR TAHAPAN PELATIHAN FASILITATOR STBM
                                            INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS

  Bagian – 1 Membangun
   Komitmen & Seleksi                                       Bagian – 2 Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan
    Lokasi & Fasilitator


    Pendekatan kepada
    pemerintah daerah                                              Pendekatan CLTS
                                                                   dalam komponen                                                 Praktek Lapangan
                                                                   perilaku   higienis
                                                                   (BAB+CTPS)
    Memilih Lokasi dan                PEMBUKAAN                                                                             4. Diskusi pleno dengan
                                                                   (lanjutan)                                                  masyarakat dan parapihak.
      Seleksi calon
                                                              3. Tinja dan Penyakit
       Fasilitator
                                       ORIENTASI                 Menular
                                       PELATIHAN              4. Penerapan pendekatan
                                                                                                   Praktek Lapangan                   Refleksi,
                                                                 CLTS & upaya perubahan
                             1. Perkenalan & Pencairan                                                                              Pembelajaran
                                                                 oerilaku higienis
                                Suasana                                                       1. Persiapan lapangan               Praktek Lapangan
                             2. Pemetaan pemahaman                                            2. Pelaksanaan praktek               & RTL Pelatihan
                             3. Harapan dan Kekhawatiran                                         pemicuan dan perencanaan
                                                                      Tahapan Proses
                             4. Tujuan dan Alur Pelatihan                                        masyarakat
                                                                        Fasilitasi di                                                 Pemetaan
                             5. Kontrak Belajar                                               3. Kompilasi temuan hasil
                                                                        Masyarakat               praktek lapangan.                   pemahaman
                                                                                                                                    akhir, evaluasi
                                                             1.   Tahapan Pemicuan                                                  pelatihan dan
                                 Pendekatan    CLTS
                                                             2.   Alat utama PRA dalam CLTS                                           penutupan
                                 dalam komponen
                                                             3.   Elemen pemicu
                                 perilaku   higienis         4.   Demonstrasi alat-alat PRA
                                 (BAB+CTPS)                  5.   Do and don’t
                             3. Sejarah Program PHBS
                             4. Tangga perubahan perilaku
                                dan pilar STBM.




          H – 1bln                         H1                                H2                             H3                              H4


Salah satu contoh diagram alur, minimum kebutuhan, dapat disesuaikan dengan lokasi dan agenda setempat.



                 SPB-B.5 KONTRAK BELAJAR
                PEGANTAR:
                Kontrak belajar merupakan hal penting untuk membantu memperlancar proses belajar di kelas.
                Kontrak belajar merupakan kesepakatan bersama yang dibangun oleh para peserta dan sifatnya
                mengikat seluruh komponen yang terlibat dalam proses pelatihan. Hal-hal yang dibahas dalam
                kontrak belajar adalah kesepakatan aturan waktu, etika dalam menyampaikan pendapat, tata
                cara berpakaian serta aturan-aturan main lain yang mendukung kelancaran proses pelatihan
                berlangsung.

                                                                                                                                                           15
TUJUAN:
Setelah sessi ini diharapkan ada kesepakatan tentang:
   Kontrak belajar yang mengikat seluruh peserta
   Aturan main selama pelatihan
   Membangun kenyamanan peserta selama proses belajar dan berbagi pengalaman.

WAKTU: 30 Menit

METODE:
o   Pemaparan fasilitator
o   Curah Pendapat

MATERI: Jadwal Pelatihan

ALAT BANTU: Papan dan Kertas Flipchart atau Laptop dan LCD
PROSES:
Kesepakatan tentang jadwal harian pelatihan
1. Siapkan jadwal/agenda pelatihan pada lembar flipchart atau media lain yang dapat dilihat
   oleh seluruh peserta, tampilkan 2 skenario (misalkan ), scenario 1 pelatihan dilaksanakan
   selama 3 hari efektif dan skenario 2, pelatihan dilaksanakan selama 2 hari efektif. Pilihan
   scenario didasarkan atas kondisi di masing-masing daerah. Catatan: jadwal/agenda
   disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
2. Jelaskan jadwal harian tersebut
3. Jelaskan hubungan sistematis antara materi yang satu dengan lainnya
4. Jelaskan bahwa jadwal ini telah disusun sedemikian rupa agar proses pelatihan dapat
   diaplikasikan secara utuh serta apa keterkaitan antar setiap sessi.
5. Jelaskan peran berbagai pihak (Peserta, Fasilitator dan Panitia) dalam rangka keberhasilan
   pelatihan ini.
6. Fasilitator mengarahkan bahwa kesepakatan jam belajar harus dapat memenuhi seluruh
   kebutuhan akan materi yang telah disampaikan melalui Alur lokakarya sebelumnya.
   Catatan: Hal yang lumrah, bahwa peserta akan meminta waktu belajar yang singkat tanpa
   memperhitungkan lama waktu untuk menerima seluruh materi pembelajaran.
7. Kemudian mintalah pendapat peserta, apakah proses dan jadwal sudah dapat
   disetujui/disepakati bersama atau ada usulan dari peserta untuk lebih menyesuaikan
   jadwal dengan keadaan-keadaan peserta dan bukan mempersingkat waktu, dsb.
8. Mintalah pendapat peserta tentang aturan-aturan dasar yang bisa mendukung kelancaran
   proses pelatihan berlangsung. Misalnya:
       Tidak merokok selama proses pelatihan berlangsung
       Hadir tepat waktu (jam mulai/berakhir pelatihan dapat ditentukan bersama)

                                                                                           16
   Tidak membunyikan Telephone secular selama pelatihan berlangsung (kalaupun ingin
        tetap diaktifkan, cukup dengan setting nada getar) dsb.
9. Sepakati aturan main tersebut, dan jelaskan bahwa aturan main yang disusun tersebut
   mengikat semua peserta (termasuk fasilitator). Bila memungkinkan, sepakati pula sangsi
   yang akan diberikan jika ada yang melanggar aturan main tersebut.
10. Setelah disepakati, tempelkan kontrak belajar dan aturan main ini ditempat yang mudah
    terlihat agar bisa selalu terbaca oleh peserta pelatihan.
11. Jika dibutuhkan, ajaklah peserta berpartisipasi sebagai:
             Time keeper
             Ice breaker
             Evaluator




                                                                                       17
C. SESI – PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS)

  SPB-C.1 PEMETAAN SEJARAH PROGRAM PHBS (HYGIENE) DAN SANITASI

  PENGANTAR
  Kegiatan ini untuk memetakan pemahaman dan persepsi individu maupun kelompok tentang
  perilaku higienis di masyarakat yang terkait dengan 5 pilar STBM, termasuk di lingkungan
  sekolah. Lebih luasnya bagaimana program-program yang telah ada dapat efektif untuk tujuan
  perubahan perilaku.

  TUJUAN:
  Setelah sessi ini diharapkan:
  o Peserta mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat (termasuk
      lingkungan sekolah) yang terkait dengan pilar-pilar STBM.
  o Peserta memperoleh informasi tentang keberhasilan, kekuatan, kelemahan dan
      keberlanjutan proyek PHBS dan/atau sanitasi sebelumnya.
  o Peserta memahami perbedaan paradigma antara program-program yang lalu dengan
      kecenderungan saat ini.

  WAKTU: maksimal 120 menit
  METODE:
   Alternatif 1                              Alternatif 2
       Diskusi kelompok                        Presentasi tentang proyek
       Presentasi Kelompok                     Diskusi kelompok
       Diskusi Pleno                           Diskusi pleno
       Presentasi / penjelasan

  MATERI:
  Pengalaman pengelolaan proyek-proyek hygiene dan sanitasi yang pernah dilaksanakan di
  kabupaten/kota dan telah berlangsung/selesai.

  ALAT BANTU:
  o    Sarana dan prasarana untuk presentasi sesuai dengan ketersediaan setempat seperti:
       Kertas plano, spidol, kertas metaplan, dll.

  PROSES:

  Alternatif – 1 (jika mayoritas peserta telah memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan
  proyek/program higiene dan sanitasi sebelumnya):
  a. Ajukan pertanyaan kepada peserta tentang proyek sanitasi yang pernah dan sudah selesai
     dilaksanakan di kabupaten/wilayah ini. Sepakatilah dengan peserta 2-3 program/proyek

                                                                                           18
yang akan dianalisa bersama tentang KELEBIHAN, KEKURANGAN, KEBERLANJUTAN dan
     PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI pasca proyek tersebut.
b. Minta peserta berbagi dalam 2-3 kelompok sesuai dengan keterlibatan atau
   pemahamannya terhadap program/proyek yang akan dianalisa. Minta peserta yang tidak
   pernah terlibat atau kurang paham terhadap program/proyek yang akan dianalisa untuk
   bergabung di salah satu kelompok. Aturlah agar jumlah peserta setiap kelompok relative
   berimbang termasuk laki dan perempuannya.
c. Minta setiap kelompok untuk menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi
   pilihannya (selama 30 menit) dengan pokok-pokok kajian, sebagai berikut:
    KELEBIHAN
    KEKURANGAN
    KEBERLANJUTAN
    PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI
d. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, minta masing-masing kelompok
   mempresentasikan hasil diskusinya selama 10 menit. Berikan kesempatan kepada peserta
   lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi.
e. Kembangkanlah diskusi pleno untuk mengkaji setiap program/proyek yang sudah
   dipresentasikan terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
   o Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat?
   o Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat?
   o Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana?
   o Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek?
   o Bagaimana pendekatan yang dikembangkan?
   o Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?.
f.   Di akhir diskusi, bersama peserta, fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek
     sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang
     terjadi dari program terdahulu kepada kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam tabel
     di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar):

      Program-program terdahulu
                                                 Kecenderungan saat ini
      (biasanya Target Oriented)
      ­   Perkembangan jumlah sarana             ­   Perubahan perilaku dan kesehatan
      ­   Subsidi                                ­   Solidaritas social
      ­   Model-model sarana disarankan oleh     ­   Model-model        sarana   digagas  dan
          pihak luar                                 dikembangkan oleh masyarakat
      ­   Sasaran utama adalah kepala keluarga   ­   Sasaran utama adalah masyarakat desa
                                                     secara utuh
      ­   Top down                               ­   Bottom up
      ­   Fokus pada: Jumlah jamban              ­   Fokus pada: Berhentinya BAB di sembarang
                                                     tempat
      ­   Pendekatannya bersifat ‘blue print’    ­   Pendekatannya lebih fleksibel.

Alternatif – 2. (Jika hanya sebagian kecil peserta yang memiliki pengalaman terlibat dalam
pelaksanaan proyek/program sanitasi sebelumnya)



                                                                                                19
a. Sebelum proses di dalam kelas (bisa sehari atau beberapa jam sebelumnya), mintalah
   kepada beberapa peserta (3-4 orang) yang berpengalaman dalam pengelolaan
   proyek/program sanitasi (yang telah selesai) untuk mempersiapkan presentasi
   pengalamannya tentang proyek/program tersebut, terutama mengenai hal-hal sebagai
   berikut:
    KELEBIHAN
    KEKURANGAN
    PENCAPAIAN PADA AKHIR PROYEK/PROGRAM
b. Berikanlah kesempatan kepada beberapa peserta yang telah ditugasi, untuk
   mempresentasikan pengalamannya tentang proyek/program sanitasi yang pernah
   dikelolanya, masing-masing sekitar 10 menit.
c. Jika presentasi sudah selesai, berikanlah kesempatan (10 menit) kepada peserta yang ingin
   mengajukan pertanyaan klarifikasi (memperjelas informasi saja). Jagalah proses agar tidak
   masuk ke tingkat analisa.
d. Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah proyek/program yang telah
   dipresentasikan. Mintalah kepada setiap kelompok untuk berperan ceritanya sebagai
   Konsultan Internasional dari negara lain yang sedang melakukan kajian, dan mintalah
   kepada setiap peserta yang telah mempresentasikan pengalamannya untuk berperan
   sebagai Project Director. Tugaskanlah kepada setiap kelompok Konsultan Internasional
   untuk melakukan wawancara mendalam (selama 15 menit) kepada Project Director
   (satu kelompok mewawancarai satu project director). Adapun topik wawancara terutama
   berpusat kepada topik:
        KEBERLANJUTAN
        PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI
        APAKAH ADA DESA YANG SUDAH 100% BEBAS DARI BAB DI TEMPAT TERBUKA?
e. Berikanlah kesempatan kepada setiap kelompok (Konsultan Internasional) untuk
   mempresentasikan temuan-temuannya dari hasil wawancara yang dilakukannya, termasuk
   kesimpulannya tentang keberhasilan proyek/program yang dikaji utamanya terkait dengan
   keberlanjutan (operation and maintenance serta pengembangan) dan keberhasilan
   memfasilitasi masyarakat mencapai 100% bebas dari BAB di tempat terbuka. Waktu untuk
   presentasi setiap kelompok sekitar 5 menit saja.
f.   Setelah seluruh kelompok (Konsultan Internasional) mempresentasikan hasil kajiannya,
     kembangkanlah diskusi pleno untuk membahas beberapa hal berikut ini:
        Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat?
        Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat?
        Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana?
        Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek?
        Bagaimana pendekatan yang dikembangkan?
        Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?
        Bagaimana keberlanjutan program? Jika tidak berlanjut, mengapa?



                                                                                          20
       Apakah ada yang berhasil memfasilitasi desa yang 100% bebas dari BAB di tempat
           terbuka? Jika tidak, mengapa?
g. Di akhir diskusi, bersama-sama dengan peserta, Fasilitator merangkum perubahan
   paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh
   perubahan yang terjadi dari program terdahulu ke kecenderungan saat ini seperti terlihat
   didalam tabel di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar):

       Program-program terdahulu
                                                   Kecenderungan saat ini
       (biasanya Target Oriented)
       ­    Perkembangan jumlah sarana             ­   Perubahan perilaku dan kesehatan
       ­    Subsidi                                ­   Solidaritas social
       ­    Model-model sarana disarankan oleh     ­   Model-model sarana digagas       dan
            pihak luar                                 dikembangkan oleh masyarakat
       ­    Sasaran utama adalah kepala keluarga   ­   Sasaran utama adalah masyarakat desa
                                                       secara utuh
       ­    Top down                               ­   Bottom up
       ­    Fokus pada: Jumlah jamban              ­   Fokus pada: Berhentinya BAB di
                                                       sembarang tempat
       ­    Pendekatannya bersifat ‘blue print’    ­   Pendekatannya lebih fleksibel.

   CATATAN PENTING:
   Berikanlah tekanan-tekanan pada beberapa hal berikut ini:
   1. Perubahan sikap dan perilaku lebih memungkinkan untuk terjadinya perkembangan
      sarana dibandingkan sebaliknya.
   2. Dukungan subsidi sanitasi mendorong ketergantungan, sehingga keberlanjutan
      melemah.
   3. Program/proyek yang dirancang oleh masyarakat sendiri, akan meningkatkan rasa
      percaya diri dan tanggung jawab mereka.


SPB-C.2 TANGGA PERUBAHAN PERILAKU PILAR-PILAR STBM

PENGANTAR:
Kondisi perilaku sanitasi masyarakat yang menjadi sasaran intervensi pelaksanaan STBM
tentunya berbeda satu dengan lainnya. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi upaya intervensi
maupun capaian perubahan perilakunya. Sasaran perubahan perilaku dalam STBM sendiri
meliputi 5 pilar perilaku yaitu 1). Menghentikan kebiasaan BAB sembarangan, 2). Membiasakan
cuci tangan memakai sabun dan air mengalir, 3). Mengelola air minum dan makanan secara
aman, 4). Mengelola sampah rumah tangga dengan aman dan 5). Mengelola limbah cair dari
rumah tangga dengan aman. Pencapaian suatu masyarakat pada status Sanitasi Total adalah
pada kondisi suatu masyarakat telah mencapai ke-lima pilar STBM. Status Sanitasi Total
tersebut tentunya tidak dicapai secara sekaligus tetapi memerlukan tahapan proses. Tangga
perubahan perilaku STBM dapat menggambarkan proses pencapaian tahapan status untuk
mencapai suatu komunitas masyarakat yang telah ber Sanitai Total.

                                                                                              21
TUJUAN:
Peserta mampu menjelaskan tahapan perkembangan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi
yang bisa dikembangkan oleh masyarakat.

WAKTU: Maksimal 30 menit

METODE:
-   Pemaparan
-   Diskusi Pleno

MATERI: Matriks/Bagan Tangga Perubahan Perilaku dalam STBM

PROSES:
Dengan menggunakan matriks/bagan Tangga Perubahan Perilkau STBM yang diperbesar
(sehingga bisa dilihat secara jelas oleh peserta dalam satu ruangan), jelaskanlah tahapan-
tahapannya sambil mengidentifikasi indikator-indikator pencapaiannya baik terkait perubahan
perilaku maupun peningkatan akses. Tegaskanlah beberapa hal penting berikut ini:
   Upaya perubahan perilaku STBM ini hendaklah dimulai dari pilar pertama Stop BABS baru
    kemudian beranjak ke pilar-pilar lainnya misalnya CTPS. Karena pilar ini sangat dominan
    dalam pemutusan alur kontaminasi. Konsep pemberdayaan yang diterapkan dalam
    pendekatan STBM juga akan memudahkan pencapaian pilar-pilar lain pada tahap
    berikutnya.
   Pada kondisi pilar pertama sudah tercapai (komunitas dalam status Stop BABS/ODF) maka
    untuk tahapan-tahapan berikutnya tidaklah berarti proses pengembangan harus dimulai
    dari pilar berikutnya secara berurutan. Pengembangan bisa dimulai dari pilar manapun
    sesuai permasalahan utama, potensi dan kemampuan masyarakat.


SPB-C.3 TINJA DAN PENYAKIT MENULAR

3.1. DIAGRAM – F
    PENGANTAR

    Salah satu cara dalam merancang pola pembelajaran perilaku higienis dan sanitasi
    sebaiknya berisi hasil pengamatan mengenai penyakit, sikap dan perilaku yang ada di
    masyarakat sekitar. Topik yang perlu diberikan adalah mengenai hubungan antara
    persoalan higienis dan sanitasi dengan penyakit yang ditimbulkan, dalam hal ini bagaimana
    tinja dapat masuk ke dalam mulut manusia serta media penyebarannya dan bagaimana
    mencegahnya;
    Penyakit berbasis lingkungan yang banyak muncul di masyarakat dapat digali dari peserta
    pelatihan dan bagaimana cara menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
    tinja.

                                                                                          22
TUJUAN:

Peserta pelatihan diharapkan dapat:
 Mengidentifikasi penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku
   masyarakat yang buruk, dampak serta upaya pencegahannya.
 Gambaran bagaimana Tinja dapat masuk ke mulut manusia
 Menggali alasan kenapa perilaku STBM belum maksimal

WAKTU: 30 menit

METODE:
   Demo alur kontaminasi (Diagram F)
   Diskusi interaktif (dapat dilakukan berkelompok)

ALAT BANTU/Media:
Kertas Plano, Spidol, Sticky Cloth, kertas metaplan, gambar-gambar dalam Diagram F
PROSES:
a. Fasilitator dapat membagi peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil
   misalnya; pembagian kelompok dapat dibagi berdasarkan:
   1) Kelompok Masyarakat Desa ODF
   2) Kelompok Masyarakat Desa Non ODF
   3) Sekolah dari lingkungan ODF
   4) Sekolah dari lingkungan Non ODF
b. Tanyakan kepada peserta apakah salah-satu anggota keluarga pernah kena diare dan
   tanyakan perasaannya, dan tindakan apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?.
   Hal ini untuk membangkitkan emosi (takut anaknya kena penyakit, kehilangan anaknya
   karena tidak tertolong) agar lebih peduli dengan keadaan lingkungannya, agar tidak
   tercemar.
c. Beberapa kelompok dapat dibekali dengan gambar-gambar diagram F, sementara
   kelompok lain dapat dibiarkan berdiskusi sesuai pengetahuan dan pengamatan
   masing2, untuk kemudian dituangkan dalam bentuk gambar. Hal ini nanti dapat
   menjelaskan kepada peserta pelatihan bahwa tanpa dibekali gambar-gambar (Diagram
   F), peserta dapat menggambarkan Alur Kontaminasi.
d. Hasil diskusi dapat ditempel di dinding (sticky cloth, jika ada) dan masing-masing
   perwakilan kelompok menjelaskan hasilnya.
e. Pada tahap ini fasilitator dapat membahas bagaimana banyak jalur yang mungkin
   menjadikan tinja akhirnya masuk ke mulut misalnya:
       Tinja dapa tmeresap ke sumber air sumur melalui tanah
       BAB di sungan menyebabkan Sumber air tercemar, dipakai untuk mandi, gosok gigi,
        mencuci makanan
       Lalat yang membawa kotoran ke makanan

                                                                                     23
     Tangan setelah dipergunakan untuk cebok, tetapi tidak CTPS
   f.   Fasilitator akan menggali kembali baimana caranya agar tinja tidak masuk ke mulut hal
        tersebut yang dinamakan pencegahan, agar penyakit-penyakit seperti Diare, ISPA, dan
        Cacingan dapat dicegah.

            Penjelasan awal; bagaimana kotoran manusia yang merupakan sumber penyakit (seperti:
            diare, kulit, pernafasan/ISPA, tipus, penyakit mata, disentri, polio, kecacingan) dapat
            masuk ke dalam mulut.
            Fasilitator hanya menampilkan/menggambar Gambar awal yaitu gambar kotoran
            manusia dan gambar mulut.


3.2. BLOCKING, CARA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT
   PENGANTAR:
   Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perilaku manusia di atas sebenarnya dapat
   dihindari/dicegah dengan cara yang sangat sederhana dan murah. Hal ini dapat dijelaskan
   melalui pendekatakan partisipatif tanpa harus mengajarkan kepada peserta pelatihan.

   TUJUAN:
   Peserta pelatihan dapat mengerti perilaku baik/cara                   pencegahan/blocking untuk
   menghindari penyebaran penyakit.

   METODE: Diskusi interaktif,

   WAKTU: 25 menit.

   ALAT BANTU:
    Kertas metaplan
    Spidol
    Selotip

   PROSES:
   a. Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk menambahan gambar blocking/
      pencegahan pada gambar Diagram F yang telah dibuat sebelumnya misalnya:
      “Pencegahan pertama dan utama adalah: BAB di jamban”
   b. Fasilitator akan menanyakan kembali “jika masyarakat telah BAB di Jamban apakah
      masih mungkin tinja masuk ke mulut?”
            Pada sessi ini diharapkan fasilitator lebih mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sehingga
            dapat menggali pengetahuan bloking lebih banyak dari peserta pelatihan tanpa harus
            menggurui peserta.

   c. Kemungkinan jawabannya adalah: masih mungkin, jika;
             Jarak lubang penampungan tinja dengan Jamban terlalu dekat, maka tinja dapat
              meresap melalui tanah ke sumber air (minimal jaraknya 10-15 meter, kecuali di

                                                                                                       24
daerah padas, tergantung lapangan/lingkungannya atau telah menggunakan septic-
         tank yang betul-betul kedap air).
        Melalui jari tangan, jika setelah cebok tidak Cuci Tangan Pakai Sabun, maka
         Blocking kedua dengan CTPS. Jari tangan yang terkena kotoran tinja harus dicuci
         dengan air mengalir dan sabun sebelum kita mengambil makanan (setelah BAB,
         setelah dari kebon/sawah).
        Blocking/pencegahan ketiga adalah Mengelola makanan dan minuman, misal
         dengan mencuci, menutup makanan dan mencuci wadahnya, juga memasak air
         untuk minum.


       Catatan:
       Yang paling penting dan mudah dilakukan adalah pencegahan melalui CTPS dan
       bagaimana upaya peserta bersama-sama untuk berkomitment membentuk
       kebiasaan CTPS menjadi budaya sehari-hari dan ditularkan kepada orang
       terdekatnya.

       Cerita pengalaman di Jombang:
       Fasilitator berkunjung ke sekolah dan bertanya apakah anak-anak melakukan CTPS
       di sekolah, di sekolah tersebut ada fasilitas, dan para siswa sangat paham akan
       pentingnya CTPS, tetapi tidak ada sabun tersedia di sana. Setelah diajak berdiskusi
       dengan gembira dan tanpa paksaan, para murid sepakat untuk iuran dan membeli
       sabun, yang kemudian dipakai bersama-sama di sekolah mereka. Hal tersebut
       menjadi pembelajaran bahwa anak siswa SD-pun dapat mandiri dan tidak perlu
       meminta dari sekolah/guru.

d. Penyegaran: Setelah sesi di atas, peserta pelatihan umumnya mulai jenuh. Fasilitator
   diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan dengan cara memberikan acara selingan
   PENYEGARAN (ice breaking).

       Tujuan:
         Menghilangkan kelelahan
         Membuat peserta kembali segar dan bersemangat untuk sesi selanjutnya

       Metode
       Mendengarkan dan menyanyi bersama lagu CTPS dan teks lagu ditayangkan
       melalui tulisan besar pada kertas plano atau melalui Power Point.

       Catatan Fasilitator:
       Metode ini juga dapat dikembangkan ketika pola pembelajaran CTPS kepada
       anak-anak yang dapat dilakukan melalui lagu (dengan cara gembira dan ceria)




                                                                                             25
Langkah-langkah:
          1. Fasilitator dapat memutar lagu CTPS yang diperdengarkan kepada seluruh
              peserta pelatihan, ditayangkan bersama teks lagu tersebut
          2. Peserta diminta untuk menghafalkan lagu tersebut, dan meminta peserta
              untuk membuat kreasi lagu masing-masing terkait perilaku /kebiasaan
              CTPS.
       Contohnya:
                          (disadur dari lagu ayo Tepuk Tangan)
                          Kalau kau mau sehat cuci tangan
                          Kalau kau mau sehat cuci Tangan
                          Cuci Tangan Pakai sabun dengan air mengalir
                          Cuci Tangan Pakai Sabun…!
           3. Lagu tersebut dapat diajarkan dan dinyanyikan bersama-sama di kelas.



SPB-C.4 PENERAPAN PENDEKATAN CLTS DAN UPAYA PERUBAHAN PERILAKU
HIGIENIS (BAB DAN CTPS).

  PENGANTAR
  Pendekatan CLTS dianggap dapat menunjang keberhasilan STBM, dalam merubah perilaku
  masyarakat. Belajar dari pengalaman berbagai daerah di Indonesia dan juga negara
  berkembang lainnya, dapat menjadi pemicu untuk percepatan program sanitasi secara
  menyeluruh. CLTS merupakan metode/pendekatan yang inovatif untuk memobilisasi
  masyarakat agar tidak melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan. Masyarakat
  difasilitasi untuk menilai dan menganalisa sendiri dan kemudian merumuskan sendiri apa
  yang harus dilakukan untuk mencapai perubahan perilaku tersebut. Kemudian
  metode/pendekatan ini dikembangkan untuk dapat mempercepat perubahan perilaku
  higienis lainnya seperti Cuci Tangan Pakai Sabun.
  Pendekatan sebelumnya yang berorientasi subsidi sebagai insentif menciptakan budaya
  ketergantungan terhadap subsidi dan akhirnya penyebaran penyakit berbasis lingkungan
  terus berlanjut. Sebaliknya CLTS berfokus pada perubahan perilaku untuk memastikan
  perbaikan nyata dan berkelanjutan dengan cara investasi pada mobilisasi/pemberdayaan
  masyarakat dan bukan pada pemberian fasilitas/hardware kepada individu/rumah tangga.
  Kesadaran bahwa selama masih ada BABS (meskipun satu orang saja), masih beresiko
  tertular penyakit.
  Metode CLTS inipun nantinya diterapkan di Sekolah, dimana murid berpartisipasi aktif
  dalam mengembangkan dan mempercepat program sanitasi di sekolah. Pembelajaran yang
  berpusat pada anak artinya karakteristik dan kebutuhan anak menjadi acuan dalam proses
  pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan belajar anak
  dalam memahami persoalan-persoalan sanitasi dan higienis.

                                                                                         26
4.1.   PENGALAMAN CLTS DI BERBAGAI NEGARA/DAERAH

TUJUAN:
   Peserta memahami pengertian metode CLTS
   Peserta memperoleh gambaran pengalaman penerapan CLTS di berbagai negara/
    daerah

WAKTU: maksimal 120 menit

METODE:
 Pemutaran film
 Refleksi atas pengalaman program sanitasi di Indonesia
 Penjelasan konsep CLTS dan pengalaman di berbagai negara/daerah
 Diskusi Pleno

MATERI:
   Film: Awakening (Indonesia)/ CLTS di Maharashtra (India)
   Materi: CLTS

ALAT BANTU: VCD Player, screen.

PROSES:
a. Putarlah film (sebelumnya berikan pengantar bahwa peserta diminta untuk menyimak
   apa yang dilihatnya di film tersebut).
b. Diskusikan dengan peserta pengalaman atau pengetahuan apa yang didapat dari film
   tersebut.
c. Lanjutkanlah dengan penjelasan tentang Konsep CLTS dan Pengalaman di Berbagai
   Negara/Daerah.
d. Bukalah ruang bagi proses tanya jawab dan diskusi pleno untuk memperjelas berbagai
   hal yang mungkin diragukan oleh peserta.

Catatan:
   Dari Film yang telah diputar, peserta diminta untuk menyampaikan apa yang diamati.
    Tugas pemandu bukan menyuluh tetapi menyadarkan masyarakat itu sendiri sehingga:
    o Pertama, dapat menjalin hubungan kebersamaan adalah merupakan cara yang
        paling efektif. Tanpa diperintah masyarakat bisa melaksanakan pembuatan
        jamban-nya dengan usaha sendiri,
    o Kedua, bersama masyarakat menuju ke tempat yang kurang sehat, kemudian
        ditunjukkan kepada masyarakat agar mereka sadar apakah yang dilakukan itu baik
        atau tidak,
    o Pemetaan, wilayah buang air besar (dimana tempat masyarakat BAB),
    o Hitung tinja, agar tahu jumlah tinja sehingga menimbulkan rasa malu dan jijik,




                                                                                    27
o    Selanjutnya adalah analisa dan dialog serta rencana kerja; apa yang harus dilakukan
          masyarakat, kemudian terjadi kesepahaman tentang kesadaran masyarakat untuk
          tidak BAB sembarangan,
     o    Ada penghargaan dari pihak luar (pemerintah) bagi wilayah yang sudah tidak BAB
          sembarangan.
    Fasilitator mengingatkan berdasarkan point-point tersebut tentang proses dari
     pendekatan CLTS, yang telah dipahami oleh peserta melalui Film yang diputar.
    Inisiatif kesadaran masyarakat, kebersamaan, berdiskusi dengan masyarakat kemudian
     dianalisa, dipancing dengan bertanya kepada masyarakat, misalnya:
       o Apa yang Ibu/Bapak rasakan dengan kondisi seperti ini (fasilitator/pemandu
         diusahakan untuk tidak memperlihatkan rasa bau, jijik dll, agar masyarakat sendiri
         yang merasakannya).
     o    Bertanya lagi kepada yang lain misalnya; “jika tetangganya melakukan perilaku BAB
          di sekitar lingkungan kita, apa yang dirasakan merasa tega tidak….?” Dst. (hal ini
          penting untuk memancing kebersamaan dan rasa peduli terhadap lingkungan
          sekitarnya). Biarkan masyarakat yang menilai masyarakat lain, sehingga terjadi
          reaksi dan interaksi dinamis diantara masyarakat).

4.2.      PRINSIP-PRINSIP CLTS
TUJUAN:
 Peserta memahami, menerima dan berkomitmen untuk memegang prinsip-prinsip
   CLTS.

WAKTU: Maksimal 90 menit.

METODE:
1. Presentasi / penjelasan
2. Diskusi kelompok
3. Diskusi pleno

MATERI:
Prinsip – prinsip CLTS: non subsidi, masyarakat sebagai pemimpin, tidak mengajari, tidak
memaksa dan tidak mempromosikan, totalitas

ALAT BANTU:
Potongan–potongan kartu (metaplan), spidol, flipchart, kertas A4 untuk menggambar dan
sticky cloth.

PROSES:
    Awali dengan melempar pertanyaan:
     a. Siapa yang tadi pagi masih BAB sembarangan?
     b. Siapa yang SEMINGGU lalu masih BAB sembarangan?
     c. Siapa yang SEBULAN lalu masih BAB sembarangan?

                                                                                          28
d. Siapa yang SETAHUN – 10 TAHUN lalu masih BAB sembarangan?


      Faktanya adalah, pada umumnya kita pernah melakukan BAB sembarangan,
meskipun sudah lama sekali terjadinya, dan faktanya lagi bahwa sampai sekarang masih
banyak masyarakat yang BAB sembarangan. Mereka sangat paham, kapan, dimana dan
bagaimana melakukan BAB sembarangan. Masyarakat yang BAB sembarangan itu akan
lebih tahu dibanding kita disini.
      Jika kita datang ke masyarakat tersebut untuk menganalisa, tentang BAB
sembarangan, maka yang harus memberitahu kita adalah masyarakat, dan kita justru harus
belajar dari mereka.
      Kesimpulannya: KITA akan datang ke masyarakat dengan tujuan belajar seolah
sebagai MURID, sedangkan masyarakat akan berada pada posisi seolah sebagai GURU. Hal
inilah yang mendasari prinsip metode CLTS yang tidak mengajari/menggurui. Selama ini
pendekatan kita sering dengan mengajari dan menyuluh masyarakat. Melalui pelatihan ini
kita bersama-sama merubah pendekatan mengajari masyarakat menjadi belajar dari
masyarakat dengan metode CLTS yang lebih mudah untuk merubah perilaku masyarakat.

   Fasilitator meyakinkan peserta harus siap untuk:
    a. Belajar dari masyarakat
    b. Tidak mengajari masyarakat
    c. Tidak menyuluh kepada masyarakat
    d. Selalu kritis
    e. Senang mendengar
    f. Sering bertanya
    g. Selalu sabar
   Kemudian Fasilitator menjelaskan “prinsip dasar CLTS”, dan membuka diskusi yang
    berkaitan dengan materi.

4.3.   TIGA (3) FONDASI PRA DALAM CLTS

TUJUAN:
 Peserta memahami konsep 3 fondasi PRA dalam CLTS.
   Peserta memahami dan berkomitmen merubah sikap dan kebiasaan dalam
    memfasilitasi masyarakat dari “konsep atas – bawah” (upper – lower) menjadi
    “pembelajaran bersama”.

WAKTU: 30 Menit

METODE:
- Pemaparan Fasilitator
- Diskusi Kelompok
- Diskusi Pleno




                                                                                         29
MATERI:
Visualisasi 3 pilar PRA: segitiga komponen perubahan perilaku (personal, institusional, dan
profesional) sharing dan metode.

PROSES:
      Fasilitator menjelaskan tentang 3 pilar PRA yang menjadi dasar CLTS.
      Fokuskan pada perubahan perilaku dan kebiasaan
      Mulai arahkan peserta bahwa perubahan sikap dan perilaku kebiasaan dari fasilitator
       (di komunitas) adalah hal yang terpenting, karena jika perubahan telah terjadi maka 2
       fondasi lainnya yaitu akan terjadi berbagi info dan pengalaman serta metode bisa
       dilaksanakan.

4.4.       Tingkatan Partisipasi

TUJUAN:
Mengeksplorasi variasi dan wilayah sudut pandang peserta pelatihan tentang keikutsertaan
masyarakat dan mendapatkan pengertian umum pada tipe dan tingkat partisipasi
masyarakat yang dibutuhkan pada CLTS.

WAKTU: 30 Menit

METODE:
-      Presentasi/Pemaparan Fasilitator
-      Diskusi Kelompok
-      Diskusi Pleno

ALAT BANTU:

      Potongan-potongan kartu (metaplan)
      Spidol
      Flipchart
      Kertas A4 untuk menggambar
      Sticky cloth (jika ada), hasil dapat ditempel di dinding ruang kelas

MATERI:
Visualisasi 4 tingkatan partisipasi masyarakat

PROSES:
      Minta masing-masing peserta menggambarkan contoh partisipasi masyarakat dari
       pengalaman sendiri yang mereka pahami dalam bentuk gambar (masing-masing
       mengambil selembar kertas dan alat tulis/gambar).



                                                                                         30
   Sementara mereka membuat gambar, trainer menyiapkan kartu-kartu yang bertuliskan
    tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan
    tertinggi):


                                  Menerima Informasi




                                                        Membuat keputusan secara
           Diajak Berunding                               bersama-sama antara
                                                        masyarakat dan pihak luar


                                Mendapatkan wewenang
                              atas kontrol sumber daya dan
                                       keputusan


   Tempelkan keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain yang sudah
    diberi perekat (sticky cloth). Tanpa memberikan tingkatan partisipasi
   Jika peserta selesai menggambar, minta untuk menempelkan gambar-gambar tersebut
    di dinding. Minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-gambar tersebut, minta
    untuk mengelompokkan gambar mereka kedalam kelompok-kelompok tingkat
    partisipasi mana yang ada dalam keempat kelompok tersebut.
   Minta peserta untuk membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai
    tertinggi (dimulai dengan tingkat terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada
    diantaranya).
   Tanyakan pada tingkat partisipasi mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan
    CLTS. Fasilitasikan beberapa diskusi tentang hal tersebut sekitar 5-10 menit, kemudian
    minta peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang seharusnya ada, Akhiri
    dengan konsensus dari hasil pilihan tersebut.




                                                                                       31
D. SESI – TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT

  PENGANTAR
  Pemicuan didasarkan pada rangsangan kolektif terhadap rasa jijik dan malu menghadapi fakta-
  fakta yang sederhana tentang buang air besar sembarangan dan akibat negative yang
  ditimbulkannya serta ditanggung oleh seluruh komunitas. Asumsi dasar yang dipakai adalah
  bahwa tidak ada manusia yang tidak bergerak ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah
  makan tinja orang lain atau tinja dirinya sendiri. Tujuan dari apa yang dilakukan fasilitator
  adalah benar-benar membantu para anggota komunitas agar mereka dapat melihat perilaku
  mereka sendiri bahwa buang air besar sembarangan adalah menjijikkan dan berakibat pada
  lingkungan hidup yang buruk dan tidak sehat dan pada akhirnya berakibat fatal pada kehidupan
  manusia itu sendiri. Tentu semua tergantung pada komunitas bersangkutan untuk mengambil
  keputusan bagaimana cara mereka menangani masalah dan mencari jalan keluar atau tindakan
  yang sesuai dengan semangat dan kemampuan mereka. Fasilitator akan menyediakan alat-alat
  bantu (tools) untuk memicu warga dalam melakukan perubahan dan rencana tindakan secara
  kolektif.

  TUJUAN
  1. Peserta memahami tahapan proses fasilitasi di masyarakat.
  2. Peserta memahami alat-alat PRA yang digunakan untuk proses pemicuan.
  3. Peserta menemukan dan menyepakati elemen-elemen pemicu dan faktor-faktor
     penghambat pemicuan (serta alat yang paling sesuai untuk masing-masing elemen
     pemicuan) baik yang bersifat umum maupun spesifik lokal.
  4. Peserta memiliki ketrampilan dasar memfasilitasi CLTS dengan alat-alat utama yang
     disepakati.
  5. Peserta memahami dan berkomitmen tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang
     harus dihindari saat fasilitasi di masyarakat (do and don’t).

  WAKTU: Maksimum 270 menit (termasuk simulasi alat-alat utama PRA dalam CLTS)

  METODE:
  - Diskusi Kelompok terfokus (FGD)
  - Simulasi
  - Diskusi Plano

  ALAT BANTU:
   Kertas potong (metaplan) untuk menuliskan pernyataan-pernyataan dan simulasi alur
     kontaminasi
   Bubuk Kapur/tepung beberapa warna (untuk peta sosial)
   Air minum untuk peragaan kontaminasi
   Air bersih untuk peragaan kontaminasi
   Tepung kanji yang telah diolah menjadi lem
   Cairan Obat merah atau yodium
   Ember/kobokan

                                                                                            32
SPB-D.1 GAMBARAN UMUM TAHAPAN PEMICUAN

PROSES:
 Tanyakan kepada peserta siapa yang sudah pernah melakukan pemicuan?.
 Jika ada yang berpengalaman, minta bercerita secara singkat bagaimana dilakukan sejak
   persiapan (sebelum ke lapangan).
 Fasilitator merangkum cerita tersebut menjadi urutan/tahapan dalam rangkaian pemicuan
   (lihat dan gunakan bahan bacaan) yaitu kegiatan-kegiatan Pra Pemicuan – Pemicuan dan
   Pasca Pemicuan.
 Lakukan diskusi “apa yang penting pada tahap PRA PEMICUAN?”, “apa yang penting pada
   tahap PEMICUAN” dan “apa yang penting pada tahap PASCA PEMICUAN?”.
 Rangkum hasil diskusi dan gunakan bahan bacaan dan perkuat pengalaman peserta.


SPB-D.2 ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS

PROSES:
 Tanyakan kepada peserta siapa yang pernah mengenal dan mengimplementasikan metode
   Participatory Rural Appraisal (PRA).
 Jika sebagian ada yang sudah mengenal, minta peserta untuk menyebutkan alat-alat PRA
   apa saja yang dipakai untuk fasilitasi di masyarakat, yang berkaitan dengan program
   sanitasi.
 Jika belum ada yang mengenal PRA, kenalkan secara ringkas alat-alat utama PRA yang akan
   dipakai seperti pemetaan, transect walk, alur kontaminasi, dll. Berikan penjelasan singkat
   berkaitan dengan tujuan dari alat tersebut.
 Jelaskan bahwa alat-alat tersebut bukan tujuan, tetapi hanya sebagai alat bantu bagaimana
   masyarakat bisa mengambil keputusan dan merencakan perubahan.


SPB-D.3 ELEMEN-ELEMEN PEMICU DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT
PEMICUAN

PROSES:
 Bagi peserta menjadi 4 kelompok, kemudian minta mereka mendiskusikan dalam kelompok
   (selama 15-20 menit) topik berikut ini:
   1) Kelompok 1 dan 2: Elemen-elemen apa yang bisa digunakan untuk memicu masyarakat
       dalam perubahan di bidang sanitasi?
   2) Kelompok 3 dan 4: Hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam pemicuan di
       masyarakat?
   Setiap jawaban dituliskan dalam lembar-lembar kertas (metaplan), setiap lembar untuk 1
    pernyataan.
   Minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya:



                                                                                             33
1) Mulailah dengan kelompok 1 dan 2, lakukanlah klarifikasi dan pendalaman agar tidak
       ada elemen-elemen yang relevan namun tidak terungkap
    2) Kembangkan diskusi pleno untuk merumuskan bersama alat-alat PRA yang tepat untuk
       digunakan dalam pemicuan setiap elemen.
    3) Lanjutkan dengan kelompok 3 dan 4, lakukan juga klarifikasi dan pendalaman agar tidak
       ada hal-hal yang relevan namun tidak terungkap.
    4) Kembangkan diskusi pleno untuk menegaskan bahwa hal-hal tersebut harus kita hindari
       dalam proses pemicuan disertai alasannya.
   Kembangkan diskusi mendalam untuk menemukan elemen-elemen dan hal-hal yang
    spesifik terkait dengan komunitas tertentu yang mungkin tidak tepat pada komunitas
    lainnya. Lakukan penggalian juga tentang metode-metode pemicuan lain yang bisa
    dikembangkan, misalnya: penggunaan pertunjukan/kesenian rakyat, pelibatan anak-anak
    dalam kampanye, lembaga dan kegiatan keagamaan, dll.
   Kumpulkan pernyataan-pernyataan yang telah disepakati (elemen pemicu dan hal
    penghambat) atau mintalah peserta menuliskannya kembali dalam bentuk yang lebih
    besar/menyolok, dan tempatkanlah di area yang strategis, sehingga peserta akan bisa terus
    membaca dan menginternalisasikan dalam diri masing-masing. Catatan:                Untuk
    membiasakan bila masih ada waktu cukup, per-kelompok dapat menyusun pertanyaan-
    pertanyaan kunci dari masing-masing elemen pemicuan. Ini bertujuan untuk mengasah
    keterampilan penggalian elemen saat praktek lapang nanti.


SPB-D.4 DEMONSTRASI ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS

PROSES:
   Lanjutkan dengan demonstrasi (sebagai sarana belajar langsung bagi peserta dalam
    memfasilitasi masyarakat dan mengenal lebih dekat bagaimana alat-alat digunakan serta
    diskusi-diskusi tentang hal-hal penting yang terkait, mencakup tools berikut ini:
    1) Pemetaan sosial
    2) Transect walk
    3) Penghitungan jumlah tinja per hari, minggu, bulan, tahun, dst.
    4) Alur kontaminasi
    5) Pencemaran air minum
    6) Pencemaran air mandi dan cuci
    7) Gangguan pada privacy perempuan, dll.
   Ingatkan terus bahwa alat tersebut bukan tujuan, sehingga tidak ada urutan yang kaku.
    Semua sangat tergantung situasi dan kondisi masyarakatnya.

Adapun panduan proses demo alat-alat utama PRA seperti pada box dibawah ini.




                                                                                          34
Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA

1. Mintalah sekitar 10 – 15 orang peserta (laki-laki dan perempuan) secara sukarela
   untuk berperan sebagai warga masyarakat suatu dusun dan mereka rata-rata
   masih melakukan praktek buang air besar sembarangan. Demo ini akan difasilitasi
   fasilitator pelatihan (Pelatih).
2. Sebelum proses dimulai, mintalah kepada peserta yang lain untuk menyimak
   proses simulasi dengan cermat, dan bila perlu mencatat langkah-langkahnya serta
   kata-kata kunci penting dalam proses ini.
3. Demo dimulai dengan Pemetaan Sosial, sehingga tergambarkan: batas wilayah
   pemukiman dan lahan pertanian/usaha, sebaran rumah warga, lokasi jamban dan
   BAB terbuka, akses setiap rumah terhadap jamban atau lokasi BAB terbuka, lokasi
   dan jenis sumber air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya, serta
   informasi lain yang relevan.
4. Lanjutkan dengan simulasi Transect dalam bentuk yang sederhana, dengan
   tekanan pada kunjungan ke lokasi BAB terbuka, dan tekankan bahwa tidak
   seorang pun boleh menutup hidungnya saat kunjungan ini.
5. Lanjutkanlah simulasi: Menghitung jumlah tinja (per hari, minggu, bulan, tahun),
   alur kontaminasi (Diagram F), kontaminasi air bersih, kontaminasi air minum, dan
   gangguan privacy pada perempuan serta pandangan agama tentang BAB terbuka.
6. Bangunlah suasana klimaks dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
   bertingkat dalam rangka mendorong perubahan:
            “Bagaimana perasaan saudara-saudara hidup dengan suasana seperti
            ini? Apakah saudara-saudara ingin berubah?”

           Bilamana komunitas menyatakan tak akan berubah, kembangkan
       pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam untuk memicu rasa malu –takut
     penyakit – rasa bersalah, dst. Bila tetap tidak ada perubahan sikap, (ini upaya
        akhir) lanjutkan dengan pernyataan: “Terima kasih atas pelajaran yang
         saudara-saudari berikan kepada saya. Ini sangat berharga. Saya akan
      pulang, dan menuliskan pengalaman ini kemudian menceritakannya kepada
       teman-teman saya di desa saya, bahwa ternyata masyarakat disini masih
       senang berak di kebun/ sungai/ semak-semak. Dan bila diijinkan, sayapun
                  akan memuat cerita ini di surat kabar atau majalah”.
7. Bila ternyata masyarakat terlihat tergugah dan terpicu, lanjutkanlah dengan
   proses memfasilitasi perencanaan oleh masyarakat, dengan pertanyaan-
   pertanyaan bertingkat:
         o Siapa saja yang akan memulai perubahan? (semua orang yang mau
                berubah dicatat dalam kertas.
            o   Dalam bentuk apa?
            o   Kapan dimulai? Kapan selesai?
            o   Kapan masyarakat mentargetkan komunitas ini bebas dari kebiasaan BAB di
                tempat terbuka?
8.   Tegaskanlah pada bagian akhir simulasi ini, bahwa perwakilan masyarakat (sekitar
     6 orang dari setiap dusun) akan diundang dalam lokakarya di kabupaten untuk
     membagikan pengalamannya kepada peserta lokakarya. Simulasi berakhir.

                                                                                          35
SPB-D.5 “APA YANG HARUS DILAKUKAN (DO) DAN DIHINDARI (DON’T)”
DALAM CLTS

PROSES:
   Setelah peserta memiliki pemahaman tentang proses fasilitasi CLTS dari demo tersebut,
    ajak peserta untuk membahas apa kiat-kiat yang harus dikembangkan selama fasilitasi di
    masyarakat, sehingga proses fasilitasi berjalan lancar dan efektif.
   Ingatkan peserta dengan Hal-hal yang harus dilakukan (DO) dan hal-hal yang patut
    dihindari (DON’T) dalam CLTS.
   Gunakan bahan bacaan untuk merangkum diskusi termasuk memperkuat pandangan
    peserta.

CATATAN PENTING:
   Elemen-elemen Pemicu dan Hal-hal yang Menghambat untuk setiap komunitas bisa jadi
    ada perbedaan. Hal ini menjadi penting untuk digali, agar pemicuan bisa terlaksana secara
    optimal, selain elemen-elemen yang umum berlaku di komunitas mana pun.
   Pastikan peserta paham alur fasilitasi umumnya dimulai dengan Pemetaan Sosial, namun
    seterusnya sangat fleksibel dengan situasi yang berkembang.




                                                                                          36
E. SESI – PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT

                SPB-E.1 PERSIAPAN LAPANGAN

                1.1. Pembentukan Kelompok
                     PENGANTAR
                     Sesi ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam
                     menerapkan pendekatan CLTS, sehingga kegiatan ini banyak dilakukan dalam diskusi dan
                     praktek di kelompok. Sesi praktek lapang ini diawali dengan pembentukan kelompok
                     praktek lapang, dilanjutkan dengan persiapan lapang, simulasi dalam kelompok, praktek
                     lapang itu sendiri, refleksi dan review proses dan hasil dari kegiatan praktek lapang
                     tersebut.

                     TUJUAN:
                     Tersusunnya kelompok-kelompok praktek lapang yang komposisinya mencakup seluruh
                     komponen tim kabupaten.

                     WAKTU: 30 menit.

                     METODE:
                     Pemilihan demokratis.

                     MATERI:
                     -----

                     ALAT BANTU:
                     Kertas plano

                     PROSES:
                     a) Jelaskanlah kepada peserta, bahwa pada hari ketiga akan dilaksanakan Praktek Lapang
                        Fasilitasi CLTS (Pemicuan dan Perencanaan) di Komunitas. Peserta akan dibagi menjadi
                        kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktek lapang idealnya anggota
                        kelompok tidak lebih dari 6 orang1) Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan
                        dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang
                        keahlian, unsur instansi atau lokasi kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua
                        kelompok memikili kapasitas yang berimbang.
                     b) Laksanakanlah proses pembentukan/pembagian kelompok, dengan cara membentuk
                        barisan memanjang ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting
                        untuk membagi peserta berdasar komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta
                        dari bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang


1   Ini akan terkait dengan jumlah lokasi praktek lapang yang harus dipersiapkan. Bila total peserta ada 25 orang, maka akan baik bila kelompok
    dapat dibagi menjadi 4 kelompok dan telah disiapkan 4 komunitas yang akan menjadi sasaran praktek lapang. Perlu diingat bahwa setiap
    kelompok harus didampingi oleh fasilitator yang paham tentang pendekatan CLTS.

                                                                                                                                                  37
berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya.
   Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis
   kelamin tertentu.
c) Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.

1.2. Persiapan Kelompok (Penyusunan strategi/Panduan Praktek Lapangan dan
     Simulasi Kelompok )

TUJUAN:
1. Tersusunnya panduan dan strategi praktek lapang
2. Peserta siap memfasilitasi proses CLTS di masyarakat dan sekolah.

WAKTU: Maksimum 180 menit

METODE:
 Simulasi
 Penugasan dan pendampingan.

MATERI:
 Komposisi tim dalam memfasilitasi CLTS di komunitas
 Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas

ALAT BANTU:
 Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial
 Kertas potong (metaplan)
 Kertas plano
 Spidol besar dan kecil
 Flagband
 Ember untuk tempat air bersih
 Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas/kelompok)
 Video camera

PROSES:
a) Jelaskan bahwa selanjutnya peserta akan melaksanakan praktek lapang. Untuk itu
   setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila
   perlu).
b) Berikan gambaran tentang komposisi tugas anggota tim yang biasanya digunakan
   dalam memfasilitasi CLTS di komunitas, sebagai berikut:
      Fasilitator Utama; yang menjadi motor utama proses fasilitasi, 1 orang
      Assistent Facilitator: membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses
       sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi,
      Pencatat proses; bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan
       dokumentasi /pelaporan program



                                                                                   38
   Penjaga alur proses fasilitasi; bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan
            waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati)
            bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.
           Penata Suasana/Pengaman; menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya
            dengan mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga
            bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan:
            menyanyi bersama, meneriakkan slogan, yel-yel, dsb.), mengajak berdiskusi
            terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb.
    c) Minta wakil dari komunitas (yang sengaja diundang pada persiapan ini) atau panitia
       untuk menjelaskan lokasi praktek lapang dan gambaran awal lokasi, rencana
       keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan,
       dll.).
    d) Berikan penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingi
       sesuai dengan keperluan.
    e) Bila masih ada cukup waktu, lakukan simulasi fasilitasi atau pendalaman CLTS baik di
       tingkat kelompok atau gabungan seluruh peserta. Minta salah satu kelompok untuk
       menjadi tim fasilitator dan peserta lainnya sebagai masyarakat (10 – 15 orang).
    CATATAN PENTING:
       Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan sosial
        semestinya dilakukan pertama
       Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya hasrus
        segera dipindahkan ke kertas plano
       Lokasi pemicuan dengan alat-alat oral faecal, menghitung tinja, dll. tidaklah harus di
        ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan
        rasa jijik, takut penyakit, berdosa, dll.


SPB-E.2 PELAKSANAAN PRAKTEK PEMICUAN DAN PERENCANAAN DI
MASYARAKAT

TUJUAN:
   Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan berkomitmen untuk
    memecahkannya secara swadaya
   Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di
    komunitasnya
   Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat.

WAKTU: 7-8 jam di komunitas

METODE:
1) Praktek di komunitas oleh kelompok-kelompok dengan alat/tools:
     Pemetaan

                                                                                           39
    Transek
         FGD
         Simulasi
         Pemilihan demokratis

2) Pemantauan dan umpan balik lapangan oleh Pelatih:
   Observasi dan asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta.

MATERI:
 Panduan Pemicuan CLTS di Komunitas
 Outline penulisan pembelajaran dan pelaporan lapangan.

ALAT BANTU: set kit untuk praktek lapangan

PROSES:
Karena kegiatan praktek lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukan
simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi fasilitator/
pelatih yang melakukan observasi dan asistensi adalah menjamin agar proses dan hasil fasilitasi
yang dilakukan peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu
disepakati dengan para peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil
sesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga (apalagi
akan terus memfasilitasi komunitas tersebut). Bila memungkinkan, setiap kelompok sebaiknya
didampingi oleh 1-2 fasilitator/ pelatih yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut.
CATATAN PENTING:
   Ingatkanlah, bahwa esok hari perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12
    orang per desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan
    dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi hingga
    saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta pelatihan di tempat
    penyelenggaraan pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar
    kembali ke dusun/desa sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan.
   Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas (plano) sebagai
    bahan presentasi masyarakat.


SPB-E.3 KOMPILASI TEMUAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN DAN PELAPORAN
PEMBELAJARAN

TUJUAN:
 Tersusunnya item-item pembelajaran dari praktek lapang setiap kelompok
 Tersusunnya laporan proses dan hasil praktek lapang setiap kelompok

WAKTU: Maksimum 120 menit

METODE: Diskusi kelompok

MATERI: Hasil praktek lapang.

                                                                                            40
ALAT BANTU: Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta

PROSES:
a) Jelaskanlah, bahwa sebelum bertemu masyarakat (pleno selanjutnya) akan dilakukan
   refleksi temuan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang
   menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktek lapang
   tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan
   laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan
   tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud, misalnya:
   analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) atau analisis praktek baik.
b) Persilahkan masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya.
c) Fasilitator/Pelatih pendamping di lapangan dari setiap kelompok, tetap mendampingi agar
   tugas benar-benar terselesaikan dengan baik.
CATATAN PENTING:
Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang
mendampingi dalam praktek lapangan supaya bisa membantu memberikan umpan balik.


SPB-E.4 DISKUSI PLENO DENGAN MASYARAKAT DAN PARAPIHAK

TUJUAN:
 Dipahaminya rencana kegiatan masyarakat oleh seluruh komponen tim kabupaten.
 Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka
   susun.
 Disepakatinya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan
   masyarakat.

WAKTU:
Maksimum 120 menit

METODE:
 Presentasi masyarakat
 Diskusi pleno
 Feedback progresif.

MATERI:
Presentasi kondisi sanitasi saat ini dan rencana ke depan dari setiap komunitas.

ALAT BANTU:
Semua visual hasil pemicuan ditempel di dinding. Matriks kompetisi antar kelompok.

PROSES:
a) Jelaskanlah tujuan sessi.
b) Persilakan wakil masyarakat yang akan memulai presentasi untuk mempresentasikan
   kondisi sanitasi di komunitasnya dan rencana mereka ke depan (waktu tersedia sekitar 20


                                                                                        41
menit untuk setiap kelompok). Jika diperlukan berikan kesempatan kepada peserta yang
   telah memfasilitasi kemarin untuk menambahkan.
c) Pada setiap akhir presentasi kelompok, lakukanlah penegasan-penegasan untuk
   meningkatkan motivasi masyarakat, misalnya: mengajak peserta memberi applaus,
   menegaskan tentang tanggal bebas BAB terbuka untuk setiap komunitas, menunjukkan
   para natural leader yang akan memotori gerakan masyarakat, dll.
d) Pada akhir session berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen
   bersama semua pihak dalam upaya pencapaian bebas BAB terbuka di tingkat yang lebih
   luas




                                                                                     42
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun
Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun

More Related Content

What's hot

form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiSyaiful Bahri
 
Phbs di tempat tempat umum
Phbs di tempat tempat umumPhbs di tempat tempat umum
Phbs di tempat tempat umumRatna Arditya
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022novitawanget
 
Paparan dasar dan jabfung adminkes
Paparan dasar dan jabfung adminkesPaparan dasar dan jabfung adminkes
Paparan dasar dan jabfung adminkesWiandhariEsaBBPKCilo
 
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 202106 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021ShintaDevi11
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologiSyahrum Syuib
 
Buku reforma-agraria-2017
Buku reforma-agraria-2017Buku reforma-agraria-2017
Buku reforma-agraria-2017imaniar nastiti
 
LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015
LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015
LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015yesintabella
 
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatanManajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatanAndy Rahman
 
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Oswar Mungkasa
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaPemdes Seboro Sadang
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)infosanitasi
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalMuh Saleh
 
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah KesehatanAnalisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah KesehatanMimi S Munadi
 
Manajemen-puskesmas-ppt dr. devi.ppt
Manajemen-puskesmas-ppt dr. devi.pptManajemen-puskesmas-ppt dr. devi.ppt
Manajemen-puskesmas-ppt dr. devi.pptDeviNamira
 

What's hot (20)

form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasii
 
Phbs di tempat tempat umum
Phbs di tempat tempat umumPhbs di tempat tempat umum
Phbs di tempat tempat umum
 
Advokasi Kesehatan
Advokasi KesehatanAdvokasi Kesehatan
Advokasi Kesehatan
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
 
Paparan dasar dan jabfung adminkes
Paparan dasar dan jabfung adminkesPaparan dasar dan jabfung adminkes
Paparan dasar dan jabfung adminkes
 
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 202106 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
06 mei 2021, sambutan bupati acara rembuk stunting 2021
 
Kota sehat
Kota sehatKota sehat
Kota sehat
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
 
Buku reforma-agraria-2017
Buku reforma-agraria-2017Buku reforma-agraria-2017
Buku reforma-agraria-2017
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 
BAB II UKM.docx
BAB II UKM.docxBAB II UKM.docx
BAB II UKM.docx
 
LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015
LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015
LAPORAN PBL I DESA REMPOAH KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS 2015
 
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatanManajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
 
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Buku verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desa
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 2/5)
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional
 
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah KesehatanAnalisis Situasi Masalah Kesehatan
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
 
Manajemen-puskesmas-ppt dr. devi.ppt
Manajemen-puskesmas-ppt dr. devi.pptManajemen-puskesmas-ppt dr. devi.ppt
Manajemen-puskesmas-ppt dr. devi.ppt
 

Similar to Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun

Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2
Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2
Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2PRODALANG
 
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014Purwowidi Astanto
 
Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014Purwowidi Astanto
 
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudusKasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudusSutopo Patriajati
 
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptxMateri 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptxAkreditasimargareta
 
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...M Handoko
 
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1Donny Pati
 
Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014Purwowidi Astanto
 
Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013Dewi Kartika
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Fardyansjah Hasan
 
(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx
(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx
(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptxIwan243351
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanpjj_kemenkes
 
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011darikupang
 
PPT TPCB juni 2023.pptx
PPT TPCB juni 2023.pptxPPT TPCB juni 2023.pptx
PPT TPCB juni 2023.pptxIkar11
 
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanaModul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanapjj_kemenkes
 
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdf
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdfPENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdf
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdfELande
 
Perilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & SehatPerilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & Sehatkristiawati
 
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiManual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiJoy Irman
 
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...Oswar Mungkasa
 

Similar to Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun (20)

Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2
Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2
Buku saku pemasaran sanitasi stbm_wslic2
 
Skn 2009
Skn 2009Skn 2009
Skn 2009
 
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014
 
Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan fasilitator stbm kemenkes 2014
 
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudusKasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
 
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptxMateri 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
 
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITA...
 
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
 
Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014
Kurikulum dan modul pelatihan wirausaha stbm kemenkes 2014
 
Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
 
(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx
(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx
(3) Tiga Strategi STBM untuk masyarakat .pptx
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaan
 
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
 
PPT TPCB juni 2023.pptx
PPT TPCB juni 2023.pptxPPT TPCB juni 2023.pptx
PPT TPCB juni 2023.pptx
 
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanaModul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
 
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdf
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdfPENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdf
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS MELATA FIX TAHUN 2022_100723.pdf
 
Perilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & SehatPerilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & Sehat
 
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiManual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
 
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
 

More from Oswar Mungkasa

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingOswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganOswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganOswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranOswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Oswar Mungkasa
 

More from Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Modul Pelatihan Fasilitator STBM Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan dan Cuci Tangan Pakai Sabun

  • 1. MODUL PELATIHAN FASILITATOR STBM INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS
  • 2. Daftar Isi halaman Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………………. 2 Definisi dan Pengertian Dasar ………………………………………………………………………………………………… 4 Bagian 1, Membangun Komitmen dan Seleksi Lokasi serta Fasilitator ……………………………………. 6 A. PENDEKATAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH …………………………………………………………………. 6 B. MEMILIH LOKASI DAN CALON FASILITATOR …………………………………………………………………….. 6 Bagian2, Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan …………………………………………………………………………….. 8 A. Sesi – PEMBUKAAN ………………………………………………………………………………………………………….. 8 B. Sesi – ORIENTASI PELATIHAN …………………………………………………………………………………………… 9 SPB-B.1 Perkenalan dan Pencairan Suasana ……………………………………………………………………. 9 SPB-B.2 Pemetaan pemahaman dan kapasitas peserta ………………………………………………….. 10 SPB-B.3 Harapan dan Kekawatiran ………………………………………………………………………………….. 12 SPB-B.4 Tujuan dan Alur Pelatihan …………………………………………………………………………………. 14 SPB-B.5 Kontrak Belajar …………………………………………………………………………………………………… 15 C. Sesi – PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS) ……………. 18 SPB-C.1 Pemetaan sejarah program PHBS (Hygiene) dan Sanitasi ………………………………….. 18 SPB-C.2 Tangga Perubahan Perilaku Pilar-pilar STBM ……………………………………………………… 21 SPB-C.3 Tinja dan Penyakit Menular ………………………………………………………………………………. 22 3.1. Diagram F ………………………………………………………………………………………………….. 22 3.2. Blocking, cara pencegahan penularan penyakit …………………………………………. 24 SPB-C.4 Penerapan Pendekatan CLTS dan upaya perubahan perilaku higienis BAB dan CTPS …………………………………………………………………………………………………………………………………. 26 4.1. Pengalaman CLTS di berbagai Negara/Daerah …………………………………………… 27 4.2. Prinsip-prinsip CLTS ……………………………………………………………………………………. 28 4.3. Tiga Fondasi PRA dalam CLTS …………………………………………………………………….. 29 4.4. Tingkatan Partisipasi ………………………………………………………………………………….. 30 D. Sesi – TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT …………………………………………………….. 32 SPB-D.1 Gambaran Umum Tahapan Pemicuan ……………………………………………………………….. 33 SPB-D.2 Alat-Alat Utama PRA dalam CLTS ……………………………………………………………………….. 33 SPB-D.3 Elemen-Elemen Pemicu dan Faktor Penghambat Pemicuan ………………………………. 33 SPB-D.4 Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA dalam CLTS …………………………………………………… 34 SPB-D.5 Apa yang harus dilakukan (do) dan dihindari (don’t) ………………………………………….. 36 E. PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT ……………………………….. 37 SPB-E.1 Persiapan Lapangan ……………………………………………………………………………………………. 37 SPB-E.2 Pelaksanaan Praktek Pemocuan dan Perencanaan di Masyarakat ……………………… 39 SPB-E.3 Kompilasi Temuan Hasil Praktek Lapangan dan Pelaporan …………………………………. 40 SPB-E.4 Diskusi Pleno dengan Masyarakat dan Parapihak ……………………………………………….. 41 F. REFLEKSI TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN …………………………………………………………………………. 43 SPB-F.1 Refleksi Temuan Praktek Lapangan …………………………………………………………………….. 43 SPB-F.2 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut dan Komitmen Bersama …………………………….. 43 G. PEMETAAN PEMAHAMAN AKHIR, EVALUASI PELATIHAN DAN PENUTUPAN ……………………. 45 SPB-G.1 Pemetaan Pemahaman Akhir Peserta dan Pembelajaran ………………………………….. 45 SPB-G.2 Evaluasi Pelatihan ………………………………………………………………………………………………. 46 SPB-G.3 Penutupan …………………………………………………………………………………………………………. 46 1
  • 3. Kata Pengantar Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. STBM dapat mendukung tercapainya Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Pemerintah Indonesia mencanangkan 20.000 desa kegiatan STBM sampai dengan tahun 2014. Pelaksanaan STBM dilakukan menggunakan tiga komponen pendekatan yaitu Penciptaan Lingkungan yang mendukung, Peningkatkan Kebutuhan sanitasi (Demand) dan Peningkatan penyediaan sanitasi (Supply) seperti tergambar dalam diagram dibawah ini. Pen ingkatan  Dukungan politis, lingkun gan yang ko ndusif  Peningkatan kapasitas,  Pembiayaan,  Monev Ins tusionalisasi Penin gkatan Peningkatan Kebutuhan sanitasi penyediaan san itasi  Riset Pasar,  Pemicuan,  Strategi  Komunikasi Pemasaran, Perubahan Perilaku /ICC  Opsi pilihan  Kewirausahaan Lingkup sanitasi dalam STBM meliputi 5 pilar yaitu: 1. Stop BAB sembarangan, 2. Cuci tangan Pakai Sabun, 3. Pengelolaan Air minum dan makanan dalam rumahtangga, 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan, 5. Pembuangan saluran limbah cair rumah tangga secara aman. Dalam upaya meningkatkan kebutuhan sanitasi (demand) masyarakat terhadap sanitasi dilakukan melalui perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat. Untuk merubah perilaku ini digunakan 2 metode pendekatan yaitu metode promosi sanitasi menggunakan materi komunikasi perubahan perilaku (Behavior Change Communication/BCC) dan metode pemicuan menggunakan metode CLTS (Community Lead Total Sanitation). 2
  • 4. Modul ini disusun sebagai materi training pemicuan perubahan perilaku menggunakan metode CLTS, terutama untuk memicu perubahan perilaku pada pilar 1 stop BAB sembarangan dan pilar 2 membiasakan perilaku Cuci tangan pakai sabun. Modul ini terdiri dari 3 bagian. Bagian – 1, membangun komitmen dan seleksi lokasi serta fasilitator. Bagian – 2, pelaksanaan pelatihan pemicuan dan Bagian – 3, berkaitan dengan referensi beberapa jenis permainan. Tentu masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai situasi dan kondisi daerah masing-masing. 3
  • 5. Definisi dan Pengertian Dasar 1. Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. 2. Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas. 3. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. 4. Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya. 5. ODF (Open Defecation Free) Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas jamban sehat. 6. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. 7. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. 8. Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah. 9. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 5 (lima) kunci keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii) memisahkan pangan matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv) menjaga pangan pada suhu aman, dan (v) menggunakan air dan bahan baku yang aman. 10. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. 11. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. 12. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 13. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 14. Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter. 15. Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi. 4
  • 6. 16. Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta. 17. Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan. 18. Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar. 19. LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. 20. Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut. 21. Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator. 22. Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation) 23. Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal: mencapai status SBS. 24. Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) / Stop BABS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM. 25. Desa/Kelurahan Berperilaku Hygiene lainnya, selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga. 26. Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Berperilaku Hygiene lainnya, 100% rumah tangga melaksanakan semua pilar. Desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya mencapai status Sanitasi Total. Untuk poin 23 – 26 merupakan langkah-langkah perkembangan visi STBM terkait dengan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat, belajar dari pengalaman global yang memperlihatkan bahwa beberapa perilaku hygiene yang tidak dapat dipromosikan untuk seluruh rumah tangga secara bersamaan. Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat bersamaan. 5
  • 7. BAGIAN – 1, MEMBANGUN KOMITMEN DAN SELEKSI LOKASI SERTA FASILITATOR A. PENDEKATAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH PENGANTAR: Pendekatan kepada pemerintah daerah sangat diperlukan. Pada tahapan ini dilakukan penggalian informasi awal tentang program-program serta upaya pemerintah daerah terutama terkait program hygiene dan sanitasi yang telah dilaksanakan di suatu daerah. Pada tahapan ini pula dapat menggali kondisi kepemimpinan atau siapa yang paling berpengaruh di lingkungan/ komunitas daerah tersebut, kondisi geografi/ sosial/ budaya/ fisik, dan institusional lain yang mempengaruhi program hygiene dan sanitasi. Komitmen harus menjadi perhatian penting bagi Pemerintah Daerah. TUJUAN:  Mendapat komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah untuk keberlanjutan program sanitasi melalui pendekatan STBM  Pemetaan awal kondisi hygiene dan sanitasi daerah WAKTU: 1-3 kali pertemuan METODE: Pertemuan dalam skala kecil, interview kepada petugas Kesling dan Promkes Dinas Kesehatan setempat. PROSES:  Melakukan diskusi dengan stakeholder utama di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mendapatkan data dan informasi terkait dengan program hygiene dan sanitasi di daerah bersangkuan.  Kembali menjelaskan tentang kerugian ekonomi jika sanitasi buruk dan manfaat yang diperoleh Pemerintah jika menerapkan STBM dengan memberikan rangkuman 1-2 lembar tentang situasi tersebut. B. PEMILIHAN LOKASI DAN CALON FASILITATOR PENGANTAR Penentuan area di tingkat kabupaten didiskusikan dengan pihak dinas kesehatan kabupaten setempat sesuai kriteria yang ditetapkan dan peminatan dari daerah terpilih. Di setiap kecamatan, tim fasilitator dipilih dari beberapa unsur seperti, pendidik, kalangan medis (bidan/perawat), sanitarian/promkes, pengusaha, tokoh yang berpengaruh di masyarakat, Organisasi masyarakat, dll. Informasi, latar belakang dan jumlah fasilitator sangat tergantung kepada potensi setiap daerah dan untuk memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan secara lokal tidak terfokus pada satu area tertentu saja. TUJUAN  Pemilihan lokasi dan sasaran (fasilitator) sebagai agen perubahan 6
  • 8. Menciptakan lingkungan yang kondusif mulai dari daerah dan tim fasilitator yang berkomitment untuk mensukseskan program sanitasi melalui pendekatan STBM WAKTU: Dapat ditentukan oleh pemerintah daerah METODE: Desk Review (dapat diakses dari data-data yang ada di daerah) dan Diskusi. PROSES:  Diskusikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten tentang kriteria peserta yang perlu dilatih dan berkomitmen dalam peran-peran pemicuan di komunitas.  Sampaikan unsur-unsur yang penting dari peserta supaya tidak hanya dari Dinas Kesehatan, tetapi ada dari unsur pendidik, sanitarian, kalangan medis, kader handal di tingkat, organisasi masyarakat sipil, dll.  Lakukan diskusi dengan Kepala Dinas Kesehatan atau bidang yang menangani supaya calon peserta mendapat perhatian dan penugasan khusus dalam pengembangan program STBM di kabupatennya. 7
  • 9. Bagian 2: Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan A. SESI - PEMBUKAAN Pada sessi ini dapat diminta pemerintah daerah atau bisa diwakili oleh pimpinan yang berpengaruh di lingkungan tersebut untuk memberikan kata sambutan dan pengarahan, sebagai bentuk persetujuan serta dukungan terhadap pelatihan ini. Misalnya Bupati atau Kepala Dinas Kesehatan dapat berperan dalam sessi ini. Pembukaan menjadi bagian penting untuk menunjukkan komitmen Pemerintah Daerah dalam menjalankan program STBM. TUJUAN: Memperoleh dukungan dari pemerintah daerah untuk keberlangsungan pelatihan WAKTU: 30 menit METODE: sesuai dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam bentuk upacara sederhana. MATERI: ­ Laporan Ketua Panitia ­ Sambutan: Tim Pusat dan Bupati ­ Do’a ­ Sekilas tentang Program STBM ALAT BANTU: OHP atau LCD PROSES: Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Kabupaten, namun secara umum proses pembukaan adalah sebagai berikut:  Salam pembuka  Laporan Ketua Panitia tentang Kerangka Acuan Pelatihan dan kesiapan pelaksanaan pelatihan  Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan kebijakan-kebijakan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan program STBM dan pelatihan ini  Sambutan Bupati untuk menegaskan dukungan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan program ini, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam mensukseskan program ini. Pada kesempatan ini, Bupati membuka secara resmi pelatihan, juga peluncuran program ini.  Pembacaan do’a.  Penjelasan singkat tentang Program STBM oleh Konsultan.  Salam penutup. Acara kemudian diistirahatkan (15 menit) untuk memberi waktu kepada para tamu undangan beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat pelatihan. CATATAN PENTING: Acara pembukaan bisa dimanfaatkan pula untuk sosialisasi dan advokasi program STBM kepada para pihak di tingkat kabupaten, sehingga pemahaman dan dukungan terhadap program di tingkat kabupaten bisa optimal. 8
  • 10. B. SESI - ORIENTASI PELATIHAN SPB-B.1 PERKENALAN DAN PENCAIRAN SUASANA PENGANTAR: Perkenalan merupakan proses yang sangat penting dalam suatu pelatihan. Fasilitator harus menyiapkan suasana para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk fasilitator sendiri, sehingga tercipta suasana akrab dan dinamika positif. Pada saat perkenalan ini tidak saja saling mengenal semata tetapi dapat mencairkan suasana sehingga tercipta suasana kondusif yang mendukung para peserta dapat dengan leluasa mengungkapkan gagasan, ide serta pengalamannya. Proses belajar akan lebih kaya dengan pembuktian yang ada di masyarakat. Untuk pelatihan CLTS, perkenalan ini merupakan pintu masuk yang sangat penting. Perkenalan dinamis akan membantu memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan juga masalah kesehatan secara umum (hygiene and sanitation). TUJUAN: o Mencairkan situasi kaku hubungan antar peserta, sehingga mudah bekerjasama dan kondusif. o Terjadinya interaksi antar peserta dan fasilitator secara lebih mendalam dan dinamis. o Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan dan kebersamaan antar seluruh peserta. WAKTU: 30 menit METODE: Permainan kreatif ALAT BANTU: (tergantung kepada permainan yang digunakan). Misalnya:  Spidol  Kertas Plano  Kertas metaplan  Bola Plastik/Bola yang terbuat dari kertas Koran PROSES: Perkenalan bisa dilakukan beberapa cara, berikut ini 2 alternatif yang bisa digunakan:  Bagilah seluruh partisipan (peserta, fasilitator dan panitia) menjadi beberapa kelompok (5-6 kelompok). Di setiap kelompok setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota kelompok lainnya (nama lengkap, nama panggilan dan lembaga asalnya serta bisa ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, hobby, bintang film yang disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan ke tingkat pleno, misalnya dengan cara meminta kesediaan anggota-anggota kelompok yang memiliki keyakinan bisa memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika seluruh anggota kelompok telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama 9
  • 11. nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu.  Mintalah partisipan berpasang-pasangan, tetapi disarankan untuk berpasangan dengan partisipan lain yang belum/kurang dikenal. Kemudian setiap individu saling memperkenalkan diri kepada pasangannya (nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal, tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.). Jika setiap pasangan sudah selesai saling memperkenalkan dirinya, mintalah setiap pasangan untuk memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap orang memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya. Jika seluruh pasangan telah diperkenalkan, cobalah seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Dan mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu. Pencairan suasana ditujukan untuk membangun hubungan antar partisipan yang kondusif (suasana kesetaraan: tidak kaku, tidak formal, tidak ada sekat-sekat) untuk mencapai tujuan pelatihan dalam tingkat optimal. Pada akhir session ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal dan memiliki hubungan yang akrab. CATATAN PENTING: Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan dan pencairan suasana ini. Ajaklah secara persuasif (dengan melibatkan partisipan lainnya) agar mereka mau terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan pula membatalkan proses karena beberapa individu tidak bersedia terlibat. Untuk mempercepat perkenalan, peserta diminta menulis nama panggilan dan asal instansi pada secarik kertas dengan spidol dan ditempelkan pada dada sebelah kiri. SPB-B.2 PEMETAAN PEMAHAMAN DAN KAPASITAS PESERTA PENGANTAR Pemetaan kapasitas peserta di awal pelatihan akan sangat membantu melihat sejauhmana pelatihan memberi makna dalam peningkatan kapasitas peserta. Pemetaan juga membantu agar materi/pengetahuan yang akan disampaikan oleh para fasilitator dapat sepenuhnya diserap peserta tanpa ada satu diantara peserta merasa lebih tahu dari yang lain. Demikian juga untuk para fasilitator agar lebih memahami situasi kelas dan peserta pelatihan secara menyeluruh. 10
  • 12. TUJUAN:  Diperolehnya gambaran awal tingkat pemahaman pengetahuan dan ketrampilan peserta berdasarkan penilaian pribadi terhadap materi pelatihan dan sebagai bahan evaluasi di akhir pelatihan.  Diperolehnya gambaran tentang materi apa saja yang perlu mendapat penekanan lebih (terkait pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah, dll.) WAKTU: 30 menit METODE: Penugasan individual secara partisipatory menggunakan 2 cara yang dapat dipilih yaitu:  Cara 1: menempatkan diri pada salah satu jari raksasa yang dibuat di lantai, atau  Cara 2: memberi tanda (pakai spidol) atau menempelkan dot (kertas warna) pada lembar kertas lebar yang ditempel di dinding. ALAT BANTU: Kertas potong (meta plan) untuk menuliskan materi yang dipetakan (1 lembar untuk 1 pernyataan) dan menulis tingkatan (prosentasi) penguasaan materi oleh peserta.  (Cara1): Tali/kapur tulis/spidol untuk menggambar jari tangan raksasa sebagai tempat untuk berdiri peserta dalam mengklasifikasi dirinya, atau  (Cara2): Spidol/dot (jika mungkin untuk setiap peserta) dan Kertas karton manila atau Sticky cloth untuk menulis atau menempelkan dot-dot pilihan klasifikasi diri peserta. PROSES: a. Tuliskan materi pelatihan yang akan dipetakan pada kertas potong (meta plan) satu materi pada satu kertas dengan tulisan balok besar. Contoh “KONSEP DAN STRATEGI STBM”, “METODE CLTS”, “KETRAMPILAN MEMICU”, “METODE MONEV”, dll. tergantung pokok bahasan yang perlu dipetakan. b. Tuliskan pada kertas potong tingkatan/klasifikasi pengetahuan/ketrampilan peserta. Contoh: “0 – 20%”, “21-40 %”, “41-60%”, “61-80%” dan “81-100%”. c. Cara-1: Buatlah gambar telapak tangan raksasa dengan 5 jari (jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking) menggunakan tali, kapur tulis atau spidol. Letakkan masing masing klasifikasi pada jari jari tangan tersebut yaitu mulai tingkatan “0 – 20%” pada kelingking, kemudian tingkat berikutnya pada jari manis dan seterusnya hingga tingkat paling tinggi “81-100%” pada jari jempol. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat pemahamannya pada materi yang akan diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara bertahap, (satu persatu materi). Contoh: “Seberapa besar anda mengetahui tentang “KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk menempatkan dirinya pada salah satu jari yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait penguasaan materi yang ditanya. Hitung dan catat ada berapa orang yang berdiri pada masing masing jari. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih berdiri pada jari tertentu. 11
  • 13. Masing-masing Jari dapat diartikan: 1. Jempol: sudah tahu CLTS dan sudah trampil dalam memicu, dan mampu untuk menularkan pengetahuan CLTS kepada orang lain. 2. Telunjuk: sudah pernah melakukan pemicuan, program STBM pendekatannya CLTS 3. Jari Tengah: Tahu tentang prinsip-prinsip CLTS, tahu tentang instrumennya, dan juga tahu tentang elemen-elemennya, dan apa saja yang membuat orang mau berubah 4. Jari manis: Tahu (dari membaca) dan pernah mendengar (dari teman), tahu prinsip-prinsipnya, tetapi tidak tahu tentang elemen-elemennya d. Cara-2: Siapkan tabel besar pada kertas karton atau sticky cloth, berisi beberapa kolom (sesuai jumlah materi yang dipetakan) dan 5 baris untuk meletakkan klasifikasi tingkat penguasaan peserta terhadap materi sperti “0–20%” pada baris paling bawah, kemudian tingkat berikutnya pada baris ke 4 dan seterusnya hingga tingkat paling atas, “81-100%” pada baris ke satu. Tanyakan kepada peserta seberapa besar tingkat penguasaannya pada materi yang akan diberikan pada pelatihan ini. Tanyakan secara bertahap, (satu persatu materi). Contoh: “Seberapa besar anda mengetahui tentang “KONSEP DAN STRATEGI STBM?. Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk memberi tanda/menempelkan dot pada baris yang dipilih sesuai penilaian terhadap diri sendiri terkait penguasaan materi yang tercantum pada kolom pertama. Hitung dan catat ada berapa orang yang memberi tanda pada masing masing baris. Bisa ditanyakan juga secara acak kenapa peserta memilih baris tertentu. e. Pemetaan ini dilakukan kembali pada sesi akhir pelatihan sebagai bahan evaluasi untuk melihat kemajuan yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta sesuai yang dirasakannya. SPB-B.3 HARAPAN DAN KEKHAWATIRAN PENGANTAR Sessi ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran mereka selama mengikuti pelatihan. Harapan yang dimaksud adalah harapan para peserta sebagai output pelaksanaan kegiatan, biasanya berupa tambahan pengetahuan dan peningkatan kwalitas diri. Sedangkan yang dimaksud dengan kekhawatiran peserta biasanya berupa kekhawatiran akan proses yang kurang disukai, waktu yang tidak mencukupi dan tantangan lainnya yang mungkin akan dihadapi. Sessi ini penting dilakukan sebagai bahan masukan bagi tim fasilitator untuk bisa menindak lanjuti harapan dan kekhawatiran apa yang dapat dan yang tidak dapat diakomodir oleh tim fasilitator. Informasi ini juga berguna sebagai indikator evaluasi akhir pelatihan dengan melihat kembali harapan dan kekhawatiran peserta, apa yang bisa dicapai dan yang tidak. TUJUAN: Setelah sessi ini selesai diharapkan peserta dapat: 12
  • 14. o Memperoleh gambaran harapan yang ingin dicapai peserta selama pelatihan o Memperoleh gambaran ranah harapan peserta (pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah dll.) o Memperoleh gambaran kekhawatiran peserta yang perlu diantisipasi selama pelatihan. WAKTU: 45 Menit METODE: o Penggalian Informasi o Diskusi kelompok o Curah Pendapat ALAT BANTU:  Kertas potong untuk menuliskan pernyataan-pernyataan (1 lembar untuk 1 pernyataan) sejumlah sesuai keperluan, dalam 2 warna yang berbeda untuk pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN.  Spidol (jika mungkin untuk setiap peserta)  Sticky cloth untuk menempelkan kertas-kertas pernyataan. PROSES: 1. Bagi peserta ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok diminta mendiskusikan tentang HARAPAN dan KEKHAWATIRAN setiap individu dalam pelatihan. Setiap pernyataan ditulis dalam 1 lembar kertas potong dengan membedakan antara pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. Pernyataan yang sama cukup dituliskan 1 kali, sehingga tidak perlu terjadi duplikasi dalam kelompok. 2. Mintalah peserta meletakkan hasil diskusinya di lantai, pisahkan dalam area yang berbeda antara pernyataan-pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. 3. Ajaklah peserta untuk berkonsentrasi pada pernyataan-pernyataan HARAPAN. Sambil mengklarifikasi kejelasan setiap pernyataan, ajaklah peserta mengelompokkan rumusan- rumusan tersebut ke dalam beberapa jenis, yakni: PEMAHAMAN, METODE, KETRAMPILAN, STRATEGI/LANGKAH-LANGKAH, dan lain-lain. Tempelkanlah pernyataan- pernyataan sesuai jenisnya pada sticky cloth yang telah disiapkan. 4. Lanjutkan dengan membahas pernyataan-pernyataan KEKHAWATIRAN, namun sebatas mengklarifikasikan maksudnya dan membahas secara cepat tentang langkah untuk antisipasi, kemudian menempelkannya di sticky cloth. CATATAN PENTING: 1. Bisa jadi rumusan HARAPAN peserta ada yang hanya bisa dicapai pasca pelatihan. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena akan terklarifikasi pada saat pembahasan Tujuan dan Alur Pelatihan. 13
  • 15. 2. Demikian pula untuk pernyataan KEKHAWATIRAN, bisa jadi muncul pernyataan yang terlalu jauh ke depan, misalnya: takut uji coba gagal atau takut di lapangan nantinya tidak berhasil. Tetaplah melakukan pembahasan pernyataan serupa itu, karena akan menjadi modal untuk implementasi program. SPB-B.4 TUJUAN DAN ALUR PELATIHAN PENGANTAR: Pada sessi ini Fasilitator akan menjelaskan seluruh rangkaian kegiatan mulai dari hari pertama sampai berakhirnya kegiatan. Apa saja yang harus dipersiapkan peserta, sehingga seluruh proses kegiatan dapat dipahami dan para peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan. Pelatihan dan pembahasan seluruh materi dilakukan secara komprehensif minimal selama 3 hari, berikut 1 hari praktek di lapangan. TUJUAN: Pada akhir sesi, peserta memahami seluruh rangkaian kegiatan yang terkait satu dan lainnya sehingga dapat menyiapkan diri untuk mengikuti seluruh kegiatan dengan semangat keterbukaan dan ingin belajar serta berbagi pengalaman. WAKTU: 30 menit METODE: o Pemaparan fasilitator o Diskusi MATERI: o Rumusan Tujuan Pelatihan o Lembar Alur Pelatihan Diagram Alur Pelatihan (seperti bagan di bawah) ALAT BANTU: OHP/LCD/Papan Flipchart PROSES:  Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan diagram alur (tampilkan dalam visual besar atau power point). Pelatihan ini dirangkai dalam beberapa hari yang setiap sessinya diperlukan keterlibatan/ sumbang pikiran, ide serta pengalaman dari semua peserta.  Kegiatan ini merupakan pembahasan dan pembelajaran bersama dan tidak ada agenda/panduan baku. Isi materi dapat disesuaikan perkembangan setiap harinya.  Fasilitator menjelaskan bagaimana mengidentifikasi masalah serta bagaimana solusi-nya kemudian akan dipecahkan bersama pada forum diskusi interaktif. 14
  • 16. Pada proses kesepakatan dan perencanaan bersama, maka peserta akan diajak merangkai dan mengidentifikasi kegiatan apa, cara yang dapat dikembangkan di masyarakat setempat. Hal tersebut termasuk materi dan bagaimana melakukannya.  Jelaskan bagaimana rencana tindak lanjutnya, serta mereview setiap kegiatan pada akhir sessi. ALUR TAHAPAN PELATIHAN FASILITATOR STBM INTEGRASI PEMICUAN STOP BABS DAN CTPS Bagian – 1 Membangun Komitmen & Seleksi Bagian – 2 Pelaksanaan Pelatihan Pemicuan Lokasi & Fasilitator Pendekatan kepada pemerintah daerah Pendekatan CLTS dalam komponen Praktek Lapangan perilaku higienis (BAB+CTPS) Memilih Lokasi dan PEMBUKAAN 4. Diskusi pleno dengan (lanjutan) masyarakat dan parapihak. Seleksi calon 3. Tinja dan Penyakit Fasilitator ORIENTASI Menular PELATIHAN 4. Penerapan pendekatan Praktek Lapangan Refleksi, CLTS & upaya perubahan 1. Perkenalan & Pencairan Pembelajaran oerilaku higienis Suasana 1. Persiapan lapangan Praktek Lapangan 2. Pemetaan pemahaman 2. Pelaksanaan praktek & RTL Pelatihan 3. Harapan dan Kekhawatiran pemicuan dan perencanaan Tahapan Proses 4. Tujuan dan Alur Pelatihan masyarakat Fasilitasi di Pemetaan 5. Kontrak Belajar 3. Kompilasi temuan hasil Masyarakat praktek lapangan. pemahaman akhir, evaluasi 1. Tahapan Pemicuan pelatihan dan Pendekatan CLTS 2. Alat utama PRA dalam CLTS penutupan dalam komponen 3. Elemen pemicu perilaku higienis 4. Demonstrasi alat-alat PRA (BAB+CTPS) 5. Do and don’t 3. Sejarah Program PHBS 4. Tangga perubahan perilaku dan pilar STBM. H – 1bln H1 H2 H3 H4 Salah satu contoh diagram alur, minimum kebutuhan, dapat disesuaikan dengan lokasi dan agenda setempat. SPB-B.5 KONTRAK BELAJAR PEGANTAR: Kontrak belajar merupakan hal penting untuk membantu memperlancar proses belajar di kelas. Kontrak belajar merupakan kesepakatan bersama yang dibangun oleh para peserta dan sifatnya mengikat seluruh komponen yang terlibat dalam proses pelatihan. Hal-hal yang dibahas dalam kontrak belajar adalah kesepakatan aturan waktu, etika dalam menyampaikan pendapat, tata cara berpakaian serta aturan-aturan main lain yang mendukung kelancaran proses pelatihan berlangsung. 15
  • 17. TUJUAN: Setelah sessi ini diharapkan ada kesepakatan tentang:  Kontrak belajar yang mengikat seluruh peserta  Aturan main selama pelatihan  Membangun kenyamanan peserta selama proses belajar dan berbagi pengalaman. WAKTU: 30 Menit METODE: o Pemaparan fasilitator o Curah Pendapat MATERI: Jadwal Pelatihan ALAT BANTU: Papan dan Kertas Flipchart atau Laptop dan LCD PROSES: Kesepakatan tentang jadwal harian pelatihan 1. Siapkan jadwal/agenda pelatihan pada lembar flipchart atau media lain yang dapat dilihat oleh seluruh peserta, tampilkan 2 skenario (misalkan ), scenario 1 pelatihan dilaksanakan selama 3 hari efektif dan skenario 2, pelatihan dilaksanakan selama 2 hari efektif. Pilihan scenario didasarkan atas kondisi di masing-masing daerah. Catatan: jadwal/agenda disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. 2. Jelaskan jadwal harian tersebut 3. Jelaskan hubungan sistematis antara materi yang satu dengan lainnya 4. Jelaskan bahwa jadwal ini telah disusun sedemikian rupa agar proses pelatihan dapat diaplikasikan secara utuh serta apa keterkaitan antar setiap sessi. 5. Jelaskan peran berbagai pihak (Peserta, Fasilitator dan Panitia) dalam rangka keberhasilan pelatihan ini. 6. Fasilitator mengarahkan bahwa kesepakatan jam belajar harus dapat memenuhi seluruh kebutuhan akan materi yang telah disampaikan melalui Alur lokakarya sebelumnya. Catatan: Hal yang lumrah, bahwa peserta akan meminta waktu belajar yang singkat tanpa memperhitungkan lama waktu untuk menerima seluruh materi pembelajaran. 7. Kemudian mintalah pendapat peserta, apakah proses dan jadwal sudah dapat disetujui/disepakati bersama atau ada usulan dari peserta untuk lebih menyesuaikan jadwal dengan keadaan-keadaan peserta dan bukan mempersingkat waktu, dsb. 8. Mintalah pendapat peserta tentang aturan-aturan dasar yang bisa mendukung kelancaran proses pelatihan berlangsung. Misalnya:  Tidak merokok selama proses pelatihan berlangsung  Hadir tepat waktu (jam mulai/berakhir pelatihan dapat ditentukan bersama) 16
  • 18. Tidak membunyikan Telephone secular selama pelatihan berlangsung (kalaupun ingin tetap diaktifkan, cukup dengan setting nada getar) dsb. 9. Sepakati aturan main tersebut, dan jelaskan bahwa aturan main yang disusun tersebut mengikat semua peserta (termasuk fasilitator). Bila memungkinkan, sepakati pula sangsi yang akan diberikan jika ada yang melanggar aturan main tersebut. 10. Setelah disepakati, tempelkan kontrak belajar dan aturan main ini ditempat yang mudah terlihat agar bisa selalu terbaca oleh peserta pelatihan. 11. Jika dibutuhkan, ajaklah peserta berpartisipasi sebagai:  Time keeper  Ice breaker  Evaluator 17
  • 19. C. SESI – PENDEKATAN CLTS DALAM KOMPONEN PERILAKU HIGIENIS (BAB+CTPS) SPB-C.1 PEMETAAN SEJARAH PROGRAM PHBS (HYGIENE) DAN SANITASI PENGANTAR Kegiatan ini untuk memetakan pemahaman dan persepsi individu maupun kelompok tentang perilaku higienis di masyarakat yang terkait dengan 5 pilar STBM, termasuk di lingkungan sekolah. Lebih luasnya bagaimana program-program yang telah ada dapat efektif untuk tujuan perubahan perilaku. TUJUAN: Setelah sessi ini diharapkan: o Peserta mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat (termasuk lingkungan sekolah) yang terkait dengan pilar-pilar STBM. o Peserta memperoleh informasi tentang keberhasilan, kekuatan, kelemahan dan keberlanjutan proyek PHBS dan/atau sanitasi sebelumnya. o Peserta memahami perbedaan paradigma antara program-program yang lalu dengan kecenderungan saat ini. WAKTU: maksimal 120 menit METODE: Alternatif 1 Alternatif 2  Diskusi kelompok  Presentasi tentang proyek  Presentasi Kelompok  Diskusi kelompok  Diskusi Pleno  Diskusi pleno  Presentasi / penjelasan MATERI: Pengalaman pengelolaan proyek-proyek hygiene dan sanitasi yang pernah dilaksanakan di kabupaten/kota dan telah berlangsung/selesai. ALAT BANTU: o Sarana dan prasarana untuk presentasi sesuai dengan ketersediaan setempat seperti: Kertas plano, spidol, kertas metaplan, dll. PROSES: Alternatif – 1 (jika mayoritas peserta telah memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program higiene dan sanitasi sebelumnya): a. Ajukan pertanyaan kepada peserta tentang proyek sanitasi yang pernah dan sudah selesai dilaksanakan di kabupaten/wilayah ini. Sepakatilah dengan peserta 2-3 program/proyek 18
  • 20. yang akan dianalisa bersama tentang KELEBIHAN, KEKURANGAN, KEBERLANJUTAN dan PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI pasca proyek tersebut. b. Minta peserta berbagi dalam 2-3 kelompok sesuai dengan keterlibatan atau pemahamannya terhadap program/proyek yang akan dianalisa. Minta peserta yang tidak pernah terlibat atau kurang paham terhadap program/proyek yang akan dianalisa untuk bergabung di salah satu kelompok. Aturlah agar jumlah peserta setiap kelompok relative berimbang termasuk laki dan perempuannya. c. Minta setiap kelompok untuk menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi pilihannya (selama 30 menit) dengan pokok-pokok kajian, sebagai berikut:  KELEBIHAN  KEKURANGAN  KEBERLANJUTAN  PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI d. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya selama 10 menit. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi. e. Kembangkanlah diskusi pleno untuk mengkaji setiap program/proyek yang sudah dipresentasikan terkait dengan hal-hal sebagai berikut: o Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat? o Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat? o Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana? o Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek? o Bagaimana pendekatan yang dikembangkan? o Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?. f. Di akhir diskusi, bersama peserta, fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi dari program terdahulu kepada kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam tabel di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar): Program-program terdahulu Kecenderungan saat ini (biasanya Target Oriented) ­ Perkembangan jumlah sarana ­ Perubahan perilaku dan kesehatan ­ Subsidi ­ Solidaritas social ­ Model-model sarana disarankan oleh ­ Model-model sarana digagas dan pihak luar dikembangkan oleh masyarakat ­ Sasaran utama adalah kepala keluarga ­ Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh ­ Top down ­ Bottom up ­ Fokus pada: Jumlah jamban ­ Fokus pada: Berhentinya BAB di sembarang tempat ­ Pendekatannya bersifat ‘blue print’ ­ Pendekatannya lebih fleksibel. Alternatif – 2. (Jika hanya sebagian kecil peserta yang memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program sanitasi sebelumnya) 19
  • 21. a. Sebelum proses di dalam kelas (bisa sehari atau beberapa jam sebelumnya), mintalah kepada beberapa peserta (3-4 orang) yang berpengalaman dalam pengelolaan proyek/program sanitasi (yang telah selesai) untuk mempersiapkan presentasi pengalamannya tentang proyek/program tersebut, terutama mengenai hal-hal sebagai berikut:  KELEBIHAN  KEKURANGAN  PENCAPAIAN PADA AKHIR PROYEK/PROGRAM b. Berikanlah kesempatan kepada beberapa peserta yang telah ditugasi, untuk mempresentasikan pengalamannya tentang proyek/program sanitasi yang pernah dikelolanya, masing-masing sekitar 10 menit. c. Jika presentasi sudah selesai, berikanlah kesempatan (10 menit) kepada peserta yang ingin mengajukan pertanyaan klarifikasi (memperjelas informasi saja). Jagalah proses agar tidak masuk ke tingkat analisa. d. Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai jumlah proyek/program yang telah dipresentasikan. Mintalah kepada setiap kelompok untuk berperan ceritanya sebagai Konsultan Internasional dari negara lain yang sedang melakukan kajian, dan mintalah kepada setiap peserta yang telah mempresentasikan pengalamannya untuk berperan sebagai Project Director. Tugaskanlah kepada setiap kelompok Konsultan Internasional untuk melakukan wawancara mendalam (selama 15 menit) kepada Project Director (satu kelompok mewawancarai satu project director). Adapun topik wawancara terutama berpusat kepada topik:  KEBERLANJUTAN  PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI  APAKAH ADA DESA YANG SUDAH 100% BEBAS DARI BAB DI TEMPAT TERBUKA? e. Berikanlah kesempatan kepada setiap kelompok (Konsultan Internasional) untuk mempresentasikan temuan-temuannya dari hasil wawancara yang dilakukannya, termasuk kesimpulannya tentang keberhasilan proyek/program yang dikaji utamanya terkait dengan keberlanjutan (operation and maintenance serta pengembangan) dan keberhasilan memfasilitasi masyarakat mencapai 100% bebas dari BAB di tempat terbuka. Waktu untuk presentasi setiap kelompok sekitar 5 menit saja. f. Setelah seluruh kelompok (Konsultan Internasional) mempresentasikan hasil kajiannya, kembangkanlah diskusi pleno untuk membahas beberapa hal berikut ini:  Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat?  Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat?  Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana?  Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek?  Bagaimana pendekatan yang dikembangkan?  Siapa yang merancang kegiatan program/proyek?  Bagaimana keberlanjutan program? Jika tidak berlanjut, mengapa? 20
  • 22. Apakah ada yang berhasil memfasilitasi desa yang 100% bebas dari BAB di tempat terbuka? Jika tidak, mengapa? g. Di akhir diskusi, bersama-sama dengan peserta, Fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi dari program terdahulu ke kecenderungan saat ini seperti terlihat didalam tabel di bawah ini (isi tabel ini hanya sebagai contoh, bukan kondisi standar): Program-program terdahulu Kecenderungan saat ini (biasanya Target Oriented) ­ Perkembangan jumlah sarana ­ Perubahan perilaku dan kesehatan ­ Subsidi ­ Solidaritas social ­ Model-model sarana disarankan oleh ­ Model-model sarana digagas dan pihak luar dikembangkan oleh masyarakat ­ Sasaran utama adalah kepala keluarga ­ Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh ­ Top down ­ Bottom up ­ Fokus pada: Jumlah jamban ­ Fokus pada: Berhentinya BAB di sembarang tempat ­ Pendekatannya bersifat ‘blue print’ ­ Pendekatannya lebih fleksibel. CATATAN PENTING: Berikanlah tekanan-tekanan pada beberapa hal berikut ini: 1. Perubahan sikap dan perilaku lebih memungkinkan untuk terjadinya perkembangan sarana dibandingkan sebaliknya. 2. Dukungan subsidi sanitasi mendorong ketergantungan, sehingga keberlanjutan melemah. 3. Program/proyek yang dirancang oleh masyarakat sendiri, akan meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab mereka. SPB-C.2 TANGGA PERUBAHAN PERILAKU PILAR-PILAR STBM PENGANTAR: Kondisi perilaku sanitasi masyarakat yang menjadi sasaran intervensi pelaksanaan STBM tentunya berbeda satu dengan lainnya. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi upaya intervensi maupun capaian perubahan perilakunya. Sasaran perubahan perilaku dalam STBM sendiri meliputi 5 pilar perilaku yaitu 1). Menghentikan kebiasaan BAB sembarangan, 2). Membiasakan cuci tangan memakai sabun dan air mengalir, 3). Mengelola air minum dan makanan secara aman, 4). Mengelola sampah rumah tangga dengan aman dan 5). Mengelola limbah cair dari rumah tangga dengan aman. Pencapaian suatu masyarakat pada status Sanitasi Total adalah pada kondisi suatu masyarakat telah mencapai ke-lima pilar STBM. Status Sanitasi Total tersebut tentunya tidak dicapai secara sekaligus tetapi memerlukan tahapan proses. Tangga perubahan perilaku STBM dapat menggambarkan proses pencapaian tahapan status untuk mencapai suatu komunitas masyarakat yang telah ber Sanitai Total. 21
  • 23. TUJUAN: Peserta mampu menjelaskan tahapan perkembangan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi yang bisa dikembangkan oleh masyarakat. WAKTU: Maksimal 30 menit METODE: - Pemaparan - Diskusi Pleno MATERI: Matriks/Bagan Tangga Perubahan Perilaku dalam STBM PROSES: Dengan menggunakan matriks/bagan Tangga Perubahan Perilkau STBM yang diperbesar (sehingga bisa dilihat secara jelas oleh peserta dalam satu ruangan), jelaskanlah tahapan- tahapannya sambil mengidentifikasi indikator-indikator pencapaiannya baik terkait perubahan perilaku maupun peningkatan akses. Tegaskanlah beberapa hal penting berikut ini:  Upaya perubahan perilaku STBM ini hendaklah dimulai dari pilar pertama Stop BABS baru kemudian beranjak ke pilar-pilar lainnya misalnya CTPS. Karena pilar ini sangat dominan dalam pemutusan alur kontaminasi. Konsep pemberdayaan yang diterapkan dalam pendekatan STBM juga akan memudahkan pencapaian pilar-pilar lain pada tahap berikutnya.  Pada kondisi pilar pertama sudah tercapai (komunitas dalam status Stop BABS/ODF) maka untuk tahapan-tahapan berikutnya tidaklah berarti proses pengembangan harus dimulai dari pilar berikutnya secara berurutan. Pengembangan bisa dimulai dari pilar manapun sesuai permasalahan utama, potensi dan kemampuan masyarakat. SPB-C.3 TINJA DAN PENYAKIT MENULAR 3.1. DIAGRAM – F PENGANTAR Salah satu cara dalam merancang pola pembelajaran perilaku higienis dan sanitasi sebaiknya berisi hasil pengamatan mengenai penyakit, sikap dan perilaku yang ada di masyarakat sekitar. Topik yang perlu diberikan adalah mengenai hubungan antara persoalan higienis dan sanitasi dengan penyakit yang ditimbulkan, dalam hal ini bagaimana tinja dapat masuk ke dalam mulut manusia serta media penyebarannya dan bagaimana mencegahnya; Penyakit berbasis lingkungan yang banyak muncul di masyarakat dapat digali dari peserta pelatihan dan bagaimana cara menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh tinja. 22
  • 24. TUJUAN: Peserta pelatihan diharapkan dapat:  Mengidentifikasi penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang buruk, dampak serta upaya pencegahannya.  Gambaran bagaimana Tinja dapat masuk ke mulut manusia  Menggali alasan kenapa perilaku STBM belum maksimal WAKTU: 30 menit METODE:  Demo alur kontaminasi (Diagram F)  Diskusi interaktif (dapat dilakukan berkelompok) ALAT BANTU/Media: Kertas Plano, Spidol, Sticky Cloth, kertas metaplan, gambar-gambar dalam Diagram F PROSES: a. Fasilitator dapat membagi peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil misalnya; pembagian kelompok dapat dibagi berdasarkan: 1) Kelompok Masyarakat Desa ODF 2) Kelompok Masyarakat Desa Non ODF 3) Sekolah dari lingkungan ODF 4) Sekolah dari lingkungan Non ODF b. Tanyakan kepada peserta apakah salah-satu anggota keluarga pernah kena diare dan tanyakan perasaannya, dan tindakan apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?. Hal ini untuk membangkitkan emosi (takut anaknya kena penyakit, kehilangan anaknya karena tidak tertolong) agar lebih peduli dengan keadaan lingkungannya, agar tidak tercemar. c. Beberapa kelompok dapat dibekali dengan gambar-gambar diagram F, sementara kelompok lain dapat dibiarkan berdiskusi sesuai pengetahuan dan pengamatan masing2, untuk kemudian dituangkan dalam bentuk gambar. Hal ini nanti dapat menjelaskan kepada peserta pelatihan bahwa tanpa dibekali gambar-gambar (Diagram F), peserta dapat menggambarkan Alur Kontaminasi. d. Hasil diskusi dapat ditempel di dinding (sticky cloth, jika ada) dan masing-masing perwakilan kelompok menjelaskan hasilnya. e. Pada tahap ini fasilitator dapat membahas bagaimana banyak jalur yang mungkin menjadikan tinja akhirnya masuk ke mulut misalnya:  Tinja dapa tmeresap ke sumber air sumur melalui tanah  BAB di sungan menyebabkan Sumber air tercemar, dipakai untuk mandi, gosok gigi, mencuci makanan  Lalat yang membawa kotoran ke makanan 23
  • 25. Tangan setelah dipergunakan untuk cebok, tetapi tidak CTPS f. Fasilitator akan menggali kembali baimana caranya agar tinja tidak masuk ke mulut hal tersebut yang dinamakan pencegahan, agar penyakit-penyakit seperti Diare, ISPA, dan Cacingan dapat dicegah. Penjelasan awal; bagaimana kotoran manusia yang merupakan sumber penyakit (seperti: diare, kulit, pernafasan/ISPA, tipus, penyakit mata, disentri, polio, kecacingan) dapat masuk ke dalam mulut. Fasilitator hanya menampilkan/menggambar Gambar awal yaitu gambar kotoran manusia dan gambar mulut. 3.2. BLOCKING, CARA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT PENGANTAR: Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perilaku manusia di atas sebenarnya dapat dihindari/dicegah dengan cara yang sangat sederhana dan murah. Hal ini dapat dijelaskan melalui pendekatakan partisipatif tanpa harus mengajarkan kepada peserta pelatihan. TUJUAN: Peserta pelatihan dapat mengerti perilaku baik/cara pencegahan/blocking untuk menghindari penyebaran penyakit. METODE: Diskusi interaktif, WAKTU: 25 menit. ALAT BANTU:  Kertas metaplan  Spidol  Selotip PROSES: a. Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk menambahan gambar blocking/ pencegahan pada gambar Diagram F yang telah dibuat sebelumnya misalnya: “Pencegahan pertama dan utama adalah: BAB di jamban” b. Fasilitator akan menanyakan kembali “jika masyarakat telah BAB di Jamban apakah masih mungkin tinja masuk ke mulut?” Pada sessi ini diharapkan fasilitator lebih mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat menggali pengetahuan bloking lebih banyak dari peserta pelatihan tanpa harus menggurui peserta. c. Kemungkinan jawabannya adalah: masih mungkin, jika;  Jarak lubang penampungan tinja dengan Jamban terlalu dekat, maka tinja dapat meresap melalui tanah ke sumber air (minimal jaraknya 10-15 meter, kecuali di 24
  • 26. daerah padas, tergantung lapangan/lingkungannya atau telah menggunakan septic- tank yang betul-betul kedap air).  Melalui jari tangan, jika setelah cebok tidak Cuci Tangan Pakai Sabun, maka Blocking kedua dengan CTPS. Jari tangan yang terkena kotoran tinja harus dicuci dengan air mengalir dan sabun sebelum kita mengambil makanan (setelah BAB, setelah dari kebon/sawah).  Blocking/pencegahan ketiga adalah Mengelola makanan dan minuman, misal dengan mencuci, menutup makanan dan mencuci wadahnya, juga memasak air untuk minum. Catatan: Yang paling penting dan mudah dilakukan adalah pencegahan melalui CTPS dan bagaimana upaya peserta bersama-sama untuk berkomitment membentuk kebiasaan CTPS menjadi budaya sehari-hari dan ditularkan kepada orang terdekatnya. Cerita pengalaman di Jombang: Fasilitator berkunjung ke sekolah dan bertanya apakah anak-anak melakukan CTPS di sekolah, di sekolah tersebut ada fasilitas, dan para siswa sangat paham akan pentingnya CTPS, tetapi tidak ada sabun tersedia di sana. Setelah diajak berdiskusi dengan gembira dan tanpa paksaan, para murid sepakat untuk iuran dan membeli sabun, yang kemudian dipakai bersama-sama di sekolah mereka. Hal tersebut menjadi pembelajaran bahwa anak siswa SD-pun dapat mandiri dan tidak perlu meminta dari sekolah/guru. d. Penyegaran: Setelah sesi di atas, peserta pelatihan umumnya mulai jenuh. Fasilitator diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan dengan cara memberikan acara selingan PENYEGARAN (ice breaking). Tujuan:  Menghilangkan kelelahan  Membuat peserta kembali segar dan bersemangat untuk sesi selanjutnya Metode Mendengarkan dan menyanyi bersama lagu CTPS dan teks lagu ditayangkan melalui tulisan besar pada kertas plano atau melalui Power Point. Catatan Fasilitator: Metode ini juga dapat dikembangkan ketika pola pembelajaran CTPS kepada anak-anak yang dapat dilakukan melalui lagu (dengan cara gembira dan ceria) 25
  • 27. Langkah-langkah: 1. Fasilitator dapat memutar lagu CTPS yang diperdengarkan kepada seluruh peserta pelatihan, ditayangkan bersama teks lagu tersebut 2. Peserta diminta untuk menghafalkan lagu tersebut, dan meminta peserta untuk membuat kreasi lagu masing-masing terkait perilaku /kebiasaan CTPS. Contohnya: (disadur dari lagu ayo Tepuk Tangan) Kalau kau mau sehat cuci tangan Kalau kau mau sehat cuci Tangan Cuci Tangan Pakai sabun dengan air mengalir Cuci Tangan Pakai Sabun…! 3. Lagu tersebut dapat diajarkan dan dinyanyikan bersama-sama di kelas. SPB-C.4 PENERAPAN PENDEKATAN CLTS DAN UPAYA PERUBAHAN PERILAKU HIGIENIS (BAB DAN CTPS). PENGANTAR Pendekatan CLTS dianggap dapat menunjang keberhasilan STBM, dalam merubah perilaku masyarakat. Belajar dari pengalaman berbagai daerah di Indonesia dan juga negara berkembang lainnya, dapat menjadi pemicu untuk percepatan program sanitasi secara menyeluruh. CLTS merupakan metode/pendekatan yang inovatif untuk memobilisasi masyarakat agar tidak melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan. Masyarakat difasilitasi untuk menilai dan menganalisa sendiri dan kemudian merumuskan sendiri apa yang harus dilakukan untuk mencapai perubahan perilaku tersebut. Kemudian metode/pendekatan ini dikembangkan untuk dapat mempercepat perubahan perilaku higienis lainnya seperti Cuci Tangan Pakai Sabun. Pendekatan sebelumnya yang berorientasi subsidi sebagai insentif menciptakan budaya ketergantungan terhadap subsidi dan akhirnya penyebaran penyakit berbasis lingkungan terus berlanjut. Sebaliknya CLTS berfokus pada perubahan perilaku untuk memastikan perbaikan nyata dan berkelanjutan dengan cara investasi pada mobilisasi/pemberdayaan masyarakat dan bukan pada pemberian fasilitas/hardware kepada individu/rumah tangga. Kesadaran bahwa selama masih ada BABS (meskipun satu orang saja), masih beresiko tertular penyakit. Metode CLTS inipun nantinya diterapkan di Sekolah, dimana murid berpartisipasi aktif dalam mengembangkan dan mempercepat program sanitasi di sekolah. Pembelajaran yang berpusat pada anak artinya karakteristik dan kebutuhan anak menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan belajar anak dalam memahami persoalan-persoalan sanitasi dan higienis. 26
  • 28. 4.1. PENGALAMAN CLTS DI BERBAGAI NEGARA/DAERAH TUJUAN:  Peserta memahami pengertian metode CLTS  Peserta memperoleh gambaran pengalaman penerapan CLTS di berbagai negara/ daerah WAKTU: maksimal 120 menit METODE:  Pemutaran film  Refleksi atas pengalaman program sanitasi di Indonesia  Penjelasan konsep CLTS dan pengalaman di berbagai negara/daerah  Diskusi Pleno MATERI:  Film: Awakening (Indonesia)/ CLTS di Maharashtra (India)  Materi: CLTS ALAT BANTU: VCD Player, screen. PROSES: a. Putarlah film (sebelumnya berikan pengantar bahwa peserta diminta untuk menyimak apa yang dilihatnya di film tersebut). b. Diskusikan dengan peserta pengalaman atau pengetahuan apa yang didapat dari film tersebut. c. Lanjutkanlah dengan penjelasan tentang Konsep CLTS dan Pengalaman di Berbagai Negara/Daerah. d. Bukalah ruang bagi proses tanya jawab dan diskusi pleno untuk memperjelas berbagai hal yang mungkin diragukan oleh peserta. Catatan:  Dari Film yang telah diputar, peserta diminta untuk menyampaikan apa yang diamati. Tugas pemandu bukan menyuluh tetapi menyadarkan masyarakat itu sendiri sehingga: o Pertama, dapat menjalin hubungan kebersamaan adalah merupakan cara yang paling efektif. Tanpa diperintah masyarakat bisa melaksanakan pembuatan jamban-nya dengan usaha sendiri, o Kedua, bersama masyarakat menuju ke tempat yang kurang sehat, kemudian ditunjukkan kepada masyarakat agar mereka sadar apakah yang dilakukan itu baik atau tidak, o Pemetaan, wilayah buang air besar (dimana tempat masyarakat BAB), o Hitung tinja, agar tahu jumlah tinja sehingga menimbulkan rasa malu dan jijik, 27
  • 29. o Selanjutnya adalah analisa dan dialog serta rencana kerja; apa yang harus dilakukan masyarakat, kemudian terjadi kesepahaman tentang kesadaran masyarakat untuk tidak BAB sembarangan, o Ada penghargaan dari pihak luar (pemerintah) bagi wilayah yang sudah tidak BAB sembarangan.  Fasilitator mengingatkan berdasarkan point-point tersebut tentang proses dari pendekatan CLTS, yang telah dipahami oleh peserta melalui Film yang diputar.  Inisiatif kesadaran masyarakat, kebersamaan, berdiskusi dengan masyarakat kemudian dianalisa, dipancing dengan bertanya kepada masyarakat, misalnya: o Apa yang Ibu/Bapak rasakan dengan kondisi seperti ini (fasilitator/pemandu diusahakan untuk tidak memperlihatkan rasa bau, jijik dll, agar masyarakat sendiri yang merasakannya). o Bertanya lagi kepada yang lain misalnya; “jika tetangganya melakukan perilaku BAB di sekitar lingkungan kita, apa yang dirasakan merasa tega tidak….?” Dst. (hal ini penting untuk memancing kebersamaan dan rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya). Biarkan masyarakat yang menilai masyarakat lain, sehingga terjadi reaksi dan interaksi dinamis diantara masyarakat). 4.2. PRINSIP-PRINSIP CLTS TUJUAN:  Peserta memahami, menerima dan berkomitmen untuk memegang prinsip-prinsip CLTS. WAKTU: Maksimal 90 menit. METODE: 1. Presentasi / penjelasan 2. Diskusi kelompok 3. Diskusi pleno MATERI: Prinsip – prinsip CLTS: non subsidi, masyarakat sebagai pemimpin, tidak mengajari, tidak memaksa dan tidak mempromosikan, totalitas ALAT BANTU: Potongan–potongan kartu (metaplan), spidol, flipchart, kertas A4 untuk menggambar dan sticky cloth. PROSES:  Awali dengan melempar pertanyaan: a. Siapa yang tadi pagi masih BAB sembarangan? b. Siapa yang SEMINGGU lalu masih BAB sembarangan? c. Siapa yang SEBULAN lalu masih BAB sembarangan? 28
  • 30. d. Siapa yang SETAHUN – 10 TAHUN lalu masih BAB sembarangan? Faktanya adalah, pada umumnya kita pernah melakukan BAB sembarangan, meskipun sudah lama sekali terjadinya, dan faktanya lagi bahwa sampai sekarang masih banyak masyarakat yang BAB sembarangan. Mereka sangat paham, kapan, dimana dan bagaimana melakukan BAB sembarangan. Masyarakat yang BAB sembarangan itu akan lebih tahu dibanding kita disini. Jika kita datang ke masyarakat tersebut untuk menganalisa, tentang BAB sembarangan, maka yang harus memberitahu kita adalah masyarakat, dan kita justru harus belajar dari mereka. Kesimpulannya: KITA akan datang ke masyarakat dengan tujuan belajar seolah sebagai MURID, sedangkan masyarakat akan berada pada posisi seolah sebagai GURU. Hal inilah yang mendasari prinsip metode CLTS yang tidak mengajari/menggurui. Selama ini pendekatan kita sering dengan mengajari dan menyuluh masyarakat. Melalui pelatihan ini kita bersama-sama merubah pendekatan mengajari masyarakat menjadi belajar dari masyarakat dengan metode CLTS yang lebih mudah untuk merubah perilaku masyarakat.  Fasilitator meyakinkan peserta harus siap untuk: a. Belajar dari masyarakat b. Tidak mengajari masyarakat c. Tidak menyuluh kepada masyarakat d. Selalu kritis e. Senang mendengar f. Sering bertanya g. Selalu sabar  Kemudian Fasilitator menjelaskan “prinsip dasar CLTS”, dan membuka diskusi yang berkaitan dengan materi. 4.3. TIGA (3) FONDASI PRA DALAM CLTS TUJUAN:  Peserta memahami konsep 3 fondasi PRA dalam CLTS.  Peserta memahami dan berkomitmen merubah sikap dan kebiasaan dalam memfasilitasi masyarakat dari “konsep atas – bawah” (upper – lower) menjadi “pembelajaran bersama”. WAKTU: 30 Menit METODE: - Pemaparan Fasilitator - Diskusi Kelompok - Diskusi Pleno 29
  • 31. MATERI: Visualisasi 3 pilar PRA: segitiga komponen perubahan perilaku (personal, institusional, dan profesional) sharing dan metode. PROSES:  Fasilitator menjelaskan tentang 3 pilar PRA yang menjadi dasar CLTS.  Fokuskan pada perubahan perilaku dan kebiasaan  Mulai arahkan peserta bahwa perubahan sikap dan perilaku kebiasaan dari fasilitator (di komunitas) adalah hal yang terpenting, karena jika perubahan telah terjadi maka 2 fondasi lainnya yaitu akan terjadi berbagi info dan pengalaman serta metode bisa dilaksanakan. 4.4. Tingkatan Partisipasi TUJUAN: Mengeksplorasi variasi dan wilayah sudut pandang peserta pelatihan tentang keikutsertaan masyarakat dan mendapatkan pengertian umum pada tipe dan tingkat partisipasi masyarakat yang dibutuhkan pada CLTS. WAKTU: 30 Menit METODE: - Presentasi/Pemaparan Fasilitator - Diskusi Kelompok - Diskusi Pleno ALAT BANTU:  Potongan-potongan kartu (metaplan)  Spidol  Flipchart  Kertas A4 untuk menggambar  Sticky cloth (jika ada), hasil dapat ditempel di dinding ruang kelas MATERI: Visualisasi 4 tingkatan partisipasi masyarakat PROSES:  Minta masing-masing peserta menggambarkan contoh partisipasi masyarakat dari pengalaman sendiri yang mereka pahami dalam bentuk gambar (masing-masing mengambil selembar kertas dan alat tulis/gambar). 30
  • 32. Sementara mereka membuat gambar, trainer menyiapkan kartu-kartu yang bertuliskan tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan tertinggi): Menerima Informasi Membuat keputusan secara Diajak Berunding bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar Mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan  Tempelkan keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain yang sudah diberi perekat (sticky cloth). Tanpa memberikan tingkatan partisipasi  Jika peserta selesai menggambar, minta untuk menempelkan gambar-gambar tersebut di dinding. Minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-gambar tersebut, minta untuk mengelompokkan gambar mereka kedalam kelompok-kelompok tingkat partisipasi mana yang ada dalam keempat kelompok tersebut.  Minta peserta untuk membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai tertinggi (dimulai dengan tingkat terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada diantaranya).  Tanyakan pada tingkat partisipasi mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan CLTS. Fasilitasikan beberapa diskusi tentang hal tersebut sekitar 5-10 menit, kemudian minta peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang seharusnya ada, Akhiri dengan konsensus dari hasil pilihan tersebut. 31
  • 33. D. SESI – TAHAPAN PROSES FASILITASI DI MASYARAKAT PENGANTAR Pemicuan didasarkan pada rangsangan kolektif terhadap rasa jijik dan malu menghadapi fakta- fakta yang sederhana tentang buang air besar sembarangan dan akibat negative yang ditimbulkannya serta ditanggung oleh seluruh komunitas. Asumsi dasar yang dipakai adalah bahwa tidak ada manusia yang tidak bergerak ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah makan tinja orang lain atau tinja dirinya sendiri. Tujuan dari apa yang dilakukan fasilitator adalah benar-benar membantu para anggota komunitas agar mereka dapat melihat perilaku mereka sendiri bahwa buang air besar sembarangan adalah menjijikkan dan berakibat pada lingkungan hidup yang buruk dan tidak sehat dan pada akhirnya berakibat fatal pada kehidupan manusia itu sendiri. Tentu semua tergantung pada komunitas bersangkutan untuk mengambil keputusan bagaimana cara mereka menangani masalah dan mencari jalan keluar atau tindakan yang sesuai dengan semangat dan kemampuan mereka. Fasilitator akan menyediakan alat-alat bantu (tools) untuk memicu warga dalam melakukan perubahan dan rencana tindakan secara kolektif. TUJUAN 1. Peserta memahami tahapan proses fasilitasi di masyarakat. 2. Peserta memahami alat-alat PRA yang digunakan untuk proses pemicuan. 3. Peserta menemukan dan menyepakati elemen-elemen pemicu dan faktor-faktor penghambat pemicuan (serta alat yang paling sesuai untuk masing-masing elemen pemicuan) baik yang bersifat umum maupun spesifik lokal. 4. Peserta memiliki ketrampilan dasar memfasilitasi CLTS dengan alat-alat utama yang disepakati. 5. Peserta memahami dan berkomitmen tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari saat fasilitasi di masyarakat (do and don’t). WAKTU: Maksimum 270 menit (termasuk simulasi alat-alat utama PRA dalam CLTS) METODE: - Diskusi Kelompok terfokus (FGD) - Simulasi - Diskusi Plano ALAT BANTU:  Kertas potong (metaplan) untuk menuliskan pernyataan-pernyataan dan simulasi alur kontaminasi  Bubuk Kapur/tepung beberapa warna (untuk peta sosial)  Air minum untuk peragaan kontaminasi  Air bersih untuk peragaan kontaminasi  Tepung kanji yang telah diolah menjadi lem  Cairan Obat merah atau yodium  Ember/kobokan 32
  • 34. SPB-D.1 GAMBARAN UMUM TAHAPAN PEMICUAN PROSES:  Tanyakan kepada peserta siapa yang sudah pernah melakukan pemicuan?.  Jika ada yang berpengalaman, minta bercerita secara singkat bagaimana dilakukan sejak persiapan (sebelum ke lapangan).  Fasilitator merangkum cerita tersebut menjadi urutan/tahapan dalam rangkaian pemicuan (lihat dan gunakan bahan bacaan) yaitu kegiatan-kegiatan Pra Pemicuan – Pemicuan dan Pasca Pemicuan.  Lakukan diskusi “apa yang penting pada tahap PRA PEMICUAN?”, “apa yang penting pada tahap PEMICUAN” dan “apa yang penting pada tahap PASCA PEMICUAN?”.  Rangkum hasil diskusi dan gunakan bahan bacaan dan perkuat pengalaman peserta. SPB-D.2 ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS PROSES:  Tanyakan kepada peserta siapa yang pernah mengenal dan mengimplementasikan metode Participatory Rural Appraisal (PRA).  Jika sebagian ada yang sudah mengenal, minta peserta untuk menyebutkan alat-alat PRA apa saja yang dipakai untuk fasilitasi di masyarakat, yang berkaitan dengan program sanitasi.  Jika belum ada yang mengenal PRA, kenalkan secara ringkas alat-alat utama PRA yang akan dipakai seperti pemetaan, transect walk, alur kontaminasi, dll. Berikan penjelasan singkat berkaitan dengan tujuan dari alat tersebut.  Jelaskan bahwa alat-alat tersebut bukan tujuan, tetapi hanya sebagai alat bantu bagaimana masyarakat bisa mengambil keputusan dan merencakan perubahan. SPB-D.3 ELEMEN-ELEMEN PEMICU DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PEMICUAN PROSES:  Bagi peserta menjadi 4 kelompok, kemudian minta mereka mendiskusikan dalam kelompok (selama 15-20 menit) topik berikut ini: 1) Kelompok 1 dan 2: Elemen-elemen apa yang bisa digunakan untuk memicu masyarakat dalam perubahan di bidang sanitasi? 2) Kelompok 3 dan 4: Hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam pemicuan di masyarakat?  Setiap jawaban dituliskan dalam lembar-lembar kertas (metaplan), setiap lembar untuk 1 pernyataan.  Minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya: 33
  • 35. 1) Mulailah dengan kelompok 1 dan 2, lakukanlah klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada elemen-elemen yang relevan namun tidak terungkap 2) Kembangkan diskusi pleno untuk merumuskan bersama alat-alat PRA yang tepat untuk digunakan dalam pemicuan setiap elemen. 3) Lanjutkan dengan kelompok 3 dan 4, lakukan juga klarifikasi dan pendalaman agar tidak ada hal-hal yang relevan namun tidak terungkap. 4) Kembangkan diskusi pleno untuk menegaskan bahwa hal-hal tersebut harus kita hindari dalam proses pemicuan disertai alasannya.  Kembangkan diskusi mendalam untuk menemukan elemen-elemen dan hal-hal yang spesifik terkait dengan komunitas tertentu yang mungkin tidak tepat pada komunitas lainnya. Lakukan penggalian juga tentang metode-metode pemicuan lain yang bisa dikembangkan, misalnya: penggunaan pertunjukan/kesenian rakyat, pelibatan anak-anak dalam kampanye, lembaga dan kegiatan keagamaan, dll.  Kumpulkan pernyataan-pernyataan yang telah disepakati (elemen pemicu dan hal penghambat) atau mintalah peserta menuliskannya kembali dalam bentuk yang lebih besar/menyolok, dan tempatkanlah di area yang strategis, sehingga peserta akan bisa terus membaca dan menginternalisasikan dalam diri masing-masing. Catatan: Untuk membiasakan bila masih ada waktu cukup, per-kelompok dapat menyusun pertanyaan- pertanyaan kunci dari masing-masing elemen pemicuan. Ini bertujuan untuk mengasah keterampilan penggalian elemen saat praktek lapang nanti. SPB-D.4 DEMONSTRASI ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS PROSES:  Lanjutkan dengan demonstrasi (sebagai sarana belajar langsung bagi peserta dalam memfasilitasi masyarakat dan mengenal lebih dekat bagaimana alat-alat digunakan serta diskusi-diskusi tentang hal-hal penting yang terkait, mencakup tools berikut ini: 1) Pemetaan sosial 2) Transect walk 3) Penghitungan jumlah tinja per hari, minggu, bulan, tahun, dst. 4) Alur kontaminasi 5) Pencemaran air minum 6) Pencemaran air mandi dan cuci 7) Gangguan pada privacy perempuan, dll.  Ingatkan terus bahwa alat tersebut bukan tujuan, sehingga tidak ada urutan yang kaku. Semua sangat tergantung situasi dan kondisi masyarakatnya. Adapun panduan proses demo alat-alat utama PRA seperti pada box dibawah ini. 34
  • 36. Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama PRA 1. Mintalah sekitar 10 – 15 orang peserta (laki-laki dan perempuan) secara sukarela untuk berperan sebagai warga masyarakat suatu dusun dan mereka rata-rata masih melakukan praktek buang air besar sembarangan. Demo ini akan difasilitasi fasilitator pelatihan (Pelatih). 2. Sebelum proses dimulai, mintalah kepada peserta yang lain untuk menyimak proses simulasi dengan cermat, dan bila perlu mencatat langkah-langkahnya serta kata-kata kunci penting dalam proses ini. 3. Demo dimulai dengan Pemetaan Sosial, sehingga tergambarkan: batas wilayah pemukiman dan lahan pertanian/usaha, sebaran rumah warga, lokasi jamban dan BAB terbuka, akses setiap rumah terhadap jamban atau lokasi BAB terbuka, lokasi dan jenis sumber air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya, serta informasi lain yang relevan. 4. Lanjutkan dengan simulasi Transect dalam bentuk yang sederhana, dengan tekanan pada kunjungan ke lokasi BAB terbuka, dan tekankan bahwa tidak seorang pun boleh menutup hidungnya saat kunjungan ini. 5. Lanjutkanlah simulasi: Menghitung jumlah tinja (per hari, minggu, bulan, tahun), alur kontaminasi (Diagram F), kontaminasi air bersih, kontaminasi air minum, dan gangguan privacy pada perempuan serta pandangan agama tentang BAB terbuka. 6. Bangunlah suasana klimaks dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bertingkat dalam rangka mendorong perubahan: “Bagaimana perasaan saudara-saudara hidup dengan suasana seperti ini? Apakah saudara-saudara ingin berubah?” Bilamana komunitas menyatakan tak akan berubah, kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam untuk memicu rasa malu –takut penyakit – rasa bersalah, dst. Bila tetap tidak ada perubahan sikap, (ini upaya akhir) lanjutkan dengan pernyataan: “Terima kasih atas pelajaran yang saudara-saudari berikan kepada saya. Ini sangat berharga. Saya akan pulang, dan menuliskan pengalaman ini kemudian menceritakannya kepada teman-teman saya di desa saya, bahwa ternyata masyarakat disini masih senang berak di kebun/ sungai/ semak-semak. Dan bila diijinkan, sayapun akan memuat cerita ini di surat kabar atau majalah”. 7. Bila ternyata masyarakat terlihat tergugah dan terpicu, lanjutkanlah dengan proses memfasilitasi perencanaan oleh masyarakat, dengan pertanyaan- pertanyaan bertingkat: o Siapa saja yang akan memulai perubahan? (semua orang yang mau berubah dicatat dalam kertas. o Dalam bentuk apa? o Kapan dimulai? Kapan selesai? o Kapan masyarakat mentargetkan komunitas ini bebas dari kebiasaan BAB di tempat terbuka? 8. Tegaskanlah pada bagian akhir simulasi ini, bahwa perwakilan masyarakat (sekitar 6 orang dari setiap dusun) akan diundang dalam lokakarya di kabupaten untuk membagikan pengalamannya kepada peserta lokakarya. Simulasi berakhir. 35
  • 37. SPB-D.5 “APA YANG HARUS DILAKUKAN (DO) DAN DIHINDARI (DON’T)” DALAM CLTS PROSES:  Setelah peserta memiliki pemahaman tentang proses fasilitasi CLTS dari demo tersebut, ajak peserta untuk membahas apa kiat-kiat yang harus dikembangkan selama fasilitasi di masyarakat, sehingga proses fasilitasi berjalan lancar dan efektif.  Ingatkan peserta dengan Hal-hal yang harus dilakukan (DO) dan hal-hal yang patut dihindari (DON’T) dalam CLTS.  Gunakan bahan bacaan untuk merangkum diskusi termasuk memperkuat pandangan peserta. CATATAN PENTING:  Elemen-elemen Pemicu dan Hal-hal yang Menghambat untuk setiap komunitas bisa jadi ada perbedaan. Hal ini menjadi penting untuk digali, agar pemicuan bisa terlaksana secara optimal, selain elemen-elemen yang umum berlaku di komunitas mana pun.  Pastikan peserta paham alur fasilitasi umumnya dimulai dengan Pemetaan Sosial, namun seterusnya sangat fleksibel dengan situasi yang berkembang. 36
  • 38. E. SESI – PRAKTEK LAPANGAN DAN PERENCANAAN BERSAMA MASYARAKAT SPB-E.1 PERSIAPAN LAPANGAN 1.1. Pembentukan Kelompok PENGANTAR Sesi ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendekatan CLTS, sehingga kegiatan ini banyak dilakukan dalam diskusi dan praktek di kelompok. Sesi praktek lapang ini diawali dengan pembentukan kelompok praktek lapang, dilanjutkan dengan persiapan lapang, simulasi dalam kelompok, praktek lapang itu sendiri, refleksi dan review proses dan hasil dari kegiatan praktek lapang tersebut. TUJUAN: Tersusunnya kelompok-kelompok praktek lapang yang komposisinya mencakup seluruh komponen tim kabupaten. WAKTU: 30 menit. METODE: Pemilihan demokratis. MATERI: ----- ALAT BANTU: Kertas plano PROSES: a) Jelaskanlah kepada peserta, bahwa pada hari ketiga akan dilaksanakan Praktek Lapang Fasilitasi CLTS (Pemicuan dan Perencanaan) di Komunitas. Peserta akan dibagi menjadi kelompok kecil (catatan: untuk kepentingan praktek lapang idealnya anggota kelompok tidak lebih dari 6 orang1) Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada (berdasarkan bidang keahlian, unsur instansi atau lokasi kerja, dan seterusnya), sehingga diharapkan semua kelompok memikili kapasitas yang berimbang. b) Laksanakanlah proses pembentukan/pembagian kelompok, dengan cara membentuk barisan memanjang ke belakang sesuai jumlah kelompok yang disepakati. Penting untuk membagi peserta berdasar komposisi (gender) dan unsur peserta. Misal, peserta dari bidang kesehatan mengambil tempat dahulu untuk berbaris di kelompok yang 1 Ini akan terkait dengan jumlah lokasi praktek lapang yang harus dipersiapkan. Bila total peserta ada 25 orang, maka akan baik bila kelompok dapat dibagi menjadi 4 kelompok dan telah disiapkan 4 komunitas yang akan menjadi sasaran praktek lapang. Perlu diingat bahwa setiap kelompok harus didampingi oleh fasilitator yang paham tentang pendekatan CLTS. 37
  • 39. berbeda, selanjutnya dari unsur teknis, bidang perencanaan, dan selanjutnya. Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu. c) Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok. 1.2. Persiapan Kelompok (Penyusunan strategi/Panduan Praktek Lapangan dan Simulasi Kelompok ) TUJUAN: 1. Tersusunnya panduan dan strategi praktek lapang 2. Peserta siap memfasilitasi proses CLTS di masyarakat dan sekolah. WAKTU: Maksimum 180 menit METODE:  Simulasi  Penugasan dan pendampingan. MATERI:  Komposisi tim dalam memfasilitasi CLTS di komunitas  Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas ALAT BANTU:  Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial  Kertas potong (metaplan)  Kertas plano  Spidol besar dan kecil  Flagband  Ember untuk tempat air bersih  Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas/kelompok)  Video camera PROSES: a) Jelaskan bahwa selanjutnya peserta akan melaksanakan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu). b) Berikan gambaran tentang komposisi tugas anggota tim yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi CLTS di komunitas, sebagai berikut:  Fasilitator Utama; yang menjadi motor utama proses fasilitasi, 1 orang  Assistent Facilitator: membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi,  Pencatat proses; bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi /pelaporan program 38
  • 40. Penjaga alur proses fasilitasi; bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.  Penata Suasana/Pengaman; menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, yel-yel, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb. c) Minta wakil dari komunitas (yang sengaja diundang pada persiapan ini) atau panitia untuk menjelaskan lokasi praktek lapang dan gambaran awal lokasi, rencana keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan, dll.). d) Berikan penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingi sesuai dengan keperluan. e) Bila masih ada cukup waktu, lakukan simulasi fasilitasi atau pendalaman CLTS baik di tingkat kelompok atau gabungan seluruh peserta. Minta salah satu kelompok untuk menjadi tim fasilitator dan peserta lainnya sebagai masyarakat (10 – 15 orang). CATATAN PENTING:  Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan sosial semestinya dilakukan pertama  Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya hasrus segera dipindahkan ke kertas plano  Lokasi pemicuan dengan alat-alat oral faecal, menghitung tinja, dll. tidaklah harus di ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa, dll. SPB-E.2 PELAKSANAAN PRAKTEK PEMICUAN DAN PERENCANAAN DI MASYARAKAT TUJUAN:  Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya  Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di komunitasnya  Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat. WAKTU: 7-8 jam di komunitas METODE: 1) Praktek di komunitas oleh kelompok-kelompok dengan alat/tools:  Pemetaan 39
  • 41. Transek  FGD  Simulasi  Pemilihan demokratis 2) Pemantauan dan umpan balik lapangan oleh Pelatih: Observasi dan asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta. MATERI:  Panduan Pemicuan CLTS di Komunitas  Outline penulisan pembelajaran dan pelaporan lapangan. ALAT BANTU: set kit untuk praktek lapangan PROSES: Karena kegiatan praktek lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi fasilitator/ pelatih yang melakukan observasi dan asistensi adalah menjamin agar proses dan hasil fasilitasi yang dilakukan peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil sesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga (apalagi akan terus memfasilitasi komunitas tersebut). Bila memungkinkan, setiap kelompok sebaiknya didampingi oleh 1-2 fasilitator/ pelatih yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut. CATATAN PENTING:  Ingatkanlah, bahwa esok hari perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi hingga saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta pelatihan di tempat penyelenggaraan pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun/desa sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan.  Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas (plano) sebagai bahan presentasi masyarakat. SPB-E.3 KOMPILASI TEMUAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN DAN PELAPORAN PEMBELAJARAN TUJUAN:  Tersusunnya item-item pembelajaran dari praktek lapang setiap kelompok  Tersusunnya laporan proses dan hasil praktek lapang setiap kelompok WAKTU: Maksimum 120 menit METODE: Diskusi kelompok MATERI: Hasil praktek lapang. 40
  • 42. ALAT BANTU: Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta PROSES: a) Jelaskanlah, bahwa sebelum bertemu masyarakat (pleno selanjutnya) akan dilakukan refleksi temuan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktek lapang tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud, misalnya: analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) atau analisis praktek baik. b) Persilahkan masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya. c) Fasilitator/Pelatih pendamping di lapangan dari setiap kelompok, tetap mendampingi agar tugas benar-benar terselesaikan dengan baik. CATATAN PENTING: Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang mendampingi dalam praktek lapangan supaya bisa membantu memberikan umpan balik. SPB-E.4 DISKUSI PLENO DENGAN MASYARAKAT DAN PARAPIHAK TUJUAN:  Dipahaminya rencana kegiatan masyarakat oleh seluruh komponen tim kabupaten.  Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun.  Disepakatinya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan masyarakat. WAKTU: Maksimum 120 menit METODE:  Presentasi masyarakat  Diskusi pleno  Feedback progresif. MATERI: Presentasi kondisi sanitasi saat ini dan rencana ke depan dari setiap komunitas. ALAT BANTU: Semua visual hasil pemicuan ditempel di dinding. Matriks kompetisi antar kelompok. PROSES: a) Jelaskanlah tujuan sessi. b) Persilakan wakil masyarakat yang akan memulai presentasi untuk mempresentasikan kondisi sanitasi di komunitasnya dan rencana mereka ke depan (waktu tersedia sekitar 20 41
  • 43. menit untuk setiap kelompok). Jika diperlukan berikan kesempatan kepada peserta yang telah memfasilitasi kemarin untuk menambahkan. c) Pada setiap akhir presentasi kelompok, lakukanlah penegasan-penegasan untuk meningkatkan motivasi masyarakat, misalnya: mengajak peserta memberi applaus, menegaskan tentang tanggal bebas BAB terbuka untuk setiap komunitas, menunjukkan para natural leader yang akan memotori gerakan masyarakat, dll. d) Pada akhir session berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen bersama semua pihak dalam upaya pencapaian bebas BAB terbuka di tingkat yang lebih luas 42