Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan lama menderita diabetes melitus tipe 2 dengan derajat keparahan stroke iskemik fase akut di bangsal rawat inap penyakit saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subjek pasien stroke iskemik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel yang diteliti adalah lama menderita DM tipe 2 sebagai variabel be
1. HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DENGAN DERAJAT KEPARAHAN PASIEN
STROKE ISKEMIK DI BANGSAL RAWAT INAP
PENYAKIT SARAF RSUD Dr MOEWARDI
SURAKARTA
Oleh: dr. Faris Khairuddin Syah, dr. Novian Anindito Santosa
dr. Triono Agung Sakti, dr. Zefania Yonisa
Pembimbing: dr. Vitri Widyaningsih, MS, PhD
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU PENYAKIT SARAF FK UNS/ RS DR MOEWARDI
2020
2. 1. Stroke penyebab kematian kedua di dunia (Van der Worp dan Van
Gijn, 2007).
2. Di Indonesiastroke penyebab utama kematian (Kusuma et al., 2009;
Yastroki, 2007)
3. Risiko kematian tertinggi pada fase akut ( Hankey et al,2000;
Hansen et al, 2001)
4. DM salah satu faktor risiko stroke
5. DM tipe 2 terbesar dari diabetes yang ada, sekitar 85- 90 % di
dunia (Hermawan dan Pramana, 2004)
6. Komplikasi DM (termasuk stroke)rata- rata muncul stelah 5-10
tahun (Yolizal, 2007).
3. Adakah hubungan lama menderita diabetes melitus
tipe 2 dengan derajat keparahan stroke iskemik fase
akut di bangsal rawat inap penyakit saraf RSUD Dr.
Moewardi Surakarta?
Mengetahui ada tidaknya hubungan lama menderita
diabetes melitus tipe 2 dengan derajat keparahan
stroke iskemik di bangsal penyakit saraf RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
4. 1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi ilmiah tentang hubungan lama
menderita diabetes melitus tipe 2 dengan
derajat keparahan stroke iskemik.
2. Manfaat aplikatif
• Diketahuinya hubungan lama menderita diabetes
melitus tipe 2 dengan derajat keparahan stroke
iskemik fase akut.
• Terbukanya wawasan untuk memotivasi
melakukan pencegahan terjadinya stroke iskemik
pada pasien diabetes melitus tipe 2.
5.
6. a. Definisi
Sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya
fungsi saraf pusat atau global yang berkembang cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian tanpa penyebab selain gangguan vaskuler
(ginsberg, 2005)
b. Klasifikasi
Menurut Soeharto (2004):
Stroke
Stroke
hemoragik
intraserebral
subarachnoid
Stroke
iskemik
7. c. Faktor risiko (Lumbantobing, 2011)
Kuat
Hipertensi
Penyakit Jantung
Diabetes Melitus
Manifes Stroke
Polisitemia
Riwayat stroke
Lemah
Kadar lemak tinggi
Hematokrit tinggi
obesitas
Kadar asam urat tinggi
Kurang gerak badan
Fibrinogen tinggi
8. Definisi (Lumbantobing, 2011 )
kematian jaringan otak (stroke pada umumnya) karena
pasokan darah yang tidak adekuat.
Etiologi (Sidharta dan Mahar, 2000)
Terdapat oklusi di bagian arteri serebral yang mengalami
trombosis (stroke trombotik).
Adanya embolus yang bersumber dari arteri cerebral,
karotis interna, vertebro basiler, arcus aorta ascenden
(stroke embolus)
10. Definisi (PERKENI, 2011)
Penyakit metabolik dengan ciri hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya.
Klasifikasi (PERKENI, 2011)
• karena autoimun, idiopatik defisiensi insulin absolut
Tipe 1
• penyebabnya variasi dari abnormalitas sekresi dan resistensi
insulin
Tipe 2
• ex: karena penggunaan obat, genetik, atau sebab imunologi
Tipe lain
• Terjadi pada wanita hamil
Tipe gestasional
11. Diagnosis (PERKENI, 2011)
a. Ada keluhan klasik ditambah hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu > 200 mg/dL
b. Hasil pemeriksaan glukosa plasma saat puasa ≥
126 mg/dL ditambah keluhan klasik
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi
glukosa oral ≥ 200 mg/dL
12. • Timbul setelah 5- 10 tahun (Yolizal, 2007)
• Makroangiopati: jantung iskemik dan
pembuluh darah perifer
• Mikroangiopati: retinopati, nefropati,
neuropati.
• Memicu timbulnya Atrosklerosis (Wiyono,
2003)
Komplikasi
14. (Adams et al., 2007; NIH, 2001)
Menggunakan National Institute
of Healt Stroke Scale (NIHSS)
sifat kuantitatif dengan skor 0-
42
dikelompokan berat dan ringan
15. DM tipe 2
Hiperhlikemia
kronis
Penebalan
tunika intima
Disfungsi
endotel
Manifestasi klinis stroke
Stroke iskemik
Infark
Penurunan aliran darah ke otak
Tekanan
perfusi
P O2 p Co2 Asam laktat
Oklusi vaskuler
Aterosklerosis
Trombus Embolus
Lama
menderita DM
tipe 2
Alkohol
Kadar LDL
Hipertensi
Merokok
16. Terdapat hubungan lama menderita diabetes
melitus tipe 2 dengan derajat keparahan stroke
iskemik fase akut di bangsal rawat inap penyakit
saraf RSUD dr. Moewardi Surakarta.
17. 1. Jenis Penelitian
Analitik observational (cross sectional).
2. Lokasi dan waktu penelitian
Bangsal rawat inap penyakit saraf pada bulan Januari-
Desember 2020.
3. Subjek penelitian
Pasien Stroke yang dirawat di bangsal rawat inap penyakit saraf
pada bulan Januari-Desember 2020 yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
18. Kriteria inklusi :
- Pasien stroke iskemik fase akut
- Memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2
- Keluarga dan pasien setuju menjadi subjek
penelitian
Kriteria eksklusi:
- Pasien pernah mengalami stroke sebelumnya
- Pasien sedang menderita sepsis
19. 4. Teknik sampling
PURPOSIVE SAMPLING
n : besar sampel
p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti (menurut Dinkes
Jateng (2011) prevalensi penderita stroke di Jawa Tengah 0,09%)
q : 1-p
zα : nilai statistic zα pada kurve normal standart pada tingkat
kemaknaan
(1,96)
d : presisi absolute yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi
(0,1)
21. 5. Variabel Penelitian
- Variabel bebas : Lama menderita diabetes
melitus tipe 2
- Variabel terikat: derajat keparahan stroke
iskemik fase akut
- Variabel perancu:
Terkendali : Alkohol, kadar LDL,
hipertensi, merokok
Tak terkendali : Penyakit jantung,
polisitemia
23. 8. Rancangan Penelitian
< 5 tahun ≥ 5 tahun
Pasien stroke iskemik akut serangan
pertama
Masuk kriteria inklusi dan
eksklusi
Anamnesis
Pemeriksaan NIHSS
≥ 5 tahun
Lama mendertia DM tipe 2
Lama mendertia DM tipe 2
Stroke iskemik berat
(skor NIHSS > 15)
Stroke iskemik ringan
(skor NIHSS < 15)
< 5 tahun
Uji Statistik
24. 10. Teknik Analisa Data
Uji parametrik
chi-square u/
signifikansi (α=
0,05)
Hitung odds
ratio u/ kuat
hubungan
antar variabel
(bantuan SPSS)
Analisis regresi
logistik ganda
(syarat p<
0,25)
25. 10. Teknik Analisa Data
Rumus regresi logistik ganda:
In = a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+b5x5
P : probabilitas untuk terjadinya
peningkatan derajat keparahan
stroke
1-P : probabilitas untuk tidak terjadinya
peningkatan derajat keparahan
stroke
a : konstanta
b1...b5 : konstanta regresi x1...x5
26. Adams HP, Jr, Del Zoppo GJ, Alberts MJ, Bhatt DL, Brass L, Furlan A,
et al. (2007). Guidelines for the early management of adults with
ischemic stroke: A guideline from the American Heart
Association/American Stroke Association Stroke Council, Clinical
Cardiology Council, Cardiovascular Radiology and Intervention
Council, and the Atherosclerotic Peripheral Vascular Disease and
Quality of Care Outcomes in Research Interdisciplinary Working
Groups: the American Academy of Neurology affirms the value of
this guideline as an educational tool for neurologists. Circulation,
115:e478-e534.
Clare-Salzer MJ, Crawford JM, Kumar V (2007). Pankreas. Dalam:
Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N (eds). Buku Ajar Patologi
Robbins volume 2. Edisi ke 7. Jakarta: EGC, pp: 722-732.
Ginsberg L (2005). Lecture notes: neurology.edisi ke 8. Jakarta:
Erlangga, pp: 89-99.
27. Gustaviani R (2006). Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus.
Dalam : Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S
(eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 1857-
1859.
Hankey GJ, Jamrozik K, Broadhurst RJ, Forbes S, Burvil PW,
Anderson CS, Stewart- Wynne EG (2000). Five-year survival after
fisrt-ever stroke and related prognostic factor in the perth
community stroke study. Stroke, 31: 2080.
Hansen HB, Davidsen M, Thovaldsen P (2001). Long-term survival
and cause of death after stroke. Stroke, 32: 2131- 2136.
Hartwig MS (2005). Penyakit serebrovaskular. Dalam: Price SA,
Wilson LM. Patofisiologi volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC, pp:
1105-1132.
28. Hermawan G, Pramana YT (2004). Pedoman Diagnosis
dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Surakarta: SMF Ilmu
Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. pp: 24-
27.
Kusuma Y, Venketasubramanian N, Kiemas LS, Misbach J
(2009). Burden of stroke in Indonesia. International
Journal of Stroke, 4 (5): 379-380.
Lumbantobing SM (2011). Neurogeriatri. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, pp: 93-134.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W
(eds) (2000). Kapita selekta kedokteran jilid II. Edisi
ke 3. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 17-26.
29. National Stroke Association (NSA) (2013) . NIH Stroke Scale
Frequently Asked Question.
http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=nihss. -
Diakses pada Februari 2013.
NIH (2001). New tool allows early prediction of patient’s
stroke outcome.National Institutes of Health.
http://www.nih.gov/news/pr/jun2001/ninds-28.htm. –
Diakses Februari 2013.
PERKENI (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: PB
PERKENI. http://id.scribd.com/doc/73323977/Konsensus-
DM-Tipe-2-Indonesia-2011. - Diakses Februari 2013.
Sidharta P, Madar M (2000). Neurologi klinis dasar. Jakarta:
Dian Rakyat, pp: 269-292.
30. Soeharto I (2004). Kolesterol dan lemak jahat, kolesterol dan lemak
baik, dan proses terjadinya serangan jantung dan stroke.
Jakarta: Gramedia, pp: 3-102.
Van der Worp HB, Van Gijn j (2007). Acute ischemic stroke. N Engl J
Med, 357: 572-579.
Wiyono P (2003). Peranan hiperglikemia terhadap terjadinya
komplikasi kronik diabetes melitus. Berkala Ilmu Kedokteran,
35(1): 55-60.
Yayasan Stroke Indonesia. (2007). Tangani Masalah Stroke di
Indonesia. http://www.yastroki.or.id. Diakses pada Januari 2013.
Yolizal OK (2007). Denervasi Otonomik Kardiak pada Penderita DM
Tipe 2: Perbandingan antara yang Mendapat Terapi Insulin
dengan Obat Hipoglikemik Oral. Sumatera Utara: USU. Tesis.