Ringkasan dokumen tersebut adalah: Hipertensi berhubungan erat dengan penyakit jantung koroner karena dapat menyebabkan hipertrofi jantung dan menurunkan aliran darah ke jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Penanganannya meliputi terapi hipertensi, pencegahan, dan manajemen risiko kardiovaskular lainnya secara non-farmasi dan farmasi.
Etiologi
a. Gangguan pada arteri koronaria seperti aterosklerosis, kekakuan, sumbatan total, dll, faktor-faktor yang berkaitan dengan hal tersebut di atas adalah :
• Faktor pembuluh darah yaitu berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai aliran darah menuju ke jantung. Hal hal yang dapat menggganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya adalah aterosklerosis, spasme, arteritis, dan lain sebagainya;
• Faktor sirkulasi berkaitan dengan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh hingga kembali lagi ke jantung , salah satu yang dapat menyebabkan gangguan pada sirkuliasi adalah terjadinya stenosis.
• Faktor darah , dimana darah merupakan sistem pengangkut oksigen ke seluruh tubuh , dan yang dapat menyebabkan gangguan pada darah diantaranya adalah polisitemia, anemia, hipoksemia dan lain sebagainuya
Etiologi
a. Gangguan pada arteri koronaria seperti aterosklerosis, kekakuan, sumbatan total, dll, faktor-faktor yang berkaitan dengan hal tersebut di atas adalah :
• Faktor pembuluh darah yaitu berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai aliran darah menuju ke jantung. Hal hal yang dapat menggganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya adalah aterosklerosis, spasme, arteritis, dan lain sebagainya;
• Faktor sirkulasi berkaitan dengan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh hingga kembali lagi ke jantung , salah satu yang dapat menyebabkan gangguan pada sirkuliasi adalah terjadinya stenosis.
• Faktor darah , dimana darah merupakan sistem pengangkut oksigen ke seluruh tubuh , dan yang dapat menyebabkan gangguan pada darah diantaranya adalah polisitemia, anemia, hipoksemia dan lain sebagainuya
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berat sejak 1 minggu yang memberat sejak 3 jam terakhir. Keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri, ke rahang disertai keringat dingin. Riwayat perokok aktif sejak 30 tahun lalu menghabiskan 2 bungkus per hari.
Pada pemeriksaan nampak dia terlihat pucat, BMI 30 kg/m2 dengan kulit dingin dan berkeringat. Nadinya lemah, dengan sekali-kali ekstrasistole (denyut ventrikuler ektopik). Tekanan darah arterial 200/100 mmHg. Bunyi jantung normal, fisis jantung ditemukan kardiomegali. Pada EKG didapatkan gambaran elevasi segemen ST di II, III, aVF disertai gambaran LVH. Laboratorium ditemukan LDL kolesterol 180 mg/dl, HDL 28 mg/dl, HbA1C 11%, SGOT 12, SGPT 18, Hb 12 gr%
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berat sejak 1 minggu yang memberat sejak 3 jam terakhir. Keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri, ke rahang disertai keringat dingin. Riwayat perokok aktif sejak 30 tahun lalu menghabiskan 2 bungkus per hari.
Pada pemeriksaan nampak dia terlihat pucat, BMI 30 kg/m2 dengan kulit dingin dan berkeringat. Nadinya lemah, dengan sekali-kali ekstrasistole (denyut ventrikuler ektopik). Tekanan darah arterial 200/100 mmHg. Bunyi jantung normal, fisis jantung ditemukan kardiomegali. Pada EKG didapatkan gambaran elevasi segemen ST di II, III, aVF disertai gambaran LVH. Laboratorium ditemukan LDL kolesterol 180 mg/dl, HDL 28 mg/dl, HbA1C 11%, SGOT 12, SGPT 18, Hb 12 gr%
1. HUBUNGAN HIPERTENSI
DENGAN CAD
RESPONSI
PENGUJI:
dr. Agung Pradnyana Suwirya, Sp,JP
Oleh:
Desak Made Cittarasmi (1902611057)
Hanina Mardhatillah (1902611051)
Made Astri Asvinia (1902611054)
Ni Wayan Ariati Trisna Dewi (1902611160)
Sonia Elvira Salim (1902611159)
Christine Kathy Putri Sari (1902611157)
4. LATAR
BELAKANG
Hipertensi selain dikenal sebagai konsekuensi
dari kejadian kardiovaskular dini dan merupakan
penyebab utama kecacatan kedua di dunia
Menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas)
2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk
Indonesia mengidap hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit
jantung koroner dan stroke iskemik serta
hemoragik
Hal ini dipengaruhi oleh aktifitas fisik dan
makanan yang menjadi faktor penting penentu
kadar kolesterol individu
5. LATAR
BELAKANG
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah
mengemukakan fakta bahwa penyakit
jantung koroner merupakan epidemi modern
dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan
Diperkirakan bahwa jika insiden CAD
mencapai nol maka dapat meningkatkan
harapan hidup 3 sampai 9%
Keadaan hipertensi menyebabkan hipertrofi
jantung yang merupakan faktor risiko
independen untuk infark miokard dan dapat
menyebabkan kejadian kardiovaskular mayor
7. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri
Hipertensi didefinisikan sebagai nilai
tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140
mmHg dan/atau nilai tekanan darah
diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada
pengukuran di klinik atau fasilitas
layanan kesehatan
9. Hubungan antara tekanan darah, sistem kardiovaskular, dan sistem
organ ginjal berhubungan satu dengan yang lainnya, membuat
perbedaan antara normotensi dan hipertensi
Dalam praktiknya, nilai cut-off tekanan darah digunakan untuk
menyederhanakan diagnosis dan keputusan terapi
Asosiasi epidemiologi antara tekanan darah dan risiko kardiovaskular
meningkat dari nilai tekanan darah yang rendah, yaitu TDS > 115
mmHg
10. Hasil pengukuran tekanan darah di layanan
kesehatan merupakan standar baku dalam
penegakkan diagnosis hipertensi, namun mulai
digalakkan pengukuran tekanan darah pasien
secara mandiri yaitu HBPM (Home BP Monitoring)
dan ABPM (24-hour ambulatory BP monitoring)
13. Renin
Angiotensinogen Angiotensin I Angiotensin II
ACE
Vasokonstriksi
Stimulasi sekresi
aldosterone
Retensi natrium dan air
Volume intravaskular
Peningkatan tekanan darah
Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS)
16. DEFINISI
American heart association (AHA),
mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah untuk
penumpukan plak di arteri jantung
yang dapat menyebabkan serangan
jantung, penumpukan plak pada
arteri koroner ini disebut dengan
aterosklerosis
Penyakit jantung koroner (CAD)
merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah
koroner
Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri
koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah otot jantung
dengan membawa oksigen yang
banyak, terdapat beberapa faktor
memicu penyakit ini, yaitu : gaya
hidup, faktor genetik, usia, dan
penyakit penyerta yang lain
22. Epidemiologi
01
02
Hipertensi terjadi pada
90% laki-laki dan 94%
perempuan dengan
infark miokardium.
Risiko terjadinya penyakit
jantung koroner semakin rendah
pada individu dengan tekanan
darah sistolik dan diastolik yang
rendah
Your Text Here
Prediktor terjadinya penyakit jantung
koroner berbeda pada beberapa
kelompok usia, bisa pada tekanan darah
sistolik, diastolik, atau pulse pressure
Hipertensi merupakan salah satu
faktor risiko yang paling signifikan
menyebabkan penyakit jantung dan
pembuluh darah
23. Fisiologis
Oksigenasi miokardium
dipengaruhi oleh denyut
jantung, tegangan dinding
ventrikel, pemendekan otot
jantung, dan kontraktilitas
Kebutuhan oksigen
pada miokardium
meningkat pada
aktivitas fisik
Pada fase sistol yaitu
jantung memompa darah
ke seluruh tubuh,
miokardium berkontraksi
dan menekan
mikrovaskuler miokardium
Pada saat relaksasi
atau fase diastol,
ventrikel akan
diperfusi oleh
pembuluh darah.
Pembuluh darah koroner
memiliki sistem
autoregulasi yang dapat
mempertahankan aliran
darah yang konstan ke
miokardium
24. Patofisiologi
Autoregulasi pada pembuluh darah
koroner akan teraktivasi dan
menyebabkan dilatasi
mikrosirkulasi untuk mencapai
aliran darah koroner basal
Penyempitan > 90% = CFR
akan jauh menurun
kapasitas vasodilator
endogen menurun aliran
darah basal tidak dapat
tercapai iskemia
Hipertensi dapat terjadi
akibat aterosklerosis
yang sudah menahun.
Aterosklerosis > 70%
meningkatkan resistensi
proksimal dan menurunkan
tekanan perfusi di bagian
distal
25. Patofisiologi
a. Kerusakan Endotel
Vasodilator dari endothelium-
derived relaxing factor (EDRF)
(prostasiklin dan bradikinin) Nitrit
Oksida dan Prostasiklin
menghambat oksidasi LDL tidak
terjadi aterosklerotik
ROS >> tonus
pembuluh darah >>
kekakuan pembuluh darah
rupturnya plak
aterosklerosis
Endotelium juga
menghasilkan
vasokonstriktor seperti
endotelin dan angiotensin
II pembentukan plak
Pada hipertensi NO <<,
angiotension II dan ROS >>
Ketidak seimbangan dalam
homeostasis faktor – faktor
ini dapat menyebabkan
kerusakan endotel.
26. Patofisiologi
b. Permeabilitas Intima
produksi radikal bebas >>
permeabilitas intima >>
Area endotelium yang
diregenerasi akan memicu
hiperpermeabilitas endotel
memicu pengambilan lipid
Adanya gangguan fungsi
barier akumulasi LDL di
intima memicu
aterosklerosis
27. Patofisiologi
c. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Awalnya kardiomiosit
berkembang dalam ketebalan
dan panjang sebagai proses
fisiologis untuk mengimbangi
stress hemodinamik
Adanya penambahan beban
yang berlangsung terus
menerus maka berubah
menjadi proses patologis
Kemampuan jantung <<
cadangan pembuluh darah
koroner <<
29. Mengurangi gejala, pencegahan kejadian kardiovaskular, serta pencegahan
perkembangan PJK lebih buruk.
TUJUAN
Farmakologis dan Non Farmakologis:
• Terapi hipertensi
• Terapi angina
• Pencegahan kejadian kardiovaskular
TERAPI
30. Non Farmakologis
01
02
03
04
<30 mL/hari untuk laki-laki dan <15 mL/hari
untuk perempuan
Mengurangi konsumsi alkohol
2-3 gram
Mengurangi konsumsi garam
Mengurangi konsumsi kalium
05
Berhenti merokok
06
Mengurangi konsumsi
lemak jenuh
07
Selama 10-30 menit, 3-5 kali seminggu
Latihan aerobik
08
Relaksasi yang dilakukan secara rutin
Manajemen stress
IMT 18,5 – 24,9
Menjaga berat badan sesuai IMT
31. Farmakologis
40% 50%
60%
80%
01
02
03
04
• TD yang tetap tinggi
• Angina yang persisten
• Kontraindikasi absolute pemberian dari betabloker
Calcium Channel Blocker (CCB)
• Pilihan pertama terapi hipertensi pada PJK
• Inotropik dan kronotropik negatif
β-Blockers
pasien PJK dengan angina stabil yang juga memiliki
hipertensi, ejeksi fraksi ventrikel kiri <40% atau CKD
ACE Inhibitors (ACEi)
• terapi hipertensi pada paisen yang memiliki intoleransi
terhadap ACEi
• kombinasi ACE inhibitor dan ARBs
Angiotensin Receptors Blocker (ARB)
32. Farmakologis
40% 50%
60%
80%
05
06
07
08
Nitrogliserin sublingual atau spray
Nitrat
Golongan tiazid
Diuretik
Aspirin (75-162 mg/hari) atau clopidogrel (75 mg/hari)
seumur hidup
Antiplatelet
Dengan mengatur gaya hidup dan terapi obat statin (bila
kadar LDL >100 mg/dL)
Manajemen Lipid
Pada kondisi normal, endotel mengatur tonus dan vasokontriksi serta dilasi dari pembuluh darah dengan sekresi Nitrit oxide, (dilator) dan PROSTASIKLIN + Bradikinin (konstriktor) sehingga perfusi darah optimal, sedangkan kerusakan pada endotel menyebabkan keseimbangan tonus ini terganggu dan peningkatan permeabilitas endotel, trombosit agregasi, adhesi leukosit, dan generasi sitokin.
Pembentukan Fatty Streak, dimana sel-sel monosit berikatan denan adhesive endotel dan berubah menajdi macrophage, mengikat LDL dan menumpuk menjadi fatty streak atau lapisan lemak, disaat yang sama mengkativasi lebih banyak zat-zat inflamasi dan proses yang sama kembali terjadi. - selanjutnya sel otot polos dari tunika media akan bermigrasi ke tunika intima dan membentuk kapsul dan terus berkembang
3. Arterosklerosis lebih lanjut , dua jenis yaitu pak stabil dan plak tidak stabil. Dimana plaq stabil biasanya menjadi Angina stabil, sedangkan plaq unstable sangat mudah pecah dan menjadi thrombus
Some degree of plaque rupture in the ACS spectrum conditions
Penatalaksanaan PJK yang simptomatis (angina pectoris) ditujukan untuk mengurangi gejala dan sebagai pencegahan kejadian kardiovaskular, serta perkembangan PJK lebih buruk.
Guidelines AHA terbaru, merekomendasikan ACE inhibitor dan/atau β-Blockers, dengan penambahan diuretik tiazid atau CCB untuk penanganan hipertensi pada pasien PJK.
Pilihan pengobatan angina adalah β-blockers, CCBs, dan nitrat. Strategi farmakologis untuk pencegahan kejadian kardiovaskular adalah dengan ACE inhibitors, ARBs, diuretik tiazid, β-blockers (terutama setelah terjadinya infark miocard), CCBs, obat antiplatelet, antikoagulan dan obat untuk terapi dislipidemia.
Terapi non farmakologis berupa terapi merubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk meminimalkan tekanan darah sehingga mengurangi resiko komplikasi dari penyakit PJK dengan mengikuti 2 atau lebih modifikasi gaya hidup untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Macam-macam modifikasi gaya hidup itu seperti:27
Menjaga BB
Mengurangi konsumsi alkohol, tidak lebih dari 30 mL etanol dalam sehari untuk laki-laki dan 15 mL etanol untuk perempuan.
Mengurangi konsumsi garam, 2-3 gram atau setara dengan setengah sendok the
Mengurangi konsumsi kalium, kalsium dan magnesium. Jika tidak diperlukan hindari minum suplemen yang mengandung kalium, kalsium, dan magnesium.
Berhenti merokok
mengurangi konsumsi lemak jenuh seperti jeroan, makanan bersantan, dan gorengan
Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.
Manajemen stress: berupa terapi relaksasi untuk memanajemen stress yang adaptif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita jantung koroner seperti: terapi rendam kaki dengan air hangat, massage kaki dengan minyak, terapi murotal, dan terapi otot progresif dapat menurunkan tekanan darah. Relaksasi yang dilakukan secara rutin akan memberikan banyak manfaat.
β-blockers
1. β-blockers merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana hipertensi pada pasien PJK dengan gejala angina.
2. Obat ini akan bekerja mengurangi iskemia dan angina, karena efek utamanya sebagai inotropik dan kronotropik negatif.
Penurunan nadi/heart rate, dapat meningkatkan waktu pengisian diastolic pada perfusi pembuluh darah koroner. β-blockers juga menghambat pelepasan renin dari apparatus juxtaglomerular yang akan menghambat terjadinya gagal jantung.
3. β-blockers cardioselective (β1) adalah yang paling sering digunakan tidak memiliki efek simpatomimetik intriksik.
4. β-blockers sebaiknya dijadikan pilihan pertama untuk meredakan gejala pada pasien dengan angina stabil. β-blockers juga sebaiknya dipertimbangkan sebagai terapi jangka panjang pada pasien pasca infark miokard, sindrom coroner akut, atau dengan disfungsi ventrikel kiri.
CCB
Calcium channel blockers (CCB) bekerja dengan menurunkan kebutuhan oksigen pada otot jantung dengan menurunkan resistensi pembuluh darah perifer dan menurunkan tekanan darah serta meningkatkan suplai oksigen otot jantung oleh vasodilasi pembuluh darah koroner.
CCB dapat dijadikan pilihan kedua pengobatan hipertensi apabila terdapat:
CCB dapat ditambahkan atau menjadi pengganti untuk β-blockers apabila terdapat tekanan darah yang tidak dapat dikontrol disertai dengan angina persisten.
Kombinasi CCB dengan β-blockers dapat dipilih sebagai terapi awal, apabila terapi dengan menggunakan β-Blockers saja tidak dapat mengurangi gejala pada pasien dengan angina stabil.
Kontraindikasi pada penggunaan β-blockers.
CCB golongan long acting dihidropiridine lebih dipilih dibandingkan dengan non dihidropiridine (diltiazem atau verapamil), sebagai penggunaan kombinasi dengan β-Blockers, untuk mencegah bradikardia yang berlebihan atau heart block.
ACEi
ACE inhibitor (ACEi) yang digunakan pada pasien penyakit jantung koroner yang disertai diabetes mellitus dengan atau tanpa gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri merupakan pilihan utama dengan rekommendasi penuh dari semua guidelines yang telah dipublikasi.
kecuali terdapat kontraindikasi (stenosis arteri renalis dan hiperkalemia berat).
Bekerja menstimulasi vasodilatasi pembuluh darah dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Inhibisi ini menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah ginjal, meningkatkan kapasitas vena, menurunan cardiac output dan stroke volume menurunkan BP
ACEi juga bekerja menghambat pemecahan bradykinin (vasodilator), sehingga level dalam pemb darah tinggi dan menyebabkan vasodilataso.
most common side effect of ACE inhibitor treatment; a dry cough
ARB
Angiotensin reseptor blockers (ARBs), dapat pilih sebagai terapi hipertensi pada paisen yang memiliki intoleransi terhadap ACEi.
ARBs diindikasikan ketika pasien di rawat inap serta saat dipulangkan (rawat jalan) untuk pasien STEMI yang memiliki intoleransi terhadap ACE inhibitors serta memiliki gagal jangtung atau fraksi ejeksi <0.40. kombinasi ACE inhibitor dan ARBs telah banyak digunakan untuk penanganan pasien dengan gagal jantung advance atau persistent, atau pada fase kronik setelah STEMI.
Angiotensin II receptor blockers block the action of angiotensin II. As a result, the medication allows your veins and arteries to widen (dilate)
Diuretik
Diuretik golongan tiazid dan merupakan obat sebagai pencegahan primer terhadap kejadian penyakit kardiovaskular
Tiazid menurunkan hipertensi dengan memblok transporter sodium-chloride (na-cl). Sehingga menghambat reabsorpsi dari ion sodium dan klorida dari distal tubulus ginjal air lebih banyak dibuang dari tubuh, menyebabkan kerja jantung utnuk memompa darah ke seluruh tubuhmenurun
Nitrat
Nitrat long acting dapat diberikan untuk tatalaksana angina yang belum terkontrol dengan dosis β-blockers dan CCB, memiliki kontraindikasi atau dapat menyebabkan efek samping pada pasien PJK.
Nitrogliserin sublingual atau spray dapat mengatasi angina dengan cepat atau digunakan sebelum latihan fisik untuk mencegah angina. 1
Gejala hipertensi tidak dipengaruhi oleh penggunaan nitrat long acting sebagai pencegah munculnya angina atau nitrat sublingual untuk meredakan serangan angina. Nitrat tidak memberikan efek terhadap penangnan hipertensi.
Metabolisme nitrat menghasilkan nitric oxide (vasodilator). NO jg merupakan relaxing factor endothelium. NO menstimulasi sintesis dari cGMP, yang merupakan second messenger yang akan mengaktivasi protein kinase. Protein kinase menyebabkan deposporilasi myosin light chains dari smooth muscle sehingg terjadi relaksasi/vasodilatasi smooth muscle penurunan deman oksigen miokard vena vasodilatasi dan penurunan venous return jantung. Sehingga terjadi penurnan miokardial preload
Antiplatelet
Pemberian antiplatelet terbukti dalam menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular.
Lini pertama obat antiplatelet adalah aspirin (75-162 mg/hari) seumur hidup, kecuali jika terdapat kontraindikasi. Obat lain berupa clopidogrel (75 mg/hari) digunakan sebagai pengganti aspirin bila ada kontraindikasi mutlak. 1
Inhibit platelet adhesion and aggregation by: Inhibiting cyclooxygenase
Manajemen lipid
Selain dengan modifikasi gaya hidup, terapi dengan obat penurun lipid (pilihan pertama: statin), harus diberikan bila kadar LDL >100 mg/dL dengan tujuan penurunan 30-40% hingga target <70 mg/dL. 1
HMG CoA reductase inhibitors competitively inhibit the activity of HMG CoA reductase, the rate-limiting enzyme in cholesterol synthesis. Inhibition of this enzyme results in a transient, modest decrease in cellular cholesterol concentration . The decrease in cholesterol concentration activates a cellular signaling cascade culminating in the activation of sterol regulatory element binding protein (SREBP), a transcription factor that up-regulates expression of the gene encoding the LDL receptor. Increased LDL receptor expression causes increased uptake of plasma LDL, and consequently decreases plasma LDL-cholesterol concentration. Approximately 70% of LDL receptors are expressed by hepatocytes, with the remainder expressed by a variety of cell types in the body.