Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan gagal jantung kongestif (CHF) yang meliputi definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan CHF.
1. i
ASUHAN KEPERAWATAN CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF)
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat
Dosen Pengampu:
Ns. Setianingsih, M.Kep.
Disusun oleh Kelompok I
PSIK VI B
Mega Radliyatata (SK.116.038)
Mila Rustiana (SK.116.039)
Nofita Rahmawati (SK.116.041)
Ulfatun Nadhiroh (SK.116.059)
Vina Vebriyani (SK.116.060)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tahun Akademik 2018/2019
2. i
ASUHAN KEPERAWATAN CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF)
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat
Dosen Pengampu:
Ns. Setianingsih, M.Kep.
Disusun oleh Kelompok I
PSIK VI B
Mega Radliyatata (SK.116.038)
Mila Rustiana (SK.116.039)
Nofita Rahmawati (SK.116.041)
Ulfatun Nadhiroh (SK.116.059)
Vina Vebriyani (SK.116.060)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tahun Akademik 2018/2019
3. ii
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Ns. Setianingsih, M.Kep. dan Tim selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
3. Teman-teman penulis yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini.
Atas bantuannya dalam memberikan bimbingan, sumbangan, baik materi
maupun pikirannya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Kendal, April 2019
Kelompok I
4. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Gagal Jantung...........................................................................3
B. Klasifikasi..............................................................................................3
C. Etiologi ................................................................................................5
D. Patofisilogi ...........................................................................................5
E. Manifestasi Klinis..................................................................................7
F. Penatalaksanaan Medis ........................................................................7
G. Asuhan Keperawatan CHF ...................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................14
B. Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gagal jantung kongestif merupakan masalah yang menjadi
perhatian didunia saat ini, gagal jantung kongestif merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi di dunia. Pola makan, kebiasaan merokok, gaya
hidup tidak sehat bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa
penyebab dari penyakit ini. Berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia /
WHO (2013) menyebutkan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit
kardiovaskular pada tahun 2008, mewakili 30% dari semua kematian global. Dari
kematian ini, diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung. Negara
berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak proporsional terpengaruh: lebih
dari 80% kematian penyakit kardiovaskular terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah dan terjadi hampir sama pada pria dan wanita.
Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), penyakit
jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan
masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama. Sedangkan
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2007, menunjukkan
bahwaprevalensi penyakit jantung secara nasional adalah 7,2%. Penyakit jantung
iskemik mempunyai proporsi sebesar 5,1% dari seluruh penyakit penyebab
kematian di Indonesia, dan penyakit jantung mempunyai angka proporsi 4,6%
dari seluruh kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gagal jantung ?
2. Bagaimana klasifikasinya ?
3. Bagaimana etiologinya ?
4. Bagaimana patofisiloginya ?
6. 2
5. Bagaimana manifestasi klinisnya ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan CHF ?
C. Tujuan
1. Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang CHF dan Asuhan
Keperawatan CHF
2. Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu mengerti tentang :
a. Definisi gagal jantung
b. Klasifikasinya
c. Etiologinya
d. Patofisiloginya
e. Manifestasi klinisnya
f. Penatalaksanaan medis
g. Asuhan keperawatan CHF
7. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal jantung dapat di definisikan sebagai abnormalitas dari fungsi
struktural jantung atau sebagai kegagalan jantung dalam mendistribusikan
oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan pada metabolisme jaringan, meskipun
tekanan pengisian normal atau adanya peningkatan tekanan pengisian (Mc
Murray et al., 2012). Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis progresif
yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Dipiro et al., 2015).
Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri. (Smeltzer & Bare, 2002)
B. Klasifikasi
Berdasarkan American Heart Association (Yancy et al., 2013), klasifikasi
dari gagal jantung kongestif yaitu sebagai berikut :
1. Stage A
Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko tinggi,
tetapi belum ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa
adanya tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung tersebut. Pasien yang
didiagnosa gagal jantung stage A umumnya terjadi pada pasien dengan
hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau pasien yang
mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).
8. 4
2. Stage B
Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan
adanya kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda
dan gejala dari gagal jantung tersebut. Stage B pada umumnya ditemukan
pada pasien dengan infark miokard, disfungsi sistolik pada ventrikel kiri
ataupun penyakit valvular asimptomatik.
3. Stage C
Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada jantung
bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi
kerusakan. Gejala yang timbul dapat berupa nafas pendek, lemah, tidak
dapat melakukan aktivitas berat.
4. Stage D
Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan
ataupun intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat keadaan
istirahat, serta pasien yang perlu dimonitoring secara ketat The New York
Heart Association (Yancy et al., 2013) mengklasifikasikan gagal jantung
dalam empat kelas, meliputi :
a. Kelas I
Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
tidak menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
b. Kelas II
Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal
menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild
CHF).
c. Kelas III
Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja
mampu menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).
9. 5
d. Kelas IV
Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik
apapun, bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala
yang berat (severe CHF).
Klasifikasi gagal jantung baik klasifikasi menurut AHA maupun NYHA
memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Klasifikasi menurut AHA berfokus
pada faktor resiko dan abnormalitas struktural jantung, sedangkan klasifikasi
menurut NYHA berfokus pada pembatasan aktivitas dan gejala yang ditimbulkan
yang pada akhirnya kedua macam klasifikasi ini menentukan seberapa berat
gagal jantung yang dialami oleh pasien.
C. Etiologi
Penyebab dari Gagal Jantung Kongestif menurut Brunner dan Suddarth
(2002) adalah sebagai berikut :
1. Kelainan otot jantung,
2. Aterosklerosis coroner,
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal, s
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative,
5. Penyakit jantung lain,
6. Faktor sistemik,
D. Patofisologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi:
1. Respon system saraf simpatiks terhadap bereseptor atau kemoreseptor.
2. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume.
3. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system renin angiotensin.
10. 6
4. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorsi terhadap
cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler
oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek wajtu pengisian
ventrikel dan aeteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigen yang
tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipotrophi) terutama
pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
E. Pathway
Disfungsi Miokard
Kontraktilitas
Beban sistol
Preload
Kebutuhanmetabolisme
Beban kerja jantung
Beban Jantung
Gagal Jantung
Kongestif
Gagal Pompa Ventrikel
Hambatan Pengosongan
Ventrikel
Gagal Jantung Kongestif
Curah Jantung (COP)
Back ward failure
Nutrisi O2 Sel
Suplai darah ke jaringan
Lemah & Letih
Renal flow
Intoleransi
Aktifitas
Tekanan Kapiler Paru
Tekanan Vena Pulmo
Edema Paru
Hambatan Pertukaran
Gas
Pelepasan RAA
Retensi Na & Air
edema
Kelebihanvol.cairan
11. 7
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang
terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan
penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu
ditemukan :
1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium.
a. Dispnea
Menurut Hidayat (2008), dispnea merupakan perasaan sesak dan berat pada saat
bernafas. Dispnea dapat disebabkan karena perubahan kadar gas dalam darah
atau jaringan, kerja berat atau berlebihan, serta karena faktor psikologis.
b. Orthopnea,
yaitu perasaan sesak nafas yang terjadi pada saat pasien berbaring. Orthopnea
disebabkan oleh perpindahan cairan dari sirkulasi splanchnic dan ekstremitas
bawah menuju ke sirkulasi sentral ketika pasien berbaring. Peningkatan cairan
di sirkulasi sentral akan meningkatkan tekanan kapiler paru dan akhirnya
kongesti bertambah parah. Keluhan orthopnea dapat berkurang bila pasien
duduk (Lindenfeld & Albert, 2010)
c. Pernafasan Paradoksial
Pernafasan paradoksial merupakan pernafasan yang ditandai dengan pergerakan
dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada
keadaan atelektaksis.
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan CHF adalah:
12. 8
1. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain
itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi
edema
3. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh
4. Terapi Diuretik.
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air dan
garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah.
5. Digitalis
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat,
volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume
intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif
Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik positif)
dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
7. Sedatif.
Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada
klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat.
Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat yang ketat merupakan tindakan
penanganan gagal jantung.
Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
13. 9
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahanbahan
farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik
diet dan istirahat.
Mengapa pada pasien CHF posisi tidur yang nyaman tidur duduk atau posisi 45
derajat?
Karena posisi tidur 45 derajat mampu meningkatkan kualitas tidur pasien gagal
jantung dan akan membantu mengurangi konsumsi oksigen dan meningkatkan
pengeluaran paru-paru serta memperbaiki kerusakan transportasi gas yang
berkaitan dengan membrane alveolus. Hal ini yang sering dilakukan pasien yang
mengalami gagal jantung karena bisa mengatasi gangguan istirasan pasien itu
sendiri.
H. Asuhan Keperawatan CHF
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway: Batuk dengan atau tanpa sputum, adanya gangguan jalan
nafas, penggunaan batuan otot pernafasan, oksigen, dll
2) Breathing: Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk dengan
beberapa bantal, Respiratori 26-28 x/menit.
3) Circulation: Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub
jantung,anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung,
irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer be
rkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, /arna kulit,kebir
uan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran,
bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas dan Istirahat
14. 10
Adanya kelelahan / exhaustion dalam kesehariannya, mengalami
insomnia, kurang istirahat, sakit / nyeri dada, dispnea saat istirahat
atau beraktifitas.
2) Integritas Ego / Status mental
Ansietas (cemas), kuatir dan takut, gelisah, marah, iritabel / peka,
stress sehubungan dengan penyakitnya, sosial finansial.
3) Eliminasi
Penurunan volume urine, urine yang pekat,nocturia (kencing malam
hari), diare dan konstipasi.
4) Makanan d a n C a ir a n
Kehilangan nafsu makan, nausea,vomiting, oedema di ekstremitas
bawah, asites.
5) Kebersihan Diri
Kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
6) Neurosensori
Kelemahan, pening, pingsan, lethargia, bingung, disorientasi,
iritabel.
7) N yeri dan Rasa Nyaman
Sakit dada, kronik / akut angina pektoris, nyeri
abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
8) Interaksi Sosial
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokard (00029)
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung) (00026).
c. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler – alveoli (00030).
15. 11
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan oksigen (00092).
16. 11
3. Intervensi
No Diagnosa Kode Kriteria Hasil Intervensi
1. Penurunan cardiac
output berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas miokard
00029 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan masalah
pada klien teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Tanda vital dalam
batas yang dapat
diterima (disritmia
terkontrol atau hilang).
2. Angina dapat
berkurang atau teratasi.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokard
Intervensi Keperawatan:
a. Monitor tanda-tanda vital
secara rutin.
b. Monitor sesak nafas dan
kelelahan pasien.
c. Lakukan penilaian
komprehensif pada sirkulasi
perifes (misalnya cekn nadi
perifer, edema, pengisian
ulang kapiler, warna dan suhu
ekstermitas) secara rutin
sesuai kebijakan yang ada.
d. Pastikan tingkat aktivitas
pasien tidak membahayakan
curah jantung atau
17. 12
memprovokasi serangan
jantung.
e. Ajarkan kepada klien terapi
relaksasi.
f. Kolaborasikan dengan
keluarga dalam dukungan
yang sesuai untuk
meningkatkan aktivitas klien
dengan baik dan benar.
2. Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan menurunnya
laju filtrasi
glomerulus
(menurunnya curah
jantung)
00026 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan masalah
klien teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Pasien dapat
mendemonstrasikan
volume cairan yang
stabil dengan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)
Intervensi Keperawatan :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan
warna saat dimana diuresis terjadi
b. Pantau / hitung keseimbangan pemasukan
dan pengeluaran selama 24 jam (balance
cairan)
18. 13
keseimbangan
masukan dan juga
pengeluaran.
2. Bunyi nafas bersih /
jelas.
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang yang
dapat diterima.
4. Berat badan stabil dan
tidak ada edema
c. Pantau Tanda-tanda vital (tekanan darah)
d. Kaji bising usus
e. Catat keluhan adanya anoreksia, mual,
distensi abdomen dan konstipasi
f. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan
posisi semifowler selama fase akut.
g. Kolaborasi medis dalam pemberian obat
sesuai indikasi.
3. Hambatan pertukaran
gas berhubungan
dengan perubahan
13embrane kapiler –
alveoli
00030 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan masalah
klien teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Keseimbangan asam
Basa, Elektrolit
2. peningkatan ventilasi
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
mental
b.Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
c. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan
/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
19. 14
dan oksigenasi yang
adekuat
3. Kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda
tanda distress
pernafasan
4. suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
5. AGD dalam batas
normal
d.Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan
alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
e. Kolaborasi medis dalam pemberian obat
sesuai indikasi.
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai
oksigen dan
kebutuhan oksigen.
00092 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan masalah
klien teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Pasien dapat
menunjukkan
berpartisipasi pada
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen.
Intervensi Keperawatan :
a. Periksa dan ukur tanda-tanda vital
sebelum dan segera setelah aktivitas,
khususnya bila pasien menggunakan
obat-obatan yang berpengaruh pada
20. 15
aktifitas yang
diinginkan.
2. Dapat memenuhi
perawatan diri.
3. Menurunnya
kelemahan dan
kelelahan.
tekanan darah dan heart rate seperti
vasodilator, diuretic dan penyekat beta
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat adanya takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat dan pucat
c. Evaluasi dalam hal peningkatan intoleran
aktivitas
d. Kolaborasi dengan rehab medik.
21. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung dapat di definisikan sebagai abnormalitas dari fungsi struktural
jantung atau sebagai kegagalan jantung dalam mendistribusikan oksigen sesuai
dengan yang dibutuhkan pada metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian
normal atau adanya peningkatan tekanan pengisian (Mc Murray et al., 2012).
Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis progresif yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Dipiro et al., 2015).
B. Saran
Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan
tentang Asuhan Keperawatan CHF dan diharapkan mahasisawa mampu
memahaminya
22. 15
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue. (2016). Nursing outcomes Classification (NOC) 5th edition.
Indonesia : CV.Mocommedia
Hetman, T.H. (2018) Nanda Internasional Nursing Diagnosis : Definition
Classification 2018-2020. Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria dkk .(2016). Nursing Interventions Classiication (NIC) 6th edition.
Indonesia : CV. Mocomedia
Doengoes, M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
Hudak, G. (2010). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV. Jakarta: EGC
Prince, S. (2011). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4.
Jakarta: EGC