2. nasehat Luqmanul Hakim:
"wahai putraku, bila kamu penuhi
lambungmu maka akan tidur pikiranmu,
membisukan hikmah, mendudukan
anggota badan dari beribadah, dan perut
kosong itu banyak faedahnya yaitu
menjernihkan hati, mencerdaskan
manusia, dan menajamkan bashiroh (hati
nurani), kenyang itu menyebabkan
kedunguan, membutakan hati, dan
memperbanyak uap dan cairan lambung"
3. Pengertian
• Hepatitis adalah peradangan pada hati atau
infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001)
• infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Brunner & Suddarth, 2001).
5. Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab hepatitis
(masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang
berbeda), yaitu :
• Virus hepatitis A (HAV).
• Virus hepatitis B (HBV).
• Virus hepatitis C (HCV).
• Virus hepatitis D (HDV).
• Virus hepatitis E (HEV).
• Virus hepatitis G (HGV).
6. Hepatitis A
• Penyebab : Virus hepatitis A (HAV).
• Cara penularan :
- Jalur fekal-oral.
- Sanitasi yang jelek.
- Kontak antar manusia.
- Dibawa oleh air & makanan.
• Inkubasi (hari) : 15-49 hari, rata-rata 30 hari.
• Imunitas : Homologus.
• Tanda dan gejala : - Dapat terjadi dengan atau tanpa
gejala : sakit mirip flu.
• Fase pra-ikterik : sakit kepala, malaise, patique,
anoreksia, febris.
• Fase ikterik : Urine yang berwarna gelap, gejala ikterus
pada sclera & kulit, nyeri tekan pada hati.
7. Hepatitis B
• Penyebab : Virus Hepatitis B (HBV).
• Cara penularan : - Parenteral atau lewat koncak dengan
karier atau penderita infeksi akut, koncak seksual, &
oral-oral.
• Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
• Inkubasi : 28-160 hari. Rata-rata 70-80 hari.
• Imunitas : Homologus.
• Tanda & gejala : Dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul
antralgia ruam.
• Hasil akhir : Dapat berat. Status karier mungkin terjadi.
Meningkatnya resiko hepatitis kronis, sirosis, & kanker
hati.
8. MANIFESTASI KLINIS
• gejala prodromal: anoreksia, nausea, vomiting, fatigue,
malaise, artralgia, mialgia, nyeri kepala, fotopobia,
faringitis, batuk dan koriza 9hidung berlendir) dapat
mendahului timbulnya ikterus selama 1-2 minggu.
Apabila hepar sudah membesar pasien dapat mengeluh
nyeri perut kanan atas.
• Demam, dengan suhu sekitar 38-39 °C lebih sering
ditemukan pada hepatitis A. Urine berwarna gelap
(seperti air teh) dan feses berwarna tanah (clay-colored).
Dengan timbulnya gejala kuning/ikterus maka biasanya
gejala prodromal menghilang. Hepatomegali dapat
disertai nyeri tekan. Splenomegali (pembesaran limpa)
dapat ditemukan pada 10-20% pasien.
9. KOMPLIKASI
• komplikasi ringan, misalnya kolestasis
berkepanjangan, relapsing hepatitis, atau
hepatitis kronis persisten
• Komplikasi berat : hepatitis kronis aktif,
sirosis hati, hepatitis fulminan, atau
karsinoma hepatoseluler. Selain itu, dapat
pula terjadi anemia aplastik,
glomerulonefritis
10. PROGNOSIS
• Hepatitis A biasanya mempunyai
prognosis baik, sedangkan hepatitis B
prognosisnya semakin buruk bila infeksi
terjadi semakin dini
11. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Terdapat 2 pemeriksaan penting untuk mendiagnosis
hepatitis, yaitu tes awal untuk mengkonfirmasi adanya
peradangan akut pada hati dan tes yang bertujuan untuk
mengetahui etiologi dari peradangan akut tersebut.
• Pemeriksaan tes fungsi hati, khususnya Alanin Amino
Transferase (ALT = SGPT), Aspartat Amino Transferase
(AST = SGOT). Bila perlu ditambah dengan
pemeriksaan billirubin.
• Kadar transaminase (SGOT/SGPT) mencapai puncak
pada saat timbulnya ikterus. Peningkatan kadar SGOT &
SGPT yang menunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati
adalah 50-2.000 IU/mL. Terjadi peningkatan billirubin
total serum (berkisar antara 5-20 mg/dL).
12. PENGOBATAN
• Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut.
Tirah baring selama fase akut penting dilakukan, diet
rendah lemak dan tinggi karbohidrat. Pemberian
makanan secara intravena mungkin perlu diberikan
selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah.
Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala
mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
• Pengobatan terpilih untuk hepatitis B atau C kronis
simtomatik adalah terapi antivirus dengan interferon - α.
13. PENCEGAHAN
• imunisasi
• Vaksin diberikan dengan rekomendasi
untuk jadwal pemberian 2 dosis bagi
orang dewasa berumur 18 tahun & yang
lebih tua. Dan dosis ke-2 diberikan 6
hingga 12 bulan setelah dosis pertama.
Cara pemberian adalah suntikan
intramuskular dalam otot deltoideus.
14. PENGKAJIAN
• Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
• Sirkulasi
Tanda : Bradikardia (hiperbillirubinemia berat), ikterik
pada sklera, kulit & membran mukosa.
• Eliminasi
Gejala : Urine gelap, diare/konstipasi, feses warna tanah
liat, adanya/berulangnya hemodialisa.
15. • Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan
atau meningkat (edema), mual/muntah.
Tanda : Asites.
• Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
• Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas,
mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruitus).
Tanda : Otot tegang, gelisah.
16. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum; penurunan kekuatan/ ketahanan; nyeri.
Intervensi:
• Tingkatkan tirah baring/duduk, berikan lingkungan
tenang
• Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang
baik
• Lakukan tugas dengan cepat & sesuai toleransi
• Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. Bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi pasif/aktif
• Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan
pembesaran hat
17. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorpsi & metabolisme
pencernaan makanan ; penurunan peristaltik (refleks
viseral), empedu tahanan
Intervensi :
• Awasi pemasukan diet. Berikan makanan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi
• Berikan perawatan mulut sebelum makan.
• Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
• Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk
memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan
masukan lemak & protein sesuai toleransi.
• Awasi glukosa darah.
• Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila
dibutuhkan.
18. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare
Intervensi :
• Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat
badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh
muntah dan diare
• observasi tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa
• Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar
abdomen sesuai indikasi
• Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan
pembersih mulut untuk sikat gigi.
• Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin
dan waktu pembekuan.
• Berikan cairan IV, elektrolit.
• Protein hidrolisat : vitamin K
19. Harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/
marah, terkurung/ isolasi, sakit lama/periode
penyembuhan.
Intervensi:
• Kontak dengna pasien mengenai waktu untuk
mendengar
• Dorong diskusi perasaan marah.
• Hindari membuat penilaian neoral tentang pola hidup.
• Diskusikan harapan penyembuhan.
• Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang
terdekat.
• Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat
energi.
• Buat rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai
kebutuhan, contoh perencanaan pulang, pelayanan
masyarakat dan atau lembaga komunitas lain
20. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahankan
tubuh sekunder tak adekuat dan malnutrisi
Intervensi:
• Terapkan teknik isolasi dengan cara yang tepat
- Gunakan celemek dan sarung tangan bila
mengadakan kontak dengan klien (berhati-hati
terhadap kontaminasi dengan alat-alat suntik klien
seperti darah dan sekretnya).
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
• Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga
• Membahas pentingnya imunisasi kepada klien, keluarga
dan tenaga kesehatan.
21. DAFTAR PUSTAKA
• Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah. EGC. Jakarta.
• Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
EGC. Jakarta.
• Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan Kritis,
Pendekatan Holistik. EGC. Jakarta.
• Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.
• Noer, Sjaifoellah, dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta