SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
83H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory”
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Pengantar
Gagasan tentang cultivation theory (teori
kultivasi)untukpertama kalinya dikemukakan oleh
George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya
di Annenberg School of Communication di
Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel
berjudul “the televisionWorldof Violence”.Artikel
tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku
bertajuk Mass Media and Violence yang disunting
D. Lange, R. Baker &S. Ball (eds). Menurut Wood
(2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada
proses kumulatif di mana televisi menanamkan
suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada
khalayaknya.
Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika
terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan
komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media
massa (powerful effects model) dengan kelompok
yang memercayai keterbatasan efek media (lim-
ited effects model), dan juga perdebatan antara
kelompok yang menganggap efek media massa
bersifat langsung dengan kelompok yang
menganggap efek media massa bersifat tidak
langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul
untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek
media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih
berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang
individual.
Menurut Signorielli dan Mogan (1990),
analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari
paradigma penelitian tentang efek media yang
sebelumnya dilakukan oleh Gerbner, yaitu cultural
indicators, yang menyelidiki (1) proses
institusional dalam produksi isi media, (2) image
(kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan
pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku
khalayak.
Gerbner bersamabeberapa rekannya kemudian
melanjutkan penelitian media massa tersebut
“Cultivation Theory”
ABSTRACT
The idea of Cultivation Theory was first addressed by George Gerbner with his colleagues of
Annenberg School of Communication, Pennsylvania (1969). Based on previous research about
cultural indicators conducted by the same researcher, cultivation analysis focused on mass
media impact on everyday life. Another important findings from cultivation analysis was the
categorization of television audience to two different classes: heavy viewers and light viewers.
Among those two, heavy viewer became the main concern of communication scholars. It was
believed that heavy viewing of television behavior permanently would lead to deep and exagger-
ated belief toward symbolic realities as presented on the screen.
Kata kunci: teori kultivasi, realist simbolik, kekerasan, heavy viewer
H.A. Saefudin danAntarVenus
MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200784
dengan menfokuskan pada dampak media masa
dalam kehidupan sehari-hari melalui cultivation
analysis. Dari analisis tersebut, diperoleh berbagai
temuan yang menarik dan orisinal, yang kemudian
banyak mengubah keyakinan orang tentang relasi
antara televisi dan khalayaknya berikut berbagai
efekyangmenyertainya. Karena konteks penelitian
ini dilakukan dalam kaitan merebaknya acara
kekerasan di televisi dan meningkatnya angka
kejahatan di masyarakat, maka temuan penelitian
ini lebih terkait dengan efek kekerasan di media
televisi terhadap persepsi khalayaknya tentang
dunia tempat mereka tinggal. Salah satu temuan
terpenting adalah bahwa penonton televisi dalam
kategori berat (heavy viewers) mengembangkan
keyakinan yang berlebihan (exaggerated belief)
tentang dunia sebagai tempat yang berbahaya dan
menakutkan. Sementara, kekerasan yang mereka
saksikan di televisi menanamkan ketakutan sosial
(social paranoia) yang membangkitkan
pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman
dan tidak ada orang yang dapat dipercaya.
Asumsi /Esensi Teori
Secara keilmuan, untuk menunjukkan bahwa
televisi sebagai media yang memengaruhi
pandangan kita terhadap realitas sosial, para
peneliti cultivation analysis bergantung kepada
empat tahap proses. Pertama, message system
analysis yang menganalisis isi program televisi.
Kedua, formulation of question about viewers’
social realities, yaitu pertanyaan yang berkaitan
seputar realitas sosial penonton televisi. Ketiga,
survey the audience, yaitu menanyakan kepada
mereka seputar apa yang mereka konsumsi dari
media. Keempat, membandingkan realitas sosial
antara penonton berat dan orang yang jarang
menonton televisi. Empat tahap itu dapat
disederhanakan menjadi dua jenis analisis:
(1) Analisis isi (content analysis), yang
mengidentifikasi atau menentukan tema-tema
utama yang disajikan oleh televisi.
(2) Analisis khalayak (audience research), yang
mencoba melihat pengaruh tema-tema tersebut
pada penonton (www.aber.uk/media/docu-
ments/short/cultiv.html)
Langkah pertama untuk pengujian teori
kultivasi dalam studi awal adalah menentukan
kandungan isi televisi melalui analisis isi. Gerbner
dan kawan-kawan mulai memetakan kandungan isi
pada prime time dan program televisi bagi anak-
anak di akhir pekan (weekend).
Di antara berbagai teori dampak media jangka
panjang, cultivation analysis merupakan teori
yang menonjol. Gerbner menyatakan bahwa
televisi, sebagai salah satu media modern, telah
memperoleh tempat sedemikian rupa dan
sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat, sehingga mendominasi “lingkungan
simbolik” kita dengan cara menggantikan
pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi
dan sarana mengetahui dunia lainnya.
Teori kultivasi melihat media massa sebagai
agen sosialisasi dan menemukan bahwa penonton
televisi dapat memercayai apa yang ditampilkan
oleh televisi berdasarkan seberapa banyak mereka
menontonnya (www.asudayton/edu/com/ faculty/
kenny/cultivation.html). Berdasarkan banyaknya
waktu yang dihabiskan untuk menonton, maka
penonton televisi dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yakni light viewer (penonton ringan)
dalam arti menonton rata-rata dua jam per hari atau
kurang dan hanya tayangan tertentu, dan heavy
viewer (penonton berat), yaitu menonton rata-rata
empat jam per hari atau lebih dan tidak hanya
tayangan tertentu ( Infante, et.al, 1990, 1993).
Asumsi dasar teori ini adalah:
(1) Televisi merupakan media yang unik.
(2) Semakin banyak seseorang menghabiskan
waktu untuk menonton televisi, semakin kuat
kecenderungan orang menyamakan realitas
televisi dengan realitas sosial.
(3) Light viewers (penonton ringan) cenderung
menggunakan jenis media dan sumber
informasi yang lebih bervariasi (baik
komunikasi bermedia maupun sumber per-
sonal), sementara heavy viewers (penonton
berat) cenderung mengandalkan televisi
sebagai sumber informasi mereka.
(4) Terpaan pesan televisi yang terus menerus
menyebabkan pesan tersebut diterima
khalayak sebagai pandangan konsensus
85H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory”
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
sini dipengaruhi pula oleh latar belakang
demografis di antara mereka.
Asumsi ketiga menyatakan bahwa“light view-
ers cenderung menggunakan jenis media dan
sumber informasi yang lebih bervariasi (baik
komunikasi bermedia maupun sumber personal),
sementara heavy viewers cenderung
mengandalkan televisi sebagai sumber informasi
mereka”. Kelompok penonton yang termasuk
kategori berat umumya memiliki akses dan
kepemilikan media yang lebih terbatas. Karena itu,
mereka mengandalkan televisi sebagai sumber
informasi dan hiburan mereka. Karena keterpakuan
pada satu media ini, keragaman dan alternatif
informasi yang mereka miliki menjadi terbatas.
Itulah sebabnya, kemudian, mereka membentuk
gambaran tentang dunia dalam pikirannya
sebagaimana yang digambarkan televisi.
Sebaliknya, kelompok penonton ligth viewers
memiliki akses media yang lebih luas, sehingga
sumber informsi mereka menjadi lebih variatif.
Karena kenyataan ini, maka pengaruh televisi tidak
cukup kuat pada diri mereka.
Menurut teori ini, media massa, khususnya
televisi, diyakini memiliki pengaruh yang besar atas
sikap dan perilaku penontonya (behavioral effect).
Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan
bersifat kumulatif dan tidak langsung. Inilah yang
membedakan teori ini dengan the hypodermic
needle theory atau sering juga disebut the magic
bullet theory, agenda setting theory, spiral of si-
lence theory. Lebih lanjut, dapat dikemukakan
bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton
merupakan tahap lanjut setelah media ini terlebih
dahulu mengubah dan membentuk keyakinan-
keyakinan tertentu pada diri mereka melalui
berbagai acara yang ditayangkan. Satu hal yang
perlu dicermati adalah bahwa teori ini lebih
cenderung berbicara pengaruh televisi pada tingkat
komunitasataumasyarakat secara keseluruhan dan
bukan pada tingkat individual.
Secara implisit teori ini juga berpendapat
bahwa pemirsa televisi bersifat heterogen dan
terdiri dari individu-individu yang pasifyangtidak
berinteraksisatusamalain.Namun, merekamemiliki
pandangan yang sama terhadap realitas yang
masyarakat.
(5) Televisi membentuk mainstreaming dan reso-
nance
(6) Perkembangan teknologi baru memperkuat
pengaruh televisi.
(www.aber.ac.uk/media/documents/short/
cultiv.html)
Asumsi pertama teori ini menyatakan bahwa
“televisi merupakan media massa yang bersifat
unik”. Keunikan tersebut ditandai oleh karakteristik
televisi yang bersifat pervasive (menyebar dan
dimiliki hampir seluruh keluarga), assesible(dapat
diaksestanpa memerlukan kemampuan literasi atau
keahlian lain) dan coherent (mempersentasikan
pesan dengan dasar yang sama tentang
masyarakat melintasi program dan waktu).
Asumsi kedua menyatakan bahwa “semakin
banyak seseorang menghabiskan waktu untuk
menonton televisi, semakin kuat kecenderungan
orangtersebut menyamakan realitastelevisi dengan
realitas sosial”. Jadi, dunia nyata (real world) di
sekitar penonton televisi dipersamakan dengan
dunia rekaan yang disajikan media tersebut (sym-
bolic world). Dengan bahasa yang lebih sederhana
dapat dikatakan bahwa penonton memersepsi apa
pun yang disajikan televisi sebagai kenyataan yang
sebenarnya, namun teori ini tidakmenggeneralisasi
pengaruh tersebut berlaku untuk semua penonton,
melainkan lebih cenderung pada penonton dalam
kategori heavy viewer (penonton berat).
Hasil pengamatan dan pengumpulan data
yangdilakukan Gerbner dan kawan-kawan bahkan
kemudian menyatakan bahwa heavy viewer
cenderung memersepsi dunia ini sebagai tempat
yang lebih kejam dan menakutkan (the mean and
scary world) ketimbang kenyataan yang
sebenarnya. Fenomena inilah yang kemudian
dikenal sebagai the mean world syndrome
(sindrom dunia kejam) yang merupakan sebentuk
keyakinan bahwa dunia sebuah tempat yang
berbahaya, sebuah tempat di mana sulit ditemukan
orang yang dapat dipercaya, sebuah tempat di
mana banyak orang di sekililing kita yang dapat
membahayakan diri kita sendiri. Untuk itu, orang
harus berhati-hati menjaga diri. Pembedaan dan
pembandingan antara heavy dan light Viewer di
MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200786
diciptakan media tersebut.
Asumsi keempat teori ini menyatakan “terpaan
pesan televisi yang terus-menerus menyebabkan
pesan tersebut diterima khalayak sebagai
pandangan konsensus masyarakat”. Terpaan
televisi yang intens dengan frekuensi yang kerap
dan terus menerus membuat apa yang ada dalam
pikiran penonton televisi sebangun dengan apa
yangdisajikan televisi. Karena alasan ini, kemudian,
mereka menganggap bahwa apa pun yang muncul
di televisi sebagai gambaran kehidupan yang
sebenarnya, gambaran kehidupan yang disepakati
secara konsensual oleh masyarakat. Dalam
konteks ini, berarti, bila penonton melihat orang
melakukan sumpah pocong di televisi ataumelihat
adegan ciuman di antara dua orang yang masih
pacaran dalam sebuah sinetron, maka penonton
tersebut menganggap hal itu sesuatu yang
lumrah saja, yang menggambarkan kehidupan
nyata di lingkungannya.
Asumsi kelima menegaskan bahwa “televisi
membentuk mainstreaming dan resonance”.
Gerbner dan kawan-kawan memperkenalkan faktor-
faktor mainstreaming dan resonance (Gerbner,
Gross, Morgan dan Signorelly,1980).
Mainstreaming diartikan sebagai kemampuan
memantapkan dan menyeragamkan berbagai
pandangan di masyarakat tentang dunia di sekitar
mereka (TV stabilizes and homogenize views
withina society). Dalam proses ini, televisi pertama
kali akan mengaburkan (blurring), kemudian
membaurkan (blending) dan melenturkan (bend-
ing) perbedaan realitas yang beragam menjadi
pandangan mainstream tersebut. Sedangkan reso-
nance mengimplikasikan pengaruh pesan media
dalam persepsi realita dikuatkan ketika apa yang
dilihat orang di televisi adalah apa yang mereka
lihat dalam kehidupan nyata.
Asumsi terakhir menyatakan bahwa
“perkembangan teknologi baru memperkuat
pengaruh televisi”. Asumsi ini diajukan Gerbner
pada tahun 1990, setelah menyaksikan
perkembangan teknologi komunikasi yang luar
biasa. Asumsi ini mengandung keyakinan bahwa
teknologi pendukung tidak akan mengurangi
dampak televisi sebagai sebuah media, malahan
pada kenyataannya akan meneguhkan dan
memperkuat.
Bukti utama asumsi cultivation analysis
berasal dari analisisisipesan televisiAmerika secara
sistematis.Analisis itu dilakukan selama beberapa
tahun dan menunjukkan distorsi realitas yang
konsisten dalam hubungannya dengan keluarga,
pekerjaan dan peran, usialanjut, mati dan kematian,
pendidikan, kekerasan, dan kejahatan. Isu ini yang
memberikan pelajaran tentang hal-hal yang
diharapkan dari kehidupan bukanlah pesan yang
membesarkan hati, khususya bagi si miskin, kaum
wanita,dan minoritasrasial(McQuail, 1987: 254).
Perkembangan dan pembahasan “pandangan
televisi” pada dasarnya mengacu pada proses
“penanaman”. Bukti kedua yang menopang teori
tersebut berasal dari survei opini dan sikap yang
tampaknya mendukung pandangan bahwa banyak
penonton televisi sejalan dengan jenis pandangan
dunia yang ditemukan di televisi.
Nancy Signorelly melaporkan studi tentang
sindrom dunia kejam. Pada aksi kekerasan di pro-
gram televisi bagi anak, lebih dari 2000 program
termasuk 6000 karakter utama selama prime time
dan akhir pekan dari 1967-1985, menganalisis
dengan hasil yang menarik, 70% prime time dan
94%akhir pekan termasukaksi kekerasan.Analisis
itu membuktikan heavy viewersmemandangdunia
muram dan kejam dari pada orang yang jarang
menonton televisi. Tidak salah jika kemudian
Gerbner dan kawan-kawan melaporkan bahwa
heavy viewers melihat dunia lebih kejam dan
menakutkan seperti yang ditampilkan televisi dari
pada orang- orang yang jarang menonton.
Usia juga mempunyai pengaruh terhadap efek
heavy viewers. Studi tentang “penanaman”
menemukan bahwa responden yang usianya
dibawah 30 tahun secara konsisten dilaporkan
bahwa mereka lebih dipengaruhi televisi dari pada
yang berusia di atas 30 tahun (Garbner dan Gross,
dalam Hanson & Maxcy, 1996).
Kritik atas Teori
Hughes (1980) melaporkan bahwa televisi
kemungkinan saja secara aktual menanamkan
persepsi realistik dan fungsional tentang dunia.
87H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory”
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Menelaah beberapa hasil penelitian menunjukkan
fungsi prososial dari media, hal itu dapat menjadi
argumentasi bahwa asumsiutamadari teorikultivasi
kemungkinan benar. Tetapi, prosedur yang
digunakan untuk meneliti kemungkinan tidak
kapabel dalam mengungkap efek. Hughes (1980)
menyarankan bahwa ukuran-ukuran suatu
penontonan yang berat hanya berkaitan dengan
keseluruhan penyiaran dari televisi, bukan secara
khusus kepada apa yang ditonton.
HawkindanPingrec(McQuail,1982)meninjau
kembali 48 studi penelitian yang menyangkut efek
cultivation. Mereka menyimpulkan bahwa ada
bukti sederhana untuk mendukung pengaruh
menonton televisi terhadap persepsi realitas.
Mereka mempunyai kesan bahwa pengaruh ini
lebih kuat untuk program kekerasan.
Baru-baruini, Potter (1986)mengelompokkan
pokok-pokok masalah atas beberapa persepsi dari
di mensi realitas. Realitas persepsi adalah tingkatan
realitas di mana orang melihat pesan-pesan media.
Faktor ini lebih berciri psikologis daripada variabel-
variabel yang digunakan dalam pengujian
sebelumnya dari teori. Potter (1986) menyimpulkan
lebih kompleks dari pernyataan-pernyataan saat
ini. Keseluruhan penyiaran televisi boleh jadi tidak
begitu penting dibandingkan sikap-sikap dan
persepsi-persepsi dari penampakan individu. Tidak
diragukan, kontroversi seputar pengaruh media
terhadap persepsi dan prilaku kita selalu menarik
perhatian. Kita dapat mengharapkan lebih banyak
lagi penelitian para ahli komunikasi massa pada
bidang ini. Penemuan-penemuan baru akan
mengoreksi dan mengembangkan upaya-upaya kita
dalam membangun teori komunikasi massa.
Dari semua yang kita bahas, jika kita
perhatikan, maka akan kita temukan bahwa semua
analisis itu didasarkan pada survei masyarakat di
Amerika.Ada jugaalasan untuk meragukanapakah
dampak“penanaman” ituterjadi juga di tempat lain
selain di Amerika, sebagian karena isi dan dampak
penggunaan televisi seringkali berbeda, dan
sebagian lagi karena terbatasnya bukti dari negara
lain, sehingga hasilnya tidak dapat dinyatakan
secara tegas. Hal-hal yang meragukan analisis
Gerbner adalah hubungannya dengan citra menjadi
masyarakat yang kejam. Wober (1978) tidak
menemukan adanya dukungan data di Inggris;
Dobbdan McDonnald(1979)melaporkan hal yang
serupa terjadi di Kanada, sementara studi longitu-
dinal yang dilakukan terhadap anak-anak Swedia
(Hedinsson,1981, hal 188) menyimpulkan bahwa
bukti yang dihimpun ternyata tidak langsung
mendukung tapi juga tidak langsung menolak
analisis tersebut. Betapapun nalarnya asumsi itu,
hampir tidak mungkin memperbincangkan
kerumitan asumsi hubungan antara struktur
simbolik, perilaku, dan pandangan khalayaksecara
meyakinkan karena banyaknya hambatan dan
faktor latar belakang sosial yang berpengaruh.
Satu hal yang juga penting adalah tentang
hipotesis “penanaman” berkaitan dengan asal dan
arah dampak. Menurut penulisnya, televisi adalah
alat budaya dari tatanan industri yang telah ada
dan terutama berfungsi mempertahankan,
memantapkan, dan memperkuat ketimbang
mengubah, mengancam, atau memperlemah
keyakinan dan perilaku konvensional (Gross,1977:
180). Melalui pernyataan itu, dapat kita lihat bahwa
sebenarnya perilaku itu sudah ada dalam
masyarakat dan televisi lebih bersifat memperkuat
apa yang sudah ada dalam masyarakat itu, bukan
mengubah sesuatu yang tadinya ada menjadi tidak
ada atau sebaliknya. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan Newcomb, yang menyatakan
“television’s ideas and the symbol that express
them on that medium are not created there. Selain
itu, Newcomb juga menyatakan bahwa indikator
budaya ignored the wide variety of organization
and expression of these ideas in the world of tele-
vision. Dengan kata lain, kekerasan, sebagai contoh
tidakditampilkan secara seragam di televisi sebagai
indikator budaya yang harus kita percayai. Kritik
terakhir terhadap teori Gerbner mengenai
penerapan teori ini tidak memperhatikan
kemungkinan bahwa anggota individu dari
khalayak televisi dapat berlaku berbeda dalam
mengartikan apa yang mereka lihat di televisi.
Debat lain yang berkembang seputar teori ini
adalah mengapa yang dihitung dan dibahas hanya
kekerasan saja, sedangkan hal-hal lainnya tidak;
dan mengapa waktu yang diuji oleh Gerbner dan
MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200788
kawan-kawan hanya pada prime time saja,
sedangkan pada waktu-waktu lain seperti sehabis
sekolah, awal siang, dan akhir pekan, juga
merupakan waktu menonton televisi bagi anak-
anak.
Sekalipun cultivation analysis adalah
keluaran yang umum dari penonton televisi, namun
dalam penerapannya ternyata itu bukan fenomena
yang universal. Faktanya, group yang berbeda
dipengaruhi secara berbeda pula oleh cultivation
televisi. Contoh, remaja yang berinteraksi dengan
orang tua mengenai televisi akan kurang
dipengaruhi dari pada remaja yang tidak
berinteraksi dengan orangtuanya. Selain itu, dalam
penerapannya, ternyata terdapat perbedaan
pendapat mengenai apa yang dapat disebut
sebagai kekerasan dalam program televisi.Apakah
dua orang remaja yang sedang baku hantam dapat
disebut sebagai kekerasan atau tidak.
Secara garis besar, berikut beberapa kritik
untuk teori ini:
(1) Perilaku kita tidak hanya dipengaruhi oleh
televisi, tapi media lain, pengalaman langsung,
orang lain, dll. (Baran & Davis, 1995).
(2) Menonton televisi dapat membentuk
gambaran mengenai realitas sosial, namun bisa
saja orang yang penuh ketakutan digambarkan
lebih banyak menonton televisi dari pada or-
ang lain (Hanson dan Maxcy, 1995).
(3) Penonton bersifat selektif, perbedaan gender
dan program yang ditayangkan membedakan
pengaruh yang timbul, teori ini terlalu
menghomogenkan program televisi.
(4) Pertanyaan hanya mengenai kondisi sosial
bukan personal (Doob & Mc Donald dalam
Wood, 2000).
(5) Bukti yang tidak kuat dari efek kultivasi di luar
USA. Contoh, di Inggris tidak ditemukan
hubungan antara heavy viewing dan rasa
ketidakamanan (Woler 1978).
(6) Motivasi penonton menyebabkan heavy
viewer tidak secara pasif menerima apa yang
digambarkan di televisi (Dominick,1990).
(www.aber.ac.uk/media/documents/short/
cultiv.html).
Dari semua yang telah kita bahas mengenai
cultivation analysis, memang banyak kritik
terhadap teori ini. Namun demikian, dalam
kenyataannya, teori ini dapat kita lihat pada
masyarakat, terutama pada anak-anak yangmasih
mudah untuk dipengaruhi oleh pesan-pesan yang
disajikan di televisi.
Daftar Pustaka
Baran, Stanley J & Dennis K. Davis. 1995.Mass
Communication Theory. Belmont California:
Wadsworth Publishing Company.
Becker, Samuel L. 1987. Discovering Mass Com-
munication. 2nd
Edition. USA: Scot,
Foresman & Company.
Connecticut: Dushkin Publishing Group. 1996.
Dominick,W. The Dynamick of Mass Communi-
cation. NewYork: McGrawHill.1990
Griffin, E.M. A First Look At Communication.
Amerika:McGrawHill.2003
Hanson, Jarice & David J. Maxcy. Sources: No-
table Selections in Mass Media. Guilford
Infante Dominic A.,Andrews. Rancer & Deanna
F. Womack. Building Communication
Kendal/Hunt Company. 1990.
Littlejohn, Stephen W. Theoris of Human Com-
munication. Belmont: Wdswrth
Mc Quail, Dannis, Teori Komunikasi Massa edisi
kedua, Erlangga: 1987
M i l l e r , K a t h e r i n e . C o m m u n i c a t i o n
Theories.Amerika: McGrawHill.2002. New
York:Arnold.1997.PublishingCompany.1996.
Severin, Werner J & James W. Tankard. Commu-
nication Theories; Origins, Methods,
Stamm, Keith R& John E Bowes. The Mass Com-
munication Process. Dubuque, Iowa: Theory.
Illinois:WavelandPress Inc. 1993.Uses. New
York: Hastings House Publisher.1979.
Wadsworth Publishing Company.
89H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory”
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
Watson, James &Anne Hill. A Dictionary of Com-
munication and Media Studies.
Wood, JT. 2000. Communication Theories in Ac-
tion. Belmont California:www.aber.ac.uk/me-
dia/documents/short/cultiv.html, cultivation
Theory, dean Chandler
www.aber.uk/media/documents/short/cultiv.html,
cultivation theory week eleven lecture 24,
cultivation theory by George Gerbner
www.asudayton.edu/com/faculty/kenny/
cultivation.html, George GerbnerCultivation
Theory.
MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200790

More Related Content

What's hot

Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theorymankoma2013
 
Teori Media Ekologi
Teori Media EkologiTeori Media Ekologi
Teori Media Ekologimankoma2013
 
teori komunikasi massa
teori komunikasi massateori komunikasi massa
teori komunikasi massadinaayumirta
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
Elemen Lemen Komunikasi Massa
Elemen Lemen Komunikasi MassaElemen Lemen Komunikasi Massa
Elemen Lemen Komunikasi Massaiwan setiawan
 
Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA TERHADAP MODERNISASI "
Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA  TERHADAP MODERNISASI "Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA  TERHADAP MODERNISASI "
Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA TERHADAP MODERNISASI "suciwijayanti18
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatSirajuddin Lathif
 
Teori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi MassaTeori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi Massaiwan setiawan
 
The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory Faiz Sujudi
 
Media Dependency Theory
Media Dependency TheoryMedia Dependency Theory
Media Dependency Theorymankoma2013
 
Uses and Gratifications Theory
Uses and Gratifications TheoryUses and Gratifications Theory
Uses and Gratifications Theorymankoma2012
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 

What's hot (20)

Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theory
 
Teori Media Ekologi
Teori Media EkologiTeori Media Ekologi
Teori Media Ekologi
 
teori komunikasi massa
teori komunikasi massateori komunikasi massa
teori komunikasi massa
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
Teori Uses And Effect
Teori Uses And EffectTeori Uses And Effect
Teori Uses And Effect
 
Elemen Lemen Komunikasi Massa
Elemen Lemen Komunikasi MassaElemen Lemen Komunikasi Massa
Elemen Lemen Komunikasi Massa
 
Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA TERHADAP MODERNISASI "
Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA  TERHADAP MODERNISASI "Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA  TERHADAP MODERNISASI "
Makalah "PENGARUH KOMUNIKASI MASSA TERHADAP MODERNISASI "
 
Makalah Dampak kom massa
Makalah Dampak kom massaMakalah Dampak kom massa
Makalah Dampak kom massa
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakat
 
Teori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi MassaTeori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi Massa
 
The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory The Spiral of Silence Theory
The Spiral of Silence Theory
 
Teori komunikasi massa
Teori komunikasi massaTeori komunikasi massa
Teori komunikasi massa
 
Makalah media masa
Makalah media masaMakalah media masa
Makalah media masa
 
Uses and Gratifications Theory
Uses and Gratifications TheoryUses and Gratifications Theory
Uses and Gratifications Theory
 
Media Dependency Theory
Media Dependency TheoryMedia Dependency Theory
Media Dependency Theory
 
Uses and Gratifications Theory
Uses and Gratifications TheoryUses and Gratifications Theory
Uses and Gratifications Theory
 
Media baru – teori baru
Media baru – teori baruMedia baru – teori baru
Media baru – teori baru
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Psikologi media
Psikologi mediaPsikologi media
Psikologi media
 
Social categories
Social categoriesSocial categories
Social categories
 

Similar to 1243 2488-1-pb

Cultivation analysis
Cultivation analysisCultivation analysis
Cultivation analysisRonzzy Kevin
 
Teoriteori komunikasi-massa
Teoriteori komunikasi-massaTeoriteori komunikasi-massa
Teoriteori komunikasi-massaMuhammad Syazmi
 
TEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptx
TEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptxTEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptx
TEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptxAlvinSetya
 
AZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdf
AZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdfAZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdf
AZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdfashrafkhairulAzam
 
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.pptMateri 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.pptAdePutraTunggali
 
Uses and gratifications theory
Uses and gratifications theoryUses and gratifications theory
Uses and gratifications theoryRonzzy Kevin
 
Materi 10 - SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdf
Materi 10 -  SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdfMateri 10 -  SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdf
Materi 10 - SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdfAdePutraTunggali
 
AZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdf
AZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdfAZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdf
AZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdfashrafkhairulAzam
 
Analisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptx
Analisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptxAnalisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptx
Analisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptxirpanhakim3
 

Similar to 1243 2488-1-pb (20)

Cultivation analysis
Cultivation analysisCultivation analysis
Cultivation analysis
 
Teoriteori komunikasi-massa
Teoriteori komunikasi-massaTeoriteori komunikasi-massa
Teoriteori komunikasi-massa
 
TEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptx
TEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptxTEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptx
TEORI KONTEMPORER KOMUNIKASI MASSA.pptx
 
Teori komunikasi
Teori komunikasiTeori komunikasi
Teori komunikasi
 
AZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdf
AZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdfAZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdf
AZ-TEORI-TEORI KOMUNIKASI MASSA.pdf
 
Hypodermic needle
Hypodermic needleHypodermic needle
Hypodermic needle
 
Bab 10 teori komunikasi
Bab 10 teori komunikasiBab 10 teori komunikasi
Bab 10 teori komunikasi
 
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.pptMateri 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
Materi 8 Teori Komunikasi Massa 2.ppt
 
Uses and gratifications theory
Uses and gratifications theoryUses and gratifications theory
Uses and gratifications theory
 
Komunikasi massa
Komunikasi massaKomunikasi massa
Komunikasi massa
 
Konsep audience
Konsep audienceKonsep audience
Konsep audience
 
Materi 10 - SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdf
Materi 10 -  SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdfMateri 10 -  SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdf
Materi 10 - SISTEM KOMUNIKASI MASSA.pdf
 
Komunikasi Massa
Komunikasi MassaKomunikasi Massa
Komunikasi Massa
 
AZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdf
AZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdfAZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdf
AZ-KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU.pdf
 
Ade
AdeAde
Ade
 
131222 tugas komunikasi massa
131222 tugas komunikasi massa131222 tugas komunikasi massa
131222 tugas komunikasi massa
 
Telepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskanTelepon genggam yang mencemaskan
Telepon genggam yang mencemaskan
 
Teori komunikasi
Teori komunikasiTeori komunikasi
Teori komunikasi
 
Analisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptx
Analisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptxAnalisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptx
Analisis Propaganda dan Teori Komunikasi Massa.pptx
 
Tugas teori comunikcasi
Tugas teori comunikcasi Tugas teori comunikcasi
Tugas teori comunikcasi
 

Recently uploaded

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugaslisapalena
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxZhardestiny
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (9)

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

1243 2488-1-pb

  • 1. 83H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory” Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Pengantar Gagasan tentang cultivation theory (teori kultivasi)untukpertama kalinya dikemukakan oleh George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya di Annenberg School of Communication di Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel berjudul “the televisionWorldof Violence”.Artikel tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku bertajuk Mass Media and Violence yang disunting D. Lange, R. Baker &S. Ball (eds). Menurut Wood (2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif di mana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada khalayaknya. Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa (powerful effects model) dengan kelompok yang memercayai keterbatasan efek media (lim- ited effects model), dan juga perdebatan antara kelompok yang menganggap efek media massa bersifat langsung dengan kelompok yang menganggap efek media massa bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang individual. Menurut Signorielli dan Mogan (1990), analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari paradigma penelitian tentang efek media yang sebelumnya dilakukan oleh Gerbner, yaitu cultural indicators, yang menyelidiki (1) proses institusional dalam produksi isi media, (2) image (kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak. Gerbner bersamabeberapa rekannya kemudian melanjutkan penelitian media massa tersebut “Cultivation Theory” ABSTRACT The idea of Cultivation Theory was first addressed by George Gerbner with his colleagues of Annenberg School of Communication, Pennsylvania (1969). Based on previous research about cultural indicators conducted by the same researcher, cultivation analysis focused on mass media impact on everyday life. Another important findings from cultivation analysis was the categorization of television audience to two different classes: heavy viewers and light viewers. Among those two, heavy viewer became the main concern of communication scholars. It was believed that heavy viewing of television behavior permanently would lead to deep and exagger- ated belief toward symbolic realities as presented on the screen. Kata kunci: teori kultivasi, realist simbolik, kekerasan, heavy viewer H.A. Saefudin danAntarVenus
  • 2. MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200784 dengan menfokuskan pada dampak media masa dalam kehidupan sehari-hari melalui cultivation analysis. Dari analisis tersebut, diperoleh berbagai temuan yang menarik dan orisinal, yang kemudian banyak mengubah keyakinan orang tentang relasi antara televisi dan khalayaknya berikut berbagai efekyangmenyertainya. Karena konteks penelitian ini dilakukan dalam kaitan merebaknya acara kekerasan di televisi dan meningkatnya angka kejahatan di masyarakat, maka temuan penelitian ini lebih terkait dengan efek kekerasan di media televisi terhadap persepsi khalayaknya tentang dunia tempat mereka tinggal. Salah satu temuan terpenting adalah bahwa penonton televisi dalam kategori berat (heavy viewers) mengembangkan keyakinan yang berlebihan (exaggerated belief) tentang dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sementara, kekerasan yang mereka saksikan di televisi menanamkan ketakutan sosial (social paranoia) yang membangkitkan pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat dipercaya. Asumsi /Esensi Teori Secara keilmuan, untuk menunjukkan bahwa televisi sebagai media yang memengaruhi pandangan kita terhadap realitas sosial, para peneliti cultivation analysis bergantung kepada empat tahap proses. Pertama, message system analysis yang menganalisis isi program televisi. Kedua, formulation of question about viewers’ social realities, yaitu pertanyaan yang berkaitan seputar realitas sosial penonton televisi. Ketiga, survey the audience, yaitu menanyakan kepada mereka seputar apa yang mereka konsumsi dari media. Keempat, membandingkan realitas sosial antara penonton berat dan orang yang jarang menonton televisi. Empat tahap itu dapat disederhanakan menjadi dua jenis analisis: (1) Analisis isi (content analysis), yang mengidentifikasi atau menentukan tema-tema utama yang disajikan oleh televisi. (2) Analisis khalayak (audience research), yang mencoba melihat pengaruh tema-tema tersebut pada penonton (www.aber.uk/media/docu- ments/short/cultiv.html) Langkah pertama untuk pengujian teori kultivasi dalam studi awal adalah menentukan kandungan isi televisi melalui analisis isi. Gerbner dan kawan-kawan mulai memetakan kandungan isi pada prime time dan program televisi bagi anak- anak di akhir pekan (weekend). Di antara berbagai teori dampak media jangka panjang, cultivation analysis merupakan teori yang menonjol. Gerbner menyatakan bahwa televisi, sebagai salah satu media modern, telah memperoleh tempat sedemikian rupa dan sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Teori kultivasi melihat media massa sebagai agen sosialisasi dan menemukan bahwa penonton televisi dapat memercayai apa yang ditampilkan oleh televisi berdasarkan seberapa banyak mereka menontonnya (www.asudayton/edu/com/ faculty/ kenny/cultivation.html). Berdasarkan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton, maka penonton televisi dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni light viewer (penonton ringan) dalam arti menonton rata-rata dua jam per hari atau kurang dan hanya tayangan tertentu, dan heavy viewer (penonton berat), yaitu menonton rata-rata empat jam per hari atau lebih dan tidak hanya tayangan tertentu ( Infante, et.al, 1990, 1993). Asumsi dasar teori ini adalah: (1) Televisi merupakan media yang unik. (2) Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial. (3) Light viewers (penonton ringan) cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariasi (baik komunikasi bermedia maupun sumber per- sonal), sementara heavy viewers (penonton berat) cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka. (4) Terpaan pesan televisi yang terus menerus menyebabkan pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan konsensus
  • 3. 85H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory” Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 sini dipengaruhi pula oleh latar belakang demografis di antara mereka. Asumsi ketiga menyatakan bahwa“light view- ers cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariasi (baik komunikasi bermedia maupun sumber personal), sementara heavy viewers cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka”. Kelompok penonton yang termasuk kategori berat umumya memiliki akses dan kepemilikan media yang lebih terbatas. Karena itu, mereka mengandalkan televisi sebagai sumber informasi dan hiburan mereka. Karena keterpakuan pada satu media ini, keragaman dan alternatif informasi yang mereka miliki menjadi terbatas. Itulah sebabnya, kemudian, mereka membentuk gambaran tentang dunia dalam pikirannya sebagaimana yang digambarkan televisi. Sebaliknya, kelompok penonton ligth viewers memiliki akses media yang lebih luas, sehingga sumber informsi mereka menjadi lebih variatif. Karena kenyataan ini, maka pengaruh televisi tidak cukup kuat pada diri mereka. Menurut teori ini, media massa, khususnya televisi, diyakini memiliki pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonya (behavioral effect). Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat kumulatif dan tidak langsung. Inilah yang membedakan teori ini dengan the hypodermic needle theory atau sering juga disebut the magic bullet theory, agenda setting theory, spiral of si- lence theory. Lebih lanjut, dapat dikemukakan bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton merupakan tahap lanjut setelah media ini terlebih dahulu mengubah dan membentuk keyakinan- keyakinan tertentu pada diri mereka melalui berbagai acara yang ditayangkan. Satu hal yang perlu dicermati adalah bahwa teori ini lebih cenderung berbicara pengaruh televisi pada tingkat komunitasataumasyarakat secara keseluruhan dan bukan pada tingkat individual. Secara implisit teori ini juga berpendapat bahwa pemirsa televisi bersifat heterogen dan terdiri dari individu-individu yang pasifyangtidak berinteraksisatusamalain.Namun, merekamemiliki pandangan yang sama terhadap realitas yang masyarakat. (5) Televisi membentuk mainstreaming dan reso- nance (6) Perkembangan teknologi baru memperkuat pengaruh televisi. (www.aber.ac.uk/media/documents/short/ cultiv.html) Asumsi pertama teori ini menyatakan bahwa “televisi merupakan media massa yang bersifat unik”. Keunikan tersebut ditandai oleh karakteristik televisi yang bersifat pervasive (menyebar dan dimiliki hampir seluruh keluarga), assesible(dapat diaksestanpa memerlukan kemampuan literasi atau keahlian lain) dan coherent (mempersentasikan pesan dengan dasar yang sama tentang masyarakat melintasi program dan waktu). Asumsi kedua menyatakan bahwa “semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orangtersebut menyamakan realitastelevisi dengan realitas sosial”. Jadi, dunia nyata (real world) di sekitar penonton televisi dipersamakan dengan dunia rekaan yang disajikan media tersebut (sym- bolic world). Dengan bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa penonton memersepsi apa pun yang disajikan televisi sebagai kenyataan yang sebenarnya, namun teori ini tidakmenggeneralisasi pengaruh tersebut berlaku untuk semua penonton, melainkan lebih cenderung pada penonton dalam kategori heavy viewer (penonton berat). Hasil pengamatan dan pengumpulan data yangdilakukan Gerbner dan kawan-kawan bahkan kemudian menyatakan bahwa heavy viewer cenderung memersepsi dunia ini sebagai tempat yang lebih kejam dan menakutkan (the mean and scary world) ketimbang kenyataan yang sebenarnya. Fenomena inilah yang kemudian dikenal sebagai the mean world syndrome (sindrom dunia kejam) yang merupakan sebentuk keyakinan bahwa dunia sebuah tempat yang berbahaya, sebuah tempat di mana sulit ditemukan orang yang dapat dipercaya, sebuah tempat di mana banyak orang di sekililing kita yang dapat membahayakan diri kita sendiri. Untuk itu, orang harus berhati-hati menjaga diri. Pembedaan dan pembandingan antara heavy dan light Viewer di
  • 4. MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200786 diciptakan media tersebut. Asumsi keempat teori ini menyatakan “terpaan pesan televisi yang terus-menerus menyebabkan pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan konsensus masyarakat”. Terpaan televisi yang intens dengan frekuensi yang kerap dan terus menerus membuat apa yang ada dalam pikiran penonton televisi sebangun dengan apa yangdisajikan televisi. Karena alasan ini, kemudian, mereka menganggap bahwa apa pun yang muncul di televisi sebagai gambaran kehidupan yang sebenarnya, gambaran kehidupan yang disepakati secara konsensual oleh masyarakat. Dalam konteks ini, berarti, bila penonton melihat orang melakukan sumpah pocong di televisi ataumelihat adegan ciuman di antara dua orang yang masih pacaran dalam sebuah sinetron, maka penonton tersebut menganggap hal itu sesuatu yang lumrah saja, yang menggambarkan kehidupan nyata di lingkungannya. Asumsi kelima menegaskan bahwa “televisi membentuk mainstreaming dan resonance”. Gerbner dan kawan-kawan memperkenalkan faktor- faktor mainstreaming dan resonance (Gerbner, Gross, Morgan dan Signorelly,1980). Mainstreaming diartikan sebagai kemampuan memantapkan dan menyeragamkan berbagai pandangan di masyarakat tentang dunia di sekitar mereka (TV stabilizes and homogenize views withina society). Dalam proses ini, televisi pertama kali akan mengaburkan (blurring), kemudian membaurkan (blending) dan melenturkan (bend- ing) perbedaan realitas yang beragam menjadi pandangan mainstream tersebut. Sedangkan reso- nance mengimplikasikan pengaruh pesan media dalam persepsi realita dikuatkan ketika apa yang dilihat orang di televisi adalah apa yang mereka lihat dalam kehidupan nyata. Asumsi terakhir menyatakan bahwa “perkembangan teknologi baru memperkuat pengaruh televisi”. Asumsi ini diajukan Gerbner pada tahun 1990, setelah menyaksikan perkembangan teknologi komunikasi yang luar biasa. Asumsi ini mengandung keyakinan bahwa teknologi pendukung tidak akan mengurangi dampak televisi sebagai sebuah media, malahan pada kenyataannya akan meneguhkan dan memperkuat. Bukti utama asumsi cultivation analysis berasal dari analisisisipesan televisiAmerika secara sistematis.Analisis itu dilakukan selama beberapa tahun dan menunjukkan distorsi realitas yang konsisten dalam hubungannya dengan keluarga, pekerjaan dan peran, usialanjut, mati dan kematian, pendidikan, kekerasan, dan kejahatan. Isu ini yang memberikan pelajaran tentang hal-hal yang diharapkan dari kehidupan bukanlah pesan yang membesarkan hati, khususya bagi si miskin, kaum wanita,dan minoritasrasial(McQuail, 1987: 254). Perkembangan dan pembahasan “pandangan televisi” pada dasarnya mengacu pada proses “penanaman”. Bukti kedua yang menopang teori tersebut berasal dari survei opini dan sikap yang tampaknya mendukung pandangan bahwa banyak penonton televisi sejalan dengan jenis pandangan dunia yang ditemukan di televisi. Nancy Signorelly melaporkan studi tentang sindrom dunia kejam. Pada aksi kekerasan di pro- gram televisi bagi anak, lebih dari 2000 program termasuk 6000 karakter utama selama prime time dan akhir pekan dari 1967-1985, menganalisis dengan hasil yang menarik, 70% prime time dan 94%akhir pekan termasukaksi kekerasan.Analisis itu membuktikan heavy viewersmemandangdunia muram dan kejam dari pada orang yang jarang menonton televisi. Tidak salah jika kemudian Gerbner dan kawan-kawan melaporkan bahwa heavy viewers melihat dunia lebih kejam dan menakutkan seperti yang ditampilkan televisi dari pada orang- orang yang jarang menonton. Usia juga mempunyai pengaruh terhadap efek heavy viewers. Studi tentang “penanaman” menemukan bahwa responden yang usianya dibawah 30 tahun secara konsisten dilaporkan bahwa mereka lebih dipengaruhi televisi dari pada yang berusia di atas 30 tahun (Garbner dan Gross, dalam Hanson & Maxcy, 1996). Kritik atas Teori Hughes (1980) melaporkan bahwa televisi kemungkinan saja secara aktual menanamkan persepsi realistik dan fungsional tentang dunia.
  • 5. 87H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory” Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Menelaah beberapa hasil penelitian menunjukkan fungsi prososial dari media, hal itu dapat menjadi argumentasi bahwa asumsiutamadari teorikultivasi kemungkinan benar. Tetapi, prosedur yang digunakan untuk meneliti kemungkinan tidak kapabel dalam mengungkap efek. Hughes (1980) menyarankan bahwa ukuran-ukuran suatu penontonan yang berat hanya berkaitan dengan keseluruhan penyiaran dari televisi, bukan secara khusus kepada apa yang ditonton. HawkindanPingrec(McQuail,1982)meninjau kembali 48 studi penelitian yang menyangkut efek cultivation. Mereka menyimpulkan bahwa ada bukti sederhana untuk mendukung pengaruh menonton televisi terhadap persepsi realitas. Mereka mempunyai kesan bahwa pengaruh ini lebih kuat untuk program kekerasan. Baru-baruini, Potter (1986)mengelompokkan pokok-pokok masalah atas beberapa persepsi dari di mensi realitas. Realitas persepsi adalah tingkatan realitas di mana orang melihat pesan-pesan media. Faktor ini lebih berciri psikologis daripada variabel- variabel yang digunakan dalam pengujian sebelumnya dari teori. Potter (1986) menyimpulkan lebih kompleks dari pernyataan-pernyataan saat ini. Keseluruhan penyiaran televisi boleh jadi tidak begitu penting dibandingkan sikap-sikap dan persepsi-persepsi dari penampakan individu. Tidak diragukan, kontroversi seputar pengaruh media terhadap persepsi dan prilaku kita selalu menarik perhatian. Kita dapat mengharapkan lebih banyak lagi penelitian para ahli komunikasi massa pada bidang ini. Penemuan-penemuan baru akan mengoreksi dan mengembangkan upaya-upaya kita dalam membangun teori komunikasi massa. Dari semua yang kita bahas, jika kita perhatikan, maka akan kita temukan bahwa semua analisis itu didasarkan pada survei masyarakat di Amerika.Ada jugaalasan untuk meragukanapakah dampak“penanaman” ituterjadi juga di tempat lain selain di Amerika, sebagian karena isi dan dampak penggunaan televisi seringkali berbeda, dan sebagian lagi karena terbatasnya bukti dari negara lain, sehingga hasilnya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Hal-hal yang meragukan analisis Gerbner adalah hubungannya dengan citra menjadi masyarakat yang kejam. Wober (1978) tidak menemukan adanya dukungan data di Inggris; Dobbdan McDonnald(1979)melaporkan hal yang serupa terjadi di Kanada, sementara studi longitu- dinal yang dilakukan terhadap anak-anak Swedia (Hedinsson,1981, hal 188) menyimpulkan bahwa bukti yang dihimpun ternyata tidak langsung mendukung tapi juga tidak langsung menolak analisis tersebut. Betapapun nalarnya asumsi itu, hampir tidak mungkin memperbincangkan kerumitan asumsi hubungan antara struktur simbolik, perilaku, dan pandangan khalayaksecara meyakinkan karena banyaknya hambatan dan faktor latar belakang sosial yang berpengaruh. Satu hal yang juga penting adalah tentang hipotesis “penanaman” berkaitan dengan asal dan arah dampak. Menurut penulisnya, televisi adalah alat budaya dari tatanan industri yang telah ada dan terutama berfungsi mempertahankan, memantapkan, dan memperkuat ketimbang mengubah, mengancam, atau memperlemah keyakinan dan perilaku konvensional (Gross,1977: 180). Melalui pernyataan itu, dapat kita lihat bahwa sebenarnya perilaku itu sudah ada dalam masyarakat dan televisi lebih bersifat memperkuat apa yang sudah ada dalam masyarakat itu, bukan mengubah sesuatu yang tadinya ada menjadi tidak ada atau sebaliknya. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Newcomb, yang menyatakan “television’s ideas and the symbol that express them on that medium are not created there. Selain itu, Newcomb juga menyatakan bahwa indikator budaya ignored the wide variety of organization and expression of these ideas in the world of tele- vision. Dengan kata lain, kekerasan, sebagai contoh tidakditampilkan secara seragam di televisi sebagai indikator budaya yang harus kita percayai. Kritik terakhir terhadap teori Gerbner mengenai penerapan teori ini tidak memperhatikan kemungkinan bahwa anggota individu dari khalayak televisi dapat berlaku berbeda dalam mengartikan apa yang mereka lihat di televisi. Debat lain yang berkembang seputar teori ini adalah mengapa yang dihitung dan dibahas hanya kekerasan saja, sedangkan hal-hal lainnya tidak; dan mengapa waktu yang diuji oleh Gerbner dan
  • 6. MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200788 kawan-kawan hanya pada prime time saja, sedangkan pada waktu-waktu lain seperti sehabis sekolah, awal siang, dan akhir pekan, juga merupakan waktu menonton televisi bagi anak- anak. Sekalipun cultivation analysis adalah keluaran yang umum dari penonton televisi, namun dalam penerapannya ternyata itu bukan fenomena yang universal. Faktanya, group yang berbeda dipengaruhi secara berbeda pula oleh cultivation televisi. Contoh, remaja yang berinteraksi dengan orang tua mengenai televisi akan kurang dipengaruhi dari pada remaja yang tidak berinteraksi dengan orangtuanya. Selain itu, dalam penerapannya, ternyata terdapat perbedaan pendapat mengenai apa yang dapat disebut sebagai kekerasan dalam program televisi.Apakah dua orang remaja yang sedang baku hantam dapat disebut sebagai kekerasan atau tidak. Secara garis besar, berikut beberapa kritik untuk teori ini: (1) Perilaku kita tidak hanya dipengaruhi oleh televisi, tapi media lain, pengalaman langsung, orang lain, dll. (Baran & Davis, 1995). (2) Menonton televisi dapat membentuk gambaran mengenai realitas sosial, namun bisa saja orang yang penuh ketakutan digambarkan lebih banyak menonton televisi dari pada or- ang lain (Hanson dan Maxcy, 1995). (3) Penonton bersifat selektif, perbedaan gender dan program yang ditayangkan membedakan pengaruh yang timbul, teori ini terlalu menghomogenkan program televisi. (4) Pertanyaan hanya mengenai kondisi sosial bukan personal (Doob & Mc Donald dalam Wood, 2000). (5) Bukti yang tidak kuat dari efek kultivasi di luar USA. Contoh, di Inggris tidak ditemukan hubungan antara heavy viewing dan rasa ketidakamanan (Woler 1978). (6) Motivasi penonton menyebabkan heavy viewer tidak secara pasif menerima apa yang digambarkan di televisi (Dominick,1990). (www.aber.ac.uk/media/documents/short/ cultiv.html). Dari semua yang telah kita bahas mengenai cultivation analysis, memang banyak kritik terhadap teori ini. Namun demikian, dalam kenyataannya, teori ini dapat kita lihat pada masyarakat, terutama pada anak-anak yangmasih mudah untuk dipengaruhi oleh pesan-pesan yang disajikan di televisi. Daftar Pustaka Baran, Stanley J & Dennis K. Davis. 1995.Mass Communication Theory. Belmont California: Wadsworth Publishing Company. Becker, Samuel L. 1987. Discovering Mass Com- munication. 2nd Edition. USA: Scot, Foresman & Company. Connecticut: Dushkin Publishing Group. 1996. Dominick,W. The Dynamick of Mass Communi- cation. NewYork: McGrawHill.1990 Griffin, E.M. A First Look At Communication. Amerika:McGrawHill.2003 Hanson, Jarice & David J. Maxcy. Sources: No- table Selections in Mass Media. Guilford Infante Dominic A.,Andrews. Rancer & Deanna F. Womack. Building Communication Kendal/Hunt Company. 1990. Littlejohn, Stephen W. Theoris of Human Com- munication. Belmont: Wdswrth Mc Quail, Dannis, Teori Komunikasi Massa edisi kedua, Erlangga: 1987 M i l l e r , K a t h e r i n e . C o m m u n i c a t i o n Theories.Amerika: McGrawHill.2002. New York:Arnold.1997.PublishingCompany.1996. Severin, Werner J & James W. Tankard. Commu- nication Theories; Origins, Methods, Stamm, Keith R& John E Bowes. The Mass Com- munication Process. Dubuque, Iowa: Theory. Illinois:WavelandPress Inc. 1993.Uses. New York: Hastings House Publisher.1979. Wadsworth Publishing Company.
  • 7. 89H.A. Saefudin danAntarVenus. “CultivationTheory” Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Watson, James &Anne Hill. A Dictionary of Com- munication and Media Studies. Wood, JT. 2000. Communication Theories in Ac- tion. Belmont California:www.aber.ac.uk/me- dia/documents/short/cultiv.html, cultivation Theory, dean Chandler www.aber.uk/media/documents/short/cultiv.html, cultivation theory week eleven lecture 24, cultivation theory by George Gerbner www.asudayton.edu/com/faculty/kenny/ cultivation.html, George GerbnerCultivation Theory.
  • 8. MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200790