Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengantar e-learning dan manfaatnya bagi perusahaan dalam meningkatkan kompetensi karyawan.
2. E-learning dapat mempermudah akses informasi bagi karyawan dari berbagai tempat dan membantu mereplikasi pengetahuan secara cepat ke seluruh organisasi.
3. Namun demikian, banyak perusahaan yang gagal menerapkan e-learning
2. Untuk mempermudah penyebaran pengetahuan dan mendukung system pembelajaran
ini perusahaan harus memiliki system yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan
perusahaan dalam hal penyebaran pengetahuan dengan efisiensi biaya yang tinggi dan
kemudahan akses dari para pegawainya. Tujuan utama system manajemen pengetahuan adalah
meningkatkan kompetensi pegawai di perusahaan sebagai bagian dari pengelolaan sumber
daya manusia. Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sedemikian pesat tersebut
menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Integrasi teknologi informasi ke
dalam dunia usaha telah menciptakan pengaruh besar. Dengan memanfaatkan kecanggihan
teknologi informasi, system manajemen pengetahuan di perusahaan dapat digunakan secara
efisien dan efektif serta berkelanjutan.
Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia usaha adalah e-
learning atau elektronik learning. Saat ini e-Learning mulai mengambil perhatian banyak pihak,
baik dari kalangan akademik, profesional, perusahaan maupun industri. E-learning adalah
bentuk pembelajaran konvensional yang dituang dalam format digital dan disajikan melalui
teknologi informasi. Dalam dunia usaha dan industri, e-Learning dinilai mampu membantu
proses dalam meningkatkan kompetensi karyawan atau sumber daya manusia.
E-Learning merupakan sebuah alat yang dinilai ampuh untuk lebih memberdayakan
sistem manajemen pengetahuan. Dikatakan demikian, karena dengan adanya e-Learning, proses
pengaksesan informasi yang telah terekam dapat dilakukan dari tempat yang jauh dari
perusahaan tempat kerja. Sehingga e-Learning tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator juga
sekaligus mempermudah mereka (para karyawan perusahaan tersebut) untuk terus belajar dari
pengalaman mereka sebelumnya yang telah direkam dan didokumentasikan serta tersimpan
dalam repository.
Dengan sistem e-Learning yang dimanfaatkan secara tepat guna, suatu
organisasi/perusahaan dapat dengan cepat meningkatkan efisiensi dalam mereplikasi
pengetahuan yang telah berhasil dikuasai dan dipelajari di suatu bagian ke seluruh sendi tubuh
organisasi/perusahaan yang lainnya. Replikasi secara cepat ini sangat penting dalam
memastikan bahwa perusahaan tidak lagi berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama dan
3. harus kembali lagi mempelajarinya dari awal, serta informasi pengetahuan menjadi tidak
terisolasi dalam suatu bagian-bagian individu-individu dalam suatu organisasi/perusahaan.
E-Learning memberdayakan salah satu karakteristik yang berguna dari pengetahuan,
yaitu sekali diciptakan kemudian disimpan. Dengan demikian, akan sangat mudah untuk
direplikasikan ke seluruh bagian organisasi/perusahaan. Penggunaan e-learning bertujuan untuk
memberikan pembelajaran kepada karyawan untuk meningkatkan kompetensinya secara
berkelanjutan guna menunjang kinerja karyawan itu sendiri. Hal tersebut pada akhirnya akan
berperan pada tingkat kemajuan dan kinerja perusahaan.
Biasanya e-learning diterapkan oleh perusahaan atas dasar efisiensi (biaya) dan
efektivitas (waktu). Memang peningkatan kualitas SDM menjadi suatu harga mati yang tidak
bisa ditawar dalam tingkat persaingan bisnis yang sangat ketat dewasa ini. Walaupun demikian,
hal tersebut jelas membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. E-learning bisa menjadi
salah satu solusi untuk mengatasinya.
Dengan manfaat tersebut, tidak heran apabila akhirnya banyak perusahaan yang mencoba
menerapkan e-learning dalam rangka peningkatan kualitas SDM. Walaupun demikian, seiring
dengan perjalanan waktu, banyak perusahaan yang menerapkan e-learning akhirnya berakhir
dengan sebuah kegagalan besar. Mengapa ini terjadi? Saya bisa bilang hal ini disebabkan
karena perusahaan terlalu berfokus atau terbuai dengan manfaat yang ditawarkan. Tetapi
mereka sedikit atau bahkan mengabaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka
mengimplementasikan e-learning di perusahaan. Karena untuk mengimplementasikan e-
learning tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus
dipersiapkan dan dilakukan agar implementasi e-learning dapat berjalan dengan baik dalam
jangka waktu yang lama. Beberapa alasan kegagalan implementasi e-learning di perusahaan.
1. Tidak memiliki strategi implementasi (blue print) yang komprehensif. Sering kali
perusahaannya hanya berpikir dalam jangka pendek ketika memutuskan untuk
mengimplementasikan e-learning, bahkan hanya menganggap e-learning sebagai
sebuah pilot project. Hal ini jelas merupakan sebuah kesalahan besar. Penerapan e-learning
4. harus dipikirkan dengan matang dan terencana karena banyak hal yang terkait di dalamnya.
Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan e-learning, perusahaan
harus sudah memikirkan langkah-langkah strategis yang akan diterapkan, baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang untuk memastikan kelangsungan implementasi e-learning yang
berdaya guna. Untuk itu, pada awalnya perusahaan harus melakukan identifikasi dan
penggalian informasi mengenai implementasi e-learning, baik dengan memanfaatkan jasa
konsultan e-learning atau pun melakukan adopsi (benchmark) dari perusahaan lainnya yang
sudah sukses mengimplementasikan e-learning. Selain itu, harus dipastikan agar
implementasi e-learning tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan learning
management secara keseluruhan.
2. Ketidaksiapan melakukan change management. Yang dimaksud dengan change
management di sini lebih dalam konteks people. Harus disadari bahwa keberhasilan
implementasi e-learning sangat tergantung dari penerimaan atau respons para
penggunanya (dalam hal ini adalah karyawan perusahaan). Implementasi e-learning dapat
dikatakan sukses apabila ada antusiasme yang tinggi dari penggunanya, dan memberikan
dampak positif bagi peningkatan kualitas SDM dalam rangka mencapai target perusahaan.
Salah satu tantangan yang perlu dipikirkan dengan matang oleh manajemen adalah
merubah proses atau budaya belajar (learning culture) karyawan perusahaan. Apabila selama
ini proses pembelajaran lebih didominasi dengan metode konvensional, khususnya
pelatihan di kelas (training classroom), di mana ada peran seorang instruktur atau trainer
yang memberikan pelatihan, maka dengan e-learning peran itu menjadi hilang. Oleh
karenanya, perusahaan harus membuat kebijakan yang tepat, yang dapat memberikan
rangsangan kepada para karyawan agar mau berpartisipasi secara aktif sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Pemberian reward kepada peserta
dengan result evaluation yang sangat baik, penugasan seorang supervisor untuk mengawasi
implementasi di setiap cabang atau unit kerja, dan kebijakan untuk menjadikan e-learning
sebagai salah satu tolak ukur kompetensi karyawan merupakan beberapa cara yang bisa
diterapkan.
5. 3. Kurangnya support dari manajemen secara keseluruhan. Kesan yang seringkali muncul
adalah implementasi e-Learning di sebuah perusahaan hanya menjadi milik dan tanggung
jawab satu divisi saja, khususnya Training/Learning Center. Kondisi demikian membuat divisi
lainnya merasa tidak dilibatkan, dan hal ini menyebabkan timbulnya resistensi terhadap
implementasi e-Learning di perusahaan. Seharusnya implementasi e-Learning menjadi milik
semua elemen di perusahaan dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia demi
kelancaran bisnis perusahaan. Harus ada sinergi dari semua pihak di perusahaan agar
implementasi e-Learning dapat berjalan dengan baik dan makksimal, mulai dari proses
pengembangan hingga pelaksanaannya,.
4. Ketidaksiapan infrastruktur teknologi. Tanpa teknologi yang memadai, mustahil
implementasi e-learning dapat berjalan maksimal. Teknologi bukan hanya sekedar sarana
pendukung, tetapi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Keberadaan teknologi yang
memadai menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan implementasi e-learning di
perusahaan. Salah satu contoh kegagalan yang sering terjadi adalah masalah bandwith.
Perusahaan tidak memperhitungkan dengan cermat kapasitas bandwith yang dibutuhkan
untuk implementasi e-learning dan kaitannya dengan proses operasional perusahaan. Yang
kemudian terjadi adalah keberadaan e-learning justru dianggap menjadi penghambat
proses operasional perusahaan. Kondisi ini kemudian diikuti dengan langkah untuk
mengurangi kapasitas bandwith untuk penggunaan e-learning. Dampaknya adalah proses
pembelajaran via e-learning menjadi sangat lambat, khususnya dalam proses pengunduhan
materi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaknyamanan bagi para penggunanya. Ketika ini
terjadi, dapat dikatakan bahwa penerapan e-learning telah setengah jalan menuju
kegagalannya, karena seperti yang telah saya jelaskan di poin sebelumnya, keberhasilan e-
learning tergantung bagaimana penerimaan atau respons dari para penggunanya.
5. Individu-individu pelaksana yang kurang kompeten. Perusahaan menganggap bahwa e-
learning dapat dikelola oleh siapa saja. Ini jelas pemahaman yang sangat salah. Dapat
dikatakan bahwa e-learning merupakan perpaduan dari banyak unsur, seperti education,
IT, art, dan multi-media. Oleh karenanya, dibutuhkan figur-figur yang memiliki pengetahuan
terkait dengan unsur-unsur tersebut. Figur yang tidak hanya paham bagaimana membuat
6. sebuah materi yang berguna, tetapi juga bagaimana materi itu menarik bagi para
pembelajarnya, serta dapat berfungsi dengan baik dalam koridor teknologi.
6. Penggunaan Learning Management System (LMS) yang tidak tepat sasaran. LMS adalah
software aplikasi yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan
berbagai materi pelatihan, ujian atau test yang telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan
katalog online sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih, dan menjalankan berbagai
materi pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log atau tracking aktivitas setiap
pembelajar yang memanfaatkan e-learning. Ada banyak aplikasi LMS yang dapat dipilih dan
digunakan, baik yang sifatnya berbayar atau pun gratis. Setiap aplikasi LMS tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tidak salah pilih, sebaiknya
perusahaan perlu terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan mereka akan LMS yang
disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang akan dibangun dan diterapkan kedepannya.
7. Pemilihan vendor e-learning yang tidak tepat. Biasanya perusahaan memilih sebuah vendor
e-learning karena dua alasan, yaitu harga yang relatif murah dan nama besar. Hal itu
memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila pemilihan vendor e-learning disesuaikan
dengan kebutuhan dan strategi implementasi yang ada agar kedepannya implementasi e-
learning dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sebagai contohnya, perusahaan memilih
vendor A karena harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan kompetitornya.
Tetapi ternyata kualitas modul e-learning yang dihasilkan sangat mengecewakan dan jauh
dari ekspektasi perusahaan, serta tidak menarik minat karyawan untuk mempelajarinya.
Contoh lainnya adalah perusahaan memilih vendor B karena nama besarnya di bidang e-
learning. Secara kualitas memang bagus, tetapi belakangan baru diketahui bahwa modul
yang dihasilkan memiliki satu kelemahan utama, yaitu tidak dapat di-update oleh pihak
internal perusahaan karena ada keterbatasan komponen yang hanya dimiliki oleh vendor
tersebut. Jadilah perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan apabila ingin melakukan
perubahan yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah mengalokasikan SDM khusus
yang bertugas untuk melakukan perubahan atau modifikasi.
8. Penyusunan kursus atau materi e-learning yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau strategi
bisnis perusahaan (business strategy). Hal ini merupakan kondisi yang tidak hanya terjadi
7. pada implementasi e-learning, tetapi secara lebih luas juga pada pelaksanaan training di
banyak perusahaan. Ketika menyusun sebuah training, pihak yang terkait sering kali tidak
mempertimbangkan implikasinya bagi strategi bisnis perusahaan. Mereka beranggapan
bahwa karyawan perlu tahu tentang sebuah materi training, tanpa memikirkan alasan,
tujuan, atau dampaknya secara langsung bagi karyawan dan perusahaan. Langkah yang
sebaiknya dilakukan di awal adalah melakukan training needs analysis (TNA) berbasis
kompetensi yang mengacu pada corporate strategy, business strategy, dan functional
strategies. Hasil dari proses tersebut nantinya tertuang dalam sebuah matriks implication of
business strategy for training, yang akan dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training
atau eContent bagi karyawan perusahaan.
9. Modul e-learning yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional design (tidak efektif).
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi. Pertama adalah developer minded,
bukan user minded. Dalam mengembangkan sebuah modul e-learning, seharusnya didasari
atas pemikiran “apa yang perlu diketahui dan yang terbaik” untuk pembelajar (user), bukan
apa yang terbaik menurut kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan tampilan
(grafis) daripada instructional strategy. Harus dipahami bahwa sebuah modul e-learning
yang baik diukur dari seberapa mudah materi pembelajarannya untuk dimengerti dan
dipahami, bukan dari seberapa bagus kualitas grafis yang ditampilkan. Untuk itu diperlukan
pemilihan instructional strategy yang baik dan sesuai. Grafis hanyalah salah satu bagian
dari instructional strategy yang digunakan untuk mempermudah user memahami sebuah
materi. Ketiga adalah cakupan materi yang terlalu banyak dan dipaksakan. Banyak
perusahaan terjebak dalam pemikiran bahwa kehadiran e-learning otomatis akan
menggantikan fungsi training konvensional (classroom). Kondisi ini membuat perusahaan
sebisa mungkin memasukkan materi sebanyak-banyaknya dalam sebuah modul e-learning.
Hal ini jelas menyulitkan bagi para pembelajar dalam mempelajari dan memahami materi
yang disampaikan. Sebuah modul e-learning seharusnya mudah untuk dipelajari (simple).
Satu yang harus dipahami adalah bahwa kehadiran e-learning tidak otomatis menggantikan
training konvensional secara keseluruhan. Ada beberapa materi pembelajaran yang dapat
8. sepenuhnya menggunakan e-learning, dan ada beberapa lainnya yang tetap
harus disampaikan dengan metode konvensional.
1. Pengertian dan Sejarah E Learning
Pengertian E-Learning
E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam proses
belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem
pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan pengertian e-
learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
- Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and
Answer Book, 2003).
- William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web
(yang bisa diakses dari Internet).
- Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk
belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi
mengikuti pelajaran di kelas.
- Hartley menyatakan, E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet, intranet atau media jaringan komputer lain.
- LearnFrame.Com, E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan
komputer, maupun komputer standalone
- Thomson, Ganxglass, dan Simon menjelaskan bahwa, secara jaringan, elearning dapat
didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber
belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan
berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung
9. (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous). E-Learning berasal dari
perpadanan dua kata yakni ‘e’ dan ‘learning’. ‘e’ merupakan singkatan dari electronic
dan learning adalah pembelajaran. Jadi E-Learning atau elektornik learning adalah
pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam kegiatan
pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media
elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya
adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan
disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan
pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan
oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas
dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang
penyediaan jasa e-learning untuk umum.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,
misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan
perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan
tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Sejarah E-Learning
E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Champaign
dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan
komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut perkembangan e-learning dari masa ke
masa :
- Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-
learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi
materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov,
mpeg-1, atau avi.
10. - Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT
muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
- Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan
teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan
akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan
mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul
LMS.Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi
masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar.Bentuk
standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT
Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
- Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju
aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar
(learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan
situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan
perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai
pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
Melihat perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang
mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa e-learning akan
menjadi sistem pembelajaran masa depan. Seiring perkembangan Internet, penggunaan
sistem e-learning pun tumbuh luar biasa.Internet telah digunakan sebagai salah satu tool
untuk melakukan pembelajaran.
Sebenarnya materi E-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui
jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun
termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai
kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat
memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer.Pada umumnya
perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun
11. Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet,
pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut
berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan
dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada
kondisi dari pengajar.
E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-
Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata
pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-
pihak terkait (pengelola E-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya
tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau
pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya
perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa E-Learning untuk
umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,
misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi/perusahaan
yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada
masyarakat luas.
Maka, dapat disimpulkan E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar dengan menggunakan media internet, intranet
atau media jaringan komputer lain serta perangkat maupun aplikasi elektronik lain baik online
maupun offline sepeti CD/DVD, radio, fax, telepon, (melalui aplikasi e-mail, dll).
Infrastruktur Elearning : Infrastruktur E-Learning, yaitu dapat berupa personal computer (PC),
jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia.Termasuk didalamnya peralatan
teleconference apabila menggunakan layanan synchronous learning melalui teleconference.
Actor (orang terlibat dalam E-Learning) yang ada dalam pelaksanakan E-Learning boleh
dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru
(instruktur) yang membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang
mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
12. 2. Strategi Implementasi E-Learning
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan teknologi E-Learning adalah sebagai berikut :
- Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari;
contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon
penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti
ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya.
- Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik
untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat
mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang
sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan
cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
- Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan
tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan
suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan
“mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian
diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
- Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi
mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber
ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari.
Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara
sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
- Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap
subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi
dengan caramelakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus
menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa.
Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-
directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus
13. mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Fungsi dan Penyelenggaraan E-Learning
Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi E-Learning terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas
(classroom instruction), yaitu (Siahaan, 2004):
- Suplemen (tambahan), yaitu apabila mempunyai kebebasan memilih, apakah akan
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada
kewajiban bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun
sifatnya opsional, siswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan
- Komplemen (pelengkap), yaitu apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan
untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai
komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila
kepada siswa yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang
disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk
mereka.Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi
pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila
siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka
diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang
memang secara khusus dirancang untuk mereka.Tujuannya agar siswa semakin mudah
memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
- Substitusi (pengganti), yaitu apabila E-Learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan
belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3
(tiga) alternatif model yang dapat dipilih, yakni: (1) sepenuhnya secara tatap muka
14. (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau
bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Ada beberapa pertimbangan untuk menggunakan e-learning dewasa ini, antara lain:
- Harga perangkat komputer semakin lama semakin terjangkau (tidak lagi diperlakukan
sebagai barang mewah)
- Peningkatan kemampuan perangkat komputer dalam mengolah data lebih cepat dan
kapasitas penyimpanan data semakin besar
- Memperluas akses atau jaringan komunikasi
- Memperpendek jarah dan mempermudah komunikasi
- Mempermudah pencarian atau penelusuran informasi melalui internet.
4. Karakteristik E- learning dan manfaat E- Learning
Karakteristik E-Learning
- Memanfaatkan jasa teknologi informasi dan komunikasi berupa internet sehingga
penyampaian pesan dan komunikasi guru dan siswa secara mudah dan cepat.
- Memanfaatkan media komputer seperti jaringan komputer (computer networks atau
digital media).
- Menggunakan pendekatan pembelajaran mandiri. Dengan menggunakan e-learning,
pembelajar dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap pembelajar karena
pembelajaran tidak dilakukan secara langsung.
- Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer.
- Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga mengetahui hasil
kemajuan belajar, administrasi pendidikan, serta untuk mengetahui informasi yang
banyak dari berbagai sumber informasi.
- Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di computer.
Manfaat e-learning
15. Manfaat E-learning diantaranya adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan
guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan
belajar. Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak
semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau
mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran yang
bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur
untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.
- Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja (time and
place flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan
tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat
melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian
juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji
untuk bertemu dengan dosen/instruktur.
- Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience). Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat
dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas.
Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan sehingga, siapa saja, di
mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar
juga dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi
siapa saja yang membutuhkan.
- Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating
of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi
internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut
membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga
16. dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di
samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula
dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian guru/dosen/instruktur selaku penanggungjawab atau pembina materi
pembelajaran itu sendiri.
- Lebih mudah mendapatkan materi atau info. Jika kita menggunakan sistem
pembelajaran berbasis E-Learning, kita akan lebih mudah untuk mencari dan
mendapatkan materi atau info. Tinggal ketik apa yang kita cari, tunggu sebentar, kita
langsung dapat materinya.
- Bisa mendapatkan materi yang lebih banyak. Kita bisa mendapatkan banyak sekali
materi, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan kita bisa mencari materi yang berasal dari
luar negeri yang tentunya akan menambah wawasan bagi kita dan juga bisa untuk
meningkatkan hasil belajar kita.
- Pembelajaran lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga. Jika ada tugas, kita bisa mencari
bahan yang kita butuhkan dengan cepat. Tidak harus ke sana ke mari untuk
mendapatkan bahan yang kita butuhkan. Tinggal duduk di depan komputer atau laptop,
lalu cari yang kita butuhkan. Setelah itu, susun tugasnya dan selesai.
-
5. Syarat dan Kendala E- Learning
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan pembelajaran
elektronik (E-Learning) adalah :
- Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
- Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar,
misalnya CD-ROM atau bahan cetak.
- Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila
mengalami kesulitan.
- Adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning.
17. - Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer
dan internet.
- Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap
peserta belajar.
- Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar.
- Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara
Selain itu dalam Sembel, 2004, hal-hal yang perlu ada untuk “menghidupkan” e-learning adalah:
- Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang
disampaikan.
- Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME
menjadi materi E-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi
lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
- Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis
dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk
dipelajari.
- Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang
mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa
lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan
peringkat ketercapaian belajar siswa.
Kendala-kendala E-Learning
Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan E-Learning, yaitu (Effendi, 2005) :
- Investasi. Walaupun E-Learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan
tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
- Budaya. Pemanfaatan E-Learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan
untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
- Teknologi dan infrastruktur. E-Learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan
handal, dan teknologi yang tepat.
18. - Desain materi. Penyampaian materi melalui E-Learning perlu dikemas dalam bentuk yang
learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman
dalam membuat suatu paket pelajaran E-Learning yang memadai.
6. Keunggulan dan Kelemaha E-Learning.
Keunggulan E-Learning
E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki
kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005) :
- Efisiensi biaya, E-Learning mampu menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
organisasi karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengadaan peralatan kelas,
seperti ruang kelas, papan tulis, projector, alat tulis, dan lainnya.
- Efektifitas pembelajaran, E-Learning merupakan hal baru yang menarik dapat memotivasi
siswa untuk mencobanya, sehingga jumlah peserta dapat meningkat. E-Learning yang
didesain dengan desain intruksi yang menarik dan dilengkapi materi berbasis multimedia
dapat meningkatkan pemahaman isi pelajaran.
- Fleksibilitas waktu, E-Learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajarnya
karena dapat mengakses pelajaran kapanpun diinginkan.
- Fleksibilitas tempat, E-Learning membuat pelajar dapat mengakses pelajaran di mana
saja, selama komputer terhubung dengan jaringan internet.
- Fleksibilitas kecepatan pembelajaran, E-Learning dapat disesuaikan dengan kecepatan
belajar masing-masing siswa
Kelemahan E-Learning
Sebagaimana asal kata dari E-Learning yang terdiri dari E (elektronik) dan learning (belajar),
maka system ini juga mempunyai kekurangan, antara lain :
- Keterbatasan jumlah computer yang dimiliki oleh sekolah juga menghambat
pelaksanaan E-Learning.
- Bagi orang yang gagap teknologi, system ini belum bisa diterapkan.
19. - Kehadiran guru sebagai makhluk yang dapat berinteraksi secara langsung dengan para
murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik E-Learning ini.
- Kelemahan lain dalam E-Learning yang sering menjadi pembicaraan, antara lain
kemungkinan adanya kecurangan, plagiasi, dan pelanggaran hak cipta. Pembelajaran
dengan menggunakan E-Learning juga harus membutuhkan jaringan internet untuk
pembelajaran jarak jauh
7. Dampak dan Pembiayaan E-Learning
- Dari segi peserta didik : sensasi belajar yang berbeda, meningkatnya akses terhadap
informasi,. fleksibilitas cara belajar masing-masing individu
- Dari segi institusi penyelenggara : biaya penyelenggaraan pendidikan, rasa tanggung
jawab untuk mengadakan pelatihan kepada para tenaga pengajarnya dan menyediakan
teknologi atau media yang menjadi landasan dari sistem E-Learning yang digunakan.
- Dari segi tutor/pengajar : perlu adaptasi dalam cara pengajaran, diperlukan keahlian
dalam menyediakan materi pembelajaran yang menarik dan penggunakan fitur-fitur
yang disediakan pada sistem E-Learning dengan optimal dan efisien
- Segi pembiayaan adalah salah satu perhatian utama bagi pihak yang. Adanya masalah
biaya ini menyebabkan beberapa institusi pendidikan yang memiliki keterbatasan
finansial memilih untuk bekerja sama dengan institusi pendidikan lain atau perusahaan
penyedia layanan pengembangan sistem E-Learning
8. Peran Industri Teknologi Informasi Dalam E-Learning
E-learning dikembangkan dari perpaduan aspek pembelajaran dan aspek teknologi. Dari sisi
teknologi, keberhasilan e-learning mencakup perpaduan aspek teknologi, yaitu :
20. A. Software
Beberapa vendor khusus mengembangkan software authoring atau software yang dibutuhkan
untuk mendesain dan menyusun materi pelatihan interaktif, test, presentasi, simulasi, web
content, dll, secara profesional dan testruktur dengan menggabungkan berbagai content
multimedia.
Beberapa pengembang software e-learning authoring tool di dunia antara lain :
- Microsoft (Powerpoint, Producer, Frontpage)
- Macromedia (Authorware, Breeze, Dreamweaver)
- Adobe ( Premiere)
- Click2Learn
- Quest
B. Hardware & Networking/communication
Beberapa vendor lebih memfokuskan pada dukungan di aspek perangkat keras dan
insfrastruktur pendukung dalam implementasi E-Learning dan aspek ini tentunya tak kalah
penting dalam menentukan keberhasilan implementasi E-Learning.
9. E-Learning di Era Globalisasi
Pembelajaran dengan bantuan komputer (PBK) atau Computer Assisted Instruction (CAI)
merupakan awal mula kemunculan dari e-learning. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini,
penerapan e-Learning merupakan suatu strategi yang efektif untuk mengejar ketertinggalan
bangsa kita dengan bangsa lainnya yang sudah selangkah lebih maju dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), terutama teknologi informasi. Sebagai solusi, e-
Learning memiliki keunggulan berupa biaya pengembangan yang lebih murah, lebih baik, serta
lebih cepat.
21. - Lebih Cepat yaitu asalkan peserta tersebut memiliki hak akses perangkat teknologi
informasi (misalnya komputer), dengan cepat ia akan segera mendapatkan informasi
yang dicarinya, bahkan tanpa disadiri ia mungkin akan mendapatkan informasi jauh
melebihi dari apa yang ia cari.
- Lebih Murah : metode pembelajaran secara e-Learning tidak mengharuskan peserta
kegiatan belajar mengajar menghadiri suatu ruang tertentu, tidak diperlukan keberadaan
ataupun penyediaan seorang tutor.
- Lebih Baik adalah metode pembelajaran secara e-Learning tidak menetapkan seorang
peserta sebagai bagian dari seluruh peserta lainnya mengikuti cara belajar teman-teman
lainnya. Hal ini, jelas sekali membuat mereka yang memiliki intelegensia tinggi dapat
mempelajari subjek masalah yang ingin dipelajari secara lebih mendalam dan dapat lebih
banyak lagi mendapatkan informasi yang menarik.
Walaupun pada prinsipnya pengguna e-learning adalah individu (end user), tetapi
berdasarkan proses dan cara mengaksesnya, pengguna e-learning dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
- Perseorangan. Yang termasuk di dalamnya adalah mereka yang mengakses secara
individual melalui situs e-learning ataupun membeli CD/DVD e-learningsecara retail. e-
learningforkids.org dan pesonaedu.com merupakan dua contoh situs yang menawarkan
kepada para pengaksesnya fasilitas pembelajaran dengan e-learning.
- Institusi pendidikan. Saat ini, sudah banyak institusi pendidikan yang menerapkan
konsep e-learning dalam proses pembelajarannya. Penggunaan e-learning di institusi
pendidikan tidak lepas dari faktor globalisasi dan efisiensi. Globalisasi pendidikan
mendorong terjalinnya berbagai kerjasama antara institusi pendidikan baik yang ada di
dalam negeri maupun di luar negeri. Kerjasama bisa berupa pengembangan materi,
pembelajaran jarak jauh, pertukaran pengajar, penyediaan referensi/literatur,
penyelenggaraan ujian, sertifikasi, dan lain-lain. Untuk mendukung itu tentunya
dibutuhkan suatu sarana dan media yang tepat, di sinilah e-Learning dibutuhkan.
Efisiensi juga merupakan faktor pendorong mulai diimplementasikannya e-learning di
22. beberapa institusi pendidikan. Efisiensi baik bagi penyelenggara, dalam hal ini pihak
universitas, maupun efisiensi bagi para mahasiswanya. Harvard University Extension
School, University of London, dan Binus University adalah beberapa contoh yang sudah
menerapkan e-learning dalam proses pembelajarannya.
- Perusahaan atau institusi lainya. Penggunaan e-learning dalam rangka peningkatan
kualitas SDM perusahaan biasanya didasari atas pertimbangan efisiensi dan efektivitas.
Dengan e-learning, perusahaan dengan jumlah karyawan yang besar dan memiliki kantor
cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dapat menekan biaya training atau pelatihan
karyawannya. Perusahaan tidak perlu lagi mendatangkan karyawannya ke pusat, atau
mengirim trainer ke kantor cabang untuk melakukan pelatihan. Dengan membuat
sebuah konten e-learning, maka seluruh karyawan yang menjadi target pembelajaran
dapat mengaksesnya via PC yang ada di setiap cabang. Bayangkan, berapa besar biaya
yang dapat ditekan oleh perusahaan. Selain itu, dari sisi waktu kerja, karyawan tidak
perlu lagi mengalokasikan waktu khusus yang cukup panjang untuk training atau
pelatihan. Mereka tinggal belajar via e-learning di jam kerja atau di luar jam kerja,
tergantung kebijakan yang ada di perusahaan tersebut. Hewlett-Packard, Cisco, dan Bank
Mandiri adalah beberapa contoh perusahaan yang sudah menerapkan e-learning.
Menurut William Horton (Designing Web-Based Training, 2000), Hewlett-Packard bisa
memotong biaya pelatihan bagi 700 insinyur mereka untuk produk-produk chip yang
selalu diperbaharui, dari USD 7 juta menjadi USD 1.5 juta. Cisco mengurangi biaya
pelatihan per karyawan dari USD 1200 – 1800 menjadi hanya USD 120 per orang.
Sedangkan Bank Mandiri yang sudah mengimplementasikan e-learning sejak 2003 bisa
menghemat biaya diklat, meliputi akomodasi, transportasi, dan semacamnya hingga 50%
(SWA, 2006).
23. DAFTAR PUSAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen: Pengenalan
Model Pembelajaran eLearning. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.)
https://waldhemar.wordpress.com/2011/07/24/kegagalan-implementasi-e-learning-di-
perusahaan/
http://kelaskaryawanbisa.blogspot.com/2017/06/pengenalan-e-learning.html
https://waldhemar.wordpress.com/2011/05/11/e-learning-metode-pembelajaran-yang-
praktis/