Tugas sim, muhammad iqbal razif, yananto mihadi putra, se, m.si, manfaat e learning (1)
1. Nama: Muhammad Iqbal Razif (43217010028) II Akuntansi
Mata Kuliah: Sistem Informasi Manajemen
Dosen: Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si
Manfaat dan The Power of E-Learning dalam Pelatihan Karyawan
Saat ini di Indonesia dalam dunia pendidikan dan juga pelatihan tenaga kerja dan
karyawan sudah semakin mengikuti perkembangan yang ada. Perlahan Negara kita
tercinta sudah dalam perjalanan menuju perubahan yang lebih baik dibandingkan
dengan jaman dahulu dimana semuanya masih dilakukan secara manual sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk menyelesaikan satu hal saja.
Tentu saja untuk bersaing dengan banyak Negara yang sudah lebih dulu maju dan
berkembang maka jika kita terus menggunakan pola dan cara lama maka kita jelas
akan ketinggalan jauh di belakang.
Tidak bisa dipungkiri jika kita terus merasa diuntungkan dengan kemajuan teknologi
dan juga perkembangan di era digital seperti sekarang ini yang sangat pesat.
Setiap menit selalu saja ada hal baru dibidang ini yang pasti bermanfaat bagi banyak
orang. Khususnya dalam dunia pendidikan dan pelatihan akan menjadi lebih mudah
dan juga tentu saja semakin membuat persaingan akan lebih ketat.
Siapa yang bisa maju dan berkembang dengan cepat maka dialah yang akan
menjadi pemenang. Namun, bukan berarti kita menjadi tidak bisa belajar. Contohnya
saja dalam penggunaan E-learningyang beberapa tahun belakangan ini sudah mulai
banyak digunakan dalam berbagai bidang pekerjaan.
Download 400 video tutorial bagus tentang Manajemen Bisnis dan Ilmu
Pengembangan Diri. Download Sekarang.
2. E-learning sendiri adalah hasil nyata untuk sebuah kemajuan pada bidang teknologi
yang sangat bermanfaat salah satunya untuk mendukung proses pelatihan tenaga
kerja atau karyawan sebuah perusahaan.
E-learning bisa semaksimal mungkin diaplikasikan secara langsung untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang
membutuhkan model pengajaran dalam skala yang cukup besar. Ada beberapa
manfaat dan alasan kenapa sebaiknya memang saat ini perusahaan
mulai menggunakan dan menerapkan E-learning.
• Biaya yang Lebih Murah
Bisa kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh
lebih hemat dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih
banyak digunakan baik di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap
muka maka perusahaan masih harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya
tempat training, biaya pengajar, perjalanan dinas, konsumsi, transportasi, dll yang
dalam satu kali training saja bisa menghabiskan biaya hingga puluhan atau bahkan
ratusan juta rupiah.
Padahal karyawan pada satu perusahaan jumlahnya bisa sampai ribuan orang.
Berapa jadi total biayanya?
Sedangkan jika menggunakan E-learning maka yang dibutuhkan hanya server atau
pusat saja kemudian semua karyawan bisa mendapatkan materi pada email pribadi
pada saat bersamaan dari berbagai tempat yang berbeda tanpa ada tambahan
biaya apapun. Perbedaan ini pasti akan terlihat sangat mencolok sekali bukan?
• Cara Belajar yang Fleksibel
Dengan penggunaan E-learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat
training saja seperti saat training dengan model konvensional melainkan dari mana
saja dan kapan saja materi pelatihan bisa dibaca, dipelajari tanpa ada batasan
tertentu. Secara tidak langsung karyawan akan belajar secara terus menerus tanpa
paksaan. Dan tentu saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.
• Pembelajaran Secara Continue
Dalam system E-learning, materi yang dibagikan kepada semua karyawan bisa
3. dibaca berulang kali baik dalam bentuk dokumen, data atau video sehingga kapan
saja dirasa perlu akan lebih mudah tanpa perlu harus membawa modul pelatihan
yang berat kemana pun Anda pergi. Manfaatkan gadget Anda untuk hal yang seperti
ini.
• Pengukuran Hasil yang Akurat
Dalam penggunaan pelatihan dengan E-learning maka karyawan bukannya tanpa
tanggung jawab dan bebas atas kemudahan yang sudah diberikan.
Sebagai salah satu ujian atau syarat kelulusan maka setiap karyawan dalam setiap
jabatan diwajibkan untuk menjawab atau menyelesaikan setiap quiz, soal, test atau
ujian yang diberikan juga melalui materi yang ada. Sistem E-learning sudah memiliki
desain yang lengkap sampai dengan scoring atau penilaian jawaban karyawan yang
saat itu juga bisa langsung mengetahui hasilnya. Dari segi waktu pun lebih efisien
dan singkat bukan?
• Jangkauan Tanpa Batas
Dengan system E-learning maka bisa menjangkau siapa saja, dimana saja tanpa
terbatas waktu dan tempat. Dalam memanfaatkan dunia maya jarak dan tempat
seolah bukanlah sebuah hal yang begitu berarti.
Download 400 video tutorial bagus tentang Manajemen Bisnis dan Ilmu
Pengembangan Diri. Download Sekarang.
Yang Anda butuhkan hanyalah gadget atau computer Anda dan juga koneksi
internet yang baik maka semua pasti akan bisa lebih mudah. Bahkan training
dengan menggunakan video conference pun bisa dilakukan semua cabang
perusahaan dalam satu waktu yang bersamaan. Bisa coba Anda hitung berapa
besar penghematan biaya yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan system E-
learning ini. Pelatihan tetap berjalan baik namun tanpa perlu mengeluarkan biaya
yang besar.
Dari sekian banyak kemudahan dan kelebihan dalam fasilitas E-learning namun
masih ada rasa malas bagi para karyawan yang mungkin menganggap ini terlalu
santai, tidak ada tekanan sehingga jarang atau bahkan tidak pernah membuka
materi yang dikirimkan ke emailnya.
4. Untuk mengatasi hal ini maka perusahaan perlu memberi pancingan kepada
karyawan sehingga mereka tetap semangat untuk belajar sekalipun memang dibuat
dalam model yang lebih santai dan flexibel. Mungkin perusahaan bisa memberikan
reward berupa insentif tambahan bagi mereka yang rajin menjawab quiz dan
semacamnya.
Untuk merubah atau beralih dari masa training konvensional menuju training dengan
E-learningdalam era digital ini memang pasti butuh waktu yang tidak sebentar
namun perusahaan dan karyawan di dalamnya pasti bisa bekerja dan bersaing
dengan cepat dan tepat dalam mengikuti perkembangan yang ada dalam dunia
kerjanya sehingga memang waktu yang ada bisa lebih dimaksimalkan.
Dengan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat,
kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI
menjadi konsekuensinya. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk
digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media
elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya
adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan
disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning
dan pembelajaran sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan
diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola
oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasnya perusahaan konsultan) yang memang
bergerak dibidang penyedian jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan
secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list,
e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan
jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas.
Manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 sudut pandang:
a. Manfaat bagi siswa
5. Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas
belajar yang tinggi. Artinya, kita dapat mengaskses bahan-bahan belajar setiap
saat dan berulang-ulang. Selain itu, kita juga dapat berkomunikasi dengan
guru/dosen setiap saat, misalnya melalui chatting dan email. Mengingat sumber
belajar yang sudah dikemas secar elektronik dan tersedia untuk diakses melalui
internet, maka kita dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan
saja dan dimana saja, dan juga tugas dapat diserahkan kepada guru/dosen begitu
selesai dikerjakan.
b. Manfaat bagi pengajar
Dengan adanya kegiatan e-learning manfaat yang diperoleh guru/dosen
adalah guru/dosen akan lebih mudah melakukan pembaharuan materi maupun
model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
juga dapat efisien mengontrol kegiatan siswanya.
Penggunaan e-learning di universitas secara konsepnya, dosen e-learning harus
mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikan, memahami stategi e-
learning yang efektif, persiapan pembelajaran, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian
dan pengevaluasian tugas secara elektronik agar tercapai tujuan yang diinginkannya.
Untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu
dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa, antara lain:
Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkai proses pembelajaran,
Kemudahan akses sumber referensi
Komunikasi dalam kelas, seperti forum diskusi online dan mailing list
Program e-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada
kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat
diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti secara detail. Kenyataannya, kesuksesan
program e-learning berhubungan dengan usaha-usaha yang konsisten dan terintegrasi dari
mahasiswa, fakultas, fasilitator, staf penunjang dan administrator.
Mahasiswa
Sehubungan dengan tugas mahasiswa yaitu untuk belajar, maka perlu didukung
olehh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan
6. kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang
baik
Lembaga/Universitas
Kesusksesan e-learning bergantung juga pada tanggung jawab dari
lembaga/universitasnya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswanya
Fasilitator
Fasilitator diharapkan mengerti akan kebutuhan dari mahasiswa dan dapat
melayani mahasiswanya dan mengikuti arahan yang telah ditentukan lembaga.
Staf penunjang
Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan,
sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar.
Administrator
Administrator bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekerja
sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumber
daya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis
kedepan.
E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam
proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai
sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba
menguraikan pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
1.Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question
and Answer Book, 2003).
2. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web
(yang bisa diakses dari Internet).
3. Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk
belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik
pergi mengikuti pelajaran di kelas.
7. 4. Hartley menyatakan, E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet, intranet atau media jaringan komputer lain.
5. LearnFrame.Com, E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan
komputer, maupun komputer standalone
6. Thomson, Ganxglass, dan Simon menjelaskan bahwa, secara jaringan, elearning dapat
didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber
belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan
berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung
(synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous). E-Learning berasal dari
perpadanan dua kata yakni ‘ e’ dan ‘ learning’ . ‘ e’ merupakan singkatan dari
electronic dan learning adalah pembelajaran. Jadi E-Learning atau elektornik learning
adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam
kegiatan pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media
pembelajaran.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media
elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang
telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait
(pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya
tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau
pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan
(biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-
learning untuk umum.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih
sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi,
organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan
atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
B. Sejarah E-Learning
8. E-learning pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illionis di Urbana-Champaign
dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion)
dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
Berikut perkembangan e-learning dari masa ke masa :
Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi
e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi
materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov,
mpeg-1, atau avi.
Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT
muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara masal.
Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan
teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan
akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan
mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul
LMS.Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi
masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar.Bentuk
standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry
CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS
menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar
(learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan
situs-situs informasi, majalah dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan
perpaduan multimedia, video streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai
pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.
Melihat perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang
mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa e-learning akan
9. menjadi sistem pembelajaran masa depan. Seiring perkembangan Internet, penggunaan
sistem e-learning pun tumbuh luar biasa.Internet telah digunakan sebagai salah satu tool
untuk melakukan pembelajaran.
C. Komponen E-learning
Komponen-komponen pendukung dari proses e-Learning menurut Wahono dalam Adri
(2007:4) ada 3 komponen, antara lain :
Sistem dan Aplikasi e-Learning :
LMS atau lebih dikenal dengan Learning Management System adalah suatu perangkat
lunak atau software yang digunakan untuk mengelola (untuk keperluan administrasi),
dokumentasi, materi dan bahan ajar pelatihan serta laporan kegiatan belajar mengajar
secara online (terhubung ke internet). Untuk mengembangkan e-Learning, saat ini
telah tersedia banyak Learning Management System, baik yang komersial
ataupunyang bersifat Open Source, contohnya : MOODLE. Secara umum, LMS
menyediakan fitur standar untuk e-Learning , diantaranya:
• Fitur untuk ujian dan tugas, meliputi ujian (exam), tugas (assignment), dan
penilaian.
• Fitur untuk diskusi dan komunikasi, meliputi forum diskusi (mailing list), instant
messenger, pengumuman, profil dan kontak instruktur, serta File and Directory
Sharing.
10. • Fitur untuk materi pembelajaran, meliputi daftar pelajaran dan kategorinya, silabus,
materi pelajaran (berbasis teks atau multimedia), serta bahan pustaka.
Konten Elearning : Konten dan bahan ajar yang ada pada E-Learning system
(Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk
Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Textbased
Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan
dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh user
kapanpun dan dimanapun.
Konten E-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning
Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based
Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten
berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning
Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan
dimanapun. Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi
pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan edukasi.net yang
mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Juga mari kita beri
applaus ke pak Gatot (Biro PKLN) yang mulai memberikan insentif dan beasiswa untuk
mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke Game Technology yang arahnya untuk
pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi
konten. Sedangkan Actor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama
dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang
membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola
administrasi dan proses belajar mengajar.
Sebenarnya materi E-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui
jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD
pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan
sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar
dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer.Pada umumnya
perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun
Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun
Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa
11. ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat
diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang
tergantung pada kondisi dari pengajar.
E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning
secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran
dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak
terkait (pengelola E-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya
tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau
pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan
(biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa E-
Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi
yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website
pribadi, organisasi/perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan
atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas.
Maka, dapat disimpulkan E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar dengan menggunakan media internet, intranet
atau media jaringan komputer lain serta perangkat maupun aplikasi elektronik lain baik
online maupun offline sepeti CD/DVD, radio, fax, telepon, (melalui aplikasi e-mail, dll).
Infrastruktur Elearning : Infrastruktur E-Learning, yaitu dapat berupa personal computer
(PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia.Termasuk didalamnya
peralatan teleconference apabila menggunakan layanan synchronous learning melalui
teleconference.
Actor (orang terlibat dalam E-Learning) yang ada dalam pelaksanakan E-Learning boleh
dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru
(instruktur) yang membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang
mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
Sementara itu jika dilihat dari komponen tekhnologi atau infrastruktur elearning interaksi
atau penyempaian materi dalam E-Learning dibedakan menjadi dua yaitu :
Synchrounous E-Learning: metode penyampaian pembelajaran dimana guru dan siswa
dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Contohnya:
12. chatting, teleconference, meeting bulanan manajer seluruh cabang United Tractor di
Indonesia melalui teleconference.
Asynchronouse E-Learning : metode penyampaian pembelajaran dimana tutor dan
peserta dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang
berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) E-Learning berupa
Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem
dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Tutor dan peserta
bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan
implementasi E-Learning yang umum, Asynchronous E-Learning dimatangkan
terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous E-Learning ketika
kebutuhan itu datang.
Perbandingan Synchronous dan Asynchronous
Synchronous Elearning
Bisa terjadi komunikasi dua arah antara pengajar dan pelajar secara langsung. Akan
tetapi memerlukan instruktur secara langsung dan jadwal yang disusun sebelumnya,
Meminimalisir biaya transportasi. Tapi hilangnya non verbal communication, Efektif
apabila materi tergolong cepat perubahannya Di Indonesia masih bermasalah dengan
bandwidth
13. Asynchronous Elearning
Keuntungan utamanya adalah content didistribusikan ke pelajar, sesuai untuk
kebutuhan individual.
Tidak memerlukan instruktur secara langsung, Agar efektif, harus disajikan lebih
menarik dan informasi yang disampaikan lebih detail
Content harus dibuat selengkap mungkin dan disajikan secara menarik. Siapkan
materi yang mungkin sering ditanyakan sekaligus jawabannya
Asynchronous Elearning bisa dikategorikan menjadi dua:
1.Rapid Elearning : Satu atau dua orang mampu membuatnya dalam waktu satu hari atau
seminggu
Ciri Rapid Elearning :
Perubahan isi dalam waktu yang relatif cepat atau diupdate secara berkala
Isi hanya memiliki masa berlaku yang singkat
Biaya terbatas
Informasi yang disampaikan sedang hangat
14. Waktu delivery yang cepat di butuhkan
Materi bisa dijelaskan melalui kata
2. Traditional Elearning: Membutuhkan tim untuk membuat mulai 3 hingga 6
bulan
Ciri Traditional Elearning:
Isi sudah fix atau jarang berubah
Masa berlaku materi cukup lama
Memiliki budget yang besar
Isi bersifat orisinil
Memerlukan model 3D
D. Strategi Implementasi E-Learning
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan teknologi E-Learning adalah sebagai berikut :
1. Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari;
contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon
penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu
seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya.
2. Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal
menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa
dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan
informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya
mempelajari geografi dengan cara melakukan “ perjalanan maya” ke daerah-daerah
wisata.
3. Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan
tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan
15. suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan
“ mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk
kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
4. Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah
terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara
sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak
dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap
informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi
tersebut.
5. Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi
terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami
suatu materi dengan caramelakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi
harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari
mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang
hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai
seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas
yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun
strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.
E. Syarat dan Kendala E- Learning
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan
pembelajaran elektronik (E-Learning) adalah :
a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar,
misalnya CD-ROM atau bahan cetak.
c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila
mengalami kesulitan.
d. Adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning.
e. Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer
dan internet.
16. f. Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap
peserta belajar.
g. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar.
h. Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara
Selain itu dalam Sembel, 2004, hal-hal yang perlu ada untuk “ menghidupkan” e-
learning adalah:
1.Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang
disampaikan.
2.Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari
SME menjadi materi E-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi
menjadi lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
3.Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis
dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk
dipelajari.
4.Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang
mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa
lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan
peringkat ketercapaian belajar siswa
F. Manfaat Perusahaan Menerapkan E-learning
• Biaya yang Lebih Murah
Bisa kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh lebih
hemat dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih banyak
digunakan baik di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap muka maka
perusahaan masih harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya tempat training, biaya
17. pengajar, perjalanan dinas, konsumsi, transportasi, dll yang dalam satu kali training saja
bisa menghabiskan biaya hingga puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah.
Padahal karyawan pada satu perusahaan jumlahnya bisa sampai ribuan orang. Berapa
jadi total biayanya?
Sedangkan jika menggunakan E-learning maka yang dibutuhkan hanya server atau pusat
saja kemudian semua karyawan bisa mendapatkan materi pada email pribadi pada saat
bersamaan dari berbagai tempat yang berbeda tanpa ada tambahan biaya apapun.
Perbedaan ini pasti akan terlihat sangat mencolok sekali bukan?
• Cara Belajar yang Fleksibel
Dengan penggunaan E-learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat
training saja seperti saat training dengan model konvensional melainkan dari mana saja
dan kapan saja materi pelatihan bisa dibaca, dipelajari tanpa ada batasan tertentu. Secara
tidak langsung karyawan akan belajar secara terus menerus tanpa paksaan. Dan tentu
saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.
• Pembelajaran Secara Continue
Dalam system E-learning, materi yang dibagikan kepada semua karyawan bisa dibaca
berulang kali baik dalam bentuk dokumen, data atau video sehingga kapan saja dirasa
perlu akan lebih mudah tanpa perlu harus membawa modul pelatihan yang berat kemana
pun Anda pergi. Manfaatkan gadget Anda untuk hal yang seperti ini.
• Pengukuran Hasil yang Akurat
Dalam penggunaan pelatihan dengan E-learning maka karyawan bukannya tanpa
tanggung jawab dan bebas atas kemudahan yang sudah diberikan.
18. Sebagai salah satu ujian atau syarat kelulusan maka setiap karyawan dalam setiap jabatan
diwajibkan untuk menjawab atau menyelesaikan setiap quiz, soal, test atau ujian yang
diberikan juga melalui materi yang ada. Sistem E-learning sudah memiliki desain yang
lengkap sampai dengan scoring atau penilaian jawaban karyawan yang saat itu juga bisa
langsung mengetahui hasilnya. Dari segi waktu pun lebih efisien dan singkat bukan?
• Jangkauan Tanpa Batas
Dengan system E-learning maka bisa menjangkau siapa saja, dimana saja tanpa terbatas
waktu dan tempat. Dalam memanfaatkan dunia maya jarak dan tempat seolah bukanlah
sebuah hal yang begitu berarti
Yang Anda butuhkan hanyalah gadget atau computer Anda dan juga koneksi internet
yang baik maka semua pasti akan bisa lebih mudah. Bahkan training dengan
menggunakan video conference pun bisa dilakukan semua cabang perusahaan dalam
satu waktu yang bersamaan. Bisa coba Anda hitung berapa besar penghematan biaya
yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan system E-learning ini. Pelatihan tetap
berjalan baik namun tanpa perlu mengeluarkan biaya yang besar.
Dari sekian banyak kemudahan dan kelebihan dalam fasilitas E-learning namun masih
ada rasa malas bagi para karyawan yang mungkin menganggap ini terlalu santai, tidak
ada tekanan sehingga jarang atau bahkan tidak pernah membuka materi yang dikirimkan
ke emailnya.
Untuk mengatasi hal ini maka perusahaan perlu memberi pancingan kepada karyawan
sehingga mereka tetap semangat untuk belajar sekalipun memang dibuat dalam model
yang lebih santai dan flexibel. Mungkin perusahaan bisa memberikan reward berupa
insentif tambahan bagi mereka yang rajin menjawab quiz dan semacamnya.
Untuk merubah atau beralih dari masa training konvensional menuju training dengan E-
learning dalam era digital ini memang pasti butuh waktu yang tidak sebentar namun
perusahaan dan karyawan di dalamnya pasti bisa bekerja dan bersaing dengan cepat dan
tepat dalam mengikuti perkembangan yang ada dalam dunia kerjanya sehingga memang
waktu yang ada bisa lebih dimaksimalkan.
19. G. Manfaat dan Peranan Elearning bagi Perusahaan
a. Meningkatkan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran
elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik
dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik
dengan bahan belajar. Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran yang bersifat
konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional
dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun
menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada
pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.
b.Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja
(time and place flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara
elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta
didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana
saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan
kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai
ada janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience). Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang
dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau
meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan sehingga, siapa
saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber
belajar juga dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar
bagi siapa saja yang membutuhkan.
d.Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam
teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang
turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
20. perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di
samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula
dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian guru/dosen/instruktur selaku penanggungjawab atau pembina materi
pembelajaran itu sendiri.
e. Lebih mudah mendapatkan materi atau info. Jika kita menggunakan sistem
pembelajaran berbasis E-Learning, kita akan lebih mudah untuk mencari dan
mendapatkan materi atau info. Tinggal ketik apa yang kita cari, tunggu sebentar, kita
langsung dapat materinya.
f. Bisa mendapatkan materi yang lebih banyak. Kita bisa mendapatkan banyak sekali
materi, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan kita bisa mencari materi yang berasal
dari luar negeri yang tentunya akan menambah wawasan bagi kita dan juga bisa untuk
meningkatkan hasil belajar kita.
g. Pembelajaran lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga. Jika ada tugas, kita bisa
mencari bahan yang kita butuhkan dengan cepat. Tidak harus ke sana ke mari untuk
mendapatkan bahan yang kita butuhkan. Tinggal duduk di depan komputer atau laptop,
lalu cari yang kita butuhkan. Setelah itu, susun tugasnya dan selesai.
h. Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat menguntungkan dari
berbagai sisi yaitu (anywhere, anytime, anyspace), dengan konten ini perusahaan
dapat memberikan pembelajaran dimana saja, kapan saja, dan diruang manapun
selama didukung dengan keberadaan jaringan internet tentunya. Selain itu perusahaan
konten ini sangat membantu perusahaan besar yang mempunyai banyak cabang, tidak
perlu bersusah-payah mendatangi cabang perusahaan satu-persatun karena e-learning
dapat menjangkau semua cabang perusahaan guna untuk melakukan training untuk
karyawan perusahaan.
Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang berharap menggunakan e-learning yang
akan menguntungkan untuk perusahaan misalnya biaya pelatihan yang dikeluarkan
perusahaan dapat menjadi lebih rendah. Biaya rendah disini meliputi biaya transportasi,
dengan adanya teknologi e-learning ini perusahaan tidak perlu jauh-jauh mendatangi lokasi
pelatihan, cukup menggunakan koneksi internet, maka pelatihan sudah bisa dilakukan.
21. Peran pelatihan perusahaan adalah memastikan karyawan memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan operasional tertentu agar organisasi dapat terus beroperasi.
Pada dasarnya, pelatihan perusahaan berpusat pada transfer pengetahuan. Konferensi dan
lokakarya merupakan bagian bisnis yang penting namun mahal dan e-learning membuatnya
terjangkau dan efisien. Tenaga penjualan misalnya, mereka dapat menerima pelatihan
tentang strategi penjualan dan produk baru secara online. E-learning menawarkan biaya
yang lebih rendah untuk memberikan pelatihan dalam waktu yang lebih singkat, pada
karyawan yang tersebar di seluruh dunia.
Pelatihan di perusahaan menambahkan dimensi dan kedalaman pelatihan dengan
melibatkan peserta didik dalam menghasilkan pengetahuan baru yang membantu sebuah
organisasi untuk maju dan berkembang
H. Hambatan dan Keterbatasan e-Learning
Di dalam penerapannya di Indonesia, e-learning juga memiliki beberapa keterbatasan
dan kendala yang harus diwaspadai, seperti sebagai berikut :
- Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pelatihan,
akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya. Sehingga
bila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kerugian besar. Investasi ini
dalam bentuk kapital atau pun sumber daya manusia,
- Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan
untuk belajar atau mengikuti pelatihan melalui komputer, dimana hal ini baru
dimiliki oleh sebagian kecil sumber daya manusia kita. Oleh karena itu, change
management yang handal sangat diperlukan untuk menjamin kesuksesan penerapan
e-learning ini
- Teknologi dan Infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan
yang handal, dan teknologi yang tepat. Akan tetapi, ketersediaaan infrastruktur dan
teknologi ini masih belum memadai bagi beberapa perusahaan.
22. - Desain Materi. Penyampaian materi dalam bentuk e-learning, tentu berbeda dengan
penyampaian materi dalam training konvesional. Penyampain materi melalui e-learning
perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit
instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-
learning yang memadai.
I. Tantangan E learning bagi perusahaan
Tentunya sebagai sebuah paradigma pembelajaran, E-Learning memiliki tantangan. Baik
bersifat teknis seperti kurangnya dukungan fasilitas dan infrastruktur erta minimnya
kecakapan dan kompetensi penggunaan oleh para guru. Sedangkan untuk tantangan non-
teknis ialah masih adanya anggapan miring akan minimnya tingkat efektivitas
pembelajaran e-learning terlebih di beberapa daerah, belum lagi penentangan dari kalangan
masyarakat umum yang menganggap bahwa pembelajaran e-learning ialah paradigma
pemborosan dan berdaya guna rendah.
Akan tetapi e-learning tetap memiliki peluang dan penerimaan yang besar, selain asas
kemudahan dan efektivitas yang paripurna. E-learning mampu mengarahkan kultur maya
para siswa yang sebelumnya hanya memiliki orientasi penggunaan internet sebatas
permainan (game) maupun jejaring sosial. Diharapkan dengan adanya e-learning kelak para
siswa akan dapat menemukan arah belajar di depan monitor komputer dan perangkat
pembelajaran visual lainnya. Hal ini tentu akan berpengaruh ositif terhadap budaya positif
bangsa.
J. Peran Industri Teknologi Informasi Dalam E-Learning
E-learning dikembangkan dari perpaduan aspek pembelajaran dan aspek teknologi. Dari
sisi teknologi, keberhasilan e-learning mencakup perpaduan aspek teknologi, yaitu :
1. Software
Pengembang Software E-Learning Authoring
Beberapa vendor khusus mengembangkan software authoring atau software yang
dibutuhkan untuk mendesain dan menyusun materi pelatihan interaktif, test, presentasi,
23. simulasi, web content, dll, secara profesional dan testruktur dengan menggabungkan
berbagai content multimedia.
Beberapa pengembang software e-learning authoring tool di dunia antara lain :
- Microsoft (Powerpoint, Producer, Frontpage)
- Macromedia (Authorware, Breeze, Dreamweaver)
- Adobe ( Premiere)
- Click2Learn
- Quest
2. Hardware & Networking/communication
Beberapa vendor lebih memfokuskan pada dukungan di aspek perangkat keras dan
insfrastruktur pendukung dalam implementasi E-Learning dan aspek ini tentunya tak
kalah penting dalam menentukan keberhasilan implementasi E-Learning.
K. Kegagalan implementasi e-learning di perusahaan.
1.Tidak memiliki strategi implementasi (blue print) yang komprehensif. Sering kali
perusahaannya hanya berpikir dalam jangka pendek ketika memutuskan untuk
mengimplementasikan e-learning, bahkan hanya menganggap e-learning sebagai
sebuah pilot project. Hal ini jelas merupakan sebuah kesalahan besar. Penerapan e-
learning harus dipikirkan dengan matang dan terencana karena banyak hal yang terkait
di dalamnya. Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan e-
learning, perusahaan harus sudah memikirkan langkah-langkah strategis yang akan
diterapkan, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk memastikan
kelangsungan implementasi e-learning yang berdaya guna. Untuk itu, pada awalnya
perusahaan harus melakukan identifikasi dan penggalian informasi mengenai
implementasi e-learning, baik dengan memanfaatkan jasa konsultan e-learning atau
pun melakukan adopsi (benchmark) dari perusahaan lainnya yang sudah sukses
mengimplementasikan e-learning. Selain itu, harus dipastikan agar implementasi e-
24. learning tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi denganlearning management secara
keseluruhan.
2.Ketidaksiapan melakukan change management. Yang dimaksud dengan change
management di sini lebih dalam konteks people. Harus disadari bahwa keberhasilan
implementasi e-learning sangat tergantung dari penerimaan atau respons para
penggunanya (dalam hal ini adalah karyawan perusahaan). Implementasi e-learning
dapat dikatakan sukses apabila ada antusiasme yang tinggi dari penggunanya, dan
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas SDM dalam rangka mencapai
target perusahaan. Salah satu tantangan yang perlu dipikirkan dengan matang oleh
manajemen adalah merubah proses atau budaya belajar (learning culture) karyawan
perusahaan. Apabila selama ini proses pembelajaran lebih didominasi dengan metode
konvensional, khususnya pelatihan di kelas (training classroom), di mana ada peran
seorang instruktur atau trainer yang memberikan pelatihan, maka dengan e-learning
peran itu menjadi hilang. Oleh karenanya, perusahaan harus membuat kebijakan yang
tepat, yang dapat memberikan rangsangan kepada para karyawan agar mau
berpartisipasi secara aktif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Pemberian reward kepada peserta dengan result evaluation yang sangat baik,
penugasan seorang supervisor untuk mengawasi implementasi di setiap cabang atau
unit kerja, dan kebijakan untuk menjadikan e-learning sebagai salah satu tolak ukur
kompetensi karyawan merupakan beberapa cara yang bisa diterapkan.
3.Kurangnya support dari manajemen secara keseluruhan. Kesan yang seringkali
muncul adalah implementasi e-Learning di sebuah perusahaan hanya menjadi milik
dan tanggung jawab satu divisi saja, khususnya Training/Learning Center. Kondisi
demikian membuat divisi lainnya merasa tidak dilibatkan, dan hal ini menyebabkan
timbulnya resistensi terhadap implementasi e-Learning di perusahaan. Seharusnya
implementasi e-Learning menjadi milik semua elemen di perusahaan dengan tujuan
pengembangan sumber daya manusia demi kelancaran bisnis perusahaan. Harus ada
sinergi dari semua pihak di perusahaan agar implementasi e-Learning dapat berjalan
dengan baik dan makksimal, mulai dari proses pengembangan hingga
pelaksanaannya,.
4.Ketidaksiapan infrastruktur teknologi. Tanpa teknologi yang memadai, mustahil
implementasi e-learning dapat berjalan maksimal. Teknologi bukan hanya sekedar
25. sarana pendukung, tetapi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Keberadaan
teknologi yang memadai menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan implementasi e-
learning di perusahaan. Salah satu contoh kegagalan yang sering terjadi adalah
masalah bandwith. Perusahaan tidak memperhitungkan dengan cermat
kapasitas bandwith yang dibutuhkan untuk implementasi e-learning dan kaitannya
dengan proses operasional perusahaan. Yang kemudian terjadi adalah keberadaan e-
learning justru dianggap menjadi penghambat proses operasional perusahaan. Kondisi
ini kemudian diikuti dengan langkah untuk mengurangi kapasitas bandwithuntuk
penggunaan e-learning. Dampaknya adalah proses pembelajaran via e-learning
menjadi sangat lambat, khususnya dalam proses pengunduhan materi. Hal ini jelas
menimbulkan ketidaknyamanan bagi para penggunanya. Ketika ini terjadi, dapat
dikatakan bahwa penerapan e-learning telah setengah jalan menuju kegagalannya,
karena seperti yang telah saya jelaskan di poin sebelumnya, keberhasilan e-learning
tergantung bagaimana penerimaan atau respons dari para penggunanya.
5.Individu-individu pelaksana yang kurang kompeten. Perusahaan menganggap
bahwa e-learning dapat dikelola oleh siapa saja. Ini jelas pemahaman yang sangat
salah. Dapat dikatakan bahwa e-learning merupakan perpaduan dari banyak unsur,
seperti education, IT, art, dan multi-media. Oleh karenanya, dibutuhkan figur-figur
yang memiliki pengetahuan terkait dengan unsur-unsur tersebut. Figur yang tidak
hanya paham bagaimana membuat sebuah materi yang berguna, tetapi juga bagaimana
materi itu menarik bagi para pembelajarnya, serta dapat berfungsi dengan baik dalam
koridor teknologi.
6.Penggunaan Learning Management System (LMS) yang tidak tepat sasaran.
LMS adalah software aplikasi yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan
mendistribusikan berbagai materi pelatihan, ujian atau test yang telah disiapkan. LMS
dilengkapi dengan katalog online sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih, dan
menjalankan berbagai materi pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log
atau trackingaktivitas setiap pembelajar yang memanfaatkan e-learning. Ada banyak
aplikasi LMS yang dapat dipilih dan digunakan, baik yang sifatnya berbayar atau pun
gratis. Setiap aplikasi LMS tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Agar tidak salah pilih, sebaiknya perusahaan perlu terlebih dahulu melakukan
identifikasi kebutuhan mereka akan LMS yang disesuaikan dengan sistem
pembelajaran yang akan dibangun dan diterapkan kedepannya.
26. 7.Pemilihan vendor e-learning yang tidak tepat. Biasanya perusahaan memilih sebuah
vendor e-learning karena dua alasan, yaitu harga yang relatif murah dan nama besar.
Hal itu memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila pemilihan vendor e-learning
disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi implementasi yang ada agar kedepannya
implementasi e-learning dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sebagai contohnya,
perusahaan memilih vendor A karena harga yang ditawarkan jauh lebih murah
dibandingkan kompetitornya. Tetapi ternyata kualitas modul e-learning yang
dihasilkan sangat mengecewakan dan jauh dari ekspektasi perusahaan, serta tidak
menarik minat karyawan untuk mempelajarinya. Contoh lainnya adalah perusahaan
memilih vendor B karena nama besarnya di bidang e-learning. Secara kualitas
memang bagus, tetapi belakangan baru diketahui bahwa modul yang dihasilkan
memiliki satu kelemahan utama, yaitu tidak dapat di-update oleh pihak internal
perusahaan karena ada keterbatasan komponen yang hanya dimiliki oleh vendor
tersebut. Jadilah perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan apabila ingin
melakukan perubahan yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah mengalokasikan
SDM khusus yang bertugas untuk melakukan perubahan atau modifikasi.
8.Penyusunan kursus atau materi e-learning yang tidak sesuai dengan kebutuhan
atau strategi bisnis perusahaan (business strategy). Hal ini merupakan kondisi yang
tidak hanya terjadi pada implementasi e-learning, tetapi secara lebih luas juga pada
pelaksanaan training di banyak perusahaan. Ketika menyusun sebuah training, pihak
yang terkait sering kali tidak mempertimbangkan implikasinya bagi strategi bisnis
perusahaan. Mereka beranggapan bahwa karyawan perlu tahu tentang sebuah materi
training, tanpa memikirkan alasan, tujuan, atau dampaknya secara langsung bagi
karyawan dan perusahaan. Langkah yang sebaiknya dilakukan di awal adalah
melakukan training needs analysis (TNA) berbasis kompetensi yang mengacu
pada corporate strategy, business strategy, dan functional strategies. Hasil dari proses
tersebut nantinya tertuang dalam sebuah matriks implication of business strategy for
training, yang akan dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training atau eContent
bagi karyawan perusahaan.
9.Modul e-learning yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional
design (tidak efektif). Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi.
Pertama adalah developer minded, bukan user minded. Dalam mengembangkan
sebuah modul e-learning, seharusnya didasari atas pemikiran “ apa yang perlu
27. diketahui dan yang terbaik” untuk pembelajar (user), bukan apa yang terbaik menurut
kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan tampilan (grafis)
daripada instructional strategy. Harus dipahami bahwa sebuah modul e-learning yang
baik diukur dari seberapa mudah materi pembelajarannya untuk dimengerti dan
dipahami, bukan dari seberapa bagus kualitas grafis yang ditampilkan. Untuk itu
diperlukan pemilihan instructional strategy yang baik dan sesuai. Grafis hanyalah salah
satu bagian dari instructional strategy yang digunakan untuk mempermudah user
memahami sebuah materi. Ketiga adalah cakupan materi yang terlalu banyak dan
dipaksakan. Banyak perusahaan terjebak dalam pemikiran bahwa kehadiran e-learning
otomatis akan menggantikan fungsi training konvensional (classroom). Kondisi ini
membuat perusahaan sebisa mungkin memasukkan materi sebanyak-banyaknya dalam
sebuah modul e-learning. Hal ini jelas menyulitkan bagi para pembelajar dalam
mempelajari dan memahami materi yang disampaikan. Sebuah modul e-learning
seharusnya mudah untuk dipelajari (simple). Satu yang harus dipahami adalah bahwa
kehadiran e-learning tidak otomatis menggantikan training konvensional secara
keseluruhan. Ada beberapa materi pembelajaran yang dapat sepenuhnya menggunakan
e-learning, dan ada beberapa lainnya yang tetap harus disampaikan dengan metode
konvensional.
L. Faktor yang harus dipertimbangkan agar si pengguna merasa “ cocok” dengan
modul dan teknologi yang akan digunakan
faktor demografi. Diantaranya adalah lokasi bekerja, usia, tingkat pendidikan, dan
jabatan seseorang. Perusahaan yang memiliki karyawan kebanyakan usia muda dan
rata-rata berpendidikan tinggi biasanya tidak ada masalah dengan penggunaan
teknologi dan terbiasa menggunakan berbagai perangkat dan aplikasi komputer yang
canggih.
faktor pengetahuan yang dimiliki. Modul pelatihan apa saja yang pernah diikuti?
Seberapa “ canggih” kemampuan mereka menggunakan komputer? Atau bagaimana
latar belakang bisnis mereka? Karyawan dari organisasi pendidikan atau lembaga non
28. profit mungkin tidak terbiasa dengan jargon-jargon bisnis. HaI ini mempengaruhi
metode belajar dan modul e-learning yang akan diberikan.
faktor motivasi karyawan. Apakah alasan mengikuti pelatihan karena dipaksa
perusahaan ataukah karena memang ada keinginan untuk mengembangkan diri? Jika
motivasi si pengguna karena dipaksa belajar oleh perusahaan dan ditambah lagi
dengan metode yang dianggap menyusahkan maka e-learning tersebut akan
mengalami kegagalan.
faktor lingkungan. Seberapa canggih teknologi yang sudah dipunyai? Bagaimana
spesifikasi komputer yang dimiliki? Bagaimanakah kecepatan internet yang akan
digunakan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terjawab terlebih dahulu. Jika
kecepatan internetnya “ pas-pasan” maka sudah tentu sangat tidak disarankan
menggunakan video conference yang memakan bandwidth cukup banyak dan jika
spesifikasi komputer yang tersedia adalah rendah maka perusahaan sebaiknya
menggunakan teknologi dengan format yang sederhana saja. Percuma menggunakan
modul e-learning “ keren,” tetapi tidak bisa digunakan sama sekali karena
komputernya “ jadul.”
Contoh Kasus
Penerapan E-Learning PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
29. Lebih dari 40 % pendidikan perusahaan ditawarkan melalui e-learning. Perusahaan
dapat mengehemat 50 – 70 % dengan e-learning dibanding pelatihan kelas tradisional.
Pelatihan berbasis teknologi lebih konsisten dibanding dengan pelatihan kelas tradisional. E-
Learning dapat meningkatkan retensi pengetahuan sebesar 20 %. Pendidikan dan pelatihan
dengan pembelajaran tradisional tatap muka, membutuhkan waktu & biaya yang sangat
besar. Atas petimbangan diatas, PT.KAI mengubah cara lama dalam pembelajaran menjadi e-
learning. Dikutip dari pengenalan e-learning PT.KAI, e-Learning adalah penggunaan
sistematis teknologi jaringan multimedia komputer untuk memberdayakan peserta didik,
meningkatkan pembelajaran, menghubungkan peserta dan sumber data pendukung untuk
kebutuhan mereka, dan mengintegrasikan pembelajaran dengan kinerja individu sesuai tujuan
organisasi menggunakan Learning Management System (LMS) yang memudahkan pegawai
dalam meningkatkan pengetahuan kapanpun dan dimanapun.
Misi e-learning PT.KAI adalah mengembangkan kompetensi pegawai dengan efektif,
cepat, dan tepat. Manfaat e-learning PT.KAI : Standarisasi pengajaran dan bahan ajar,
fleksibilitas tepat dan waktu,fleksibilitas kecepatan pembelajaran,efektifitas
pengajaran,fleksibilitas distribusi,mengurangi biaya pelatihan,otomasi proses
administrasi,pola pendidikan teacher-centered menuju learner-centered, serta melacak
aktivitas dan kemajuan belajar.
E-Learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituang dalam format
digital dan disajikan melalui teknologi informasi dan didistribusikan secara on-line baik
melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media
CD/DVD dengan memanfaatkan perangkat komputer.