MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Kti irma yulistiani
1. 1
ASUHAN KEBIDANA PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY.F UMUR 22 TAHUN PIA0
8 JAM POST PARTUM DI BPM WIWIEK PANJANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : IRMA YULISTIANI
NIM : 201207091
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2. 2
ASUHAN KEBIDANA PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY.F UMUR 22 TAHUN PIA0
8 JAM POST PARTUM DI BPM WIWIEK PANJANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Akhir Program Pendidikan Diplomat III Kebidanan
NAMA : IRMA YULISTIANI
NIM : 201207091
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 201
i
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : kamis
Tanggal : 09 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Silvia Anggraini S.ST. M.Kea Margareta Rinjani S.ST
NIK NIK.2015021057
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.PH.
NIK. 2011041008
ii
4. 4
ABSTRAK
Nama : Irma Yulistiani
Program Study : DIII Kebidanan
Judul : ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. F
UMUR 22 TAHUN P1A0 8 JAM POST PARTUM DI
BPM WIWIEK PANJANG BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma pelvis. Perinium
mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, otot ini sering mengalami
kerusakan ketika janin dilahirkan.
Target global MDGs (melineum Development Goals) ke-5 adalah menurutnya
angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5
untuk menurunkan aki adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan
sungguh-sungguh untuk mencapainya. Adapun penyebab angka kematian ibu
salah satunya yaitu infeksi. Persentase angka infeksi dari tahun 2010-2013
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 5,8 % dan pada tahun 2013
sebesar 7,3 %.
Tujuan dari penelitian ini adalah dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan perawatan luka perineum. Metode yang digunakan oleh penulis
dalam karya tulis ini adalah metode penelitian survey Deskriptif,metode penulisan
Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau Deskriptif. Kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah penulis telah melakukan asuhan 7 langkah varney, dan Ny. F telah dapat
melakukan perawatan luka perineum dengan baik.
Saran dari penelitian ini adalah diharapkan ibu post partum mengikuti setiap
pengarahan dan konseling yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan dan dapat
diterapkan dirumah, guna mempercepat proses involusi.
Kata kunci : Nifas, perawatan luka perineum
Kepustakaan : 20 referensi
Jumlah Halaman : 121
iii
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : Irma Yulistiani
Nim : 201207091
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 01 Februari 1994
Alamat : Desa kotajawa, dusun kelapa dua, kec.waykhilau, kab.
Pesawaran.
No. HP : 081540072812
Nama Orang Tua :
Ayah : S’yafei
Ibu : R. Romlah Arianti
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Biografi
1. SD Negeri 02 Kota jawa Tahun 2000 s/d 2006
2. SMP Negeri 02 Kedondong Tahun 2006 s/d 2009
3. SMA Negeri 01 Kedondong Tahun 2009 s/d 2012
4. Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan Diploma III di Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2015
iv
6. 6
MOTTO
Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan
pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan
dan penundaan.
( Irma Yulstiani)
v
7. 7
PERSEMBAHAN
UNTUK YANG PALING UTAMA
Bersyukur kepada Allah SWT. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan
karya sederhana ini kepada orang yang kusayangi.
Mama Romlah dan Bapak S’yafei
yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan
do'anya untuk Irma serta cinta kasih yang tiada henti yang tiada mungkin dapat
kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan.
Nenek ku Nursilah, adik ku lusi, bibi- bibi ku, mag Omeng
Terimakasih atas motivasi dan semangat dari kalian, karna kalian lah aku bisa
bertahan dan menggapai cita- cita ku, maaf untuk sikap ku yang sudah
merepotkan para bibi- bibi ku
Dosen-dosen ku
Terimakasih atas segala ilmu yang diberikan kepada ku, terutama pembimbing ku
yang tak pernah lelah dan selalu sabar.
Angkatan VII
Sahabat – sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati
setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak.
Serta Almamaterku Tercinta
vi
8. 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA
TERHADAP NY. F UMUR 22 TAHUN PI A0 8 JAM POST PARTUM DI BPM
WIWIEK PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis tidak lepas dari kesalahan dan
kesulitan, namun berkat adanya bantuan, bimbingan, dukungan dan arahan dari
pembimbing dan pihak lain maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya penulis sampaikan
kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Silvia Anggraini S.ST. M.Kes selaku pembimbing I yang telah membantu
penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus ini
3. Margareta Rinjani S.ST selaku pembimbing II yang telah membantu
penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus ini
4. BPS Wiwiek Amd. Keb yang telah memberikan izin untuk meneliti di
tempat
5. Seluruh dosen yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan kepada
penulis.
6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyusunan penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu melalui kesempatan ini pula penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Bandar Lampung , Juni 2015
Penulis
vii
9. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
LEMBAR PENGASAHAN ............................................................... ii
ABSTRAK.......................................................................................... iii
CURRICULUM VITAE.................................................................... iv
MOTO................................................................................................ v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGNTAR........................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.4 Ruang Lingkup................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian........................................................... 6
1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data....................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori medis........................................................ 9
2.2 Tinjauan teori asuhan kebidanan...................................... 41
2.3 Landasan hukum kewenangan bidan............................... 61
viii
10. 10
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian....................................................................... 64
3.2 Matriks............................................................................ 75
BAB IV PEMBAHASA
4.1 Pengkajian....................................................................... 85
4.2 Interprestasi data ............................................................. 104
4.3 Diagnosa potensial .......................................................... 105
4.4 Tindakan Segera ............................................................. 106
4.5 Perencanaan .................................................................... 106
4.6 Pelaksanaan .................................................................... 109
4.7 Evaluasi .......................................................................... 116
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................... 119
5.2 Saran............................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
11. 11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas.................................................12
Tabel 2.2 Kebijakan program nasional masa nifas...............................42
Tabel 3.1 Matrik ..................................................................................75
x
12. 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Konsul
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Leafleat
Lampiran 5 : Dokumentasi
xi
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Nifas (puerpurium) dimulai sejak 2 jam lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini di sebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan
parous melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011; h. 01).
Luka perineum adalah umumnya terjadi unilateral, namun juga dapat bilateral.
Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada
waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada
kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan
demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga dapat terjadi prolapsus
genetalis (Rukiyah, 2010; h. 361).
Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara – negara Asia
Tenggara seperti malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailan (48/100.000
kelahiran hidup), Vietnam (59/100.000 kelahiran hidup), serta Singapore (3/100.000
kelahiran hidup). Di bandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh
berbeda seperti Australia (7/100.000 kelahiran hidup) dan Jepang (5/100.000
kelahiran hidup) (WHO, 2011).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angkat
kematian ibu di Indonesia masih tinggi sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidup angka
ini sedikit menurun di bandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per
14. 2
100.000 keahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan.
Target global MDGs (melineum Development Goals) ke-5 adalah menurutnya angka
kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk
menurunkan aki adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-
sungguh untuk mencapainya. Adapun penyebab angka kematian ibu salah satunya
yaitu infeksi. Persentase angka infeksi dari tahun 2010-2013 mengalami peningkatan
yaitu pada tahun 2010 sebesar 5,8 % dan pada tahun 2013 sebesar 7,3 % (Profil
kesehatan Indonesia 2013).
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota tahun 2012
sebesar 115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup, namun angka ini tidak dapat
dipergunakan karena angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibu yang ada di
populasi (data hanya dari fasilitas kesehatan saja). Sehingga tetap mempergunakan
data dari hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan lima tahun sekali (Profil
kes prov Lampung 2012).
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan kebidanan sangat
mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan kebidanan seperti
upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan perawatan bayi baru lahir.
Sebagai seorang bidan professional, bidan perlu mengembangkan ilmu dan kiat
asuhan kebidanan yang salah satunya adalah harus mampu mengintegrasi model
konseptual, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas (Saleha,
2009; h. 2).
Perineum adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma pelvis. Perineum
mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, otot ini sering mengalami
kerusakan ketika janin dilahirkan (Rohani, 2011; h. 27).
Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.
15. 3
Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan (Rukiyah, 2010; h. 361).
Akibat dari luka perineum adalah Infeksi kondisi perineum yang terkena lokia dan
lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat timbulnya
infeksi pada perineum (Rukiyah, 2010; h. 363).
Ada pun penyebab infeksi masa nifas bermacam-macam jalan kuman masuk
kedalam alat-alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen
(kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jaln lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir (Yanti, 2011; h. 100).
Munculnya infeksi pada luka perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir (Rukiyah, 2010; h. 363).
Dari hasil pra survey penelitian yang dilakukan di BPM Wiwiek Panjang pada
tanggal 09-1 April 2015 didapatkan 4 ibu melahirkan dengan 3 ibu yang mengalami
luka perineum sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap
Ny. F Umur 22 Tahun 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang Bandar
Lampung Tahun 2015”.
( BPM Wiwiek Panjang).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Terhadap Ny. F Umur 22 Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM
Wiwiek Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 ?
16. 4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melakukan “Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. F Umur 22
Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang Bandar Lampung
Tahun 2015” dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Penulis dapat melaksanakan pengkajian “Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. F Umur 22
Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang Bandar
Lampung Tahun 2015”.
1.3.2.2 Penulis dapat melaksanakan interprestasi data “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. F
Umur 22 Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang
Bandar Lampung Tahun 2015”.
1.3.2.3 Penulis dapat melaksanakan identifikasi diagnose/masalah potensial
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Terhadap Ny. F Umur 22 Tahun P1A0 8 Jam Post Partum
Di BPM Wiwiek Panjang Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4 Penulis dapat melaksanakan tindakan segera/kolaborasi Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum
Terhadap Ny. F Umur 22 Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM
Wiwiek Panjang Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.5 Penulis dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. F Umur 22
Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang Bandar
Lampung Tahun 2015.
17. 5
1.3.2.6 Penulis dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. F Umur 22
Tahun P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7 Penulis dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Perawatan Luka Perineum Terhadap Ny. F Umur 22 Tahun
P1A0 8 Jam Post Partum Di BPM Wiwiek Panjang Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek studi kasus terhadap Ny.F umur 22 tahun P1A0 8 jam post partum
1.4.2 Tempat
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis mengambil kasus Di BPM Wiwiek
Panjang Bandar Lampung.
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan pada tanggal 09 April - 14
April tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.5.1 Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bacaan dan sumber informasi bagi mahasiswa dan
pendidik dalam melaksanakan program pendidikan sebagai panduan, dan
contoh untuk melakukan penelitian
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi dalam
memberikan penyuluhan dan informasi atau masukan dalam meningkatkan
18. 6
pelayanan khususnya tentang perawatan luka perineum dan sebagai contoh
dalam melakukan perawatan perenium yang baik dan benar.
1.5.3 Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada
masyarakat khususnya ibu-ibu yang akan bersalin tentang pentingnya
perawatan luka perenium pada masa nifas, sebagai informasi sehinggga
dapat merawat luka perineum dengan baik.
1..5.4 Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang
perawatan luka perineum yang didapat selama perkuliahan serta dapat
mengaplikasikan dalam penanganan ibu post partum dengan luka perineum.
1.6 Metodelogi dan Tekniks Memperoleh Data
1.6.1 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah metode penelitian
survey deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi dan menggambarkan masalah kesehatan serta yang terkait dengan
kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas
tertentu (noatmodjo, 2012; h. 35-36).
1.6.2 Tehnik Memperoleh Data
1.6.2.1 Data Primer
1) Wawancara
Suatu metode yang di pergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara
lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-
19. 7
cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. (Noatmodjo,
2012;h:139).
a. Auto anamnesis
Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung
(sulistyawati, 2009; h. 180).
2) Pengkajian fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada pasien
mulai dari kepala hingga kaki dengan tehnik inspeksi,palpasi,
auskultasi, dan perkusi (Tambunan, 2011; h.66).
1.6.2.2 Data Skunder
1) Study pustaka
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang latar belakang dari suatu penilitian. Telah kita ketahui
bersama bahwa didalam pustaka tersimpan berbagai bahan bacaan
dan informasi dari berbagai di siplin ilmu (Noatmojo, 2005; h. 63).
2) Studi Dokumentasi
Semua bentuk dokumentasi baik yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan yang ada di bawah tanggung jawab instusi resmi,
misalnya laporan, static, catatan-catatan didalam kartu kelinik
(Noatmojo, 2005; h. 62).
20. 8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari)
(dewi, 2011; h. 1).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plaasenta, serta selaput yang di perlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu (saleha 2009; h. 4).
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan imunisasi, dan
nutrisi bagi ibu ( prawirohardjo 2010; h. 356).
21. 9
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
b) Menjaga kesehatan ibu dan bayi nya
c) Melaksanakan skrining secara komprehensif
d) Memberikan pendidikan kesehatan diri
e) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara
f) Konseling mengenai KB (dewi, 2011; h. 2).
2.1.1.3 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi:
1) Puerpurium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerpurium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat
genital yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin
memiliki komplikasi (Rukiyah, 2011; h. 5).
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan,rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
22. 10
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
g) Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan
sehat.
2 6 hari setelah
persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnomal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti 6 hari setelah persalinan
23. 11
setelah
persalinan
4 6 minggu
setelah
persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang
kesulitan- kesulitan yang ia atau
bayinya alami.
b) Memberikan konseling untuk KB
secara dini
(Rukiyah, 2011; h. 5-6).
Elemen kunci pelayanan kesehatan pasca persalinan
Asuhan 6-12 jam
a. Kehilangan darah ( blood loss)
b. Nyeri
c. Tekanan darah
d. Tanda bahaya ( warning signs)
Asuhan 3-6 hari yaitu :
a. Breast care
b. Suhu/infeksi
c. Lokia
d. Mood (Prawirohardjo, 2010; h. 364).
2.1.1.4 Asi Ekslusif
ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6
bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI).
ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
24. 12
(Ambarwati, 2008; h. 30).
2.1.1.5 Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1) Perubahan system reproduksi
a) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam sebelum hamil setelah
melahirkan.
Tabel 2.1
Perubahan uterus masa nifas
Involusi Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus (gr)
Keadaan
Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat dan
simpisis
500 Beberapa hari
setelah
postpartum dapat
dilalui 2jari. Akhir
minggu pertama
dapat dimasuki 1
jari.
Dua minggu Tak teraba
diatas simpisis
350
Enam
minggu
Bertambah
kecil
50-60
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
25. 13
Proses involusi uterus terjadi melalui 3 proses, antara lain:
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
b. Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri-sendiri
yang terjadi di dalam otot uterus enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat
juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung
jaringan hipertropi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu
dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun
keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis
26. 14
(Dewi, 2011; h. 55-56).
b) Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal (Dewi, 2011; h. 58).
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina selama masa nifas (Rukiyah, 2011; h. 59).
Jenis-jenis lokia berdasarkan waktu dan warnanya di
antaranya sebagai berikut:
(a) Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca
persalinan, berwarna merah mengandung darah dan
sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua,
verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.
(b) Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca
pesalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah
lendir.
(c) Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca
persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
(d) Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca
persalinan, berwarna putih kekuningan mengandung
27. 15
leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
(e) Lochea puerpulenta, terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah dan berbau busuk.
(f) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya
(Rukiyah, 2011; h. 59-60).
c) Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk
ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks
berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks
tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum
hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu
persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga
rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada
28. 16
minggu ke-6 post partum, serviks sudah menutup kembali
(Sulistyawati, 2009; h. 77).
d) Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir.
Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan
sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya),
kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin
menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi
sepsis.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil
(sulistyawati, 2009; h. 77-78).
e) Perubahan payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
29. 17
mekanisme yang fisiologis, yaitu produksi susu dan
sekresi susu atau let down. Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru
lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan
plasenta tidak ada lagi kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari
ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara
mulai bisa dirasakan. Pembuluh payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan
ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting,
refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang
reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan
ejeksi ASI melalui sinus laktifirus payudara ke duktus
yang terdapat pada putting. Ketika ASI dikeluarkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat
berlanjut dalam waktu yang lama (Saleha, 2009; h. 58).
1. Kolostrum
Cairan yang pertama yang diperoleh bayi pada ibu nya
adalah kolostrum, yang mengandung campuran kayak
protein, mineral, dan antibody dari pada ASI yang
30. 18
yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari
ke-3 atau hari ke-4. Kolostrum yang berubah menjadi
ASI yang telah matang kira-kira 15 hari sesudah bayi
lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi
sering menyusui, maka proses adanya ASI akan
meningkat. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral,
garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan
antibody yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan
laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah
immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir
bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum
yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 mi/24 jam. Kolostrum juga
merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat
yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi
makanan yang akan datang. ASI terdiri kira-kira 90%
31. 19
air sehingga bayi yang menyusui tidak membutuhkan
cairan lain bagi tubuhnya.
2 ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak
hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama 2 minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah
warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobin dan
protein menurun, sedangkan lemak dan lakto
meningkat.
3 ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI
matur relatif konstan, tidak menggumpal jika
dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau
saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk
lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah
lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.
Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk
membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan
demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremilk maupun hindmilk (Dewi, 2011; h. 21).
32. 20
f) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapatkan tekanan yang menyebabkan
colon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada
waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan
serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya BAB (Buang Air Besar) kembali normal dapat
diatasi dengan diet tinggi serat,peningkatan asupan cairan.
Bila tidak berhasil dalam waktu 2-3 hari dapat diberikan
obat laksania (sulistyawati, 2009; h. 78).
g) Perubahan Sistem Perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi
selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke
empat setelah melahirkan. Pemeriksaan sistokopik setelah
melahirkan menunjukkan tidak saja edema dan hyperemia
dinding kandung kemih, tetapi sering kali terdapat
ekstravasi darah pada submukosa.
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalamiproteinuria
yang non patologi sejak pasca melahirkan sampai 2 hari
post partum agar dapat dikendalikan. Oleh karena itu,
contoh specimen diambil melalui kateterisasi agar tidak
terkontaminasi dengan lokia yang nonpatologis. Hal ini
33. 21
dapat diwujudkan hanya bila tidak ada tanda dan gejala
infeksi saluran kemih dan preeklampsia.
Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin
sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urine yang
keluar dapat melebihi 3.000 ml per harinya. Hal ini
diperkirakan merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang
merupakan bagian normal bagi kehamilan. Selain itu juga
di dapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari
pertama setelah melahirkan.
Disamping itu, kandung kemih pada puerpurium
mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh
karena itu, distensi yang berlebihan, urine residual yang
berlebihan, dan pengosongan yang tidak sempurna, harus
harus diwaspadai dengan seksama. Ureter dan pelvis
renalis yang mengalami distensi akan kembali normal
pada dua sampai delapan minggu setelah persalinan
(Saleha, 2009; h. 59).
h) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh – pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
34. 22
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat
putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu
hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor
untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali
jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot
dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post
partum, sudah dapat fisioterapi (Sulistyawati, 2009; h. 79).
i) Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada system endokrin, terutama pada hormon-
hormon yang berperan dalam proses tersebut.
(1) Hormon oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
35. 23
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
uterus kembali kebentuk normal.
(2) Hormon prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang
untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan
dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,
kadar prolaktin tetap tinggi, dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
protein menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan,
sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang
mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi dan menstruasi.
(3) Hormon Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat
walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Disamping itu,
36. 24
progesterone mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum,
dan vulva, serta vagina (Saleha, 2009; h. 60).
j) Perubahan Tanda-Tanda Vital
(1) Suhu badan
Pada masa postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-380
C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI. Payudara
menjadi bengkak dan berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, (mastitis, traktus
genetalis, atau sistem lain) (Sulistyawati, 2009; h. 80).
(2) Nadi
Nadi berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebih
37. 25
(Ambarwati, 2008; h. 138).
(3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah malahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post
partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsia
post part (dewi, 2011; h. 60).
(4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
pencernaan (dewi, 2011; h. 60).
k) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-
400cc. Bila kelahiran melalui sectio caesarea kehilangan
darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume
darah dan hemokonsentrasi. Apabila pada persalinan
pervaginam haemokonsentrasi akan naik dan pada sectio
caesarea hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba
volume darah relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan
38. 26
dekompensasi kodis pada penderita vitium cordia. Untuk
keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi
pada hari ke tiga sampai ke lima postpartum
(Ambarwati, 2008; h. 85-86).
l) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar
fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan
darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, akan
tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama
proses persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari
post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik
lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama
(Sulistyawati, 2009; h. 82).
2.1.1.6 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Pengalaman menjadi orang tua khusus nya menjadi seorang ibu
tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi
setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung
jawab sebagai seorang ibu setelah melahirkan bayi seringkali
39. 27
menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan
faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan
tingkah laku pada seorang wanita.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in : periode ketergantungan yang berlangsung
pada hari 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan barulang kali diceritakannya. Hal
ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungan nya.
b. Fase Taking Hold : Periode ini berlangsung pada hari 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga
kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
c. Fase Letting Go : merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah menigkat.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dan dirinya
40. 28
(Dewi, 2011; h. 65-66).
2.1.1.7 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas
1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu.
Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut :
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Saleha. 2009; h. 71-72).
2) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan.
41. 29
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum telentang
ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu
post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam post partum (Saleha, 2009; h. 72).
3) Eliminasi
a) Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post
partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100, maka
dilakukan kateterisas. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk
keteterisasi.Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan
berkemih (retensio urine) pada ibu post partum yaitu
berkurangnya tekanan intraabdominal, otot-otot perut
masih lemah, edema dan uretra, dinding kandung kemih
kurang sensitif.
b) Buang air besar
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari kedua post partum. Jika pada hari
ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat
pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma
(huknah) (saleha, 2009; h. 73).
4) Kebersihan Diri (Personal hygine)
42. 30
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil,
biasanya ibu postpartum masih belum cukup kooperatif untuk
membersihkan dirinya. Bidan harus bijaksana dalam
memberikan motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu
untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada
tahap awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam
perawatan kebersihan ibu. Beberapa langkah penting dalam
keperawatan kebersihan diri ibu post partum, antara lain:
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi.
b. Memebersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru
kemudian membersihkan daerah anus.
c. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh
minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai
membersihkan daerah kemaluannya.
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyetuh
luka (sulistyawati, 2009; h. 102).
5) Istirahat dan tidur
Hal ini bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur, ibu dianjurkan agar istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, untuk kembali pada
43. 31
kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan dan
untuk tidur siang atau beristirahat saat bayi tidur.
Kurangnya istirahat dapat mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal seperti mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (saleha, 2009; h. 74).
6) Aktifitas seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan ibu oleh ibu masa
nifas harus memenuhi syarat yaitu, secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina
tanpa adanya rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kappa saja ibu siap, dan
banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari 6 minggu setelah melahirkan, keputusan ini
tergantungpada pasangan masing-masing
(saleha, 2009; h. 75).
7) Latihan senam nifas
Setelah melahirkan terjadi involusi pada hampir seluruh
organ tubuh wanita. Involusi ini jelas sangat terlihat pada
alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut
menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum
44. 32
yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh
karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan
dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak
indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi
indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan
latihan dan senam nifas (Saleha, 2009; h. 75).
2.1.1.8 Tanda-tanda bahaya masa nifas
Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa
ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-
hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang
bidan dengan segera:
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-
tiba (melebihi biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau
masalah penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau
merasa tidak enak badan
g. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit
h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
45. 33
i. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau
pembengkakan pada kaki
j. Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri
atau bayi
k. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
(Rukiyah, 2011; h. 154).
2.1.2 Perineum
2.1.2.1 Definisi
Perinium adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafrgma
pelvis. Perinium mengandung sejumlah otot superfisial, saat
persalinan, otot ini sering mengalami kerusakan ketika janin
dilahirkan (Rohani, 2011; h. 27).
2.1.2.2 Luka perinium
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun juga
dapat bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan
muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal
atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit
perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar.
Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga
dapat terjadi prolapsus genetalis.
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a) Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala
janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur
46. 34
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan.
b) Episiotomi
Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin
selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan
fasiaperineum dan kulit sebelah depan perineum. Untuk
melihat seberapa besarnya robekan atau luka tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan pandang, juga dengan melakukan
pemeriksaan memakai spekulum, hasil akan menunjukkan
tingkatan robekan perineum (rukiyah, 2010; h. 361).
2.1.2.3 Derajat laserasi jalan lahir
A. Derajat laserasi Perineum 1
B. Derajat Laserasi Perineum 2
C. Derajat Laserasi Perineum 3
D. Derajat Laserasi Perineum 4
Derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut
Derajat 1 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum.
Derajat 2 : laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum,otot perineum.
47. 35
Derajat 3 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani.
Derajat 4 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani, dinding depan rectum
(Sulistyawati, 2010; h. 181).
2.1.2.4 Perawatan luka perinium
a) Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam
rentang sakit sampai sehat (Rukiyah, 2011; h. 124).
Perawatan perinium adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan
anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti waktu
sebelum hamil (Rukiyah, 2011; h. 125).
b) Tujuan Perawatan Luka Perinium
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya
infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan
(Rukiyah, 2011; h. 125).
c) Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan
infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh
48. 36
masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang
terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut) (feerer, 2001)
Sedangkan menurut Hamilton(2002) dalam (Rukiyah, 2011;
h. 125), lingkup perawatan perineum adalah:
a) Mencegah kontaminasi dari rectum
b) Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma
c) Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri
dan bau.
d) Waktu perawatan perineum
Menurut feerer (2002) dalam (Rukiyah, 2011; h. 125).
perawatan perineum sebaiknya dilakukan saat :
a) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat
49. 37
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum
c) Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-
sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.
e) Faktor yang mempengaruhi perawatan perineum
a) Gizi: Faktor gizi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
b) Obat-obatan: Steroid: Dapat menyamarkan adanya infeksi
dengan mengganggu respon inflamasi normal;
Antikoagulan: Dapat menyebabkan hemoragi
c) Keturunan: Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi
kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu
sifat genetic yang mempengaruhi adalah kemampuan
dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi
penipisan protein-kalori.
d) Sarana prasarana: Kemampuan ibu dalam menyediakan
sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan
50. 38
sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
e) Budaya dan keyakinan: Budaya dan keyakinan akan
mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka
(rukiyah, 2010; h. 362-363).
f). Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut smeltzer (2002; 490)
adalah sebagai berikut:
a) Fase inflamasi: Berlangsung selama 1-4 hari.
Respon vascular dan selular terjadi ketika jaringan
teropong atau mengalami cedera. Vasokonstriksi
pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk
dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini
berlangsung 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh
vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan
kemampuan vasokonstriksinya karena norepinefrin
dirusak oleh enzim intraselular. Juga, Histamin
dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika mokrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen
darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit,
komplemen, dan air menembus spasium vascular selama 2
51. 39
sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat,
kemerahan dan nyeri.
b) Fase proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblast memperbanyak diri dan membentuk jaringa-
jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel
membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini
berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber
nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5%
dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35%
sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari
70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak
vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses
metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
c) Fase maturasi, berlangsung 21 sampai sebulan atau
bahkan tahunan. Sekitar 3 minggu setelah cedera,
fibroblast mulai meniggalkan luka. Jaringan parut tampak
besar, sampai fibril kolagen menyusun sampai keposisi
yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi,
mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan
kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut
dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12
minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya
dari jaringan sebelum luka (rukiyah, 2010; h. 363-364).
52. 40
g) Penatalaksanaan
Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan perinium adalah
botol, baskom dan gayung atau showr air hangat dan handuk
bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat,
pembalut nifas baru dan antiseptik.
Langkah-langkah perawatan perineum
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat.
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan
kebawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut
tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet.
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari
depan kebelakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang
h. Cuci kembali tangan
(Rukiyah, 2011; h. 126-127).
h) Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan
adalah perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat, ibu
merasa nyaman (Rukiyah, 2011; h. 127).
53. 41
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, dan keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien
(Jannah, 2011; h. 121).
Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.1 Pengkajian (pengumpulan data dasar )
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan melalui cara, yaitu sebagai berikut:
a) Auto anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung.
Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena
langsung dari sumbernya.
b) Allo anamnesa
Adalah anamnesis yang dilakukankepada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada
keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi
untuk memberikan data yang akurat
54. 42
(Sulistyawati, 2012; h. 180).
A. Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati, 2008; h. 131).
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas
(Ambarwati, 2008; h. 131).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
memimpin atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Ambarwati, 2008; h. 132).
d. Suku/bangsa
Berpengauh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari (Ambarwati, 2008; h. 132).
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
55. 43
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
pendidikannya (Ambarwati, 2008; h. 132).
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2008; h. 132).
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan (Ambarwati, 2008; h. 132).
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
(Ambarwati, 2008; h. 132).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini
(Ambarwati, 2008; h. 133).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
56. 44
ini yang ada hubungannya pada masa nifas dan
bayinya (Ambarwati, 2008; h. 133).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya
(Ambarwati, 2008; h. 133).
4. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Ambarwati, 2008; h. 133).
5. Riwayat obstetrik
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara perslinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu
(Ambarwati, 2008; h. 133).
b. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputiPB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
57. 45
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
(Ambarwati, 2008; h. 134).
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan
selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati, 2008; h. 134).
7. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan (Ambarwati, 2008; h. 134).
8. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita banyak mengalami perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering
ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah
kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post
partum blues. Post partum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
58. 46
bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh
sejumlah faktor.
Penyebab paling menonjol adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan
takut yang dialami kebanyakan wanita selama
kehamilan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan selama kurang tidur selam persalinan dan
post partum.
d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologisnya
a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
b. Respon ibu terhadap bayinya.
c. Respon ibu terhadap dirinya
(Ambarwati, 2008; h. 134-135).
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan (Ambarwati, 2008; h. 136).
59. 47
b. Eliminasi
1) Miksi, buang air kecil sendiri sebaiknya
dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat
BAK spontan 3-4 jam
2) Defekasi, ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4
hari post partum (yanti, 2011;h. 83)
c. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari.
(yanti, 2011; h. 84).
d. Personal hygiene
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum
stabil, biasanya ibu postpartum masih belum cukup
kooperatif untuk membersihkan dirinya. Bidan harus
bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa
mengurangi keaktifan ibu untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan dapat
melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.
Beberapa langkah penting dalam keperawatan
kebersihan diri ibu post partum, antara lain:
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah
infeksi dan alergi kulit pada bayi.
60. 48
b. Memebersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari
depan kebelakang, baru kemudian membersihkan
daerah anus.
c. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh
minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia
selesai membersihkan daerah kemaluannya.
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk
menyentuh luka (sulistyawati, 2009; h. 102).
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi ( Ambarwati, 2008;h. 137).
f. Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa
nifas harus memenuhi syarat berikut ini:
61. 49
a. secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri ibu siap.
b. Banyak budya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada
pasangan yang bersangkutan ( saleha, 2009; h. 75).
B. Data objektif
Setelah data subjectif kita dapatkan, untuk melengkapi data
kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan
secara berurutan (sulistyawati, 2012; h. 188).
Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut:
1. Keadaan umum.
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan
kita laporkan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik
62. 50
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri
( sulistyawati, 2012; h. 188-189).
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai
dari keadaan composmentis ( kesadaran maksimal )
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
(Sulistyawati, 2012; h. 189).
3. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya
(Ambarwati, 2008; h. 137).
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20
C.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih
0,50
C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih
63. 51
pada hri ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi.
Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak, maupun
kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila
kenaikan suhu di atas 380
C, waspada terhadap infeksi
intrapartum (Rukiyah, 2011; h. 68).
b. Nadi dan pernafasan
1. Nadi berkisar antara 60-80x/m. denyut nadi diatas
100x/m pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan.
2. Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan
disebabkan karena adanya vitium kordis.
3. Beberapa ibu post partum kadang-kadang
mengalami bradikardi puerperal, yang denyut
nadinya mencapai serendah rendahnya 40 sampai
50x/m, beberapa alas an telah diberikan sebagai
penyebab yang mungkin, tetapi belum ada
penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
4. Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/menit
64. 52
(Ambarwati, 2008; h. 138-139)
c. Tekanan darah
Tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh tubuh
manusia. Tekanan darah normal manusia adalah
sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan, sedangkan tekanan
darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. namun demikian,
hal tersebut sangat jarang terjadi
(Rukiyah, 2011; h. 69).
4. Pemeriksaan fisik
Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji karena
pada kepala terdapat organ organ yang
sangat penting pengkajian di awali
dengan inspeksi lalu palpasi
(tambunan dan Deswani,2011; h.66)
Muka : pada daerah muka kesimetrisan
muka,apakah kulitnya normal, pucat.
Ketidaksemitrisan muka menunjukan
65. 53
adanya gangguan pada saraf ke tujuh.
(Tambunan dan Deswani,2011; h.66)
Mata : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata, teknik yang digunakan inspeksi
dan palpasi
(Tambunan, 2011; h. 67).
Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar,
saluran telinga, gendang
telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. Teknik yang digunakan
adalah inspeksi dan palapasi
(Tambunan, 2011; h. 73).
Hidung : Di kaji untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam,
lalu sinus-sinu
(Tambunan, 2011; h. 79).
Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan
pada mulut
(Tambunan, 2011; h. 81).
Leher : Untuk mengetahui bentuk leher, serta
organ-organ lain yang berkaitan. Teknik
yang digunakan adalah inspeksi dan
palpasi
Dada : Mengkaji kesehatan pernafasan
66. 54
(Tambunan, 2011; h. 66-86).
Payudara : Menjadi besar saat hamil dan menyusui
dan biasanya mengecil setelah
menopouse. pembesaran ini terutama
disebabkan oleh pertumbuhan struma
jaringan penyangga dan penimbunan
jaringan lemak.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dan
plasenta meningkat tetapi ASI biasanya
belum keluar karena masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
kadar estrogen dan progesteron turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin
lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI
(Ambarwati, 2008; h. 7).
Abdomen :
1. Uterus
pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu
periksa pandang warna perut, pembesaran pada
perut,kemudian lakukan pemeriksaan raba (palpasi)
67. 55
periksa rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi
uterus, kemudian raba tinggi fundus
(Rukiyah, 2011; h. 99).
Involusi Tinggi
Fundus
Uteri
Berat
Uterus
(gr)
Keadaan
Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 Lembek
Satu minggu Pertengahan
pusat dan
simpisis
500 Beberapa
hari setelah
postpartum
dapat dilalui
2 jari.
Akhir
minggu
pertama
dapat
dimasuki 1
jari.
Dua minggu Tak teraba
diatas simpisis
350
Enam
minggu
Bertambah
kecil
50-60
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
(Dewi, 2011; hal. 57).
2. Kandung kemih
kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap
keadaan kontraksi uterus, sehingga pemeriksaan
68. 56
kandung kemih jangan diabaikan karena jika
kontraksi terhambat oleh kandung kemih yang penuh
bisa berakibat keluar darah yang cukup banyak .
(Rukiyah, 2011; h. 100).
Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk
Genetalia : Mengkaji kebersiham, pengeluaran,
massa, bau
(a) Lochea
Lokia adalah eksresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai
reaksi/ alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lokhea serosa muncul
pada hari 5 sampai hari ke 9 masa
postpartum
(Ambarwati, 2008; h. 78).
Normal :
1) Merah segar (lochea rubra)
2) Bau biasa
3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir
darah beku
69. 57
4) Jumlah perdarahan yang ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti pembalut
setiap 5 jam)
Abnormal :
1) Merah terang
2) Bau busuk
3) Mengeluarkan darah beku
4) Perdarahan berat (memerlukan
penggantian pembalut setiap 0-2 jam)
(b)Keadaan perineum : oedema, hematoma,
bekas luka episiotomy/robekan, hecting
(c)Keadaan anus : hemorroid
(d)Keadaan ekstermitas
1) Varices
2) Oedema
3) Reflex patella
(Ambarwati, 2008; h. 140-141).
2.2.2 Interpretasi data dasar
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan
menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose
tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana
70. 58
asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan
(Ambarwati, 2008; h. 141).
(1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan
para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas
(Ambarwati, 2008; h. 141).
(2) Masalah Kebutuhan
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati, 2008; h. 141).
2.2.3 Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati, 2008; h. 142).
2.2.4 Tindakan Segera/ Kolaborasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien (Ambarwati, 2008; h. 143).
71. 59
2.2.5 Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang
akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2008; h. 143).
Berdasarkan Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Asuhan 6-8 jam setelah persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
(Rukiyah, 2011; h. 5-6).
2.2.6 Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan oleh bidan secara
72. 60
mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
(wildan, 2009; h. 39).
Asuhan 6-8 jam setelah persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas yaitu dengan cara masase
uterus agar uterus dapat berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, bila terjadi
perdarahan berlanjut segera di rujuk.
3. Memberi konseling pada ibu dan atau keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas yaitu dengan cara massase
uterus agar uterus dapat berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan.
4. Menganjurkan ibu untuk pemberian ASI awal karena cairan
pertama yang diperoleh bayi dari ibunya adalah kolostrum, yang
mengandung campuran kaya protein, mineral, dan antibodi yang
berguna untuk bayi.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir dengan cara
melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermi yaitu dengan cara mengajarkan ibu untuk
mengganti popok bayi segera saat popok bayi basah, tidak
membiarkan bayi dalam keadaan tanpa busana dan selalu
menjaga kehangatan bayi.
73. 61
2.2.7 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan pelayanan
secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien (Wildan, 2009; h. 39).
2.3 LANDASAN HUKUM WEWENANG BIDAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Kompetensi yang dimiliki bidan
meliputi :
1. Pengetahuan dasa
a. Fisiologi nifas
b. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus
c. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi, termasuk pembengkakan
payudara, abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
d. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
e. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
f. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
g. Bonding attachment orang tua dan bayi baru lahirr untuk
menciptakan hubungan positif.
74. 62
h. Indicator subinvolusi, misalnya perdarahan yang terus menerus,
infeksi.
i. Indicator masalah-masalah laktasi.
j. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan, dan
preeklamsia postpartum.
k. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum,
seperti anemia kordis, hematoma vulva, retensi urin dan
inkontenensia alvi.
l. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah aabortus.
m. Tanda dan gejala komplikasi abortus
2 Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data yang berfokus pada riwayat kebidanan dan
tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang focus
3. Melakukan pemeriksaan abdoen secara lengkap untuk posisi dan
penurunan janin
4. Mencatat waktu dan pengkajian kontraksi uterus
5. Melakukan pemeriksaan panggul
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan
patograf
7. Memberikan dukungan psiologis bagi wanita dan keluarganya
8. Memberikan nutrisi, cairan dan kenyamanan
9. Mengidentifikasi secara dini
75. 63
10.Melakukan amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm
sesuai dengan indikasi
11.Menolong persalinan dengan lilitan tali pusat
12.Melakukan episiotomy dan penjahitan jika perlu
13.Melakukan manajemen fisiologi kala III
14.Melaksanakan manajemen aktif kala III
15.Memberikan suntikan antibiotic
16.Memasang infuse
17.Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inverse uteri dalam
kala III
18.Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput
19.Memperkirakan jumlah darah yang keluar
20.Memeriksa robekan vagina, servik dan vagina
21.Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II
(Sofyan, 2006; h. 157-159).
76. 64
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANA PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. F PIA0 8 JAM POST PARTUM DI
BPM WIWIEK PANJANG BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
I. Pengkajian
Tanggal : 09 April 2013
Jam : 04:30 WIB
Tempat : BPS Wiwiek
Nama Mahasiswa : Irma Yulistiani
NIM : 201207091
A. Data Subyektif
1. Identitas Pasien
Istri Suami
Nama : Ny. F Nama : Tn. F
Umur : 22 tahun Umur : 22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Lampung Suku bangsa : Palembang
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Trans Sumatra No 31 RT 02 RW 01 Desa
Rangai Tri Tunggal Kec.Ketibung Kab. Lampung
Selatan
77. 65
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan nyeri pada luka
jahitan.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
78. 66
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Teratur
Lama : 7 hari
Volume : 2-3 kali ganti pembalut dalam
sehari
Warna : Merah segar
Disminorhea : Ada
Bau : Amis
Flour Albus : Tidak ada
79. 67
b. Riwayat kehamilan sekarang
N
o
Tgl
Persalinan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
penolong Peny
ulit
Keadaan Ket.
nifas Anak
1 09-04-15 BPM 39 mgg
1hari
Spontan Bidan Tidak
ada
baik Baik sehat
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 09-04-2015
Jam : 20:30 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Panjang badan : 48 cm
Berat badan : 3300 gram
Keadaan bayi : Sehat
5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
6. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Selama hamil : Makan 3 kali sehari yaitu nasi, sayur, lauk
pauk dan minum 6-8 gelas/hari
Selama nifas : Ibu belum makan selama 8 jam post partum
dan ibu sudah minum 2-3 selama 8 jam
post partum.
80. 68
b. Pola Eliminasi
Selama hamil : Ibu BAB 1x sehari dengan konsistensi
lunak, warna kekuning dan baunya khas
dan BAK 6-7x sehari berwarna jernih
Selama nifas : Ibu belum BAB dan BAK 2X 6-8 jam
c. Pola Istirahat
Selama hamil : Ibu tidur 1 jam siang hari dan 7-8 jam
malam
Hari.
Selama nifas : Ibu belum tidur siang hari dan tidur malam 5
jam selama 8 jam post partum.
d. Personal Hygiene
Selam hamil : Ibu mengatakan selama hamil mandi 2 kali
sehari, keramas 1 kali sehari, ganti celana
dalam 3 kali sehari atau bila celana dalam
lembab.
Selama nifas : Ibu mengatakan belum mandi, belum
keramas dan sudah mengganti pakaian dalam
sebanyak 2 kali selama 8 jam post partum
atau bila celana dalam lembab dan
pembalut sudah terasa penuh.
81. 69
e. Pola Seksual
Selama hamil : Ibu mengatakaan tidak pernah melakukan
hubungan seksual
Selama nifas : Ibu mengatakan belum melakukan hubungan
seksual.
7. Riwayat Psikososial
a. Status Perkawinan : Perkawinan yang pertama dan lamanya
18 bulan.
b. Status emosional : Baik
8. Riwayat spiritual
a. Selama hamil : Ibu shalat 5 waktu
b. Selama nifas :Ibu tidak memiliki keyakinan yang
Bertentangan dengan perawatan masa nifas.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 22 x /menit
Nadi : 78 x /menit
Suhu : 37,60
C
82. 70
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Wajah:
Hiperpigmentasi : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Mata:
Simetris : Ya, kanan kiri
Kelopak mata : Tidak oedem
Konjungtiva : Merah muda
Skelera : Putih
Hidung:
Simetris : Ya, kanan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
Mulut:
Warna bibir : Merah muda
Pecah-pecah : Tidak ada
Sariawan : Tidak ada
Gusi berdarah : Tidak ada
Gigi : Bersih
83. 71
Telinga:
Simetris : Ya, kanan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
Leher:
Simetris : Ya, kanan kiri
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Ketiak, pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
Dada:
Retraksi : Tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
Payudara:
Simertris : Ya, kanan kiri
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Hiperpigmentasi areola mamae : Ada
Benjolan : Tidak ada
Konsisitensi : Lunak
Pengeluaran : Colostrum
Punggung dan pinggang:
Simetris : Ya, kanan kiri
Nyeri ketuk : Tidak ada
Abdomen:
Pembesaran : Ada
84. 72
Konsistensi : Keras saat kontraksi, lunak
saat tidak ada kontraksi
Kandung kemih : Kosong
Uterus : TFU : 3 jari dibawah pusat
Anogenital:
Vulva : Kemerahan
Perineum : Laserasi derajat 2
Pengeluaran pervaginam : Lochea Rubra
Anus : Tidak ada hemoroid
Ektremitas bawah:
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflex patella : (+) kanan dan kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
4. Data Penunjang
a. Riwayat persalinan sekarang
1. IBU
Tempat melahirkan : BPM Wiwiek
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 11 jam
Catatan waktu
85. 73
Kala I : 8 jam 25 menit
Kala II : 0 jam 25 menit
Kala III : 0 jam 10 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 11 jam
Ketuban pecah 15 menit, spontan.
Plasenta : Lengkap
Lahir plasenta : 20.40 wib
Ukuran : 18 cm
Berat : 450 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Perineum : Laserasi derajat 2
2. Bayi
Lahir tanggal / pukul : 09-04-2015/20.30 Wib
Berat badan : 3300 gram
Panjang badan : 48 cm
Nilai Apgar : 8/9
Jenis kelamin : Laki-Laki
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 39 minggu 1 hari
86. 74
Tabel 3.1
MATRIKS
Tgl /
jam
Pengkajian
Interpretasi Data (Dx,
Masalah, Kebutuhan)
Dx
Potensial
/Masalah
Potensial
Antisipasi
/Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
09-4-
2015 /
04:30
wib
DS:
1. Ibu mengatakan nyeri
pada luka perineum
2. Ibu mengatakan mules
pada perutnya
DO :
- KU ibu baik
- TTV
- TD: 110/70
mmHg
- N : 80 x/m
- RR : 22x/m
- S: 37,60
C
- Ibu tampak
menahan nyeri
dan mulas
- Luka perineum
masih basah
- Pengeluaran
lochea rubra
Dx : Ny. F umur 22
tahunP1A0 8 jam post
partum
Dasar :
DS :
1. ibu mengatakan
pertama kali
melahirkan dan tidak
pernah keguguran
2. Ibu mengatakan nyeri
pada perineum masih
mules pada perutnya
3. Ibu melahirkan pada
tanggal 09 April 2015,
jam 20:30.
DO :
- KU ibu baik
- TTV
- TD: 110/70
mmHg
- N : 80 x/m
- RR : 22x/m
Tidak
ada
Tidak ada 1. Beri tahu ibu hasil
pemeriksaan.
2. Jelaskan pada ibu tentang
nyeri pada perineum dan
mulas pada perut yang
dialami ibu.
3. Lakukan pemantauan
perdarahan 6-8 jam post
partum, ajarkan ibu,dan
ajarkan keluarga
mencegah perdarahan.
1. Memberi tahu ibu hasil
pemeriksaan tentang keadaanya
yaitu dalam keadaan baik.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa
nyeri pada perut yang
dirasakan ibu adalah karena
adanya luka jahitan yang masih
basah dan mulas pada perut
adalah hal yang normal karena
proses pengembalian rahim ke
bentuk seperti sebelum hamil.
3. Melakukan pemantauan
perdarahan 6-8 jam PP dengan
cara melihat jumlah perdarahan
yang keluar dari kemaluan dan
mengecek kontraksi dan TFU.
Sambil mengajarkan ibu dan
keluarga untuk mencegah
perdarahan dengan cara massage
uterus dan jika perdarahan banyak
dan kontraksi uterus lembek
segera lapor ke- tenaga kesehatan/
1. Ibu mengerti
keadaannya saat
ini baik.
2. Ibu telah
mengerti
mengenai nyeri
perineum serta
mulas pada
perutyang
dirasakan ibu
saat ini.
3. TFU 3 jari
dibawah pusat,
kontraksi uterus
baik, tidak terjadi
perdarahan.
87. 75
- S : 37,60
C
- Ibu tampak
menahan nyeri
dan mulas
- Luka perineum
masih basah
- Pengeluaran
lochea rubra
- Masalah : nyeri
pada perineum
- Kebutuhan :
perawatan luka
perineum
4. Ajarkan dan lakukan
perawatan luka perineum
5. Beritahu ibu untuk
menjaga kebersihan diri
bidan
4. Mengajarkan dan Melakukan
perawatan luka perineum yaitu
siapkan alat dan bahan : gayung,
air hangat dan handuk bersih.
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah air hangat, pembalut nifas
baru dan antiseptik.
Setelah mempersiapkan alat dan
bahan ajarkan pada ibu cara
perawatan luka perineum yaitu
- mencuci tangannya, mengisi
gayung dengan air hangat,
gerakkan ke bawah mengarah
ke rektum
- letakkan pembalut tersebut ke
dalam kantung plastik,
- berkemih dan BAB ke toilet,
semprotkan keseluruh
perineum dengan air,
- keringkan perineum dengan
menggunakan tissue dari
depan ke belakang,
- pasang pembalut dari depan
kebelakang
- cuci kembali tangan.
5. Memberitahu ibu untuk menjaga
kebersihadiri yaitu mandi 2kali
sehari, mengganti celana dalam
setiap lembab,bersihkan daerah
4. Perawatan luka
perineum telah
dilakukan dan
diajarkan
5. Ibu bersedia
untuk menjaga
kebersihan nya
88. 76
6. Anjurkan ibu untuk
memberikan ASI awal
7. Lakukan rawat gabung
antara ibu dan bayi.
8. Anjurkan ibu untuk
menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah
hipotermi.
kemaluan dari depan kebelakang
dengan air mengalir, menganti
pembalut 4kali sehari.
6. Menganjurkan ibu untuk
pemberian ASI awal karena
cairan pertama yang diperoleh
bayi dari ibunya adalah
kolostrum, yang mengandung
campuran kaya protein, mineral,
dan antibodi yang berguna untuk
bayi.
7. Melakukan rawat gabunga antara
ibu dan bayi baru lahir dengan
cara rooming in untuk menjalin
hubungan ikatan batin antara ibu
dan bayi.
8. Mengajarkan ibu untuk menjaga
bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi yaitu dengan
caramengajarkan ibu untuk
mengganti popok bayi segera saat
popok bayi basah, tidak
membiarkan dalam kaadaan tanpa
busana dan selalu menjaga
6. Ibu bersedia
untuk memberi
ASI awal nya
7. Rawat gabung
antara ibu dan
bayi baru lahir
telah dilakukan
8. Ibu bersedia
untuk menjaga
bayi tetap sehat
dengan
mencegah
hipotermi
89. 77
9. Beritahu ibu tanda
bahaya nifas
kehangatan bayi.
9. Memberi tahu ibu tanda bahaya
masa nifas kepada ibu seperti
perdarahan hebat atau
peningkatan perdarahan secara
tiba-tiba, pengeluaran cairan
vagina dengan bau busuk yang
keras, rasa nyeri di perut bagian
bawah atau punggung, sakit
kepala yang terus menerus, nyeri
epigastrik atau masalah
penglihatan, pembengkakan pada
wajah dan tangan, demam,
muntah, rasa sakit sewaktu buang
air seni atau merasa tidak enak
badan, payudara yang memerah,
panas atau sakit, kehilangan
selera makan untuk waktu yang
berkepanjangan, rasa sakit, warna
merah, kelembutan dan atau
pembengkakan pada kaki.
9. Ibu sudah
mengerti tanda
bahaya masa
nifas
90. 78
11-
04-
2015
/15.00
wib
Ds :
1. Ibu mengatakan
masih terdapat nyeri
pada luka perineum
2. Ibu mengatakan mules
pada perutnya sudah
berkurang.
Do :
Keadaan umum ibu
baik
TTV:
TD : 110/70 mmHg.
N : 80 x/m
RR : 16 x/m
T : 36,50
C
TFU 3 jari dibawah
pusat -Pada luka
perineum ibu
terlihat tidak ada
tanda-tanda infeksi
Pengeluaran lochea
Ny.F umur 22
tahun P1 A0 3 hari post
partum
Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan masih
terdapat sedikit nyeri
pada luka perineum
2. Ibu mengatakan mules
pada perutnya sudah
berkurang.
3. Ibu melahirkan
tanggal 09 April 2015,
pukul 20:30 WIB
4. Ibu mengatakan sudah
pernah melahirkan
satu kali dan belum
pernah keguguran
Do :
Keadaan umum ibu
baik
TTV:
TD : 110/70 mmHg.
N : 80 x/m
RR : 16 x/m
T : 36,50
C
TFU 3 jari dibawah
pusat
Pada luka perineum
ibu terlihat tidak ada
tanda-tanda infeksi
Pengeluaran lochea
Tidak
ada
Tidak ada 1. Beri tahu ibu kondisinya
saat ini
-
2. Beritahu kembali tentang
rasa nyeri pada luka
perineum dan mulas yang
dialami ibu.
3. Beritahu kembali tentang
perawatan luka perineum
yang telah diajarkan
4. Beritahu kembali tentang
kebersihan diri (personal
hygiene) yang telah di
1. Memberi tahu ibu keadaanya saat
ini yaitu ibu dalam keadaan baik
berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik secara head to toe
2. Mengevaluasi ibu tentang rasa
nyeri pada luka perineum dan
mulas pada perut yang dialami
ibu, dan ibu sudah mengerti
ternyata rasa nyeri itu karena
lukanya yang masih basah dan
mulas yang dialaminya adalah hal
yang normal.
3. Mengkaji
kembali tentang perawatan luka
perineum ibu yang telah diajarkan
kemarin.
4. Mengkaji kembali tentang
kebersihan diri (personal hygieni)
yaitu jaga kebersihan seluruh
1. Ibu mengerti
keadaannya
saat ini baik
2. Ibu sudah
dievaluasi
dan rasa nyeri
ibu sedikit
berkurang
karena luka
jahitan mulai
mulai menyatu
dan rasa mulas
pada perut ibu
sudah
berkurang
3. Ibu telah
melakukan
perawatan luka
jahitan
perineum
tetapi luka ibu
masih basah
4. Ibu sudah
mengerti
tentang cara
91. 79
rubra rubra.
Masalah :nyeri pada
perineum
Kebutuhan :perawatan luka
perineum
ajarkan.
5. Beritahu kembali tentang
pemberian ASI awal.
6. Ajarkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
tubuh untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi,
membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air, pastikan
bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah vulva
terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian
membersihkan daerah anus,
mengganti pembalut setiap kali
darah sudah penuh minimal 2kali
dalam sehari, mencuci tangan
dengan sabun dan air setiap kali
ia selesai membersihkan daerah
kemaluannya, jika mempunyai
luka jahitan, hindari untuk
menyentuh luka.
5. Mengkaji kembali ibu mengenai
pemberian ASI awal.
6. Mengajurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
yang baik yaitu mengkonsumsi
tambahan 800 kalori tiap hari,
makan dengan diet seimbang
untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup,
minum sedikitnya 3 liter air
kebersihan
diri.(personal
hygine)
5. Ibu sudah dikaji
kembali dan ibu
telah
memberikan ASI
seawal mungkin
6. Ibu bersedia
untuk memenuhi
kebutuhannya
92. 80
7. Anjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan
istirahat.
8. Beritahu kembali tentang
tanda bahaya masa
nifas.
setiap hari.
Vitamin dan mineral yang di
perlukan ibu dalam masa nifas:
- Tablet Fe di berikan 40
tablet di minum 1x1.
- minum kapsul vitamin A 2
kapsul dengan dosis
(200.000IU) diminum 1x1 /
hari, selama 2 hari.
7. Menganjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan istirahat
untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan dengan cara tidur
malam 8 jam, tidur siang 1 jam
dan menganjurkan ibu untuk
istirahat ketika sudah merasa
lelah saat beraktifitas.
8. Mengkaji kembali tentang tanda
bahaya masa nifas yang telah
diberitahukan kepada ibu seperti
perdarahan hebat atau
peningkatan perdarahan secara
tiba-tiba, pengeluaran cairan
vagina dengan bau busuk yang
keras, rasa nyeri di perut bagian
bawah atau punggung, sakit
kepala yang terus menerus, nyeri
epigastrik atau masalah
penglihatan, pembengkakan pada
7. Ibu sudah
melaksanakan
anjuran dari
bidan untuk
memenuhi
kebutuhan
istiragat tidur
malam 7-8 jam
dan siang hari 1-
2 jam.
8. Ibu sudah di kaji
kembali dan
tidak ada tanda-
tanda yang
menunjukan ibu
terdapat tanda
bahaya masa
nifas.
93. 81
9. Anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan
ulang
wajah dan tangan, demam,
muntah, rasa sakit sewaktu buang
air seni atau merasa tidak enak
badan, payudara yang memerah,
panas atau sakit, kehilangan
selera makan untuk waktu yang
berkepanjangan, rasa sakit, warna
merah, kelembutan dan atau
pembengkakan pada kaki.
9. Menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang 3
hari kemudian atau 6 hari setelah
persalinan.
9. Ibu bersedia
untuk melakukan
kunjungan ulang.
94. 82
14-
04-
2015 /
15.00
wib
Ds.
1. Ibu mengatakan luka
jahitan sudah tidak
terasa nyeri.
Do.
Keadaan umum: Baik
Kesadaran :
Compos mentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg
T : 36,50
C
N : 80x/i
RR : 16x/i
TFU: pertengahan
pusat dan simpisis
luka jahitan
sudah mulai kering,
lochea sanguinolenta
Ny. F umur 22
tahun P1 A0 6 hari post
partum
Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan luka
jahitan sudah tidak
terasa nyeri.
Do.
Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg
T : 36,50
C
N : 80x/i
RR : 16x/i
TFU: pertengahan
pusat dan simpisis
luka jahitan sudah
kering.
lochea sanguinolenta
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
Tidak
ada Tidak ada
1. Beritahu tentang kondisi
ibu saat ini
2. Evaluasi tentang
perawatan luka perineum
yang telah diajarkan
3. Evaluasi tentang cara
menjaga kebersihan diri.
1. Memberi tahu kondisi ibu saat ini
dalam keadaan baik dengan hasil
pemeriksaan secara head to toe
2. Mengevaluasi perawatan pada
luka perineum ibu yang telah
diajarkan kemarin.
3. Mengevaluasi tentang cara
menjaga kebersihan diri
(personal hygine) yang telah
diberitahu
1. Ibu mengerti
tentang
kondisinya saat
ini
2. Ibu telah
melakukan
perawatan luka
jahitan dengan
benar dan luka
jahitan sudah
mulai kering
dan tidak
terdapat tanda-
tanda infeksi
3. Ibu
mengatakan
telah menjaga
kebersihan diri
seperti yang
dijelaskan
kemarin
misalnya:
mengganti
celana dalam
bila basah atau
lembab, serta
cebok dengan
air bersih dari
depan
kebelakang.
95. 83
4. Evaluasi tentang
pemberian ASI
5. Evaluasi ibu untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi selama masa nifas
6. Evaluasi tentang
kebutuhan istirahat yang
cukup.
-
7. Evaluasi tentang tanda
bahaya masa nifas.
4. Mengevaluasi ibu tentang
pemberian ASI yang telah
dijelaskan pada ibu
5. Mengevaluasi ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
selama masa nifas yang telah
dijelaskan kemrin
6. Mengevaluasi kebutuhan istirahat
yang cukup pada ibu yang telah di
jelaskan kemarin.
7. Mengevaluasi tentang tanda
bahaya masa nifas yang telah di
jelaskan kemarin.
4. Ibu telah
member ASI
sesuai dengan
kebutuhan
bayi.
5. ibu telah
cukup memenu
hi kebutuhan
nutrisinya
selama masa
nifas
6. Ibu
mengatakan
telah istirahat
yang cukup
seperti tidur
siang I jam dan
malam hari 7
jam.
7. ibu sudah di
evaluasi dan
tidak ada
tanda-tanda
yang
menunjang ibu
terdapat tanda
bahaya masa
nifas.
96. 84
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Kepada Ny. F Umur 22 Tahun PIA0 Post Partum Di BPM Wiwiek
Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 di dapatkan sebagai berikut :
4.1 PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas yaitu
Ny.F Umur 22 Tahun PIA0
4.1.1 DATA SUBJEKTIF
4.1.1.1 Nama
a) Tinjauan Teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (ambarwati, 2008; h. 131).
b) Tinjauan kasus
Pada tinjauan kasus ini telah tertera Ny. Febrianti dan Tn.
Febriansyah
c) Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus ini tidak terdapat
kesenjangan karena nama jelas dan lengkap, bila perlu
nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
97. 85
4.1.1.2 Umur
a) Tinjauan Teori
Di catat untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan pada masa
nifas (ambarwati, 2008; h. 131).
b) Tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny. F berumur 22 tahun
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi
kesenjangan karena pada kasus ini, Ny. F berumur 22
tahun dan dalam teori usia 22 tahun masih di kategorikan
usia reproduksi sehat dan tidak terjadi kompikasi atu
resiko pada masa nifas.
4.1.1.3 Suku
a) Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Ambarwati, 2008; h. 132).
b) Tinjauan kasus
Ny. F mengatakan bersuku Lampung.
c) Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena ibu tidak
98. 86
memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh
terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas.
4.1.1.4 Pendidikan
a) Tinjauan Teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai pendidikannya.
( ambarwati, 2008; h. 132).
b) Tinjauan Kasus
Pendidikan terakhir Ny. F adalah SMK
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Ny. F mempunyai latar
belakang pendidikan tinggi dan bidan dapat memberikan
konseling sesuai pendidikannya sehingga bidan dan Ny.F
dapat berkomunikasi dengan baik.
4.1.1.5 Pekerjaan
a) Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebu (ambarwati, 2008; h. 132).
b) Tinjauan kasus
Pada tinjauan kasus Ny. F sebagai ibu rumah tangga dan
Tn. F bekerja sebagai karyawan swasta dan
99. 87
berpenghasilan cukup untuk memenuhi kehidupan dan
kebutuhan keluaga.
c) Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan di
karnakan kelurga Ny. F mampu memenuhi kebutuhan
sehari hari.
4.1.1.6 Keluhan Utama
a) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
( ambarwati, 2008; h. 132).
b) Tinjauan Kasus
Ny.F mengatakan perutnya masih terasa mulas dan nyeri
pada luka jahitan.
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena pada kasus ini. Ny.F
mengatakan perutnya masih terasa mules dan nyeri pada
bagian luka jahitan yang merupakan hal yang wajar atau
normal karena adanya luka jahitan pada perineum.
100. 88
4.1.1.7 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Tinjauan teori
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini
(ambarwati, 2008; h. 133)
2. Tinjauan kasus
Pada tinjauan kasus ibu tidak terdapat penyakit atau 3
bulan terakhir tidak mengalami sakit apapun.
3. Pembahasan
Pada pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan
dimana ibu tidak memiliki penyakit apapun.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Tinjauan teori
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya pada masa nifas dan bayinya
(ambarwati, 2008; h. 133).
2. Tinjauan kasus
Pada tinjauan kasus ibu tidak sedang mengalami sakit
dan ibu merasa sehat dan tidak ada komplikasi apapun.
3. Pembahasan
Pada pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan
dimana ibu tidak sedang mengalami sakit dan ibu merasa
sehat dan tidak ada komplikasi apapun.