Begg, cut amanda pravitadewi, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma, etika bisnis pada pt.indofood, universitas mercu buana, 2017
1. BUSINESS ETHICS & GOOD GOVERNANCE
ETIKA BISNIS PADA PT. INDOFOOD
Dosen pengampu :
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,
Cut Amanda Pravitadewi
55116120235
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2017
2. ABSTRAK
Etika Bisnis merupakan sesuatu yang harus diperhatikan oleh perusahaan,
karena berkaitan dengan kepuasan konsumen maupun perlindungan konsumen.
Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu
wilayah perilaku manusia yang khusus yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. PT
Indofood merupakan salah satu perusahaan besar yang ada di Indonesia,
perusahaan ini memproduksi berbagai makanan olahan yang berada di sekitar
masyarakat. Maka dari itu, perusahaan harus lebih memfokuskan kode etik
dalam berbisnis karena menyangkut perlindungan konsumen. Namun
perusahaan ini pun tidak terlepas dari adanya pelanggaran kode etik, berupa
adanya beberapa komposisi bahan dalam makanan olahan yang mengandung
bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan konsumen. Maka dari itu PT
Indofood harus memperbaiki atau mengurangi komposisi bahan yang tidak baik
untuk kesehatan.
Kata kunci : etika bisnis, prinsip-prinsip etika bisnis, pelanggaran etika bisnis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indomie adalah merek produk mi instan dari Indonesia. Di Indonesia,
Indomie diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produk dari
perusahaan milik Sudono Salim ini mulai dibuat pertama kali pada tanggal 9
September 1970 dan dipasarkan ke konsumen sejak tahun 1972, dahulu
diproduksi oleh PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd., dan pertama kali
hadir dengan rasa Ayam dan Udang. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie
juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara lain di Amerika
Serikat, Australia, berbagai negara Asia dan Afrika serta negara-
negara Eropa. Hal ini menjadikan Indomie sebagai salah satu
produk Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di Indonesia
sendiri, sebutan "Indomie" sudah umum dijadikan istilah generik yang
merujuk kepada mi instan.
Namun pemasaran Indomie ke luar negeri bukannya tanpa masalah. Di
Taiwan sempat terjadi masalah ketika produk Indomie ditarik dari pasaran,
berikut ini penjelasannya “Pihak berwenang Taiwan pada tanggal 7
Oktober 2010 mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri
mereka mengandung dua bahan pengawet yang terlarang, yaitu natrium
benzoat dan metil p-hidroksibenzoat. Dua unsur itu hanya boleh
digunakan untuk membuat kosmetik. Sehingga dilakukan penarikan
semua produk mi instan "Indomie" dari pasaran Taiwan. Selain di
Taiwan, dua jaringan supermarket terkemuka di Hong Kong untuk
sementara waktu juga tidak menjual mi instan Indomie. Menurut Harian
Hong Kong, The Standard, dalam pemberitaan Senin, 11 Oktober 2010,
harian itu mengungkapkan bahwa dua supermarket terkemuka di Hong
Kong, Park n' Shop dan Wellcome, menarik semua produk Indomie dari
rak-rak mereka. Selain itu, Pusat Keselamatan Makanan di Hong Kong
4. tengah melakukan pengujian atas Indomie dan akan menindaklanjutinya
dengan pihak importir dan dealer.”
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis,
bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan
dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan.
Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-
produk lainnya.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut, yaitu :
1. Apakah PT Indofood (Indomie) menggunakan etika dalam menjalankan
bisnisnya?
2. Jika PT Indofood (Indomie) tidak menggunakan etika bisnis, apakah
bentuk pelanggarannya, faktor penyebab nya dan bagaimana cara
mengatasinya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah Business
Ethics and Good Corporate Governance (BEGG) dalam membuat jurnal atau
makalah mengenai Etika Bisnis pada suatu perusahaan. Maksud dari
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika bisnis pada PT Indofood
2. Untuk mengetahui pelanggaran, faktor penyebab dan cara antisipasi
apabila PT Indofood tidak menggunakan etika bisnis.
5. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno “ethos” yang berarti timbul
dari kebiasaan. Etika mencakup analisis dan penerapan suatu konsep
seperti misalnya baik, buruk, benar, salah dan tanggung jawab. Di bawah ini
merupakan definisi etika menurut para ahli : Menurut Kamus Besar Bhs.
Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika
adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur
perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus
ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
profesi”.
Menurut White (1993), etika adalah cabang falsafah yang berkaitan
dengan kebaikan moral dan menilai tindakan manusia. Dari definisi-definisi
yang telah diutarakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan suatu pedoman yang mengatur dan menilai perilaku manusia,
baik perilaku yang harus ditinggalkan, maupun perilaku yang harus
dilakukan. Namun, etika biasanya berkaitan erat dengan moral yang
berkaitan dengan cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang
baik dan menghindari tindakan yang buruk. Etika dan moral mengandung
pengertian yang sama, namun, dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan. Moral lebih kepada penilaian yang dilakukan, sedangkan etika
berarti mengkaji system nilai-nilai yang berlaku.
2.2 Definisi Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan
laba. Namun, secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari
6. kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Menurut Steinford (1979)
: “Business is all those activities involved in providing the goods and services
needed or desired by people”. Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktifitas
yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh
konsumen.
2.3 Definisi Etika Bisnis
Definisi menurut para ahli :
a) Menurut Brown dan Petrello (1976), Etika Bisnis : “Business is an
institution which produces goods and services demanded by people”,
yang berarti bahwa bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan
masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil
memperoleh laba.
b) Menurut Velasquez (2005), Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan studi standar formal
dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam
organisasi.
2.4 Etika Bisnis Yang Baik
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis adalah :
7. 1) Pengendalian diri, harus tertanam dalam jiwa-jiwa pebisnis yang baik.
Dengan adanya pengendalian diri, bisnis yang dijalankan akan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
2) Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility), selain
pengendalian diri, tanggung jawab merupakan hal yang terpenting dalam
dunia bisnis. Tanpa tanggung jawab, bisnis tidak akan sesuai dengan
apa yang diharapkan, keuntungan tidak maksimal dan loyalitas
konsumen akan semakin berkurang.
3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.
4) Menciptakan persaingan yang sehat, sebagai pebisnis yang baik, tidak
perlu melakukan kecurangan ataupun tindakan-tindakan lain yang tidak
sesuai dengan etika bisnis. Maka, persaingan yang sehat sangat perlu
dilakukan untuk setiap pebisnis.
5) Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan
Komisi)
7) Mampu menyatakan yang benar itu benar.
8) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dan golongan pengusaha ke bawah.
9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama.
10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang
telah disepakati.
11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum
positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance
Managemen Journal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions
8. on Soft Criteria, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah
laku etika kita, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan
dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan
ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan
yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
2.5 Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita
tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Ada tiga
sasaran dan lingkup pokok etika bisnis yaitu :
1) Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi
dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk mengimbau
para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis.
Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering ditunjukkan kepada
para manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara mengenai
bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu.
2) Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karena etika
bisnis mengunggah, mendorong dan membangkitkan kesadaran
masyarakat untuk tidak dibodohi, dirugikan dan diperlakukan secara
9. tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana pun. Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan
dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak
boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3) Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis
lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat disebut
sebagai etika ekonomi.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang
lainnya dan bersama – sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya
praktek bisnis tersebut.
2.6 Prinsip Dasar Etika Bisnis
Terdapat 2 prinsip dasar dalam etika bisnis yaitu :
1. Tanggungjawab : tanggungjawab memiliki dua arah, yakni
tanggungjawab terhadap mutu dan tanggung jawab terhadap dampak
yang ditimbulkan bagi orang lain.
2. Keadilan : adil berarti dalam menjalankan bisnis kita berusaha tidak
mengganggu pihak lain. Keadilan memang merupakan tuntutan etis
murni dalam arti dia berlaku dengan tidak bergantung dari pertimbangan
untung-rugi.
2.7 Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus
menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah
disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat
beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap
bentuk usaha. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis
adalah sebagai berikut :
10. 1. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang
apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional
obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut
agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua
pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya.
Selain itu juga ada beberapa nilai-nilai etika bisnis yang dinilai oleh
Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, yang tidak
boleh dilanggar, yaitu :
1) Kejujuran : Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-
menipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya
kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan,
termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.
2) Keadilan : Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan
upah kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus
saat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga
11. keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil
untung yang merugikan konsumen.
3) Rendah Hati : Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya,
dalam mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai
menjatuhkan produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan.
Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan
penilaian atas kredibilitas sebuah produk/ jasa. Apalagi, tidak sedikit
masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar
terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
4) Simpatik : Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan
hanya di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-
orang yang mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan
lain-lain.
5) Kecerdasan : Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk
menjalankan strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan
kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari
berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan
oleh lawan-lawan bisnisnya.
12. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
penelitian deskriptif, yaitu metode yang membicarakan beberapa
kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual dengan jalan
mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasinya, menganalisis, dan
menginterpretasikannya. Analisis yang penulis gunakan tidak semata-mata
menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan
secukupnya.
Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tugas ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data berupa studi kepustakaan dengan
cara mengumpulkan data dari beberapa buku, dan juga melakukan
pencarian dan pengumpulan data melalui internet seperti jurnal, artikel
online maupun artikel-artikel yang ada di koran atau berita.
13. BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dahulu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk, PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT
Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT Ciptakemas Abadi) (IDX: ICBP)
merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang
bermarkas di Jakarta Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990
oleh Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun
1994 menjadi Indofood. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya
hingga Australia, Asia dan Eropa.
Sejarah dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dahulu mencapai
kesepakatan dengan perusahaan asal Swiss, Nestle S.A, untuk mendirikan
perusahaan joint venture yang bergerak di bidang manufaktur, penjualan,
pemasaran, dan distribusi produk kuliner di Indonesia maupun untuk ekspor.
Kedua perusahaan sama-sama memiliki 50% saham di perusahaan yang
diberi nama PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Baik ISM maupun
Nestle percaya, mereka dapat bersaing secara lebih efektif di Indonesia
melalui penggabungan kekuatan dalam bentuk perusahaan dan tim yang
berdedikasi untuk itu. Menurut Anthoni Salim, Dirut & CEO ISM, pendirian
usaha patungan ini akan menciptakan peluang untuk memanfaatkan dan
mengembangkan kekuatan yang dimiliki kedua perusahaan yang menjalin
usaha patungan tersebut.
Dalam kerjasama ini, ISM akan memberikan lisensi penggunaan
merek-mereknya untuk produk kuliner, seperti Indofood, Piring Lombok, dan
lainnya kepada perusahaan baru ini. Sementara itu, Nestle memberikan
lisensi penggunaan merek Maggi-nya. Perusahaan patungan ini diharapkan
akan memulai operasinya pada 1 April 2005.
14. Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(Indofood) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food
Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan
proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku
hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.
4.2 Permasalahan
Kasus Indomie mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena
mengandung bahan pengawet berbahaya bagi manusia dan ditarik dari
peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl
parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut
biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pihak
Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari
peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal untuk sementara waktu
tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR, dan Komisi
IX akan segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan
mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu,
secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua KomisiIX DPR,
Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010).
KomisiIX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa
terjadi, apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan
adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie. Dessy
Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang
terkandung didalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic
acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk tidak
cepat membusuk dan tahan lama.
Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam
pemakaian untuk produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi
15. maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang
adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini, yaitu nipagin,
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut.
Tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan
aman untuk dikonsumsi. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan
aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan
1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan
unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-
muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker. Menurut Kustantinah,
Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk
Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi
mutu, gizi dan keamanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan
merupakan anggota Codec. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan
seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia, dan karena standar di antara
kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.
4.3 Pembahasan Masalah
Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal Indonesia yang
produk-produknya banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya
adalah produk mi instan Indomie. Di Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi
instant sangatlah ketat, disamping produk-produk mi instant dari negara lain,
produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri pasar dalam negeri
Taiwan.
Harga yang ditawarkan oleh Indomie sekitar Rp 1500, tidak jauh
berbeda dari harga indomie di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan
dijual dengan harga mencapai Rp 5000 per bungkusnya. Disamping harga
yang murah, indomie juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai varian rasa
yang ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia
16. yang menjadi konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya
yang murah juga mereka sudah familiar dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal
Taiwan, produk mereka menjadi kurang diminati karena harganya yang
mahal. Sehingga disinyalir pihak perindustrian Taiwan mengklaim telah
melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan menyatakan bahwa
produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa bahan
kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen
Indomie. Mereka menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji
laboratorium dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dan
menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan baik oleh
konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui
tahap-tahap serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun
internasional yang sudah memiliki standarisasi tersendiri terhadap
penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie dinyatakan lulus uji
kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar
dalam negeri Taiwan disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang
mereka anggap merugikan produsen lokal. Yang menjadi pertanyaan adalah
mengapa tidak sedari dulu produk indomie dibahas oleh pemerintah Taiwan,
atau pemerintah melarang produk Indomie masuk pasar Taiwan? Melainkan
mengklaim produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi pada saat produk
tersebut sudah menjadi produk yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut
dapat dilihat bahwa ada persainag bisnis yang telah melanggar etika dalam
berbisnis. Hal-hal yang dilanggar terkait kasus pelanggaran etika bisnis pada
perusahaan PT Indofood secara hukum :
17. Undang-undang nomor 8 tahun 1999 pasal 3 F yang berisi meningkatkan
kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang/jasa, kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan konsumen
Undang-undang nomor 8 tahun1999 pasal 4 A tentang hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/jasa
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 pasal 8 yang berisi “pelaku usaha
dilarang untuk memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas
dan tercemar dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap
dan benar atas barang yang dimaksud.
Solusi dalam pelanggaran akan etika bisnis dalam hal perlindungan
konsumen pada kasus yang dialami perusahaan P&G :
Dalam Undang-undang pasal 62 disebutkan bahwa pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17, ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf e,, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dalam pasal 62, dapat dijatuhkan
hukuman tambahan, berupa :
1. Perampasan barang tertentu;
2. Pengumuman putusan hakim;
3. Pembayaran ganti rugi;
4. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian konsumen;
5. Kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
6. Pencabutan izin usaha.
18. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam
etika bisnis. Dimana terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian
Taiwan yang produknya kalah bersaing dengan produk dari negara lain,
salah satunya adalah Indomie yang berasal dari Indonesia. Taiwan berusaha
menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi dengan cara
yang berdampak buruk bagi perdagangan Global.
5.2 Saran
Saran bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidah serta merta
menyatakan bahwa produk indomie berbahaya untuk dikonsumsi, apabila
ingin melindungi produsen dalam negeri, pemerintah bisa membuat
perjanjian dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum proses ekspor-impor
dilakukan. Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk Indomie
yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara lain
yang negaranya memperdagangkan Indomie asal Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013.http://indofood-getlucky2013.blogspot.com/p/blog-page_2358.html,
(12 April, pkl. 11.00)
Budiarta, Kustoro, 2010. Pengantar Bisnis Edisi 2. Mitra Wacana Media, Jakarta
Wahjono, Sentot Imam, 2010. Bisnis Modern. Graha Ilmu, Yogjakarta