Kolaborasi tim medis penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kerja sama antar profesi medis seperti dokter, perawat, dan apoteker dapat mengintegrasikan pengetahuan mereka untuk kepentingan pasien. Praktik kolaborasi mengurangi kesalahan medis, meningkatkan akses pelayanan, dan memberikan perawatan yang lebih baik bagi pasien.
1. KOLABORASI TIM MEDIS SERTA KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Oleh: Britania Theresa Pakpahan, 1406528402
Data Publikasi:
- Referensi Borril C, West M. How good is your team? A guide for team members.
2001 Canadian Medical Association.
- Pocket Guide TeamSTEPPS, strategies & tools to enhance performance and patient
safety. 2008 University of Manitoba.
- Guide to Collaborative Team Practice.2005.Ontario
- Kepmenkes RI no 374/Menkes/SK/V/2009, Tentang Sistem Kesehatan Nasional
Dalam dunia kesehatan, praktik kolaborasi sangatlah penting. Permasalahan pasien yang
kompleks tidak dapat ditangani hanya oleh satu profesi medis, melainkan harus melibatkan
kontribusi berbagai profesi. Praktik kolaborasi bukan hanya diperlukan demi keselamatan
pasien, tetapi juga untuk meningkatkan kepuasan serta terciptanya mutu pelayanan kesehatan
yang baik, yang mana dengan adanya praktik kolaborasi ini, setiap elemen professional
kesehatan dapat saling melengkapi satu sama lain dengan pengetahuan bidang yang
dimilikinya, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi pasien. Berbagai
profesi medis tersebut diantaranya dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, dan psikolog. Apabila
tidak dilakukan kerja sama tim yang baik, maka dalam menghadapi kompleksitas
permasalahan pasien akan berpotensi terjadinya fragmanted care, pelayanan yang tumpang
tindih, konflik interprofesional, serta keterlambatan pemeriksaan dan tindakan. Dalam
mengambil keputusan tindakan bagi pasien, praktik kolaborasi ini sangatlah penting.
Pengambilan keputusan harus terintegrasi, dimana adanya kontribusi serta pertimbangan dari
berbagai disiplin ilmu masing-masing profesi tersebut. Berdasarkan data dari WHO, 70-80%
kesalahan dalam pelayanan kesehatan disebabkan oleh buruknya komunikasi dan
pemahaman di dalam tim. Kerja sama tim yang baik dapat membantu mengurangi masalah
patien safety. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang prinsip-prinsip
dalam praktik kolaborasi, serta manfaat yang dapat diraih dari praktik kolaborasi yang efektif.
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan kolaborasi, yaitu tim, kerjasam tim,
dan kolaborasi. Tim itu sendiri menurut organization Literatur adalah Kumpulan individu
yang saling terkait dalam tugas-tugas mereka, yang berbagi bertanggung jawab atas
hasil, yang melihat diri mereka dan yang dilihat oleh orang lain sebagai entitas sosial yang
utuh melekat dalam satu atau sistem sosial yang lebih besar dan yang mengelola hubungan
2. mereka melintasi perbatasan organisasi. Kolaborasi sendiri bermakna hubungan dan
interaksi yang terjadi antara rekan kerja (menyiratkan tindakan kolektif menuju tujuan
bersama). Teamwork adalah interaksi atau hubungan dari dua atau lebih profesional
kesehatan yang bekerja saling bergantung, sehingga dapat disimpulkan bahwa kolaborasi
dapat meningkatkan kerjasama. Temawork berarti anggota tim saling bergantung; melihat
diri mereka sebagai bekerja bersama-sama untuk layanan pasien; memperoleh manfaat dari
bekerja bersama-sama untuk memberikan perawatan pasien; berbagi informasi yang dapat
menyebabkan pengambilan keputusan bersama; dan tahu kapan kerja sama tim harus
digunakan untuk mengoptimalkan perawatan pasien. Dibutuhkan kerjasama tim yang
efektif untuk dapat mencapai tujuan yang dicapai. Adapun tiga model kerjasama tim yang
efektif menurut Hackman adalah adanya produksi yang menghasilkan produk berkualitas
tinggi,kemampuan anggota tim untuk terus bekerja sama di masa depan (viabilitas), dan
kontribusi tim untuk kesejahteraan anggota dan pertumbuhan profesional. Hackman juga
menambahkan faktor-faktor yang dinilai mempengaruhi kualitas keefektifan suatu kerja tim,
yaitu mencakup desain kerja (seperti saling ketergantungan, kejelasan tujuan); Komposisi
kelompok (seperti ukuran, campuran keterampilan); norma-norma kelompok (seperti
koordinasi); dan dukungan organisasi (seperti imbalan, pelatihan, informasi). Pada intinyaa,
kolaborasi yang efektif dapat menyebabkan kerja tim yang efektif.
Pada dasarnya kolaborasi kesehatan dapat diartikan sebagai suatu inisiatif atau kegiatan
yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara profesi yang berbeda, bekerja sama
dalam kemitraan. Kolaborasi itu sendiri ditandai dengan adanya tujuan bersama, pengakuan
dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing, adil dan efektif
dalam pengambilan keputusan, fokus pada pasien, dan komunikasi yang jelas dan teratur.
Adanya praktik kolaborasi, memungkinkan adanya sharing (berbagi) pengetahuan antar
profesi yang berbeda tersebut, sehingga dapat meningkatkan perawatan yang diberikan
kepada setiap pasien dan akses untuk mencapai pelayanan yang efektif bagi pasien. Pada
dasarnya tujuan utama praktik kolaborasi ini adalah untuk menyediakan perawatan yang
tepat, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dengan tujuan keseluruhan
meningkatkan hasil bagi pasien. Alasan mengapa dibutuhkan praktik kolaborasi dalam
profesi medis, adalah dikarenakan tidak ada satupun profesi kesehatan yang mampu
menyelesaikan permasalahan medis tersebut seorang diri. Dengan adanya kolaborasi ini,
menjadi media bagi para profesional kesehatan untuk dapat mengintegrasikan ilmu yang
dimiliki, untuk memberikan kebermanfaatan bagi pasien. Dengan adanya kerjasama dan
kolaborasi antar pekerja kesehatan, maka dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada
pasien, selain itu juga dapat meningkatkan jangkauuan layanan kesehatan bagi pasien.
Misalnya dalam hal pemberian obat bagi pasien, dokter akan mendiagnosa, sementara
apoteker (pekerja farmasi) akan memberi obat dengan dosis yang tepat, sehingga dengan
3. adanya kolaborasi ini, tujuan terhadap pelayanan kesehatan bagi pasien semakin optimal
dan efektif. Terdapat beberapa bentuk atau jenis kolaborasi tim kesehatan yang secara
umum dapat terjadi,. Pertama adalah Fully integrated major, yaitu merupakan bentuk
kolaborasi yang setiap bagian dari tim tersebut memiliki tanggung jawab dan kontribusi
yang sama besar untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Kedua Partially integrated
major, yaitu merupakan bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda, dalam hal ini ada satu atau lebih profesi di bidang kesehatan yang
memiliki kontribusi yang lebih sedikit di dalam tim dibandingkan dengan profesi lain tetapi
tetap memiliki tujuan bersama. Yang ke tiga Joint Program Office Tidak memiliki tujuan
bersama namun disatukan oleh hubungan pekerjaan yang akan lebih menguntungkan bila
dikerjakan bersama. Dan yang terakhir adalah Joint Partnership with Affiliated
Programming, yaitu kerjasama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak untuk mencari
suatu keuntungan. Selain bentuk-bentuk kolaborasi tersebut, terdapat pula contoh dari
bentuk-bentuk kolaborasi tim kesehatan yang umumnya dijumpai, yaitu perawatan
reproduksi primer (misalnya, perawatan sebelum kelahiran, perawatan kandungan,
perawatan setelah melahirkan dan perawatan bayi yang baru lahir), perawatan kesehatan
mental (misalnya, perawatan penderita depresi), fasilitas pendukung rawat jalan, service co-
ordination, pendidikan kesehatan dan pencegahan yang diberikan pada pasien (misalnya,
konseling mengenai bahaya penyakit jantung), program pengelolaan penyakit kronis
(misalnya, program untuk diabetes, penyakit jantung, obesitas, arthritis, asma dan depresi),
kesehatan ibu dan anak, perawatan manula, pengobatan bagi pecandu obat-obatan
terlarang, dan pelayanan rehabilitas.
Adapun prinsip-prinsip yang perlu diketahui dalam menjalankan kolaborasi tim kesehatan
ada dua belas. Yang pertama adalah Patient Centered Care, dalam hal ini perlu disadari
bahwa pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya.
Prinsip kedua yaitu Recognition of patient-physician relationship, yaitu adanya kepercayaan
serta perilaku yang sesuai dengan kode etik serta sikap menghargai satu sama lain antar
profesi. Yang ketiga, Physician as the clinical leader, artinya para pekerja medis harus dapat
menjadi pemimpin yang cakap dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus
emergensi. Yang ke empat, Mutual respect and trust, bermakna rasa saling percaya dengan
memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-masing serta saling menghormati
dan menghargai untuk mencapai lingkungan kerja yang kondusif. Prinsip ke lima adalah,
Clear communication, yaitu komunikasi efektif antartenaga kesehatan, contohnya dengan
menuliskan rekam medis pasien atau catatan lainnya secara lengkap sebagai pendukung.
Prinsip keenam adalah Clarification of accountability and responsibility dalam arti pekerja
medis harus mampu bertanggung jawab dengan perawatan terhadap pasien yang
ditanganinya. Prinsip ke tujuh adalah Clarification of roles and scopes of practice, yaitu
4. dengan memahami lingkup kerja dan tanggung jawabnya masing-masing sebagai tenaga
kesehatan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam job description dan kontrak pegawai,
selain itu diperlukan pula kerjasama pasien dalam menjalankan perannya untuk mencapai
kesehatan. Prinsip kedelapan adalah, Liability protection for all members of the team dalam
arti setiap anggota kolaborasi kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan yang formal
untuk mengakomodasi tugasnya. Prinsip ke sembilan yaitu, sufficient human resources and
infrastructure, yaitu keefektifan kerja dari tim kolaborasi kesehatan dibantu dengan peran
pemertintah dalam menambah jumlah tenaga kesehatan, serta pengaplikasian teknologi
untuk membantu tim kolaborasi kesehatan. Prinsip ke sepuluh adalah Sufficient payment and
payment arrangement , dimana tim kolaborasi kesehatan tidak mendasari pekerjaannya
sebatas karena upah yang diterimanya, namun di lain sisi pemerintah turut membantu secara
finansial dan teknis dalam pengembangan kolaborasi. Prinsip berikutnya adalah, Supportive
education system, dimana diperlukannya pemberlakuan pendidikan interprofesional dan
pelatihan kolaborasi kesehatan pada tiap jenjang pendidikan serta peran pemerintah dalam
pendanaan institusi yang berkaitan. Dan yang terakhir adalah Research and evaluation, yaitu
adanya evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk
memperbaiki standar kualitas yang ada.
Selain itu praktik kolaborasi dalam tim kesehatan ini menghasilkan banyak manfaat dan
keuntungan, diantaranya : meningkatkan kepuasan kerja dan retensi; meningkatkan
kepuasan pasien; dan mengurangi morbiditas pasien; memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan menggabungkan keahlian masing-masing profesional kesehatan;
memaksimalkan produktivitas, efektivitas, serta efisiensi sumber daya; meningkatkan
profesionalisme, loyalitas dan kepuasan kerja; memberikan kejelasan peran dalam
berinteraksi antartenaga kesehatan profesional sehingga dapat saling menghormati dan
bekerjasama; meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan pasien; peningkatan akses ke
berbagai pelayanan kesehatan; serta menambah pengetahuan dan pengalaman antar anggota
tim medis kesehatan.
Adapaun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun kerjasama antar tim
kesehatan adalah dengan mengetaui dan memastikan wewenang serta batasan masing-
masing profesi kesehatan serta visi dan tujuan yang hendak dicapai bersama, membangun
komitmen dan kepercayaan antarprofesi kesehatan untuk saling bekerja sama, menyediakan
waktu khusus untuk saling sharing pengetahun dan pemecahan terhadap masalah pasien,
Memastikan semua anggota tim ikut terlibat dan berkontribusi dalam masalah yang ditangani,
saling memberi apresiasi terhadap setiap kontribusi yang diberikan masing-masing anggota
tim kesehatan, mengidentifikasi dan mengatasi secara dini setiap konflik yang muncul,
menggunakan cara komunikasi yang efektif, dan bekerja dalam kesetaraan profesi. Selain itu
terdapat pula beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kerjasama tim yang
5. sudah baik yaitu, dengan melakukan evaluasi kerja tim secara berkala untuk meningkatkan
kualitas kerja tim, menyelesaikan masalah secara bersama-sama, melakukan pertemuan rutin,
Menghargai kontribusi dari masing-masing anggota, menghargai pengaruh dari anggota yang
masuk dan keluar, memberikan pengenalan kepada anggota baru, serta kesempatan untuk
setiap anggota mengikuti acara sosial.
Adapun mengenani sistem pelayanan kesehatan di Indonesia sendiri diatur dalam
Keepmenkes RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Sistem Kesehatan Nasional adalah bentuk dan penyelenggaraan pembangunann kesehatan
yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana yang dimaksud dalam UUD 1945. Adapun landasan dalams istem kesehatan
nasional meliputi landasan Idiil yaitu Pancasila, Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945
(Pasal 28 H ayat 1 dan 3, pasal 34 ayat 2 dan 3, pasal 28B ayat 2, pasal 28c ayat1), dan
landasan operasional yaitu seluruh peraturan yang berkaitan dengan SKN. Adapun
subsistem dalam SKN adalah, subsistem upaya kesehatan, yaitu untuk mencapai derajat
kesehatan masyrakat yang setingi-tingginya perlu diselenggarakan upaya kesehatan dan
menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia, upaya ini dilakukan dengan upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Subsistem yang kedua adalah
pembiayaan Kesehatan, dimana pembiayaan kesehatan masyarakat bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public good yang menjadi
tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan
pembiayaannya bersifat private, kecuali untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi
tanggung jawab pemerintah. Subsistem ke tiga yaitu sumbsistem sumberdaya manusia, hal
ini meliputi jumlah, jenis, kualitasdan distribusi SDM yang adil dan merata. Subsistem ke
empat yaitu subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, an makanan. Subsistem ke lima adlah
manajemen dan informasi kesehatan. Dan yang terkahir subsitem pemberdayaan masyarakat.
Adapun tujuan Subsistem Pelayanan Kesehatan yaitu, terselenggaranya upaya kesehatan
yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu, primary health care,
(pelayanan kesehatan tingkat pertama),secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat
kedua), dan tertiary health care (pelayanan kesehatan tingkat ketiga) . Primary Health Care
adalah Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu elayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh Dokter
Umum (Tenaga Medis) dan Perawat Mantri (Tenaga Paramedis), pelayanan primer ini
6. merupakan pelayanan yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka
mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan, Contohnya : Puskesmas,Puskesmas
keliling, klinik.
Secondary Health Care adalah pelayanan kesehatan tingkat kedua, yaitu pelayanan
yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih
terbatas.. Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer, biasanya pelayanan
kesehatan dilakukan oleh Dokter Spesialis dan Dokter Subspesialis terbatas ,Contoh :
Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
Tertiary Health Care adalah pelayanan kesehatan tingkat ketiga yang lebih
mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas, biasanya diperlukan untuk
kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan sekunder, pelayanan kesehatan dilakukan oleh Dokter Subspesialis dan Dokter
Subspesialis Luas, Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Adapun Contoh kolaborasi tim kesehatan dalam tingkat primer dapat kita lihat pada
seorang dokter dengan seorang perawat berkolaborasi dengan baik dalam hal menangani
pasien yang sedang sakit dan dokter berkolaborasi dengan apoteker mengenai resep obat
generic agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.
Dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan kolaborasi dari setiap profesional kesehatan dalam
menangani kesehatan pasien. Hal ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan pasien, sebab pada dasarnya tidak ada satu penyakitpun yang adpat ditangani oleh
seorang profesional kesehatan secara individu. Dengan adanya kolaborasi ini,
memungkinkan para pekerja kesehatan untuk dapat berbagi ilmu, dan memberi
kebermanfaatan yang lebih kepada pasien.