Paper ini membahas strategi akselerasi transformasi pertanian di Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan petani. Analisis dilakukan dengan studi literatur untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani berdasarkan Nilai Tukar Petani. Hasilnya menunjukkan luas areal penggarapan dan status kepemilikan lahan berpengaruh negatif, sehingga diperlukan reformasi agraria dan peningkatan perilaku petani terhadap pertan
1. Amoy Yan Sari
Arismansyah
Haridha Nurfadilla
STRATEGI AKSELERASI PROSES
TRANSFORMASI PERTANIAN
UPAYA MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN PETANI
2. Pendahuluan
Kehidupan penduduk negara-negara berkembang diwilayah pedesaan,
bersumber dari pola pertanian subsisten.
Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi penyumbang terbesar
penyerapan tenaga kerja. Hingga publikasi Badan Pusat Statistik pada bulan Agustus
2017, Sektor pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan penduduk Indonesia
terbesar, yaitu sebanyak 35,923,886 Penduduk 15 tahun keatas berada pada lapangan
pekerjaan utamanya pertanian atau sebesar 29.68%.
3. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi yang memusatkan perhatiannya
pada pertanian adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya pertanian, kesempatan kerja serta pendapatan petani, dengan
mewujudkan pertanian yang produktif dan memiliki daya saing yang tinggi
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi khususnya pada sector pertanian perlu
dirumuskan dengan baik, agar tercipta optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya alam.
4. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang permasalahan diatas penulis mengajukan beberapa
masalah yang akan dibahas dalam paper ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk Transisi Pertanian hingga mencapai pertanian modern komersial?
2. Bagaimana pelaksanaan transformasi pertanian di Indonesia?
3. Bagaimana bentuk Strategi untuk mengakselerasi transformasi pertanian sebagai
upaya meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia?
Paper ini juga bertujuan untuk menggali informasi berdasarkan studi literatur mengenai
bagaimana pelaksanaan transformasi pertanian di Indonesia dan strategi apa yang perlu
dilakukan Indonesia untuk mempercepat transformasi tersebut agar dapat mensejahterakan
petani. Sehingga diharapkan tindak lanjut dari strategi ini menjadi kebijakan pemerintah di
bidang pertanian yang mendukung transformasi dan berpihak pada petani yang diharapkan
menghasilkan output yang nyata dan signifikan untuk Indonesia masa depan.
5. Tinjauan Referensi (1)
Pengertian Umum Pertumbuhan
Ekonomi dan Pembangunan ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi adalah suatu ukuran
kuantitatif yang menggambarkan
perkembangan suatu perekonomian dalam
suatu tahun tertentu apabila dibandingkan
dengan tahun sebelumya.
Pembangunan ekonomi memiliki arti
serangkaian usaha dalam suatu perekonomian
untuk mengembangkan kegiatan ekonominya
sehingga infrakstruktur lebih banyak tersedia,
perusahaan semakin banyak dan semakin
berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi
dan teknologi semakin meningkat (Sadono
Sukirno, 2006:3).
Arti Penting Kemajuan Sektor
Pertanian dan Pembangunan di
Daerah Pedesaan
Tanpa pembangunan daerah pedesaan
yang integrative, pertumbuhan industri
tidak akan berjalan lancar , dan kalua bisa
berjalan, pertumbuhan industry tersebut
akan mencuptakan berbagai ketimpangan
internal yang sangat parah dalam
perekonomian yang bersankutan, dan pada
gilirannya, segenap ketimpangan tersebut
akan memperparah masalah-maslah
kemiskinan, ketimpangan pendapatan,
serta pengangguran (Todaro, 2000: 317-
318).
6. Tinjauan Referensi (2)
Pertanian Subsisten
Komoditi pertanian yang diusahakan adalah
komoditi primer
Teknologi budidaya yang rendah.
Pengolahan usaha berdasarkan pada
pengalaman/tradisi.
Bermotto hari ini untuk hidup hari ini.
Mengedepankan semboyan “safety first”.
Petani sebagai cara hidup bukan hanya
merupakan aktivitas ekonomi untuk
menghasilkan pendapatan bagi petani saja.
Pertanian Komersial
Menggunakan faktor-faktor produksi secara
efisen
Mempertimbangkan seluruh komponen biaya
dan penerimaan
Mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi
di dalam pengelolaannya.
Berani mengambil resiko.
Hubungan kelembagaan yang ekonomis
Bentuk pertanian komersial dapat berupa
diversifikasi usahatani dan spesialisasi usahatani
yang sering dikenal dengan tanaman industri.
7. Tinjauan Referensi (3)
Transisi dari Pola Pertanian Subsiten ke Pola
Pertanian Komersial yang Terspesialisasi
Usaha tani berskala kecil subsiten
yang murni
Pola pertanian keluarga campuran
Usaha pertanian modern
Transformasi Pertanian
Pertanian Subsistensi : Pencegahan
Resiko, Ketidakpastian dan dan
Upaya Mempertahankan
Kelangsungan Hidup
Transisi Menuju Pertanian Campuran
dan Terdiversifikasi
Spesialisasi pertanian komersial
modern
8. Tinjauan Referensi (4)
Nilai Tukar Petani
Menurut Badan Pusat Statistik Nilai Tukar
Petani adalah Perbandingan antara indeks
harga yang diterima petani (It) dengan indeks
harga yang dibayar petani (Ib) yang
dinyatakan dalam persentase.
9. Tinjauan Referensi (5)
Indeks Harga yang Diterima
Petani (It)
Menurut Badan Pusat Statistik
Indeks Harga yang diterima
petani adalah indeks yang
mengukur rata-rata perubahan
harga dalam suatu periode dari
suatu paket jenis barang hasil
produksi pertanian pada tingkat
harga produsen di petani dengan
dasar suatu periode tertentu
Indeks Harga yang Dibayar
Petani (Ib)
Menurut Badan Pusat Statistik Indeks
Harga yang Dibayar Petani adalah
indeks yang mengukur rata-rata
perubahan harga dalam suatu periode
dari suatu paket jenis barang dan jasa
biaya produksi dan penambahan barang
modal serta konsumsi rumah tangga di
daerah perdesaan dengan dasar suatu
periode tertentu.
11. Paper ini akan menganalisis strategi akselerasi transformasi
pertanian di Indoensia upaya meningkatkan kesejahteraan petani
dengan studi literatur dari rujukan data yang telah ada
sebelumnya. Kerangka pikir paper ini berupa informasi dan data
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan empiris
dari penelitian yang telah ada untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesejahteraan (NTP) di Indonesia
kemudian dirumuskan strategi yang berkorelasi dengan faktor
penyebab dan hasilnya dijelaskan dalam bentuk gambaran
deskriptif yang bersifat tinjauan umum kualitatif .
Metode Penelitian
12. Subsisten
• Untuk keperluan
sendiri, penuh resiko
• Produktivitas rendah
Diversifikasi
• Aneka ragam
tanaman
• Produktivitas sedang
Komersial
• Cash-crop
• Produktivitas tinggi
Pembahasan
13. Proses Evolusioner di Indonesia
Bukan berorientasi
meningkatkan penghasilan,
tapi hanya berusaha untuk
bisa mempertahankan
kehidupan keluarganya.
Orientasi
Primitif
Namun sebenarnya bukan enggan
bertransformasi. Tetapi sesuai yang
dijelaskan Profesor Griffen dalam
jurnalnya “Agrarian Policy : the
political and economic contex”
(1973).
“Jika petani itu kadang-kadang
kelihatannya tidak memberikan
respon terhadap perubahan-
perubahan teknologi yang diusulkan,
barangkali karena adat istiadat
setempat atau kondisi-kondisi
pemakaian tanah, dsb”
Karena itu perlu dicermati hal lain
yang mempengaruhi petani enggan
bertransformasi
14. Dalam hal ini ukuran kualitatif yang dapat diukur dalam melihat sebuah
transformasi adalah tingkat kesejahteraan petani karena tujuan dari transformasi
itu sendiri adalah meningkatkan kesejahteraan petani. Mengukur hal ini dalam
perspektif Nilai Tukar Petani (NTP).
Menurut Badan Pusat Statistik Nilai Tukar Petani (NTP) adalah
perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang
dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. Semakin tinggi NTP, secara relatif
semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani yang mengartikan
kesejahteraan petani meningkat, yang mana sejalan dengan tujuan pertanian
komersil modern untuk meningkatkan produktivitas yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan petani.
15. Analisis Regresi Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Petani
Variabel Koefisien Std. Error T Sig.
(Constant) -0.527 1.722 -0.3062 0.761
Umur (tahun) 0.051 0.024 2.1250* 0.081
Pendidikan Petani (tahun) 0.08 0.086 0.9302 0.355
Total Biaya (Rp) -0.0002 0.001 -0.02 0.132
Pengalaman Usaha tani (tahun) -0.015 0.022 -0.6818 0.474
Status pengelolaan (kepemilikan tanah) 0.597 0.234 2.5512* 0.139
Luas Areal Garapan (hektar) -0.586 0.299 -1.9598** 0.058
Adjusted R2 = 0.878
Keterangan :
*) signifikan pada taraf 95%
**) signifikan pada taraf 10%
Y = -52.7 + 5.1 X1 + 8 X2 - 0,02 X3 – 1.5X4 + 59.7 X5 – 58.6 X6
16. Pengaruh luas areal penggarapan terhadap nilai tukar
petani dapat ditunjukkan dari nilai koefisien regresi sebesar -
58.6. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan 1 hektar luas
areal penggarapan maka nilai tukar petani akan menurun
sebesar 58,6% dan sebaliknya.
Berdasarkan nilai R-Square (R2) sebesar 0.878
bahwa variabel bebas (umur, pendidikan petani, total
biaya, pengalaman usaha tani, status pengelolaan,
luas area) mampu menjelaskan variabel terikat (nilai
tukar petani) sebesar 87,8% sementara 12,2% lagi
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model.
Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap nilai tukar petani, adalah status
pengelolaan dan luas garapan.
18. Peningkatan Perilaku Petani Mengenai Pertanian Komersial
Peningkatan perilaku petani terhadap teknologi pertanian dan
inovasi yang dapat dilakukan dengan penyelenggaraan pemberdayaan petani
baik secara individu maupun kelembagaan misalnya dalam bentuk
penyuluhan dan pelatihan (extension and training).
Secara implisit teori mengemukakan bahwa kegiatan pertanian modern
bukan merupakan usaha asli petani setempat, namun lebih berupa kegiatan
hasil penyesuaian dengan tradisi lokal yang telah berlangsung berabad-abad.
Sesuai dengan budaya bertani tradisional Indonesia yang bersifat survival
agriculture atau land-to-mouth agriculture, perkembangan kelembagaan lokal
juga berjalan ke arah sosial survivability dan sosial stability yang mendukung
tujuan dan kegiatan produktif masyarakat petani.
19. Reformasi Land Reform
Luas
Areal
Hasil analisis regresi luas areal garapan
Mempunyai hubungan negati dengan
Kesejahteraan petani (nilai NTP)
Penggarapan lahan yang luas namun sedikit penggarap atau hanya dimiliki
satu orang ini merupakan tindakan tidak efektif yang menghasilkan semakin
berkurangnya kesejahteraan atau nilai tukar petani sehingga perlu
pemerataan Penataan kembali lahan perlu yang dilakukan.
Menurut pendapat Mydral, penataan kembali penggunaan tanah merupakan
kunci pembangunan pertanian di Asia. Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (The
Economic Commission for Latin and America/ELCA) telah berulang kali melakukan
penelitian dan menyatakan bahwa penataan kembali penggunaan tanah merupakan
kondisi awal yang diperlukan untuk memajukan pertanian dan pedesaan.
20. Program-program landreform ini perlu reformasi karena penataan kembali
penggunaan tanah bisa dilegislasi dan dilaksanakan secara efektif oleh pemerintah
sebagai masalah pokok dalam berbagai tindakan/usaha ini di Asia dan Amerika
Latin, maka basis bagi transisi dari pertanian subsistensi ke pertanian campuran
dengan perbaikan tingkat output dan meningkatkan taraf hidup bagi rakyat
pedesaan akan menjadi kenyataan. Akan tetapi, kalau program-program penataan
kembali penggunaan tanah ini hanya merupakan Ketentuan dan peraturan saja,
tanpa ada tindakan yang efektif, tidaklah ada jaminan untuk suksesnya pertanian dan
pembangunan desa. Pemerintah harus melengkapi program-program dan usaha-
usaha tambahan untuk mentransformasi potensialitas dan perbaikan kedalam
aktualitas (kenyataan).
21. Pengelolaan Pertanian Menghasilkan
hubungan
positif dengan Kesejahteraan
Berdasarkan amanat UU No 19 Tahun 2013 mengenai perlindungan dan
pemberdayaan petani, dimana pemberdayaan petani diartikan sebagai: “segala
upaya untuk meningkatkan kemampuan Petani untuk melaksanakan Usaha Tani
yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan,
pengembangan system dan sarana pemasaran hasil Pertanian, konsolidasi, dan
jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses pengetahuan, teknologi dan
informasi, serta penguatan Kelembagaan Petani”.
Kelembagaan dan Pemberdayaan Pertanian
22. Pencapaian suatu program pemberdayaan merupakan resultan interaksi elemen-elemen
pemberdayaan sebagai celah masuk dengan strategi pemberdayaan yang diterapkan. Upaya dan strategi
pemberdayaan merupakan suatu pendulum antara peradigma evolusi dan paradigma revolusi, namun
tidak berarti bahwa setiap paradigma akan muncul secara total (atau mutlak). Kedua paradigma tersebut
merupakan suatu gradasi dengan proporsi yang sesuai dengan kebutuhan kelembagaan petani.
Implikasi dari kebijakan pemerintah dan pembahasan fungsi dan peran kelembagaan petani sangat
diperlukan. Penyusunan kebijakan pemerintah dalam mendukung pemberdayaan kelembagaan petani
hendaknya mencakup seluruh seluruh elemen sosio-teknis yang terdapat dalam setiap kelompok
masyarakat atau etnis yang berbeda. Konsekuensi lebih jauh adalah bahwa penerapan kebijakan
pemberdayaan memerlukan strategi pendekatan yang mampu memfasilitasi aspirasi sosial-budaya dan
aspirasi teknis petani dan kelembagaan pertain serta lembaga pembangunan pertanian setempat.
24. Saran
Pertanian adalah sektor penyerap tenaga kerja terbanyak, namun kesejahteraan
petani yang sejalan dengan sistem pertanian yang digunakan sebagian besar di
Indonesia masih belum maksimal. Sistem yang digunakan jauh ketinggalan dengan
permintaan zaman sekarang, yang akibatnya kesejahteraan petani yang diukur dalam
nilai tukar petani juga belum maksimal. Sehingga pertanian indonesia perlu
bertransformasi. Namun transformasi ini agar segera mencapai tujuannya perlu
keberpihakan pemerintah untuk membuat kebijakan yang sejalan dengan strategi
akselerasi secara umum ini. Dan diharapkan penelitian selanjutnya perlu dikaji kebijakan
riil yang harus dibuat dan keefisienanya agar segera mencapai Indonesia yang jaya
agrarianya.