Dokumen tersebut membahas tentang layanan bimbingan dan konseling tentang memahami diri yang ditujukan untuk siswa SMA kelas X. Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memahami diri sendiri, mengembangkan kesadaran diri, dan menumbuhkan rasa percaya diri melalui pemberian materi dan diskusi mengenai pengertian memahami diri, proses pengembangan kesadaran diri, dan percaya diri. Layanan ini dilaksan
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Who am i
1. WHO AM I
SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Bahasan : Memahami Diri
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Pribadi
C. Jenis Layanan : Layanan Informasi
D. Fungsi Layanan : Pemahaman
E. Tujuan Layanan :
1. Siswa dapat memahami dirinya sendiri.
2. Siswa dapat mengembangkan kesadaran dirinya.
3. Siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya.
F. Sasaran Layanan : Siswa SMA Kelas X
G. Materi Layanan :
1. Pengertian Memahami Diri
2. Proses Pengembangan Kesadaran Diri
3. Percaya Diri
H. Uraian Kegiatan :
ii. Pendahuluan
a. Presensi kehadiran siswa, pengecekan keadaan fisik kelas.
b. Pemberian Angket, siswa mengisi angket.
iii. Inti
Pemberian materi
iv. Penutup
Menyimpulkan materi yang telah diberikan.
I. Metode : Tugas, Ceramah, Tanya Jawab
J. Tempat : Ruang kelas aula
K. Waktu, Semester : 20 Okteber 2010, Semester 1 (satu)
L. Penyelenggara : Guru Bimbingan dan Konseling
M. Alat : LCD, Paper, Kertas angket, Laptop
N. Rencana Penilaian : Penilaian Jangka Pendek, Sedang dan Panjang
O. Keterkaitan layanan ini dengan layanan/ kegiatan pendukung :
Sebagai titik tolak pelaksanaan BK selanjutnya sesuai dengan jenis layanan yang ada.
P. Catatan Khusus : -
A. Memahami Diri
Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang untuk
dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang
membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai manusia ini, tumbuh dan berkembang
melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan
dengan membawa kepribadian.
Menurut Hipoctrates dan Galenus tipe kepribadian kita dibagi menjadi empat macam :
a. Sanguinis, dipengaruhi oleh darah, ciri-cirinya :
1. Dapat bergaul dengan wajar dan lincah.
2. Senang berada didalam keramaian.
2. 3. Bersemangat.
4. Suka menarik perhatian.
5. Lucu dan tertawa.
6. Terlalu emosional.
7. Egois dan suka menang sendiri.
8. Mudah putus asa.
9. Tidak tepat janji.
10. Cepat bertindak tapi juga cepat berhenti.
11. Suka membesar-besarkan certita.
12. Ramah, periang dan penuh ekspresi.
13. Suasana perasaannya selalu penuh harapan.
b. Cholerik dipengaruhi oleh empedu kuning, ciri-cirinya :
1. Dapat menjadi pemimpin yang kuat.
2. Bertanggung jawab.
3. Optimis.
4. Berdikari dan hemat.
5. Tidak mudah goyang.
6. Tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
7. Suka bekerja.
8. Suka memaksakan kehendak kepada orang lain.
9. Suka dipuji.
10. Kurang mengerti perasaan orang lain.
11. Tidak dapat menempatkan diri.
12. Cenderung keras kepala dan pemarah, karena terlalu percaya diri.
c. Plegmatis, dipengaruhi oleh cairan limpha, ciri-cirinya :
1. Orangnya tenang dan lamban.
2. Kurang memperhatikan orang lain.
3. Suka menarik diri dari pergaulan.
4. Orangnya sabar.
5. Tidak mudah tersinggung.
6. Suka mendamaikan orang lain.
7. Tidak suka terburu-buru.
8. Setia.
9. Pendiam.
10. Emosinya cenderung tenang atau dingin.
11. Cenderung bersifat pasif.
d. Melakolis, dipengaruhi oleh empedu hitam, ciri-cirinya :
1. Perasaannya halus dan sensitif.
2. Mudah menempatkan diri.
3. Pesimis dan penakut.
4. Memiliki rasa malu untuk mendekati orang lain.
5. Orangnya hati-hati.
6. Ingin diperhatikan orang lain.
7. Suka memaafkan.
8. Cepat bosan.
9. Cenderung setia, teliti dan cermat.
10. Pasif dan peragu.
11. Menyukai hal-hal indah atau seni.
3. Sedangkan berdasarkan cairan yang ada dalam tubuh manusia, sifat manusia dibagi
menjadi dua tipe :
1. Terbuka ( Ekstovert ) meliputi : sanguinis dan choleric.
2. Tertutup ( Introvert ) meliputi : plegmatis dan melankolis.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi
setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada
diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses
persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri.
Persepsi Terhadap Diri Pribadi (self-perception)
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap
orang atau objek tertentu, dikenal dengan persepsi. Menurut Fisher, persepsi didefinisikan
sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal,
jadi persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi
mensyaratkan :
1. Adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
2. Adanya informasi untuk diinterpretasikan.
3. Menyangkut sifat representatif dari penginderaan.
Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak
sebagai realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling
jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan,
karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang
sebenarnya.
Sifat-sifat persepsi
Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan didalam objek dan
selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang mudah menurut kita
belum tentu mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas menurut orang lain mungkin terasa
membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami sifat-sifat persepsi:
1. Persepsi adalah pengalaman
Untuk memaknai seseorang, objek atau peristiwa kita menginterpretasikannya dengan
pengalaman masa lalu yang menyerupainya. Pengalaman menjadi pembanding untuk
mempersepsikan suatu makna.
2. Persepsi adalah selektif
Kita melakukan seleksi pada hal-hal yang kita inginkan saja, sehingga mengabaikan yang
lain. Kita mempersepsikan hanya yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan
yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang berlawanan dengan keyakinan
atau nilai yang kita miliki.
3. Persepsi adalah penyimpulan
Mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang
dihasilkan melalui persepsi adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Artinya
mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya
didasarkan atas data sesungguhnya, tapi hanya berdasar penangkapan indra yang terbatas.
4. Persepsi tidak akurat
Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Ini
disebabkan oleh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Semakin jauh jarak
antara orang yang mempersepsi dengan objeknya, maka semakin tidak akurat persepsinya.
5. Persepsi adalah evaluative
Persepsi tidak pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman
dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna
pada objek yang dipersepsi. Kita cenderung mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu
4. bagi diri kita (bisa sangat baik atau sangat buruk). Sementara yang biasa-biasa saja cenderung
kita lupakan dan tidak bisa diingat dengan baik.
Beberapa Elemen Persepsi
1. Sensasi/penginderaan dan interpretasi.
Ketika individu menangkap sesuatu melalui inderanya (melihat, mendengar, mencicipi,
membau dan meraba) maka secara simultan ia akan menginterpretasikan makna dari hasil
penginderaan.
2. Harapan.
Kita cenderung untuk mendengar apa yang kita harapkan untuk didengar dan melihat apa
yang kita harapkan untuk dilihat.
3. Bentuk dan latar belakang (figure & ground).
Persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi figure (informasi yang
dianggap penting/relevan) dan informasi yang menjadi background (informasi yang kurang
penting/relevan).
4. Perbandingan.
Orang biasanya ingin meyakini kebenaran persepsinya. Caranya adalah dengan melakukan
perbandingan berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya.
5. Konteks.
Seperangkat fenomena yang mendasari suatu objek untuk dimaknai.
Kesadaran Pribadi (self-awarness)
Identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu
dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian diri adalah suatu pengertian yang
mengacu pada identitas spesifik dari individu. Fisher menyebutkan ada beberapa elemen dari
kesadaran diri, yaitu konsep diri, self-esteem, dan multiple selves.
1. Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Umumnya orang
menggolongkan diri sendiri dalam tiga kategori;
a. Karakteristik atau sifat pribadi adalah sifat yang dimiliki, seperti fisik (laki-laki, perempuan,
tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb). Atau kemampuan tertentu (pandai, pendiam,
rajin, cermat dsb).
b. Karakteristik atau sifat sosial, misalnya introvert atau ekstrovert, ramah atau ketus, periang
atau pendiam.
c. Peran sosial, contohnya ayah, ibu, guru, militer, polisi.
2. Self esteem, merupakan bagian yang inherent dari konsep diri. Self esteem kita adalah
bagian dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri. Self-esteem berpengaruh pada
perilaku komunikasi kita. Jika self-esteem kita tinggi, biasanya kita lebih percaya diri,
mandiri dan merasa kompeten.
3. Multiselves. Setiap kita kadang memiliki identitas yang berbeda dalam berbagai situasi atau
kondisi. Misalnya di kelas sebagai guru, di rumah sebagai ayah.
Persepsi Terhadap Orang Lain
Proses mempersepsi orang lain mencakup persepsi terhadap karakteristik fisik dan
perilaku komunikasi orang tersebut. Steve Duck mengemukakan 3 hal berkaitan dengan itu :
1. Perilaku tersebut mungkin terasa menyenangkan bagi kita, karena biasanya kita suka dengan
senyuman dan pujian.
2. Perilaku tersebut memberi informasi yang kita gunakan untuk membentuk semacam kesan
mengenai kondisi internal seseorang (kepribadian, nilai, sikap, keyakinan).
3. Perilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai kelanjutan hubungan di kemudian
hari.
5. Perilaku Terhadap Orang Lain
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat mempengaruhi
persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang lain memiliki penilaian yang
baik terhadap diri kita, paling tidak memiliki kesan bahwa kita konsisten dengan tujuan kita
berkomunikasi dengannya. Kita dapat berharap bahwa prang lain dapat menjadi teman,
pimpinan, pasangan dan berbagai peran sosial lainnya. Meskipun kita tidak bisa
mengendalikan persepsi orang seperti yang kita mau, namun kita dapat mengarahkan persepsi
mereka sesuai yang kita harapkan.
Beberapa konsep yang menjelaskan itu antara lain :
1. Impression management.
Erving Gooffman mengemukakan bagaimana setiap orang dalam kesehariannya memainkan
macam-macam peran kepada orang lain. Tindakan itu sesuatu yang alamiah dan wajar dalam
melakukan interaksi sosial. Konsep ini memandang KAP sebagai sebuah drama atau
sandiwara. Sebagai partisipan dalam komunikasi kita bukan saja aktor tapi juga penulis
skenario yang menulis naskah drama kehidupan nyata kita.
2. Rhetorical sensitivity.
Dikemukakan oleh Rod Hart dan Don Burks, yang mengacu pada kualitas persepsi yang
didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan. Menerapkan konsep ini berarti peka terhadap
diri sendiri, peka terhadap situasi, dan terutama peka terhadap orang lain. Tindakan ini
mencakup pemilihan perilaku komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antara diri kita, orang
lain, dan situasi tertentu selama kegiatan KAP. Dengan kata lain konsep ini melakukan
adaptasi terhadap sejumlah kemungkinan.
Terdapat 5 karakteristik dari konsep ini:
a. Mampu menerima kompleksitas pribadi.
b. Menghindari sikap kaku/keras dalam berkomunikasi dengan orang lain.
c. Menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
d. Meyadari kapan harus berkomunikasi dalam berbagai situasi yang berbeda.
e. Menyadarai pesan dapat disampaikan dalam berbagai cara untuk menyampaikan suatu
maksud
3. Atributional respons
Merupakan cara lain penggunaan proses atribusi melalui perilaku kita sebagai reaksi atas
tindakan orang lain. Setiap tindak komunikasi dalam percakapan dapat menyertakan ekspresi
atau pernyataan atributif.
4. Konfirmasi antar pribadi.
B. Proses Pengembangan Kesadaran Diri
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu yang
bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya lebih
mandiri.
Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai kriteria
untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi. Dalam interaksi, reaksi
orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan
informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita.
Menurut pakar psikologi Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang
6. beraktivitas pada lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia
lakukan.
Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya, bila ia mengalami
kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial saja saat itu, atau kekalahan itu
adalah kesalahan orang lain. Sementara seseorang yang pesimis akan melihat sebuah
kekalahan itu sebagai salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu yang lama dan akan
mempengaruhi apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena itulah seseorang yang
pesimis akan menyerah lebih mudah.
Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self) perubahan
konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan terjadi tahap demi tahap
melalui aktivitas sehari hari kita. Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan,
tetapi begitu konsep diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan
sulit untuk dirubah secara drastis.
Contoh: Bila kita mencoba merubah pendapat orang tua kita dengan memberi tahu bahwa
penilaian mereka itu harus dirubah - biasanya ini merupakan usaha yang sulit. Pendapat
pribadi kita akan 'siapa saya' tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah sejalan
dengan waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula kita.Konsep
diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan
penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
C. Percaya Diri (Self-Esteem)
A. Pengertian
Orang yang dikatakan memiliki kepercayaan diri ialah orang yang merasa puas
dengan dirinya (Gael Lindenfield dalam Kamil, 1998: 3). Adapun gambaran merasa puas
terhadap dirinya adalah orang yang merasa mengetahui dan mengakui terhadap ketrampilan
dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai
dalam kehidupan bersosial. Untuk mencari atau menggali definisi yang akurat tentang
percaya diri, maka harus menganalisis tentang unsur-unsurnya yang khas. Hal ini dilakukan
dengan mendaftarkan sifatsifat dan ketrampilan-ketrampilan hasil pengamatan terhadap orang
yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Menurut Angelis (2000: 10) kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan
diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu
pula yang harus dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu
bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia
inginkan tercapai.
Menurut Hakim (2005: 6), rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa
seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua
aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat
tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan
dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri akan mampu mengetahui kelebihan yang
dimilikinya, karena siswa tersebut menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki, kalau
7. tidak dikembangkan, maka tidak akan ada artinya, akan tetapi kalau kelebihan yang
dimilikinya mampu dikembangkan dengan optimal maka akan mendatangkan kepuasan
sehingga akan menumbuhkan kepercayaan diri.
Individu yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar
dimiliki oleh setiap individu, karena individu yang percaya diri akan mengubah kelemahan
yang dimiliki menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan tidak akan
membiarkan kelemahannya tersebut menjadi penghambat dalam mengaktualisasikan
kelebihan yang dimilikinya.
Sebagai contoh, siswa yang selalu menjadi juara kelas mampu menguasai materi
pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga ia merasa yakin dan tidak takut jika disuruh
gurunya untuk mengerjakan soal di depan kelas. Bahkan, di dalam setiap mata pelajaran, jika
guru bertanya atau meminta seseorang untuk mengerjakan soal di depan kelas, siswa yang
menjadi juara kelas dapat mengajukan diri tanpa diperintah.
Sedangkan Luxori (2004: 4), menyatakan bahwa, percaya diri adalah hasil dari
percampuran antara pikiran dan perasaan yang melahirkan perasaan rela terhadap diri sendiri.
Dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan selalu merasa baik, rela dengan kondisi
dirinya, akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang berkualitas dalam berbagai bidang
kehidupan, pekerjaan, kekeluargaan, dan kemasyarakatan, sehingga dengan sendirinya
seseorang yang percaya diri akan selalu merasakan bahwa dirinya adalah sosok yang berguna
dan memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan masyarakat lainnya
dalam berbagai bidang. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang akan mendorongnya untuk
menyelesaikan setiap aktivitas dengan baik.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran individu akan kekuatan dan kemampuan yang
dimilikinya, meyakini adanya rasa percaya dalam dirinya, merasa puas terhadap dirinya baik
yang bersifat batiniah maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta
mampu mengendalikannya.
B. Ciri-ciri Orang Yang Percaya Diri
Menurut Hakim (2005: 5-6) ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain :
Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi.
Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.
Memiliki kecerdasan yang cukup.
Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.
Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya
ketrampilan berbahasa asing.
Memiliki kemampuan bersosialisasi.
Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam
menghadapi berbagai cobaan hidup.
Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar,
sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
C. Ciri-ciri Orang Yang Tidak Percaya Diri
Menurut Hakim (2005: 8-9) ciri-ciri orang yang tidak percaya diri antara lain :
Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu.
8. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi.
Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi.
Gugup dan kadang-kadang bicara gagap.
Memiliki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik.
Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil.
Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara
mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu.
Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya.
Mudah putus asa.
Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
Pernah mengalami trauma.
Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari
tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin
buruk.
D. Mengembangkan Kepercayaan Diri
Lindenfield (19: 14) menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan percaya diri diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Cinta
Individu perlu terus merasa dicintai tanpa syarat. Untuk perkembangan harga diri yang sehat
dan langgeng, seseorang harus merasa bahwa dirinya dihargai karena keadaannya yang
sesungguhnya, bukan yang seharusnya atau seperti yang diinginkan orang lain. Setiap orang
hendaknya dicintai tanpa syarat, namun yang terpenting, individu itu sendiri harus dapat
mencintai diri tanpa syarat.
Dengan merasa tenteram, percaya diri dan mencintai diri sendiri bila semua keinginan
terpenuhi, ini berarti seseorang telah menyayangi diri sendiri secara bersyarat. Agar
seseorang dapat menyayangi diri dengan tulus, hendaknya individu dapat menyayangi dirinya
sendiri karena telah melakukan sesuatu, bukan karena telah berhasil mencapai sesuatu.
Dalam kegiatan kelompok seperti bimbingan kelompok, bentuk cinta pada diri sendiri dapat
ditunjukkan dengan menerima diri apa adanya, tidak menyayangi diri secara bersyarat,
memiliki rasa percaya diri dan selalu merasa tenteram. Sedangkan bentuk cinta yang
diberikan oleh orang lain dalam kelompok yaitu mau mendengarkan pendapat anggota
kelompok, mau memberikan saran dan kritik yang membangun, saling memberi dan
menerima bantuan, berempati dengan tulus, anggota kelompok saling memberi motivasi,
serta suka rela memecahkan masalah bersama-sama.
2. Rasa aman
Bila individu merasa aman, mereka secara tidak langsung akan mencoba mengembangkan
kemampuan mereka dengan menjawab tantangan serta berani mengambil resiko yang
menarik. Di dalam kegiatan bimbingan kelompok, rasa aman ditunjukkan anggota kelompok
dengan saling menjaga rahasia, masing-masing anggota mau terbuka, jujur, dan percaya pada
diri sendiri maupun orang lain, serta saling menghargai.
3. Model peran
Mengajar lewat contoh adalah cara paling efektif agar anak mengembangkan sikap dan
ketrampilan sosial yang diperlukan untuk percaya diri. Dalam hal ini peran orang lain sangat
dibutuhkan untuk dijadikan contoh bagi individu untuk dapat mengembangkan rasa percaya
diri.
Di dalam kegiatan koneling kelompok, anggota kelompok dapat menjadikan diri sendiri
maupun orang lain sebagai model. Dengan menjadikan orang lain sebagai model, individu
9. dapat menjadikan model itu sebagai contoh/ teladan dan dapat menirunya untuk
menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Hubungan
Untuk mengembangkan rasa percaya diri individu terhadap segala hal, individu jelas perlu
mengalami dan bereksperimen dengan beraneka hubungan dari yang dekat dan akrab
dirumah, teman sebaya maupun yang lebih asing.
Hubungan dalam kegiatan kelompok menurut Hakim (2005:132), anggota kelompok akan
mendapatkan banyak manfaat antara lain sosialisasi atau pergaulan dengan teman-teman
sebaya, mendapatkan tambahan ketrampilan tertentu, seperti kepemimpinan dan cara
berhubungan dengan orang lain. Di dalam kelompok seseorang dapat menjalin kerja sama,
melakukan penyesuaian dan pendekatan kepada orang lain. Jika seseorang dapat melakukan
hubungan dengan baik maka perlahan-lahan seseorang akan memiliki kepercayaan diri.
5. Kesehatan
Untuk bisa menggunakan sebaik- baiknya kekuatan dan bakat kita, kita butuhkan energi. Jika
mereka dalam keadaan sehat, dalam masyarakat bisa dipastikan biasanya mendapatkan lebih
banyak perhatian, dorongan moral, dan bahkan kesempatan.
Menurut Hakim (2005: 162), dengan adanya kondisi kesehatan yang lebih prima pada diri
seseorang, akan timbul keyakinan dan rasa percaya diri bahwa dalam diri individu memiliki
kekuatan yang cukup untuk melakukan banyak hal sesuai dengan keperluan hidupnya,
termasuk mengikuti kegiatan kelompok.
6. Sumber daya
Sumber daya memberikan dorongan yang kuat karena dengan perkembangan kemampuan
anak memungkinkan mereka memakai kekuatan tersebut untuk menutupi kelemahan yang
mereka miliki.
7. Dukungan
Individu membutuhkan dorongan dan pembinaan bagaimana menggunakan sumber daya
yang mereka miliki. Dukungan jua merupakan factor utama dalam membantu individu
sembuh dari pukulan terhadap rasa percaya diri yang disebabkan oleh trauma, luka dan
kekecewaan.
Dalam kegiatan kelompok, dukungan dapat ditunjukkan dengan mau mendengarkan pendapat
orang lain, dapat saling memotivasi, dan tidak saling menyalahkan. Dengan motivasi dan
dukungan, seseorang dapat berkembang menjadi lebih kuat untuk berbuat lebih baik lagi dan
penuh percaya diri.
8. Upah dan hadiah
Upah dan hadiah ini merupakan suatu proses untuk mengembangkan percaya diri agar
menyenangkan dari suatu usaha yang telah dilakukan. Hadiah tidak harus berwujud barang.
Dalam kegiatan kelompok, hadiah dapat ditunjukan dengan member penghargaan dalam
bentuk pujian yang disertai dengan saran-saran yang edukatif, serta anggota kelompok
mengusahakan agar seseorang berbuat baik karena kesadarannya bukan karena ingin
memperoleh penghargaan.
D. INSTRUMENT
Untuk mengetahui seberapa banyak siswa mengenali dan memahami tentang dirinya
sendiri, disini saya menggunakan Angket tentang Pemahaman Diri sebagai instrumentnya.
Diharapkan dengan menggunakan hasil uji coba angket tersebut siswa mampu memahami
tentang kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan dapat memperbaiki
kekurangannya.
I. Definisi Konseptual
10. Menurut Santrock (2003:333) Pemahaman diri (self – Understanding) adalah
gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri
remaja. Pemahaman diri menjadi lebih introspektif tetapi tidak bersifat
menyeluruh dalam diri remaja, namun lebih merupakan konstruksi kognisi
sosialnya. Pada masa remaja persinggungan antara pengalaman sosial,
budaya dan norma yang berlaku mempengaruhi pada kognisi sosial remaja.
II. Definisi Operasional
Dari beberapa definisi tentang Pemahaman Diri dapat saya simpulkan bahwa Pemahaman diri
adalah gambaran kognitif remaja mengenai dirinya tentang persepsi, kesadaran pribadi,
perilaku, proses pengembangan kesadaran diri, dan kepercayaan yang ada pada dirinya.
III. Aspek
a. Kesadaran Pribadi
b. Perilaku
c. Kesadaran Diri
d. Percaya Diri
IV. Indikator
a. Kesadaran Pribadi :
Konsep diri
Self esteem
Multiselves
Percaya diri
b. Perilaku :
Tindakan
Sikap
c. Kesadaran Diri :
Cermin diri
Pribadi sosial
Perwujudan diri
V. Pertanyaan
ANGKET
1. Nama :
2. Kelas/ Semester :
3. Jenis Kelamin :
4. Hari/ Tanggal :
5. Sekolah :
Isilah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pribadi kalian masing-masing.
Berilah tanda () pada keterangan (“ya” atau “tidak”) sesuai dengan jawaban kalian. Isilah
semua pertanyaan tersebut tanpa ada pertanyaan yang terlewati.
No. Pertanyaan
Keterangan
Ya Tidak
1. Apakah saya seorang yang jujur?
2. Apakah saya berteman dengan mudah?
3. Apakah saya percaya pada kemampuan saya?
11. 4. Apakah tingkah laku saya baik?
5.
Apakah saya optimis dengan hasil yang telah saya
capai?
6.
Apakah saya memberikan jawaban dan menanggapi
permasalahan yang ada?
7. Apakah saya telah memiliki postur tubuh yang ideal?
8. Apakah saya termasuk ekstrovet?
9. Apakah saya orang yang mandiri?
10.
Apakah saya senang menjadi pendengar jika ada teman
yang mengungkapkan pendapat?
11. Apakah saya pendiam?
12.
Apakah saya keras kepala dalam mempertahankan
pendapat?
13. Apakah saya berani berterus terang?
14. Apakah saya lekas putus asa?
15. Apakah saya mudah tersinggung?
16. Apakah saya pemalu?
17. Apakah saya bijaksana?
18. Apakah saya bisa menahan diri?
19. Apakah saya sering bertanya?
20.
Apakah saya bisa memegang komitmen yang telah saya
buat?
DAFTAR PUSTAKA
a. Komunikasi intrapersonal.http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal,
diakses 16 Oktober 2010.
b. Mulyana, Ahmad.2008. Memahami Diri dan orang lain Dalam komunikasi
Antar pribadi.http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/memahami-diri-dan-orang-
lain-dalam-komunikasi-antar-pribadi/, diakses 16 Oktober 2010.
12. c. Rahmawan, Tizar.2010.Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif “KORELASI
ANTARA PEMAHAMAN DIRI DAN RASA PERCAYA DIRI PADA REMAJA
YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DI KOTA
MALANG “.http://tizarrahmawan.wordpress.com/2010/03/19/contoh-proposal-
penelitian-kuantitatif-korelasi-antara-pemahaman-diri-dan-rasa-percaya-diri-pada-
remaja-yang-tinggal-di-panti-asuhan-di-kota-malang/, diakses 16 Oktober 2010.