SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ternak perah adalah ternak ruminansia yang secara genetik mampu
menghasilkan air susu, misalnya sapi, kambing dan lain-lain. Ternak perah
mempunyai ciri- ciri khusus yang berhubungan lansung dengan air susu. produksi
susu yang dihasilkan ternak perah melebihi kebutuhan susu untuk anaknya
sehingga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu dunia.
Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi karena
mengandung hampir semua zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu
didefenisikan sebagai susu sapi yang tidak dikurangi atau ditambahi sesuatu
apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan sapi-sapi sehat secara kontinyu dan
sekaligus. Susu ini merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan
dengan proporsi yang seimbang. Penyusun utama susu adalah air, protein, lemak,
karbohidrat, mineral-mineral, dan vitamin-vitamin. Sebagai bahan pangan, susu
dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan maupun dari
bagian-bagiannya. Dengan banyaknya produk- produk susu yang beredar
dipasaran belum dapat dipastikan apakah susu tersebut merupakan kualitas yang
murni dari hasil pemerahan pada ternak perah tanpa penambahan zat apapun.
Pemalsuan pada susu yang sangat mudah dijumpai adalah dengan
menambahkan susu dengan air. Hal ini akan menambah volum dari susu tersebut
dan susu akan dihargai dengan sedikit lebih mahal. Selain penambahan air,
peningkatan volum susu juga dapat dilakukan dengan penambahan air tajin, susu
kaleng, santan , bahkan soda kue. Pemalsuan dengan menggunakan susu kaleng
emmiliki kelebihan diantaranya bau yang harum susu serta warna yang relatif
tidak jauh berbeda dengan susu asli. Selain untuk menambahkan volum,
pemalsuan juga digunakan untuk mempertahankan sifat susu. Pemalsuan seperti
ini dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam susu. Didalam susu
mentah banyak sekali terdapat enzim-enzim seperti enzim periksodase yang bisa
terurai dengan dilakukan pemanasan pada suhu diatas 750C dapat membebaskan
oksigen dari larutan peroksida yang ditambahkan kedalam susu, oksigen yang
2
terdapat dalam susu ini akan bersenyawa dengan zat pemulas sehingga
menyebabkan warnanya menjadi berubah tidak sepeti warna pada susu umumnya.
Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan
kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu
tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli atau tidak, dan juga bau
apakah bau nya seperti bau susu pada umumnya, begitu juga kekentalannya dan
juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum pemeriksaan Kesegaran Air Susu pada Uji Organoleptik
atau Uji Sensorik yaitu untuk mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi dengan
menggunakan panca indra. Uji Kebersihan menggunakan Metode Saring yaitu
untuk melihat kotoran yang terdapat didalam air susu, yang tidak terlihat oleh
mata. Pengukuran pH dengan pH meter yaitu untuk mengetahui derajat keasaman
susu yang diukur menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Uji Alkohol yaitu
untuk mengetahui daya dehidrasi yang akan menarik gugusan ion H+ dari ikatan
mantel air protein dapat sehingga protein dapat melekat satu dengan lainnya. Uji
Didih atau Uji Masak yaitu untuk mengetahui butir perotein yang stabilitasnya
menurun, bila dipanaskan sampai mendidih akan pecah. Uji Reduktase dengan
Biru Metilen yaitu untuk mengetahui enzim reduktase yang dihasilkan
mikroorganisme dalam susu akan mereduksi zat warna biru metilen yang
ditambahkan kedalam susu sampai tidak warna pada sampel susu tersebut.
Tujuan praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu, Pemeriksaan
Penambahan Air Susu pada Pembuktian Penambahan Air yaitu untuk mengetahui
berat jenis (BJ), kadar lemak dan bahan kering susu akan turun, sedangkan titik
beku akan mendekati 0 (nol). Pembuktian Penambahan Santan secara
Mikroskopik yaitu untuk mengetahui dengan penambahan santan kedalam susu
berat jenis naik (tetapi juga dapat turun), kadar lemak naik dan angka katalase
naik. Pembuktiaan Penambahan Pati yaitu untuk mengetahui adanya pati didalam
sampel susu dengan penambahan larutan lugol dan terbentuk warna biru.
Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch yaitu untuk mengetahui
susu mentah terdapat enzim peroksidase yang akan terurai oleh pemanasan diatas
3
75% sehingga oksigen dapat merubah warna. Pembuktian Penambahan
Formalin yaitu untuk mengetahui susu yang diawetkan dengan formalin.
1.3. Manfaat
Manfaat praktikum pemeriksaan Kesegaran Air Susu pada Uji Organoleptik
atau Uji Sensorik yaitu mahasiswa dapat mengetahui warna, bau, rasa dan
konsistensi dengan menggunakan panca indra.Uji Kebersihan menggunakan
Metode Saring yaitu dapat melihat kotoran yang terdapat didalam air susu, yang
tidak terlihat oleh mata. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui derajat
keasaman susu yang diukur menggunakan kertas lakmus. Uji Alkohol yaitu
mahasiswa dapat mengetahui daya dehidrasi yang akan menarik gugusan ion H+
dari ikatan mantel air protein dapat sehingga protein dapat melekat satu dengan
lain. Uji Didih atau Uji Masak yaitu mahasiswa dapat mengetahui butir protein
yang stabilitas nya menurun, bila dipanaskan sampai mendidih akan pecah.Uji
Reduktase dengan Biru Metilen yaitu mahasiswa dapat mengetahui enzim
reduktase yang dihasilkan mikroorganisme dalam susu akan mereduksi zat
warna biru metilen yang ditambahkan kedalam susu sampai tidak warna.
Manfaat praktikum Pemeriksaan pemalsuan air susu, Penambahan Air Susu
pada Pembuktian Penambahan Air yaitu mahasiswa dapat mengetahui berat jenis,
kadar lemak dan bahan kering susu akan turun, sedangkan titik beku akan
mendekati 0 (nol). Pembuktian Penambahan Santan secara Mikroskopik yaitu
mahasiswa dapat mengetahui dengan penambahan santan kedalam susu BJ naik
(tetapi juga dapat turun), kadar lemak naik dan angka katalase naik, Pembuktiaan
Penambahan Pati yaitu mahasiswa dapat mengetahui adanya pati didalam sampel
susu dengan penambahan larutan lugol dan terbentuk warna biru. Pembuktian
Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch yaitu mahasiswa dapat mengetahui
susu mentah terdapat enzim peroksidase yang akan terurai oleh pemanasan diatas
75% sehingga oksigen dapat merubah warna. Pembuktian Penambahan Formalin
yaitu mahasiswa dapat mengetahui susu yang diawetkan dengan formalin
dan mahasiswa menjadi mengerti dan paham dalam mengkonsumsi susu
segar dan susu yang diolah, serta mengetahui bahan apa saja yang biasa
digunakan dalam memalsukan susu baik susu segar maupun susu yang diolah.
4
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Pemeriksaan kesegranair susu
2.1.1. Uji sensorik/ Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan salah satu cara mendasar dan pertama
kali dilakukan untuk mengetahui kualitas dari bahan tersebut. Pengujian
organoleptik merupakan pengujian yang subyektif, akan tetapi pengujian ini
memiliki peran yang penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma dan warna.
Rasa dan aroma dapat bersinergi membentuk citarasa. Citarasa susu sapi
dipengaruhi beberapa faktor. Berdasarkan hasil pengujian, sampel susu selama
penelitian dalam kondisi aman dan layak untuk dikonsumsi. (Anindita, 2017).
Susu murni mempunyai rasa sedikit manis ini disebabkan oleh laktosa dan
kadar Cl yang rendah. Jika terjadi penyimpangan terhadap bau susu maka dapat
terjadi perubahan seperti : bau asam, tengik dan busuk serta rasa susu akan
berubah seperti :, rasa sabun disebabkan oleh Bacillus lactic saponacei, rasa lobak
disebabkan oleh kuman coli. (Gusti fitri ayu, 2013).
Pada waktu susu berada di dalam ambing ternak yang sehat atau beberapa
saat setelah keluar, susu merupakan suatu bahan murni, higienis, bernilai gizi
tinggi, mengandung sedikit bakteri yang berasal dari ambing, bau, rasa tidak
berubah dan tidak berbahaya untuk diminum (Sanam et al., 2014).
2.1.2. Uji kebersihan dengan dengan metode saring
Pemerah yang kotor baik tangan maupun pakaiannya dapat
mengontaminasi susu, pemerah yang tidak sehat dan mengidap penyakit menular
dapat mengkontaminasi susu, yang juga dapat menularkannya kepada konsumen
yang mengkonsumsinya . (Aritonang, 2010).
Penyaringan susu adalah uji kebersihan yang meliputi warna, bau,rasa, dan
ada tidaknya kotoran dalam susu dengan menggunakan kaeras saring ,proses
penyaringan susu bertujuan memisahkan benda-benda pengotor susu yang
terbawa saat pemerahan (Fauzan 2011).
Higienitas dari susu harus dikontrol sejak dari peternakan, pemindahan susu
dari peternakan ke mobil pengangkut dan kebersihan dari alat transportasi itu
sendiri ( Habibah, 2011).
5
Pencemaran mikroorganisme pada susu segar dapat disebabkan oleh
kontaminasi tanah, air, udara, pupuk kandang, debu, peralatan, dan pekerja. (
Magdan,2010).
2.1.3. Pengukuran ph dengan ph meter
Penurunan pH diakibatkan oleh aktivitas bakteri yang disebabkan karena
aktivitas fosfat buffer, sirat dan protein atau pengasaman susu karena aktivitas
bakteri menyebabkan mengendapnya kasein dalam protein setelah proses
pemanasan.Perubahan pH sebagia besar disebabkan oleh asam yang dihasilkan
dari aktivitas bakteri yang merusak nilai protein yang terkandung dalam susu..
(Heldman 2011).
Air susu segar umumnya mempunyai nilai pH 6.5 sampai 6.7 dan bila
terjadi banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri maka nilai pH akan menurun
secara nyata. Pengasaman menyebabkan kehilangan Co2 yang dapat menurunkan
keasaman dan kenaikan nilai pH. (Murnia 2015)
Percampuran susu dengan asam menyebabkan susu mengeluarkan ion
hidrogen (proton H+ ). Pelepasan ion hidrogen ini menyebabkan pH menurun.
Nilai pH larutan yang rendah akan mencapai titik isoelektrik pada setiap molekul
kasein sehingga terjadi penggabungan kasein misell melalui agregasi dan diakhiri
dengan proses koagulasi. (Swadayana, 2012).
Kestabilan kaseinnya berkurang sehingga terjadi koagulasi kasein dan akan
mengakibatkan penggumpalan susu. Pecahnya susu menyebabkan kualitas susu
rendah sehingga tidak layak dikonsumsi karena adanya kemungkinan bahwa
kadar asam yang terkandung dalam susu tinggi. (Sutrisna et al., 2014).
2.1.4 . Uji alkohol
Apabila susu dicampur dengan alkohol yang memiliki daya dehidratasi,
maka protein akan berkoagulasi. Semakin tinggi derajat keasaman susu, semakin
berkurang jumlah alkohol dengan kepekatan yang sama dibutuhkan untuk
memecahkan susu yang sama banyaknya. (Deski citra dwitania, 2013).
Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang rusak,apabila
terdapat butir-butir susu pada dinding tabung menunjukkan susu tersubut positif
6
telah rusak, susu segar yang berkualitas baik tidak adan pecah atau menggumpal
bila dipanaskan atau dididihkan. (Sudona, 2014) .
Susu yang rusak akan bercampur dengan alkohol yang berdaya dehidrasi
sehingga protein akan berkoagulasi. (Swadayana, 2012).
Pengujian terhadap kualitas susu segar di Kota Denpasar pada tingkat
produsen. Pengujian dikatakan positif, ditandai adanya gumpalan yang menempel
di dinding tabung reaksi, yaitu partikelpartikel kasar yang melekat pada dinding
tabung. (Nababen, 2014).
2.1.5. Uji didih/ Masak
Jika susu pecah ataupun menggumpal saat dilakukan pendidihan maka
kualitas susu termasuk kedalam kategori tidak baik dan susu dinyatakan positif.
Jika susu masih dalam keadaan homogen dan tidak pecah susu termasuk kedalam
kategori baik dan dinyatakan negative. (Dwitania, 2013).
Uji didih merupakan suatu uji yang mana susu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sampai susu tersebut mendidih kemudian dilakukan suatu penilaian
yang mana penilaian ini dilakukan dengan melihat keadaan dari susu tersebut
apakah tetap homogen atau pecah seperti butir-butiran. Bila terdapat butir-butiran
dan susu tidak homogen berarti susu pecah dan hasil uji positif. Bila susu tetap
homogen berarti susu masih baik (normal) dan uji negative. (Fardiaz 2010).
Pemeriksaan pemalsuan susu dengan cara pembuktian penambahan susu
masak dengan uji Storch maka susu yang dipanaskan pada suhu 77-80 o C maka
warnanya tetap berwarna putih. (Golemen, 2011).
Beberapa jenis bakteri dapat melakukan fermentasi pada susu sehingga
merubah laktosa menjadi asam laktat sehingga susu tersebut masih dalam keadaan
homogen dan tidak mengalami pemecahan antara unsur yang satu dengan unsur
yang lain masih menyatu jika masih menyatu dan homogen maka susu tersebut
baik dan layak untuk dikonsumsi. (Soewodo, 2013).
2.1.6. Uji reduktase dengan methylen blue
Angka reduktase adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna
biru metilen menjadi putih, yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik
dengan jumlah organisme yang ada Uji reduksi dapat menunjukkan tingkat
7
kegiatan bakteri sehingga dapat memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu
yang dapat dicerna dan tidak untuk kegunaan tertentu.. (Dasuki 2011).
Pencernaan bakteri setelah pemanasan dapat terjadi karena adanya bakteri
yang telah panas atau terjadi kontaminasi bakteri setelah proses pemanasan,upaya
pemanasan untuk memperpanjang masa simpan pangan dengan menggunakan
panas untuk membunuh semua mikroorganisme pathogen dan menguranmgi
mikroorganisme perusak yang terdapat dalam susu. (Elida 2012).
Peningkatan reduksi susu disebabkan oleh bakteri tumbuh dalam susu
memerlukan oksigen dan menghasilkan subtansi pereduksi yang memungkinkan
penurunan perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi
negatif. Kecepatan penurunanya tergantung jumlah dan macam bakteri serta
dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri (Hadiwiyoto, 2013).
Organisme yang tumbuh dalam susu menghasilkan oksigen yang ada dan
apabila oksigen habis terjadi reaksi oksidasireduksi untuk kelangsungan hidup
mikroba. Sitrat yang merupakan metabolit berfungsi sebagai donor hidrogen,
methylene blue sebagai aseptor hidrogen, dan enzim reduktase yang diproduksi
mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapat menyediakan
energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim reduktase
mikroba menurunkan potensial oksidasi-reduksi. (Patric, 2010).
Jumlah bakteri (cfu/ml) yang sedikit, sedangkan waktu reduksi (jam) yang
cepat menunjukkan jumlah bakteri (cfu/ml) yang banyak. Semakin cepat waktu
(<2jam) yang dibutuhkan untuk menetralkan warna biriu, semakin buruk kualitas
mikrobiologis susu segar. Akan tetapi berdasarkan hasil pengujian, terdapat
beberapa hasil pengujian menunjukkan korelasi yang ada berkebalikan dari hasil
pengujian susu segar. ( Nandy, 2010).
2.2. Pemeriksaan pemalsuan air susu
2.2.1. Pembuktian Penambahan Air
Nilai berat jenis selama penelitian masih kurang dimana berat jenis untuk
susu segar pada suhu 27,5 °C minimal 1,0280 g/ ml. Nilai BJ yang kurang
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perubahan kondisi lemak
dan adanya gas yang timbul di dalam air susu atau bisa juga susu dibiarkan dalam
keadaan terbuka (tanpa penutup) sehingga uap air akan masuk ke dalam susu.
8
Kandungan yang terlarut didalam susu dimana semakin banyak senyawa yang
terdapat dalam susu maka berat jenis susu akan meningkat . (Anindita, 2017).
Bentuk lemak di dalam air susu merupakan butir yang di sebut globuler.
Besar kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada di dalamnya.
Makin banyak air, maka makin besar globuler dan keadaan ini di khawatirkan
akan menjadi pecah. Bila globuler pecah, maka air susu di sebut pecah. Air susu
yang pecah tidak dapat dipisahkan lagi krimnya, dan tidak dapat dijadikan sebagai
bahan makanan. (Gustiani 2014).
Komposisi susu umumnya berbeda dari waktu pemerahan yang berbeda pula
Hal ini dapat menjadikan peluang pemalsuan susu dengan air. Pemerahan pagi
pada umumnya menghasilkan susu dengan komposisi bahan kering rendah dengan
kandungan air tinggi, sebaliknya pemerahan sore menghasilkan bahan kering
tinggi dan kandungan air rendah. Pemalsuan merugikan konsumen karena nilai
gizi dari susu segar akan menurun. Namun, pemalsuan dapat dicegah melalui
pengujian susu segar secara sederhana. (Handayani, 2010).
Apabila terjadinya penambahan air pada susu akan mengakibatkan berat
jenis dan kadar lemaknya menjadi menurun sehingga mengakibatkan kualitas susu
menjadi berkurang. (Purwadi 2010).
Komposisi susu umumnya berbeda dari waktu pemerahan yang berbeda
pula Hal ini dapat menjadikan peluang pemalsuan susu dengan air. Pemerahan
pagi pada umumnya menghasilkan susu dengan komposisi bahan kering rendah
dengan kandungan air tinggi, sebaliknya pemerahan sore menghasilkan bahan
kering tinggi dan kandungan air rendah. Pemalsuan merugikan konsumen karena
nilai gizi dari susu segar akan menurun. Namun, pemalsuan dapat dicegah melalui
pengujian susu segar secara sederhana. (Saleh, 2012).
2.2.2. Pembuktian Penambahan Santan
Santan merupakan fisik kimia yang mirip susu sapi, sehingga dapat
ditangani seperti halnya pengolahan susu. Bentuk produk olahan/ awetan santan
seperti tepung, skim santan atau santan kemasan telah cukup popular
dimasyarakat, bahkan produk minuman. (Anindita 2012).
Santan memiliki kandungan lemak nabati yang tinggi dimana bentuk
dan ukurannya tidak sama dengan lemak hewani jika terjadi pencampuran
9
dari kandungan lemak tersebut, maka kadar lemak semula akan meningkat.
(Cahyadi 2015).
Lemak yang terdapat pada santan merupakan lemak nabati. Pada lemak
nabati lebih banyak mengandung fitosterol serta memiliki ikatan rangkap yang
banyak sehingga lemak nabati lebih banyak memiliki asam lemak tidak jenuh.
Santan merupakan emulsi minyak dalam air, pada dasarnya merupakan suatu
emulsi yang relatif stabil. (Ina siti Nurminabari, 2018).
Santan diketahui bahwa santan mengandung komponen lemak sebesar
32,007% dan protein sebesar 1,56%. Santan murni hanya mengandung 54 persen
air, 35 persen lemak dan 11 persen padatan tanpa lemak (karbohidrat kurang lebih
6 persen, protein kurang dari 4 persen dan padatan lainnya) yang dikatagorikan
sebagai emulsi minyak dalam air. (jannah, 2012).
2.2.3. Pembuktian Penambahan Pati
Pemalsuan susu yang ditambahkan pati maka dapat duji dengan
mencapurkan larutan asam asetat, larutan lugol, dan tabung reaksi kemudian
dipanaskan. (Ambri 2013).
Pemeriksaan pemalsuan susu dengan cara pembuktian penambahan pati
bila positif mengandung pati maka filtrate warna menjadi biru, kemudian bila
warna kuning berarti negative.(Nababan 2012).
2.2.4. Pembuktian Penambahan Susu Masak
Mutu susu segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar
termasuk didalamnya adalah pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis
dengan sanitasi alat pemerahan dan sanitasi pekerja. Untuk dapat mengetahui
mikroba yang terdapat didalam susu, dibutuhkan media yang steril. (Dwitania
2010).
Pemeriksaan pemalsuan susu dengan cara pembuktian penambahan susu
masak dengan uji Storch maka susu yang dipanaskan pada suhu 77-80 o C maka
warnanya tetap berwarna putih (Mahaswari 2014).
Proses pasteurisasi secara nyata menurunkan kadar protein dan lemak
susu. Hal ini sebanding dengan bahan kering dan bahan kering tanpa lemak
mengalami penurunan yang nyata (P<0,005). karena sangat bergantung pada
komponen tersebut. (Susatyo et al. 2013)
10
Proses pasteurisasi secara nyata menurunkan kadar protein dan lemak susu.
Hal ini sebanding dengan bahan kering dan bahan kering tanpa lemak mengalami
penurunan yang nyata (P<0,005). karena sangat bergantung pada komponen
tersebut. (Wibowo et al. 2013).
2.2.5. Pembuktian Penambahan Formalin
Pembuktian penambahan Formalin maka susu yang dicampurkan dengan
asam klorida (HCl) dan dipanaskan sampai mendidih maka warnanya akan
tampak menjadi warna ungu. (Gusriyanti , 2012).
Formalin merupakan bentuk aldehid yang paling sederhana. Pada
temperature ruang, formalin berwujud cair yang bening dengan aroma yang tajam.
Ketika dilarutkan didalam air, formalin bergabung dengan air dan membentuk
metanediol atau metilen glikol H2C(OH)2. (Murti, 2011).
Formalin memiliki daya kerja membunuh mikroorganisme dan berfungsi
untuk mempertahankan kesegaran susu. Dengan proses netralisasi dan
penambahan formalin akan membentuk gugus dimetol, dengan terbentuknya
gugus dimetol bearti gugusan aminio sudah berikat dan tidak mempengaruhi
reaksi gugusan karboksil (asam) dengan NaOH (basa),sehingga akhir titrasi
dapat ditentukan dengan tepat dan dengan ditambahkannya larutan HCl yang
mengandung besi, dapat memecah gugus formalin tersebut sehingga
berubahwarna menjadi ungu. (Sanjaya 2014).
Larutan formalin bisa menyebabkan daya tahan bahan makanan menjadi
lama dikarenakan formalin tersebut dapat membunuh mikroorganisme yang
terdapat pada bahan tersebut. (Suhendar, 2015).
Akibat pemalsuan susu dengan penambahan formalin ini bukan saja
menimbulkan masalah kesehatan dikemudian hari jika dikonsumsi secara terus
menerus, tetapi konsumen juga dirugikan. (Susilorini, 2010).
11
BAB III
MATERI DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum produksi ternak perah “ Pemeriksaan Kesegaran Air Susu dan
Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu” dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 dan
28 Februari 2020 pukul 14.00 WIB s/d selesai, bertempat Di Laboratorium
Produksi Ternak Perah, Universitas Jambi.
3.2. Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah susu, aquades,
tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas becker, pipet tetes, pembakar busen,
botol 100ml, kertas saring, corong, tabung erlemeyer,kertas saring (diametr 25
cm), corong, labu erlemeyer, tabung reduktase, penangas air, pipet 1 ml dan 25
ml, serbet 2 buah, sarung tangan, tissu dan masker, alkohol 68 %, alkohol 70 %,
alkohol 96 %, larutan biru metilen, dan aquadest.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Laktodensimeter, Thermometer, Gelas Ukur 100 ml dan 250 ml, Labu Erlemeyer
250 ml dan 500 ml, Susu Segar 500 ml, Mikroskop, Gelas Objek, Larutan Asam
Acetate, Larutan Lugol, Tabung Reaksi, Corong, Kertas Saring, Pipet 1 ml dan 10
ml, Bunsen, Larutan Paraphenildiamin 2%, Larutan Hydrogen Peroksida (0,2 -
1% ), Tabung Reaksi, Larutan Asam Klorida dan Penangas Air.
3.3. Metoda
3.3.1. Pemeriksaan Kesegaran Air Susu
Pemeriksaan kesegaran susu ini yaitu pada uji sensorik atau uji
organoleptik, masukkan 5-10 ml sample susu kedalam tabung reaksi.Tahap
pertama uji warna susu tersebut : bila warna putih susu berarti susu tersebut
normal (baik), bila berwarna biru berarti susu tersebut dicampur dengan air, bila
berwarna kuning berarti susu tersebut banyak mengandung karotin, bila berwarna
merah berarti pada susu tersebut terdapat darah. Kemudian tahap kedua, uji bau
dimanauji bau yaitu sampel susu dianbil dengan alat pengambil sampel dan
dimasukkan kedalam botol ukuran 100 ml dan diisi 1/4 - 1/3 penuh, tutup botol
tersebut dengan sumbat yang tidak berbau dan simpan dalam suhu yang rendah,
12
sebelum diuji masukkan botol tersebut dalam penangas air (35- 40oC) atau
pembakar busen sampai hangat, sambil mengangkat tutup botol, uji bau dapat
dilakukan dengan membedakan bau susu sebelum dipanaskan dengan susu yang
sudah dipanaskan (bau yang normal adalah berbau susu). Tahap ketiga uji
kekentalan dimana dilakukan dengan memiringkan tabung reaksi, kemudian
ditegakkan kembali, perhatikan susu yang membasahi dinding tabung dan amati
perubahan yang terjadi. Tahap yang kempat uji rasa dengan cara meneteskan susu
ketelapak tangan dan dicicipi dan catat pengamatan yang didapatkan.
Pada uji kebersihan dengan metode saring dimana homogenkan susu 500 ml
sample susu. Tuangkan sample susu secara perlahan – lahan melalui dinding
corong, pada mulut corong telah terpasang kertas saring. Susu ditampung dalam
tabung Erlenmeyer. Setelah kertas saring dilepaskan, amati kotoran yang
tertinggal dikertas saring tersebut. Kotoran dapat berupa bulu, potongan rambut,
pasir, feces dan lain-lain. Untuk lebih jelas, masukkan kertas saring dalam
incubator atau lemariagar kering. Periksalah kotoran yang tampak pada kertas
saring dan nilailah banyaknya kotoran dan jenis kotoran yang tampak.
Pada uji Alkohol dimana masing-masing Tabung reaksi diisi 3 ml air susu,
pada tabung 1 ditambahkan 3 ml alcohol 68 %,tabung 2 ditambahkan 70 %,
tabung 3 ditambahkan 3 ml alcohol 75 %, tabung 4 ditambahkan 3 ml 96 %.
Masing-masing tabung dikocok dan diamati. Bila susu pecah maka susu tersebut
asam dan hasil uji positif. Sedangkan bila susu tidak pecah dan tetap homogen,
hasil uji dinyatakan negative dan susu normal (baik).
Pada uji didih/uji masak dimana masukkan 5 ml susu kedalam tabung
reaksi dan panaskan sampai mendidih, bila terdapat butiran dan susu tidak
homogen berarti susu pecah (susu rusak) dan hasil uji positif, bila susu tetap
homogen berarti susu masih baik dan hasil uji negative.
Pada uji reduktase dengan Biru metilen dimana masukkan 1 ml larutan biru
metilen kedalam tabung reduktase, tambahkan sample susu sampai batas
lingkaran. Tutup tabung tersebut dengan sumbat, lalu campurkan sehingga warna
biru merata. Masukkan tabung kedalam penangas air selama 4-4,5 jam,penangas
air selama 5 menit untuk menghangatkan, kemudian dimasukkan kedalam
incubator. Reaksi ditunggu sampai terjadi perubahan warna biru.
13
3.3.2. Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
Pembuktian penambahan air Pertama-tama sampel susu dimasukkan
kedalam labu erlemeyer 250 ml dan 500 ml, kemudian masukkan lagi sampel susu
tersebut kedalam tabung reaksi yang berukuran 100 ml dan 250 ml, lalu masukkan
laktodensimeter kedalam sampel susu untuk diukur berat jenisnya, kemudian catat
hasil dari pengukuran berat jenis sampel susu tersebut.
Pembuktian penambahan pati Pertama-tama masukkan 10 ml sampel susu
kedalam tabung reaksi dan kemudian tambahkan 0,5 ml asam acetate, lalu
panaskan tabung yang berisi sampel susu tersebut setelah itu disaring dengan
menggunakan kertas saring. Masukkan 4 tetes lugol kedalam fitrase, dan
kemudian lihat hasilnya apakah positif mengandung pati maka warna filtrate
tersebut menjadi biru dan apabila berwarna kuning maka hasilnya negative
sedangkan apabila hasinya berwarna hijau maka hasilnya diragukan.
Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch Pertama masukkan
sekitar 5 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes
larutan paraphenildiamin 2%. Setelah itu tambahakan 1-4 tetes larutan hydrogen
peroksida. maka susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan
berubah menjadi biru sedangkan susu yang dipanaskan tetap berwarna putih.
Pembuktian Penambahan Formalin Pertama-tama masukkan 5 ml sampel
susu kedalam tabung reaksi lalu tambahkan 5 ml larutan H2SO4 yang
mengandung besi, setelah itu panaskan dan biarkan selama 1 menit Apabila susu
tersebut mengandung formalin maka akan tampak warna ungu.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pemeriksaaan kesegaranair susu
Susu merupakan produk hasil peternakan dengan nilai gizi tinggi dan
banyak dikonsumsi anak kecil, remaja dan orang dewasa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anjarsari (2010) menyatakan bahwa Susu merupakan bahan makanan
yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain
air susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan
yang terkandung didalam air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh
tubuh. Komposisi kimia yang terkandung dalam susu diantaranya lemak 3,8%,
protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu 0,855, air 87,25%, serta bahan kering 12,75%.
Kandungan gizi yang lengkap menjadi alasan tingginya kebutuhan dan
permintaan masyarakat akan susu. Susu adalah produk biologis yang rentan
terkontaminasi oleh mikroba. Untuk mengukur mutu susu dapat dilakukan dengan
bebrapa pengujian, diantaranya Uji organoleptik, uji kebersihan, uji Ph susu, uji
alkohol, dan uji reduktase.
4.1.1. Uji Sensorik atau Uji Organoleptik
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan :
Kelompok
Uji Organoleptik
Warna Bau Rasa Kekentalan
1 Normal Normal Manis Encer
2 Normal Normal Manis Encer
3 Normal Normal Manis Encer
4 Normal Normal Manis Encer
5 Normal Normal Manis Encer
6 Normal Normal Manis Encer
7
8
UHT
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Manis
Pahit
Manis
Encer
Encer
Encer
Tabel 1. Uji sensorikatau uji organoleptik
Dari hasil data Praktikum Uji Sensorik pada susu segar diatas dapat
diketahui bahwa pada uji warna normal (baik), pada uji bau normal (baik), pada
uji rasa normal (baik) namun ada satu kelompok pada uji rasa yang hasilnya pahit,
hal ini terjadi karena susu sudah terjadi pembentukan peptone, pada uji kekentalan
15
normal (baik). Menurut Sutrisna (2014) menyatakan bahwa Uji kekentalan
menggunakan susu sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Digoyangkan perlahan-lahan. Mengamati sisa goyangan yang ada pada dinding
tabung dan terhadap cepat atau lambat hilangnya sisa goyangan tersebut, serta
adanya butiran atau lendir. Susu yang baik akan membasahi dinding, tidak
berbutir atau berlendir, dan busa yang terbentuk akan segera hilang.
4.1.2. Uji Kebersihan dengan Metode Saring
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Hasil
1 Bersih
2 Bersih
3 Bersih
4
5
6
7
8
UHT
Bersih
Bersih
Bersih
Bersih
Bersih
Bersih
Tabel 2. Uji Kebersihan dengan Metode Saring
Dari hasil data praktikum diatas bahwa susu tersebut bersih tidak ada
kotoran yang tertinggal di kertas saring. Sehingga susu tersebut terbebas dari
kotoran – kotoran seperti bulu, pasir, feses, dan lainnya.
4.1.3. Pengukuran pH dengan pH Meter
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Hasil
1 6.5
2 6.5
3 6.5
4
5
6
7
8
UHT
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
Tabel 3. Pengukuran pH dengan pH Meter Susu Segar
16
Dari data hasil praktikum diatas bahwa pengukuran pH susu tersebut normal
(baik) yaitu 6.5. Susu yang diatas 6.85 dinyatakan bahwa susu terlalu alkalis dan
kemungkinan ada penambahan bahan pengawet. Jika pH susu dibawah 6.3 susu
tersebut dinyatakan terlalu asam dan biasanya menandakan susu sudah lama
disimpan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridha (2015) menyatakan bahwa pH
susu yang dihasilkan masih di bawah standar kualitas susu yang ditetapkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI, 2011) yaitu antara 6,3-6,8. Hal ini disebabkan
jumlah bakteri yang terkandung dalam susu masih tinggi sehingga mempengaruhi
pH atau tingkat keasaman susu. semakin banyak bakteri maka semakin banyak
laktosa susu yang akan diubah menjadi asam laktat sehingga susu berubah
menjadi asam.
4.1.4. Uji Alkohol
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Sampel
Alcohol (%)
68 70 96
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Susu Murni
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Homogen
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Pecah
Susu UHT Homogen Pecah Pecah
Tabel 4. Uji Alkohol
Dari data hasil praktikum yang diperoleh pada uji alcohol adalah susu
dalam kondisi yang baik atau normal dengan susu terlihat tidak pecah dan masih
homogen didalam tabung reaksi, hasil uji ini dinyatakan negatif dan susu normal
(baik), sedangkan jika susu pecah atau seperti ada butir-butir susu berarti uji susu
negatif. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang bersifat labil.
17
Apabila susu tersebut tidak pecah dan tetap homogen, hasil uji dinyatakan negatif
dan susu normal (baik). Menurut deski (2013) menyatakan bahwa Tuangkan susu
sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 3 ml alkohol 70%,
kemudian tabung dikocok perlahan-lahan. Uji alkohol positif ditandai dengan
adanya butiran susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, sedangkan uji
alkohol negatif ditandai dengan tidak adanya butiran susu yang melekat pada
dinding tabung reaksi.
4.1.5. Uji Didih atau Uji Masak
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Uji Hasil
1 Didih atau Masak Normal
2 Didih atau Masak Normal
3 Didih atau Masak Normal
4
5
6
7
8
UHT
Didih atau Masak
Didih atau Masak
Didih atau Masak
Didih atau Masak
Didih atau Masak
Didih atau Masak
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tabel 5. Uji Didih atau Uji Masak
Dari data praktikum diatas menunjukan bahwa uji didih atau uji masak
mendapatkan hasil normal (baik). Karena pada susu tersebut pada kondisi baik
dan hasil uji negatif. Uji didih atau masak menunjukan gumpalan – gumpalan
putih di dinding bahwa kualitas susu kurang baik untuk dikonsumsi. Menurut
deski (2013) menyatakan bahwa Susu sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabung, kemudian tabung dipanaskan
dengan menggunakan api Bunsen sampai mendidih. Uji didih menunjukkan hasil
yang positif (kualitas susu tidak baik) bila terdapat gumpalan yang menempel
pada dinding tabung reaksi, sedangkan hasil yang negatif tidak terlihatnya
gumpalan susu pada dinding tabung reaksi.
18
4.1.6. Uji Reduktase
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Waktu reduktase Kualitas susu
1 20 – 2 jam Kelas III
2 20 – 2 jam Kelas III
3 20 – 2 jam Kelas III
4 20 – 2 jam Kelas III
5 20 – 2 jam Kelas III
6 20 – 2 jam Kelas III
7
8
UHT
20 – 2 jam
20 – 2 jam
20 – 2 jam
Kelas III
Kelas III
Kelas I
Tabel 6. Uji Reduktase
Pada uji reduktase di dapat hasilnya bahwa susu yang yang rusak atau yang
telah diberi bakteri lebih cepat berubah warnanya menjadi putih, sedangkan pada
susu yang bagus atau tidak di tambahkan bakteri perubahan warnanya sangat
lambat. Penambahan bakteri pada susu sangat berpengaruh terharap keadaan susu.
Menurut Suhartati et. al (2014) menyatakan bahwa Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia 01-3141-1998, uji reduktase digunakan untuk menentukan kualitas susu
dan salah satu cara untuk mengetahui jumlah bakteri di dalam susu secara tidak
langsung. Dalam uji ini ditambahkan sejumlah methilen blue kedalam susu,
kemudian diamati kemampuan bakteri didalam susu untuk tumbuh dalam
menggunakan oksigen terlarut, sehingga menurunkan kekuatan oksidasi-reduksi
dari campuran tersebut.
4.2. Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
Pemalsuan susu segar dilakukan dengan alasan-alasan tertentu.
Penambahan susu masak pada susu segar atau pemasakan susu mungkin
dilakukan untuk memanfaatkan hasil pemerahan yang tidak sempat dijual atau
19
untuk mencegah susu menjadi basi. Penambahan karbonat atau basa dilakukan
untuk menaikkan nilai pH susu basi. Selanjutnya, penambahan amilum dan santan
dilakukan untuk memperbanyak volume susu yang akan dijual, sehingga susu
tampak terlihat lebih banyak.
4.2.1 Pembuktian Penambahan Air
Praktikum pembuktian penambahan air kedalam susu melalui berat jenis.
Berikut ini data hasil praktikum:
Kelompok Hasil
1 1,010
2 1,010
3 1,010
4 1,010
5 1,010
6 1,010
7
8
1,010
1,010
Tabel 7. Pembuktian Penambahan Air
Dari data hasil praktikum diatas pembuktian penambahan air pada susu
melalui berat jenis mendapatkan hasil bj 1,010. Pada susu apabila ditambahkan
dengan air maka akan terjadi penurunan pada berat jenis susu. Menurut Zain
(2013) menyatakan bahwa Pengukuran berat jenis susu dilakukan dengan
mengaduk susu terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala
ukuran 500 ml. Laktodensimeter dengan hati-hati dimasukkan ke dalam gelas
piala yang berisi susu, sehingga dapat terapung dengan bebas. Diusahakan supaya
laktodensimeter berada di tengahtengah tidak menyentuh dinding gelas.
Laktodensimeter yang telah diam kemudian dibaca berat jenis dan suhunya.
Angka yang tertulis pada skala kemudian dicatat dan hasilnya disesuaikan dengan
berat jenis pada suhu 27,5ºC.
20
4.2.2 Pembuktian Penambahan Santan
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Susu Murni Santan Kental Santan Encer
1 Rapat Agak Rapat Renggang
2 Homogen Rapat Renggang
3 Homogen Rapat Renggang
4 Homogen Homogen Renggang
5 Homogen Rapat Renggang
6 Homogen Rapat Renggang
7
8
Homogen
Homogen
Rapat
Rapat
Renggang
Rapat
Tabel 8. Pembuktian Penambahan Santan
Dari data hasil praktikum diatas bahwa pembuktian penambahan santan
pada susu tersebut yang dilihat secara mikroskopik dengan perbesaran 10x dan
40x. dengan perbesaran 10x terlihat butiran-butiran kecil yang terdapat dalam
sampel susu tersebut. Sedangkan pada perbesaran 40x terlihat butiran-butiran
lemak susu yang lebih rapat. Pada sampel santan encer terlihat butiran-butiran
lebih renggang. Dan sampel susu murni terlihat buutiran lemak susu homogen
terdapat butiran-butiran yang leebih kecil dibandingkann dengan lemak nabati,
karena lemak nabati lebih besar dari butiran lemak susu. Menurut Kumalla et al.,
(2013) menyatakan bahwa kandungan gizi santan kelapa bubuk lebih baik
daripada susu bubuk rendah lemak. Namun kadar protein susu bubuk lebih tinggi
dibandingkan kadar protein pada santan. Sedangkan untuk kadar lemak yang
diperoleh dari penelitian, santan memiliki kadar lemak yang besar dibandingkan
susu murni. Penambahan santan kedalam susu, berat jenis naik ( tetapi dapat juga
turun ), kadar lemak naik dan angka Katalase naik. Dan akan terlihat adanya
ukuran lemak yang heterogen, kadangkala disertai dengan sel tumbuhan yang
dapat dikenali dengan sel yang tidak berdinding. (Warmansya, 2011 ).
21
4.2.3. Pembuktian Penambahan Pati
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Susu+asetat/cuka Pati+asetat/cuka
1 Kuning Kuning
2 Kuning Kuning
3 Kuning Kuning
4 Kuning Kuning
5 Kuning Kuning
6 Kuning Kuning
7
8
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Tabel 9. Pembuktian Penambahan Pati
Data hasil praktikum penambahan pati pada susu bahwa hasil yang
diperoleh dari susu berwarna kuning. Artinya susu tersebut tidak mengandung pati
dan hasil uji negatif. Pada sampel pati yang kemudian di filtrate dengan larutan
lugol yaitu berwarna kuning. Artinya pati tidak mengandung pati dan hasil uji
negatif. Secara mikroskopik didalam preparat natif dari sampel susu terlihat
dibawah mikroskop terlihat butiran-butiran amilum. Dan sampel patii juga
terdapat butiran-butiran amilum yang dikenali dengan bulatan-bulatan yang
memantulkan cahaya. Menurut Febriana (2012) menyatakan bahwa penambahan
amilum dan santan dilakukan untuk memperbanyak volume susu yang akan
dijual, sehingga susu tampak terlihat lebih banyak.
4.2.4. Pembuktian Penambahan Susu Masak Dengan Uji Storch
Pada Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch ini cara
kerja (metode) nya adalah sebagai berikut: terlebih dahulu masukkan 5 ml sample
susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin
2%. Tambahkan 1-4 tetes lartutan hydrogen peroksida. Susu mentah dan susu
yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru. Susu yang
dipanaskan pada 77-80 o C tetap berwarna putih. Maka pada tabung reaksi
22
pertama terlihat adanya terjadi penambahan susu masak dengan Uji Storch.
Karena setelah diproses atau dipanaskan pada suhu 77-80 o C ternyata susu
tersebut tetap berwarna putih. Dan pada tabung reaksi 2, susu mentah yang belum
mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru setelah diteteskan1-4 tetes
larutan hydrogen peroksida. Menurut Febriana (2012) menyatakan bahwa
Pemalsuan susu segar dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. Penambahan susu
masak pada susu segar atau pemasakan susu mungkin dilakukan untuk
memanfaatkan hasil pemerahan yang tidak sempat dijual atau untuk mencegah
susu menjadi basi.
4.2.5 Pembuktian Penambahan Formalin
Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan:
Kelompok Hasil
1 Ungu
2 Ungu
3 Ungu
4 Ungu
5 Ungu
6 Ungu
7
8
Ungu
Ungu
Tabel 10. pembuktian penambahan Formalin
Dari data hasil praktikum pembuktian penambahan formalin yaitu
berwarna ungu dengan pembatas antara H2SO4 dan air susu terlihat cincin ungu.
Dan sampel susu yang ditambahkan larutan asam klorida yang mengandung besi
juga tampak warna ungu hal tersebut positif mengandung formalin.
23
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari semua hasil praktikum pemeriksaan kesegaran air susu dan
pemeriksaan pemalsuan air susu baik itu susu sapi segar maupun susu sapi UHT
kemasan didapatkan bahwa semua hasil uji negatif yang berarti susu aman untuk
dikunsumsi serta tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi tubuh. Kemudian
agar tidak terjadi kegiatan pemalsuan pada produk asal hewan khususnya air susu,
perlu ditingkatkan lagi pengawasan terhadap produk segar maupun olahan asal
hewan, sehingga dapat meminimalisir produk yang tidak layak konsumsi.
5.2. Saran
Diharapkan kepada praktikan saat melakukan praktikum,lakukanlah
praktikum dengan kondusif, dan tidak ribut. Sehingga pada saat asdos
menerangkan materi praktikan dapat memahasi prosedur kerja yang diterangkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ambri, 2013.Analisis kualitas susu kambing peranakan etawa yang disterilkan
pada suhu dan waktu yang berbedda.jurnal Agripet 11 (1) :29-31.
Anindita. 2017. Studi kasus: Pengawasan Kualitas Pangan Hewani melalui
Pengujian Kualitas Susu Sapi yang Beredar di Kota Yogyakarta. Jurnal
Peternakan Indonesia, Juni 2017. ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626.
Vol. 19 (2): 96-105
Anderson 2013. Hubungan Level Mastitis Terhadap Produksi Dan Kualitas Susu
Sapi Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi)
Aritonang. .2010. Pengendalian cemaran mikroba pada bahaya pangan asal ternak
(daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. Jurnal
Litbang Pertanian 28 (3):96- 100.
Cahyadi 2015. Kajian Penambahan Skim Dan Santan Terhadap Karakteristik
Yoghurt Dari Whey. Pasundan Food Technology Journal, Volume 5,
No.1.
Deski Citra Dwitania 2013. Uji Didih Alkohol, Dan Derajat Asam Susu Sapi
Kemasan Yang Dijual Dipasar Tradisional Kota Denpasar. Indonesia
Medicus Veterinus.2013 2(4) ; 437-444. Issn. 2301-7848.
Dasuki 2011.Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan
dan pencegahannya. Jurnal Litbang pertanian balai pengkajian teknologi
pertanian. Yogyakarta .26 (2): 67-75
Dwitania, D.C., dan I.B.N. Swacita. 2013. Uji didih, alkohol dan derajat asam
susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional Kota Denpasar. J.
Veteriner 2(4):437- 444.
Elida 2012. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan Kualitas
Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma 10 (2): 198-21.
Fardiaz, 2010. . Uji didih, alkohol dan derajat asam susu sapi kemasan yang dijual
di pasar tradisional Kota Denpasar. J. Veteriner 2(4):43-22
Golemen, 2011. Formation of volatile aroma compounds and carbondioxide in
yogurt starter grown in cow’s milk and goat’s milk. J. Dairy Res. 54:257-
266.
Gustiani , 2014. Kualitas susu kambing selama penyimpanan pada suhu ruangan
berdasarkan berat jenis, uji didih dan kekentalan.J Veteriner 3 (1): 6067.
25
Gusti fitri ayu, 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi
Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. indonesia
Medicus Veterinus 2013 2(4) : 453 – 460. ISSN : 2301-7848.
Habibah, dan M. Khadhafi, 2011. Pertumbuhan mikroorganisme selama
penyimpanan susu pasteurisasi pada suhu rendah. Agroscientiae 18 (3):51
– 56.
Hadiwiyoto, 2013.Pengendalian cemaran pangan mikroba pada bahan pangan asal
ternak (daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan.jurnal
ilmu dan teknologi hasil ternak 8 (1): 1-8 .
Handayani, K.,S dan M. Purwanti, 2010. Kesehatan Ambing Dan Higiene
Pemerahan Di Peternakan Sapi Perah Desa Pasir Buncir Kecamatan
Caringin. Jurnal Penyuluhan Pertanian vol.5 no. 1.
Heldman, 2011. Application of methylene blue dye reduction test (MBRT) to
determine growth and death rates of microorganisms. African Journal of
Microbiology Research 4(1): 061-070.
Ina Siti, 2018. Kajian Penambahan Skim Dan Santan Terhadap Karakteristik
Yoghurt Dari Whey. Pasundan Food Technology Journal, Volume 5,
No.1, Tahun 2018.
Jannah, A.M. 2012. Kombinasi Susu Dengan Air Kelapa Pada Proses Pembuatan
Drink Yoghurt Terhadap Kadar Bahan Kering, Kekentalan dan pH. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 1. (3). 45-52.
Mahaswari 2014.Mutu susu segar di UPT Ruminansia besar dinas peternakan
kabupaten kamper provinsi riau. Jurnal peternakan 5 (1) : 14- 21
Magadan AH. 2010. Handbook of Dairy Foods Analysis. New York (US):CRC P.
Murti. 2010. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan
Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma 10 (2): 198-21.
Murnia 2015. Pengawasan Kualitas Pangan Hewani melalui Pengujian Kualitas
Susu Sapi yang Beredar di Kota Yogyakarta. Jurnal Peternakan Indonesia,
Juni 2017. ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626. Vol. 19 (2): 96-105
Nababan, L. A., S. I Ketut dan B. N. S. Ida. 2014. Ketahanan Susu Segar pada
Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan
Waktu Reduktase. Indonesia Medicus Veterinus 3(4): 274-282.
26
Nandy, S.K and K. V. Venkatesh. 2010. Application of methylene blue dye
reduction test (MBRT) to determine growth and death rates of
microorganisms. African Journal of Microbiology Research 4(1): 061-070.
Partic, 2010. Formation of volatile aroma compounds and carbondioxide in yogurt
starter grown in cow’s milk and goat’s milk. J. Dairy Res. 54:257-266.
Purwadi, 2010.Kandungan protein susu saoi perah Friesian Holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus and rogynus
(1) merr) yang berbeda.jurnal teknologi pertanian 6 (1) :1-6.
Rehardjo, 2010. . Kombinasi Susu Dengan Air Kelapa Pada Proses Pembuatan
Drink Yoghurt Terhadap Kadar Bahan Kering, Kekentalan dan pH. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 1. (3). 45-52.
Sanam, .2014. Sanam, A.B., Swacita, I.B.N dan Agustina, K.K. 2014. Ketahanan
Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan
Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol. J Veteriner 3(1) : 1-8.
Saleh, K.,S dan M. Purwanti. 2012. Kesehatan Ambing Dan Higiene Pemerahan
Di Peternakan Sapi Perah Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin. Jurnal
Penyuluhan Pertanian vol.5 no. 1.
Soewodo., Swacita, I.B.N dan Agustina, K.K. 2013. Ketahanan Susu Kambing
Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau
dari Uji Didih dan Alkohol. J Veteriner 3(1) : 1-8.
Sutrisna, D.Y., Suada, I.K dan Sampurna, I.P., 2014. Kualitas Susu Kambing
Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji
Didih, dan Kekentalan. J Veteriner 3(1) : 60-67.
Sudona 2014. . Uji didih, alkohol dan derajat asam susu sapi kemasan yang dijual
di pasar tradisional Kota Denpasar. J. Veteriner 2(4):437- 444.
Swadayana, A, Sambodho, P dan Budiart, C, 2012. ‘Total Bakteri dan pH Susu
Akibat Lama Waktu Diping Puting Kambing Peranakan Ettawa Laktasi’,
Jurnal Animal Agricultural, vol. 1. no. 1, hal. 12-21, diakses pada tanggal
11 Agustus 2013.
Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.)
merr) yang berbeda. Jurnal Teknologi Pertanian 6 (1): 1-6.
Warmansya, 2011. Kajian Penambahan Skim Dan Santan Terhadap
KarakteristikYoghurt Dari Whey. Pasundan Food Technology Journal,
Volume 5, No.1.
27

More Related Content

What's hot

Laporan pembuatan media pda
Laporan pembuatan media pdaLaporan pembuatan media pda
Laporan pembuatan media pdaJanex Shikamaru
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakUniversitas Diponegoro
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapikutarni
 
Laporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuniLaporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuniaji indras
 
Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1Ryuzaeky Ika
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERIAmphie Yuurisman
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti MikrobaRukmana Suharta
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranReza Fahlevi
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIARaden Saputra
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi FungiRukmana Suharta
 

What's hot (20)

Laporan pembuatan media pda
Laporan pembuatan media pdaLaporan pembuatan media pda
Laporan pembuatan media pda
 
Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
 
Laporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuniLaporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuni
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1Laporan kimia praktikum 1
Laporan kimia praktikum 1
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
 
Uji Moore
Uji MooreUji Moore
Uji Moore
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Laporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceranLaporan tetap mikum penegenceran
Laporan tetap mikum penegenceran
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 

Similar to Laporan praktikum ptp bab 3 revisi 2

Ini punya kitaaaah
Ini punya kitaaaahIni punya kitaaaah
Ini punya kitaaaahKurnia Wati
 
Laporan praktikum pembuatan yoghurt
Laporan praktikum pembuatan yoghurtLaporan praktikum pembuatan yoghurt
Laporan praktikum pembuatan yoghurtRiska Setiyoningtyas
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Indra Rahmana
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Indra Rahmana
 
49037-75676646212-1-PB.pdf
49037-75676646212-1-PB.pdf49037-75676646212-1-PB.pdf
49037-75676646212-1-PB.pdfadelbb
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURMuhammad Eko
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2susy amelia
 
Laporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnyaLaporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnyaSusy Amelia
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
liana tugas.docx
liana tugas.docxliana tugas.docx
liana tugas.docxKiranaSyfa
 
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananPENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananpsychologica
 
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Nida Chofiya
 
Laporan praktikum pembuatan_yoghurt
Laporan praktikum pembuatan_yoghurtLaporan praktikum pembuatan_yoghurt
Laporan praktikum pembuatan_yoghurtSTF YPIB CIREBON
 
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)XINYOUWANZ
 
Hasil Praktikum Pra Proses Susu dan telur
Hasil Praktikum Pra Proses Susu dan telurHasil Praktikum Pra Proses Susu dan telur
Hasil Praktikum Pra Proses Susu dan telurZelika Gita Sari
 

Similar to Laporan praktikum ptp bab 3 revisi 2 (20)

Laporan susu telur
Laporan susu telurLaporan susu telur
Laporan susu telur
 
Ini punya kitaaaah
Ini punya kitaaaahIni punya kitaaaah
Ini punya kitaaaah
 
Laporan praktikum pembuatan yoghurt
Laporan praktikum pembuatan yoghurtLaporan praktikum pembuatan yoghurt
Laporan praktikum pembuatan yoghurt
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1
 
49037-75676646212-1-PB.pdf
49037-75676646212-1-PB.pdf49037-75676646212-1-PB.pdf
49037-75676646212-1-PB.pdf
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
 
Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2
 
Laporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnyaLaporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnya
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
 
liana tugas.docx
liana tugas.docxliana tugas.docx
liana tugas.docx
 
Laporan pht
Laporan phtLaporan pht
Laporan pht
 
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananPENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
 
Laporan praktikum pembuatan_yoghurt
Laporan praktikum pembuatan_yoghurtLaporan praktikum pembuatan_yoghurt
Laporan praktikum pembuatan_yoghurt
 
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
 
Susu dan telur
Susu dan telurSusu dan telur
Susu dan telur
 
Hasil Praktikum Pra Proses Susu dan telur
Hasil Praktikum Pra Proses Susu dan telurHasil Praktikum Pra Proses Susu dan telur
Hasil Praktikum Pra Proses Susu dan telur
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

Laporan praktikum ptp bab 3 revisi 2

  • 1. i
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak perah adalah ternak ruminansia yang secara genetik mampu menghasilkan air susu, misalnya sapi, kambing dan lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri- ciri khusus yang berhubungan lansung dengan air susu. produksi susu yang dihasilkan ternak perah melebihi kebutuhan susu untuk anaknya sehingga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu dunia. Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu didefenisikan sebagai susu sapi yang tidak dikurangi atau ditambahi sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan sapi-sapi sehat secara kontinyu dan sekaligus. Susu ini merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi yang seimbang. Penyusun utama susu adalah air, protein, lemak, karbohidrat, mineral-mineral, dan vitamin-vitamin. Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan maupun dari bagian-bagiannya. Dengan banyaknya produk- produk susu yang beredar dipasaran belum dapat dipastikan apakah susu tersebut merupakan kualitas yang murni dari hasil pemerahan pada ternak perah tanpa penambahan zat apapun. Pemalsuan pada susu yang sangat mudah dijumpai adalah dengan menambahkan susu dengan air. Hal ini akan menambah volum dari susu tersebut dan susu akan dihargai dengan sedikit lebih mahal. Selain penambahan air, peningkatan volum susu juga dapat dilakukan dengan penambahan air tajin, susu kaleng, santan , bahkan soda kue. Pemalsuan dengan menggunakan susu kaleng emmiliki kelebihan diantaranya bau yang harum susu serta warna yang relatif tidak jauh berbeda dengan susu asli. Selain untuk menambahkan volum, pemalsuan juga digunakan untuk mempertahankan sifat susu. Pemalsuan seperti ini dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam susu. Didalam susu mentah banyak sekali terdapat enzim-enzim seperti enzim periksodase yang bisa terurai dengan dilakukan pemanasan pada suhu diatas 750C dapat membebaskan oksigen dari larutan peroksida yang ditambahkan kedalam susu, oksigen yang
  • 3. 2 terdapat dalam susu ini akan bersenyawa dengan zat pemulas sehingga menyebabkan warnanya menjadi berubah tidak sepeti warna pada susu umumnya. Secara umum penelitian susu adalah salah satu diantaranya pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli atau tidak, dan juga bau apakah bau nya seperti bau susu pada umumnya, begitu juga kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi tubuh. 1.2. Tujuan Tujuan praktikum pemeriksaan Kesegaran Air Susu pada Uji Organoleptik atau Uji Sensorik yaitu untuk mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi dengan menggunakan panca indra. Uji Kebersihan menggunakan Metode Saring yaitu untuk melihat kotoran yang terdapat didalam air susu, yang tidak terlihat oleh mata. Pengukuran pH dengan pH meter yaitu untuk mengetahui derajat keasaman susu yang diukur menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Uji Alkohol yaitu untuk mengetahui daya dehidrasi yang akan menarik gugusan ion H+ dari ikatan mantel air protein dapat sehingga protein dapat melekat satu dengan lainnya. Uji Didih atau Uji Masak yaitu untuk mengetahui butir perotein yang stabilitasnya menurun, bila dipanaskan sampai mendidih akan pecah. Uji Reduktase dengan Biru Metilen yaitu untuk mengetahui enzim reduktase yang dihasilkan mikroorganisme dalam susu akan mereduksi zat warna biru metilen yang ditambahkan kedalam susu sampai tidak warna pada sampel susu tersebut. Tujuan praktikum pemeriksaan pemalsuan air susu, Pemeriksaan Penambahan Air Susu pada Pembuktian Penambahan Air yaitu untuk mengetahui berat jenis (BJ), kadar lemak dan bahan kering susu akan turun, sedangkan titik beku akan mendekati 0 (nol). Pembuktian Penambahan Santan secara Mikroskopik yaitu untuk mengetahui dengan penambahan santan kedalam susu berat jenis naik (tetapi juga dapat turun), kadar lemak naik dan angka katalase naik. Pembuktiaan Penambahan Pati yaitu untuk mengetahui adanya pati didalam sampel susu dengan penambahan larutan lugol dan terbentuk warna biru. Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch yaitu untuk mengetahui susu mentah terdapat enzim peroksidase yang akan terurai oleh pemanasan diatas
  • 4. 3 75% sehingga oksigen dapat merubah warna. Pembuktian Penambahan Formalin yaitu untuk mengetahui susu yang diawetkan dengan formalin. 1.3. Manfaat Manfaat praktikum pemeriksaan Kesegaran Air Susu pada Uji Organoleptik atau Uji Sensorik yaitu mahasiswa dapat mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi dengan menggunakan panca indra.Uji Kebersihan menggunakan Metode Saring yaitu dapat melihat kotoran yang terdapat didalam air susu, yang tidak terlihat oleh mata. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman susu yang diukur menggunakan kertas lakmus. Uji Alkohol yaitu mahasiswa dapat mengetahui daya dehidrasi yang akan menarik gugusan ion H+ dari ikatan mantel air protein dapat sehingga protein dapat melekat satu dengan lain. Uji Didih atau Uji Masak yaitu mahasiswa dapat mengetahui butir protein yang stabilitas nya menurun, bila dipanaskan sampai mendidih akan pecah.Uji Reduktase dengan Biru Metilen yaitu mahasiswa dapat mengetahui enzim reduktase yang dihasilkan mikroorganisme dalam susu akan mereduksi zat warna biru metilen yang ditambahkan kedalam susu sampai tidak warna. Manfaat praktikum Pemeriksaan pemalsuan air susu, Penambahan Air Susu pada Pembuktian Penambahan Air yaitu mahasiswa dapat mengetahui berat jenis, kadar lemak dan bahan kering susu akan turun, sedangkan titik beku akan mendekati 0 (nol). Pembuktian Penambahan Santan secara Mikroskopik yaitu mahasiswa dapat mengetahui dengan penambahan santan kedalam susu BJ naik (tetapi juga dapat turun), kadar lemak naik dan angka katalase naik, Pembuktiaan Penambahan Pati yaitu mahasiswa dapat mengetahui adanya pati didalam sampel susu dengan penambahan larutan lugol dan terbentuk warna biru. Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch yaitu mahasiswa dapat mengetahui susu mentah terdapat enzim peroksidase yang akan terurai oleh pemanasan diatas 75% sehingga oksigen dapat merubah warna. Pembuktian Penambahan Formalin yaitu mahasiswa dapat mengetahui susu yang diawetkan dengan formalin dan mahasiswa menjadi mengerti dan paham dalam mengkonsumsi susu segar dan susu yang diolah, serta mengetahui bahan apa saja yang biasa digunakan dalam memalsukan susu baik susu segar maupun susu yang diolah.
  • 5. 4 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Pemeriksaan kesegranair susu 2.1.1. Uji sensorik/ Organoleptik Pengujian organoleptik merupakan salah satu cara mendasar dan pertama kali dilakukan untuk mengetahui kualitas dari bahan tersebut. Pengujian organoleptik merupakan pengujian yang subyektif, akan tetapi pengujian ini memiliki peran yang penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma dan warna. Rasa dan aroma dapat bersinergi membentuk citarasa. Citarasa susu sapi dipengaruhi beberapa faktor. Berdasarkan hasil pengujian, sampel susu selama penelitian dalam kondisi aman dan layak untuk dikonsumsi. (Anindita, 2017). Susu murni mempunyai rasa sedikit manis ini disebabkan oleh laktosa dan kadar Cl yang rendah. Jika terjadi penyimpangan terhadap bau susu maka dapat terjadi perubahan seperti : bau asam, tengik dan busuk serta rasa susu akan berubah seperti :, rasa sabun disebabkan oleh Bacillus lactic saponacei, rasa lobak disebabkan oleh kuman coli. (Gusti fitri ayu, 2013). Pada waktu susu berada di dalam ambing ternak yang sehat atau beberapa saat setelah keluar, susu merupakan suatu bahan murni, higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit bakteri yang berasal dari ambing, bau, rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum (Sanam et al., 2014). 2.1.2. Uji kebersihan dengan dengan metode saring Pemerah yang kotor baik tangan maupun pakaiannya dapat mengontaminasi susu, pemerah yang tidak sehat dan mengidap penyakit menular dapat mengkontaminasi susu, yang juga dapat menularkannya kepada konsumen yang mengkonsumsinya . (Aritonang, 2010). Penyaringan susu adalah uji kebersihan yang meliputi warna, bau,rasa, dan ada tidaknya kotoran dalam susu dengan menggunakan kaeras saring ,proses penyaringan susu bertujuan memisahkan benda-benda pengotor susu yang terbawa saat pemerahan (Fauzan 2011). Higienitas dari susu harus dikontrol sejak dari peternakan, pemindahan susu dari peternakan ke mobil pengangkut dan kebersihan dari alat transportasi itu sendiri ( Habibah, 2011).
  • 6. 5 Pencemaran mikroorganisme pada susu segar dapat disebabkan oleh kontaminasi tanah, air, udara, pupuk kandang, debu, peralatan, dan pekerja. ( Magdan,2010). 2.1.3. Pengukuran ph dengan ph meter Penurunan pH diakibatkan oleh aktivitas bakteri yang disebabkan karena aktivitas fosfat buffer, sirat dan protein atau pengasaman susu karena aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya kasein dalam protein setelah proses pemanasan.Perubahan pH sebagia besar disebabkan oleh asam yang dihasilkan dari aktivitas bakteri yang merusak nilai protein yang terkandung dalam susu.. (Heldman 2011). Air susu segar umumnya mempunyai nilai pH 6.5 sampai 6.7 dan bila terjadi banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri maka nilai pH akan menurun secara nyata. Pengasaman menyebabkan kehilangan Co2 yang dapat menurunkan keasaman dan kenaikan nilai pH. (Murnia 2015) Percampuran susu dengan asam menyebabkan susu mengeluarkan ion hidrogen (proton H+ ). Pelepasan ion hidrogen ini menyebabkan pH menurun. Nilai pH larutan yang rendah akan mencapai titik isoelektrik pada setiap molekul kasein sehingga terjadi penggabungan kasein misell melalui agregasi dan diakhiri dengan proses koagulasi. (Swadayana, 2012). Kestabilan kaseinnya berkurang sehingga terjadi koagulasi kasein dan akan mengakibatkan penggumpalan susu. Pecahnya susu menyebabkan kualitas susu rendah sehingga tidak layak dikonsumsi karena adanya kemungkinan bahwa kadar asam yang terkandung dalam susu tinggi. (Sutrisna et al., 2014). 2.1.4 . Uji alkohol Apabila susu dicampur dengan alkohol yang memiliki daya dehidratasi, maka protein akan berkoagulasi. Semakin tinggi derajat keasaman susu, semakin berkurang jumlah alkohol dengan kepekatan yang sama dibutuhkan untuk memecahkan susu yang sama banyaknya. (Deski citra dwitania, 2013). Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang rusak,apabila terdapat butir-butir susu pada dinding tabung menunjukkan susu tersubut positif
  • 7. 6 telah rusak, susu segar yang berkualitas baik tidak adan pecah atau menggumpal bila dipanaskan atau dididihkan. (Sudona, 2014) . Susu yang rusak akan bercampur dengan alkohol yang berdaya dehidrasi sehingga protein akan berkoagulasi. (Swadayana, 2012). Pengujian terhadap kualitas susu segar di Kota Denpasar pada tingkat produsen. Pengujian dikatakan positif, ditandai adanya gumpalan yang menempel di dinding tabung reaksi, yaitu partikelpartikel kasar yang melekat pada dinding tabung. (Nababen, 2014). 2.1.5. Uji didih/ Masak Jika susu pecah ataupun menggumpal saat dilakukan pendidihan maka kualitas susu termasuk kedalam kategori tidak baik dan susu dinyatakan positif. Jika susu masih dalam keadaan homogen dan tidak pecah susu termasuk kedalam kategori baik dan dinyatakan negative. (Dwitania, 2013). Uji didih merupakan suatu uji yang mana susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai susu tersebut mendidih kemudian dilakukan suatu penilaian yang mana penilaian ini dilakukan dengan melihat keadaan dari susu tersebut apakah tetap homogen atau pecah seperti butir-butiran. Bila terdapat butir-butiran dan susu tidak homogen berarti susu pecah dan hasil uji positif. Bila susu tetap homogen berarti susu masih baik (normal) dan uji negative. (Fardiaz 2010). Pemeriksaan pemalsuan susu dengan cara pembuktian penambahan susu masak dengan uji Storch maka susu yang dipanaskan pada suhu 77-80 o C maka warnanya tetap berwarna putih. (Golemen, 2011). Beberapa jenis bakteri dapat melakukan fermentasi pada susu sehingga merubah laktosa menjadi asam laktat sehingga susu tersebut masih dalam keadaan homogen dan tidak mengalami pemecahan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain masih menyatu jika masih menyatu dan homogen maka susu tersebut baik dan layak untuk dikonsumsi. (Soewodo, 2013). 2.1.6. Uji reduktase dengan methylen blue Angka reduktase adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna biru metilen menjadi putih, yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah organisme yang ada Uji reduksi dapat menunjukkan tingkat
  • 8. 7 kegiatan bakteri sehingga dapat memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu yang dapat dicerna dan tidak untuk kegunaan tertentu.. (Dasuki 2011). Pencernaan bakteri setelah pemanasan dapat terjadi karena adanya bakteri yang telah panas atau terjadi kontaminasi bakteri setelah proses pemanasan,upaya pemanasan untuk memperpanjang masa simpan pangan dengan menggunakan panas untuk membunuh semua mikroorganisme pathogen dan menguranmgi mikroorganisme perusak yang terdapat dalam susu. (Elida 2012). Peningkatan reduksi susu disebabkan oleh bakteri tumbuh dalam susu memerlukan oksigen dan menghasilkan subtansi pereduksi yang memungkinkan penurunan perbedaan kekuatan oksidasi reduksi tersebut sampai nilainya menjadi negatif. Kecepatan penurunanya tergantung jumlah dan macam bakteri serta dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri (Hadiwiyoto, 2013). Organisme yang tumbuh dalam susu menghasilkan oksigen yang ada dan apabila oksigen habis terjadi reaksi oksidasireduksi untuk kelangsungan hidup mikroba. Sitrat yang merupakan metabolit berfungsi sebagai donor hidrogen, methylene blue sebagai aseptor hidrogen, dan enzim reduktase yang diproduksi mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapat menyediakan energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim reduktase mikroba menurunkan potensial oksidasi-reduksi. (Patric, 2010). Jumlah bakteri (cfu/ml) yang sedikit, sedangkan waktu reduksi (jam) yang cepat menunjukkan jumlah bakteri (cfu/ml) yang banyak. Semakin cepat waktu (<2jam) yang dibutuhkan untuk menetralkan warna biriu, semakin buruk kualitas mikrobiologis susu segar. Akan tetapi berdasarkan hasil pengujian, terdapat beberapa hasil pengujian menunjukkan korelasi yang ada berkebalikan dari hasil pengujian susu segar. ( Nandy, 2010). 2.2. Pemeriksaan pemalsuan air susu 2.2.1. Pembuktian Penambahan Air Nilai berat jenis selama penelitian masih kurang dimana berat jenis untuk susu segar pada suhu 27,5 °C minimal 1,0280 g/ ml. Nilai BJ yang kurang tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul di dalam air susu atau bisa juga susu dibiarkan dalam keadaan terbuka (tanpa penutup) sehingga uap air akan masuk ke dalam susu.
  • 9. 8 Kandungan yang terlarut didalam susu dimana semakin banyak senyawa yang terdapat dalam susu maka berat jenis susu akan meningkat . (Anindita, 2017). Bentuk lemak di dalam air susu merupakan butir yang di sebut globuler. Besar kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada di dalamnya. Makin banyak air, maka makin besar globuler dan keadaan ini di khawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler pecah, maka air susu di sebut pecah. Air susu yang pecah tidak dapat dipisahkan lagi krimnya, dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan. (Gustiani 2014). Komposisi susu umumnya berbeda dari waktu pemerahan yang berbeda pula Hal ini dapat menjadikan peluang pemalsuan susu dengan air. Pemerahan pagi pada umumnya menghasilkan susu dengan komposisi bahan kering rendah dengan kandungan air tinggi, sebaliknya pemerahan sore menghasilkan bahan kering tinggi dan kandungan air rendah. Pemalsuan merugikan konsumen karena nilai gizi dari susu segar akan menurun. Namun, pemalsuan dapat dicegah melalui pengujian susu segar secara sederhana. (Handayani, 2010). Apabila terjadinya penambahan air pada susu akan mengakibatkan berat jenis dan kadar lemaknya menjadi menurun sehingga mengakibatkan kualitas susu menjadi berkurang. (Purwadi 2010). Komposisi susu umumnya berbeda dari waktu pemerahan yang berbeda pula Hal ini dapat menjadikan peluang pemalsuan susu dengan air. Pemerahan pagi pada umumnya menghasilkan susu dengan komposisi bahan kering rendah dengan kandungan air tinggi, sebaliknya pemerahan sore menghasilkan bahan kering tinggi dan kandungan air rendah. Pemalsuan merugikan konsumen karena nilai gizi dari susu segar akan menurun. Namun, pemalsuan dapat dicegah melalui pengujian susu segar secara sederhana. (Saleh, 2012). 2.2.2. Pembuktian Penambahan Santan Santan merupakan fisik kimia yang mirip susu sapi, sehingga dapat ditangani seperti halnya pengolahan susu. Bentuk produk olahan/ awetan santan seperti tepung, skim santan atau santan kemasan telah cukup popular dimasyarakat, bahkan produk minuman. (Anindita 2012). Santan memiliki kandungan lemak nabati yang tinggi dimana bentuk dan ukurannya tidak sama dengan lemak hewani jika terjadi pencampuran
  • 10. 9 dari kandungan lemak tersebut, maka kadar lemak semula akan meningkat. (Cahyadi 2015). Lemak yang terdapat pada santan merupakan lemak nabati. Pada lemak nabati lebih banyak mengandung fitosterol serta memiliki ikatan rangkap yang banyak sehingga lemak nabati lebih banyak memiliki asam lemak tidak jenuh. Santan merupakan emulsi minyak dalam air, pada dasarnya merupakan suatu emulsi yang relatif stabil. (Ina siti Nurminabari, 2018). Santan diketahui bahwa santan mengandung komponen lemak sebesar 32,007% dan protein sebesar 1,56%. Santan murni hanya mengandung 54 persen air, 35 persen lemak dan 11 persen padatan tanpa lemak (karbohidrat kurang lebih 6 persen, protein kurang dari 4 persen dan padatan lainnya) yang dikatagorikan sebagai emulsi minyak dalam air. (jannah, 2012). 2.2.3. Pembuktian Penambahan Pati Pemalsuan susu yang ditambahkan pati maka dapat duji dengan mencapurkan larutan asam asetat, larutan lugol, dan tabung reaksi kemudian dipanaskan. (Ambri 2013). Pemeriksaan pemalsuan susu dengan cara pembuktian penambahan pati bila positif mengandung pati maka filtrate warna menjadi biru, kemudian bila warna kuning berarti negative.(Nababan 2012). 2.2.4. Pembuktian Penambahan Susu Masak Mutu susu segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar termasuk didalamnya adalah pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis dengan sanitasi alat pemerahan dan sanitasi pekerja. Untuk dapat mengetahui mikroba yang terdapat didalam susu, dibutuhkan media yang steril. (Dwitania 2010). Pemeriksaan pemalsuan susu dengan cara pembuktian penambahan susu masak dengan uji Storch maka susu yang dipanaskan pada suhu 77-80 o C maka warnanya tetap berwarna putih (Mahaswari 2014). Proses pasteurisasi secara nyata menurunkan kadar protein dan lemak susu. Hal ini sebanding dengan bahan kering dan bahan kering tanpa lemak mengalami penurunan yang nyata (P<0,005). karena sangat bergantung pada komponen tersebut. (Susatyo et al. 2013)
  • 11. 10 Proses pasteurisasi secara nyata menurunkan kadar protein dan lemak susu. Hal ini sebanding dengan bahan kering dan bahan kering tanpa lemak mengalami penurunan yang nyata (P<0,005). karena sangat bergantung pada komponen tersebut. (Wibowo et al. 2013). 2.2.5. Pembuktian Penambahan Formalin Pembuktian penambahan Formalin maka susu yang dicampurkan dengan asam klorida (HCl) dan dipanaskan sampai mendidih maka warnanya akan tampak menjadi warna ungu. (Gusriyanti , 2012). Formalin merupakan bentuk aldehid yang paling sederhana. Pada temperature ruang, formalin berwujud cair yang bening dengan aroma yang tajam. Ketika dilarutkan didalam air, formalin bergabung dengan air dan membentuk metanediol atau metilen glikol H2C(OH)2. (Murti, 2011). Formalin memiliki daya kerja membunuh mikroorganisme dan berfungsi untuk mempertahankan kesegaran susu. Dengan proses netralisasi dan penambahan formalin akan membentuk gugus dimetol, dengan terbentuknya gugus dimetol bearti gugusan aminio sudah berikat dan tidak mempengaruhi reaksi gugusan karboksil (asam) dengan NaOH (basa),sehingga akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat dan dengan ditambahkannya larutan HCl yang mengandung besi, dapat memecah gugus formalin tersebut sehingga berubahwarna menjadi ungu. (Sanjaya 2014). Larutan formalin bisa menyebabkan daya tahan bahan makanan menjadi lama dikarenakan formalin tersebut dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat pada bahan tersebut. (Suhendar, 2015). Akibat pemalsuan susu dengan penambahan formalin ini bukan saja menimbulkan masalah kesehatan dikemudian hari jika dikonsumsi secara terus menerus, tetapi konsumen juga dirugikan. (Susilorini, 2010).
  • 12. 11 BAB III MATERI DAN METODA 3.1. Waktu dan Tempat Pratikum produksi ternak perah “ Pemeriksaan Kesegaran Air Susu dan Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu” dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 dan 28 Februari 2020 pukul 14.00 WIB s/d selesai, bertempat Di Laboratorium Produksi Ternak Perah, Universitas Jambi. 3.2. Materi Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah susu, aquades, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas becker, pipet tetes, pembakar busen, botol 100ml, kertas saring, corong, tabung erlemeyer,kertas saring (diametr 25 cm), corong, labu erlemeyer, tabung reduktase, penangas air, pipet 1 ml dan 25 ml, serbet 2 buah, sarung tangan, tissu dan masker, alkohol 68 %, alkohol 70 %, alkohol 96 %, larutan biru metilen, dan aquadest. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Laktodensimeter, Thermometer, Gelas Ukur 100 ml dan 250 ml, Labu Erlemeyer 250 ml dan 500 ml, Susu Segar 500 ml, Mikroskop, Gelas Objek, Larutan Asam Acetate, Larutan Lugol, Tabung Reaksi, Corong, Kertas Saring, Pipet 1 ml dan 10 ml, Bunsen, Larutan Paraphenildiamin 2%, Larutan Hydrogen Peroksida (0,2 - 1% ), Tabung Reaksi, Larutan Asam Klorida dan Penangas Air. 3.3. Metoda 3.3.1. Pemeriksaan Kesegaran Air Susu Pemeriksaan kesegaran susu ini yaitu pada uji sensorik atau uji organoleptik, masukkan 5-10 ml sample susu kedalam tabung reaksi.Tahap pertama uji warna susu tersebut : bila warna putih susu berarti susu tersebut normal (baik), bila berwarna biru berarti susu tersebut dicampur dengan air, bila berwarna kuning berarti susu tersebut banyak mengandung karotin, bila berwarna merah berarti pada susu tersebut terdapat darah. Kemudian tahap kedua, uji bau dimanauji bau yaitu sampel susu dianbil dengan alat pengambil sampel dan dimasukkan kedalam botol ukuran 100 ml dan diisi 1/4 - 1/3 penuh, tutup botol tersebut dengan sumbat yang tidak berbau dan simpan dalam suhu yang rendah,
  • 13. 12 sebelum diuji masukkan botol tersebut dalam penangas air (35- 40oC) atau pembakar busen sampai hangat, sambil mengangkat tutup botol, uji bau dapat dilakukan dengan membedakan bau susu sebelum dipanaskan dengan susu yang sudah dipanaskan (bau yang normal adalah berbau susu). Tahap ketiga uji kekentalan dimana dilakukan dengan memiringkan tabung reaksi, kemudian ditegakkan kembali, perhatikan susu yang membasahi dinding tabung dan amati perubahan yang terjadi. Tahap yang kempat uji rasa dengan cara meneteskan susu ketelapak tangan dan dicicipi dan catat pengamatan yang didapatkan. Pada uji kebersihan dengan metode saring dimana homogenkan susu 500 ml sample susu. Tuangkan sample susu secara perlahan – lahan melalui dinding corong, pada mulut corong telah terpasang kertas saring. Susu ditampung dalam tabung Erlenmeyer. Setelah kertas saring dilepaskan, amati kotoran yang tertinggal dikertas saring tersebut. Kotoran dapat berupa bulu, potongan rambut, pasir, feces dan lain-lain. Untuk lebih jelas, masukkan kertas saring dalam incubator atau lemariagar kering. Periksalah kotoran yang tampak pada kertas saring dan nilailah banyaknya kotoran dan jenis kotoran yang tampak. Pada uji Alkohol dimana masing-masing Tabung reaksi diisi 3 ml air susu, pada tabung 1 ditambahkan 3 ml alcohol 68 %,tabung 2 ditambahkan 70 %, tabung 3 ditambahkan 3 ml alcohol 75 %, tabung 4 ditambahkan 3 ml 96 %. Masing-masing tabung dikocok dan diamati. Bila susu pecah maka susu tersebut asam dan hasil uji positif. Sedangkan bila susu tidak pecah dan tetap homogen, hasil uji dinyatakan negative dan susu normal (baik). Pada uji didih/uji masak dimana masukkan 5 ml susu kedalam tabung reaksi dan panaskan sampai mendidih, bila terdapat butiran dan susu tidak homogen berarti susu pecah (susu rusak) dan hasil uji positif, bila susu tetap homogen berarti susu masih baik dan hasil uji negative. Pada uji reduktase dengan Biru metilen dimana masukkan 1 ml larutan biru metilen kedalam tabung reduktase, tambahkan sample susu sampai batas lingkaran. Tutup tabung tersebut dengan sumbat, lalu campurkan sehingga warna biru merata. Masukkan tabung kedalam penangas air selama 4-4,5 jam,penangas air selama 5 menit untuk menghangatkan, kemudian dimasukkan kedalam incubator. Reaksi ditunggu sampai terjadi perubahan warna biru.
  • 14. 13 3.3.2. Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu Pembuktian penambahan air Pertama-tama sampel susu dimasukkan kedalam labu erlemeyer 250 ml dan 500 ml, kemudian masukkan lagi sampel susu tersebut kedalam tabung reaksi yang berukuran 100 ml dan 250 ml, lalu masukkan laktodensimeter kedalam sampel susu untuk diukur berat jenisnya, kemudian catat hasil dari pengukuran berat jenis sampel susu tersebut. Pembuktian penambahan pati Pertama-tama masukkan 10 ml sampel susu kedalam tabung reaksi dan kemudian tambahkan 0,5 ml asam acetate, lalu panaskan tabung yang berisi sampel susu tersebut setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring. Masukkan 4 tetes lugol kedalam fitrase, dan kemudian lihat hasilnya apakah positif mengandung pati maka warna filtrate tersebut menjadi biru dan apabila berwarna kuning maka hasilnya negative sedangkan apabila hasinya berwarna hijau maka hasilnya diragukan. Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch Pertama masukkan sekitar 5 ml sampel susu kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2%. Setelah itu tambahakan 1-4 tetes larutan hydrogen peroksida. maka susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah menjadi biru sedangkan susu yang dipanaskan tetap berwarna putih. Pembuktian Penambahan Formalin Pertama-tama masukkan 5 ml sampel susu kedalam tabung reaksi lalu tambahkan 5 ml larutan H2SO4 yang mengandung besi, setelah itu panaskan dan biarkan selama 1 menit Apabila susu tersebut mengandung formalin maka akan tampak warna ungu.
  • 15. 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeriksaaan kesegaranair susu Susu merupakan produk hasil peternakan dengan nilai gizi tinggi dan banyak dikonsumsi anak kecil, remaja dan orang dewasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Anjarsari (2010) menyatakan bahwa Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. Komposisi kimia yang terkandung dalam susu diantaranya lemak 3,8%, protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu 0,855, air 87,25%, serta bahan kering 12,75%. Kandungan gizi yang lengkap menjadi alasan tingginya kebutuhan dan permintaan masyarakat akan susu. Susu adalah produk biologis yang rentan terkontaminasi oleh mikroba. Untuk mengukur mutu susu dapat dilakukan dengan bebrapa pengujian, diantaranya Uji organoleptik, uji kebersihan, uji Ph susu, uji alkohol, dan uji reduktase. 4.1.1. Uji Sensorik atau Uji Organoleptik Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan : Kelompok Uji Organoleptik Warna Bau Rasa Kekentalan 1 Normal Normal Manis Encer 2 Normal Normal Manis Encer 3 Normal Normal Manis Encer 4 Normal Normal Manis Encer 5 Normal Normal Manis Encer 6 Normal Normal Manis Encer 7 8 UHT Normal Normal Normal Normal Normal Normal Manis Pahit Manis Encer Encer Encer Tabel 1. Uji sensorikatau uji organoleptik Dari hasil data Praktikum Uji Sensorik pada susu segar diatas dapat diketahui bahwa pada uji warna normal (baik), pada uji bau normal (baik), pada uji rasa normal (baik) namun ada satu kelompok pada uji rasa yang hasilnya pahit, hal ini terjadi karena susu sudah terjadi pembentukan peptone, pada uji kekentalan
  • 16. 15 normal (baik). Menurut Sutrisna (2014) menyatakan bahwa Uji kekentalan menggunakan susu sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Digoyangkan perlahan-lahan. Mengamati sisa goyangan yang ada pada dinding tabung dan terhadap cepat atau lambat hilangnya sisa goyangan tersebut, serta adanya butiran atau lendir. Susu yang baik akan membasahi dinding, tidak berbutir atau berlendir, dan busa yang terbentuk akan segera hilang. 4.1.2. Uji Kebersihan dengan Metode Saring Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Hasil 1 Bersih 2 Bersih 3 Bersih 4 5 6 7 8 UHT Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih Tabel 2. Uji Kebersihan dengan Metode Saring Dari hasil data praktikum diatas bahwa susu tersebut bersih tidak ada kotoran yang tertinggal di kertas saring. Sehingga susu tersebut terbebas dari kotoran – kotoran seperti bulu, pasir, feses, dan lainnya. 4.1.3. Pengukuran pH dengan pH Meter Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Hasil 1 6.5 2 6.5 3 6.5 4 5 6 7 8 UHT 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 Tabel 3. Pengukuran pH dengan pH Meter Susu Segar
  • 17. 16 Dari data hasil praktikum diatas bahwa pengukuran pH susu tersebut normal (baik) yaitu 6.5. Susu yang diatas 6.85 dinyatakan bahwa susu terlalu alkalis dan kemungkinan ada penambahan bahan pengawet. Jika pH susu dibawah 6.3 susu tersebut dinyatakan terlalu asam dan biasanya menandakan susu sudah lama disimpan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridha (2015) menyatakan bahwa pH susu yang dihasilkan masih di bawah standar kualitas susu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI, 2011) yaitu antara 6,3-6,8. Hal ini disebabkan jumlah bakteri yang terkandung dalam susu masih tinggi sehingga mempengaruhi pH atau tingkat keasaman susu. semakin banyak bakteri maka semakin banyak laktosa susu yang akan diubah menjadi asam laktat sehingga susu berubah menjadi asam. 4.1.4. Uji Alkohol Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Sampel Alcohol (%) 68 70 96 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Susu Murni Susu Murni Susu Murni Susu Murni Susu Murni Susu Murni Susu Murni Susu Murni Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Homogen Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Pecah Susu UHT Homogen Pecah Pecah Tabel 4. Uji Alkohol Dari data hasil praktikum yang diperoleh pada uji alcohol adalah susu dalam kondisi yang baik atau normal dengan susu terlihat tidak pecah dan masih homogen didalam tabung reaksi, hasil uji ini dinyatakan negatif dan susu normal (baik), sedangkan jika susu pecah atau seperti ada butir-butir susu berarti uji susu negatif. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang bersifat labil.
  • 18. 17 Apabila susu tersebut tidak pecah dan tetap homogen, hasil uji dinyatakan negatif dan susu normal (baik). Menurut deski (2013) menyatakan bahwa Tuangkan susu sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 3 ml alkohol 70%, kemudian tabung dikocok perlahan-lahan. Uji alkohol positif ditandai dengan adanya butiran susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, sedangkan uji alkohol negatif ditandai dengan tidak adanya butiran susu yang melekat pada dinding tabung reaksi. 4.1.5. Uji Didih atau Uji Masak Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Uji Hasil 1 Didih atau Masak Normal 2 Didih atau Masak Normal 3 Didih atau Masak Normal 4 5 6 7 8 UHT Didih atau Masak Didih atau Masak Didih atau Masak Didih atau Masak Didih atau Masak Didih atau Masak Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tabel 5. Uji Didih atau Uji Masak Dari data praktikum diatas menunjukan bahwa uji didih atau uji masak mendapatkan hasil normal (baik). Karena pada susu tersebut pada kondisi baik dan hasil uji negatif. Uji didih atau masak menunjukan gumpalan – gumpalan putih di dinding bahwa kualitas susu kurang baik untuk dikonsumsi. Menurut deski (2013) menyatakan bahwa Susu sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabung, kemudian tabung dipanaskan dengan menggunakan api Bunsen sampai mendidih. Uji didih menunjukkan hasil yang positif (kualitas susu tidak baik) bila terdapat gumpalan yang menempel pada dinding tabung reaksi, sedangkan hasil yang negatif tidak terlihatnya gumpalan susu pada dinding tabung reaksi.
  • 19. 18 4.1.6. Uji Reduktase Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Waktu reduktase Kualitas susu 1 20 – 2 jam Kelas III 2 20 – 2 jam Kelas III 3 20 – 2 jam Kelas III 4 20 – 2 jam Kelas III 5 20 – 2 jam Kelas III 6 20 – 2 jam Kelas III 7 8 UHT 20 – 2 jam 20 – 2 jam 20 – 2 jam Kelas III Kelas III Kelas I Tabel 6. Uji Reduktase Pada uji reduktase di dapat hasilnya bahwa susu yang yang rusak atau yang telah diberi bakteri lebih cepat berubah warnanya menjadi putih, sedangkan pada susu yang bagus atau tidak di tambahkan bakteri perubahan warnanya sangat lambat. Penambahan bakteri pada susu sangat berpengaruh terharap keadaan susu. Menurut Suhartati et. al (2014) menyatakan bahwa Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-3141-1998, uji reduktase digunakan untuk menentukan kualitas susu dan salah satu cara untuk mengetahui jumlah bakteri di dalam susu secara tidak langsung. Dalam uji ini ditambahkan sejumlah methilen blue kedalam susu, kemudian diamati kemampuan bakteri didalam susu untuk tumbuh dalam menggunakan oksigen terlarut, sehingga menurunkan kekuatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. 4.2. Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu Pemalsuan susu segar dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. Penambahan susu masak pada susu segar atau pemasakan susu mungkin dilakukan untuk memanfaatkan hasil pemerahan yang tidak sempat dijual atau
  • 20. 19 untuk mencegah susu menjadi basi. Penambahan karbonat atau basa dilakukan untuk menaikkan nilai pH susu basi. Selanjutnya, penambahan amilum dan santan dilakukan untuk memperbanyak volume susu yang akan dijual, sehingga susu tampak terlihat lebih banyak. 4.2.1 Pembuktian Penambahan Air Praktikum pembuktian penambahan air kedalam susu melalui berat jenis. Berikut ini data hasil praktikum: Kelompok Hasil 1 1,010 2 1,010 3 1,010 4 1,010 5 1,010 6 1,010 7 8 1,010 1,010 Tabel 7. Pembuktian Penambahan Air Dari data hasil praktikum diatas pembuktian penambahan air pada susu melalui berat jenis mendapatkan hasil bj 1,010. Pada susu apabila ditambahkan dengan air maka akan terjadi penurunan pada berat jenis susu. Menurut Zain (2013) menyatakan bahwa Pengukuran berat jenis susu dilakukan dengan mengaduk susu terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala ukuran 500 ml. Laktodensimeter dengan hati-hati dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi susu, sehingga dapat terapung dengan bebas. Diusahakan supaya laktodensimeter berada di tengahtengah tidak menyentuh dinding gelas. Laktodensimeter yang telah diam kemudian dibaca berat jenis dan suhunya. Angka yang tertulis pada skala kemudian dicatat dan hasilnya disesuaikan dengan berat jenis pada suhu 27,5ºC.
  • 21. 20 4.2.2 Pembuktian Penambahan Santan Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Susu Murni Santan Kental Santan Encer 1 Rapat Agak Rapat Renggang 2 Homogen Rapat Renggang 3 Homogen Rapat Renggang 4 Homogen Homogen Renggang 5 Homogen Rapat Renggang 6 Homogen Rapat Renggang 7 8 Homogen Homogen Rapat Rapat Renggang Rapat Tabel 8. Pembuktian Penambahan Santan Dari data hasil praktikum diatas bahwa pembuktian penambahan santan pada susu tersebut yang dilihat secara mikroskopik dengan perbesaran 10x dan 40x. dengan perbesaran 10x terlihat butiran-butiran kecil yang terdapat dalam sampel susu tersebut. Sedangkan pada perbesaran 40x terlihat butiran-butiran lemak susu yang lebih rapat. Pada sampel santan encer terlihat butiran-butiran lebih renggang. Dan sampel susu murni terlihat buutiran lemak susu homogen terdapat butiran-butiran yang leebih kecil dibandingkann dengan lemak nabati, karena lemak nabati lebih besar dari butiran lemak susu. Menurut Kumalla et al., (2013) menyatakan bahwa kandungan gizi santan kelapa bubuk lebih baik daripada susu bubuk rendah lemak. Namun kadar protein susu bubuk lebih tinggi dibandingkan kadar protein pada santan. Sedangkan untuk kadar lemak yang diperoleh dari penelitian, santan memiliki kadar lemak yang besar dibandingkan susu murni. Penambahan santan kedalam susu, berat jenis naik ( tetapi dapat juga turun ), kadar lemak naik dan angka Katalase naik. Dan akan terlihat adanya ukuran lemak yang heterogen, kadangkala disertai dengan sel tumbuhan yang dapat dikenali dengan sel yang tidak berdinding. (Warmansya, 2011 ).
  • 22. 21 4.2.3. Pembuktian Penambahan Pati Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Susu+asetat/cuka Pati+asetat/cuka 1 Kuning Kuning 2 Kuning Kuning 3 Kuning Kuning 4 Kuning Kuning 5 Kuning Kuning 6 Kuning Kuning 7 8 Kuning Kuning Kuning Kuning Tabel 9. Pembuktian Penambahan Pati Data hasil praktikum penambahan pati pada susu bahwa hasil yang diperoleh dari susu berwarna kuning. Artinya susu tersebut tidak mengandung pati dan hasil uji negatif. Pada sampel pati yang kemudian di filtrate dengan larutan lugol yaitu berwarna kuning. Artinya pati tidak mengandung pati dan hasil uji negatif. Secara mikroskopik didalam preparat natif dari sampel susu terlihat dibawah mikroskop terlihat butiran-butiran amilum. Dan sampel patii juga terdapat butiran-butiran amilum yang dikenali dengan bulatan-bulatan yang memantulkan cahaya. Menurut Febriana (2012) menyatakan bahwa penambahan amilum dan santan dilakukan untuk memperbanyak volume susu yang akan dijual, sehingga susu tampak terlihat lebih banyak. 4.2.4. Pembuktian Penambahan Susu Masak Dengan Uji Storch Pada Pembuktian Penambahan Susu Masak dengan Uji Storch ini cara kerja (metode) nya adalah sebagai berikut: terlebih dahulu masukkan 5 ml sample susu kedalam tabung reaksi, tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2%. Tambahkan 1-4 tetes lartutan hydrogen peroksida. Susu mentah dan susu yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru. Susu yang dipanaskan pada 77-80 o C tetap berwarna putih. Maka pada tabung reaksi
  • 23. 22 pertama terlihat adanya terjadi penambahan susu masak dengan Uji Storch. Karena setelah diproses atau dipanaskan pada suhu 77-80 o C ternyata susu tersebut tetap berwarna putih. Dan pada tabung reaksi 2, susu mentah yang belum mengalami pemanasan berubah warnanya menjadi biru setelah diteteskan1-4 tetes larutan hydrogen peroksida. Menurut Febriana (2012) menyatakan bahwa Pemalsuan susu segar dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. Penambahan susu masak pada susu segar atau pemasakan susu mungkin dilakukan untuk memanfaatkan hasil pemerahan yang tidak sempat dijual atau untuk mencegah susu menjadi basi. 4.2.5 Pembuktian Penambahan Formalin Berikut ini data hasil praktikum yang telah kami lakukan: Kelompok Hasil 1 Ungu 2 Ungu 3 Ungu 4 Ungu 5 Ungu 6 Ungu 7 8 Ungu Ungu Tabel 10. pembuktian penambahan Formalin Dari data hasil praktikum pembuktian penambahan formalin yaitu berwarna ungu dengan pembatas antara H2SO4 dan air susu terlihat cincin ungu. Dan sampel susu yang ditambahkan larutan asam klorida yang mengandung besi juga tampak warna ungu hal tersebut positif mengandung formalin.
  • 24. 23 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari semua hasil praktikum pemeriksaan kesegaran air susu dan pemeriksaan pemalsuan air susu baik itu susu sapi segar maupun susu sapi UHT kemasan didapatkan bahwa semua hasil uji negatif yang berarti susu aman untuk dikunsumsi serta tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi tubuh. Kemudian agar tidak terjadi kegiatan pemalsuan pada produk asal hewan khususnya air susu, perlu ditingkatkan lagi pengawasan terhadap produk segar maupun olahan asal hewan, sehingga dapat meminimalisir produk yang tidak layak konsumsi. 5.2. Saran Diharapkan kepada praktikan saat melakukan praktikum,lakukanlah praktikum dengan kondusif, dan tidak ribut. Sehingga pada saat asdos menerangkan materi praktikan dapat memahasi prosedur kerja yang diterangkan.
  • 25. 24 DAFTAR PUSTAKA Ambri, 2013.Analisis kualitas susu kambing peranakan etawa yang disterilkan pada suhu dan waktu yang berbedda.jurnal Agripet 11 (1) :29-31. Anindita. 2017. Studi kasus: Pengawasan Kualitas Pangan Hewani melalui Pengujian Kualitas Susu Sapi yang Beredar di Kota Yogyakarta. Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2017. ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626. Vol. 19 (2): 96-105 Anderson 2013. Hubungan Level Mastitis Terhadap Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi) Aritonang. .2010. Pengendalian cemaran mikroba pada bahaya pangan asal ternak (daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. Jurnal Litbang Pertanian 28 (3):96- 100. Cahyadi 2015. Kajian Penambahan Skim Dan Santan Terhadap Karakteristik Yoghurt Dari Whey. Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1. Deski Citra Dwitania 2013. Uji Didih Alkohol, Dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan Yang Dijual Dipasar Tradisional Kota Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus.2013 2(4) ; 437-444. Issn. 2301-7848. Dasuki 2011.Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Litbang pertanian balai pengkajian teknologi pertanian. Yogyakarta .26 (2): 67-75 Dwitania, D.C., dan I.B.N. Swacita. 2013. Uji didih, alkohol dan derajat asam susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional Kota Denpasar. J. Veteriner 2(4):437- 444. Elida 2012. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma 10 (2): 198-21. Fardiaz, 2010. . Uji didih, alkohol dan derajat asam susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional Kota Denpasar. J. Veteriner 2(4):43-22 Golemen, 2011. Formation of volatile aroma compounds and carbondioxide in yogurt starter grown in cow’s milk and goat’s milk. J. Dairy Res. 54:257- 266. Gustiani , 2014. Kualitas susu kambing selama penyimpanan pada suhu ruangan berdasarkan berat jenis, uji didih dan kekentalan.J Veteriner 3 (1): 6067.
  • 26. 25 Gusti fitri ayu, 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. indonesia Medicus Veterinus 2013 2(4) : 453 – 460. ISSN : 2301-7848. Habibah, dan M. Khadhafi, 2011. Pertumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan susu pasteurisasi pada suhu rendah. Agroscientiae 18 (3):51 – 56. Hadiwiyoto, 2013.Pengendalian cemaran pangan mikroba pada bahan pangan asal ternak (daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan.jurnal ilmu dan teknologi hasil ternak 8 (1): 1-8 . Handayani, K.,S dan M. Purwanti, 2010. Kesehatan Ambing Dan Higiene Pemerahan Di Peternakan Sapi Perah Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin. Jurnal Penyuluhan Pertanian vol.5 no. 1. Heldman, 2011. Application of methylene blue dye reduction test (MBRT) to determine growth and death rates of microorganisms. African Journal of Microbiology Research 4(1): 061-070. Ina Siti, 2018. Kajian Penambahan Skim Dan Santan Terhadap Karakteristik Yoghurt Dari Whey. Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1, Tahun 2018. Jannah, A.M. 2012. Kombinasi Susu Dengan Air Kelapa Pada Proses Pembuatan Drink Yoghurt Terhadap Kadar Bahan Kering, Kekentalan dan pH. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1. (3). 45-52. Mahaswari 2014.Mutu susu segar di UPT Ruminansia besar dinas peternakan kabupaten kamper provinsi riau. Jurnal peternakan 5 (1) : 14- 21 Magadan AH. 2010. Handbook of Dairy Foods Analysis. New York (US):CRC P. Murti. 2010. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma 10 (2): 198-21. Murnia 2015. Pengawasan Kualitas Pangan Hewani melalui Pengujian Kualitas Susu Sapi yang Beredar di Kota Yogyakarta. Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2017. ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626. Vol. 19 (2): 96-105 Nababan, L. A., S. I Ketut dan B. N. S. Ida. 2014. Ketahanan Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase. Indonesia Medicus Veterinus 3(4): 274-282.
  • 27. 26 Nandy, S.K and K. V. Venkatesh. 2010. Application of methylene blue dye reduction test (MBRT) to determine growth and death rates of microorganisms. African Journal of Microbiology Research 4(1): 061-070. Partic, 2010. Formation of volatile aroma compounds and carbondioxide in yogurt starter grown in cow’s milk and goat’s milk. J. Dairy Res. 54:257-266. Purwadi, 2010.Kandungan protein susu saoi perah Friesian Holstein akibat pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus and rogynus (1) merr) yang berbeda.jurnal teknologi pertanian 6 (1) :1-6. Rehardjo, 2010. . Kombinasi Susu Dengan Air Kelapa Pada Proses Pembuatan Drink Yoghurt Terhadap Kadar Bahan Kering, Kekentalan dan pH. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1. (3). 45-52. Sanam, .2014. Sanam, A.B., Swacita, I.B.N dan Agustina, K.K. 2014. Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol. J Veteriner 3(1) : 1-8. Saleh, K.,S dan M. Purwanti. 2012. Kesehatan Ambing Dan Higiene Pemerahan Di Peternakan Sapi Perah Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin. Jurnal Penyuluhan Pertanian vol.5 no. 1. Soewodo., Swacita, I.B.N dan Agustina, K.K. 2013. Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol. J Veteriner 3(1) : 1-8. Sutrisna, D.Y., Suada, I.K dan Sampurna, I.P., 2014. Kualitas Susu Kambing Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan Kekentalan. J Veteriner 3(1) : 60-67. Sudona 2014. . Uji didih, alkohol dan derajat asam susu sapi kemasan yang dijual di pasar tradisional Kota Denpasar. J. Veteriner 2(4):437- 444. Swadayana, A, Sambodho, P dan Budiart, C, 2012. ‘Total Bakteri dan pH Susu Akibat Lama Waktu Diping Puting Kambing Peranakan Ettawa Laktasi’, Jurnal Animal Agricultural, vol. 1. no. 1, hal. 12-21, diakses pada tanggal 11 Agustus 2013. Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.) merr) yang berbeda. Jurnal Teknologi Pertanian 6 (1): 1-6. Warmansya, 2011. Kajian Penambahan Skim Dan Santan Terhadap KarakteristikYoghurt Dari Whey. Pasundan Food Technology Journal, Volume 5, No.1.
  • 28. 27