SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
FARMAKOTERAPI GAGAL GINJAL
KELOMPOK 1
- Adi Nurmesa
- Ahmad Hukama
- Islan Nor
- Khairullah Azhar
- M. Irwan Hidayat
- Mizwar
- Muhammad Fauzi
- Robi Faisal
- Tsurhaby Haris
- Wahyu Saputra
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah
penduduk terbesar di dunia masih menghadapi berbagai
permasalahan kesehatan yang cukup komplek. Selain
masih menghadapi berbagai permasalahan yang lazim
terjadi di negara-negara berkembang seperti kurang gizi,
penyakit menular atau penyakit tropis dan infeksi.
Berdasarkan perkiraan WHO pada tahun 2012,
angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 71
tahun, dan pada tahun yang sama WHO memperkirakan
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kronis di
Indonesia mencapai 54% dari seluruh penyebab
kematian, melebihi angka kematian yang disebabkan
karena penyakit menular dan kecelakaan. Salah satu
penyakit kronis yang angka kejadiannya diperkirakan
meningkat setiap tahunnya adalah penyakit gagal ginjal
kronis.
Ginjal merupakan salah satu organ penting
di dalam tubuh kita, dengan fungsi utama untuk
menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat
sisa metabolisme (racun) dari darah menjadi
urin. Selain hal tersebut, ginjal juga berperan
dalam mengatur keasaman darah dan
keseimbangan ion yang sangat penting agar
berbagai fungsi penting dalam tubuh kita dapat
berjalan secara normal.
DEFINISI
Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk
seperti kacang, masing-masing berukuran sekira
kepalan tangan, yang terletak di bagian belakang
perut bagian atas di kedua sisi tulang belakang.
Secara normal fungsi ginjal adalah
membersihkan darah dari produk limbah dan
membuangnya ke urine. Ginjal juga berfungsi
menyeimbangkan unsur-unsur mineral penting,
seperti natrium dan kalium, serta memproduksi
hormon yang diperlukan untuk mengatur
tekanan darah dan produksi sel darah merah
Apa itu Gagal Ginjal??
Gagal Ginjal (renal failure) merupakan istilah non-spesifik
yang menggambarkan penurunan fungsi ginjal seperti di
atas. Jika pada setiap tahap proses penyaringan ginjal
diblokir baik karena kerusakan ginjal langsung
(misalnya karena diabetes) atau oleh penyumbatan tidak
langsung (seperti oleh batu ginjal), maka itu dapat
menyebabkan gagal ginjal. Ada dua jenis utama gagal
ginjal, yaitu gagal ginjal akut dan kronik. Gagal ginjal
akut (GGA) atau Acute Renal Failure (ARF) terjadi
ketika ginjal tiba-tiba berhenti menyaring produk
limbah dari darah. Sedangkan, Gagal ginjal kronik
(GGK) atau Chronic Renal Failure (CRF) berkembang
perlahan-lahan dan berangsur memberat dengan sedikit
gejala pada tahap awal.
PREVALENSI
• Penyakit gagal ginjal di Indonesia dari tahun ke tahun
kian meningkat. Tentu ini tak mengagetkan mengingat
peningkatan populasi pasien diabetes dan hipertensi
sebagai penyumbang terbanyak pasien gagal ginjal di
Indonesia.
• Berdasarkan data yang dirilis PT. Askes pada tahun 2010
jumlah pasien gagal ginjal ialah 17.507 orang. Kemudian
meningkat lagi sekira lima ribu lebih pada tahun 2011
dengan jumlah pasti sebesar 23.261 pasien, Pada tahun
2011 ke 2012 terjadi peningkatan yakni 24.141 pasien,
bertambah 880.
• Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit
ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian
sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat
ke-12 tertinggi angka kematian.
ETIOLOGI PENYAKIT GINJAL AKUT
1. Prerenal
 Hipovolemia (kekurangan volume cairan)
 Gangguan hemodinamik ginjal yang menyebabkan
hipoperfusi renal.
2. Renal/instrinsik
 Penyakit glomerulus
 Nekrosis tubular akut
 Nefritis interstisial
 Obstruksi intratubular
3. Postrenal
Dapat disebabkan oleh urolitiasis, bekuan darah,
keganasan, kompresi ekstrarenal (fibrosis
retroperitoneum), hipertrofi prostat, atau
striktur.
Faktor Resiko Penyakit Gangguan Ginjal Akut
 Hipovolemia
 Hipotensi
 Obat nefrotoksik
 Sepsis
 Tindakan bedah risiko tinggi
ETIOLOGI PENYAKIT GINJAL KRONIK
 Glomerulonefritis
 Diabetes mellitus menyebabkan nefropatidiabetik
 Hipertensi
 Uropati obstruktif (batu saluran kemih, tumor)
 Lupus eritematosus sistemik, amiloidosis, penyakit
ginjal polikistik.
 Penggunaan obat-obatan (obat anti-inflamasi non-
steroid, antibiotik, siklosporin, takrolimus)
FAKTOR RESIKO PENYAKIT GINJAL KRONIS
Tidak dapat dimodifikasi Dapat dimodifikasi
 Usia (usia tua)  Hipertensi
 Jenis kelamin (laki-laki lebih
cepat)
 Proteinuria
 Ras ( ras Afrika-Amerika lebih
capat)
 Albuminuria
 Genetik  Glikemia
 Hilangnya massa ginjal  Obesitas
 Dislipenia
 Merokok
 Kadar asam urat
KLASIFIKASI GAGAL GINJAL
1. GAGAL GINJAL AKUT
2. GAGAL GINJAL KRONIK
GAGAL GINJAL AKUT
1. Gagal ginjal akut prarenal
GGA prarenal adalah keadaan yang paling ringan
yang dengan cepat dapat reversibel bila perfusi
ginjal segera diperbaiki. GGA prarenal ini
merupakan kelainan fungsional tanpa adanya
kelainan histologi/morfologi pada nefron.
Namun bila hipoperusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya NTA
2. Gagal ginjal akut postrenal
GGA postrenal adalah suatu keadaan dimana
pembentukan urin cukup, namun alirannya
dalam saluran kemih terhambat. Penyebab
tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga
karena ekstravasasi
3. Gagal ginjal akut renal
GGA renal ini merupakan akibat penyakit ginjal
primer seperti glomerulonefritis, nefrosklerosis,
penyakit kolagen, nefritis interstisial akut
karena obat, kimia atau kuman
NTA, nefropati vasomotor akut terjadi karena
iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA prerenal
atau pengaruh bahan nefrotoksik. Bila iskemia
ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat
mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikal akut
(NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada
seluruh kortek yg bersifat ireversibel.
Gagal Ginjal Kronis
Stadium 1
Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN
normal, dan pasien asimtomatik. Gangguan fungsi
ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi beban
kerja yang berat pada ginjal tersebut, sseperti tes
pemekatan urine yang lama dengan mengadakan tes
GFR yang teliti.
Stadium 2
Perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal,
bila lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah
rusak (GFR besarnya 25% dari normal). Pada
tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat
diatas batas normal. Peningkatan konsetrasi
BUN ini berbeda –beda, bergantung pada kadar
protein dalam makanan.
Pada stadium ini kadar kereatinin serum juga
mulai meningkat melebihi kadar
normal.azetemia biasanya ringan (kecuali bila
pasien mengalami stress akibat infeksi, gagal
jantung, atau dehidrasi).
Stadium 3
Stadium ketiga dan stadium akhir gagal ginjal
progresif disebut penyakit ginjal stadium akhir
(ESRD) atau uremia. ESRD terjadi apabila sekitar
90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya
sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR
hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihkan
kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau
kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar
bun akan meningkat dengan sangat menyolok
sebagai respons terhadap GFR yang mengalami
sedikit penurunan pada ESRD, pasien mulai
merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena
ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis cairan elektrolit dalam tubuh.
GAGAL GINJAL KRONIK
• Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis
yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan
tahap akhir Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang
dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease
Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya
adalah :
1. Tahap pertama (stage 1) Merupakan tahap dimana telah terjadi
kerusakan ginjal dengan peningkatan LFG (>90 mL/min/1.73
m2) atau LFG normal.
2. Tahap kedua (stage 2) Reduksi LFG mulai berkurang sedikit
(kategori mild) yaitu 60-89 mL/min/1.73 m2.
3. Tahap ketiga(stage 3) Reduksi LFG telah lebih banyak
berkurang (kategori moderate) yaitu 30-59 mL/min/1.73.
4. Tahap keempat (stage 4) Reduksi LFG sangat banyak berkurang
yaitu 15-29 mL/min/1.73.
5. .Tahap kelima (stage 5) Telah terjadi gagal ginjal dengan LFG
yaitu <15 ml/min/1.73.
PATOGENESIS GGA
• Sesuai klasifikasinya, gagal ginjal akut terjadi
akibat gangguan perfusi renal, akibat kerusakan
struktural ginjal, akibat obstruksi aliran urin
dari tubulus ginjal ke uretra, atau akibat
perubahan hemodinamik pada glomerulus.
• Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus relatif konstan yang
diatur suatu mekanisme autoregulasi.
Penurunan aliran darah ke ginjal dan GFR dapat
terjadi akibat :
1. Obstruksi tubulus
• Obstruksi tubulus/NTA mengakibatkan deskuamasi
sel-sel tubulus yang nekrotik dan materi-materi
protein lainnya yg kemudian membentuk silinder-
silinder dan menyumbat lumen tubulus.
• Pembengkakan selular akibat iskemia awal juga ikut
menyokong terjadinya obstruksi dan memperberat
iskemia. Tekanan intratubulus meningkat sehingga
tekanan filtrasi glomerulus menurun.
• Obstruksi tubulus dapat merupkaan faktor penting
pada GGA yg disebabkan logam berat, etilen glikol,
atau iskemia berkepanjangan
2. Kebocoran cairan tubulus
• Hipotesis kebocoran tubulus menyatakan bahwa
filtrasi glomerulus terus berlangsung normal
tetapi cairan tubulus ‘bocor’ keluar dari lumen
melalui sel-sel tubulus yang rusak dan masuk ke
dalam sirkulasi peritubular.
• Kerusakan membran basalis dapat terlihat pada
NTA yang berat yg merupakan dasar anatomik
dari mekanisme ini
3. Penurunan permeabilitas glomerulus
Pada keadaan tertentu sel-sel endotel kapiler
glomerulus mengalami perubahan yg
mengakibatkan menurunnya permeabilitas luas
permukaan filtrasi. Akibatnya ada penurunan
ultrafiltrasi glomerulus.
4. Disfungsi vasomotor
Dalam keadaan normal hipoksia ginjal
merangsang ginjal mensintesis PGE dan PGA
(vasodilator kuat), sehingga aliran darah ginjal
diredistribusi ke korteks yg mengakibatkan
diuresis. Agaknya iskemia akut yg berat atau
berkepanjangan dapat menghambat ginjal untuk
mensintesis prostaglandin. Penghambat
prsotaglandin seperti aspirin diketahui
menurunkan RBF pd orang normal dan dpt
menyebabkan NTA.
5. Umpan balik tubuloglomerulus
Teori tubuloglomerulus menganggap bahwa
kerusakan primer terjadi pada tubulus
proksimal. Tubulus proskimal yg menjadi rusak
akibat iskemia atau nefrotoksain gagal
menyerap jumlah normal natrium yang terfiltasi
dan air. Akibatnya makula densa mendeteksi
adanya peningkatan kadar natrium pada cairan
tubulus distal dan merangsang peningkatan
produksi renin dari sel-sel jukstaglomerulus.
Terjadi aktivasi angiotensin II yg menyebabkan
vasokontriksi arteriol aferen mengakibatkan
penurunan aliran darah ginjal dan GFR.
PATOGENESIS GGK
• Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab
pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak
maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah
penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal mengalami gangguan
dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi.
• Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan
metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D
yang mana vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam
mengabsorpsi kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi
berkurang akibatnya terjadi hipokalsemia dan menimbulkan
demineralisasi ulang yang akhirnya tulang menjadi rusak.
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam
stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia
sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin)
berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak
bertenaga.
• Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan
jumlah glomerulus yang berfungsi.penurunan laju
filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence
kretinin urine tamping 24 jam yang menunjukkan
penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat
megakibatkan edema, CHF dan hipertensi. Hipotensi
dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin angiostenin
dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan resiko
hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare 20
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga
status uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat
ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+ ) yang
berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal
tidak mampu menyekresi ammonia (NH3 - ) dan
megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3 - ).
Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi. Anemia
terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang
dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun
sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan
keletihan, angina dan sesak nafas. Ketidakseimbangan kalsium
dan fosfat merupakan gangguan metabolism. Kadar kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan
menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan
kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh
tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. (Nurlasam,
2007).
GEJALA KLINIK
Gagal Ginjal Akut
• Gejala klinis yang sering timbul pada gagal ginjal akut adalah
jumlah volume urine berkurang dalam bentuk oligouri bila
produksi urine > 40 ml/hari, anuri bila produksi urin < 50
ml/hari, jumlah urine > 1000 ml/hari tetapi kemampuan
konsentrasi terganggu, dalam keadaan ini disebut high output
renal failure. Gejala lain yang timbul adalah uremia dimana
BUN di atas 40 mmol/l, edema paru terjadi pada penderita
yang mendapat terapi cairan, asidosis metabolik dengan
manifestasi takipnea dan gejala klinik lain tergantung dari
faktor penyebabnya.
• Gejala klinik dari penyakit ini sulit dikenali dan tergantung
pada kondisi pasien. Pasien rawat jalan biasanya tidak
mengalami kondisi akut, sedangkan pasien rawat inap
umumnya mengalami ARF setelah kejadian katastrofik.
• Gejala pada pasien rawat jalan umumnya berupa perubahan
pada kebiasaan urinasi, berat badan, atau nyeri di sisi tubuh.
Gejala termasuk edema, urin berwarna atau berbusa,
penurunan volume urin dan terjadi hipotensi ortostatik.
DIAGNOSIS
Urinalisis adalah alat untuk mendeteksi dan
membedakan berbagai aspek penyakit ginjal,
yang sering terjadi tanpa disadari karena
biasanya penyakit ginjal tanpa gejala. Urinalisis
dapat digunakan untuk mendeteksi dan
memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes mellitus, glomerulonefritis, dan infeksi
saluran kemih kronis.
PEMERIKSAAN KIMIA URIN
Proteinurea Hematuria
Konsentrasi
ion hidrogen
Berat jenis
Laju Filtrasi
Glomerolus
Tes
Pengasaman
Urine
Tes
Konversi
Natriu
METODE MORFOLOGIK
• Pemeriksaan Mikroskopik Ginjal
• Pemeriksaan Bakteriologenik Urine
• Pemeriksaan Radiologi
• Pielogram Intravena (IVP)
• Ulrasonografi Ginjal
• Pencitraan Radionuklida
• Sistouretrografi Berkemih
• Estimasi Clearence Kreatinin
CT-SCAN
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Arteriogram Ginjal Biopsi Ginjal
PENGUKURAN FUNGSI GINJAL
Indeks kuantitatif standar fungsi ginjal diukur dari
GFR. Berbagai metode dapat digunakan untuk
mengukur estimasi fungsi ginjal dalam perawatan
akut dan rawat jalan. Perkiraan GFR penting
sebagai awal dan pemantauan pasien dengan
penyakit ginjal kronis. Hal ini penting untuk
mengenali kondisi yang dapat mengubah fungsi dan
patologi ginjal. Sebagai contoh, asupan protein,
seperti pemberian larutan infus asam amino, dapat
meningkatkan GFR. Asupan protein telah
menunjukan hubungan protein dan GFR pada
subyek sehat.
PROSEDUR DIAGNOSTIK KUALITATIF
Etiologi penyakit ginjal dapat dievaluasi dengan
menggunakan beberapa teknik diagnostik kualitatif,
termasuk radiografi, ultrasonografi, magnetic
resonance imaging, dan biopsi. Standar radiografi
dari ginjal, ureter, dan kandung kemih dapat
menghhasilkan perkiraan ukuran ginjal,
mengidentifikasi keberadaan ginjal dan
klasifikasinya. Meskipun mudah untuk melakukan
tes, hasilnya minimal, dan perlu evaluasi yang lebih
rinci. Pada urogram intravena (sebelumnya dikenal
sebagai pyelogram intravena) melibatkan
administrasi agen kontras untuk memudahkan
visualisasi dari sistem pengumpulan kemih.
PROSEDUR DIAGNOSTIK GGA
Ketika sumber gagal ginjal tidak jelas setelah
pemeriksaan fisik, dan penilaian nilai laboratorium,
maka gunakanlah teknik seperti radiografi, CT scan,
atau ultrasonografi dapat membantu, dan obstruksi
postrenal sering diidentifikasi dengan
ultrasonogram dan atau CT sacan ginjal.
ultrasonografi ginjal merupakan sarana yang
berguna untuk mendeteksi obstruksi atau
hidronefrosis. Nephrolithiases sekecil 5 nm atau
penyempitan pada saluran ureter dapat dideteksi
dengan ultrasonografi, prosedur yang lebih invasif,
seperti sistoskopi atau biopsi.
PROSEDUR DIAGNOSTIK GGK
Membutuhkan hasil pengukuran serum kreatinin,
estimasi GFR, dan penilaian dari urine (urinalisis)
untuk protein dan atau ekskresi albumin. CKD
tahap 3, 4, dan 5 membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut seperti komplikasi CKD dengan anemia,
penyakit kardiovaskular, penyakit metabolik tulang,
kekurangan gizi, dan gangguan cairan dan elektrolit.
Karena tahap awal CKD sering tidak terdeteksi,
diagnosis membutuhkan tingkat kecurigaan yang
tinggi pada pasien dengan kondisi kronis seperti
hipertensi dan diabetes.
KOMPLIKASI GAGAL GINJAL AKUT
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia,
asidosis metabolik, hipokalsemia, serta peningkatan ureum
yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema
paru, yang dapat menimbulkan keadaan gawat.
Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi
melalui ginjal terganggu, perpindahan kalium keluar sel,
kerusakan sel akibat proses katabolik, trauma, sepsis, infeksi,
atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang
berlebih, keadaan ini berbahaya karena bisa menyebabkan
henti jantung dalam keadaan diastolik.
Asidosis terjadi karena bikarbonat darah menurun akibat
ekskresi asam nonvolatile terganggu dimana juga
meningkatkan anion gap
Komplikasi sistemik seperti : jantung (edema
paru, aritmia, efusi pericardium), gangguan
elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia,
asidosis), neurologi (iritabilitas neuromuskular,
tremor, koma, gangguan kesadaran dan kejang),
gastrointestinal (nausea, muntah, gastritis, ulkus
peptikum, perdarahan gastrointestinal),
hematologi (anemia, diastesis hemoragik),
infeksi (pneumonia, septikemia, infeksi
nosocomial).
KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIS
1. Hipertensi
Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami
kemunduran jika terjadi hipertensi berat. Selain itu,
komplikasi ekstrarenal (missal, retinopati dan
ensefalopati) juga dapat terjadi. Biasanya hipetensi
dapat di control secara efektif dengan pembatasan
natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi bila
penderita sedang menjalani hemodialisis, karena
lebih dari 90% hipertensi bergantung volume.
2. Hiperkalemia
Salah satu komplikasi yang paling serius pada
penderita uremia adalah hiperklemia. Bila k+
serum mencapai kadar sekitar 7mEq/L, dapat
terjadi disritmia yang serius dan juga henti
jantung.
Selain itu, hiperkalemia makin diperberat lagi
oleh hipokalsemia, hiponatremia, dan asidosis.
3. Anemia
Anemia merupakan temuan yang hampir selalu
ditemukan pada pasien penyakit ginjal lanjut, dan
hematokrit 18% hingga 20% lazim terjadi. Penyabab
anemia adalah multifaktorial, termasuk defisiensi
produksi eritropoitein, factor dalam sirkualasi yang
tampaknya menghambat eritropoietin, pemendekan
waktu paruh sel darah merah, peningkatan
kehilangan darah saluran cerna akibat kelainan
trombosit, defisiensi asam folat dan besi, dan
kehilangan darah dari hemodialisis atau sampel uji
laboratorium.
4. Asidosis
Asidosis metabolit kronik yang ringan pada
penderita uremia biasanya akan menjadi stabil
pada kadar bikarbonat plasma 16 sampai 20
mEq/l. keadaan ini biasanya tidak berkembang
melewati titik tersebut karena produksi H+
diimbangi oleh dapar tulang.
5. Oseteodistrofi ginjal
Salah satu tindakan pengobatan terpenting untuk
mencegah timbulnya hiperparatiroidisme
sekunder dan segala akibatnya adalah diet
rendah fosfat dengan pemberian agen yang
dapat mengikat fosfat dalam usus.
TERAPI GAGAL GINJAL AKUT
• Terapi Non farmakologi
 mempertahankan curah jantung dan tekanan darah
yang cukup
 Pengobatan yang terkait penurunan aliran darah
renal harus dihentikan. Menghindari penggunaan
zat nefrotoksik .
 Terapi penggantian ginjal (Renal Replacement
Therapy/RRT), seperti hemodialysis dan dialysis
peritoneal
 RRT dengan jeda (intermitten) seperti hemodialysis
 Beberapa variasi RRT kontinu telah dikembangkan
Terapi Farmakologi
 Diuretik
o Diuretik Loop (ex : Furosemid, bumetanid, as.
Etakrinat)
o Diuretik Osmotik (ex : Manitol)
o Diuretik Benzotiadiazid (ex : Tiazid)
o Diuretik Hemat Kalium (ex : Triamteren,
amilorid)
 Adrenergik Reseptor Agonis
oKerja langsung (ex : dopamin)
Diuretik Loop
Indikasi simptomatik hiperkalsemia
Kontra indikasi pada penurunan volume dan penurunan Na+ yang parah, hipersensitif
terhadap sulfonamide (untuk diuretic bergugus-sulfonamida) dan
anuria yang tidak responsive terhadap satu dosis uji diuretic loop.
Mekanisme
kerja
menghambat reabsorbsi elektrolit di ansa Henle asendens bagian
epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal
(yang menghadap ke lumen tubuli)
Efek samping reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang sering terjadi, hiperurisemia, gangguan saluran cerna, depresi
elemen darah, rash kulit, disfungsi hati. Hipoglikemia akut,
ketulian,ototoksisitas.
Interaksi penggunaan bersama sefalosporin dapat meningkatkan nefrotoksisitas
sefalosporin, antiinflamasi nonsteroid terutama indometasin dan
kortikosteroid melawan kerja furosemide.
Contoh Furosemid, bumetanid, as. Etakrinat
Diuretik Osmotik
Indikasi mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau
untuk mengatasi oliguria.
Kontra indikasi penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat,
dehidrasi hebat dan pendarahan intrakarnial kecuali bila akan
dilakukan kraniotomi.
Mekanisme kerja 1) Tubuli proksimal : penghambatna reabsorbsi natrium dan air
melalui daya osmotiknya, 2) Ansa Henle : penghambatan reabsorbsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medulla menurun,
3) Duktus koligentes : penghambatan reabsorbsi natrium dan air
akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrate yang
tinggi, atau adanya factor lain.
Efek samping sakit kepala, mual dan muntah, dilain pihak hilangnya air dalam
keadaan elektrolit yang berlibihan dapat menyebabkan
hypernatremia dan dehidrasi.
Contoh Manitol
Diuretik Benzotiadiazid
Indikasi udem akibat payah jantung ringan sampai
sedang, udem akibat penyakit hati dan ginjal
kronis.
Kontra indikasi pada individu yang hipersensitivitas terhadap
sulfonamide
Mekanisme
kerja
penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida
Efek samping penurunan cairan ekstraselular, hipotensi, hypokalemia,
hiponatremia, hipokloremia, alkalosis metabolic,
hipomagnesemia, hiperkalsemia, dan hiperurikemia
Interaksi berkurangnya absorbsi tiazid oleh NSAID, methenamin
mengurangi keefektifan tiazid, amfoterisin B dan
kortikosteroid meningkatkan resiko hypokalemia yang
diinduksi oleh diuretic tiazid
Contoh tiazid
Diuretik hemat kalium
Indikasi udem
Kontra indikasi hyperkalemia, pada pasien yang beresiko tinggi menderita
hyperkalemia
Mekanisme kerja penghambatan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan
jalan antagonism kompetitif (spironolakton) atau secara
langsung (triamterene, amilorid)
Efek samping Hiperkalemia, mual muntah, diare, sakit kepala, kram kaki,
pening
Interaksi penghambat ACE dapat mengurangi sekresi aldosterone,
sehingga terjadinya hipovolemia dan hyperkalemia menjadi
besar
Contoh Triamteren, amilorid
Adrenergik reseptor agonis
Indikasi glaucoma, anestesi lokal, syok anafilaksis, asma
Kontra indikasi pada penderita yang sedang diobati dengan penghambat MAO
Mekanisme
kerja
- Bekerja langsung pada reseptor α maupun β dengan menimbulkan
efek saraf simpatis.
- Agonis bekerja tidak langsung. Obat golongan ini menghambat
reuptake NE ke dalam neuron presinaptik dan menyebabkan
pelepasan NE dari simpananya ke dalam sitoplasma.
- Agonis bekerja ganda. Merangsang langsung adrenoseptor maupun
memacu pelepasan NE dari neuron adrenergik.
Efek samping nausea, muntah, takikardi, aritmia, nyeri dada, nyeri kepala,
hipertensi dan peningkatan tekanan diastolik.
Contoh dopamine, epineprin, norepineprin
TERAPI GAGAL GINJAL KRONIK
Terapi Non farmakologi
Diet rendah protein (0,6 sampai 0,75 g/kg/hari)
dapat membantu memperlambat perkembangan
CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes,
meskipun efeknya cenderung kecil.
Terapi Farmakologi
Pada Hiperglikemia
Terapi intensif dapat termasuk insulin atau obat
oral dan melibatkan pengukuran kadar gula
darah setidaknya tiga kali sehari
Perkembangan CKD dapat dibatasi melalui
control optimal terhadap hiperglikemia dan
hipertensi.
Pada Penderita Hipertensi
Kontrol tekanan darah
diawali dengan pemberian inhibitor ACE
(Angiotensin-Converting Enzyme) atau bloker
reseptor angiotensin II
Klirens (clearance) inhibitor ACE menurun
pada kondisi CKD, sehingga sebaiknya terapi
dimulai dengan pemberian dosis terendah .
Hiperlipidemia
penggunaan obat-obatan penurun kolesterol.
terlihat pada penggunaan statin (inhibitor 3-
hidroksi-3-metilglutaril koenzim A
reduktase/Inhibitor HMG A reduktase)
Obat Hiperglikemia
Insulin
Indikasi DM tipe 1
Mekanisme kerja beberapa peneliti mendapatkan bahwa adenilsiklase
dihambat, sedangkan enzim fosfodiesterase dirangsang.
Hal tersebut menerangkan penurunan kadar AMP pada
beberapa keadaan. Insulin meningkatkan K+ ke dalam
sel, efek serupa terjadipada Mg++ dan diduga ion-ion
tersebut bertindak sebagai second messenger yang
memperantarai kerja insulin.
Efek samping reaksi alergi, lipoidistrofi, gangguan penglihatan
Interaksi beberapa hormone melawan efek hipoglikemia insulin
misalnya hormone pertumbuhan, kortikotropin,
glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin dan glucagon.
Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang
glikogenolisis. Hipoglikemia cenderung terjadi pada
penderita yang mendapat penghambat adrenoreseptor
β,obat ini juga mengaburkan takikardi akibat
hipoglikemia.
Antidiabetes Oral
Sulfonilurea
Indikasi DM tipe 2
Kontra indikasi pada penderita yang sedang diobati dengan penghambat MAO
Mekanisme kerja merangsang sekresi insulin di pancreas
Peringatan/perhatian tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita yang
kebutuhan insulinnya tidak stabil, diabetes mellitus berat,
kehamilan dan keadaan gawat.
Interaksi obat yang dapat meningkatkan reiko hipoglikemia sewaktu
pemberian sulfonylurea ialah insulin, alkohol, fenformin,
sulfonamide, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon,
probenezid, dll. Propranolol dan obat penghambat adrenoseptor β
lainnya menghambat reaksi takikardi,berkeringat dan tremor pada
hipoglikemia oleh berbagai sebab termasuk oleh ADO, sehingga
keadaan hipoglikemi memberat tanpa diketahui.
Contoh tolazamid, glipizid
Biguanida
Indikasi terapi diabetes dewasa
Kontra indikasi penyakit hati berat, penyakit ginjal dengan uremia
dan penyakit jantung kongestif, ibu hamil
Mekanisme kerja tidak melalui perangsangan sekresi insulin tetapi
langsung terhadap organ sasaran
Peringatan/perhati
an
tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita
yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, diabetes mellitus
berat, kehamilan dan keadaan gawat.
Contoh fenformin
Obat Hipertensi
Inhibitor ACE
Kontra indikasi Ibu hamil
Mekanisme kerja penghambat ACE mengurangi pembentukan Angiotensin II sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone yang
menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi
kalium akibatnya terjadi penurunan TD pada penderita hipertensi
esensial maupun hipertensi renovaskuler. Karena efek vasokontriksi
Angiotensin II paling kuat antara lain pada pembuluh darah ginjal,
maka berkurangnya pembentukan Angiotensin II oleh penghambat
ACE menimbulkan vasodilatasi renal yang kuat, sehingga terjadi
peningkatan aliran darah ginjal.
Efek samping Batuk kering, rash, gangguan pengecap, udem angioneurotik, Gagal
ginjal akut yang reversible dapat terjadi pada penderita dengan
stenosis arteri ginjal pada kedua ginjal atau satu-satunya ginjal yang
berfungsi, proteinuria, hyperkalemia.
Interaksi efek hipotensi penghambat ACE dilawan oleh obat-obat AINS,
terutama indometasin, melalui hambatan sintesis prostaglandin yang
bersifat vasodilator dan berperan penting dalam aliran darah ginjal
serta metabolism air dan garam. Pada akhirnya AINS menyebabkan
retensi natrium dan air, yang mengurangi efek hampir semua AH.
Contoh Kaptopril, enalapril, lisinopril
Obat Hiperlipidemia
Penghambat HMGCoA reduktase
Indikasi menurunkan kadar LDL kolesterol plasma
Kontra indikasi ibu hamil
Mekanisme kerja statin memberikan efek utamanya –penurunan kadar LDL-
melalui gugus mirip asam mevalonat yang menghambat
HMG-CoA reduktase secara kompetitif melalui
penghambatan produk.
Efek samping Miopati
Interaksi antibiotic makrolida tertentu (misal eritromisin), antifungi
azol (misal intrakonazol), siklosporin, antidepresan
fenilpiperazin, nefazodon dan inhibitor protease
menyebabkan peningkatan konsentrasi statin dan
metabolit aktifnya dalam plasma.
Perhatian beberapa pasien menderita rhabdomyolisis dengan
myoglobinuria dan gagal ginjal. Lovastatin harus digunakan
secara berhati-hati pada keadaan ini.
Contoh lovastatin, simvastatin.
PANDUAN TERAPI GAGAL GINJAL AKUT
Cari dan perbaiki faktor pre dan pasca renal
Evaluasi obat – obatan yang telah diberikan
Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal
Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urin
Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang
badan tiap hari
Cari dan obati komplikasi akut
Asupan nutrisi yang cukup sejak dini
Cari focus infeksi dan atasi infeksi sejak dini
Perawatan menyeluruh yang baik ( kateter, kulit,
psikologis )
Segera memulai terapi dialysis sebelum timbul
komplikasi
Berikan obat dengan dosis tepat sesuai kapasitas
bersihan ginjal.
TERAPI GAGAL GINJAL KRONIS
Stadium (I, II, III, IV)
Terapi Konservatif
(terapi diet dan
medikamentosa)
tujuan
mempertahankan sisa
fungsi ginjal yang
secara perlahan akan
masuk ke stadium V
atau fase gagal ginjal
TERAPI PASIEN KHUSUS GGA
Ibu
Hamil
• Wanita dengan penyakit ginjal harus diberikan aspirin dosis rendah sebagai profilaksis
terhadap pre-eklampsia, dengan pengobatan dimulai dalam trimester pertama
Hipertensi
• Hipertensi ditanggulangi dengan diuretika, bila perlu dikombinasi dengan kaptopril 0,3
mg/kgBB/kali. Pada hipertensi krisis dapat diberikan klonidin drip atau nifedipin
sublingual (0,3 mg/kgBB/kali) atau nitroprusid natrium 0,5 mg/kgBB/menit.
Infeksi
• Pemasangan kateter vesika urinaria, bila tidak perlu lagi, sebaiknya segera
dilepas karena merupakan penyebab infeksi nosokomial.Pemakaian obat yang
bersifat nefrotoksik sedapat mungkin dihindarkan. Dosis antibiotika harus
disesuaikan dengan sifat ekskresinya.
DM
• Non farmakologi
• farmakologi
TERAPI PASIEN KHUSUS GGK
Hipertensi
• Non Farmakologi
• Farmakologi (Obat-obatan yang sering dipakai adalah diuretika, beta-blockers, vasodilator,
simpatolitik sentral, ACE Inhibitor, calcium channel blocker)
Anemia
• Penatalaksanaan terutama ditujukan pada penyebab utamanya, Pemberian eritropoitin (EPO)
merupakan hal yang dianjurkan. Dalam pemberian EPO ini, status besi harus selalu diperhatikan
karena EPO memerlukan besi dalam mekanisme kerjanya.
Gastrointestinal
• Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik
Sistem
Kardiovaskular
• Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular adalah,
pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian
anemia, pengendalian hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan
keseimbangan elektrolit
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, A.S., dan M.L. Wilson., 1995, Pathophysiology. Clinical
Concepts Of Disease Processes, ed.4 buku 2, Alih bahasa dr. Peter
Anugerah, Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Guyton & Hall., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, Alih
bahasa dr.Irawati dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Yulinah, Elin dkk., ISO FARMAKOTERAPI 2, Jakarta : Penerbit
Ikatan Apoteker Indonesia.
4. Stein, Jay H., 2001, Kelainan Ginjal dan Elektrolit. Panduan
Klinik Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
5. Sinto, Robert & G.Nainggolan.,2010, Acute Kidney Injury:
Pendekatan Klinis dan Tata Laksana, Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol.60 No.2, Ikatan Dokter Indonesia
6. Dipiro, Joseph T., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, and
L. M. Posey, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, 7th ed., McGraw-Hill, New York
7. Tidy, Dr.Colin., 2008, Renal Disease in Pregnancy, Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists
8. Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS,
Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s
principle of internal medicine. Ed 16. New York: McGraw-Hill, Inc;
2005.p.1644-53.
PERTANYAAN

More Related Content

What's hot (20)

Ppt ppok
Ppt ppokPpt ppok
Ppt ppok
 
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Ppt dm
Ppt dmPpt dm
Ppt dm
 
Obat sistem endokrin
Obat sistem endokrin Obat sistem endokrin
Obat sistem endokrin
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
Ppt gout
Ppt goutPpt gout
Ppt gout
 
Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat berdasarkan jenisnyaPenggolongan obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
 
Ppt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetesPpt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetes
 
Artritis Gout
Artritis GoutArtritis Gout
Artritis Gout
 
DIARE.pptx
DIARE.pptxDIARE.pptx
DIARE.pptx
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureStudi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
 
Anatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem UrinariaAnatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem Urinaria
 
Ppt urine
Ppt urinePpt urine
Ppt urine
 
presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)
presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)
presentasi penyakit kwasiorkhor (Biokimia II)
 
Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronisGagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronis
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
 
TOKSIKOLOGI OBAT
TOKSIKOLOGI OBATTOKSIKOLOGI OBAT
TOKSIKOLOGI OBAT
 
Makalah diare
Makalah diareMakalah diare
Makalah diare
 

Similar to Gagal ginjal

147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docxhomeworkping3
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLely_Laily
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2homeworkping10
 
Penyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisPenyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisasfar12
 
154424968 referat-aki
154424968 referat-aki154424968 referat-aki
154424968 referat-akiFELIXDEO
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2homeworkping8
 
1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...
1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...
1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...ve fitri
 
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISGAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISryankoko11
 
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISGAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISryankoko11
 
gagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronisgagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronisryankoko11
 
Penyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal kronikPenyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal kronikumicamediarman
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteAlfrida Zebua
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaUmy Meimei
 

Similar to Gagal ginjal (20)

147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
 
Askep gga & ggk
Askep gga & ggkAskep gga & ggk
Askep gga & ggk
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2
 
Penyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisPenyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronis
 
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hdLaporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
 
88875407 kmb-jurnal-1
88875407 kmb-jurnal-188875407 kmb-jurnal-1
88875407 kmb-jurnal-1
 
154424968 referat-aki
154424968 referat-aki154424968 referat-aki
154424968 referat-aki
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2
 
1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...
1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...
1102016041_Baiq Dwi Praptini Eva Fitri_ Tugas Mandiri PBL SK2 Blok Ginjal dan...
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISGAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
 
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISGAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
 
gagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronisgagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronis
 
Penyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal kronikPenyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal kronik
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan Akute
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 

Recently uploaded (18)

PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 

Gagal ginjal

  • 1. FARMAKOTERAPI GAGAL GINJAL KELOMPOK 1 - Adi Nurmesa - Ahmad Hukama - Islan Nor - Khairullah Azhar - M. Irwan Hidayat - Mizwar - Muhammad Fauzi - Robi Faisal - Tsurhaby Haris - Wahyu Saputra
  • 2. PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia masih menghadapi berbagai permasalahan kesehatan yang cukup komplek. Selain masih menghadapi berbagai permasalahan yang lazim terjadi di negara-negara berkembang seperti kurang gizi, penyakit menular atau penyakit tropis dan infeksi. Berdasarkan perkiraan WHO pada tahun 2012, angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 71 tahun, dan pada tahun yang sama WHO memperkirakan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kronis di Indonesia mencapai 54% dari seluruh penyebab kematian, melebihi angka kematian yang disebabkan karena penyakit menular dan kecelakaan. Salah satu penyakit kronis yang angka kejadiannya diperkirakan meningkat setiap tahunnya adalah penyakit gagal ginjal kronis.
  • 3. Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, dengan fungsi utama untuk menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme (racun) dari darah menjadi urin. Selain hal tersebut, ginjal juga berperan dalam mengatur keasaman darah dan keseimbangan ion yang sangat penting agar berbagai fungsi penting dalam tubuh kita dapat berjalan secara normal.
  • 4. DEFINISI Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang, masing-masing berukuran sekira kepalan tangan, yang terletak di bagian belakang perut bagian atas di kedua sisi tulang belakang. Secara normal fungsi ginjal adalah membersihkan darah dari produk limbah dan membuangnya ke urine. Ginjal juga berfungsi menyeimbangkan unsur-unsur mineral penting, seperti natrium dan kalium, serta memproduksi hormon yang diperlukan untuk mengatur tekanan darah dan produksi sel darah merah
  • 5.
  • 6. Apa itu Gagal Ginjal?? Gagal Ginjal (renal failure) merupakan istilah non-spesifik yang menggambarkan penurunan fungsi ginjal seperti di atas. Jika pada setiap tahap proses penyaringan ginjal diblokir baik karena kerusakan ginjal langsung (misalnya karena diabetes) atau oleh penyumbatan tidak langsung (seperti oleh batu ginjal), maka itu dapat menyebabkan gagal ginjal. Ada dua jenis utama gagal ginjal, yaitu gagal ginjal akut dan kronik. Gagal ginjal akut (GGA) atau Acute Renal Failure (ARF) terjadi ketika ginjal tiba-tiba berhenti menyaring produk limbah dari darah. Sedangkan, Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Renal Failure (CRF) berkembang perlahan-lahan dan berangsur memberat dengan sedikit gejala pada tahap awal.
  • 7. PREVALENSI • Penyakit gagal ginjal di Indonesia dari tahun ke tahun kian meningkat. Tentu ini tak mengagetkan mengingat peningkatan populasi pasien diabetes dan hipertensi sebagai penyumbang terbanyak pasien gagal ginjal di Indonesia. • Berdasarkan data yang dirilis PT. Askes pada tahun 2010 jumlah pasien gagal ginjal ialah 17.507 orang. Kemudian meningkat lagi sekira lima ribu lebih pada tahun 2011 dengan jumlah pasti sebesar 23.261 pasien, Pada tahun 2011 ke 2012 terjadi peningkatan yakni 24.141 pasien, bertambah 880. • Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian.
  • 8.
  • 9. ETIOLOGI PENYAKIT GINJAL AKUT 1. Prerenal  Hipovolemia (kekurangan volume cairan)  Gangguan hemodinamik ginjal yang menyebabkan hipoperfusi renal. 2. Renal/instrinsik  Penyakit glomerulus  Nekrosis tubular akut  Nefritis interstisial  Obstruksi intratubular
  • 10. 3. Postrenal Dapat disebabkan oleh urolitiasis, bekuan darah, keganasan, kompresi ekstrarenal (fibrosis retroperitoneum), hipertrofi prostat, atau striktur.
  • 11. Faktor Resiko Penyakit Gangguan Ginjal Akut  Hipovolemia  Hipotensi  Obat nefrotoksik  Sepsis  Tindakan bedah risiko tinggi
  • 12. ETIOLOGI PENYAKIT GINJAL KRONIK  Glomerulonefritis  Diabetes mellitus menyebabkan nefropatidiabetik  Hipertensi  Uropati obstruktif (batu saluran kemih, tumor)  Lupus eritematosus sistemik, amiloidosis, penyakit ginjal polikistik.  Penggunaan obat-obatan (obat anti-inflamasi non- steroid, antibiotik, siklosporin, takrolimus)
  • 13. FAKTOR RESIKO PENYAKIT GINJAL KRONIS Tidak dapat dimodifikasi Dapat dimodifikasi  Usia (usia tua)  Hipertensi  Jenis kelamin (laki-laki lebih cepat)  Proteinuria  Ras ( ras Afrika-Amerika lebih capat)  Albuminuria  Genetik  Glikemia  Hilangnya massa ginjal  Obesitas  Dislipenia  Merokok  Kadar asam urat
  • 14. KLASIFIKASI GAGAL GINJAL 1. GAGAL GINJAL AKUT 2. GAGAL GINJAL KRONIK
  • 15. GAGAL GINJAL AKUT 1. Gagal ginjal akut prarenal GGA prarenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversibel bila perfusi ginjal segera diperbaiki. GGA prarenal ini merupakan kelainan fungsional tanpa adanya kelainan histologi/morfologi pada nefron. Namun bila hipoperusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya NTA
  • 16. 2. Gagal ginjal akut postrenal GGA postrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi
  • 17. 3. Gagal ginjal akut renal GGA renal ini merupakan akibat penyakit ginjal primer seperti glomerulonefritis, nefrosklerosis, penyakit kolagen, nefritis interstisial akut karena obat, kimia atau kuman NTA, nefropati vasomotor akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik. Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikal akut (NKA) dimana lesi pada umumnya difus pada seluruh kortek yg bersifat ireversibel.
  • 18. Gagal Ginjal Kronis Stadium 1 Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan pasien asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, sseperti tes pemekatan urine yang lama dengan mengadakan tes GFR yang teliti.
  • 19. Stadium 2 Perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, bila lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsetrasi BUN ini berbeda –beda, bergantung pada kadar protein dalam makanan. Pada stadium ini kadar kereatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal.azetemia biasanya ringan (kecuali bila pasien mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi).
  • 20. Stadium 3 Stadium ketiga dan stadium akhir gagal ginjal progresif disebut penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau uremia. ESRD terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihkan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar bun akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respons terhadap GFR yang mengalami sedikit penurunan pada ESRD, pasien mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan elektrolit dalam tubuh.
  • 21. GAGAL GINJAL KRONIK • Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan tahap akhir Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya adalah : 1. Tahap pertama (stage 1) Merupakan tahap dimana telah terjadi kerusakan ginjal dengan peningkatan LFG (>90 mL/min/1.73 m2) atau LFG normal. 2. Tahap kedua (stage 2) Reduksi LFG mulai berkurang sedikit (kategori mild) yaitu 60-89 mL/min/1.73 m2. 3. Tahap ketiga(stage 3) Reduksi LFG telah lebih banyak berkurang (kategori moderate) yaitu 30-59 mL/min/1.73. 4. Tahap keempat (stage 4) Reduksi LFG sangat banyak berkurang yaitu 15-29 mL/min/1.73. 5. .Tahap kelima (stage 5) Telah terjadi gagal ginjal dengan LFG yaitu <15 ml/min/1.73.
  • 22. PATOGENESIS GGA • Sesuai klasifikasinya, gagal ginjal akut terjadi akibat gangguan perfusi renal, akibat kerusakan struktural ginjal, akibat obstruksi aliran urin dari tubulus ginjal ke uretra, atau akibat perubahan hemodinamik pada glomerulus. • Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus relatif konstan yang diatur suatu mekanisme autoregulasi. Penurunan aliran darah ke ginjal dan GFR dapat terjadi akibat :
  • 23. 1. Obstruksi tubulus • Obstruksi tubulus/NTA mengakibatkan deskuamasi sel-sel tubulus yang nekrotik dan materi-materi protein lainnya yg kemudian membentuk silinder- silinder dan menyumbat lumen tubulus. • Pembengkakan selular akibat iskemia awal juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan memperberat iskemia. Tekanan intratubulus meningkat sehingga tekanan filtrasi glomerulus menurun. • Obstruksi tubulus dapat merupkaan faktor penting pada GGA yg disebabkan logam berat, etilen glikol, atau iskemia berkepanjangan
  • 24. 2. Kebocoran cairan tubulus • Hipotesis kebocoran tubulus menyatakan bahwa filtrasi glomerulus terus berlangsung normal tetapi cairan tubulus ‘bocor’ keluar dari lumen melalui sel-sel tubulus yang rusak dan masuk ke dalam sirkulasi peritubular. • Kerusakan membran basalis dapat terlihat pada NTA yang berat yg merupakan dasar anatomik dari mekanisme ini
  • 25. 3. Penurunan permeabilitas glomerulus Pada keadaan tertentu sel-sel endotel kapiler glomerulus mengalami perubahan yg mengakibatkan menurunnya permeabilitas luas permukaan filtrasi. Akibatnya ada penurunan ultrafiltrasi glomerulus.
  • 26. 4. Disfungsi vasomotor Dalam keadaan normal hipoksia ginjal merangsang ginjal mensintesis PGE dan PGA (vasodilator kuat), sehingga aliran darah ginjal diredistribusi ke korteks yg mengakibatkan diuresis. Agaknya iskemia akut yg berat atau berkepanjangan dapat menghambat ginjal untuk mensintesis prostaglandin. Penghambat prsotaglandin seperti aspirin diketahui menurunkan RBF pd orang normal dan dpt menyebabkan NTA.
  • 27. 5. Umpan balik tubuloglomerulus Teori tubuloglomerulus menganggap bahwa kerusakan primer terjadi pada tubulus proksimal. Tubulus proskimal yg menjadi rusak akibat iskemia atau nefrotoksain gagal menyerap jumlah normal natrium yang terfiltasi dan air. Akibatnya makula densa mendeteksi adanya peningkatan kadar natrium pada cairan tubulus distal dan merangsang peningkatan produksi renin dari sel-sel jukstaglomerulus. Terjadi aktivasi angiotensin II yg menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen mengakibatkan penurunan aliran darah ginjal dan GFR.
  • 28. PATOGENESIS GGK • Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi. • Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang mana vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya tulang menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga.
  • 29. • Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence kretinin urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan edema, CHF dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin angiostenin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare 20 menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+ ) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3 - ) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3 - ).
  • 30. Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi. Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolism. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. (Nurlasam, 2007).
  • 31. GEJALA KLINIK Gagal Ginjal Akut • Gejala klinis yang sering timbul pada gagal ginjal akut adalah jumlah volume urine berkurang dalam bentuk oligouri bila produksi urine > 40 ml/hari, anuri bila produksi urin < 50 ml/hari, jumlah urine > 1000 ml/hari tetapi kemampuan konsentrasi terganggu, dalam keadaan ini disebut high output renal failure. Gejala lain yang timbul adalah uremia dimana BUN di atas 40 mmol/l, edema paru terjadi pada penderita yang mendapat terapi cairan, asidosis metabolik dengan manifestasi takipnea dan gejala klinik lain tergantung dari faktor penyebabnya. • Gejala klinik dari penyakit ini sulit dikenali dan tergantung pada kondisi pasien. Pasien rawat jalan biasanya tidak mengalami kondisi akut, sedangkan pasien rawat inap umumnya mengalami ARF setelah kejadian katastrofik. • Gejala pada pasien rawat jalan umumnya berupa perubahan pada kebiasaan urinasi, berat badan, atau nyeri di sisi tubuh. Gejala termasuk edema, urin berwarna atau berbusa, penurunan volume urin dan terjadi hipotensi ortostatik.
  • 32. DIAGNOSIS Urinalisis adalah alat untuk mendeteksi dan membedakan berbagai aspek penyakit ginjal, yang sering terjadi tanpa disadari karena biasanya penyakit ginjal tanpa gejala. Urinalisis dapat digunakan untuk mendeteksi dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus, glomerulonefritis, dan infeksi saluran kemih kronis.
  • 33. PEMERIKSAAN KIMIA URIN Proteinurea Hematuria Konsentrasi ion hidrogen Berat jenis Laju Filtrasi Glomerolus Tes Pengasaman Urine Tes Konversi Natriu
  • 34.
  • 35. METODE MORFOLOGIK • Pemeriksaan Mikroskopik Ginjal • Pemeriksaan Bakteriologenik Urine • Pemeriksaan Radiologi • Pielogram Intravena (IVP) • Ulrasonografi Ginjal • Pencitraan Radionuklida • Sistouretrografi Berkemih • Estimasi Clearence Kreatinin
  • 39. PENGUKURAN FUNGSI GINJAL Indeks kuantitatif standar fungsi ginjal diukur dari GFR. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengukur estimasi fungsi ginjal dalam perawatan akut dan rawat jalan. Perkiraan GFR penting sebagai awal dan pemantauan pasien dengan penyakit ginjal kronis. Hal ini penting untuk mengenali kondisi yang dapat mengubah fungsi dan patologi ginjal. Sebagai contoh, asupan protein, seperti pemberian larutan infus asam amino, dapat meningkatkan GFR. Asupan protein telah menunjukan hubungan protein dan GFR pada subyek sehat.
  • 40. PROSEDUR DIAGNOSTIK KUALITATIF Etiologi penyakit ginjal dapat dievaluasi dengan menggunakan beberapa teknik diagnostik kualitatif, termasuk radiografi, ultrasonografi, magnetic resonance imaging, dan biopsi. Standar radiografi dari ginjal, ureter, dan kandung kemih dapat menghhasilkan perkiraan ukuran ginjal, mengidentifikasi keberadaan ginjal dan klasifikasinya. Meskipun mudah untuk melakukan tes, hasilnya minimal, dan perlu evaluasi yang lebih rinci. Pada urogram intravena (sebelumnya dikenal sebagai pyelogram intravena) melibatkan administrasi agen kontras untuk memudahkan visualisasi dari sistem pengumpulan kemih.
  • 41. PROSEDUR DIAGNOSTIK GGA Ketika sumber gagal ginjal tidak jelas setelah pemeriksaan fisik, dan penilaian nilai laboratorium, maka gunakanlah teknik seperti radiografi, CT scan, atau ultrasonografi dapat membantu, dan obstruksi postrenal sering diidentifikasi dengan ultrasonogram dan atau CT sacan ginjal. ultrasonografi ginjal merupakan sarana yang berguna untuk mendeteksi obstruksi atau hidronefrosis. Nephrolithiases sekecil 5 nm atau penyempitan pada saluran ureter dapat dideteksi dengan ultrasonografi, prosedur yang lebih invasif, seperti sistoskopi atau biopsi.
  • 42. PROSEDUR DIAGNOSTIK GGK Membutuhkan hasil pengukuran serum kreatinin, estimasi GFR, dan penilaian dari urine (urinalisis) untuk protein dan atau ekskresi albumin. CKD tahap 3, 4, dan 5 membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut seperti komplikasi CKD dengan anemia, penyakit kardiovaskular, penyakit metabolik tulang, kekurangan gizi, dan gangguan cairan dan elektrolit. Karena tahap awal CKD sering tidak terdeteksi, diagnosis membutuhkan tingkat kecurigaan yang tinggi pada pasien dengan kondisi kronis seperti hipertensi dan diabetes.
  • 43. KOMPLIKASI GAGAL GINJAL AKUT Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik, hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik. Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat menimbulkan keadaan gawat. Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi melalui ginjal terganggu, perpindahan kalium keluar sel, kerusakan sel akibat proses katabolik, trauma, sepsis, infeksi, atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang berlebih, keadaan ini berbahaya karena bisa menyebabkan henti jantung dalam keadaan diastolik. Asidosis terjadi karena bikarbonat darah menurun akibat ekskresi asam nonvolatile terganggu dimana juga meningkatkan anion gap
  • 44. Komplikasi sistemik seperti : jantung (edema paru, aritmia, efusi pericardium), gangguan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia, asidosis), neurologi (iritabilitas neuromuskular, tremor, koma, gangguan kesadaran dan kejang), gastrointestinal (nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal), hematologi (anemia, diastesis hemoragik), infeksi (pneumonia, septikemia, infeksi nosocomial).
  • 45. KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIS 1. Hipertensi Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi hipertensi berat. Selain itu, komplikasi ekstrarenal (missal, retinopati dan ensefalopati) juga dapat terjadi. Biasanya hipetensi dapat di control secara efektif dengan pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi bila penderita sedang menjalani hemodialisis, karena lebih dari 90% hipertensi bergantung volume.
  • 46. 2. Hiperkalemia Salah satu komplikasi yang paling serius pada penderita uremia adalah hiperklemia. Bila k+ serum mencapai kadar sekitar 7mEq/L, dapat terjadi disritmia yang serius dan juga henti jantung. Selain itu, hiperkalemia makin diperberat lagi oleh hipokalsemia, hiponatremia, dan asidosis.
  • 47. 3. Anemia Anemia merupakan temuan yang hampir selalu ditemukan pada pasien penyakit ginjal lanjut, dan hematokrit 18% hingga 20% lazim terjadi. Penyabab anemia adalah multifaktorial, termasuk defisiensi produksi eritropoitein, factor dalam sirkualasi yang tampaknya menghambat eritropoietin, pemendekan waktu paruh sel darah merah, peningkatan kehilangan darah saluran cerna akibat kelainan trombosit, defisiensi asam folat dan besi, dan kehilangan darah dari hemodialisis atau sampel uji laboratorium.
  • 48. 4. Asidosis Asidosis metabolit kronik yang ringan pada penderita uremia biasanya akan menjadi stabil pada kadar bikarbonat plasma 16 sampai 20 mEq/l. keadaan ini biasanya tidak berkembang melewati titik tersebut karena produksi H+ diimbangi oleh dapar tulang.
  • 49. 5. Oseteodistrofi ginjal Salah satu tindakan pengobatan terpenting untuk mencegah timbulnya hiperparatiroidisme sekunder dan segala akibatnya adalah diet rendah fosfat dengan pemberian agen yang dapat mengikat fosfat dalam usus.
  • 50. TERAPI GAGAL GINJAL AKUT • Terapi Non farmakologi  mempertahankan curah jantung dan tekanan darah yang cukup  Pengobatan yang terkait penurunan aliran darah renal harus dihentikan. Menghindari penggunaan zat nefrotoksik .  Terapi penggantian ginjal (Renal Replacement Therapy/RRT), seperti hemodialysis dan dialysis peritoneal  RRT dengan jeda (intermitten) seperti hemodialysis  Beberapa variasi RRT kontinu telah dikembangkan
  • 51. Terapi Farmakologi  Diuretik o Diuretik Loop (ex : Furosemid, bumetanid, as. Etakrinat) o Diuretik Osmotik (ex : Manitol) o Diuretik Benzotiadiazid (ex : Tiazid) o Diuretik Hemat Kalium (ex : Triamteren, amilorid)  Adrenergik Reseptor Agonis oKerja langsung (ex : dopamin)
  • 52. Diuretik Loop Indikasi simptomatik hiperkalsemia Kontra indikasi pada penurunan volume dan penurunan Na+ yang parah, hipersensitif terhadap sulfonamide (untuk diuretic bergugus-sulfonamida) dan anuria yang tidak responsive terhadap satu dosis uji diuretic loop. Mekanisme kerja menghambat reabsorbsi elektrolit di ansa Henle asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap ke lumen tubuli) Efek samping reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi, hiperurisemia, gangguan saluran cerna, depresi elemen darah, rash kulit, disfungsi hati. Hipoglikemia akut, ketulian,ototoksisitas. Interaksi penggunaan bersama sefalosporin dapat meningkatkan nefrotoksisitas sefalosporin, antiinflamasi nonsteroid terutama indometasin dan kortikosteroid melawan kerja furosemide. Contoh Furosemid, bumetanid, as. Etakrinat
  • 53. Diuretik Osmotik Indikasi mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau untuk mengatasi oliguria. Kontra indikasi penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan pendarahan intrakarnial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Mekanisme kerja 1) Tubuli proksimal : penghambatna reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya, 2) Ansa Henle : penghambatan reabsorbsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medulla menurun, 3) Duktus koligentes : penghambatan reabsorbsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrate yang tinggi, atau adanya factor lain. Efek samping sakit kepala, mual dan muntah, dilain pihak hilangnya air dalam keadaan elektrolit yang berlibihan dapat menyebabkan hypernatremia dan dehidrasi. Contoh Manitol
  • 54. Diuretik Benzotiadiazid Indikasi udem akibat payah jantung ringan sampai sedang, udem akibat penyakit hati dan ginjal kronis. Kontra indikasi pada individu yang hipersensitivitas terhadap sulfonamide Mekanisme kerja penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida Efek samping penurunan cairan ekstraselular, hipotensi, hypokalemia, hiponatremia, hipokloremia, alkalosis metabolic, hipomagnesemia, hiperkalsemia, dan hiperurikemia Interaksi berkurangnya absorbsi tiazid oleh NSAID, methenamin mengurangi keefektifan tiazid, amfoterisin B dan kortikosteroid meningkatkan resiko hypokalemia yang diinduksi oleh diuretic tiazid Contoh tiazid
  • 55. Diuretik hemat kalium Indikasi udem Kontra indikasi hyperkalemia, pada pasien yang beresiko tinggi menderita hyperkalemia Mekanisme kerja penghambatan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonism kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamterene, amilorid) Efek samping Hiperkalemia, mual muntah, diare, sakit kepala, kram kaki, pening Interaksi penghambat ACE dapat mengurangi sekresi aldosterone, sehingga terjadinya hipovolemia dan hyperkalemia menjadi besar Contoh Triamteren, amilorid
  • 56. Adrenergik reseptor agonis Indikasi glaucoma, anestesi lokal, syok anafilaksis, asma Kontra indikasi pada penderita yang sedang diobati dengan penghambat MAO Mekanisme kerja - Bekerja langsung pada reseptor α maupun β dengan menimbulkan efek saraf simpatis. - Agonis bekerja tidak langsung. Obat golongan ini menghambat reuptake NE ke dalam neuron presinaptik dan menyebabkan pelepasan NE dari simpananya ke dalam sitoplasma. - Agonis bekerja ganda. Merangsang langsung adrenoseptor maupun memacu pelepasan NE dari neuron adrenergik. Efek samping nausea, muntah, takikardi, aritmia, nyeri dada, nyeri kepala, hipertensi dan peningkatan tekanan diastolik. Contoh dopamine, epineprin, norepineprin
  • 57. TERAPI GAGAL GINJAL KRONIK Terapi Non farmakologi Diet rendah protein (0,6 sampai 0,75 g/kg/hari) dapat membantu memperlambat perkembangan CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes, meskipun efeknya cenderung kecil.
  • 58. Terapi Farmakologi Pada Hiperglikemia Terapi intensif dapat termasuk insulin atau obat oral dan melibatkan pengukuran kadar gula darah setidaknya tiga kali sehari Perkembangan CKD dapat dibatasi melalui control optimal terhadap hiperglikemia dan hipertensi.
  • 59. Pada Penderita Hipertensi Kontrol tekanan darah diawali dengan pemberian inhibitor ACE (Angiotensin-Converting Enzyme) atau bloker reseptor angiotensin II Klirens (clearance) inhibitor ACE menurun pada kondisi CKD, sehingga sebaiknya terapi dimulai dengan pemberian dosis terendah . Hiperlipidemia penggunaan obat-obatan penurun kolesterol. terlihat pada penggunaan statin (inhibitor 3- hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase/Inhibitor HMG A reduktase)
  • 60. Obat Hiperglikemia Insulin Indikasi DM tipe 1 Mekanisme kerja beberapa peneliti mendapatkan bahwa adenilsiklase dihambat, sedangkan enzim fosfodiesterase dirangsang. Hal tersebut menerangkan penurunan kadar AMP pada beberapa keadaan. Insulin meningkatkan K+ ke dalam sel, efek serupa terjadipada Mg++ dan diduga ion-ion tersebut bertindak sebagai second messenger yang memperantarai kerja insulin. Efek samping reaksi alergi, lipoidistrofi, gangguan penglihatan Interaksi beberapa hormone melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormone pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin dan glucagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis. Hipoglikemia cenderung terjadi pada penderita yang mendapat penghambat adrenoreseptor β,obat ini juga mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia.
  • 61. Antidiabetes Oral Sulfonilurea Indikasi DM tipe 2 Kontra indikasi pada penderita yang sedang diobati dengan penghambat MAO Mekanisme kerja merangsang sekresi insulin di pancreas Peringatan/perhatian tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, diabetes mellitus berat, kehamilan dan keadaan gawat. Interaksi obat yang dapat meningkatkan reiko hipoglikemia sewaktu pemberian sulfonylurea ialah insulin, alkohol, fenformin, sulfonamide, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezid, dll. Propranolol dan obat penghambat adrenoseptor β lainnya menghambat reaksi takikardi,berkeringat dan tremor pada hipoglikemia oleh berbagai sebab termasuk oleh ADO, sehingga keadaan hipoglikemi memberat tanpa diketahui. Contoh tolazamid, glipizid
  • 62. Biguanida Indikasi terapi diabetes dewasa Kontra indikasi penyakit hati berat, penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif, ibu hamil Mekanisme kerja tidak melalui perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran Peringatan/perhati an tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, diabetes mellitus berat, kehamilan dan keadaan gawat. Contoh fenformin
  • 63. Obat Hipertensi Inhibitor ACE Kontra indikasi Ibu hamil Mekanisme kerja penghambat ACE mengurangi pembentukan Angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi kalium akibatnya terjadi penurunan TD pada penderita hipertensi esensial maupun hipertensi renovaskuler. Karena efek vasokontriksi Angiotensin II paling kuat antara lain pada pembuluh darah ginjal, maka berkurangnya pembentukan Angiotensin II oleh penghambat ACE menimbulkan vasodilatasi renal yang kuat, sehingga terjadi peningkatan aliran darah ginjal. Efek samping Batuk kering, rash, gangguan pengecap, udem angioneurotik, Gagal ginjal akut yang reversible dapat terjadi pada penderita dengan stenosis arteri ginjal pada kedua ginjal atau satu-satunya ginjal yang berfungsi, proteinuria, hyperkalemia. Interaksi efek hipotensi penghambat ACE dilawan oleh obat-obat AINS, terutama indometasin, melalui hambatan sintesis prostaglandin yang bersifat vasodilator dan berperan penting dalam aliran darah ginjal serta metabolism air dan garam. Pada akhirnya AINS menyebabkan retensi natrium dan air, yang mengurangi efek hampir semua AH. Contoh Kaptopril, enalapril, lisinopril
  • 64. Obat Hiperlipidemia Penghambat HMGCoA reduktase Indikasi menurunkan kadar LDL kolesterol plasma Kontra indikasi ibu hamil Mekanisme kerja statin memberikan efek utamanya –penurunan kadar LDL- melalui gugus mirip asam mevalonat yang menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif melalui penghambatan produk. Efek samping Miopati Interaksi antibiotic makrolida tertentu (misal eritromisin), antifungi azol (misal intrakonazol), siklosporin, antidepresan fenilpiperazin, nefazodon dan inhibitor protease menyebabkan peningkatan konsentrasi statin dan metabolit aktifnya dalam plasma. Perhatian beberapa pasien menderita rhabdomyolisis dengan myoglobinuria dan gagal ginjal. Lovastatin harus digunakan secara berhati-hati pada keadaan ini. Contoh lovastatin, simvastatin.
  • 65. PANDUAN TERAPI GAGAL GINJAL AKUT Cari dan perbaiki faktor pre dan pasca renal Evaluasi obat – obatan yang telah diberikan Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urin Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang badan tiap hari Cari dan obati komplikasi akut
  • 66. Asupan nutrisi yang cukup sejak dini Cari focus infeksi dan atasi infeksi sejak dini Perawatan menyeluruh yang baik ( kateter, kulit, psikologis ) Segera memulai terapi dialysis sebelum timbul komplikasi Berikan obat dengan dosis tepat sesuai kapasitas bersihan ginjal.
  • 67. TERAPI GAGAL GINJAL KRONIS Stadium (I, II, III, IV) Terapi Konservatif (terapi diet dan medikamentosa) tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal
  • 68. TERAPI PASIEN KHUSUS GGA Ibu Hamil • Wanita dengan penyakit ginjal harus diberikan aspirin dosis rendah sebagai profilaksis terhadap pre-eklampsia, dengan pengobatan dimulai dalam trimester pertama Hipertensi • Hipertensi ditanggulangi dengan diuretika, bila perlu dikombinasi dengan kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali. Pada hipertensi krisis dapat diberikan klonidin drip atau nifedipin sublingual (0,3 mg/kgBB/kali) atau nitroprusid natrium 0,5 mg/kgBB/menit. Infeksi • Pemasangan kateter vesika urinaria, bila tidak perlu lagi, sebaiknya segera dilepas karena merupakan penyebab infeksi nosokomial.Pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik sedapat mungkin dihindarkan. Dosis antibiotika harus disesuaikan dengan sifat ekskresinya. DM • Non farmakologi • farmakologi
  • 69. TERAPI PASIEN KHUSUS GGK Hipertensi • Non Farmakologi • Farmakologi (Obat-obatan yang sering dipakai adalah diuretika, beta-blockers, vasodilator, simpatolitik sentral, ACE Inhibitor, calcium channel blocker) Anemia • Penatalaksanaan terutama ditujukan pada penyebab utamanya, Pemberian eritropoitin (EPO) merupakan hal yang dianjurkan. Dalam pemberian EPO ini, status besi harus selalu diperhatikan karena EPO memerlukan besi dalam mekanisme kerjanya. Gastrointestinal • Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik Sistem Kardiovaskular • Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular adalah, pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia, pengendalian hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit
  • 70. DAFTAR PUSTAKA 1. Price, A.S., dan M.L. Wilson., 1995, Pathophysiology. Clinical Concepts Of Disease Processes, ed.4 buku 2, Alih bahasa dr. Peter Anugerah, Penerbit Buku Kedokteran EGC 2. Guyton & Hall., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, Alih bahasa dr.Irawati dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC 3. Yulinah, Elin dkk., ISO FARMAKOTERAPI 2, Jakarta : Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia. 4. Stein, Jay H., 2001, Kelainan Ginjal dan Elektrolit. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam.Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 5. Sinto, Robert & G.Nainggolan.,2010, Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.60 No.2, Ikatan Dokter Indonesia 6. Dipiro, Joseph T., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, and L. M. Posey, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th ed., McGraw-Hill, New York 7. Tidy, Dr.Colin., 2008, Renal Disease in Pregnancy, Royal College of Obstetricians and Gynaecologists 8. Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s principle of internal medicine. Ed 16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.