serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
PGK PENYAKIT GINJAL KRONIK
1. CHRONIC KIDNEY DISEASE
DISUSUN OLEH :
Ananda Umica Ressapati
1102014022
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD ARJAWINANGUN
2018
2. Definisi
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta. InternaPublishing; 2014).
Klasifikasi
Menurut National Kidney Foundation (2012) kriteria penyakit ginjal kronik adalah:
1. Kerusakan ginjal ≥3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional dari ginjal, dengan
atau tanpa berkurangnya laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi berupa kelainan
patologi atau kelainan laboratorik pada darah, urin, atau kelainan pada pemeriksaan radiologi.
2. LGF 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan menurut 2 hal yaitu, menurut diagnosis etiologi
dan menurut derajat (stage) penyakit. Menurut diagnosis etiologi, penyakit ginjal kronik
dapat di golongkan menjadi penyakit ginjal diabetes, penyakit ginjal non diabetes, dan
penyakit pada transplantasi sebagai berikut :’
Sesuai rekomendasi The National Kidney Foundation Kidney Disease Improving Global
Outcomes (NKF-KDIGO) tahun 2012, Klasifikasi PGK menurut derajat penyakit di
kelompokan menjadi 5 derajat, dikelompokan atas penurunan faal ginjal berdasarkan LFG,
yaitu :
3. Etiologi
Penyakit ginjal kronis dapat muncul karena manifestasi penyakit kronis lain, seperti diabetes
mellitus atau hipertensi. Diabetes adalah penyebab paling sering terjadinya penyakit ginjal
kronis dan insidensinya mencapai 33%. Penyakit vaskular (hipertensi primer) adalah
penyebab paling sering kedua gagal ginjal kronis, yang menyebabkan 21% kasus penyakit
ginjal kronis pada dewasa. Penyakit lain yang dapat menyebabkan rusaknya ginjal
diantaranya.
1. Penyakit autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan scleroderma.
2. Kelainan bawaan pada ginjal seperti polycystic kidney disease, dimana terdapat kista
berukuran besar di dalam ginjal dan merusak jaringan di sekitarnya.
3. Glomerulonefritis, yaitu penyakit yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada bagian
filtrasi ginjal. Glomerulonefritis adalah penyebab penyakit ginjal tersering ketiga terbanyak.
4. Trauma pada ginjal .
5. Obstruksi yang disebabkan oleh batu ginjal, tumor, atau pembesaran kelenjar prostat pada
laki-laki.
6. Infeksi saluran kemih yang berulang.
7. Kelainan pada arteri yang memperdarahi ginjal.
8. Obat-obatan analgesik dan obat-obatan lainnya seperti obat kanker.
9. Reflux nephropathy .
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal pada
pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia. Penyebab gagal ginjal di Indonesia antara
lain Glomerulonefritis 46,39%, Diabetes mellitus 18,65%, Obstruksi dan infeksi 12,85%,
Hipertensi 8,46%, sebab lain 13,65%. (PERNEFRI. Penyakit Ginjal Kronik &
4. Glomerulopati: Aspek Klinik & Patologi Ginjal & Pengelolaan Hipertensi Saat Ini JNHC.
PERNEFRI. 2003.)
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis (GN) adalah penyakit parenkim ginjal progesif dan difus yang sering
berakhir dengan gagal ginjal kronik, disebabkan oleh respon imunologik dan hanya jenis
tertentu saja yang secara pasti telah diketahui etiologinya. Secara garis besar dua mekanisme
terjadinya GN yaitu circulating immune complex dan terbentuknya deposit kompleks imun
secara in-situ. Kerusakan glomerulus tidak langsung disebabkan oleh kompleks imun,
berbagai 9 faktor seperti proses inflamasi, sel inflamasi, mediator inflamasi dan komponen
berperan pada kerusakan glomerulus. Glomerulonefritis ditandai dengan proteinuria,
hematuri, penurunan fungsi ginjal dan perubahan eksresi garam dengan akibat edema,
kongesti aliran darah dan hipertensi. Manifestasi klinik GN merupakan sindrom klinik yang
terdiri dari kelainan urin asimptomatik, sindrom nefrotik dan GN kronik. Di Indonesia GN
masih menjadi penyebab utama penyakit ginjal kronik dan penyakit ginjal tahap akhir.
2. Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan
pembuluh darah. Masalah yang akan dihadapi oleh penderita DM cukup komplek
sehubungan dengan terjadinya komplikasi kronis baik mikro maupun makroangiopati. Salah
satu komplikasi mikroangiopati adalah nefropati diabetik yang bersifat kronik progresif.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia pada tahun 2000 menyebutkan diabetes mellitus sebagai
penyebab nomor 2 terbanyak penyakit ginjal kronik dengan insidensi 18,65%.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal disamping faktor lain seperti
proteinuria, jenis penyakit ginjal, hiperglikemi dan faktor lain. Penyakit ginjal hipertensi
menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal kronik. Insideni hipertensi esensial berat yang
berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Indikasi hemodialisa pada pasien CKD
Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis emergency atau hemodialisis
segera dan hemodialisis kronik. Keadaan akut tindakan dialisis dilakukan pada : Kegawatan
ginjal dengan keadaan klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria (produksi urine 6,5 mmol/I),
asidosis berat (PH 150 mg/dL), ensefalopati uremikum, neuropati/miopati uremikum,
perikarditis uremikum, disnatremia berat (Na>160 atau <115 mmol/I), hipertermia,
keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
5. Indikasi hemodialisis kronis adalah hemodialisis yang dilakukan berkelanjutan seumur hidup
penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis, dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt,
keadaan pasien yang mempunyai GFR <15 ml/mnt tidak selalu sama, sehingga dialisis
dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari :
1) GFR <15 ml/mnt, tergantung gejala klinis,
2) gejala uremia meliputi: lethargi, anoreksia, nausea dan muntah,
3) adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot,
4) hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan,
5) komplikasi metabolik yang refrakter
(Daugirdas, J, T.,Blake, P, G.,& Ing, T, S. (2007) Handbook Of Dialysis 4th Edition.
Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.)