3. Hadis menurut bahasa adalah al- jadid
yang artinya (sesuatu yang baru)
artinya yang berarti menunjukkan
kepada waktu yang dekat atau waktu
yang singkat seperti حَدِيْثُ العَهْدِ فِى أْلِ سْلْاَ
(orang yang baru masuk/ memeluk
islam).
4. Hadis juga sering disebut dengan al-khabar,
yang berarti berita, yaitu
sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain, sama maknanya dengan
hadis.
5. اَقْ وَالُ النبي ص م وافعالهُ وَاَحْوَا لُهُ
مَاأُضِيْفَ إلى النبي ص م قَولاً أو فِعْل أوْتَ قْرِيْ رًا اَوْ صِفَ ة Menurut Ulama Ushul
أَقْ وَا لُهُ واَفْ عَا لُهُ وتَ قْرِيْ رَاتُه الى تَ اأَ حْااَمُ و ت قَرر اُُ اَ
6. اَلطررِ يْ قَةُ مََْمُوْدَةً كَا نَ او مَذْمُوْ مَة Menurut Bahasa
Dalam kaitan sunnah yang
diartikan dengan السيرة .atau… ,الطر يقة
Khalid bin ‘Utbah Al-Hadzi
mengatakan:
فَلَ تََْزَ عَ ر ن مِنْ سِيَ رَةٍ اَنْ سَ رَتَ هَا فَاَرولُ اَُضٍ سُ نرةً مَنْ
يَسِيْ رُاَا
7. ما اثِرَ عنِ النبى ص م مِن قولٍ أو فعل أو تق رير أو صفة أو
خَلْقِيّةٍ أوسِيَ رَةٍ،سواء كان ق لُ ال عُِْ ةِ أو ععهاا
Menurut Ulama Ushul
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
SAW. Selain al-Qur’an al-karim, baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang
pantas untuk dijadikan dalil bagi hukum syara”.
8. Menurut Ulama Fiqh
“Segala ketetapan yang berasal dari Nabi
SAW selain yang difardukan dan
diwajibkan dan termasuk hukum (taklifi)
yang lima.”
9. Secara etimologis khabar berasal dari kata
:khabar, yang berarti ‘berita’. Adapun
secara terminologis, para ulama Hadits
tidak sepakat dalam menyikapi lafadz
tersebut. sebagaimana mereka berpendapat
adalah sinonim dari kata hadits dan
sebagian lagi tidak demikian. Karena
Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi
SAW, maupun dari sahabat atau berita dari
tabi’in
10. Sementara Khabar menurut ahli Hadits, yaitu :
“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal
dari Nabi SAW atau dari yang selain Nabi SAW”
Ada juga ynag mengatakan bahwa Hadits lebih
umum dan lebih luas daripada Khabar, sehingga
tiap Hadits dapat dikatakan Khabar, tetapi tidak
setiap Khabar dikatakan Hadits.
Karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa
Khabar itu menyangkut segala sesuatu yang
datang dari selain Nabi SAW. Sedangkan Hadits
khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari
Nabi SAW
11. Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu
atau sisa. Sesuatu dan berarti pula nukilan (yang
dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan /
berasal dari Nabi SAW. dinamakan doa ma’tsur.
Sedangkan atsar menurut istilah terjadi
perbedaan pendapat diantara para ulama:
ماروي عن الصحابة ويحوزاطلاقه على كلام النبى ايضا
“yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari
sahabat danboleh juga disandarkan pada
perkataan Nabi SAW”
12. Dari keempat istilah, yaitu hadits, sunnah, khabar
dan atsar, menurut jumhur ulama hadits dapat
dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu bahwa
hadits disebut juga dengan sunnah, khabar dan atsar.
Begitu pula halnya sunnah, dapat disebut dengan
hadits, khabar dan atsar. Maka hadits mutawatir dapat
juga disebut dengan sunnah mutawatir atau khabar
mutawatir. Begitu juga hadits shahih dapat disebut
dengan sunnah shahih, khabar shahih dan astar shahih.
Dari keempat tema tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tema tersebut sangat berguna sebagai ilmu
tambahan bagi masyarakat Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menentukan
kulitas dan kuwantitas Hadits, sunnah, Khabar dan
Atsar
13. 1. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada
perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber pada
Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang
bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau
perjalanan hidupnya, baik sebelum di angkat
menjadi rasulmaupun sesudahnya.
2. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits
berpendapat bahwa khabar sebagai suatu yang
berasal atau disandarkan kepada selain nabi
SAW., hadits sebagai sesuatu yang berasal atau
disandarkan pada Nabi SAW.
3. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat
bahwa atsar sama artinya dengan khabar dan
hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa
atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang
disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan tabiin.
14. KEDUDUKAN HADIS
1. Rasulullah saw. Merupakan Teladan Baik yang
Wajib Dicontoh oleh Setiap Muslim (Q.S. Al
Ahzab: 21)
لقه كان لام فى سُول الله اسوة حسنة ...
2. Rasulullah saw. Wajib Ditaati (Q.S. Al Anfal:
20)
ياايهاالذين امنوا اطيعوا الله و سُوله ...
3. Rasulullah saw Mempunyai Wewenang Untuk
Membuat Suatu Aturan (Q.S. Al A’raf: 157)
...
15. FUNGSI HADIS
1. Sumber Ajaran Islam Yang Kedua
2. Sebagai Penjelas Terhadap Al-Qur’an
3. Macam-Macam Penjelas (bayan)
a. Menurut ulama Ahl al-Ra’y (Abu Hanifah).
• Bayan Taqrir
• Bayan Tafsir
• Bayan Tabdil ;
16. b. Menurut Malik
• Bayan Tafsir
• Bayan Tawdhih
• Bayan Tafshil
• Bayan Bashthi
• Bayan Tasyri
c. Menurut Syafi’i
• Bayan Tafshil ;
• Bayan Takhshish
• Bayan Ta’yin
• Bunga Tasyri ;
• Bayan Nasakh
17. d. Menurut Imam Ahmad Ibn Hanbal
• Bayan Ta’kid;
• Bayan Tafsir ;
• Bayan Tasyri;
• Bayan Takhshish dan Taqyid
18. UNSUR HADIS
1. Sanad, contoh :
حهثنا الحميهي ع هُ الله عن الزعير قال حهثنا سفيان قال
حهثنا يحيى عن سعيه اأنصا يُ قال أخبرني مَمه عن إعراايم
التيمي أنه سمع علقمة عن وقاص اللي يْ يقول سمع عمر عن
الخطاب ضُي الله عنه على المنبر قال سمع سُول الله صلى
الله عليه و سلم يقول
19. 2. Matan,
ألفاظ الحهيث الى تتقوم بها المعانى
contoh :
إنما اأعمال عالنيات وإنما لال امرىء ما نوى فمن كان اجرته إلى دنيا يصي هُا أو إلى امرأة يناحها فهجرته إلى ما
ااجر…
20. 3. Rawi, contoh :
حهثنا الحميهي ع هُ الله عن الزعير قال حهثنا سفيان قال
حهثنا يحيى عن سعيه اأنصا ىُ قال أخبرني مَمه عن إعراايم
التيمي أنه سمع علقمة عن وقاص اللي يْ يقول سمع عمر عن
الخطاب ضُي الله عنه على المنبر…
21. 4. Mukharrij
orang yang telah menukil atau mencatat
hadis pada kitabnya
contoh :
= )Hadis Riwayat Bukhari (HR. Bukhari رواه البخارى
= )Hadis Riwayat Muslin (HR. Muslim أخرجه مسلم
23. Urgensi Ilmu Musthalah:
1. Membedakan antara hadits shohih dan dhoif.
2. Ilmu ini termasuk kunci untuk masuk dalam ilmu-ilmu
syar’i yang lalu, seperti : Aqidah, Tafsir, Fiqh
dan lain-lain.
3. Terhindar dari berdusta atas nama Rasulullah
shallallohu alaihi wasallam
4. Dapat membangkitkan rasa tenang dalam hati
tentang janji Allah Azza wa Jalla untuk menjaga
syari’at ini