1. JAWABAN TUGAS TUTORIAL 3
PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Nama : Ayu Imtyas Rusdiansyah
NIM : 858745338
Kelas : 2B
1.
a. Penyuluhan genetik: Upaya ini melibatkan komunikasi informasi tentang masalah
genetika kepada masyarakat.
b. Diagnostik prenatal: Ini melibatkan pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi kelainan
pada janin.
c. Imunisasi: Imunisasi yang tepat dan lengkap pada ibu hamil dan anak-anak sangat
penting untuk mencegah penyakit yang dapat mengganggu perkembangan bayi dan
anak.
d. Sanitasi lingkungan: Menciptakan lingkungan yang baik sangat penting untuk
perkembangan bayi dan anak.
e. Pemeliharaan kesehatan: Perawatan kesehatan yang baik, terutama selama kehamilan,
merupakan langkah penting dalam mencegah tunagrahita.
2.
a. Dampak Terhadap Kemampuan Akademik:
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam kemampuan belajar, terutama dalam hal
konsep abstrak.
b. Dampak Terhadap Kesehatan dan Fisik:
Anak tunagrahita mungkin mengalami keterbatasan dalam gerakan, koordinasi
motorik, atau memiliki gangguan keseimbangan. Kelainan pada pendengaran atau
penglihatan juga dapat terjadi.
c. Dampak Terhadap Kemampuan Sosial dan Emosional:
Tunagrahita dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam memahami dan
menerapkan norma sosial serta berinteraksi secara sosial.
3.
a. Tunagrahita Ringan:
• Mengembangkan kemampuan untuk mengurus dan membina diri sendiri,
seperti mandi, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri.
• Meningkatkan kemampuan bergaul dengan anggota masyarakat, termasuk
keluarga dan tetangga.
• Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk bekal hidup, seperti
keterampilan sosial, komunikasi, dan kemampuan kerja yang sederhana.
b. Tunagrahita Sedang:
• Membantu anak menguasai keterampilan dasar dalam mengurus diri, seperti
makan, minum, berpakaian, dan menjaga kebersihan badan.
2. • Meningkatkan kemampuan anak dalam bergaul dengan anggota keluarga dan
tetangga.
• Mengembangkan keterampilan sederhana yang dapat digunakan dalam
pekerjaan sehari-hari.
c. Tunagrahita Berat dan Sangat Berat:
• Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan dasar untuk mengurus diri
secara sederhana, seperti memberikan tanda atau kata-kata sederhana untuk
mengungkapkan kebutuhan mereka.
• Meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat
dan rutin, seperti mengisi kotak-kotak dengan paku atau melakukan tugas-tugas
sederhana.
• Mendorong anak untuk merasakan kegembiraan dan kepuasan dalam
melakukan aktivitas yang sederhana, seperti mendengarkan nyanyian,
menonton televisi, atau berinteraksi dengan orang lain.
4.
a. Dampak terhadap Kemampuan Akademik:
Anak tunadaksa dapat menghadapi tantangan dalam kemampuan akademik mereka.
Meskipun tingkat kecerdasan bisa bervariasi, anak dengan cerebral palsy mungkin
mengalami kesulitan dalam persepsi, kognisi, dan simbolisasi.
b. Dampak terhadap Aspek Sosial/Emosional:
Mereka mungkin mengembangkan konsep diri yang negatif, merasa diri mereka cacat,
tidak berguna, atau menjadi beban bagi orang lain.
c. Dampak terhadap Fisik/Kesehatan:
Dampak fisik/kesehatan yang terkait dengan tunadaksa meliputi cacat tubuh dan
kemungkinan mengalami gangguan kesehatan lainnya.
5.
a. Kebutuhan akan Keleluasaan Gerak dan Memosisikan Diri:
Contoh: Seorang anak tunadaksa mungkin memerlukan kursi roda untuk berpindah
tempat dan alat penopang untuk membantu mereka berdiri atau berjalan.
b. Kebutuhan Komunikasi:
Contoh: Seorang anak dengan cerebral palsy yang tidak dapat menggunakan bicara
dapat menggunakan papan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c. Kebutuhan Keterampilan Memelihara Diri:
Contoh: Seorang anak dengan kelainan fisik yang berat mungkin membutuhkan alat
bantu seperti pegangan cangkir yang diperbesar, sendok dan garpu dengan pegangan
yang lebih besar dan berat, atau kantong untuk mengatasi masalah kontrol kandung
kemih.
d. Kebutuhan Psikososial:
Contoh: Seorang remaja dengan kelainan fisik mungkin mengalami perasaan tidak
percaya diri dan isolasi sosial karena persepsi negatif yang diberikan oleh masyarakat
sehingga diperlukan dukungan sosial.
3. 6.
a. Dampak terhadap Kemampuan Akademik:
Anak tunalaras sering mengalami kesulitan dalam mencapai hasil belajar yang
memadai.
b. Dampak terhadap Kemampuan Sosial/Emosional:
Secara sosial, mereka mungkin menunjukkan perilaku yang tidak diterima oleh
masyarakat, melanggar norma budaya, atau melanggar aturan di keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dari segi emosional, anak tunalaras mungkin mengalami penderitaan,
tekanan batin, kecemasan, rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sensitivitas yang tinggi
terhadap perasaan.
c. Dampak terhadap Kesehatan Fisik:
Mereka sering mengalami gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan.
Anak tunalaras juga mungkin merasakan ketidaknyamanan pada tubuhnya, sering
mengalami kecelakaan, kecemasan terhadap kesehatan mereka, dan persepsi bahwa
mereka sedang sakit.
7.
a. Model Biogenetik:
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh kecacatan
genetik atau faktor biokimiawi.
b. Model Behavioral (Tingkah Laku):
Model ini berpendapat bahwa gangguan emosional adalah indikasi ketidakmampuan
anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekolah maupun di rumah.
c. Model Psikodinamika:
Model ini berfokus pada gangguan emosional atau perilaku yang disebabkan oleh
hambatan atau gangguan dalam perkembangan kepribadian anak, yang mungkin
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
d. Model Ekologis:
Model ini menganggap bahwa gangguan perilaku terjadi karena adanya disfungsi dalam
interaksi antara individu dengan lingkungannya.
8.
a. Faktor Organis/Biologis:
Beberapa ahli meyakini bahwa kesulitan belajar pada anak dapat disebabkan oleh
adanya disfungsi dalam sistem saraf pusat.
b. Faktor Genetis:
Munculnya kesulitan belajar pada beberapa anak dapat memiliki faktor genetis atau
faktor keturunan.
c. Faktor Lingkungan:
Masalah dalam belajar dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kurangnya
persiapan program pengajaran oleh guru atau kondisi keluarga yang tidak mendukung.
4. 9.
a. Masalah Persepsi dan Koordinasi:
• Gangguan dalam persepsi visual.
• Gangguan dalam persepsi pendengaran.
• Gangguan dalam koordinasi motorik.
b. Gangguan dalam Perhatian dan Hiperaktif:
• Kesulitan memusatkan perhatian.
• Hiperaktif.
c. Gangguan dalam Mengingat dan Berpikir:
• Kesulitan menggunakan strategi untuk mengingat informasi.
• Kesulitan dalam pemahaman bunyi bahasa.
• Kelemahan dalam memecahkan masalah dan membentuk konsep atau pengertian.
d. Kurang Mampu Menyesuaikan Diri:
• Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Kurangnya kepercayaan diri, kecemasan, dan ketakutan melakukan kesalahan.
e. Menunjukkan Gejala sebagai Siswa yang Tidak Aktif:
• Kurangnya strategi untuk memecahkan masalah secara spontan.
• Tidak berani menjawab pertanyaan guru atau menjawab soal di papan tulis secara
spontan.
f. Pencapaian Hasil Belajar yang Rendah:
• Ketidakmampuan dalam berbagai bidang akademik, seperti membaca,
pengucapan, tulisan, atau berhitung.
10.
a. Identifikasi Masalah:
Tahap ini melibatkan pengidentifikasian tipe-tipe kesulitan membaca yang dialami oleh
siswa.
b. Diagnosis:
Setelah mengidentifikasi masalah, tahap ini bertujuan untuk menemukan akar penyebab
kesulitan membaca pada siswa.
c. Penyusunan Program Layanan:
Prosedur ini melibatkan penyusunan program intervensi dalam belajar membaca.
Program intervensi dapat berupa program delivery (layanan bantuan) atau program
kurikuler.
d. Evaluasi:
Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi hasil dan proses intervensi.
DAFTAR REFERENSI
Wardani, dkk. 2021. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Edisi 2). Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka