Studi kasus implementasi Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk siswa tunagrahita di SDN Betet 1 Kota Kediri melibatkan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tim PPI melakukan asesmen awal kemampuan siswa dan sosialisasi program kepada orangtua. Pelaksanaan pembelajaran individual di kelas dan luar kelas menyesuaikan kebutuhan siswa. Evaluasi menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Hasilnya, kerjas
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT INKLUSI.pptx
1. Program Pembelajaran
Individual
Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu :
Dewi Ekasari Kusumastuti, M.Pd.
Dr. Imam Yuwono, M.Pd.
Oleh :
Kelompok 11
1. Arum Widianingsih (19120220006)
2. Muhaimin (1910120210020)
3. Nur Laila (1910120220008)
4. Nurul Hasanah (1910120120002)
PENDIDIKAN KIMIA
A2 2019
2. POKOK BAHASAN
B. Komponen Program
Pembelajaran Individual
A. Pengertian Program
Pembelajaran Individual
D. Contoh Program
Pembelajaran Individual
C. Langkah – Langkah
Merumuskan Program
Pembelajaran Individual
4. A. Pengertian Program Pembelajaran Individual
PPI merupakan program pembelajaran yang didasarkan pada gaya, kekuatan, dan
kebutuhan khusus siswa dalam belajar yang diambil dari dari istilah Individualized
Educational Program (IEP) (Farisa, 2017).
Model ini akan membantu siswa dalam belajar sesuai dengan porsi atau
kemampuan yang dimilikinya. Guru bukan lagi memegang peran secara otoritas
tunggal dalam pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator pembelajaran bagi siswa
(Kertu, Nyoman, & Ni, 2015).
Nur Laila
5. Pada dasarnya PPI merupakan suatu model
layanan pembelajaran yang dapat diberikan
pada siswa berkebutuhan khusus yang
melaksanakan pembelajaran secara bersama-
sama dengan anak normal di sekolah reguler
dalam setting pendidikan inklusif.
Penyusunan program pembelajaran individual
melibatkan guru pembimbing khusus, guru
kelas, guru mata pelajaran, orang tua, dan para
ahli yang terkait. Pada pembelajaran anak
berkebutuhan khusus memiliki rencana
pembelajaran tersendiri yang berbeda pada
komponennya dari RPP pada umumnya
Nur Laila
Menurut (Minish, 2020) :
6. Oleh karena itu, Dalam penelitiannya (Rahman & Muzdalifah, 2014) menguraikan
bahwa bentuk pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus menganut prinsip-
prinsip pembelajaran sebagaimana anak normal pada umumnya, tetapi guru yang
mengajar dikelas inklusif juga perlu menerapkan prinsip-prinsip khusus sesuai
dengan kebutuhan individu berkebutuhan khusus tersebut.
Nur Laila
8. B. Komponen Program Pembelajaran Individual
1. Tingkat Kemampuan (prestasi)
(performance level)
Tingkat prestasi mengacu kepada
pernyataan yang bersifat data-spesifik
tentang bidang studi yang dapat dipakai
sebagai sasaran pembelajaran, dan lebih
menekankan kepada informasi pada aspek-
aspek yang positif dari setiap peserta didik
2. Sasaran program tahunan (annual
goals)
Komponen ini merupakan kunci komponen
karena dapat memperkirakan program
jangka-panjang selama kegiatan sekolah san
dapat menentukan perumusan tujuan PPI,
diantaranya :
a. Dapat diukur
b. positif
c. Orientasi pada siswa
d. relevan
Nur Laila
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan : Delphie, 2007)
9. 3. Sasaran jangka pendek (Short-Team
Objective)
Sasaran jangka-pendek ini bersifat “sasaran
antara” yang diterapkan setiap semester
dalam tahun yang berjalan (Mardiana,
Muzakki, Sunaiyah & Ifriqa, 2020).
Sasaran ini semestinya sudah dikonsepkan
oleh guru kelas sebelum penerapan
program IEP, sehingga dipakai sebagai
acuand dalam proses pembelajaran.
4. Deskripsi tentang pelayanan
pembelajaran ( Special education
and related services)
meliputi :
• guru yang mengajar
• isi program pengajaran dan kegiatan
pembelajaran,
• alat yang dipergunakan.
(Pollaway, E.A. dan Patton J. R. : 1993:41-45)
Arum Widianingsih
10. 5. Waktu dimulai dan dibutuhkan (Dates
andinitiation of services and duration
of services)
Program Pembelajaran Individual harus
terdapat tanggal kapan pengajaran
mulai dilaksanakan dan antisipasi
lamanya pelayanan.
6. Evaluasi (Objective criteria,
evaluation procedures, and schedule
for assessing short-term objectives).
Terbagi dua :
a. Penilaian tingkat kecakapan siswa saat
ini.
b. Keberhasilan siswa dalam tujuan jangka
pendek.
• Prosedur penilaian dapat dilakukan
dengan lisan, tulisan atau perbuatan.
• Metodenya dapat melalui tes atau
observasi.
(Farisia, 2017)
Arum Widianingsih
11. C. LANGKAH – LANGKAH MERUMUSKAN
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
12. C. LANGKAH – LANGKAH MERUMUSKAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
1. Membentuk tim PPI atau TP3I (Tim Penilai
Program Pembelajaran Individual)
Terdiri dari orang-orang yang bekerja
dengan anak dan memiliki informasi yang
dapat disumbangkan untuk menyusun
rancangan pendidikan yang komprehensif
bagi anak.
Tim ini idealnya mencakup: guru khusus –
guru reguler – Kepala Sekolah – orang tua –
diagnostician dan tenaga ahli lain (konselor,
speech therapist), bila memungkinkan anak
yang bersangkutan.
2. Menilai Kebutuhan Anak
Hasil penilaian awal kebutuhan anak yang
bersumber dari wali kelas, guru khusus, guru
mata pelajaran, orang tua, konselor dapat
digunakan untuk mengembangkan tujuan
khusus pembelajaran, menentukan program
prioritas pelayanan kebutuhan secara
individual.
Arum Widianingsih
Prosedur ideal untuk mengembangkan program pembelajaran individual bagi ABK memiliki lima
langkah (KITANO & KIRBY, 1986) yaitu:
Dudi Gunawan,”Program Pembelajaran Individual”,
http://file.upi.edu.co.id, diakses tanggal 18 Agustus 2021
13. 3. Mengembangkan Tujuan Jangka
Panjang dan Jangka Pendek
Pengembangan tujuan jangka panjang telah
diatur dalam GBPP untuk jangka waktu satu
tahun, sementara pengembangan tujuan jangka
pendek disusun oleh guru untuk satu kali
pertemuan pembelajaran.
4. Merancang Metode dan Prosedur
Pembelajaran
Metode dan prosedur pembelajaran adalah
sebuah rangkaian proses bagaimana guru
dapat melakukan pembelajaran secara
efektif dan efisien sehingga siswa mencapai
tujuan pembelajaran khusus.
Arum Widianingsih
Dudi Gunawan,”Program Pembelajaran Individual”,
http://file.upi.edu.co.id, diakses tanggal 18 Agustus 2021
14. 5. Evaluasi Kemajuan Anak
Evaluasi kemajuan belajar anak diukur berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dalam rumusan tujuan pembelajaran khusus.
Contoh: TIK : Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat menyebutkan secara
lisan dan lancar minimal 4 binatang memamah biak yang diternak petani. Kriteria
yang dijadikan dasar: (1) menyebutkan (2) secara lisan dan lancar (3) minimal 4
binatang memamah biak yang diternak petani. Atas dasar standar yang telah
ditetapkan guru dapat menilai apakah anak masih perlu diperbaiki atau tidak.
Dudi Gunawan,”Program Pembelajaran Individual”,
http://file.upi.edu.co.id, diakses tanggal 18 Agustus 2021
Muhaimin
16. E. CONTOH PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Salah satu contoh penerapan pembelajaran individual adalah penelitian
yang dilakukan oleh (Mardiana, Muzakki, Sunaiyah, & Ifriqia, 2020)
Impementasi Program Pembelajaran Individual Siswa Tunagrahita Kelas
Inklusi SDN Betet 1 Kota Kediri. Pada penelitian ini, dilakukan 3 tahapan
untuk memperoleh data yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
dan tahap evaluasi.
Muhaimin
17. Tahap Perencanaan
Sekolah terlebih dahulu
melakukan asesmen awal kepada
siswa sebelum dibentuk program.
Asesmen awal pada siswa
difokuskan pada kemampuan
berkomunikasi, membaca,
menulis dan berhitung siswa.
Asesmen dilakukan oleh guru
senior yang ditunjuk Kepala
Sekolah.
Sebelum melaksanakan program,
sekolah memberikan sosialisasi
kepada semua orang tua ABK
khususnya siswa tunagrahita
dengan cara mengadakan
pertemuan untuk mengetahui
kemampuan dan kondisi siswa
serta program yang diberikan
sekolah kepada siswa selama
pembelajaran dimulai.
Muhaimin
18. Hasil penelitian dari tahapan perencaan :
Anggota pelaksana dalam Program Pembelajaran Individual masih
kurang. Hal ini dapat dilihat dilapangan bahwa SDN Betet 1 Kota Kediri
belum memiliki tim ahli kesehatan seperti Dokter atau Piskolog.
Sekolah hanya memiliki 3 Terapis lulusan PLB (Pendidikan Luar Biasa)
dan BK (Bimbingan Konseling). Sehingga, pemantauan anak di bidang
kesehatan belum dilakukan oleh sekolah.
Muhaimin
19. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan diluar kelas.
Menurut (Ni’matuzahro & Nurhamida,2016), beberapa langkah yang harus dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran antara lain :
a. Penyajian
Guru menciprakan kesiapan belajar siswa dengan menimbulkan motivasi belajar
b. Praktek Dengan Pengawasan (Controlled Practise).
Siswa mempraktekkan tugas dengan bimbingan, kemudian guru memberikan penguatan/umpan
balik yang bersifat korektif.
c. Praktek Secara Mandiri (Independent Practice)
Siswa mempraktekkan tugas yang disajikan dalam berbagai metari di buku kerja dan guru
memberikan penguatan dan umpan balik yang bersifat korektif.
Nurul Hasanah
20. Hasil penelitian dari tahapan pelaksanaan :
Di SDN Betet 1 Kota Kediri belajar mengajar juga diawali dengan penyajian yang dilakukan oleh guru.
Diawali dengan berdo’a dan pemberian penjelasan tentang tujuan pembelajaran serta materi yang
akan dipelajari.
Setelah guru kelas menerangkan materi, kemudian GPK (Guru Pembimbing Khusus) memberikan
bantuan kepada siswa tunagrahita untuk memahami materi. Materi yang diberikan kepada siswa
tunagrahita dalam penyampaian teori lebih disederhanakan atau tidak mendalam seperti siswa
reguler.
Selain materi, kurikulum yang dipakai oleh siswa regular dan siswa tunagrahita sama, yaitu
menggunakan kurikulum KTSP. Pembelajaran yang dilakukan di SDN Betet 1 Kota Kediri dilakukan
tidak hanya di dalam kelas saja. Pembelajaran juga sering dilakukan di luar kelas, seperti di gazebo
depan kelas.
Nurul Hasanah
21. Tahap Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan sekolah untuk siswa ABK khususnya tunagrahita sejauh ini, hanya semacam
pemberian evaluasi mengenai materi pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru. Evaluasi yang
dibicarakan hanya evaluasi tentang pembelajaran, dan kepala sekolah menyampaikan valuasi pada
setiap pertemuan di akhir semester bersamaan dengan laporan hasil belajar.
Ni'matuzahroh, & Nurhamida, Y. (2016).
Nurul Hasanah
22. KESIMPULAN DARI IMPLEMENTASI PENELITIAN SDN BATET 1 KOTA
KEDIRIA
Impementasi Program Pembelajaran Individual Siswa Tunagrahita Kelas Inklusi SDN Betet 1 Kota
Kediri dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi secara mendalam
terhadap Kepala Sekolah, Guru, Terapis, dan orang tua terhadap pihak-pihak yang terkait maka
dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi Program Pembelajaran Individual di SDN Betet 1
Kota Kediri telah melakukan kerjasama dengan semua pihak seperti Kepala Sekolah, Guru, Terapis,
dan orang tua sehingga sekolah inklusi bisa berjalan hingga sekarang.
Ni'matuzahroh, & Nurhamida, Y. (2016).
Nurul Hasanah
23. DAFTAR PUSTAKA
Delphie, B. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama.
Farisia, H. (2017). Strategi Optimalisasi Kemampuan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Melalui Program
Pembelajaran Individual (PPI). Jurnal Program Studi PGRA,3(2), 1-17.
Kertu, N. W., Nyoman, D., & Ni, K. S. (2015). Pengaruh Program Pembelajaran Individual Berbantuan Media Permainan
Dakon terhadap Minat Belajar dan Kemampuan Berhitung pada Anak Kelas III Tunagrahita Sedang SLB C1 Negeri
Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1, 2-
11.
Mardiana, A., Muzakki, I., Sunaiyah, S. & Ifriqia, F. (2020). Implementation Of Individual Learning Program For Mentally
Retarded Students In Inclusion Class. Journal of Primary Education, 1(2), 177-191.
Mardiana, Muzakki, Sunaiyah, & Ifriqia. (2020). Implementation Of Individual Learning Program For Mentally Retarded
Students in Inclusion class. Journal of primary education. 1(2).
Minsih. (2020). Pendidikan Inklusi Sekolah Dasar Merangkul Perbedaan dalam Kebersamaan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Ni'matuzahroh, & Nurhamida, Y. (2016). Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Inklusif. Malang: UMM Press.
Pollaway EA. & Patton JR. (1993). Strategies for Teaching Learners with Special Needs. New York: Macmillan, 41-45.
Rahman, M., Muzdalifah. (2014). Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Elementary,
2(1).