SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
ASPEK HUKUM &
TINDAKAN KARANTINA
TUMBUHAN
DI INDONESIA
Dalam rangka memberikan kepastian hukum yang
kuat bagi penyelenggaraan karantina tumbuhan,
telah ditetapkan Undang-undang Nomor 16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Dan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang
tersebut dalam penyelenggaraan kegiatan karantina
tumbuhan telah ditetapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan.
A. Dasar Hukum Karantina Tumbuhan
A.1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan;
A.2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP;
A.3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Jenis-jenis PNBP;
A.4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Karantina Tumbuhan;
A.5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun
2002 tentang Tarif Atas Jenis PNBP Yang Berlaku
Pada Departemen Pertanian;
A.6. Peraturan lainnya
B.Obyek Tindakan Karantina Tumbuhan
B.1. Media Pembawa OPT (tumbuhan dan bagian-
bagiannya dan atau benda lain yang dapat
membawa OPTK);
B.2. Alat angkut Media Pembawa (semua alat
transportasi darat, air, maupun udara yang
dipergunakan untuk melalulintaskan media
pembawa).
C.Persyaratan Karantina Tumbuhan
C.1. Setiap MP yang dimasukkan ke dala wilayah
RI, wajib :
C.1.1. dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan dari
negara asal dan negara transit bagi tumbuhan
dan bagian-bagiannya, kecuali MP yang tergolong
benda lain;
C.1.2. melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
C.1.3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
karantina tumbuhan di tempat pemasukan untuk
keperluan tindakan karantina tumbuhan.
C.2. Setiap MP yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah negara RI, wajib :
C.2.1. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari
area asal bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya,
kecuali MP yang tergolong benda lain;
C.2.2. melalui tempat-tempat pemasukan dan
pengeluaran yang telah ditetapkan;
C.2.3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
karantina tumbuhan ditempat-tempat pemasukan
dan pengeluaran untuk keperluan tindakan
karantina tumbuhan.
Kewajiban sertifikat kesehatan tumbuhan dari area
asal, tindakan karantina dikenakan terhadap MP yang
dibawa atau dikirim dari suatu area yang tidak bebas
ke area lain yang bebas OPTK
C.3. Setiap MP yang akan dikeluarkan dari dalam wilayah
negara RI, apabila diisyaratkan oleh negara tujuan,
wajib :
C.3.1. dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan dari
tempat pengeluaran bagi tumbuhan dan bagian-
bagiannya, kecuali MP yang tergolong benda lain;
C.3.2. melalui tempat-tempat pengeluaran yang
ditetapkan;
C.3.3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
karantina tumbuhan di tempat pengeluaran untuk
keperluan tindakan karantina tumbuhan.
Dalam hal tertentu (suatu keadaan yang berdasarkan hasil
analisa resiko OPT dinilai memiliki potensi yang besar untuk
mengakibatkan terjadinya penyebaran OPT melalui lalu
lintas MP) Menteri dapat menetapkan kewajiban tambahan,
berupa :
1. Persyaratan teknis, contoh :
a. MP harus berasal dari area yang bebas dari OPTK
tertentu;
b. Pemberian perlakuan tertentu di negara asal sebelum
dikirim ke negara tujuan;
c. Pengenaan tindakan karantina di negara ketiga;
d. Larangan diturunkan MP – OPTK dari atas alat angkut
apabila transit di negara tertentu;
e. Keharusan melengkapi dengan sertifikaat tertentu untuk
pemasukan MP tertentu.
2. Persyaratan kelengkapan dokumen :
a. Keharusan untuk menyertakan sertifikat fumigasi atau
surat keterangan asal;
b. Keharusan melengkapi sertifikat tertentu untuk
pemasukan MP tertentu.
D. Tindakan Karantina Tumbuhan
D.1. Setiap MP yang dimasukkan ke dalam Wilayah RI
dikenakan tindakan karantina tumbuhan.
D.2. MP yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area
yang tidak bebas ke area lain yang bebas di dalam
wilayah RI dikenakan tindakan karantina tumbuhan.
D.3. MP yang akan dikeluarkan dari wilayah RI dikenakan
tindakan karantina apabila dipersyaratkan oleh negara
tujuan.
Tindakan Karantina dilakukan oleh petugas karantina berupa
pemeriksaan, pengasingan dan pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan.
a. Pemeriksaan
meliputi pemeriksaan administratif untuk mengetahui
kelengkapan, kebenaran isi dan keabsahan dokumen
persyaratan, dan pemeriksaan kesehatan untuk
mendeteksi kemungkinan adanya OPT dan atau OPTK,
dapat dilakukan secara visual dan atau laboratoris.
b. Pengasingan dan Pengamatan
untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya OPT dan
atau OPTK yang karena sifatnya, dan dilakukan di suatu
tempat yang terisolasi selama waktu tertentu sesuai
dengan masa inkubasi OPT atau OPTK.
c. Perlakuan
untuk membebaskan MP, orang, alat angkut, peralatan,
dan pembungkus dari OPT dan atau OPTK Gol. II, dapat
dilakukan secara fisik maupun kimiawi.
d. Penahanan
untuk mengamankan MP dengan cara menempatkan
dibawah penguasaan petugas karantina tumbuhan dalam
waktu tertentu, karena persyaratan karantina belum
sepenuhnya terpenuhi.
e. Penolakan
agar MP segera dibawa ke negara atau area asal atau area
lain untuk menghindari kemungkinan terjadinya
penyebaran OPT dan atau OPTK pada lingkungan
sekitarnya.
Pengiriman MP yang dikenai tindakan penolakan ke negara
atau area asal atau area lain dilakukan oleh pemilik di
bawah pengawasan petugas karantina tumbuhan.
f. Pemusnahan
dilakukan dengan cara membakar,menghancurkan,
mengubur, dan cara lain di bawah pengawasan petugas
karantina sesuai MP sehingga MP tidak mungkin lagi
menjadi sumber penyebaran OPTK.
g. Pembebasan
pemberian sertifikat pelepasan terhadap MP yang
dimasukkan ke dalam atau dimasukkan dari suatu area ke
area lain setelah dilakukan pemeriksaan, atau pengasingan
dan pengamatan, atau perlakuan, atau penahanan, atau
seluruh persyaratan yang diwajibkan telah dapat dipenuhi.
pemberian sertifikat kesehatan terhadap MP yang akan
dikeluarkan dari dalam atau dikeluarkan dari suatu area
ke area lain setelah dilakukan pemeriksaan, atau
pengasingan dan pengamatan, atau perlakuan.
E. Instalasi Karantina
E.1. Instalasi karantina di tempat pemasukan dan
pengeluaran atau di tempat-tempat lain.
E.2. Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat menetapkan
tempat milik perorangan atau badan hukum yang
memenuhi persyaratan sebagai instalasi karantina atas
permintaan pemilik tempat yang bersangkutan
F. Pungutan Jasa Karantina Tumbuhan
Setiap pemilik yang memanfaatkan jasa atau sarana
pemerintah dalam pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan
dikenakan pungutan jasa Karantina Tumbuhan, yang terdiri
dari biaya penggunaan sarana pada instalasi dan biaya jasa
pelaksanaan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas
karantina tumbuhan.
Semua penerimaan yang berasal dari pungutan jasa
merupakan PNBP.
G. Kawasan Karantina Tumbuhan
Dalam hal ditemukan atau terdapat petunjuk terjadinya
serangan suatu OPTK di suatu kawasan yang semula
diketahui bebas dari OPTK, Menteri dapat menetapkan
sebagai kawasan karantina tumbuhan yang didasarkan pada
hasil pengkajian atas luas serangan OPT, dengan
pertimbangan Kepala Daerah setempat.
Sambil menunggu penetapan kawasan karantina tumbuhan
oleh Menteri, Kepala Daerah dapat mengambil langkah
dan tindakan untuk mencegah tersebarnya dan atau
mengeradikasi OPTK.
Suatu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan karantina
tumbuhan, maka pencegahan penyebaran dan atau
pemberantasan OPTK menjadi kewenangan Menteri,
sedangkan pelaksanaannya dikordinasikan oleh Gubernur
setempat.
Penetapan kawasan karantina tumbuhan bersifat sementara
dan akan dicabut kembali oleh Menteri setelah
mempertimbangkan pendapat Kepala Daerah setempat.
H.Jenis OPT dan Media Pembawa
Jenis OPTK Gol.I,OPTK Gol.II,OPT Penting serta Media
Pembawanya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hasil
analisis resiko OPT dan daerah sebarnya.
I.Media Pembawa Lain
Media pembawa lain yang diturunkan dari alat angkut di
tempat pemasukan, harus dimusnahkan oleh penanggung
jawab alat angkut di bawah pengawasan petugas karantina
tumbuhan.
J.Tempat Pemasukan dan Pengeluaran
Tempat pemasukan dan pengeluaran ditetapkan oleh
Menteri dengan mempertimbangkan resiko masuk dan
tersebarnya OPTK serta kelancaran dan perkembangan
transportasi, perdagangan dan pembangunan nasional. Da;am
menetapkan Menteri berkordinasi dengan Menteri terkait.
K.Ketentuan Sanksi
Dengan sengaja melakukan pelanggaran tidak melengkapi
dokumen sertifikat kesehatan, tidak melalui tempat-tempat
pemasukan yang ditetapkan, tidak melaporkan dan
menyerahkan kepada petugas karantina, tidak melakukan
tindakan karantina, tidak memusnahkan media lain yang
terbawa oleh alat angkut, dipidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah), dan karena kelalaian
dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan didenda
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia

More Related Content

What's hot

Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranJenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Rahma Rizky
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
Hario Sadewo
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
Herry Mulyadie
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Ir. Zakaria, M.M
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Pestisida nabati (ratna k. ppb 3 c)
Pestisida nabati (ratna k. ppb 3 c)Pestisida nabati (ratna k. ppb 3 c)
Pestisida nabati (ratna k. ppb 3 c)
 
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
 
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranJenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
 
Blas padi
Blas padiBlas padi
Blas padi
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
 
Hpkebun6
Hpkebun6Hpkebun6
Hpkebun6
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
 
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
 
Hama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetHama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karet
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Makalah dasar padi
Makalah dasar padiMakalah dasar padi
Makalah dasar padi
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Hama dan penyakit cabai
Hama dan penyakit cabaiHama dan penyakit cabai
Hama dan penyakit cabai
 

Similar to Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia

Dasar hukum persentasi
Dasar hukum persentasiDasar hukum persentasi
Dasar hukum persentasi
Teguh Rusnadi
 
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Tata Naipospos
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Tata Naipospos
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Tata Naipospos
 
Pp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetik
Pp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetikPp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetik
Pp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetik
walhiaceh
 
Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...
Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...
Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...
Tata Naipospos
 
Pp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwanPp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwan
Galuh Insani
 

Similar to Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia (20)

Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaAspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
 
Dasar hukum persentasi
Dasar hukum persentasiDasar hukum persentasi
Dasar hukum persentasi
 
Pp14 2002
Pp14 2002Pp14 2002
Pp14 2002
 
Persyaratan impor benih
Persyaratan impor benihPersyaratan impor benih
Persyaratan impor benih
 
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
 
Uu 16 1992
Uu 16 1992Uu 16 1992
Uu 16 1992
 
Omkaba karkes
Omkaba karkesOmkaba karkes
Omkaba karkes
 
Persyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar areaPersyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar area
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
 
Pp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetik
Pp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetikPp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetik
Pp21 2005 ttg keamanan hayati produk rekayasa genetik
 
Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...
Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...
Pembahasan Undang-Undang No. 41-2014 Pasal 36C, 36D dan 36E - Ditkeswan - Jak...
 
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
 
Fumigation
FumigationFumigation
Fumigation
 
Lecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Lecture 11 prosedur karantina impor dan eksporLecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Lecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
 
Materi Sosialisasi Permentan_Bogor_Sept 2022_11m.pptx
Materi Sosialisasi Permentan_Bogor_Sept 2022_11m.pptxMateri Sosialisasi Permentan_Bogor_Sept 2022_11m.pptx
Materi Sosialisasi Permentan_Bogor_Sept 2022_11m.pptx
 
Pp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwanPp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwan
 
Norma K3 Bidang APD.pdf
Norma K3 Bidang APD.pdfNorma K3 Bidang APD.pdf
Norma K3 Bidang APD.pdf
 
pp no 009 tahun 1969.pdf
pp no 009 tahun 1969.pdfpp no 009 tahun 1969.pdf
pp no 009 tahun 1969.pdf
 
Materi Muatanpp30 Th2008
Materi Muatanpp30 Th2008Materi Muatanpp30 Th2008
Materi Muatanpp30 Th2008
 

More from Wahono Diphayana

More from Wahono Diphayana (20)

Internal Governance & Audit of Bank Indonesia
Internal Governance & Audit of Bank IndonesiaInternal Governance & Audit of Bank Indonesia
Internal Governance & Audit of Bank Indonesia
 
History and Organization of Bank Indonesia
History and Organization of Bank IndonesiaHistory and Organization of Bank Indonesia
History and Organization of Bank Indonesia
 
Function of Bank Indonesia
Function of Bank IndonesiaFunction of Bank Indonesia
Function of Bank Indonesia
 
Central Bank : An Introduction
Central Bank : An IntroductionCentral Bank : An Introduction
Central Bank : An Introduction
 
Bank Indonesia's Position as a State Institution
Bank Indonesia's Position as a State InstitutionBank Indonesia's Position as a State Institution
Bank Indonesia's Position as a State Institution
 
Teori perdag internasional : keunggulan absolut & keunggulan komparatif
Teori perdag internasional : keunggulan absolut & keunggulan komparatifTeori perdag internasional : keunggulan absolut & keunggulan komparatif
Teori perdag internasional : keunggulan absolut & keunggulan komparatif
 
Manfaat dan pengaruh perdagangan internasional
Manfaat dan pengaruh perdagangan internasionalManfaat dan pengaruh perdagangan internasional
Manfaat dan pengaruh perdagangan internasional
 
Keunggulan kompetitif
Keunggulan kompetitifKeunggulan kompetitif
Keunggulan kompetitif
 
Hambatan tarif dalam bisnis internasional
Hambatan tarif dalam bisnis internasionalHambatan tarif dalam bisnis internasional
Hambatan tarif dalam bisnis internasional
 
Hambatan non tarif dalam perdagangan internasional
Hambatan non tarif dalam perdagangan internasionalHambatan non tarif dalam perdagangan internasional
Hambatan non tarif dalam perdagangan internasional
 
Pembiayaan, penjaminan & kemitraan UMKM
Pembiayaan, penjaminan & kemitraan UMKMPembiayaan, penjaminan & kemitraan UMKM
Pembiayaan, penjaminan & kemitraan UMKM
 
Pemberdayaan umkm
Pemberdayaan umkmPemberdayaan umkm
Pemberdayaan umkm
 
Menumbuhan iklim usaha umkm
Menumbuhan iklim usaha umkmMenumbuhan iklim usaha umkm
Menumbuhan iklim usaha umkm
 
Pengembangan usaha umkm
Pengembangan usaha umkmPengembangan usaha umkm
Pengembangan usaha umkm
 
Kriteria & fungsi umkm
Kriteria & fungsi umkmKriteria & fungsi umkm
Kriteria & fungsi umkm
 
Mengenal pasar modal
Mengenal pasar modalMengenal pasar modal
Mengenal pasar modal
 
Peranan umkm & koperasi dalam perekonomian indonesia
Peranan umkm & koperasi dalam perekonomian indonesiaPeranan umkm & koperasi dalam perekonomian indonesia
Peranan umkm & koperasi dalam perekonomian indonesia
 
Teori mengenai uang
Teori mengenai uangTeori mengenai uang
Teori mengenai uang
 
Pasar valuta asing
Pasar valuta asingPasar valuta asing
Pasar valuta asing
 
Instrumen & indikator pasar uang
Instrumen & indikator pasar uangInstrumen & indikator pasar uang
Instrumen & indikator pasar uang
 

Recently uploaded (8)

Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).pptSlide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 

Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia

  • 1. ASPEK HUKUM & TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI INDONESIA
  • 2. Dalam rangka memberikan kepastian hukum yang kuat bagi penyelenggaraan karantina tumbuhan, telah ditetapkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Dan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang tersebut dalam penyelenggaraan kegiatan karantina tumbuhan telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan.
  • 3. A. Dasar Hukum Karantina Tumbuhan A.1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; A.2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP; A.3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis-jenis PNBP; A.4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan; A.5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis PNBP Yang Berlaku Pada Departemen Pertanian; A.6. Peraturan lainnya
  • 4. B.Obyek Tindakan Karantina Tumbuhan B.1. Media Pembawa OPT (tumbuhan dan bagian- bagiannya dan atau benda lain yang dapat membawa OPTK); B.2. Alat angkut Media Pembawa (semua alat transportasi darat, air, maupun udara yang dipergunakan untuk melalulintaskan media pembawa). C.Persyaratan Karantina Tumbuhan C.1. Setiap MP yang dimasukkan ke dala wilayah RI, wajib : C.1.1. dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan dari negara asal dan negara transit bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali MP yang tergolong benda lain;
  • 5. C.1.2. melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; C.1.3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan. C.2. Setiap MP yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara RI, wajib : C.2.1. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari area asal bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali MP yang tergolong benda lain; C.2.2. melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan; C.2.3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan ditempat-tempat pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan. Kewajiban sertifikat kesehatan tumbuhan dari area asal, tindakan karantina dikenakan terhadap MP yang dibawa atau dikirim dari suatu area yang tidak bebas ke area lain yang bebas OPTK
  • 6. C.3. Setiap MP yang akan dikeluarkan dari dalam wilayah negara RI, apabila diisyaratkan oleh negara tujuan, wajib : C.3.1. dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan dari tempat pengeluaran bagi tumbuhan dan bagian- bagiannya, kecuali MP yang tergolong benda lain; C.3.2. melalui tempat-tempat pengeluaran yang ditetapkan; C.3.3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan di tempat pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan. Dalam hal tertentu (suatu keadaan yang berdasarkan hasil analisa resiko OPT dinilai memiliki potensi yang besar untuk mengakibatkan terjadinya penyebaran OPT melalui lalu lintas MP) Menteri dapat menetapkan kewajiban tambahan, berupa :
  • 7. 1. Persyaratan teknis, contoh : a. MP harus berasal dari area yang bebas dari OPTK tertentu; b. Pemberian perlakuan tertentu di negara asal sebelum dikirim ke negara tujuan; c. Pengenaan tindakan karantina di negara ketiga; d. Larangan diturunkan MP – OPTK dari atas alat angkut apabila transit di negara tertentu; e. Keharusan melengkapi dengan sertifikaat tertentu untuk pemasukan MP tertentu. 2. Persyaratan kelengkapan dokumen : a. Keharusan untuk menyertakan sertifikat fumigasi atau surat keterangan asal; b. Keharusan melengkapi sertifikat tertentu untuk pemasukan MP tertentu.
  • 8. D. Tindakan Karantina Tumbuhan D.1. Setiap MP yang dimasukkan ke dalam Wilayah RI dikenakan tindakan karantina tumbuhan. D.2. MP yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area yang tidak bebas ke area lain yang bebas di dalam wilayah RI dikenakan tindakan karantina tumbuhan. D.3. MP yang akan dikeluarkan dari wilayah RI dikenakan tindakan karantina apabila dipersyaratkan oleh negara tujuan. Tindakan Karantina dilakukan oleh petugas karantina berupa pemeriksaan, pengasingan dan pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. a. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan administratif untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi dan keabsahan dokumen persyaratan, dan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi kemungkinan adanya OPT dan atau OPTK, dapat dilakukan secara visual dan atau laboratoris.
  • 9. b. Pengasingan dan Pengamatan untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya OPT dan atau OPTK yang karena sifatnya, dan dilakukan di suatu tempat yang terisolasi selama waktu tertentu sesuai dengan masa inkubasi OPT atau OPTK. c. Perlakuan untuk membebaskan MP, orang, alat angkut, peralatan, dan pembungkus dari OPT dan atau OPTK Gol. II, dapat dilakukan secara fisik maupun kimiawi. d. Penahanan untuk mengamankan MP dengan cara menempatkan dibawah penguasaan petugas karantina tumbuhan dalam waktu tertentu, karena persyaratan karantina belum sepenuhnya terpenuhi. e. Penolakan agar MP segera dibawa ke negara atau area asal atau area lain untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyebaran OPT dan atau OPTK pada lingkungan sekitarnya.
  • 10. Pengiriman MP yang dikenai tindakan penolakan ke negara atau area asal atau area lain dilakukan oleh pemilik di bawah pengawasan petugas karantina tumbuhan. f. Pemusnahan dilakukan dengan cara membakar,menghancurkan, mengubur, dan cara lain di bawah pengawasan petugas karantina sesuai MP sehingga MP tidak mungkin lagi menjadi sumber penyebaran OPTK. g. Pembebasan pemberian sertifikat pelepasan terhadap MP yang dimasukkan ke dalam atau dimasukkan dari suatu area ke area lain setelah dilakukan pemeriksaan, atau pengasingan dan pengamatan, atau perlakuan, atau penahanan, atau seluruh persyaratan yang diwajibkan telah dapat dipenuhi. pemberian sertifikat kesehatan terhadap MP yang akan dikeluarkan dari dalam atau dikeluarkan dari suatu area ke area lain setelah dilakukan pemeriksaan, atau pengasingan dan pengamatan, atau perlakuan.
  • 11. E. Instalasi Karantina E.1. Instalasi karantina di tempat pemasukan dan pengeluaran atau di tempat-tempat lain. E.2. Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat menetapkan tempat milik perorangan atau badan hukum yang memenuhi persyaratan sebagai instalasi karantina atas permintaan pemilik tempat yang bersangkutan F. Pungutan Jasa Karantina Tumbuhan Setiap pemilik yang memanfaatkan jasa atau sarana pemerintah dalam pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan dikenakan pungutan jasa Karantina Tumbuhan, yang terdiri dari biaya penggunaan sarana pada instalasi dan biaya jasa pelaksanaan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina tumbuhan. Semua penerimaan yang berasal dari pungutan jasa merupakan PNBP.
  • 12. G. Kawasan Karantina Tumbuhan Dalam hal ditemukan atau terdapat petunjuk terjadinya serangan suatu OPTK di suatu kawasan yang semula diketahui bebas dari OPTK, Menteri dapat menetapkan sebagai kawasan karantina tumbuhan yang didasarkan pada hasil pengkajian atas luas serangan OPT, dengan pertimbangan Kepala Daerah setempat. Sambil menunggu penetapan kawasan karantina tumbuhan oleh Menteri, Kepala Daerah dapat mengambil langkah dan tindakan untuk mencegah tersebarnya dan atau mengeradikasi OPTK. Suatu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan karantina tumbuhan, maka pencegahan penyebaran dan atau pemberantasan OPTK menjadi kewenangan Menteri, sedangkan pelaksanaannya dikordinasikan oleh Gubernur setempat. Penetapan kawasan karantina tumbuhan bersifat sementara dan akan dicabut kembali oleh Menteri setelah mempertimbangkan pendapat Kepala Daerah setempat.
  • 13. H.Jenis OPT dan Media Pembawa Jenis OPTK Gol.I,OPTK Gol.II,OPT Penting serta Media Pembawanya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hasil analisis resiko OPT dan daerah sebarnya. I.Media Pembawa Lain Media pembawa lain yang diturunkan dari alat angkut di tempat pemasukan, harus dimusnahkan oleh penanggung jawab alat angkut di bawah pengawasan petugas karantina tumbuhan. J.Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Tempat pemasukan dan pengeluaran ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan resiko masuk dan tersebarnya OPTK serta kelancaran dan perkembangan transportasi, perdagangan dan pembangunan nasional. Da;am menetapkan Menteri berkordinasi dengan Menteri terkait.
  • 14. K.Ketentuan Sanksi Dengan sengaja melakukan pelanggaran tidak melengkapi dokumen sertifikat kesehatan, tidak melalui tempat-tempat pemasukan yang ditetapkan, tidak melaporkan dan menyerahkan kepada petugas karantina, tidak melakukan tindakan karantina, tidak memusnahkan media lain yang terbawa oleh alat angkut, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), dan karena kelalaian dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan didenda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).