SlideShare a Scribd company logo
Laboratorium Satuan Operasi 1
Semester IV 2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM
SIEVING (PENGAYAKAN)
Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, MT
Kelompok : II (Dua)
Tanggal Praktikum : Kamis, 25 Februari 2016
Nama Anggota Kelompok :
1. Puspita Sari R. (331 14 002)
2. Rezki Yunita Apriana (331 14 003)
3. Nurhikma (331 14 005)
4. Widi Aprilia Tabi (331 14 009)
5. Jusriadi (331 14 014)
6. Gleiny Yulien Picarima (331 14 025)
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2016
I. JUDUL PERCOBAAN : SIEVING (PENGAYAKAN)
II. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Membuat sieve analysis table
2. Mengevaluasi data pada sieve analysis table dalam bentuk kurva-kurva distribusi
(fractional-cumulative-frequency) dan nilai-nilai dari diameter partikel tengah
(dpm), diameter partikel yang paling banyak (dpf) dan luas permukaan spesifik
pada tiap ayakan.
III. ALAT DAN BAHAN
 Alat yang digunakan:
1. Mesin ayak dengan lubang ayakan tiap tingkat masing-masing 1.70 mm,
1.40 mm, 1.18 mm, 1.00 mm, 0.85 mm, 0.71 mm, 0.60 mm, dan pan.
2. Gelas kimia 400 mL 1 buah
3. Sikat halus
4. Spatula
5. Talang
6. Penggerus manual (batu)
7. Piknometer 25 mL
8. Neraca kasar
9. Neraca analitik
10. Baskom
 Bahan yang digunakan:
1. Batu bata merah kering
2. Aquadest
IV. DASAR TEORI
Pengertian Sieving
Screening, sieving atau pengayakan merupakan operasi pemisahan partikel atau material
secara mekanis yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel. Istilah screening digunakan
untuk skala industri, Sedangkan istilah sieving digunakan untuk skala laboratorium. Sieving
adalah metode pengukuran ukuran partikel padat yang paling penting untuk partikel
berukuran diatas 0.04 mm. Operasi pengayakan biasanya dilakukan untuk partikel atau
material berukuran relative kasar.
Prinsip pemisahannya didasarkan pada ukuran relative antara ukuran partikel dengan
lubang ayakan. Partikel- partikel yang memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran lubang
ayakan akan lolos ayakan. Kelompok partikel ini disebut undersize product atau partikel
minus. Sedangkan partikel-partikelyang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan akan
tertinggal di atas ayakan . Partikel ini dikelompokkan sebagai oversize product atau partikel
plus. Operasi pemisahannya dilakukan dengan melewatkan partikel- partkel diatas ayakan
atau screen yang memiliki lubang dengan ukuran tertentu. Pengayakan dilakuakan dengan
alat yang disebut ayakan atay screen seperti : grizzly yang terbuat dari batang-batang sejajar
atau anyaman kawat berlubang.
Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk memperluas permukaan bahan sehingga kontak
antara bahan dan pelarut bisa berlangsung optimum. Pengayakan biasanya dilakukan
terhadap material yang telah mengalami proses penghancuran. Bahan yang lolos melewati
sederet ayakan dengan bermacam-macam ukuran akan terpisahkan menjadi beberapa fraksi
berukuran (size fraction) yaitu fraksi-fraksii yang ukuran maksimum dan minimumnya
diketahui.
Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut.
Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam
satuan mesh, contoh ayakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Saringan dengan ukuran pori dalam mesh
Pada pengayakan secara mekanik (pengayak getaran, guncangan atau kocokan) dilakukan
dengan bantuan mesin, yang umumnya mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar
lubang standar yang berlainan. Bahan yang dipak, bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan
melalui lubang kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi yang berbeda. Beberapa mesin
pengayak bekerja dengan gerakan melingkar atau ellipsoid terhadap permukaan ayakan.
Pada jenis ayakan yang statis, bahan yang diayak dipaksa melalui lubang dengan
menggunakan bantuan udara kencang atau juga air deras.
Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam pengayakan tergantung dari
material yang akan dianalisa, anatara lain:
1. Ayakan dengan gerakan vertikal
Gambar 2. Ayakan dengan gerakan melempar
Cara pengayakan dalam metode diatas, sampel terlempar ke atas secara vertikal dengan
sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi
pemisahan secara menyeluruh, pada saat yang bersamaan sampel yang terlempar keatas akan
berputar (rotasi) dan jatuh di atas permukaan ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih kecil
dari lubang ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih besar akan dilemparkan ke
atas lagi dan begitu seterusnya. Sieve shaker modern digerakkan dengan electro magnetik yang
bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana getaran yang dihasilkan dialirkan ke
ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu (Zulfikar, 2010).
2. Ayakan dengan gerakan horizontal
Gambar 3. Ayakan dengan gerakan horizontal
Cara Pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak secara horisontal (mendatar) pada
bidang permukaan sieve (ayakan), metode ini baik digunakan untuk sampel yang berbentuk
jarum, datar, panjang atau berbentuk serat. Metode ini cocok untuk melakukan analisa ukuran
partikel aggregat.
Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel berdasarkan nomor
mesh. Metode ini merupakan metode langsung karena ukuran partikel dapat dilhat secara dua
dan tiga dimensi. Metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi oleh The
National Bureau of Standard. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang
lebih kasar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan
untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.
Jika diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-turut mulai
dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel yang ditimbang teliti
ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut digoyangkan untuk satu
periode waktu tertentu, sampel yang tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan
pengayakan akan timbul dari sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas
penggoyangan.
Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel tertentu
ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik. Nomor mesh menyatakan
banyaknya lubang dalam 1 inchi. Ayakan dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan
yang besar berarti ukuran partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Sebaliknya ayakan
dengan nomor mesh besar memiliki lubang ayakan kecil berarti ukuran partikel yang
melewatinya kecil. Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel sesuai dengan
ukuran partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos ayakan pertama akan tersaring pada
ayakan kedua dan seterusnya hingga partikel itu tidak dapat lagi melewati ayakan dengan nomor
mesh tertentu.
Gambar 4.
Susunan ayakan untuk memisahkan partikel sesuai dengan ukuran partikel masing-masing
Waktu pengayakan dilakukan selama 10 menit karena waktu tersebut dianggap waktu
optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu
lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos
keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari 10 menit
partikel belum terayak sempurna. Waktu ayakan optimal adalah merupakan suatu kesesuaian
antara waktu tercapainya derajat pemisahan yang tinggi dan derajat perubahan ukuran partikel
asal karena proses pengayakan.
Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan untuk mengetahui
besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat disebabkan tertinggalnya dalam
pengayakan, hilang saat pemindahan bahan dari ayakan ke timbangan maupun hilang saat
pemindahan berlangsung.
Dalam hal dasar, pengayak terdiri dari wadah yang berisi saringan kawat dengan ukuran
tertentu. Mesin pengayak ini digetarkan oleh motor listrik sehingga partikel kecil dapat melewati
lubang mesh dan setiap partikel atau kontaminasi yang terlalu besar tetap di atas. Kasa baja
stainless dengan toleransi yang tinggi pada lubang juga ditentukan untuk memberikan kualitas
produk yang sangat baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain :
1. Waktu atau lama pengayakan.
Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika pengayakan terlalu lama akan
menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan
menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel.
Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan
lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran.
Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi tumbukan antar
partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak
dengan ukuran tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi.
Sampel yang baik mewakili semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang
dimaksud adalah keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke
yang paling kasar.
Diameter partikel rata-rata berdasarkan ayakan Tyler.
Ukuran ayakan
(Tyler Mesh)
Diameter partikel
Dp, in
-10 + 14
-14 + 20
-20 + 28
-28 + 35
-35 + 48
-48 + 65
-65 + 100
-100 + 150
-150 + 200
0,0555
0,0394
0,0280
0,0198
0,0140
0,0099
0,0070
0,0050
0,0035
Keuntungan dari metode pengayakan antara lain:
1. Lebih cepat dan praktis.
2. Dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar.
3. Dalam waktu relatif singkat dapat diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Tidak bersifat subyektif.
5. Lebih mudah diamati.
6. Tidak membutuhkan ketelitian mata pengamat.
Kerugian dari metode pengayakan antara lain:
1. Tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada metode mikroskopi.
2. Ukuran partikel tidak pasti karena ditentukan secara kelompok (berdasarkan
keseragaman). Tidak dapat menentukan diameter partikel karena ukuran partikel
diperoleh berdasarkan nomor mesh ayakan.
3. Adanya agregasi karena adanya getaran sehingga mempengaruhi validasi data.
4. Tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat menyebabkan erosi pada bahan-bahan
granul.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam operasi pengayakan adalah :
 Bentuk lubang ayakan
 Celah dan interval ayakan
 Ukuran partikel
 Kapasitas ayakan dan keefektifan
 Variabel dalam operasi pengayakan :
1. Metode pengumpanan
2. Permukaan ayakan
3. Sudut kemiringan
4. Kecepatan putaran
5. Frekuensi getaran
Beberapa ayakan yang sering digunakan antara lain :
1. Grizzly, merupakan jenis ayakan dimana material yang diayak mengikuti aliran pada posisi
kemiringan tertentu.
2. Vibrating screen, ayakan dinamis dengan permukaan horizontal dan miring digerakkan pada
frekuensi 1000-7000 hertz. Satuan kapasitas tinggi dengan efisiensi pemisahan yang baik
yang digunakan untuk interval ukuran perikel yang luas.
3. Oscilating screen, ayakan dinamis pada frekuensi yang lebih rendah dari vibrating screen
(100-400 hertz) dengan waktu yang lebih lama, lebih linear dan lebih tajam.
4. Reciprocating screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakan menggoyangkan
pukulan yang panjang (20-200 hertz).
5. Shifting screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakkan memutar dalam bidang
permukaan ayakan. Gerakan actual dapat berupa putaran atau getaran memutar. Digunakan
untuk pengayakan material basah atau kering.
6. Revolving screen, ayakan dinamis dengan posisi miring berotasi pada kecepatan rendah (10-
20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material-material relative kasar.
V. PROSEDUR KERJA
Rangkaian Alat :
Tutup
Baut Pengunci
Vibrator
Susunan bidang ayak
Cara Kerja :
 Bahan batu bata merah kering ditumbuk menggunakan batu hingga halus dan
diperkirakan ukuran partikelnya akan terdistribusi baik pada setiap bidang
ayakan.
 Hasil gerusan ditimbang ± 400 g
 Bidang ayakan dibersikan dengan sikat halus satu persatu, kemudian
ditimbang dengan neraca kasar (karena kendala teknis, sebaiknya bidang
ayakan dialasi dengan talang).
 Bidang ayakan masing-masing disusun mulai dari pan (tidak berlubang)
sampai lebar bidang ayak terbesar berdasarkan nilai apparatus yang terdapat
pada masing-masing bidang ayak. Kemudian ditempatkan diatas vibrator.
 Gerusan batu bata merah kering dimasukkan pada bidang ayak paling atas
kemudian penutup dipasang secara hati-hati dan baut pengunci dikencangkan.
 Mesin vibrator dinyalakan dengan menekan tombol “On” pada bagian
samping alat.
 Mode getaran (3), frekuensi getaran (2), dan lama waktu pengayakan
(dilakukan variasi waktu) diatur. Kemudian tekan “Run”.
 Setelah pengayakan selesai alat dimatikan dengan menekan tombol “Off”
pada bagian samping alat.
 Kemudian bidang ayakan dipindahkan dengan mengangkat bidang ayak
paling bawah (pan). Satu persatu bidang ayak ditimbang dengan neraca kasar
yang dialasi talang.
 Percobaan yang sama dilakukan dengan variasi waktu 1 menit, 2 menit, 3
menit, 4 menit, 5 menit dan 6 menit.
 Alat yang telah digunakan dibersihkan seperti semula.
Penentuan Berat Jenis Batu Bata Merah
 Menimbang piknometer kosong, bersih dan kering.
 Mengisi piknometer dengan aquadest pada suhu 25 oC yang telah diketahui
berat jenisnya secara pasti, sehingga diperoleh volume piknometer.
 Kemudian mengeringkan kembali piknometer yang telah diisi air, selanjutnya
mengisi dengan batu bata merah sampai 1/5 volume piknometer.
 Menimbang piknometer yang berisi batu bata merah.
 Menambahkan aquadest kedalam piknometer yang telah diisi batu bata merah
(tidak boleh ada gelembung udara).
 Menimbang piknometer yang berisi batu bata merah dan aquadest.
 Menghitung volume dan berat batu bata merah, sehingga akan diperoleh berat
jenisnya.

VI. DATA PENGAMATAN
N
o.
Diameter
ayakan (mm)
Massa ayakan
kosong (g)
Massa ayakan +talang +sample tiap waktu (g)
1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit
1 1.70 446.86 691.8 639.40 625.75 620.70 619.50 614.18
2 1.40 411.7 517.34 528.99 524.91 529.63 524.98 521.09
3 1.18 424.24 547.53 549.12 548.00 543.60 534.38 531.25
4 1.00 411.66 506.23 513.99 510.63 507.00 510.28 511.53
5 0.85 378.76 469.40 472.42 471.99 473.22 471.48 471.11
6 0.71 376.14 501.05 488.77 491.20 487.43 492.43 489.61
7 0.60 375.99 503.25 524.62 517.00 506.43 506.15 503.64
8 0 285.87 392.57 409.79 436.88 456.78 464.52 481.50
Catatan :
Massa talang : 77.31 gram
Massa piknometer kosong : 23.02 gram
Massa piknometer + air : 47.97 gram
Massa piknometer + air + padatan : 48.51 gram
Massa piknometer + padatan : 24.03 gram
Berat jenis pada suhu 25 oC : 0.99704 g/cm3
VII. DATA PERHITUNGAN
 Menentukan berat jenis batu bata merah
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 =
( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑎𝑖𝑟) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 25 ℃
=
(47.97 − 23.02) 𝑔𝑟𝑎𝑚
0.99704 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
= 25.0241 𝑐𝑚3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 =
( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑎𝑖𝑟 + 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 25 ℃
=
(48.51 − 24.03) 𝑔𝑟𝑎𝑚
0.99704 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
= 24.5527 𝑐𝑚3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
= (25.0241 − 24.5527) 𝑐𝑚3
= 0.4714 𝑐𝑚3
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛) − ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
= (24.03 − 23.02) 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1.01 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
=
1.01 𝑔𝑟𝑎𝑚
0.4714 𝑐𝑚3
= 2.1425 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
= 2142.5 𝑘𝑔/𝑚3
 Menentukan nilai OP%i, Pi%i, C%OPi, C%UPi, dan Ai
Untuk t = 1 menit pada diameter ayakan 1.70 mm
o ( 𝑂𝑃%𝑖) =
𝑂𝑃𝑖
𝑀
=
0.1676 𝑘𝑔
0.3995 𝑘𝑔
= 0.4196
o ( 𝐶%𝑂𝑃𝑖) = ∑ 𝑂𝑃%𝑖
𝑖
𝑛=1 =0.4196
o ( 𝐶%𝑈𝑃𝑖) = 1 − 𝐶%𝑂𝑃𝑖 = 1 − 0.4196 = 0.5804
o ( 𝐴𝑖) =
6 .𝑂𝑃𝑖
𝜌 . 𝑑 𝑃𝑖
=
6 𝑥 0.1676 𝑘𝑔
1000 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 0.0017 𝑚
= 0.27614 𝑚2
Untuk t = 1 menit pada diameter ayakan 1.40 mm
o ( 𝑂𝑃%𝑖) =
𝑂𝑃𝑖
𝑀
=
0.0283 𝑘𝑔
0.3995 𝑘𝑔
= 0.0709
o ( 𝑃𝑖%𝑖) =
𝑂𝑃𝑖
𝑀 . ∆𝑑 𝑃𝑖
=
0.0283 𝑘𝑔
0.3995 𝑘𝑔 𝑥 (0.0017 −0.0014)𝑚
= 0.2364 𝑚−1
o ( 𝐶%𝑂𝑃𝑖) = ∑ 𝑂𝑃%𝑖
𝑖
𝑛=1 = 0.4196 + 0.0709 = 0.4905
o ( 𝐶%𝑈𝑃𝑖) = 1 − 𝐶%𝑂𝑃𝑖 = 1 − 0.4905 = 0.5095
o ( 𝐴𝑖) =
6 .𝑂𝑃𝑖
𝜌 . 𝑑 𝑃𝑖
=
6 𝑥 0.0283 𝑘𝑔
1000 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 0.0014 𝑚
= 0.05667 𝑚2
 Menentukan nilai dpm (diameter partikel tengah), dpf (diameter yang paling
banyak) dengan kurva fractional – cumulative – frequency.
1. Untuk waktu (t) =1 menit
No.
Diameter Partikel
Tengah (dpim)
Fraksi Massa (OP%)
1. 1.55 mm 0.0709
2. 1.29 mm 0.1151
3. 1.09 mm 0.0432
4. 0.93 mm 0.0334
5. 0.78 mm 0.1192
6. 0.66 mm 0.1250
7. 0.30 mm 0.0736
8. 0 mm 0
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
FraksiMassa(OP%)
D p Rata- Rata (mm)
Kurva Distribusi Frekuensi
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75
FraksiMassa
D p Rata- Rata (mm)
Kurva Distribusi Kumulatif
C%OP
C%UP
Berdasarkan kurva ( fractional – cumulative – frequency) diperoleh :
dpm (diameter partikel tengah) = 1.30 mm
dpf ( diameter partikel paling banyak) = 1.70 mm
2. Untuk waktu (t) = 3 menit
No.
Diameter Partikel
Tengah (dpim)
Fraksi Massa (OP%)
1. 1.55 mm 0.0905
2. 1.29 mm 0.1171
3. 1.09 mm 0.0546
4. 0.93 mm 0.0401
5. 0.78 mm 0.0952
6. 0.66 mm 0.1606
7. 0.30 mm 0.1858
8. 0 mm 0
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75
FraksiMassa
D p Rata- Rata (mm)
Kurva Distribusi Kumulatif
C%OP
C%UP
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
FraksiMassa(OP%)
D p Rata- Rata (mm)
Kurva DistribusiFrekuensi
Berdasarkan kurva ( fractional – cumulative – frequency) diperoleh :
dpm (diameter partikel tengah) = 1.00 mm
dpf ( diameter partikel paling banyak) = 1.70 mm
3. Untuk waktu (t) = 6 menit
No.
Diameter Partikel
Tengah (dpim)
Fraksi Massa (OP%)
1. 1.55 mm 0.0814
2. 1.29 mm 0.0753
3. 1.09 mm 0.0572
4. 0.93 mm 0.0382
5. 0.78 mm 0.0917
6. 0.66 mm 0.1277
7. 0.30 mm 0.3001
8. 0 mm 0
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
FraksiMassa(OP%)
D p Rata- Rata (mm)
Kurva DistribusiFrekuensi
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75
FraksiMassa
D p Rata- Rata (mm)
Kurva Distribusi Kumulatif
C%OP
C%UP
Berdasarkan kurva ( fractional – cumulative – frequency) diperoleh :
dpm (diameter partikel tengah) = 0.71 mm
dpf ( diameter partikel paling banyak) = 0.31 mm
Secara keseluruhan kurva distribusi fraksional dan frekuensi untuk analisa pengaruh
waktu terhadap distribusi partikel pada setiap ayak.
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0 0.6 0.71 0.85 1 1.18 1.4 1.7
FraksiMassa(OP%)
diameter partikel (mm)
Kurva DistribusiFraksional
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
FraksiMassa(OP%)
D p Rata- Rata (mm)
Kurva DistribusiFrekuensi
t = 1 menit
t = 3 menit
t = 6 menit
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
FraksiMassa
D p Rata- Rata (mm)
Kurva DistribusiKumulatif
t = 1 menit
t= 3 menit
t = 6 menit
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum sieving ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara
menentukan ukuran partikel zat padat dengan melakukan analisa data ukuran partikel
(sieve analysis table) menggunakan screen shaker, dan mengevaluasi hasil analisis
ayakan. Cara penentukan ukuran partikel dengan menggunakan alat screen shaker
yaitu menrupakan ayakan bertingkat yang digetarkan dengan diameter ayakan
berturut-turut 1.70 mm, 1.40 mm, 1,18 mm, 1.00 mm, 0.85 mm, 0.71 mm, 0,60 mm
dan pan. Yang mana partikel zat padat yang ingin ditentukan ukurannya adalah batu
bata merah kering yang memiliki ukran partikel yang tidak seragam. Proses
pengayakan dilakukan pada mode 2 dengan frekuensi vibrator 2 dan variasi waktu 1-6
menit dengan interval 1 menit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebanyak 6 kali percobaan
pengayakan diperoleh berat partikel total yang tidak seragam padahal menggunakan
batu bata merah yang sama. Hal tersebut dikarenakan adanya massa batu bata yang
hilang karena ukuran partikel yang sangat halus. Pada analisa penentuan diameter
partikel paling banyak muncul (dpf), diameter partikel tengah (dpm) dan luas
permukaan partikel, kami hanya mengambil tiga data waktu sebagai acuan untuk
analisa karena adanya perbedaan data yang cukup jauh (atau dapat terlihat).
Untuk analisa pada waktu 1 menit diperoleh fraksi massa paling tinggi pada
ayakan paling atas sebesar 0.1676 mm. Hal itu dikarenakan lama waktu pengayakan
tidak optimal sehingga kesempatan partikel untuk lolos sangat kecil sehingga partikel
tersentu masih banyak diayakan paling atas. Untuk analisa pada waktu 3 menit
diperoleh fraksi massa tertinggi sama halnya dengan waktu 1 menit sebesar 0.2561.
Hal tersebtu dikarenakan kesempatan partikel zat padat untuk terdistribusi (lolos)
dalam ayakan masih kurang optimal meskipun ada perubahan dibandingkan waktu 1
menit. Beda halnya dengan waktu 6 menit diperoleh fraksi massa sebesar 0.1183 pada
ayakan paling bawah (pan) dikarenakan kesempatan partikel untuk lolos pada setiap
bidang ayakan lebih besar sehingga massa partikel pada pan lebih besar dan sudah bisa
dikatakan efisiensi waktu pengayakan sudah optimal atau terdistribusi sesuai ukuran
diameter ayakan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari kurva fraksional dan frekuensi. Yang
mana semakin lama pengayakan maka diameter partikel yang sering muncul semakin
banyak pada bagian bawah (pan) dikarenakan semakin lama pengayakan maka
kesempatan partikel untuk lolos pada setiap bidang ayakan semakin besar. Sama
halnya dalam penentukan diameter partikel tengah (dpm) berdasarkan kurva distribusi
kumulatif, terlihat ketiga perbedaan titik diameter partikel tengah masing-masing 1.30
mm, 1.00 mm dan 0.71 mm. Hal tersebut dikarenakan ada kaitannya dengan waktu
pengayakan semakin lama maka kesempatan partikel untuk lolos semakin besar
sehingga diameter partikel tengah akan semakin kecil. Untuk ukuran luas permukaan
partikel semakin lama waktu pengayakan ukuran partikel semakin kecil.
Pada percobaan ini ada beberapa factor yang mempengaruhi pengayakan :
1. Waktu pengayakan
Semakin cepat waktu pengayakan maka kesempatan partikel untuk lolos
semakin kecil. Sebaliknya apabila waktu pengayakan terlalu lama maka akan
mengakibatkan gaya tumbukan antar partikel sehingga partikel akan pecah dan
lolos dalam ayakan sehingga peru dicari waktu ayakan yang optimal.
2. Ukuran bahan ayakan
Semakin halus partikel zat padat yang diayak maka akan semakin banyak
material yang lolos. Hal ini bergantung ukuran bukaan ayakan yang digunakan.
3. Kandungan air
Apabila material yang digunakan mengandung air maka akan membuat proses
pengayakan tidak optimal karena partikel- partikel yang mengandung air akan
mudah beraglomerasi (bersatu) membentuk ukuran partikel yang lebih besar
sehingga lama kelamaan akan menyumbat lubang ayakan.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat data sieve analysis table dan kurva fractional,
frekuensi dan cumulative yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa :
 Nilai dpm (diameter partikel tengah)
1. waktu 1 menit = 1.30 mm
2. waktu 3 menit = 1.00 mm
3. waktu 6 menit = 0.71 mm
 Nilai dpf ( diameter partikel paling banyak)
1. waktu 1 menit = 1.70 mm
2. waktu 3 menit =1.7 mm
3. waktu 6 menit = 0.31 mm
 Luas permukaan spesifik (m2/kg)
1. waktu 1 menit = 2.3909
2. waktu 3 menit = 2.2909
3. waktu 6 menit = 1.9615
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Suatu sampel tertentu diayak dengan menggunakan 8 bidang ayak (lihat contoh
kasus). Jika sampel yang sama diayak sekali lagi dengan menggunakan bidang
ayak yang sama tetapi tanpa ayakan nomor 3 dan 4, maka jelaskan apa saja
perbedaan hasil perhitungan yang ditimbulkannya ?
Jawab:
No. dp OP OP% C%OP Pi%
1 0.71 0.0139 0.052812 0.052812
2 0.5 0.0711 0.270137 0.322948 1.286366
5 0.18 0.0763 0.289894 0.612842 0.905918
6 0.125 0.05 0.18997 0.802812 3.453993
7 0.071 0.0346 0.131459 0.934271 2.434425
8 0.045 0.0103 0.039134 0.973404 1.505144
pan 0 0.007 0.026596 1 0.591017
Total 0.2632
Berdasarkan data tanpa ayakan 3 dan 4 maka terdapat perbedaan pada massa total
sample kurang sehingga fraksi massa pada tiap ayakan juga berbeda pula,
sehingga tentu akan mempengaruhi C%OP dan Pi% karena partikel pada ayakan
3 dan 4 akan terdistribusi ke ayakan dibawanya.
2. Untuk mengecek perhitungan C%OP yang benar secara cepat , apakah yang harus
saudara perhatikan ?
Jawab : Yang diperhatikan yaitu jumlah keseluruhan fraksi massa (OP%) pada
diameter partikel sama dengan 0 mm (pan) untuk fraksi massa oversize product
(C%OP) hasilnya selalu satu (karena secara teori total jumlah fraksi selalu sama
dengan 1)
3. Mengapa nilai Pi% yang pertama pada sieve analysis table harus dikosongkan ?
Jawab : Karena pada tingkat ayakan pertama tidak ada delta (perbedaan) ukuran
diameter ayak, sehingga nilainya dikosongkan (tidak terbaca oeh computer).
XI. DAFTAR PUSTAKA
http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/analisis-ayak-sieve-analysis/operasi-
pengayakan-pada-pengolahan-mineral/
https://www.academia.edu/7474757/Screening
Tim Dosen Satuan Operasi.2013. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Makassar:
Politeknik Ujung Pandang
LAMPIRAN
Menggerus batu bata merah secara manual Menimbang sampel batu bata merah
Menimbang bidang ayakan dengan neraca kasar
Memasukkan sampel dalam ayakan sebelum
dipasang penutup dan knop pengunci
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t=1 menit
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t=2 menit
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t=3 menit
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t=4 menit
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t=5 menit
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t=6 menit
 Menentukan nilai Oversize Product (OP)
N
o
Diameter
ayakan
(mm)
Massa
ayakan
kosong (g)
Massa ayakan +talang +sample tiap waktu (g) Oversize Product tiap waktu (kg)
1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit
1 1.70 446.86 691.8 639.40 625.75 620.70 619.50 614.18 0.1676 0.1152 0.1016 0.0965 0.0953 0.0900
2 1.40 411.7 517.34 528.99 524.91 529.63 524.98 521.09 0.0283 0.0400 0.0359 0.0406 0.0360 0.0321
3 1.18 424.24 547.53 549.12 548.00 543.60 534.38 531.25 0.0460 0.0476 0.0465 0.0421 0.0328 0.0297
4 1.00 411.66 506.23 513.99 510.63 507.00 510.28 511.53 0.0173 0.0250 0.0217 0.0180 0.0213 0.0226
5 0.85 378.76 469.40 472.42 471.99 473.22 471.48 471.11 0.0133 0.0164 0.0159 0.0172 0.0154 0.0150
6 0.71 376.14 501.05 488.77 491.20 487.43 492.43 489.61 0.0476 0.0353 0.0378 0.0340 0.0390 0.0362
7 0.60 375.99 503.25 524.62 517.00 506.43 506.15 503.64 0.0500 0.0713 0.0637 0.0531 0.0529 0.0503
8 pan 285.87 392.57 409.79 436.88 456.78 465.52 481.50 0.0294 0.0466 0.0737 0.0936 0.1023 0.1183
Massa Total (M) 0.3995 0.3974 0.3967 0.3951 0.3950 0.3942
 Menentukan nilai OP, OP%,Pi%, C%OP, C%UP, dan luas permukaan partikel spesifik (m2
)
1. Untuk t = 1 menit
No
Diameter
ayakan (mm)
Oversize
Product (kg)
OP%
Pi% (Probability
Percentage)
C%OP (Cumulative Percentage
Oversize Product)
C%UP (Cumulative Percentage
Undersize Product)
Luas permukaan
partikel (m2
)
1 1.70 0.1676 0.4196 - 0.4196 0.5804 0.2761
2 1.40 0.0283 0.0709 0.2364 0.4905 0.5095 0.0567
3 1.18 0.0460 0.1151 0.5232 0.6057 0.3943 0.1091
4 1.00 0.0173 0.0432 0.2400 0.6489 0.3511 0.0483
5 0.85 0.0133 0.0334 0.2225 0.6822 0.3178 0.0440
6 0.71 0.0476 0.1192 0.8511 0.8014 0.1986 0.1877
7 0.60 0.0500 0.1250 1.1367 0.9264 0.0736 0.2331
8 0 0.0294 0.0736 0.1226 1.0000 0 -
Massa Total (M) 0.3995 1.0000
2.3909
2. Untuk t = 2 menit
No
Diameter
ayakan (mm)
Oversize
Product (kg)
OP%
Pi% (Probability
Percentage)
C%OP (Cumulative Percentage
Oversize Product)
C%UP (Cumulative Percentage
Undersize Product)
Luas permukaan
partikel (m2
)
1 1.70 0.1152 0.2900 - 0.2900 0.7100 0.1898
2 1.40 0.0400 0.1006 0.3353 0.3906 0.6094 0.0800
3 1.18 0.0476 0.1197 0.5441 0.5103 0.4897 0.1129
4 1.00 0.0250 0.0630 0.3498 0.5732 0.4268 0.0701
5 0.85 0.0164 0.0411 0.2743 0.6144 0.3856 0.0539
6 0.71 0.0353 0.0889 0.6348 0.7032 0.2968 0.1393
7 0.60 0.0713 0.1795 1.6315 0.8827 0.1173 0.3329
8 0 0.0466 0.1173 0.1955 1.0000 0 -
Massa Total (M) 0.3974 1.0000 2.4631
3. Untuk t = 3 menit
No
Diameter
ayakan (mm)
Oversize
Product (kg)
OP%
Pi% (Probability
Percentage)
C%OP (Cumulative Percentage
Oversize Product)
C%UP (Cumulative Percentage
Undersize Product)
Luas permukaan
partikel (m2
)
1 1.70 0.1016 0.2561 - 0.2561 0.7439 0.1673
2 1.40 0.0359 0.0905 0.3017 0.3466 0.6534 0.0718
3 1.18 0.0465 0.1171 0.5323 0.4637 0.5363 0.1102
4 1.00 0.0217 0.0546 0.3034 0.5183 0.4817 0.0607
5 0.85 0.0159 0.0401 0.2676 0.5584 0.4416 0.0525
6 0.71 0.0378 0.0952 0.6798 0.6536 0.3464 0.1489
7 0.60 0.0637 0.1606 1.4599 0.8142 0.1858 0.2973
8 0 0.0737 0.1858 0.3097 1.0000 0 -
Massa Total (M) 0.3967 1.0000 2.2909
4. Untuk t = 4 menit
No
Diameter
ayakan (mm)
Oversize
Product (kg)
OP%
Pi% (Probability
Percentage)
C%OP (Cumulative Percentage
Oversize Product)
C%UP (Cumulative Percentage
Undersize Product)
Luas permukaan
partikel (m2
)
1 1.70 0.0965 0.2443 - 0.2443 0.7557 0.1590
2 1.40 0.0406 0.1028 0.3427 0.3471 0.6529 0.0813
3 1.18 0.0421 0.1064 0.4838 0.4536 0.5464 0.0998
4 1.00 0.0180 0.0456 0.2535 0.4992 0.5008 0.0505
5 0.85 0.0172 0.0434 0.2894 0.5426 0.4574 0.0565
6 0.71 0.0340 0.0860 0.6143 0.6286 0.3714 0.1340
7 0.60 0.0531 0.1345 1.2225 0.7631 0.2369 0.2480
8 0 0.0936 0.2369 0.3948 1.0000 0 -
Massa Total (M) 0.3951 1.0000 2.0984
5. Untuk t = 5 menit
No
Diameter
ayakan (mm)
Oversize
Product (kg)
OP%
Pi% (Probability
Percentage)
C%OP (Cumulative Percentage
Oversize Product)
C%UP (Cumulative Percentage
Undersize Product)
Luas permukaan
partikel (m2
)
1 1.70 0.0953 0.2414 - 0.2414 0.7586 0.1570
2 1.40 0.0360 0.0911 0.3036 0.3324 0.6676 0.0720
3 1.18 0.0328 0.0831 0.3778 0.4155 0.5845 0.0779
4 1.00 0.0213 0.0540 0.2997 0.4695 0.5305 0.0597
5 0.85 0.0154 0.0390 0.2601 0.5085 0.4915 0.0508
6 0.71 0.0390 0.0987 0.7049 0.6072 0.3928 0.1537
7 0.60 0.0529 0.1338 1.2164 0.7410 0.2590 0.2467
8 0 0.1023 0.2590 0.4317 1.0000 0 -
Massa Total (M) 0.3950 1.0000 2.0704
6. Untuk t = 6 menit
No
Diameter
ayakan (mm)
Oversize
Product (kg)
OP%
Pi% (Probability
Percentage)
C%OP (Cumulative Percentage
Oversize Product)
C%UP (Cumulative Percentage
Undersize Product)
Luas permukaan
partikel (m2
)
1 1.70 0.0900 0.2283 - 0.2283 0.7717 0.1483
2 1.40 0.0321 0.0814 0.2713 0.3097 0.6903 0.0642
3 1.18 0.0297 0.0753 0.3425 0.3850 0.6150 0.0705
4 1.00 0.0226 0.0572 0.3179 0.4423 0.5577 0.0632
5 0.85 0.0150 0.0382 0.2543 0.4423 0.5577 0.0495
6 0.71 0.0362 0.0917 0.6552 0.5722 0.4278 0.1426
7 0.60 0.0503 0.1277 1.1609 0.6999 0.3001 0.2350
8 0 0.1183 0.3001 0.5002 1.0000 0 -
Massa Total (M) 0.3942 1.0000 1.9615
Keterangan :
 Diameter ayak tertera pada bidang ayak sesuai dengan nilai aparatusnya
 𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 ( 𝑂𝑃𝑖) = ( 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 + 𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢) − (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
 𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 ( 𝑂𝑃%𝑖) =
𝑂𝑃𝑖
𝑀
 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 ( 𝑃𝑖%𝑖) =
𝑂𝑃𝑖
𝑀 . ∆𝑑 𝑃𝑖
 𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 ( 𝐶%𝑂𝑃𝑖) = ∑ 𝑂𝑃%𝑖
𝑖
𝑛=1
 𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 ( 𝐶%𝑈𝑃𝑖) = 1 − 𝐶%𝑂𝑃𝑖
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 (𝐴𝑖) =
6 .𝑂𝑃𝑖
𝜌 . 𝑑 𝑃𝑖
untuk luas permukaan spesifik total =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan :
Nomor Ayakan 1 = Diameter ayakan 1.70 mm 5 = Diameter ayakan 0.85 mm
2 = Diameter ayakan 1.40 mm 6 = Diameter ayakan 0.71 mm
3 = Diameter ayakan 1.18 mm 7 = Diameter ayakan 0.60 mm
4 = Diameter ayakan 1.00 mm 8 = Pan
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t= 1 menit t = 3 menit t= 6 menit
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
1 2 3 4 5 6 7 8
FraksiMassa(OP%)
Nomor Ayakan
Kurva DistribusiFrekuensi
t = 1 menit t = 2 menit t = 3 menit t = 4 menit t = 5 menit t = 6 menit

More Related Content

What's hot

"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" AyakanHilya Fithri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianFransiska Puteri
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Abulkhair Abdullah
 
reaktor CSTR dan PFR
reaktor CSTR dan PFRreaktor CSTR dan PFR
reaktor CSTR dan PFR
sartikot
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
AgataMelati
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
UIN Alauddin Makassar
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairIffa M.Nisa
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
GGM Spektafest
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
Hafifa Marza
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
Rolly Scavengers
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Rukmana Suharta
 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
Stikes BTH Tasikmalaya
 
laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaswd_amaliah
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
universitas jember
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasi
liabika
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Dokter Tekno
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanawd_amaliah
 

What's hot (20)

"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
 
reaktor CSTR dan PFR
reaktor CSTR dan PFRreaktor CSTR dan PFR
reaktor CSTR dan PFR
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
 
laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositas
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasi
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 

Viewers also liked

Penelitian Biodiesel - 2010
Penelitian Biodiesel - 2010Penelitian Biodiesel - 2010
Penelitian Biodiesel - 2010
Zuliyana Chem Eng
 
Parallel lines theorem
Parallel lines theoremParallel lines theorem
Parallel lines theorem
rombel02
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapankusyanto Anto
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)Fransiska Puteri
 
Bahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwantiBahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwantiAtika Purwanti
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlit
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlitITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlit
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlitFransiska Puteri
 
Sizing
SizingSizing
Sizing
VIJAY KUMAR
 
Prosesamdal0415 160604023817
Prosesamdal0415 160604023817Prosesamdal0415 160604023817
Prosesamdal0415 160604023817
agusrifkhi
 
Screening
ScreeningScreening

Viewers also liked (12)

Ethylene glycol Poisoning
Ethylene glycol PoisoningEthylene glycol Poisoning
Ethylene glycol Poisoning
 
Penelitian Biodiesel - 2010
Penelitian Biodiesel - 2010Penelitian Biodiesel - 2010
Penelitian Biodiesel - 2010
 
Screening
ScreeningScreening
Screening
 
Parallel lines theorem
Parallel lines theoremParallel lines theorem
Parallel lines theorem
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Sieving (pengayakan)
 
Bar screening
Bar screeningBar screening
Bar screening
 
Bahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwantiBahan bangunan 1 byb atika purwanti
Bahan bangunan 1 byb atika purwanti
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlit
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlitITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlit
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Rancob dan menlit
 
Sizing
SizingSizing
Sizing
 
Prosesamdal0415 160604023817
Prosesamdal0415 160604023817Prosesamdal0415 160604023817
Prosesamdal0415 160604023817
 
Screening
ScreeningScreening
Screening
 

Similar to Sieving

Presentationdd101 edit 1 (1)
Presentationdd101 edit 1 (1)Presentationdd101 edit 1 (1)
Presentationdd101 edit 1 (1)
LukmanLaaTahzaan1
 
TUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docx
TUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docxTUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docx
TUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docx
nvmbrlimabelas
 
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docxMA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
FikramMunandar
 
PSA AKAR TUNGGAL
PSA AKAR TUNGGALPSA AKAR TUNGGAL
PSA AKAR TUNGGAL
ElsyaMaharani1
 
Penghancuran dan pengayakan
Penghancuran dan pengayakanPenghancuran dan pengayakan
Penghancuran dan pengayakanHilya Fithri
 
Ayakan
AyakanAyakan
Eval 1
Eval 1Eval 1
Eval 1
fahmifawzyr
 
Mengenal Ayakan
Mengenal AyakanMengenal Ayakan
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)p4n71
 
Laporan pengukuran
Laporan pengukuranLaporan pengukuran
Laporan pengukuran
Elvininda Ervita Ningrum
 
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatLaporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Nurul Hanifah
 
Laporan p3 akustik
Laporan p3 akustikLaporan p3 akustik
Laporan p3 akustik
Khoiri Nurrahmani
 
1. PENGUJIAN NDT.pptx
1. PENGUJIAN NDT.pptx1. PENGUJIAN NDT.pptx
1. PENGUJIAN NDT.pptx
IrfanAfrinaldi
 
Makalah mata kuliah mikroteknik
Makalah mata kuliah mikroteknikMakalah mata kuliah mikroteknik
Makalah mata kuliah mikroteknikPutry Untari
 
Laporan anveg
Laporan anvegLaporan anveg
Laporan anveg
Tidar University
 
Besaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smkBesaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smk
emri3
 
Filtrasi (Filter Mekanik)
Filtrasi (Filter Mekanik)Filtrasi (Filter Mekanik)
Filtrasi (Filter Mekanik)
Darmawan Untari
 
BESARAN DAN SATUAN.pptx
BESARAN DAN SATUAN.pptxBESARAN DAN SATUAN.pptx
BESARAN DAN SATUAN.pptx
MuhammadFajar40173
 
proposal pengembangan alat praktikum bandul matematis
proposal pengembangan alat praktikum bandul matematisproposal pengembangan alat praktikum bandul matematis
proposal pengembangan alat praktikum bandul matematis
arina wardha
 

Similar to Sieving (20)

Presentationdd101 edit 1 (1)
Presentationdd101 edit 1 (1)Presentationdd101 edit 1 (1)
Presentationdd101 edit 1 (1)
 
TUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docx
TUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docxTUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docx
TUGAS FARFIS II MAKROMERITIK ASIS (1).docx
 
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docxMA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
 
PSA AKAR TUNGGAL
PSA AKAR TUNGGALPSA AKAR TUNGGAL
PSA AKAR TUNGGAL
 
Penghancuran dan pengayakan
Penghancuran dan pengayakanPenghancuran dan pengayakan
Penghancuran dan pengayakan
 
Ayakan
AyakanAyakan
Ayakan
 
Eval 1
Eval 1Eval 1
Eval 1
 
04 mikromeritik
04 mikromeritik04 mikromeritik
04 mikromeritik
 
Mengenal Ayakan
Mengenal AyakanMengenal Ayakan
Mengenal Ayakan
 
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
 
Laporan pengukuran
Laporan pengukuranLaporan pengukuran
Laporan pengukuran
 
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatLaporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
 
Laporan p3 akustik
Laporan p3 akustikLaporan p3 akustik
Laporan p3 akustik
 
1. PENGUJIAN NDT.pptx
1. PENGUJIAN NDT.pptx1. PENGUJIAN NDT.pptx
1. PENGUJIAN NDT.pptx
 
Makalah mata kuliah mikroteknik
Makalah mata kuliah mikroteknikMakalah mata kuliah mikroteknik
Makalah mata kuliah mikroteknik
 
Laporan anveg
Laporan anvegLaporan anveg
Laporan anveg
 
Besaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smkBesaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smk
 
Filtrasi (Filter Mekanik)
Filtrasi (Filter Mekanik)Filtrasi (Filter Mekanik)
Filtrasi (Filter Mekanik)
 
BESARAN DAN SATUAN.pptx
BESARAN DAN SATUAN.pptxBESARAN DAN SATUAN.pptx
BESARAN DAN SATUAN.pptx
 
proposal pengembangan alat praktikum bandul matematis
proposal pengembangan alat praktikum bandul matematisproposal pengembangan alat praktikum bandul matematis
proposal pengembangan alat praktikum bandul matematis
 

Recently uploaded

Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
PES2018Mobile
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdfMATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
UmiKalsum53666
 

Recently uploaded (11)

Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdfMATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
 

Sieving

  • 1. Laboratorium Satuan Operasi 1 Semester IV 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM SIEVING (PENGAYAKAN) Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, MT Kelompok : II (Dua) Tanggal Praktikum : Kamis, 25 Februari 2016 Nama Anggota Kelompok : 1. Puspita Sari R. (331 14 002) 2. Rezki Yunita Apriana (331 14 003) 3. Nurhikma (331 14 005) 4. Widi Aprilia Tabi (331 14 009) 5. Jusriadi (331 14 014) 6. Gleiny Yulien Picarima (331 14 025) PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2016
  • 2. I. JUDUL PERCOBAAN : SIEVING (PENGAYAKAN) II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat sieve analysis table 2. Mengevaluasi data pada sieve analysis table dalam bentuk kurva-kurva distribusi (fractional-cumulative-frequency) dan nilai-nilai dari diameter partikel tengah (dpm), diameter partikel yang paling banyak (dpf) dan luas permukaan spesifik pada tiap ayakan. III. ALAT DAN BAHAN  Alat yang digunakan: 1. Mesin ayak dengan lubang ayakan tiap tingkat masing-masing 1.70 mm, 1.40 mm, 1.18 mm, 1.00 mm, 0.85 mm, 0.71 mm, 0.60 mm, dan pan. 2. Gelas kimia 400 mL 1 buah 3. Sikat halus 4. Spatula 5. Talang 6. Penggerus manual (batu) 7. Piknometer 25 mL 8. Neraca kasar 9. Neraca analitik 10. Baskom  Bahan yang digunakan: 1. Batu bata merah kering 2. Aquadest IV. DASAR TEORI Pengertian Sieving Screening, sieving atau pengayakan merupakan operasi pemisahan partikel atau material secara mekanis yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel. Istilah screening digunakan untuk skala industri, Sedangkan istilah sieving digunakan untuk skala laboratorium. Sieving adalah metode pengukuran ukuran partikel padat yang paling penting untuk partikel berukuran diatas 0.04 mm. Operasi pengayakan biasanya dilakukan untuk partikel atau material berukuran relative kasar.
  • 3. Prinsip pemisahannya didasarkan pada ukuran relative antara ukuran partikel dengan lubang ayakan. Partikel- partikel yang memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran lubang ayakan akan lolos ayakan. Kelompok partikel ini disebut undersize product atau partikel minus. Sedangkan partikel-partikelyang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan akan tertinggal di atas ayakan . Partikel ini dikelompokkan sebagai oversize product atau partikel plus. Operasi pemisahannya dilakukan dengan melewatkan partikel- partkel diatas ayakan atau screen yang memiliki lubang dengan ukuran tertentu. Pengayakan dilakuakan dengan alat yang disebut ayakan atay screen seperti : grizzly yang terbuat dari batang-batang sejajar atau anyaman kawat berlubang. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk memperluas permukaan bahan sehingga kontak antara bahan dan pelarut bisa berlangsung optimum. Pengayakan biasanya dilakukan terhadap material yang telah mengalami proses penghancuran. Bahan yang lolos melewati sederet ayakan dengan bermacam-macam ukuran akan terpisahkan menjadi beberapa fraksi berukuran (size fraction) yaitu fraksi-fraksii yang ukuran maksimum dan minimumnya diketahui. Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh, contoh ayakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Saringan dengan ukuran pori dalam mesh Pada pengayakan secara mekanik (pengayak getaran, guncangan atau kocokan) dilakukan dengan bantuan mesin, yang umumnya mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar lubang standar yang berlainan. Bahan yang dipak, bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan melalui lubang kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi yang berbeda. Beberapa mesin pengayak bekerja dengan gerakan melingkar atau ellipsoid terhadap permukaan ayakan.
  • 4. Pada jenis ayakan yang statis, bahan yang diayak dipaksa melalui lubang dengan menggunakan bantuan udara kencang atau juga air deras. Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam pengayakan tergantung dari material yang akan dianalisa, anatara lain: 1. Ayakan dengan gerakan vertikal Gambar 2. Ayakan dengan gerakan melempar Cara pengayakan dalam metode diatas, sampel terlempar ke atas secara vertikal dengan sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi pemisahan secara menyeluruh, pada saat yang bersamaan sampel yang terlempar keatas akan berputar (rotasi) dan jatuh di atas permukaan ayakan, sampel dengan ukuran yang lebih kecil dari lubang ayakan akan melewati saringan dan yang ukuran lebih besar akan dilemparkan ke atas lagi dan begitu seterusnya. Sieve shaker modern digerakkan dengan electro magnetik yang bergerak dengan menggunakan sistem pegas yang mana getaran yang dihasilkan dialirkan ke ayakan dan dilengkapi dengan kontrol waktu (Zulfikar, 2010). 2. Ayakan dengan gerakan horizontal Gambar 3. Ayakan dengan gerakan horizontal Cara Pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak secara horisontal (mendatar) pada bidang permukaan sieve (ayakan), metode ini baik digunakan untuk sampel yang berbentuk jarum, datar, panjang atau berbentuk serat. Metode ini cocok untuk melakukan analisa ukuran partikel aggregat.
  • 5. Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel berdasarkan nomor mesh. Metode ini merupakan metode langsung karena ukuran partikel dapat dilhat secara dua dan tiga dimensi. Metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standard. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer. Jika diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-turut mulai dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel yang ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, sampel yang tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan akan timbul dari sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas penggoyangan. Menurut metode U.S.P untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik. Nomor mesh menyatakan banyaknya lubang dalam 1 inchi. Ayakan dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti ukuran partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Sebaliknya ayakan dengan nomor mesh besar memiliki lubang ayakan kecil berarti ukuran partikel yang melewatinya kecil. Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel sesuai dengan ukuran partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos ayakan pertama akan tersaring pada ayakan kedua dan seterusnya hingga partikel itu tidak dapat lagi melewati ayakan dengan nomor mesh tertentu. Gambar 4. Susunan ayakan untuk memisahkan partikel sesuai dengan ukuran partikel masing-masing
  • 6. Waktu pengayakan dilakukan selama 10 menit karena waktu tersebut dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang dari 10 menit partikel belum terayak sempurna. Waktu ayakan optimal adalah merupakan suatu kesesuaian antara waktu tercapainya derajat pemisahan yang tinggi dan derajat perubahan ukuran partikel asal karena proses pengayakan. Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan untuk mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan dari ayakan ke timbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung. Dalam hal dasar, pengayak terdiri dari wadah yang berisi saringan kawat dengan ukuran tertentu. Mesin pengayak ini digetarkan oleh motor listrik sehingga partikel kecil dapat melewati lubang mesh dan setiap partikel atau kontaminasi yang terlalu besar tetap di atas. Kasa baja stainless dengan toleransi yang tinggi pada lubang juga ditentukan untuk memberikan kualitas produk yang sangat baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain : 1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna. 2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak. 3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu. 4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang paling kasar.
  • 7.
  • 8. Diameter partikel rata-rata berdasarkan ayakan Tyler. Ukuran ayakan (Tyler Mesh) Diameter partikel Dp, in -10 + 14 -14 + 20 -20 + 28 -28 + 35 -35 + 48 -48 + 65 -65 + 100 -100 + 150 -150 + 200 0,0555 0,0394 0,0280 0,0198 0,0140 0,0099 0,0070 0,0050 0,0035 Keuntungan dari metode pengayakan antara lain: 1. Lebih cepat dan praktis. 2. Dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar. 3. Dalam waktu relatif singkat dapat diperoleh hasil yang diinginkan. 4. Tidak bersifat subyektif. 5. Lebih mudah diamati. 6. Tidak membutuhkan ketelitian mata pengamat. Kerugian dari metode pengayakan antara lain: 1. Tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada metode mikroskopi. 2. Ukuran partikel tidak pasti karena ditentukan secara kelompok (berdasarkan keseragaman). Tidak dapat menentukan diameter partikel karena ukuran partikel diperoleh berdasarkan nomor mesh ayakan. 3. Adanya agregasi karena adanya getaran sehingga mempengaruhi validasi data. 4. Tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat menyebabkan erosi pada bahan-bahan granul.
  • 9. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam operasi pengayakan adalah :  Bentuk lubang ayakan  Celah dan interval ayakan  Ukuran partikel  Kapasitas ayakan dan keefektifan  Variabel dalam operasi pengayakan : 1. Metode pengumpanan 2. Permukaan ayakan 3. Sudut kemiringan 4. Kecepatan putaran 5. Frekuensi getaran Beberapa ayakan yang sering digunakan antara lain : 1. Grizzly, merupakan jenis ayakan dimana material yang diayak mengikuti aliran pada posisi kemiringan tertentu. 2. Vibrating screen, ayakan dinamis dengan permukaan horizontal dan miring digerakkan pada frekuensi 1000-7000 hertz. Satuan kapasitas tinggi dengan efisiensi pemisahan yang baik yang digunakan untuk interval ukuran perikel yang luas. 3. Oscilating screen, ayakan dinamis pada frekuensi yang lebih rendah dari vibrating screen (100-400 hertz) dengan waktu yang lebih lama, lebih linear dan lebih tajam. 4. Reciprocating screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakan menggoyangkan pukulan yang panjang (20-200 hertz). 5. Shifting screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakkan memutar dalam bidang permukaan ayakan. Gerakan actual dapat berupa putaran atau getaran memutar. Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering. 6. Revolving screen, ayakan dinamis dengan posisi miring berotasi pada kecepatan rendah (10- 20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material-material relative kasar.
  • 10. V. PROSEDUR KERJA Rangkaian Alat : Tutup Baut Pengunci Vibrator Susunan bidang ayak Cara Kerja :  Bahan batu bata merah kering ditumbuk menggunakan batu hingga halus dan diperkirakan ukuran partikelnya akan terdistribusi baik pada setiap bidang ayakan.  Hasil gerusan ditimbang ± 400 g  Bidang ayakan dibersikan dengan sikat halus satu persatu, kemudian ditimbang dengan neraca kasar (karena kendala teknis, sebaiknya bidang ayakan dialasi dengan talang).  Bidang ayakan masing-masing disusun mulai dari pan (tidak berlubang) sampai lebar bidang ayak terbesar berdasarkan nilai apparatus yang terdapat pada masing-masing bidang ayak. Kemudian ditempatkan diatas vibrator.  Gerusan batu bata merah kering dimasukkan pada bidang ayak paling atas kemudian penutup dipasang secara hati-hati dan baut pengunci dikencangkan.  Mesin vibrator dinyalakan dengan menekan tombol “On” pada bagian samping alat.  Mode getaran (3), frekuensi getaran (2), dan lama waktu pengayakan (dilakukan variasi waktu) diatur. Kemudian tekan “Run”.  Setelah pengayakan selesai alat dimatikan dengan menekan tombol “Off” pada bagian samping alat.
  • 11.  Kemudian bidang ayakan dipindahkan dengan mengangkat bidang ayak paling bawah (pan). Satu persatu bidang ayak ditimbang dengan neraca kasar yang dialasi talang.  Percobaan yang sama dilakukan dengan variasi waktu 1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit dan 6 menit.  Alat yang telah digunakan dibersihkan seperti semula. Penentuan Berat Jenis Batu Bata Merah  Menimbang piknometer kosong, bersih dan kering.  Mengisi piknometer dengan aquadest pada suhu 25 oC yang telah diketahui berat jenisnya secara pasti, sehingga diperoleh volume piknometer.  Kemudian mengeringkan kembali piknometer yang telah diisi air, selanjutnya mengisi dengan batu bata merah sampai 1/5 volume piknometer.  Menimbang piknometer yang berisi batu bata merah.  Menambahkan aquadest kedalam piknometer yang telah diisi batu bata merah (tidak boleh ada gelembung udara).  Menimbang piknometer yang berisi batu bata merah dan aquadest.  Menghitung volume dan berat batu bata merah, sehingga akan diperoleh berat jenisnya.  VI. DATA PENGAMATAN N o. Diameter ayakan (mm) Massa ayakan kosong (g) Massa ayakan +talang +sample tiap waktu (g) 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 1 1.70 446.86 691.8 639.40 625.75 620.70 619.50 614.18 2 1.40 411.7 517.34 528.99 524.91 529.63 524.98 521.09 3 1.18 424.24 547.53 549.12 548.00 543.60 534.38 531.25 4 1.00 411.66 506.23 513.99 510.63 507.00 510.28 511.53 5 0.85 378.76 469.40 472.42 471.99 473.22 471.48 471.11 6 0.71 376.14 501.05 488.77 491.20 487.43 492.43 489.61 7 0.60 375.99 503.25 524.62 517.00 506.43 506.15 503.64 8 0 285.87 392.57 409.79 436.88 456.78 464.52 481.50 Catatan : Massa talang : 77.31 gram Massa piknometer kosong : 23.02 gram Massa piknometer + air : 47.97 gram Massa piknometer + air + padatan : 48.51 gram
  • 12. Massa piknometer + padatan : 24.03 gram Berat jenis pada suhu 25 oC : 0.99704 g/cm3 VII. DATA PERHITUNGAN  Menentukan berat jenis batu bata merah 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑎𝑖𝑟) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 25 ℃ = (47.97 − 23.02) 𝑔𝑟𝑎𝑚 0.99704 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3 = 25.0241 𝑐𝑚3 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑎𝑖𝑟 + 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 25 ℃ = (48.51 − 24.03) 𝑔𝑟𝑎𝑚 0.99704 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3 = 24.5527 𝑐𝑚3 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 = (25.0241 − 24.5527) 𝑐𝑚3 = 0.4714 𝑐𝑚3 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛) − ( 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔) = (24.03 − 23.02) 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1.01 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = 1.01 𝑔𝑟𝑎𝑚 0.4714 𝑐𝑚3 = 2.1425 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3 = 2142.5 𝑘𝑔/𝑚3  Menentukan nilai OP%i, Pi%i, C%OPi, C%UPi, dan Ai Untuk t = 1 menit pada diameter ayakan 1.70 mm o ( 𝑂𝑃%𝑖) = 𝑂𝑃𝑖 𝑀 = 0.1676 𝑘𝑔 0.3995 𝑘𝑔 = 0.4196
  • 13. o ( 𝐶%𝑂𝑃𝑖) = ∑ 𝑂𝑃%𝑖 𝑖 𝑛=1 =0.4196 o ( 𝐶%𝑈𝑃𝑖) = 1 − 𝐶%𝑂𝑃𝑖 = 1 − 0.4196 = 0.5804 o ( 𝐴𝑖) = 6 .𝑂𝑃𝑖 𝜌 . 𝑑 𝑃𝑖 = 6 𝑥 0.1676 𝑘𝑔 1000 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 0.0017 𝑚 = 0.27614 𝑚2 Untuk t = 1 menit pada diameter ayakan 1.40 mm o ( 𝑂𝑃%𝑖) = 𝑂𝑃𝑖 𝑀 = 0.0283 𝑘𝑔 0.3995 𝑘𝑔 = 0.0709 o ( 𝑃𝑖%𝑖) = 𝑂𝑃𝑖 𝑀 . ∆𝑑 𝑃𝑖 = 0.0283 𝑘𝑔 0.3995 𝑘𝑔 𝑥 (0.0017 −0.0014)𝑚 = 0.2364 𝑚−1 o ( 𝐶%𝑂𝑃𝑖) = ∑ 𝑂𝑃%𝑖 𝑖 𝑛=1 = 0.4196 + 0.0709 = 0.4905 o ( 𝐶%𝑈𝑃𝑖) = 1 − 𝐶%𝑂𝑃𝑖 = 1 − 0.4905 = 0.5095 o ( 𝐴𝑖) = 6 .𝑂𝑃𝑖 𝜌 . 𝑑 𝑃𝑖 = 6 𝑥 0.0283 𝑘𝑔 1000 𝑘𝑔/𝑚3 𝑥 0.0014 𝑚 = 0.05667 𝑚2
  • 14.  Menentukan nilai dpm (diameter partikel tengah), dpf (diameter yang paling banyak) dengan kurva fractional – cumulative – frequency. 1. Untuk waktu (t) =1 menit No. Diameter Partikel Tengah (dpim) Fraksi Massa (OP%) 1. 1.55 mm 0.0709 2. 1.29 mm 0.1151 3. 1.09 mm 0.0432 4. 0.93 mm 0.0334 5. 0.78 mm 0.1192 6. 0.66 mm 0.1250 7. 0.30 mm 0.0736 8. 0 mm 0
  • 15. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 FraksiMassa(OP%) D p Rata- Rata (mm) Kurva Distribusi Frekuensi 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 FraksiMassa D p Rata- Rata (mm) Kurva Distribusi Kumulatif C%OP C%UP
  • 16. Berdasarkan kurva ( fractional – cumulative – frequency) diperoleh : dpm (diameter partikel tengah) = 1.30 mm dpf ( diameter partikel paling banyak) = 1.70 mm 2. Untuk waktu (t) = 3 menit No. Diameter Partikel Tengah (dpim) Fraksi Massa (OP%) 1. 1.55 mm 0.0905 2. 1.29 mm 0.1171 3. 1.09 mm 0.0546 4. 0.93 mm 0.0401 5. 0.78 mm 0.0952 6. 0.66 mm 0.1606 7. 0.30 mm 0.1858 8. 0 mm 0
  • 17. 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 FraksiMassa D p Rata- Rata (mm) Kurva Distribusi Kumulatif C%OP C%UP 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 FraksiMassa(OP%) D p Rata- Rata (mm) Kurva DistribusiFrekuensi
  • 18. Berdasarkan kurva ( fractional – cumulative – frequency) diperoleh : dpm (diameter partikel tengah) = 1.00 mm dpf ( diameter partikel paling banyak) = 1.70 mm 3. Untuk waktu (t) = 6 menit No. Diameter Partikel Tengah (dpim) Fraksi Massa (OP%) 1. 1.55 mm 0.0814 2. 1.29 mm 0.0753 3. 1.09 mm 0.0572 4. 0.93 mm 0.0382 5. 0.78 mm 0.0917 6. 0.66 mm 0.1277 7. 0.30 mm 0.3001 8. 0 mm 0
  • 19. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 FraksiMassa(OP%) D p Rata- Rata (mm) Kurva DistribusiFrekuensi 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 FraksiMassa D p Rata- Rata (mm) Kurva Distribusi Kumulatif C%OP C%UP
  • 20. Berdasarkan kurva ( fractional – cumulative – frequency) diperoleh : dpm (diameter partikel tengah) = 0.71 mm dpf ( diameter partikel paling banyak) = 0.31 mm Secara keseluruhan kurva distribusi fraksional dan frekuensi untuk analisa pengaruh waktu terhadap distribusi partikel pada setiap ayak. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0 0.6 0.71 0.85 1 1.18 1.4 1.7 FraksiMassa(OP%) diameter partikel (mm) Kurva DistribusiFraksional
  • 21. 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 FraksiMassa(OP%) D p Rata- Rata (mm) Kurva DistribusiFrekuensi t = 1 menit t = 3 menit t = 6 menit 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 FraksiMassa D p Rata- Rata (mm) Kurva DistribusiKumulatif t = 1 menit t= 3 menit t = 6 menit
  • 22. VIII. PEMBAHASAN Pada praktikum sieving ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara menentukan ukuran partikel zat padat dengan melakukan analisa data ukuran partikel (sieve analysis table) menggunakan screen shaker, dan mengevaluasi hasil analisis ayakan. Cara penentukan ukuran partikel dengan menggunakan alat screen shaker yaitu menrupakan ayakan bertingkat yang digetarkan dengan diameter ayakan berturut-turut 1.70 mm, 1.40 mm, 1,18 mm, 1.00 mm, 0.85 mm, 0.71 mm, 0,60 mm dan pan. Yang mana partikel zat padat yang ingin ditentukan ukurannya adalah batu bata merah kering yang memiliki ukran partikel yang tidak seragam. Proses pengayakan dilakukan pada mode 2 dengan frekuensi vibrator 2 dan variasi waktu 1-6 menit dengan interval 1 menit. Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebanyak 6 kali percobaan pengayakan diperoleh berat partikel total yang tidak seragam padahal menggunakan batu bata merah yang sama. Hal tersebut dikarenakan adanya massa batu bata yang hilang karena ukuran partikel yang sangat halus. Pada analisa penentuan diameter partikel paling banyak muncul (dpf), diameter partikel tengah (dpm) dan luas permukaan partikel, kami hanya mengambil tiga data waktu sebagai acuan untuk analisa karena adanya perbedaan data yang cukup jauh (atau dapat terlihat). Untuk analisa pada waktu 1 menit diperoleh fraksi massa paling tinggi pada ayakan paling atas sebesar 0.1676 mm. Hal itu dikarenakan lama waktu pengayakan tidak optimal sehingga kesempatan partikel untuk lolos sangat kecil sehingga partikel tersentu masih banyak diayakan paling atas. Untuk analisa pada waktu 3 menit diperoleh fraksi massa tertinggi sama halnya dengan waktu 1 menit sebesar 0.2561. Hal tersebtu dikarenakan kesempatan partikel zat padat untuk terdistribusi (lolos) dalam ayakan masih kurang optimal meskipun ada perubahan dibandingkan waktu 1 menit. Beda halnya dengan waktu 6 menit diperoleh fraksi massa sebesar 0.1183 pada ayakan paling bawah (pan) dikarenakan kesempatan partikel untuk lolos pada setiap bidang ayakan lebih besar sehingga massa partikel pada pan lebih besar dan sudah bisa dikatakan efisiensi waktu pengayakan sudah optimal atau terdistribusi sesuai ukuran diameter ayakan.
  • 23. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari kurva fraksional dan frekuensi. Yang mana semakin lama pengayakan maka diameter partikel yang sering muncul semakin banyak pada bagian bawah (pan) dikarenakan semakin lama pengayakan maka kesempatan partikel untuk lolos pada setiap bidang ayakan semakin besar. Sama halnya dalam penentukan diameter partikel tengah (dpm) berdasarkan kurva distribusi kumulatif, terlihat ketiga perbedaan titik diameter partikel tengah masing-masing 1.30 mm, 1.00 mm dan 0.71 mm. Hal tersebut dikarenakan ada kaitannya dengan waktu pengayakan semakin lama maka kesempatan partikel untuk lolos semakin besar sehingga diameter partikel tengah akan semakin kecil. Untuk ukuran luas permukaan partikel semakin lama waktu pengayakan ukuran partikel semakin kecil. Pada percobaan ini ada beberapa factor yang mempengaruhi pengayakan : 1. Waktu pengayakan Semakin cepat waktu pengayakan maka kesempatan partikel untuk lolos semakin kecil. Sebaliknya apabila waktu pengayakan terlalu lama maka akan mengakibatkan gaya tumbukan antar partikel sehingga partikel akan pecah dan lolos dalam ayakan sehingga peru dicari waktu ayakan yang optimal. 2. Ukuran bahan ayakan Semakin halus partikel zat padat yang diayak maka akan semakin banyak material yang lolos. Hal ini bergantung ukuran bukaan ayakan yang digunakan. 3. Kandungan air Apabila material yang digunakan mengandung air maka akan membuat proses pengayakan tidak optimal karena partikel- partikel yang mengandung air akan mudah beraglomerasi (bersatu) membentuk ukuran partikel yang lebih besar sehingga lama kelamaan akan menyumbat lubang ayakan.
  • 24. IX. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dapat data sieve analysis table dan kurva fractional, frekuensi dan cumulative yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa :  Nilai dpm (diameter partikel tengah) 1. waktu 1 menit = 1.30 mm 2. waktu 3 menit = 1.00 mm 3. waktu 6 menit = 0.71 mm  Nilai dpf ( diameter partikel paling banyak) 1. waktu 1 menit = 1.70 mm 2. waktu 3 menit =1.7 mm 3. waktu 6 menit = 0.31 mm  Luas permukaan spesifik (m2/kg) 1. waktu 1 menit = 2.3909 2. waktu 3 menit = 2.2909 3. waktu 6 menit = 1.9615 X. JAWABAN PERTANYAAN 1. Suatu sampel tertentu diayak dengan menggunakan 8 bidang ayak (lihat contoh kasus). Jika sampel yang sama diayak sekali lagi dengan menggunakan bidang ayak yang sama tetapi tanpa ayakan nomor 3 dan 4, maka jelaskan apa saja perbedaan hasil perhitungan yang ditimbulkannya ? Jawab: No. dp OP OP% C%OP Pi% 1 0.71 0.0139 0.052812 0.052812 2 0.5 0.0711 0.270137 0.322948 1.286366 5 0.18 0.0763 0.289894 0.612842 0.905918 6 0.125 0.05 0.18997 0.802812 3.453993 7 0.071 0.0346 0.131459 0.934271 2.434425 8 0.045 0.0103 0.039134 0.973404 1.505144 pan 0 0.007 0.026596 1 0.591017 Total 0.2632 Berdasarkan data tanpa ayakan 3 dan 4 maka terdapat perbedaan pada massa total sample kurang sehingga fraksi massa pada tiap ayakan juga berbeda pula, sehingga tentu akan mempengaruhi C%OP dan Pi% karena partikel pada ayakan 3 dan 4 akan terdistribusi ke ayakan dibawanya.
  • 25. 2. Untuk mengecek perhitungan C%OP yang benar secara cepat , apakah yang harus saudara perhatikan ? Jawab : Yang diperhatikan yaitu jumlah keseluruhan fraksi massa (OP%) pada diameter partikel sama dengan 0 mm (pan) untuk fraksi massa oversize product (C%OP) hasilnya selalu satu (karena secara teori total jumlah fraksi selalu sama dengan 1) 3. Mengapa nilai Pi% yang pertama pada sieve analysis table harus dikosongkan ? Jawab : Karena pada tingkat ayakan pertama tidak ada delta (perbedaan) ukuran diameter ayak, sehingga nilainya dikosongkan (tidak terbaca oeh computer). XI. DAFTAR PUSTAKA http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/analisis-ayak-sieve-analysis/operasi- pengayakan-pada-pengolahan-mineral/ https://www.academia.edu/7474757/Screening Tim Dosen Satuan Operasi.2013. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Makassar: Politeknik Ujung Pandang
  • 26. LAMPIRAN Menggerus batu bata merah secara manual Menimbang sampel batu bata merah Menimbang bidang ayakan dengan neraca kasar Memasukkan sampel dalam ayakan sebelum dipasang penutup dan knop pengunci
  • 27. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t=1 menit 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t=2 menit 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t=3 menit 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t=4 menit 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t=5 menit 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t=6 menit
  • 28.  Menentukan nilai Oversize Product (OP) N o Diameter ayakan (mm) Massa ayakan kosong (g) Massa ayakan +talang +sample tiap waktu (g) Oversize Product tiap waktu (kg) 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit 1 1.70 446.86 691.8 639.40 625.75 620.70 619.50 614.18 0.1676 0.1152 0.1016 0.0965 0.0953 0.0900 2 1.40 411.7 517.34 528.99 524.91 529.63 524.98 521.09 0.0283 0.0400 0.0359 0.0406 0.0360 0.0321 3 1.18 424.24 547.53 549.12 548.00 543.60 534.38 531.25 0.0460 0.0476 0.0465 0.0421 0.0328 0.0297 4 1.00 411.66 506.23 513.99 510.63 507.00 510.28 511.53 0.0173 0.0250 0.0217 0.0180 0.0213 0.0226 5 0.85 378.76 469.40 472.42 471.99 473.22 471.48 471.11 0.0133 0.0164 0.0159 0.0172 0.0154 0.0150 6 0.71 376.14 501.05 488.77 491.20 487.43 492.43 489.61 0.0476 0.0353 0.0378 0.0340 0.0390 0.0362 7 0.60 375.99 503.25 524.62 517.00 506.43 506.15 503.64 0.0500 0.0713 0.0637 0.0531 0.0529 0.0503 8 pan 285.87 392.57 409.79 436.88 456.78 465.52 481.50 0.0294 0.0466 0.0737 0.0936 0.1023 0.1183 Massa Total (M) 0.3995 0.3974 0.3967 0.3951 0.3950 0.3942  Menentukan nilai OP, OP%,Pi%, C%OP, C%UP, dan luas permukaan partikel spesifik (m2 ) 1. Untuk t = 1 menit No Diameter ayakan (mm) Oversize Product (kg) OP% Pi% (Probability Percentage) C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product) C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product) Luas permukaan partikel (m2 ) 1 1.70 0.1676 0.4196 - 0.4196 0.5804 0.2761 2 1.40 0.0283 0.0709 0.2364 0.4905 0.5095 0.0567 3 1.18 0.0460 0.1151 0.5232 0.6057 0.3943 0.1091 4 1.00 0.0173 0.0432 0.2400 0.6489 0.3511 0.0483 5 0.85 0.0133 0.0334 0.2225 0.6822 0.3178 0.0440 6 0.71 0.0476 0.1192 0.8511 0.8014 0.1986 0.1877 7 0.60 0.0500 0.1250 1.1367 0.9264 0.0736 0.2331 8 0 0.0294 0.0736 0.1226 1.0000 0 - Massa Total (M) 0.3995 1.0000 2.3909 2. Untuk t = 2 menit
  • 29. No Diameter ayakan (mm) Oversize Product (kg) OP% Pi% (Probability Percentage) C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product) C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product) Luas permukaan partikel (m2 ) 1 1.70 0.1152 0.2900 - 0.2900 0.7100 0.1898 2 1.40 0.0400 0.1006 0.3353 0.3906 0.6094 0.0800 3 1.18 0.0476 0.1197 0.5441 0.5103 0.4897 0.1129 4 1.00 0.0250 0.0630 0.3498 0.5732 0.4268 0.0701 5 0.85 0.0164 0.0411 0.2743 0.6144 0.3856 0.0539 6 0.71 0.0353 0.0889 0.6348 0.7032 0.2968 0.1393 7 0.60 0.0713 0.1795 1.6315 0.8827 0.1173 0.3329 8 0 0.0466 0.1173 0.1955 1.0000 0 - Massa Total (M) 0.3974 1.0000 2.4631 3. Untuk t = 3 menit No Diameter ayakan (mm) Oversize Product (kg) OP% Pi% (Probability Percentage) C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product) C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product) Luas permukaan partikel (m2 ) 1 1.70 0.1016 0.2561 - 0.2561 0.7439 0.1673 2 1.40 0.0359 0.0905 0.3017 0.3466 0.6534 0.0718 3 1.18 0.0465 0.1171 0.5323 0.4637 0.5363 0.1102 4 1.00 0.0217 0.0546 0.3034 0.5183 0.4817 0.0607 5 0.85 0.0159 0.0401 0.2676 0.5584 0.4416 0.0525 6 0.71 0.0378 0.0952 0.6798 0.6536 0.3464 0.1489 7 0.60 0.0637 0.1606 1.4599 0.8142 0.1858 0.2973 8 0 0.0737 0.1858 0.3097 1.0000 0 - Massa Total (M) 0.3967 1.0000 2.2909 4. Untuk t = 4 menit No Diameter ayakan (mm) Oversize Product (kg) OP% Pi% (Probability Percentage) C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product) C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product) Luas permukaan partikel (m2 )
  • 30. 1 1.70 0.0965 0.2443 - 0.2443 0.7557 0.1590 2 1.40 0.0406 0.1028 0.3427 0.3471 0.6529 0.0813 3 1.18 0.0421 0.1064 0.4838 0.4536 0.5464 0.0998 4 1.00 0.0180 0.0456 0.2535 0.4992 0.5008 0.0505 5 0.85 0.0172 0.0434 0.2894 0.5426 0.4574 0.0565 6 0.71 0.0340 0.0860 0.6143 0.6286 0.3714 0.1340 7 0.60 0.0531 0.1345 1.2225 0.7631 0.2369 0.2480 8 0 0.0936 0.2369 0.3948 1.0000 0 - Massa Total (M) 0.3951 1.0000 2.0984 5. Untuk t = 5 menit No Diameter ayakan (mm) Oversize Product (kg) OP% Pi% (Probability Percentage) C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product) C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product) Luas permukaan partikel (m2 ) 1 1.70 0.0953 0.2414 - 0.2414 0.7586 0.1570 2 1.40 0.0360 0.0911 0.3036 0.3324 0.6676 0.0720 3 1.18 0.0328 0.0831 0.3778 0.4155 0.5845 0.0779 4 1.00 0.0213 0.0540 0.2997 0.4695 0.5305 0.0597 5 0.85 0.0154 0.0390 0.2601 0.5085 0.4915 0.0508 6 0.71 0.0390 0.0987 0.7049 0.6072 0.3928 0.1537 7 0.60 0.0529 0.1338 1.2164 0.7410 0.2590 0.2467 8 0 0.1023 0.2590 0.4317 1.0000 0 - Massa Total (M) 0.3950 1.0000 2.0704 6. Untuk t = 6 menit No Diameter ayakan (mm) Oversize Product (kg) OP% Pi% (Probability Percentage) C%OP (Cumulative Percentage Oversize Product) C%UP (Cumulative Percentage Undersize Product) Luas permukaan partikel (m2 ) 1 1.70 0.0900 0.2283 - 0.2283 0.7717 0.1483 2 1.40 0.0321 0.0814 0.2713 0.3097 0.6903 0.0642
  • 31. 3 1.18 0.0297 0.0753 0.3425 0.3850 0.6150 0.0705 4 1.00 0.0226 0.0572 0.3179 0.4423 0.5577 0.0632 5 0.85 0.0150 0.0382 0.2543 0.4423 0.5577 0.0495 6 0.71 0.0362 0.0917 0.6552 0.5722 0.4278 0.1426 7 0.60 0.0503 0.1277 1.1609 0.6999 0.3001 0.2350 8 0 0.1183 0.3001 0.5002 1.0000 0 - Massa Total (M) 0.3942 1.0000 1.9615 Keterangan :  Diameter ayak tertera pada bidang ayak sesuai dengan nilai aparatusnya  𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 ( 𝑂𝑃𝑖) = ( 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 + 𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢) − (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)  𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 ( 𝑂𝑃%𝑖) = 𝑂𝑃𝑖 𝑀  𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 ( 𝑃𝑖%𝑖) = 𝑂𝑃𝑖 𝑀 . ∆𝑑 𝑃𝑖  𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑂𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 ( 𝐶%𝑂𝑃𝑖) = ∑ 𝑂𝑃%𝑖 𝑖 𝑛=1  𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑟𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 ( 𝐶%𝑈𝑃𝑖) = 1 − 𝐶%𝑂𝑃𝑖  𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 (𝐴𝑖) = 6 .𝑂𝑃𝑖 𝜌 . 𝑑 𝑃𝑖 untuk luas permukaan spesifik total = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
  • 32. Keterangan : Nomor Ayakan 1 = Diameter ayakan 1.70 mm 5 = Diameter ayakan 0.85 mm 2 = Diameter ayakan 1.40 mm 6 = Diameter ayakan 0.71 mm 3 = Diameter ayakan 1.18 mm 7 = Diameter ayakan 0.60 mm 4 = Diameter ayakan 1.00 mm 8 = Pan 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t= 1 menit t = 3 menit t= 6 menit 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 1 2 3 4 5 6 7 8 FraksiMassa(OP%) Nomor Ayakan Kurva DistribusiFrekuensi t = 1 menit t = 2 menit t = 3 menit t = 4 menit t = 5 menit t = 6 menit