SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
74 
Diagnosis praktis vaginosis bakterial pada kehamilan 
Sylvia Y.Muliawan, Julius E.Suryawidjaja 
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti 
ABSTRACT 
Bacterial vaginosis is an abnormal condition of the vaginal ecosystem caused by high 
concentrations Lactobacillus as the normal vaginal flora is replaced is replaced the overgrowth of 
anaerobic vaginal bacterial flora. The risk of preterm delivery in pregnant women with bacterial 
vaginosis is 3 to 8 times higher than pregnant women with normal vaginal flora. In addition to 
causing preterm delivery Bacteroides sp. Have also been implicated in amnionitis, post partum 
endometris, premature rupture of membranes, and low birth weight. Clinically, to assist a diagnosis 
of bacterial vaginosis, we need theree of these four criteria are present: (1) clue cells, (2) fishy ador 
on alkalinization of vaginal secretions (KOH 10%), (3) homogenous, thin, milk like vaginal disorder, 
(4) vaginal pH more than 4.5 (nitrazine paper). The incidence of preterm delivery and other 
disorders mention above can be decreased by identifying the prganisms causing bacterial vaginosis 
in the early second trimester of pregnancy. (J Kedokter Trisakti 2001;20(2):74-8) 
Key words : Bacterial Vaginosis, diagnosis, pregnant woman 
ABSTRAK 
Vaginosis bacterial adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina disebabkan oleh 
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang 
mempunyai konsenterasi tinggi sebagai flora normal vagina. Risiko terjadinya persalinan preterm 
pada wanita hamil dengan vaginosis bacterial 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita hamil dengan 
flora normal. Selain itu wanita hamil dengan bacterial vaginosis juga mempunyai risiko lebih tinggi 
untuk terserang amnionitis, post partum endometritis, ketuban pecah dini, dan berat bayi lahir rendah. 
Secara klinis, untuk membantu menegakkan diagnosis vaginosis bacterial harus ada tiga dari empat 
criteria sebagai berikut, yaitu : (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2) 
adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen, kental, 
tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper. 
Untuk menurunkan kejadian tersebut diatas, sebaiknya pada wanita hamil dilakukan pemeriksaan 
kolonisasi bakteri pada vaginosis bacterial yang dilakukan pada awal trimester ke dua kehamilan. 
Kata kunci : Vaginosis bacterial, diagnosis, kehamilan 
PENDAHULUAN 
Dari beberapa penelitian telah terbukti 
bahwa infeksi selama kehamilan memegang 
peranan penting dalam terjadinya persalinan 
preterm. (1) Untuk mencegah atau menurunkan 
kejadian persalinan preterm, perlu dicari 
penyebabnya. Penelitian-penelitian terdahulu 
antara lain ditunjukan kepada pengenalan 
faktor-faktor risiko seperti riwayat obstetri dan 
faktor-faktor medis yang diduga berhubungan 
dengan peningkatan risiko terjadinya 
persalinan preterm, tetapi ternyata hasilnya 
tidak memuaskan. Sampai saat ini masih 
belum diketahui mikroorganisme spesifik 
yang berhubungan langsung dengan persalinan 
preterm. Menurut Gardner dan Dukes (2) 
vaginitis non spesifik dapat disebabkan oleh 
Gardnerella vaginalis dan kuman lainnya, 
oleh karena itu pada keadaan tersebut dipakai 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com
75 
istilah vaginosis bacterial. Vaginosis bacterial 
didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal 
pada ekosistem vagina yang ditandai oleh 
konsentrasi tinggi Lactobacillus sebagai flora 
normal vagina digantikan oleh konsentrasi 
tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides 
sp., Mobilicus sp., Gardnerella vaginalis, dan 
Mycoplasma hominis. (3) Jadi vaginosis 
bacterial bukan suatu infeksi yang disebabkan 
oelh suatu organisme, tetapi timbul 
dikerenakan pertumbuhan yang berlebihan 
dari bakteri yang mengadakan kolonisasi di 
vagina. Nama lain dari vaginosasi bacterial 
adalah non specific vaginitis, Gardnerella 
vaginitis, Corynebacterium vaginitis, 
Haemophilus vaginitis, non specific vaginosis, 
dan anaerobic vaginosis. (4) Peniliti lain 
mengatakan vaginosis bacterial selain ada 
kaitannya dengan persalinan preterm juga 
berhubungan dengan berat bayi lahir rendah 
dan ketuban pecah dini. (3) 
Cairan vagina pada kehamilan 
Pada kehamilan normal, cairan vagina 
bersifat asam (pH ” 4-5), karena adanya 
peningkatan kolonisasi Lactobacillus (flora 
normal vagina) yang memproduksi asam 
laktat. (2) Keadaan asam yang berlebih ini 
membuat Lactobacillus tumbuh subur, 
sehingga mencegah terjadinya pertumbuhan 
berlebihan bakteri pathogen. (5) Lactobacillus 
diketahui sebagai mikroorganisme yang 
mempertahankan homeostasis vagina, karena 
dengan menghasilkan asam laktat dan 
membuat H2O2 yang akan menghambat 
pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme 
lainnya, sehingga menurunkan risiko 
persalinan preterm. (6-8) Keadaan ini tidak 
selalu dapat dipertahankan, karena apabila 
jumlah bakteri Lactobacillus menurun, maka 
keasaman cairan vagina berkurang dan akan 
mengakibatkan bertambahnya bakteri lain, 
seperti antara lain Gardnerella vaginalis, 
Mycoplasma hominis, dan Bacteroides sp. (3) 
Adanya perubahan flora vagina menyebabkan 
terjadinya vaginosis bacterial. 
Wanita hamil dengan vahinosis bacterial 
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk 
terserang amnionitis (9), endometritis pasca 
persalinan (10), ketuban pecah dini (1,3) dan 
persalinan premature. (8,11) 
Hubungan vaginosis bacterial dengan 
persalinan preterm. 
Berdasarkan penelitian yang dilakukan 
oleh Graveyy, dkk. (11) ternyata wanita 
dengan vaginosis bacterial mempunyai risiko 
3-8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita 
dengan flora normal untuk mengalami 
persalinan preterm. Demikian pula terjadinya 
ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada 
wanita dengan vaginosis bakterial (46%) 
dibandingkan wanita tanpa vaginosis bakterial 
(4%). (12) Perlu diketahui bahwa pada vagina 
wanita sehat dapat ditemukan beberapa jenis 
mikroorganisme antara lain : Mycoplasma 
hominis, Ureaplasma urealyticum, 
Lactobacillus, Streptococcus agalactiae 
(Streptococcus grup B), Bacteroides bivius, 
Peptostreptococcus, Mobilincus, Gardnerella 
vaginalis, dan Fusobacterium nucleatum. (13) 
Dengan demikian, bila pada kultur dari swab 
vagina ditemukan mikroorganisme tersebut, 
hal ini belum berarti bahwa mikroorganisme 
tersebut adalah penyebab infeksi dan perlu 
dikonfirmasikan dengan gejala klinik. Selain 
itu juga ditemukan bahwa konsentrasi 
Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob 
pada secret vagina wanita hamil dengan 
vaginosis bacterial adalah 100-1000 kali lebih 
tinggi dibandingkan dengan pada wanita tidak 
hamil. (3) Di Indonesia sampai saat ini, 
pemeriksaan tentang kolonisasi bakteri atau 
adanya vaginosis bakterial sebagai upaya 
untuk menurunkan angka kejadian persalinan 
preterm. Apabila kita ingin melakukan 
pemeriksaan ini, maka sebaiknya dilakukan 
pada awal trimester ke dua. (5) Martius, dkk. 
(8) dalam penelitiannya menemukan bahwa 
wanita yang melahirkan premature ternyata 
lebih banyak yang mengalami infeksi 
vaginosis bakterial dibandingkan dengan 
wanita yang melahirkan atrm. 
Penegakan diagnosis vaginosis bakterial 
secara klinik 
Secara klinik menurut Amsel, dkk. (4), 
diagnosis bakterial ditegakkan bila terdapat 
tiga dari empat kriteria berikut, yaitu: (i) 
adanya sel clue pada pemeriksaan 
mikroskopik dari sediaan basah; (ii) adanya 
bau amis, setelah penetesaan KOH 10% pada 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com
cairan vagina, (ii) duh yang homogen, kental, 
tipis, dan berwarna seperti susu; (iv) pH 
vagina > 4.5 yang diperiksa dengan 
menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine 
paper). Dari ke empat kriteria tersebut, yang 
paling baik untuk menegakkan diagnosis 
vaginosis bakterial adalah (i) pemeriksaan 
basah untuk mencari adanya sel clue (sel epitel 
vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang 
padat) dan (2) adanya bau amis pada penetesan 
KOH 10%. (4) Namun keadaan adanya bau 
amis ini, pada keadaan tertentu tidak selalu 
dapat dievaluasi, misal pada saat tambahan 
untuk menunjang diagnosis vaginosis 
bakterial, antara lain dengan melakukan oleh 
Thomason Jl, dkk. (12) untuk menegakkan 
diagnosis vaginosis bakterial, menunjukkan: 
(i) bila ditemukan sel clue pada sediaan basah, 
memberikan nilai sensitivitas 98,2%, 
spesifisitas 94,3%, prediksi positif 89,9%, dan 
prediksi negatif 99%, (ii) bila ditemukan sel 
clue ditambah adanya bau amis, memberikan 
nilai sensitivitas 81,6%, spesifisitas 99,5%, 
prediksi positif 98,8%, dan prediksi negatif 
92,1%; (ii) bila dilakukan pewarnaan Gram, 
maka memberikan nilai sensitivitas 97%, 
spesifikasi 66,2%, prediksi positif 57,2%, dan 
prediksi negatif 97,9%. Dengan melihat hasil 
tersebut, apabila fasilitas laboratorium belum 
memadai, maka metode terbaik dalam 
membantu menegakkan diagnosis vaginosis 
bakterial adalah mencari sel clue pada sediaan 
basah dan tes adanya bau amis pada penetesan 
KOH 10%. (12) Tetapi adanya bau amis ini 
tidak selalu dapat dievaluasi pada saat siklus 
menstruasi, juga tergantung fungsi penciuman 
agar dapat mendeteksi adanya bau amis 
tersebut. (12) Dengan demikian apabila adanya 
bau amis ini sukar dievaluasi, maka 
ditemukannya sel clue saja sudah dapat 
membantu menegakkan diagnosis 
kemungkinan adanya vaginosis bakterial dan 
mempunyai nilai perbedaan yang tinggi antara 
wanita dengan vaginosis bakterial dan wanita 
normal. (12) 
Vaginosasi bakterial pada pewarnaan 
Gram 
76 
Pemeriksaan sederhana, cepat dan tidak 
mahal untuk membantu diagnosis vaginosis 
bakterial adalah dengan melakukan pewarnaan 
Gram pada pulasan cairan vagina. Kombinasi 
pH vagina ? 4.5 dan pewarnaan Gram dari 
cairan vagina merupakan metode yang baik 
dalam membantu diagnosis. Meskipun 
vaginosis bakterial sering dihubungkan 
dengan isolasi Gardnerella vaginalis, suatu 
bakteri anaerob, tetapi sampai saat ini cara 
tersebut tidak dapat dipakai untuk kriteria 
diagnosis. Dengan melakukan pewarnaan 
Gram pada cairan vagina, pasien dengan 
vaginosis bakterial memperlihatkan sesuatu 
yang khas yaitu banyak organisme Gram 
negatif ukuran kecil yang menyerupai 
Gardnerella vaginalis pada keadaan tidak 
dijumpainya Lactobacillus. Spiegel dkk. (3) 
menemukan bahwa pewarnaan Gram bersifat 
konsisten terhadap vaginosis bakterial. Oleh 
karena itu Spiegel merekomendasikan 
pewarnaan Gram tanpa kultur pada cairan 
vagina untuk diagnosis bakterial dapat 
disebabkan oleh beberapa grup 
mikroorganisme yang sukar dibiakkan 
sehingga pemeriksaan laboratorium menjadi 
mahal, juga Gardnerella vaginalis dijumpai 
pada > 40-50% wanita sehat. (3) Hal ini juga 
diperkuat oleh hasil penelitian Thomason, dkk. 
(12) yang tidak mengevaluasi hasil kultur 
Gardenella vaginalis karena hanya 
mempunyai nilai diagnostik rendah. Meskipun 
demikian, spesimen swab vagina tetap dikirim 
ke laboratorium Mikrobiologi untuk 
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain 
dan menambah dukungan terhadap diagnosis 
lain dan menambah dukungan terhadap 
diagnosis klinik vaginosis bakterial. Menurut 
Thomason, dkk. (12) untuk terjadinya vaginosis 
bakterial, maka jumlah Lactobacillus 
menurun, sedangkan jumlah bakteri lainnya 
meningkat, dan pH vagina juga harus 
meningkat. Ke tiga keadaan ini harus terjadi 
bersamaan. Kriteria diagnosis vaginosis 
bakterial berdasarkan pewarnan Gram (3) 
adalah : derajat 1 : normal, di dominasi oleh 
Lactobacillus; derajat 2: intermediate, jumlah 
Lactobacillus berkurang; derajat 3: abnormal, 
beberapa Lactobacillus atau tidak ditemukan 
dengan bertambahnya jumlah Gardnerella 
vaginalis atau lainnya. Akhir-akhir ini tingkat 
kepercayaan dan repraducibility dalam 
mengenal berbagai morfologi kuman dari 
pulasan vagina dievaluasi. Ternyata 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com
77 
kemampuan untuk menegakkan diagnosis 
vaginosis bakterial dengan pewarnaan Gram 
hanya mempunyai tingkat kepercayaan yang 
tidak terlalu tinggi, karena dalam mengenal 
morfologi kuman berdasarkan pewarnaan 
Gram terdapat variabilitas yang luas. (13,14) Hal 
ini disebabkan karena hasil pemeriksaan 
sangat tergantung pada kemampuan pemeriksa 
untuk menginterpretasikan hasil pewarnaan 
Gram. Sistem skoring yang digunakan untuk 
melihat flora vagina pada pewarnaan Gram 
adalah berdasarkan pengenalan morfologi 
kuman yang paling dapat dipercaya, yaitu: 
bentuk batang Gram positif dengan ukuran 
besar (Lactobacillus), Gram negatif 
halus/batang Gram negatif dengan ukuran 
bervariasi (Bacteroides atau Gardnerella), dan 
Gram negatif bengkok/batang Gram negatif 
dengan ukuran bervariasi (Mobilincus). 
(14,15) Meskipun demikian sistem skoring 
dengan melihat dari hasil pewarnaan Gram 
masih tetap mempunyai keuntungan, yaitu 
dapat untuk menyingkirkan flora normal atau 
dengan perkataan lain dapat untuk membantu 
menentukan apakah yang terlihat dengan 
pewarnaan Gram merupakan gambaran flora 
normal atau vaginosis bakterial. 
Kriteria mengevaluasi pulasan vagina 
berdasarkan skoring 
Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat 
di bawah mikroskop dengan menggunakan 
pembesaran 100 kali (minyak imersi). Skor 
yang diberikan adalah 0 sampai 10 
berdasarkan proporsi relatif dari morfologi 
bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram 
positif dengan ukuran halus/batang dengan 
ukuran bervariasi, atau bentuk batang bengkok 
(14). Skor 0 menunjukkan flora vagina di 
dominasi oleh Lactobacillus, dan skor 10 
menunjukkan adanya perubahan flora vagina 
yaitu Lactobacillus digantikan oleh 
Gardnerella, Bacteroides, dan Mobilincus 
Skoring pewarnaan Gram pada pulasan vagina 
ditentukan sebagai berikut : 
Lactobacili (4+):0 ; Gardnerella/Bacteroides (1+) : 1 ; Mobilincus sp (1+) + (2+) : 1 
(3 + ) : 1 (2+) : 2 (3+) – (4+) : 2 
( 2+ ) : 2 (3+) : 3 
(1 + ) : 3 (4+) : 4 
(0) : 4 
Ternyata dari hasil pewarnaan Gram untuk 
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial 
dapat digolongkan menjadi : 0 – 3 normal; 4 - 
6 intermediate; 7 – 10 dinyatakan sebagai 
vaginosis bakterial. 
Kecendrungan yang terjadi pada saat ini ialah 
dengan mengkombinasikan metode untuk 
menentukan clue cells dan melakukan 
pemeriksaan pewarnaan Gram untuk 
konfirmasi. (16) 
KESIMPULAN 
Vaginosis bakterial berperan penting 
dalam terjadinya persalinan prematur, 
amnionitis, endometritis pasca persalinan 
ketuban pecah pada dini pada wanita-wanita 
hamil. Etiologi vaginosis bakterial ialah 
karena pertumbuhan berlebihan dari beberapa 
jenis bakteri (Bacteriodes sp, Mobilincus sp, 
Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma 
hominis) yang menggantikan Lactobacillus. 
Pemeriksaan yang dianjurkan ialah mencari 
cairan vagina, emndeteksi adanya bau amis 
pada cairan vagina yang telah ditetesi KOH 
10% adanya duh yang homogen, kental, tipis 
dan berwarna seperti susu, pH vagina < 4.5 
yang diperiksa dengan kertas fenaftiazin 
(nitrazin). Disamping itu juga dapat dibantu 
dengan pemeriksaan Garam sediaan apus 
vagina yang hasilnya dinayatkan dalam skor. 
Nilai diagnostik yang tinggi terdapat pada 
pemeriksaan adanya clue cells dan 
pemeriksaan adanya bau amis pada sekret 
vagina yang telah ditetesi KOH 10%. 
Pemeriksaan kultur vagina tidak dianjurkan 
sebab biayanya mahal dan bakterinya sulit 
tumbuh di laboratorium sehingga hasilnya 
kurang bermakna. Teknik pemeriksaan yang 
dianjurkan pada saat ini ialah kombinasi 
antara metode menentukan clue cells dan 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com
pewarnaan Gram untuk mengkonfirmasi hasil 
pemeriksaan clue cells. 
Namun karena informasi nilai sensitivitas dan 
spesifisitas kombinasi metode tersebut belum 
banyak, maka perlu dilakukan penelitian lebih 
lanjut. Dengan melakukan pemeriksaan sekret 
vagina untuk mencari adanya vaginosis 
bakterial pada awal trisemester kedua 
kehamilan, diharapkan angka kejadian 
persalinan preterm dapat diturunkan. 
DAFTAR PUSTAKA 
78 
1. Gibbs RS, romero R, Hillier SL, 
Eschenbach DA, Sweet RL. A review 
of premature birth and subclinical 
infection. Am J Obstet Gynecol 1992 ; 
166:1515-28. 
2. Gardner HL, Dukes CD. Haemophilus 
vaginalis vaginitis: A newly defined 
specific infection previously classified 
“Non specific Vaginitis”, Am J Obstet 
Gynecol 1955 : 69:962-76. 
3. Spiegel CA, Amsel R, Eschenbach 
DA., Schoenknecht F, Holmes KK. 
Anaerobic bacteria in non specific 
vaginitis. N engl J Med 1980; 
306:601. 
4. Amsel R, Totten PA, Spiegel CA, 
Chen KCS, Eschenbach D, Holmes 
KK. Non specific vaginitis: diagnostic 
criteria and microbial and 
epidemiologic association. Am J Med 
1983; 74:14-22. 
5. Minkoff H, Grunebaum AN, Schwarz 
RH, Feldman J, Cummings M, 
Crombleholme W et al. Risk factors 
for prematurity and premature rupture 
of membranes: a prospective study of 
the vaginal flora in pregnancy. Am J 
Obstet Gynecol a984;150:965-72. 
6. Hitch Cock PJ. Sexually Transmitted 
Diseases. In : Schaecter M., Medoff, 
Eisenstein BI. Editors. Mechanism of 
Microbial Disease, 2nd ed, Baltimore, 
Maryland, USA; 1993, p.802-15. 
7. Hillier SL, Krohn MA, Klebanoff SJ, 
Eschenbach DA. The relationship of 
hydrogen peroxide-producing bacilli 
to bacterial vaginosis and genital 
microflora in bacterial women. Obstet 
Gynecol 1992; 793:368-73. 
8. Martius J, Krohn MA, Hillier SL, 
Stamm WE, Holmes KK, Eschenbach 
DA. Relationship of vaginal 
Lactobacillus sp. Cervical Chlamydia 
trachomatis, and bacterial vaginosis to 
preterm birth. Obstet Gynecol 
1988;71:89-95. 
9. Silver HM, Sperling RS. St.Clair PJ, 
Gibbs RS. Evidence relating bacterial 
aginosis to intra amniotic infection. 
Am J Obstet Gynecol 1990; 75-52-8. 
10. Watts DH, Krohn MA, Hillier SL, 
Eschenbcah DA. Bacterial vaginosis 
as a risk factor for post-caesarean 
endometritis. Obstest Gynecol 1990 ; 
75:52-8. 
11. Gravent MG, Nelson HP, De Rouen 
R, Critchbow C, Eschenbach DA, 
Holmes KK. Independent association 
of bacterial vaginosis and Chlamyia 
trachomatis infection with adverse 
pregnancy outcome. Jama 1986; 
256:1899-903. 
12. Thomason JL. Gelbart SM, Anderson 
RJ, Wait AK, Osypowski PJ, 
Broekhuizen FF. Statistivalevaluation 
of diagnosis critrtia for bacterial 
vaginosis Am J Obstet Gynecol 
1990;162:155-60 
13. Nugent RP, Krolin MA, Hilliter SL. 
The reliability of diagnosing vaginosis 
is improved by a standaedized method 
of gram stain interpretation. J Clin 
Microbiol 1991; 29:297-301. 
14. Hillier SL, Krohn MA, Nugent RP, 
Gibbs SR. Characteristics of three 
vaginal flora patterns assessed by 
gram stain among pregnant women. 
Am J Obstet Gynecol 1992; 166:938- 
44. 
15. Mazzulli T, Simor AE, Low DE. 
Reproducibility of interpretation of 
garm stained vaginal smears for the 
diagnosis of bacterial vaginosis. J Clin 
Microbiol 1990; 28:1506-8. 
16. Gilles RG, Monif. Bacterial vaginosis 
: a new prospective. Infect Med 2001 
18 : 25-6. 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com 
PDF-XChange 
Click to buy NOW! 
www.docu-track.com

More Related Content

What's hot

vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)ery putra
 
Radang genetalia interna
Radang genetalia internaRadang genetalia interna
Radang genetalia internakenggi
 
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksiKelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksiIsma Jihan
 
Kanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem ReproduksiKanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem Reproduksinovaangelia125
 
KANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSKANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSAsrirapika
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritisPradasary
 
Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)fikri asyura
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidnor rahmah
 
Askeb kegawatdaruratan
Askeb kegawatdaruratanAskeb kegawatdaruratan
Askeb kegawatdaruratanShanty Septi
 
5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitisPradasary
 

What's hot (20)

vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)
 
Leukore
LeukoreLeukore
Leukore
 
Tumor ganas genitalia
Tumor ganas genitaliaTumor ganas genitalia
Tumor ganas genitalia
 
Makalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramataMakalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramata
 
Radang genetalia interna
Radang genetalia internaRadang genetalia interna
Radang genetalia interna
 
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksiKelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
Kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi
 
Kanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem ReproduksiKanker Pada Sistem Reproduksi
Kanker Pada Sistem Reproduksi
 
KANKER SERVIKS
KANKER SERVIKSKANKER SERVIKS
KANKER SERVIKS
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah kanker genitalia
Makalah kanker genitaliaMakalah kanker genitalia
Makalah kanker genitalia
 
Sistem Reproduksi pada Manusia
Sistem Reproduksi pada ManusiaSistem Reproduksi pada Manusia
Sistem Reproduksi pada Manusia
 
Landasan teori
Landasan teoriLandasan teori
Landasan teori
 
Vulvitis
VulvitisVulvitis
Vulvitis
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 
Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Askeb kegawatdaruratan
Askeb kegawatdaruratanAskeb kegawatdaruratan
Askeb kegawatdaruratan
 
Polips endometrium
Polips endometriumPolips endometrium
Polips endometrium
 
5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis5. parametritis & pelviksitis
5. parametritis & pelviksitis
 

Similar to Vaginosis bakterialis pada kehamilan

Askep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswAskep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswnurulrachma0
 
Askeb vaginitis dan radang panggul
Askeb vaginitis dan radang panggulAskeb vaginitis dan radang panggul
Askeb vaginitis dan radang panggulDokter Ginekologi
 
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docxSATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docxNovaMesrayenti1
 
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxinfeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxWulanPurnamasari45
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Leaflet kanker rahim akper pemda muna
Leaflet kanker rahim akper pemda munaLeaflet kanker rahim akper pemda muna
Leaflet kanker rahim akper pemda munaSeptian Muna Barakati
 
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by suranggaKetuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by suranggaSurangga Jaya
 
Kegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetriKegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetrinaroi munthe
 
Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisElla Ameliawati
 
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan BandungKanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandungrafaclinic
 
Martina patofisiologi sepsis neonatorum
Martina   patofisiologi sepsis neonatorumMartina   patofisiologi sepsis neonatorum
Martina patofisiologi sepsis neonatorumPrista Irawantara
 
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseaseSiti Afni Zulfah
 

Similar to Vaginosis bakterialis pada kehamilan (20)

Askep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpswAskep pos sc atas indikasi kpsw
Askep pos sc atas indikasi kpsw
 
Askeb vaginitis dan radang panggul
Askeb vaginitis dan radang panggulAskeb vaginitis dan radang panggul
Askeb vaginitis dan radang panggul
 
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docxSATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
 
Bab i bab ii
Bab i bab iiBab i bab ii
Bab i bab ii
 
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptxinfeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
infeksi_post_partum_infeksi_puerperium.pptx
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Leaflet kanker rahim akper pemda muna
Leaflet kanker rahim akper pemda munaLeaflet kanker rahim akper pemda muna
Leaflet kanker rahim akper pemda muna
 
PPT (1).pptx
PPT (1).pptxPPT (1).pptx
PPT (1).pptx
 
Referat infertilitas
Referat infertilitasReferat infertilitas
Referat infertilitas
 
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by suranggaKetuban pecah sebelum waktunya. by surangga
Ketuban pecah sebelum waktunya. by surangga
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
Leukorea2
Leukorea2Leukorea2
Leukorea2
 
Kegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetriKegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetri
 
Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologis
 
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan BandungKanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
Kanker serviks by dr.Trifena RAFA, klinik kecantikan Bandung
 
Martina patofisiologi sepsis neonatorum
Martina   patofisiologi sepsis neonatorumMartina   patofisiologi sepsis neonatorum
Martina patofisiologi sepsis neonatorum
 
Infertilitas
 Infertilitas Infertilitas
Infertilitas
 
3189
31893189
3189
 
kelompok199
kelompok199kelompok199
kelompok199
 
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
 

Recently uploaded

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 

Recently uploaded (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

Vaginosis bakterialis pada kehamilan

  • 1. 74 Diagnosis praktis vaginosis bakterial pada kehamilan Sylvia Y.Muliawan, Julius E.Suryawidjaja Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRACT Bacterial vaginosis is an abnormal condition of the vaginal ecosystem caused by high concentrations Lactobacillus as the normal vaginal flora is replaced is replaced the overgrowth of anaerobic vaginal bacterial flora. The risk of preterm delivery in pregnant women with bacterial vaginosis is 3 to 8 times higher than pregnant women with normal vaginal flora. In addition to causing preterm delivery Bacteroides sp. Have also been implicated in amnionitis, post partum endometris, premature rupture of membranes, and low birth weight. Clinically, to assist a diagnosis of bacterial vaginosis, we need theree of these four criteria are present: (1) clue cells, (2) fishy ador on alkalinization of vaginal secretions (KOH 10%), (3) homogenous, thin, milk like vaginal disorder, (4) vaginal pH more than 4.5 (nitrazine paper). The incidence of preterm delivery and other disorders mention above can be decreased by identifying the prganisms causing bacterial vaginosis in the early second trimester of pregnancy. (J Kedokter Trisakti 2001;20(2):74-8) Key words : Bacterial Vaginosis, diagnosis, pregnant woman ABSTRAK Vaginosis bacterial adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsenterasi tinggi sebagai flora normal vagina. Risiko terjadinya persalinan preterm pada wanita hamil dengan vaginosis bacterial 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita hamil dengan flora normal. Selain itu wanita hamil dengan bacterial vaginosis juga mempunyai risiko lebih tinggi untuk terserang amnionitis, post partum endometritis, ketuban pecah dini, dan berat bayi lahir rendah. Secara klinis, untuk membantu menegakkan diagnosis vaginosis bacterial harus ada tiga dari empat criteria sebagai berikut, yaitu : (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper. Untuk menurunkan kejadian tersebut diatas, sebaiknya pada wanita hamil dilakukan pemeriksaan kolonisasi bakteri pada vaginosis bacterial yang dilakukan pada awal trimester ke dua kehamilan. Kata kunci : Vaginosis bacterial, diagnosis, kehamilan PENDAHULUAN Dari beberapa penelitian telah terbukti bahwa infeksi selama kehamilan memegang peranan penting dalam terjadinya persalinan preterm. (1) Untuk mencegah atau menurunkan kejadian persalinan preterm, perlu dicari penyebabnya. Penelitian-penelitian terdahulu antara lain ditunjukan kepada pengenalan faktor-faktor risiko seperti riwayat obstetri dan faktor-faktor medis yang diduga berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya persalinan preterm, tetapi ternyata hasilnya tidak memuaskan. Sampai saat ini masih belum diketahui mikroorganisme spesifik yang berhubungan langsung dengan persalinan preterm. Menurut Gardner dan Dukes (2) vaginitis non spesifik dapat disebabkan oleh Gardnerella vaginalis dan kuman lainnya, oleh karena itu pada keadaan tersebut dipakai PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com
  • 2. 75 istilah vaginosis bacterial. Vaginosis bacterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai oleh konsentrasi tinggi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides sp., Mobilicus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis. (3) Jadi vaginosis bacterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oelh suatu organisme, tetapi timbul dikerenakan pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri yang mengadakan kolonisasi di vagina. Nama lain dari vaginosasi bacterial adalah non specific vaginitis, Gardnerella vaginitis, Corynebacterium vaginitis, Haemophilus vaginitis, non specific vaginosis, dan anaerobic vaginosis. (4) Peniliti lain mengatakan vaginosis bacterial selain ada kaitannya dengan persalinan preterm juga berhubungan dengan berat bayi lahir rendah dan ketuban pecah dini. (3) Cairan vagina pada kehamilan Pada kehamilan normal, cairan vagina bersifat asam (pH ” 4-5), karena adanya peningkatan kolonisasi Lactobacillus (flora normal vagina) yang memproduksi asam laktat. (2) Keadaan asam yang berlebih ini membuat Lactobacillus tumbuh subur, sehingga mencegah terjadinya pertumbuhan berlebihan bakteri pathogen. (5) Lactobacillus diketahui sebagai mikroorganisme yang mempertahankan homeostasis vagina, karena dengan menghasilkan asam laktat dan membuat H2O2 yang akan menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme lainnya, sehingga menurunkan risiko persalinan preterm. (6-8) Keadaan ini tidak selalu dapat dipertahankan, karena apabila jumlah bakteri Lactobacillus menurun, maka keasaman cairan vagina berkurang dan akan mengakibatkan bertambahnya bakteri lain, seperti antara lain Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan Bacteroides sp. (3) Adanya perubahan flora vagina menyebabkan terjadinya vaginosis bacterial. Wanita hamil dengan vahinosis bacterial mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terserang amnionitis (9), endometritis pasca persalinan (10), ketuban pecah dini (1,3) dan persalinan premature. (8,11) Hubungan vaginosis bacterial dengan persalinan preterm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Graveyy, dkk. (11) ternyata wanita dengan vaginosis bacterial mempunyai risiko 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita dengan flora normal untuk mengalami persalinan preterm. Demikian pula terjadinya ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada wanita dengan vaginosis bakterial (46%) dibandingkan wanita tanpa vaginosis bakterial (4%). (12) Perlu diketahui bahwa pada vagina wanita sehat dapat ditemukan beberapa jenis mikroorganisme antara lain : Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Lactobacillus, Streptococcus agalactiae (Streptococcus grup B), Bacteroides bivius, Peptostreptococcus, Mobilincus, Gardnerella vaginalis, dan Fusobacterium nucleatum. (13) Dengan demikian, bila pada kultur dari swab vagina ditemukan mikroorganisme tersebut, hal ini belum berarti bahwa mikroorganisme tersebut adalah penyebab infeksi dan perlu dikonfirmasikan dengan gejala klinik. Selain itu juga ditemukan bahwa konsentrasi Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob pada secret vagina wanita hamil dengan vaginosis bacterial adalah 100-1000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pada wanita tidak hamil. (3) Di Indonesia sampai saat ini, pemeriksaan tentang kolonisasi bakteri atau adanya vaginosis bakterial sebagai upaya untuk menurunkan angka kejadian persalinan preterm. Apabila kita ingin melakukan pemeriksaan ini, maka sebaiknya dilakukan pada awal trimester ke dua. (5) Martius, dkk. (8) dalam penelitiannya menemukan bahwa wanita yang melahirkan premature ternyata lebih banyak yang mengalami infeksi vaginosis bakterial dibandingkan dengan wanita yang melahirkan atrm. Penegakan diagnosis vaginosis bakterial secara klinik Secara klinik menurut Amsel, dkk. (4), diagnosis bakterial ditegakkan bila terdapat tiga dari empat kriteria berikut, yaitu: (i) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik dari sediaan basah; (ii) adanya bau amis, setelah penetesaan KOH 10% pada PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com
  • 3. cairan vagina, (ii) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu; (iv) pH vagina > 4.5 yang diperiksa dengan menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine paper). Dari ke empat kriteria tersebut, yang paling baik untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial adalah (i) pemeriksaan basah untuk mencari adanya sel clue (sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang padat) dan (2) adanya bau amis pada penetesan KOH 10%. (4) Namun keadaan adanya bau amis ini, pada keadaan tertentu tidak selalu dapat dievaluasi, misal pada saat tambahan untuk menunjang diagnosis vaginosis bakterial, antara lain dengan melakukan oleh Thomason Jl, dkk. (12) untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial, menunjukkan: (i) bila ditemukan sel clue pada sediaan basah, memberikan nilai sensitivitas 98,2%, spesifisitas 94,3%, prediksi positif 89,9%, dan prediksi negatif 99%, (ii) bila ditemukan sel clue ditambah adanya bau amis, memberikan nilai sensitivitas 81,6%, spesifisitas 99,5%, prediksi positif 98,8%, dan prediksi negatif 92,1%; (ii) bila dilakukan pewarnaan Gram, maka memberikan nilai sensitivitas 97%, spesifikasi 66,2%, prediksi positif 57,2%, dan prediksi negatif 97,9%. Dengan melihat hasil tersebut, apabila fasilitas laboratorium belum memadai, maka metode terbaik dalam membantu menegakkan diagnosis vaginosis bakterial adalah mencari sel clue pada sediaan basah dan tes adanya bau amis pada penetesan KOH 10%. (12) Tetapi adanya bau amis ini tidak selalu dapat dievaluasi pada saat siklus menstruasi, juga tergantung fungsi penciuman agar dapat mendeteksi adanya bau amis tersebut. (12) Dengan demikian apabila adanya bau amis ini sukar dievaluasi, maka ditemukannya sel clue saja sudah dapat membantu menegakkan diagnosis kemungkinan adanya vaginosis bakterial dan mempunyai nilai perbedaan yang tinggi antara wanita dengan vaginosis bakterial dan wanita normal. (12) Vaginosasi bakterial pada pewarnaan Gram 76 Pemeriksaan sederhana, cepat dan tidak mahal untuk membantu diagnosis vaginosis bakterial adalah dengan melakukan pewarnaan Gram pada pulasan cairan vagina. Kombinasi pH vagina ? 4.5 dan pewarnaan Gram dari cairan vagina merupakan metode yang baik dalam membantu diagnosis. Meskipun vaginosis bakterial sering dihubungkan dengan isolasi Gardnerella vaginalis, suatu bakteri anaerob, tetapi sampai saat ini cara tersebut tidak dapat dipakai untuk kriteria diagnosis. Dengan melakukan pewarnaan Gram pada cairan vagina, pasien dengan vaginosis bakterial memperlihatkan sesuatu yang khas yaitu banyak organisme Gram negatif ukuran kecil yang menyerupai Gardnerella vaginalis pada keadaan tidak dijumpainya Lactobacillus. Spiegel dkk. (3) menemukan bahwa pewarnaan Gram bersifat konsisten terhadap vaginosis bakterial. Oleh karena itu Spiegel merekomendasikan pewarnaan Gram tanpa kultur pada cairan vagina untuk diagnosis bakterial dapat disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang sukar dibiakkan sehingga pemeriksaan laboratorium menjadi mahal, juga Gardnerella vaginalis dijumpai pada > 40-50% wanita sehat. (3) Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Thomason, dkk. (12) yang tidak mengevaluasi hasil kultur Gardenella vaginalis karena hanya mempunyai nilai diagnostik rendah. Meskipun demikian, spesimen swab vagina tetap dikirim ke laboratorium Mikrobiologi untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain dan menambah dukungan terhadap diagnosis lain dan menambah dukungan terhadap diagnosis klinik vaginosis bakterial. Menurut Thomason, dkk. (12) untuk terjadinya vaginosis bakterial, maka jumlah Lactobacillus menurun, sedangkan jumlah bakteri lainnya meningkat, dan pH vagina juga harus meningkat. Ke tiga keadaan ini harus terjadi bersamaan. Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram (3) adalah : derajat 1 : normal, di dominasi oleh Lactobacillus; derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang; derajat 3: abnormal, beberapa Lactobacillus atau tidak ditemukan dengan bertambahnya jumlah Gardnerella vaginalis atau lainnya. Akhir-akhir ini tingkat kepercayaan dan repraducibility dalam mengenal berbagai morfologi kuman dari pulasan vagina dievaluasi. Ternyata PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com
  • 4. 77 kemampuan untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial dengan pewarnaan Gram hanya mempunyai tingkat kepercayaan yang tidak terlalu tinggi, karena dalam mengenal morfologi kuman berdasarkan pewarnaan Gram terdapat variabilitas yang luas. (13,14) Hal ini disebabkan karena hasil pemeriksaan sangat tergantung pada kemampuan pemeriksa untuk menginterpretasikan hasil pewarnaan Gram. Sistem skoring yang digunakan untuk melihat flora vagina pada pewarnaan Gram adalah berdasarkan pengenalan morfologi kuman yang paling dapat dipercaya, yaitu: bentuk batang Gram positif dengan ukuran besar (Lactobacillus), Gram negatif halus/batang Gram negatif dengan ukuran bervariasi (Bacteroides atau Gardnerella), dan Gram negatif bengkok/batang Gram negatif dengan ukuran bervariasi (Mobilincus). (14,15) Meskipun demikian sistem skoring dengan melihat dari hasil pewarnaan Gram masih tetap mempunyai keuntungan, yaitu dapat untuk menyingkirkan flora normal atau dengan perkataan lain dapat untuk membantu menentukan apakah yang terlihat dengan pewarnaan Gram merupakan gambaran flora normal atau vaginosis bakterial. Kriteria mengevaluasi pulasan vagina berdasarkan skoring Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat di bawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran 100 kali (minyak imersi). Skor yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan proporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif dengan ukuran halus/batang dengan ukuran bervariasi, atau bentuk batang bengkok (14). Skor 0 menunjukkan flora vagina di dominasi oleh Lactobacillus, dan skor 10 menunjukkan adanya perubahan flora vagina yaitu Lactobacillus digantikan oleh Gardnerella, Bacteroides, dan Mobilincus Skoring pewarnaan Gram pada pulasan vagina ditentukan sebagai berikut : Lactobacili (4+):0 ; Gardnerella/Bacteroides (1+) : 1 ; Mobilincus sp (1+) + (2+) : 1 (3 + ) : 1 (2+) : 2 (3+) – (4+) : 2 ( 2+ ) : 2 (3+) : 3 (1 + ) : 3 (4+) : 4 (0) : 4 Ternyata dari hasil pewarnaan Gram untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial dapat digolongkan menjadi : 0 – 3 normal; 4 - 6 intermediate; 7 – 10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial. Kecendrungan yang terjadi pada saat ini ialah dengan mengkombinasikan metode untuk menentukan clue cells dan melakukan pemeriksaan pewarnaan Gram untuk konfirmasi. (16) KESIMPULAN Vaginosis bakterial berperan penting dalam terjadinya persalinan prematur, amnionitis, endometritis pasca persalinan ketuban pecah pada dini pada wanita-wanita hamil. Etiologi vaginosis bakterial ialah karena pertumbuhan berlebihan dari beberapa jenis bakteri (Bacteriodes sp, Mobilincus sp, Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis) yang menggantikan Lactobacillus. Pemeriksaan yang dianjurkan ialah mencari cairan vagina, emndeteksi adanya bau amis pada cairan vagina yang telah ditetesi KOH 10% adanya duh yang homogen, kental, tipis dan berwarna seperti susu, pH vagina < 4.5 yang diperiksa dengan kertas fenaftiazin (nitrazin). Disamping itu juga dapat dibantu dengan pemeriksaan Garam sediaan apus vagina yang hasilnya dinayatkan dalam skor. Nilai diagnostik yang tinggi terdapat pada pemeriksaan adanya clue cells dan pemeriksaan adanya bau amis pada sekret vagina yang telah ditetesi KOH 10%. Pemeriksaan kultur vagina tidak dianjurkan sebab biayanya mahal dan bakterinya sulit tumbuh di laboratorium sehingga hasilnya kurang bermakna. Teknik pemeriksaan yang dianjurkan pada saat ini ialah kombinasi antara metode menentukan clue cells dan PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com
  • 5. pewarnaan Gram untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan clue cells. Namun karena informasi nilai sensitivitas dan spesifisitas kombinasi metode tersebut belum banyak, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Dengan melakukan pemeriksaan sekret vagina untuk mencari adanya vaginosis bakterial pada awal trisemester kedua kehamilan, diharapkan angka kejadian persalinan preterm dapat diturunkan. DAFTAR PUSTAKA 78 1. Gibbs RS, romero R, Hillier SL, Eschenbach DA, Sweet RL. A review of premature birth and subclinical infection. Am J Obstet Gynecol 1992 ; 166:1515-28. 2. Gardner HL, Dukes CD. Haemophilus vaginalis vaginitis: A newly defined specific infection previously classified “Non specific Vaginitis”, Am J Obstet Gynecol 1955 : 69:962-76. 3. Spiegel CA, Amsel R, Eschenbach DA., Schoenknecht F, Holmes KK. Anaerobic bacteria in non specific vaginitis. N engl J Med 1980; 306:601. 4. Amsel R, Totten PA, Spiegel CA, Chen KCS, Eschenbach D, Holmes KK. Non specific vaginitis: diagnostic criteria and microbial and epidemiologic association. Am J Med 1983; 74:14-22. 5. Minkoff H, Grunebaum AN, Schwarz RH, Feldman J, Cummings M, Crombleholme W et al. Risk factors for prematurity and premature rupture of membranes: a prospective study of the vaginal flora in pregnancy. Am J Obstet Gynecol a984;150:965-72. 6. Hitch Cock PJ. Sexually Transmitted Diseases. In : Schaecter M., Medoff, Eisenstein BI. Editors. Mechanism of Microbial Disease, 2nd ed, Baltimore, Maryland, USA; 1993, p.802-15. 7. Hillier SL, Krohn MA, Klebanoff SJ, Eschenbach DA. The relationship of hydrogen peroxide-producing bacilli to bacterial vaginosis and genital microflora in bacterial women. Obstet Gynecol 1992; 793:368-73. 8. Martius J, Krohn MA, Hillier SL, Stamm WE, Holmes KK, Eschenbach DA. Relationship of vaginal Lactobacillus sp. Cervical Chlamydia trachomatis, and bacterial vaginosis to preterm birth. Obstet Gynecol 1988;71:89-95. 9. Silver HM, Sperling RS. St.Clair PJ, Gibbs RS. Evidence relating bacterial aginosis to intra amniotic infection. Am J Obstet Gynecol 1990; 75-52-8. 10. Watts DH, Krohn MA, Hillier SL, Eschenbcah DA. Bacterial vaginosis as a risk factor for post-caesarean endometritis. Obstest Gynecol 1990 ; 75:52-8. 11. Gravent MG, Nelson HP, De Rouen R, Critchbow C, Eschenbach DA, Holmes KK. Independent association of bacterial vaginosis and Chlamyia trachomatis infection with adverse pregnancy outcome. Jama 1986; 256:1899-903. 12. Thomason JL. Gelbart SM, Anderson RJ, Wait AK, Osypowski PJ, Broekhuizen FF. Statistivalevaluation of diagnosis critrtia for bacterial vaginosis Am J Obstet Gynecol 1990;162:155-60 13. Nugent RP, Krolin MA, Hilliter SL. The reliability of diagnosing vaginosis is improved by a standaedized method of gram stain interpretation. J Clin Microbiol 1991; 29:297-301. 14. Hillier SL, Krohn MA, Nugent RP, Gibbs SR. Characteristics of three vaginal flora patterns assessed by gram stain among pregnant women. Am J Obstet Gynecol 1992; 166:938- 44. 15. Mazzulli T, Simor AE, Low DE. Reproducibility of interpretation of garm stained vaginal smears for the diagnosis of bacterial vaginosis. J Clin Microbiol 1990; 28:1506-8. 16. Gilles RG, Monif. Bacterial vaginosis : a new prospective. Infect Med 2001 18 : 25-6. PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com PDF-XChange Click to buy NOW! www.docu-track.com