SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52



PENGARUH DURASI PEMBERIAN ASI TERHADAP KETAHANAN HIDUP
                   BAYI DI INDONESIA

                                                 Nurmiati1, Besral2

                1. Dinas Kesehatan, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Banda Aceh 23242, Indonesia
                   2. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

                                                E-mail: besral@ui.ac.id


                                                       Abstrak
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dapat menurunkan risiko kematian bayi. Namun, belum diketahui pengaruh durasi
pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi setelah dikontrol oleh faktor determinan lainnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia setelah dikontrol faktor
ibu, faktor bayi, dan lingkungan tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan data sekunder SDKI 2002-2003. Analisis
dilakukan dengan menggunakan regresi cox ganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa durasi pemberian ASI sangat
mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih memiliki
ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disusui dengan
durasi 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, setelah
dikontrol dengan jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal. Faktor lain yang berpengaruh terhadap ketahanan
hidup bayi di Indonesia adalah jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal. Oleh karena itu, semua pihak
diharapkan mendukung kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan untuk terus meningkatkan lama
pemberian ASI bahkan sampai 24 bulan.


                                                       Abstract
The Impact of Breastfeeding Duration to the Child Survival in Indonesia. Breastfeeding can decrease risk of infant
death. But, it is not clear yet the effect of breastfeeding duration to the infant survival after controlled for the other
determinant factors. This research is aimed to know the effect of duration of breastfeeding to infant survival in
Indonesia after controlled for mother, infant, and environment factors. Data was analyzed by using multiple cox
regression models. The result showed that duration of breastfeeding had a significant effect to infant survival in
Indonesia. Infant who breastfeed for 6 months or more had 33.3 better survival than those who breastfeed less than 4
months. Infant who breastfeed for 4-5 months had 2.6 time better survival than those who breastfeed less than 4 months.
Others determinant of infant survival in Indonesia are the number of under five year children in family and their
residence. Its recommended to all party were expected to support the policy conducted by Department of Health to
improve the duration of breastfeeding up to 24 months.

Keywords: child, survival, breastfeeding, duration



1. Pendahuluan                                                  Faktor demografi meliputi jenis kelamin bayi, umur ibu,
                                                                urutan kelahiran, dan jarak kelahiran. Faktor gizi
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia                  meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI), berat bayi lahir
(SDKI) tahun 2002-2003 melaporkan bahwa Angka                   rendah (BBLR), dan imunisasi 2. Faktor lain yang
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 35 per 1.000            mempengaruhi kematian bayi adalah pengetahuan, nilai-
kelahiran hidup 1. Angka itu 4,6 kali lebih tinggi              nilai, norma, politik, ekonomi, dan keamanan. Akan
daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi daripada               tetapi, faktor ini tidak langsung mempengaruhi
Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi daripada Thailand.           kematian bayi melainkan mempengaruhi melalui
Penyebab kematian bayi umumnya adalah faktor sosial             variabel antara. Variabel antara tersebut adalah faktor
ekonomi, demografi, dan faktor gizi. Faktor sosial              ibu, faktor luka, faktor gizi, faktor pencemaran
ekonomi meliputi tingkat pendapatan, kemiskinan,                lingkungan, dan faktor pengendalian lingkungan
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tempat tinggal.              penyakit. Faktor ibu yang dimaksud meliputi umur ibu,

                                                           47
48                 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52



paritas, dan jarak kelahiran. Faktor luka meliputi luka      3. Hasil dan Pembahasan
fisik, luka terbakar, dan keracunan. Faktor gizi meliputi
kurang energi protein, pemberian ASI. Faktor                 Hasil analisis survival menggunakan metode life table
pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air, udara,        didapatkan bahwa probabilitas kumulatif ketahanan
dan tanah. Faktor lingkungan pengendalian penyakit           hidup bayi dalam studi ini adalah sebesar 0,984. Artinya
meliputi tempat tinggal 3.                                   dari 1000 bayi yang saat lahir mendapatkan ASI ada
                                                             sebanyak 984 bayi yang mampu bertahan hidup sampai
Pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi.         berusia tepat 1 tahun. Angka ini jauh lebih tinggi
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun            apabila dibandingkan dengan ketahanan hidup bayi
2002-2003 mempublikasikan bahwa hampir seluruh               yang tidak mendapatkan ASI. Probabilitas ketahanan
bayi di Indonesia (96%) pernah mendapatkan ASI 4.            hidup bayi yang mendapat ASI terlihat menurun sangat
Namun pada kenyataannya, AKB di Indonesia masih              tajam pada bulan pertama, hal ini memperlihatkan
sangat tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dua       bahwa pola kematian bayi yang diberi ASI sama dengan
hal, pertama adalah durasi pemberian ASI yang sangat         pola kematian bayi pada umumnya, yaitu banyak terjadi
singkat dan kedua adalah penyebab kematian bayi              pada bulan pertama kehidupannya.
tidaklah tunggal tetapi terdiri dari berbagai macam
faktor.                                                      Berdasarkan grafik ketahanan hidup bayi berdasarkan
                                                             durasi pemberian ASI (Gambar 1), terlihat bahwa bayi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari      yang mendapat ASI dengan durasi 6 bulan atau lebih
durasi pemberian ASI terhadap kelangsungan hidup             memiliki ketahanan hidup yang paling baik dibanding
bayi. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kematian            kelompok lainnya.
bayi, tentu saja faktor-faktor tersebut jika merupakan
variabel konfounding harus diperhitungkan dalam              Ketahanan hidup bayi yang diberi ASI 6 bulan atau
menilai pengaruh durasi pemberian ASI terhadap               lebih adalah lebih tinggi dibandingkan bayi yang
ketahanan hidup bayi agar didapatkan hasil yang akurat.      mendapat ASI kurang dari 4 bulan, atau hanya diberi
                                                             ASI sampai usia 4-5 bulan. Begitu juga dengan bayi
2. Metode Penelitian                                         yang diberi ASI dengan durasi 4-5 bulan akan memiliki
                                                             ketahanan hidup yang lebih baik daripada bayi yang
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder       disusui kurang dari 4 bulan.
SDKI 2002-2203. Dilakukan pengolahan data
sedemikian rupa (dengan mengamati cohort bayi yang           Sebagian besar bayi di Indonesia (81,02%) disusui
lahir dalam periode Oktober 1997 sampai Oktober              sampai 6 bulan atau lebih. Probabilitas kumulatif
2002) sehingga dapat menggambarkan data yang                 ketahanan hidup bayi menurut durasi pemberian ASI
bersifat longitudinal. Populasi penelitian ini adalah bayi   adalah sebagai berikut: pemberian ASI 0 bulan
yang lahir dalam periode 5 tahun sebelum survei              ketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian ASI 1-2
(periode lahir hidup bulan Oktober 1997 sampai dengan        bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3 bulan adalah
bulan Oktober 2002) dan sampel dalam penelitian ini          95%, 4 bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6
adalah sampel yang tercakup dalam penelitian SDKI            bulan atau lebih adalah 99%. Artinya jika bayi yang
2002-2003. Kriteria inklusi adalah bayi kelahiran
terakhir, tidak kembar, dan mendapatkan ASI setelah
dilahirkan serta telah berusia empat bulan atau lebih saat    1.00
wawancara dilakukan.                                          0.95                               Durasi > 6 bulan
                                                              0.90                         Durasi<4-5 bulan
Perhitungan probabilitas ketahanan hidup selama waktu
t (bulan) dapat dituliskan dengan persamaan S(t) = e- λt      0.85
dimana e adalah bilangan natural 3,14 dan λ adalah
                                                              0.80
kecepatan (rate) kematian bayi dan t adalah waktu                                          Durasi<4 bulan
dalam satuan bulan.                                          0.75

                                                             0.70
Analisis multivariabel dilakukan untuk mendapatkan
model yang bisa menerangkan pengaruh durasi                          0   1   2   3   4    5    6     7        8     9    10     11   12
                                                                                          umur (bulan)
pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi. Analisis
                                                                                     Durasi <4 bulan          Durasi4-5 bulan
dilakukan dengan regresi cox ganda menggunakan                                       Durasi >6 bulan
metode backward, eksistensi variabel konfounding
ditetapkan dengan signifikansi 5% dan perubahan
survival/hazard rate 10% atau lebih pada variabel            Gambar 1.       Kurva ketahanan hidup bayi di indonesia
utama 5-7.                                                                   menurut durasi pemberian ASI
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52                                            49



Tabel 1. Ketahanan hidup menurut karakteristik sosial             banyak daripada perempuan. Artinya karakteristik
         ekonomi, biologi, dan wilayah (n= 10.751)                sampel tersebut tidak jauh berbeda dengan karakteristik
                                                                  populasi penduduk Indonesia pada umumnya (Tabel 1).
                                      Ketahanan hidup
       Variabel            Responden
                                         satu tahun               Berdasarkan variabel sosial ekonomi, terlihat bahwa
                          n      %    %     Nilai-p*              ketahanan hidup bayi lebih baik pada kelompok
 Status sosial ekonomi                      <0,001                ekonomi tinggi dan pendidikan tinggi (nilai-p < 0,001),
 Rendah                   3.594 33,4  97,7                        namun ketahanan hidup ini tidak terlalu berbeda
 Menengah                 3.575 34,3  98,7                        menurut status pekerjaan ibu, status kawin, dan umur
 Tinggi                   3.582 31,3  99,4
                                                                  ibu (nilai-p > 0,05).
 Pendidikan Ibu                             <0,001
 Tidak sekolah            529    5,0  97,4
 Dasar (9 tahun)          6.989 65,0  98,4                        Berdasarkan variabel biologi, terlihat bahwa ketahanan
 Lanjut (lebih 9 tahun)   3.233 30,0  99,2                        hidup bayi lebih baik apabila dalam keluarga tersebut
 Pekerjaan ibu                              0,153                 hanya ada satu balita, anak tersebut adalah urutan
 Bekerja                  4.735 44,0  98.7                        kelahiran pertama, jarak kelahiran lebih dari 2 tahun,
 Tidak bekerja            6.016 56,0  98.3                        berat lahir normal, memiliki status imunisasi yang
 Status kawin ibu                           0,090                 lengkap sesuai umurnya (semua variabel tersebut
 Cerai                    10.502 97,7 97,1                        memiliki nilai-p < 0,001). Tidak ada perbedaan yang
 Kawin                    249    2,3  98,6                        signifikan antara ketahanan hidup bayi laki-laki dengan
 Umur ibu                                   0,245                 perempuan (nilai-p 0,051).
 <20 tahun                1.020 9,5   97,4
 20-35 tahun              8.446 78,6  98,6
 >35 tahun                1.285 11,9  98,1                        Berdasarkan wilayah tempat tinggal, terlihat bahwa
 Jumlah balita                              <0,001                ketahanan hidup bayi di daerah perkotaan lebih baik
 >1 balita                7.650 71,2  96,5                        dibandingkan pedesaan (nilai-p < 0,001). Namun,
 1 balita                 3.101 28,8  99,4                        analisis yang dilakukan masih terlalu kasar untuk
 Urutan kelahiran                           <0,001                membuat kesimpulan. Agar didapatkan hasil yang
 1                        3.465 32,2  98,9                        akurat, maka dilakukanlah analisis multivariat dengan
 2-3                      5.012 46,6  98,6                        menggunakan regresi cox ganda sekaligus untuk
 >4                       2.274 21,2  97,7                        mengontrol pengaruh dari variabel konfounding.
 Jarak kelahiran                            0,008
 <2 tahun                 991    9,2  97,6
                                                                  Untuk mengetahui faktor yang menentukan ketahanan
 >2 tahun                 9.760 90,8  98,7
 Berat badan lahir                          <0,001                hidup bayi di Indonesia dilakukan pemodelan dengan
 BBLR                     472    4,39 98,5                        menggunakan regresi cox proportional hazard. Hasil
 BBLN                     7.729 71,89 99,1                        seleksi bivariat diketahui bahwa semua variabel
 Tidak ditimbang          2.550 23,72 96,9                        merupakan kandidat model. Variabel yang menjadi
 Status imunisasi                           <0,001                kandidat model adalah semua variabel yang pada saat
 Tidak lengkap            2.077 19,3  92,5                        analisis bivariat (hasil uji Log rank) memiliki nilai -p <
 Lengkap                  8.674 80,7  100,0                       0,25 8.
 Jenis kelamin                              0,051
 Laki-laki                5.563 51,7  98,3                        Setelah dilakukan analisis secara bertahap, dimulai
 Perempuan                5.188 48,3  98,5
                                                                  dengan seleksi kandidat variabel, identifikasi variabel
 Wilayah                                    <0,001
 Kota                     6409   59,6 99,3
                                                                  interaksi, dan identifikasi variabel konfounding maka
 Desa                     4342   40,4 98,0                        didapatkan model yang dapat menjelaskan pengaruh
* = Nilai-p hasil uji Log rank test terhadap perbedaan proprosi   durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi
ketahanan hidup                                                   seperti dalam Tabel 2. Hasil uji interaksi mendapatkan
                                                                  bahwa tidak variabel yang berinteraksi dengan durasi
                                                                  pemberian ASI. Sedangkan hasil uji konfounding
lahir kemudian diberi ASI minimal sampai 6 bulan                  didapatkan bahwa hanya ada dua variabel yang terbukti
maka bayi tersebut akan memiliki kesempatan 99%                   sebagai konfounding, yaitu jumlah balita dalam
untuk merayakan ulang tahun pertamanya.                           keluarga dan wilayah tempat tinggal.

Sebagian besar responden tinggal di pedesaan,                     Hasil analisis regresi cox ganda mendapatkan bahwa,
berpendidikan rendah (sekolah hanya sampai 9 tahun),              setelah dikontrol oleh dua variabel konfounding yakni
terlahir dari ibu yang tidak bekerja, status menikah,             jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal maka
berusia 20-35 tahun, memiliki 1 balita dalam keluarga,            ketahanan hidup bayi yang mendapatkan ASI dengan
jarak kelahiran lebih dari 2 tahun, merupakan bayi                durasi 6 bulan atau lebih adalah 33,3 kali (1/0,03) lebih
dengan urutan kelahiran 2-3, dengan berat lahir normal,           tinggi daripada bayi yang mendapatkan ASI dengan
dan imunisasi lengkap sesuai umur, serta laki-laki lebih          durasi <4 bulan. Ketahanan hidup bayi yang
50                 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52



Tabel 2. Model pengaruh durasi pemberian ASI terhadap     Terdapat perbedaan ketahanan hidup antara bayi yang
         ketahanan hidup bayi di Indonesia                diberi ASI dengan durasi kurang dari 4 bulan, durasi 4-5
                                                          bulan, dan durasi 6 bulan atau lebih. Setelah dikontrol
                             Hazard Ratio                 dengan jumlah balita dalam keluarga dan wilayah
     Variabel       B                           Nilai-p
                              (95% CI)
                                                          tempat tinggal maka ketahanan hidup bayi yang
 Durasi ASI:                                              mendapat ASI dengan durasi 4-5 bulan 2,6 kali lebih
 <4 bulan          0,00   1,0
 4-5 bulan        -0,97   0,38 (0,22 - 0,66)   0,001
                                                          baik daripada bayi yang mendapatkan ASI dengan
 >6 bulan         -3,51   0,03 (0,02 – 0,05)   <0,001     durasi <4 bulan. Ketahanan hidup bayi yang
 Jumlah balita:                                           mendapatkan ASI dengan durasi >6 bulan 33,3 kali
 1 balita         0,00    1,0                             lebih baik daripada bayi yang mendapatkan ASI dengan
 >1 balita        1,88    6,55 (4,18-10,27)    <0,001     durasi <4 bulan.
 Wilayah:
 Kota             0,00    1,0                             Berdasarkan ketahanan hidup yang semakin tinggi
 Desa             1,59    4,99 (2,96-8,08)     <0,001     seiring dengan semakin lamanya durasi pemberian ASI,
                                                          diharapkan durasi pemberian ASI tidak cukup hanya
                                                          sampai 4 bulan saja, tetapi harus ditingkatkan paling
mendapatkan ASI dengan durasi 4-5 bulan adalah 2,6        tidak sampai 6 bulan, malahan bisa diteruskan sampai
kali (1/0,38) lebih tinggi daripada bayi yang             dengan usia 24 bulan. Program ASI eksklusif yang
mendapatkan ASI dengan durasi kurang dari 4 bulan.        dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI yang
                                                          menganjurkan memberikan hanya ASI sampai 4 bulan
Faktor lain yang mempengaruhi ketahanan hidup bayi        jangan sampai disalahartikan oleh masyarakat 10, di
adalah jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal.   mana pemberian ASI hanya dilakukan sampai bayi
Keluarga dengan jumlah balita lebih dari satu             berusia 4 bulan, setelah itu tidak lagi memberikan ASI.
mempunyai resiko untuk meninggal 6,5 kali lebih tinggi    Padahal studi ini telah membuktikan bahwa bayi yang
dibandingkan dengan hanya ada satu balita dalam           diberi ASI dengan durasi 6 bulan lebih memiliki
keluarga. Begitu juga dengan wilayah tempat tinggal,      ketahanan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mereka yang tinggal di daerah pedesaan memiliki risiko    bayi yang diberi ASI dengan durasi 4-5 bulan saja.
untuk meninggal 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan perkotaan.                                         Anjuran untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun
                                                          dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi dan kesehatan 11.
Probabilitas ketahanan hidup bayi yang pernah             Secara ekonomi, keluarga tidak perlu mengeluarkan
mendapatkan ASI mencapai 0,984 artinya, dari 1000         dana untuk membeli susu formula. Secara kesehatan
bayi yang mendapat ASI sebanyak 984 bayi berhasil         ASI merupakan cairan hidup yang memiliki
merayakan ulang tahun pertamanya. Dengan kata lain,       karakteristik yang unik sehingga mampu meningkatkan
kematian pada bayi yang mendapatkan ASI adalah            kekebalan tubuh bayi dan membuat bayi sehat. Bila bayi
0,016 atau 16 per 1000. Angka ini jauh lebih kecil        diberi cairan lain seperti susu formula maka bayi akan
daripada AKB di Indonesia yang mencapai 35 per 1000.      memerlukan tambahan energi untuk bisa mencerna susu
Selisih yang cukup tinggi tersebut menunjukkan bahwa      formula tersebut. Padahal sistem pencernaan bayi belum
memang pemberian ASI dapat menurunkan AKB.                sempurna, sehingga bila mendapatkan makanan lain
                                                          dapat menyebabkan kerusakan pada saluran cernanya.
Berdasarkan durasi pemberian ASI, bayi yang               Bila bayi diberi ASI, maka ASI tersebut dapat langsung
mendapatkan ASI 6 bulan atau lebih memiliki               digunakan oleh tubuhnya tanpa memerlukan pengolahan,
ketahanan hidup paling baik dibanding dengan              selain itu komposisi ASI juga mengandung zat yang
kelompok lainnya. Pada saat durasi pemberian ASI 0        menyebabkan ASI dapat langsung digunakan tanpa
bulan (kurang dari 30 hari), probabilitas ketahanan       harus melalui proses pencernaan makanan seperti biasa.
hidup bayi hanya 0,71. Artinya dari 100 bayi yang lahir   Hal ini diharapkan dapat mempertahankan dan
dan mendapatkan ASI hanya sampai 30 hari, maka            meningkatkan kesehatan bayi. Dengan kesehatan yang
hanya ada 71 bayi yang mampu bertahan sampai usia         adekuat maka bayi dapat terus melangsungkan
tepat 1 tahun. Jika durasi pemberian ASI mencapai 6       kehidupannya 12.
bulan atau lebih, probabilitas ketahanan hidup bayi
adalah 0,99. Artinya, dari 100 bayi yang diberikan ASI    Pentingnya pemberian ASI telah dicanangkan oleh
sampai 6 bulan atau lebih maka hamper semuanya (99        Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia
bayi) memiliki kesempatan untuk merayakan ulang           (WHO) sejak tahun 1990an. Mulai dengan kampanye
tahun pertamanya. Hasil ini sesuai dengan penelitian      pemberian ASI eksklusif 4 bulan, kemudian dilanjurkan
yang dilakukan Briend (1988) 9, yang melaporkan           dengan kampanye pemberian ASI ekslusif selama 6
bahwa probabilitas ketahanan hidup bayi semakin tinggi    bulan. Menurut petunjuk Bina Gizi Masyarakat,
dengan semakin lamanya diberi ASI.                        pengertian ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI
                                                          saja sampai bayi berumur 6 bulan. Bahkan pemberian
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52                                       51



ASI harus dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun           tidak saja disebabkan oleh pemberian makanan padat
yang tentunya disertai dengan pemberian makanan             tetapi juga oleh sanitasi dan higiene yang kurang
tambahan yang sesuai 13,14.                                 sehingga makanan yang disiapkan untuk diberikan pada
                                                            bayi telah mengalami pencemaran. Hal tersebut
Kesadaran masyarakat Indonesia untuk memiliki hanya         menyebabkan probabilitas kematian bayi di daerah rural
satu balita dalam keluarga masih jauh dari harapan,         lebih tinggi dibanding daerah urban.
hanya sedikit sekali keluarga dengan satu balita (sebesar
28,84%). Hasil penelitian ini juga memperlihatkan           4. Kesimpulan
bahwa ketahanan hidup bayi yang jumlah balita dalam
keluarganya lebih dari satu adalah lebih rendah daripada    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan dan
ketahanan hidup bayi yang hanya ada 1 balita dalam          disarankan sebagai berikut: 1) Ketahanan hidup bayi
keluarga. Bayi yang dalam keluarganya terdapat lebih 1      yang pernah mendapat ASI adalah 984 per 1000.
balita memiliki risiko untuk mati 6,5 kali lebih tinggi     Sedangkan ketahanan hidup yang tidak mendapat ASI
dibandingkan dengan bayi yang keluarganya hanya             hanyalah 455 per 1000; 2) Durasi pemberian ASI sangat
memiliki 1 balita.                                          berpengaruh terhadap ketahanan hidup bayi di
                                                            Indonesia, pemberian ASI dengan durasi 4-5 bulan
Masih banyaknya keluarga yang memiliki balita lebih         dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi 2,6 kali lebih
dari satu orang menunjukkan bahwa keberhasilan              baik daripada durasi kurang dari 4 bulan, pemberian
program Keluarga Berencana belum sesuai dengan              ASI dengan durasi 6 bulan atau lebih dapat
harapan. Walaupun angka pemakaian kontrasepsi sudah         meningkatkan ketahanan hidup bayi 33,3 kali lebih baik
mencapai 60% dari total pasangan usia subur, namun          daripada durasi kurang dari 4 bulan; 3) Faktor lain yang
masih jauh dari target 70% 15. Pemerintah diharapkan        mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia
tidak hanya berupaya meningkatkan angka pemamakaian         adalah jumlah balita dalam keluarga dan wilayah tempat
kontrasepsi tetapi sekaligus juga memberikan                tinggal. Ketahanan hidup bayi lebih tinggi jika dalam
penyuluhan agar masyarakat menjarangkan jarak               satu keluarga hanya ada satu balita. Ketahanan hidup
kelahiran. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan         bayi di perkotaan lebih tinggi daripada ketahanan hidup
bahwa dengan menggunakan jarak kelahiran <2 tahun,          bayi di pedesaan; 4) Untuk meningkatkan kelangsungan
dalam analis multivariat tidak terlihat perbedaan yang      hidup bayi, maka kebijakan untuk memberikan ASI
signifikan pada ketahanan hidup bayi, namun ada             eksklusif hendaknya didukung oleh semua pihak dan
perbedaan yang signifikan jika jumlah balita dalam          diharapkan setiap bayi mendapat ASI paling tidak
keluarga lebih dari satu. Dengan demikian, dianjurkan       sampai usia 6 bulan atau bahkan sampai usia 2 tahun;
kepada pemerintah perlu merefisi jarak kelahiran            5) Perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang jarak
seharusnya menjadi minimal 4 atau lima tahun.               melahirkan akurat sehingga memberikan kontribusi
                                                            tidak hanya bagi kelangsungan hidup ibu tetapi juga
Probabilitas ketahanan hidup bayi di wilayah perkotaan      bagi kelangsungnan hidup bayinya.
lebih tinggi daripada probabilitas ketahanan hidup bayi
di pedesaan. Bayi yang tinggal di pedesaan memiliki         Daftar Acuan
risiko untuk mati 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang tinggal di perkotaan. Perbedaan ini        1.   BPS, BKKBN, Depkes. Indonesia Demographic
dapat terjadi karena perbedaan ketersediaan fasilitas            and Health Survey. Jakarta: BPS, 2003
pelayanan kesehatan, tenaga penolong persalinan, dan        2.   Howlader, Ali Ahmed, Monir Uddin Bhuiyan,
perbedaan akses menuju fasilitas kesehatan 16. Selain            1999. ‘Mother’s Health Seeking Behaviour and
itu, umumnya masyarakat rural masih memegang teguh               Child Mortality in Bangladesh’. Asia-Pacific
adat kebiasaan setempat yang berdampak buruk pada                Population Journal. Vol. 14, pp:59-75. [Online].
kesehatan bayi. Bila terdapat kebiasaan yang tidak               Dari:www.unescap.org/esid/psis/population/journa/
mendukung perilaku kesehatan maka risiko kematian                articles/1999/v14n1d1.htm [6 Juni 2008]
bayi yang terjadi akan lebih tinggi. Misalnya kebiasaan     3.   Mosley, W.H., Lincoln C. Chen. Child Survival,
menyusui bayi, walaupun ibu-ibu yang tinggal di daerah           Strategies    For    Research    Population   and
rural lebih banyak (100%) yang pernah menyusui                   Development Review. Cambridge University Press,
anaknya, dibanding ibu yang tinggal di daerah urban              1984.
(89,6% yang pernah menyusui bayinya saat lahir), akan       4.   BPS, BKKBN, Depkes. Survey Demografi
tetapi ibu-ibu di daerah urban hanya sedikit yang yang           Kesehatan Indonesia. Jakarta: BPS, 2003.
memberikan makanan padat pada bayi usia kurang 1            5.   Kleinbaum, D.G., M. Klein. Logistic Regression: A
bulan (14,6%) dibandingkan ibu-ibu di daerah rural               Self Learning Text. Second Edition. USA: Springer,
(23,5%) 17. Bayi yang mendapatkan makanan padat                  2002.
pada usia kurang 4 bulan memiliki risiko untuk              6.   Kleinbaum, D.G., M. Klein. Survival Analysis: A
mengalami komplikasi penyakit pencernaan yang lebih              Self-Learning Text. Second Edition. USA: Springer,
tinggi. Komplikasi penyakit pencernaan yang terjadi              2004.
52               MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52



7.  Smith, Tyler., Besa SmithGraphing The Probability   12. UNDP. ‘Menurunkan Angka Kematian Anak’ ,
    0f Event as a Function of Time Using Survivor           2007 [Online] Dari: www.undp.or.id/pubs/imdg
    Function Estimates and the SASR System’s PROC           2004/BI/indonesiaMDG_BI_Goal4.pdf.             [29
    PHREC,       2005.     [Online].   Dari:    www.        Desember 2007]
    lexjansen.com/wuss/2005/hands_on_workshops/ho       13. Depkes RI. Rencana Aksi Pangan dan Gizi
    w_graphing_theprobability.pdf [13 Juni 2008]            Nasional 2001 – 2005. Jakarta, 2000
8. Hosmer, D, Lemeshow. Aplied Logistic Regression.     14. Depkes RI, Hak-Hak Anak Indonesia Belum
    John Willey & Sons, Willey Interscience                 Terpenuhi.      Dari:     www.depkes.go.id/index.
    Publication, New York, 1989                             php?option=news&task=viewarticle&sid=709&ite
9. Briend, A, B. Wojtyniak, M. G. M. Rowland.               mid=2 [19 Desember 2007].
    ‘Breast Feeding, Nutritional State, and Child       15. PERMENKES          No.741/MENKES/PER/VII/2008
    Survival in Rural Bangladesh’. British Medical          Tanggal 29 Juli 2008 Tentang Standar Pelayanan
    Journal. [Online] Vol. 296, 1988. pp: 879-882.          Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
    Dari:                                               16. Howlader, Ali Ahmed, Monir Uddin Bhuiyan.
    www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1        ‘Mother’s Health Seeking Behaviour and Child
    840181&blobtype=pdf. [29 Desember 2007]                 Mortality in Bangladesh’. Asia-Pacific Population
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia          Journal. Vol. 14, , 1999. pp:59-75. [Online]. Dari:
    Nomor       450/MENKES/SK/IV/2004         Tentang       www.unescap.org/esid/psis/population/journal/artic
    Pemberian ASI Ekslusif.                                 les/1999/v14n1d1.htm [6 Juni 2008)
11. Roesli, Utami. Mengenal ASI Ekslusif. Trubus        17. Soetjiningsih. ‘Persepsi dan Perilaku Menyusui di
    Agriwijaya. Jakarta, 2000                               Bali’. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 43,
                                                            1993. pp :35-56.

More Related Content

What's hot

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...Sii AQyuu
 
Pp skripsi demak
Pp skripsi demakPp skripsi demak
Pp skripsi demakakulupa
 
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanKTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanDinie Fajriah
 
Asi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhanAsi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhanfla_wellz
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarAulia Amani
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)pjj_kemenkes
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKelinciTosca
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILnrukmana rukmana
 
Penimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TBPenimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TBRyaniegizi
 

What's hot (19)

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
 
Pp skripsi demak
Pp skripsi demakPp skripsi demak
Pp skripsi demak
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanKTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
Asi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhanAsi eksklusif pertumbuhan
Asi eksklusif pertumbuhan
 
Kb askeb
Kb askebKb askeb
Kb askeb
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
makalah zaki psi
makalah zaki psimakalah zaki psi
makalah zaki psi
 
Askeb kb suntik
Askeb kb suntikAskeb kb suntik
Askeb kb suntik
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
 
Askeb kb (autosaved)
Askeb kb (autosaved)Askeb kb (autosaved)
Askeb kb (autosaved)
 
Penimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TBPenimbangan BB dan Pengukuran TB
Penimbangan BB dan Pengukuran TB
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugas bu yunida
Tugas bu yunidaTugas bu yunida
Tugas bu yunida
 

Viewers also liked

Contemporary traditional maori_culture_part_1
Contemporary traditional maori_culture_part_1Contemporary traditional maori_culture_part_1
Contemporary traditional maori_culture_part_1rprovenci001
 
Cardsly Pitch Deck
Cardsly Pitch DeckCardsly Pitch Deck
Cardsly Pitch DeckCardsly
 
Culture and creation_stories_2
Culture and creation_stories_2Culture and creation_stories_2
Culture and creation_stories_2rprovenci001
 
The asmat creation_story_fumeripits_creates
The asmat creation_story_fumeripits_createsThe asmat creation_story_fumeripits_creates
The asmat creation_story_fumeripits_createsrprovenci001
 
Contemporary isolated people
Contemporary isolated peopleContemporary isolated people
Contemporary isolated peoplerprovenci001
 
Periodfourpresentation.
Periodfourpresentation.Periodfourpresentation.
Periodfourpresentation.rprovenci001
 
Life of an immigrant child in the heart
Life of an immigrant child in the heartLife of an immigrant child in the heart
Life of an immigrant child in the heartMikealpha76
 
Untitled presentation
Untitled presentationUntitled presentation
Untitled presentationrprovenci001
 

Viewers also liked (8)

Contemporary traditional maori_culture_part_1
Contemporary traditional maori_culture_part_1Contemporary traditional maori_culture_part_1
Contemporary traditional maori_culture_part_1
 
Cardsly Pitch Deck
Cardsly Pitch DeckCardsly Pitch Deck
Cardsly Pitch Deck
 
Culture and creation_stories_2
Culture and creation_stories_2Culture and creation_stories_2
Culture and creation_stories_2
 
The asmat creation_story_fumeripits_creates
The asmat creation_story_fumeripits_createsThe asmat creation_story_fumeripits_creates
The asmat creation_story_fumeripits_creates
 
Contemporary isolated people
Contemporary isolated peopleContemporary isolated people
Contemporary isolated people
 
Periodfourpresentation.
Periodfourpresentation.Periodfourpresentation.
Periodfourpresentation.
 
Life of an immigrant child in the heart
Life of an immigrant child in the heartLife of an immigrant child in the heart
Life of an immigrant child in the heart
 
Untitled presentation
Untitled presentationUntitled presentation
Untitled presentation
 

Similar to pengaruh durasi pemberian asi

PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS DI POLI OBGYN RSI JEMUR...
PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS  DI POLI OBGYN RSI JEMUR...PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS  DI POLI OBGYN RSI JEMUR...
PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS DI POLI OBGYN RSI JEMUR...Yolly Finolla
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfHerman673394
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Sii AQyuu
 
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...Made Candra
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Operator Warnet Vast Raha
 
13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf
13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf
13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdfmuhammadasrof3
 
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptxPPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptxHariyantoDuri
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Sii AQyuu
 
Kueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isiKueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isiAndi Manurung
 
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayiPsikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayiSendiFebriyanto
 
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docxBAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docxApriliaDianRisnawati
 

Similar to pengaruh durasi pemberian asi (20)

PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS DI POLI OBGYN RSI JEMUR...
PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS  DI POLI OBGYN RSI JEMUR...PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS  DI POLI OBGYN RSI JEMUR...
PERUBAHAN PSIKOLOGIS FASE TAKING HOLD PADA IBU NIFAS DI POLI OBGYN RSI JEMUR...
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
Adakahhubunganantarapemberianmakanantambahandinidenganpertumbuhanberatbadanba...
 
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
 
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
 
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
 
Meningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset Laktasi
Meningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset LaktasiMeningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset Laktasi
Meningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset Laktasi
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
 
13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf
13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf
13. Diana_fortifikasi mpasi 05.12.2020 fixx.pdf
 
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptxPPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
PPT PROPOSAL SRI INDIRYANI.pptx
 
2573 4975-1-sm
2573 4975-1-sm2573 4975-1-sm
2573 4975-1-sm
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
 
Kueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isiKueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isi
 
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayiPsikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
Psikologi perkembangan sendi perkemabangan masa bayi
 
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docxBAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
BAB 1 2 3 ANALISA REVISI ganti ya.docx
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 

Recently uploaded

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 

Recently uploaded (20)

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 

pengaruh durasi pemberian asi

  • 1. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52 PENGARUH DURASI PEMBERIAN ASI TERHADAP KETAHANAN HIDUP BAYI DI INDONESIA Nurmiati1, Besral2 1. Dinas Kesehatan, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Banda Aceh 23242, Indonesia 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: besral@ui.ac.id Abstrak Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dapat menurunkan risiko kematian bayi. Namun, belum diketahui pengaruh durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi setelah dikontrol oleh faktor determinan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia setelah dikontrol faktor ibu, faktor bayi, dan lingkungan tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan data sekunder SDKI 2002-2003. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi cox ganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa durasi pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disusui dengan durasi 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, setelah dikontrol dengan jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal. Faktor lain yang berpengaruh terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia adalah jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal. Oleh karena itu, semua pihak diharapkan mendukung kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan untuk terus meningkatkan lama pemberian ASI bahkan sampai 24 bulan. Abstract The Impact of Breastfeeding Duration to the Child Survival in Indonesia. Breastfeeding can decrease risk of infant death. But, it is not clear yet the effect of breastfeeding duration to the infant survival after controlled for the other determinant factors. This research is aimed to know the effect of duration of breastfeeding to infant survival in Indonesia after controlled for mother, infant, and environment factors. Data was analyzed by using multiple cox regression models. The result showed that duration of breastfeeding had a significant effect to infant survival in Indonesia. Infant who breastfeed for 6 months or more had 33.3 better survival than those who breastfeed less than 4 months. Infant who breastfeed for 4-5 months had 2.6 time better survival than those who breastfeed less than 4 months. Others determinant of infant survival in Indonesia are the number of under five year children in family and their residence. Its recommended to all party were expected to support the policy conducted by Department of Health to improve the duration of breastfeeding up to 24 months. Keywords: child, survival, breastfeeding, duration 1. Pendahuluan Faktor demografi meliputi jenis kelamin bayi, umur ibu, urutan kelahiran, dan jarak kelahiran. Faktor gizi Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI), berat bayi lahir (SDKI) tahun 2002-2003 melaporkan bahwa Angka rendah (BBLR), dan imunisasi 2. Faktor lain yang Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 35 per 1.000 mempengaruhi kematian bayi adalah pengetahuan, nilai- kelahiran hidup 1. Angka itu 4,6 kali lebih tinggi nilai, norma, politik, ekonomi, dan keamanan. Akan daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi daripada tetapi, faktor ini tidak langsung mempengaruhi Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi daripada Thailand. kematian bayi melainkan mempengaruhi melalui Penyebab kematian bayi umumnya adalah faktor sosial variabel antara. Variabel antara tersebut adalah faktor ekonomi, demografi, dan faktor gizi. Faktor sosial ibu, faktor luka, faktor gizi, faktor pencemaran ekonomi meliputi tingkat pendapatan, kemiskinan, lingkungan, dan faktor pengendalian lingkungan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tempat tinggal. penyakit. Faktor ibu yang dimaksud meliputi umur ibu, 47
  • 2. 48 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52 paritas, dan jarak kelahiran. Faktor luka meliputi luka 3. Hasil dan Pembahasan fisik, luka terbakar, dan keracunan. Faktor gizi meliputi kurang energi protein, pemberian ASI. Faktor Hasil analisis survival menggunakan metode life table pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air, udara, didapatkan bahwa probabilitas kumulatif ketahanan dan tanah. Faktor lingkungan pengendalian penyakit hidup bayi dalam studi ini adalah sebesar 0,984. Artinya meliputi tempat tinggal 3. dari 1000 bayi yang saat lahir mendapatkan ASI ada sebanyak 984 bayi yang mampu bertahan hidup sampai Pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi. berusia tepat 1 tahun. Angka ini jauh lebih tinggi Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun apabila dibandingkan dengan ketahanan hidup bayi 2002-2003 mempublikasikan bahwa hampir seluruh yang tidak mendapatkan ASI. Probabilitas ketahanan bayi di Indonesia (96%) pernah mendapatkan ASI 4. hidup bayi yang mendapat ASI terlihat menurun sangat Namun pada kenyataannya, AKB di Indonesia masih tajam pada bulan pertama, hal ini memperlihatkan sangat tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dua bahwa pola kematian bayi yang diberi ASI sama dengan hal, pertama adalah durasi pemberian ASI yang sangat pola kematian bayi pada umumnya, yaitu banyak terjadi singkat dan kedua adalah penyebab kematian bayi pada bulan pertama kehidupannya. tidaklah tunggal tetapi terdiri dari berbagai macam faktor. Berdasarkan grafik ketahanan hidup bayi berdasarkan durasi pemberian ASI (Gambar 1), terlihat bahwa bayi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari yang mendapat ASI dengan durasi 6 bulan atau lebih durasi pemberian ASI terhadap kelangsungan hidup memiliki ketahanan hidup yang paling baik dibanding bayi. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kematian kelompok lainnya. bayi, tentu saja faktor-faktor tersebut jika merupakan variabel konfounding harus diperhitungkan dalam Ketahanan hidup bayi yang diberi ASI 6 bulan atau menilai pengaruh durasi pemberian ASI terhadap lebih adalah lebih tinggi dibandingkan bayi yang ketahanan hidup bayi agar didapatkan hasil yang akurat. mendapat ASI kurang dari 4 bulan, atau hanya diberi ASI sampai usia 4-5 bulan. Begitu juga dengan bayi 2. Metode Penelitian yang diberi ASI dengan durasi 4-5 bulan akan memiliki ketahanan hidup yang lebih baik daripada bayi yang Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder disusui kurang dari 4 bulan. SDKI 2002-2203. Dilakukan pengolahan data sedemikian rupa (dengan mengamati cohort bayi yang Sebagian besar bayi di Indonesia (81,02%) disusui lahir dalam periode Oktober 1997 sampai Oktober sampai 6 bulan atau lebih. Probabilitas kumulatif 2002) sehingga dapat menggambarkan data yang ketahanan hidup bayi menurut durasi pemberian ASI bersifat longitudinal. Populasi penelitian ini adalah bayi adalah sebagai berikut: pemberian ASI 0 bulan yang lahir dalam periode 5 tahun sebelum survei ketahanan hidupnya adalah 71%, pemberian ASI 1-2 (periode lahir hidup bulan Oktober 1997 sampai dengan bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3 bulan adalah bulan Oktober 2002) dan sampel dalam penelitian ini 95%, 4 bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6 adalah sampel yang tercakup dalam penelitian SDKI bulan atau lebih adalah 99%. Artinya jika bayi yang 2002-2003. Kriteria inklusi adalah bayi kelahiran terakhir, tidak kembar, dan mendapatkan ASI setelah dilahirkan serta telah berusia empat bulan atau lebih saat 1.00 wawancara dilakukan. 0.95 Durasi > 6 bulan 0.90 Durasi<4-5 bulan Perhitungan probabilitas ketahanan hidup selama waktu t (bulan) dapat dituliskan dengan persamaan S(t) = e- λt 0.85 dimana e adalah bilangan natural 3,14 dan λ adalah 0.80 kecepatan (rate) kematian bayi dan t adalah waktu Durasi<4 bulan dalam satuan bulan. 0.75 0.70 Analisis multivariabel dilakukan untuk mendapatkan model yang bisa menerangkan pengaruh durasi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 umur (bulan) pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi. Analisis Durasi <4 bulan Durasi4-5 bulan dilakukan dengan regresi cox ganda menggunakan Durasi >6 bulan metode backward, eksistensi variabel konfounding ditetapkan dengan signifikansi 5% dan perubahan survival/hazard rate 10% atau lebih pada variabel Gambar 1. Kurva ketahanan hidup bayi di indonesia utama 5-7. menurut durasi pemberian ASI
  • 3. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52 49 Tabel 1. Ketahanan hidup menurut karakteristik sosial banyak daripada perempuan. Artinya karakteristik ekonomi, biologi, dan wilayah (n= 10.751) sampel tersebut tidak jauh berbeda dengan karakteristik populasi penduduk Indonesia pada umumnya (Tabel 1). Ketahanan hidup Variabel Responden satu tahun Berdasarkan variabel sosial ekonomi, terlihat bahwa n % % Nilai-p* ketahanan hidup bayi lebih baik pada kelompok Status sosial ekonomi <0,001 ekonomi tinggi dan pendidikan tinggi (nilai-p < 0,001), Rendah 3.594 33,4 97,7 namun ketahanan hidup ini tidak terlalu berbeda Menengah 3.575 34,3 98,7 menurut status pekerjaan ibu, status kawin, dan umur Tinggi 3.582 31,3 99,4 ibu (nilai-p > 0,05). Pendidikan Ibu <0,001 Tidak sekolah 529 5,0 97,4 Dasar (9 tahun) 6.989 65,0 98,4 Berdasarkan variabel biologi, terlihat bahwa ketahanan Lanjut (lebih 9 tahun) 3.233 30,0 99,2 hidup bayi lebih baik apabila dalam keluarga tersebut Pekerjaan ibu 0,153 hanya ada satu balita, anak tersebut adalah urutan Bekerja 4.735 44,0 98.7 kelahiran pertama, jarak kelahiran lebih dari 2 tahun, Tidak bekerja 6.016 56,0 98.3 berat lahir normal, memiliki status imunisasi yang Status kawin ibu 0,090 lengkap sesuai umurnya (semua variabel tersebut Cerai 10.502 97,7 97,1 memiliki nilai-p < 0,001). Tidak ada perbedaan yang Kawin 249 2,3 98,6 signifikan antara ketahanan hidup bayi laki-laki dengan Umur ibu 0,245 perempuan (nilai-p 0,051). <20 tahun 1.020 9,5 97,4 20-35 tahun 8.446 78,6 98,6 >35 tahun 1.285 11,9 98,1 Berdasarkan wilayah tempat tinggal, terlihat bahwa Jumlah balita <0,001 ketahanan hidup bayi di daerah perkotaan lebih baik >1 balita 7.650 71,2 96,5 dibandingkan pedesaan (nilai-p < 0,001). Namun, 1 balita 3.101 28,8 99,4 analisis yang dilakukan masih terlalu kasar untuk Urutan kelahiran <0,001 membuat kesimpulan. Agar didapatkan hasil yang 1 3.465 32,2 98,9 akurat, maka dilakukanlah analisis multivariat dengan 2-3 5.012 46,6 98,6 menggunakan regresi cox ganda sekaligus untuk >4 2.274 21,2 97,7 mengontrol pengaruh dari variabel konfounding. Jarak kelahiran 0,008 <2 tahun 991 9,2 97,6 Untuk mengetahui faktor yang menentukan ketahanan >2 tahun 9.760 90,8 98,7 Berat badan lahir <0,001 hidup bayi di Indonesia dilakukan pemodelan dengan BBLR 472 4,39 98,5 menggunakan regresi cox proportional hazard. Hasil BBLN 7.729 71,89 99,1 seleksi bivariat diketahui bahwa semua variabel Tidak ditimbang 2.550 23,72 96,9 merupakan kandidat model. Variabel yang menjadi Status imunisasi <0,001 kandidat model adalah semua variabel yang pada saat Tidak lengkap 2.077 19,3 92,5 analisis bivariat (hasil uji Log rank) memiliki nilai -p < Lengkap 8.674 80,7 100,0 0,25 8. Jenis kelamin 0,051 Laki-laki 5.563 51,7 98,3 Setelah dilakukan analisis secara bertahap, dimulai Perempuan 5.188 48,3 98,5 dengan seleksi kandidat variabel, identifikasi variabel Wilayah <0,001 Kota 6409 59,6 99,3 interaksi, dan identifikasi variabel konfounding maka Desa 4342 40,4 98,0 didapatkan model yang dapat menjelaskan pengaruh * = Nilai-p hasil uji Log rank test terhadap perbedaan proprosi durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi ketahanan hidup seperti dalam Tabel 2. Hasil uji interaksi mendapatkan bahwa tidak variabel yang berinteraksi dengan durasi pemberian ASI. Sedangkan hasil uji konfounding lahir kemudian diberi ASI minimal sampai 6 bulan didapatkan bahwa hanya ada dua variabel yang terbukti maka bayi tersebut akan memiliki kesempatan 99% sebagai konfounding, yaitu jumlah balita dalam untuk merayakan ulang tahun pertamanya. keluarga dan wilayah tempat tinggal. Sebagian besar responden tinggal di pedesaan, Hasil analisis regresi cox ganda mendapatkan bahwa, berpendidikan rendah (sekolah hanya sampai 9 tahun), setelah dikontrol oleh dua variabel konfounding yakni terlahir dari ibu yang tidak bekerja, status menikah, jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal maka berusia 20-35 tahun, memiliki 1 balita dalam keluarga, ketahanan hidup bayi yang mendapatkan ASI dengan jarak kelahiran lebih dari 2 tahun, merupakan bayi durasi 6 bulan atau lebih adalah 33,3 kali (1/0,03) lebih dengan urutan kelahiran 2-3, dengan berat lahir normal, tinggi daripada bayi yang mendapatkan ASI dengan dan imunisasi lengkap sesuai umur, serta laki-laki lebih durasi <4 bulan. Ketahanan hidup bayi yang
  • 4. 50 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52 Tabel 2. Model pengaruh durasi pemberian ASI terhadap Terdapat perbedaan ketahanan hidup antara bayi yang ketahanan hidup bayi di Indonesia diberi ASI dengan durasi kurang dari 4 bulan, durasi 4-5 bulan, dan durasi 6 bulan atau lebih. Setelah dikontrol Hazard Ratio dengan jumlah balita dalam keluarga dan wilayah Variabel B Nilai-p (95% CI) tempat tinggal maka ketahanan hidup bayi yang Durasi ASI: mendapat ASI dengan durasi 4-5 bulan 2,6 kali lebih <4 bulan 0,00 1,0 4-5 bulan -0,97 0,38 (0,22 - 0,66) 0,001 baik daripada bayi yang mendapatkan ASI dengan >6 bulan -3,51 0,03 (0,02 – 0,05) <0,001 durasi <4 bulan. Ketahanan hidup bayi yang Jumlah balita: mendapatkan ASI dengan durasi >6 bulan 33,3 kali 1 balita 0,00 1,0 lebih baik daripada bayi yang mendapatkan ASI dengan >1 balita 1,88 6,55 (4,18-10,27) <0,001 durasi <4 bulan. Wilayah: Kota 0,00 1,0 Berdasarkan ketahanan hidup yang semakin tinggi Desa 1,59 4,99 (2,96-8,08) <0,001 seiring dengan semakin lamanya durasi pemberian ASI, diharapkan durasi pemberian ASI tidak cukup hanya sampai 4 bulan saja, tetapi harus ditingkatkan paling mendapatkan ASI dengan durasi 4-5 bulan adalah 2,6 tidak sampai 6 bulan, malahan bisa diteruskan sampai kali (1/0,38) lebih tinggi daripada bayi yang dengan usia 24 bulan. Program ASI eksklusif yang mendapatkan ASI dengan durasi kurang dari 4 bulan. dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI yang menganjurkan memberikan hanya ASI sampai 4 bulan Faktor lain yang mempengaruhi ketahanan hidup bayi jangan sampai disalahartikan oleh masyarakat 10, di adalah jumlah balita dalam keluarga dan tempat tinggal. mana pemberian ASI hanya dilakukan sampai bayi Keluarga dengan jumlah balita lebih dari satu berusia 4 bulan, setelah itu tidak lagi memberikan ASI. mempunyai resiko untuk meninggal 6,5 kali lebih tinggi Padahal studi ini telah membuktikan bahwa bayi yang dibandingkan dengan hanya ada satu balita dalam diberi ASI dengan durasi 6 bulan lebih memiliki keluarga. Begitu juga dengan wilayah tempat tinggal, ketahanan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan memiliki risiko bayi yang diberi ASI dengan durasi 4-5 bulan saja. untuk meninggal 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Anjuran untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi dan kesehatan 11. Probabilitas ketahanan hidup bayi yang pernah Secara ekonomi, keluarga tidak perlu mengeluarkan mendapatkan ASI mencapai 0,984 artinya, dari 1000 dana untuk membeli susu formula. Secara kesehatan bayi yang mendapat ASI sebanyak 984 bayi berhasil ASI merupakan cairan hidup yang memiliki merayakan ulang tahun pertamanya. Dengan kata lain, karakteristik yang unik sehingga mampu meningkatkan kematian pada bayi yang mendapatkan ASI adalah kekebalan tubuh bayi dan membuat bayi sehat. Bila bayi 0,016 atau 16 per 1000. Angka ini jauh lebih kecil diberi cairan lain seperti susu formula maka bayi akan daripada AKB di Indonesia yang mencapai 35 per 1000. memerlukan tambahan energi untuk bisa mencerna susu Selisih yang cukup tinggi tersebut menunjukkan bahwa formula tersebut. Padahal sistem pencernaan bayi belum memang pemberian ASI dapat menurunkan AKB. sempurna, sehingga bila mendapatkan makanan lain dapat menyebabkan kerusakan pada saluran cernanya. Berdasarkan durasi pemberian ASI, bayi yang Bila bayi diberi ASI, maka ASI tersebut dapat langsung mendapatkan ASI 6 bulan atau lebih memiliki digunakan oleh tubuhnya tanpa memerlukan pengolahan, ketahanan hidup paling baik dibanding dengan selain itu komposisi ASI juga mengandung zat yang kelompok lainnya. Pada saat durasi pemberian ASI 0 menyebabkan ASI dapat langsung digunakan tanpa bulan (kurang dari 30 hari), probabilitas ketahanan harus melalui proses pencernaan makanan seperti biasa. hidup bayi hanya 0,71. Artinya dari 100 bayi yang lahir Hal ini diharapkan dapat mempertahankan dan dan mendapatkan ASI hanya sampai 30 hari, maka meningkatkan kesehatan bayi. Dengan kesehatan yang hanya ada 71 bayi yang mampu bertahan sampai usia adekuat maka bayi dapat terus melangsungkan tepat 1 tahun. Jika durasi pemberian ASI mencapai 6 kehidupannya 12. bulan atau lebih, probabilitas ketahanan hidup bayi adalah 0,99. Artinya, dari 100 bayi yang diberikan ASI Pentingnya pemberian ASI telah dicanangkan oleh sampai 6 bulan atau lebih maka hamper semuanya (99 Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia bayi) memiliki kesempatan untuk merayakan ulang (WHO) sejak tahun 1990an. Mulai dengan kampanye tahun pertamanya. Hasil ini sesuai dengan penelitian pemberian ASI eksklusif 4 bulan, kemudian dilanjurkan yang dilakukan Briend (1988) 9, yang melaporkan dengan kampanye pemberian ASI ekslusif selama 6 bahwa probabilitas ketahanan hidup bayi semakin tinggi bulan. Menurut petunjuk Bina Gizi Masyarakat, dengan semakin lamanya diberi ASI. pengertian ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan. Bahkan pemberian
  • 5. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52 51 ASI harus dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun tidak saja disebabkan oleh pemberian makanan padat yang tentunya disertai dengan pemberian makanan tetapi juga oleh sanitasi dan higiene yang kurang tambahan yang sesuai 13,14. sehingga makanan yang disiapkan untuk diberikan pada bayi telah mengalami pencemaran. Hal tersebut Kesadaran masyarakat Indonesia untuk memiliki hanya menyebabkan probabilitas kematian bayi di daerah rural satu balita dalam keluarga masih jauh dari harapan, lebih tinggi dibanding daerah urban. hanya sedikit sekali keluarga dengan satu balita (sebesar 28,84%). Hasil penelitian ini juga memperlihatkan 4. Kesimpulan bahwa ketahanan hidup bayi yang jumlah balita dalam keluarganya lebih dari satu adalah lebih rendah daripada Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan dan ketahanan hidup bayi yang hanya ada 1 balita dalam disarankan sebagai berikut: 1) Ketahanan hidup bayi keluarga. Bayi yang dalam keluarganya terdapat lebih 1 yang pernah mendapat ASI adalah 984 per 1000. balita memiliki risiko untuk mati 6,5 kali lebih tinggi Sedangkan ketahanan hidup yang tidak mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang keluarganya hanya hanyalah 455 per 1000; 2) Durasi pemberian ASI sangat memiliki 1 balita. berpengaruh terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia, pemberian ASI dengan durasi 4-5 bulan Masih banyaknya keluarga yang memiliki balita lebih dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi 2,6 kali lebih dari satu orang menunjukkan bahwa keberhasilan baik daripada durasi kurang dari 4 bulan, pemberian program Keluarga Berencana belum sesuai dengan ASI dengan durasi 6 bulan atau lebih dapat harapan. Walaupun angka pemakaian kontrasepsi sudah meningkatkan ketahanan hidup bayi 33,3 kali lebih baik mencapai 60% dari total pasangan usia subur, namun daripada durasi kurang dari 4 bulan; 3) Faktor lain yang masih jauh dari target 70% 15. Pemerintah diharapkan mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia tidak hanya berupaya meningkatkan angka pemamakaian adalah jumlah balita dalam keluarga dan wilayah tempat kontrasepsi tetapi sekaligus juga memberikan tinggal. Ketahanan hidup bayi lebih tinggi jika dalam penyuluhan agar masyarakat menjarangkan jarak satu keluarga hanya ada satu balita. Ketahanan hidup kelahiran. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bayi di perkotaan lebih tinggi daripada ketahanan hidup bahwa dengan menggunakan jarak kelahiran <2 tahun, bayi di pedesaan; 4) Untuk meningkatkan kelangsungan dalam analis multivariat tidak terlihat perbedaan yang hidup bayi, maka kebijakan untuk memberikan ASI signifikan pada ketahanan hidup bayi, namun ada eksklusif hendaknya didukung oleh semua pihak dan perbedaan yang signifikan jika jumlah balita dalam diharapkan setiap bayi mendapat ASI paling tidak keluarga lebih dari satu. Dengan demikian, dianjurkan sampai usia 6 bulan atau bahkan sampai usia 2 tahun; kepada pemerintah perlu merefisi jarak kelahiran 5) Perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang jarak seharusnya menjadi minimal 4 atau lima tahun. melahirkan akurat sehingga memberikan kontribusi tidak hanya bagi kelangsungan hidup ibu tetapi juga Probabilitas ketahanan hidup bayi di wilayah perkotaan bagi kelangsungnan hidup bayinya. lebih tinggi daripada probabilitas ketahanan hidup bayi di pedesaan. Bayi yang tinggal di pedesaan memiliki Daftar Acuan risiko untuk mati 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tinggal di perkotaan. Perbedaan ini 1. BPS, BKKBN, Depkes. Indonesia Demographic dapat terjadi karena perbedaan ketersediaan fasilitas and Health Survey. Jakarta: BPS, 2003 pelayanan kesehatan, tenaga penolong persalinan, dan 2. Howlader, Ali Ahmed, Monir Uddin Bhuiyan, perbedaan akses menuju fasilitas kesehatan 16. Selain 1999. ‘Mother’s Health Seeking Behaviour and itu, umumnya masyarakat rural masih memegang teguh Child Mortality in Bangladesh’. Asia-Pacific adat kebiasaan setempat yang berdampak buruk pada Population Journal. Vol. 14, pp:59-75. [Online]. kesehatan bayi. Bila terdapat kebiasaan yang tidak Dari:www.unescap.org/esid/psis/population/journa/ mendukung perilaku kesehatan maka risiko kematian articles/1999/v14n1d1.htm [6 Juni 2008] bayi yang terjadi akan lebih tinggi. Misalnya kebiasaan 3. Mosley, W.H., Lincoln C. Chen. Child Survival, menyusui bayi, walaupun ibu-ibu yang tinggal di daerah Strategies For Research Population and rural lebih banyak (100%) yang pernah menyusui Development Review. Cambridge University Press, anaknya, dibanding ibu yang tinggal di daerah urban 1984. (89,6% yang pernah menyusui bayinya saat lahir), akan 4. BPS, BKKBN, Depkes. Survey Demografi tetapi ibu-ibu di daerah urban hanya sedikit yang yang Kesehatan Indonesia. Jakarta: BPS, 2003. memberikan makanan padat pada bayi usia kurang 1 5. Kleinbaum, D.G., M. Klein. Logistic Regression: A bulan (14,6%) dibandingkan ibu-ibu di daerah rural Self Learning Text. Second Edition. USA: Springer, (23,5%) 17. Bayi yang mendapatkan makanan padat 2002. pada usia kurang 4 bulan memiliki risiko untuk 6. Kleinbaum, D.G., M. Klein. Survival Analysis: A mengalami komplikasi penyakit pencernaan yang lebih Self-Learning Text. Second Edition. USA: Springer, tinggi. Komplikasi penyakit pencernaan yang terjadi 2004.
  • 6. 52 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 47-52 7. Smith, Tyler., Besa SmithGraphing The Probability 12. UNDP. ‘Menurunkan Angka Kematian Anak’ , 0f Event as a Function of Time Using Survivor 2007 [Online] Dari: www.undp.or.id/pubs/imdg Function Estimates and the SASR System’s PROC 2004/BI/indonesiaMDG_BI_Goal4.pdf. [29 PHREC, 2005. [Online]. Dari: www. Desember 2007] lexjansen.com/wuss/2005/hands_on_workshops/ho 13. Depkes RI. Rencana Aksi Pangan dan Gizi w_graphing_theprobability.pdf [13 Juni 2008] Nasional 2001 – 2005. Jakarta, 2000 8. Hosmer, D, Lemeshow. Aplied Logistic Regression. 14. Depkes RI, Hak-Hak Anak Indonesia Belum John Willey & Sons, Willey Interscience Terpenuhi. Dari: www.depkes.go.id/index. Publication, New York, 1989 php?option=news&task=viewarticle&sid=709&ite 9. Briend, A, B. Wojtyniak, M. G. M. Rowland. mid=2 [19 Desember 2007]. ‘Breast Feeding, Nutritional State, and Child 15. PERMENKES No.741/MENKES/PER/VII/2008 Survival in Rural Bangladesh’. British Medical Tanggal 29 Juli 2008 Tentang Standar Pelayanan Journal. [Online] Vol. 296, 1988. pp: 879-882. Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Dari: 16. Howlader, Ali Ahmed, Monir Uddin Bhuiyan. www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1 ‘Mother’s Health Seeking Behaviour and Child 840181&blobtype=pdf. [29 Desember 2007] Mortality in Bangladesh’. Asia-Pacific Population 10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Journal. Vol. 14, , 1999. pp:59-75. [Online]. Dari: Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 Tentang www.unescap.org/esid/psis/population/journal/artic Pemberian ASI Ekslusif. les/1999/v14n1d1.htm [6 Juni 2008) 11. Roesli, Utami. Mengenal ASI Ekslusif. Trubus 17. Soetjiningsih. ‘Persepsi dan Perilaku Menyusui di Agriwijaya. Jakarta, 2000 Bali’. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 43, 1993. pp :35-56.