SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
QUO VADIS PAMONG PRAJA :
            PAMONG PRAJA DULU, KINI DAN AKAN DATANG
                                         oleh
                                    Ismail Nurdin
                               Lektor Kepala Pada IPDN


PENDAHULUAN
        Pamong praja (sebelumnya disebut pangreh praja sampai awal
kemerdekaan) dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia memiliki peran
yang sangat strategis, karena pamong praja tidak saja memainkan peran sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan masyarakat
tapi juga peran strategis dalam menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia.
Pamong praja berperan dalam mengelola berbagai keragaman dan mengukuhkan
keutuhan Negara. Ndaraha (2009) mengatakan pamongpraja adalah mereka yang
mengelola kebhinekaan dan mengukuhkan ketunggalikaan.
        Pamong praja kembali menjadi perbincangan di tengah masyarakat,
bahkan petinggi negeri, pengamat pemerintahan termasuk penggiat LSM
mencurahkan perhatian dan pikirannya untuk beberapa saat setelah kejadian
“Koja Berdarah” bentrok antara Pol PP dengan warga di makam Mbah Priuk
Jakarta tanggal 14 April 2010 dan penerbitan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penggunaan Senjata Bagi Satpol Pamong Praja.
Bagi sebahagian besar masyarakat keberadaan Pamong Praja identik dengan
Satuan Polisi Pamong Praja, hal ini bisa dipahami karena dalam Undang-Undang
yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah sebutan “Pamong Praja” ditemukan
dalam pasal yang mengatur Polisi Pamong Praja (pasal 148 UU32/2004) dibentuk
untuk membantu Kepala Daerah dalam penegakkan Perda dan penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
        Di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebutan “Pamong Praja”
terkait dengan Satuan Polisi Pamong Praja (UU 32/2004 dan PP 6 Tahun 2010)
dan lembaga pendidikan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebagai
“Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan” sebagaimana dalam Peraturan Presiden
No 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keptusan Presiden Nomor 87 Tahun
2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke
dalam Institut Ilmu Pemerintahan. Peserta didik atau mahasiswa IPDN disebut
“Praja” dan lulusannnya disebut sebagai “Pamong Praja Muda”.
        Pamong praja sebagai entitas, profesi dan juga sebagai institusi menjadi
penting untuk didiskusikan, apalagi ketika secara yuridis Peraturan Presiden

Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   1
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
Nomor 1 Tahun 2009 memberi ruang dan peluang untuk eksistensi pamong praja.
Peserta didiknya atau praja IPDN sebagai kader pamong praja yang dididik dalam
lingkungan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Eksistensi pamong praja dari
masa ke masa masih menjadi diskursus seiring dengan perubahan sistem
pemerintahan dan ketatanegaraan Indonesia. Tulisan ini mencoba mengajak
pembaca untuk mendiskusikan dan menjawab pertanyaan : Apakah pamong praja
itu ?, Siapakah Pamong Praja itu ? dan apakah Korps pamong praja masih ada ?,
Bagaimana Pamong Praja ke depan ?

PENGERTIAN PAMONG PRAJA
        Pamong berasal dari bahasa Jawa yang kata dasarnya adalah among. Kata
ini serupa dengan momong yang artinya mengasuh, misalnya seperti kata
mengemong anak berarti mengasuh anak kecil. Kata momong, ngemong dan
mengasuh merupakan kata yang multidimensional. Sedangkan praja adalah
Pegawai Negeri Pangreh Praja atau Pegawai Pemerintahan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pamong Praja berarti Pegawai Negeri yang mengurus
pemerintahan Negara.
        Pamong praja atau pangreh praja sebagaimana pengertian secara etimoligis
tersebut di atas mungkin masih relevan pada saat jaman kolonial dan awal
kemerdekaan di mana peran pemerintah masih sangat dominan, sistem
pemerintahan yang sangat sentralistik, serta paradigma pemerintahan yang
menempatkan pemerintah sebagai pusat kekuasasaan. Tapi ketika sistem
pemerintahan berubah dan terjadi pergeseran paradigma pemerintahan dari
sentralistik ke desentralistik, kewenangan untuk mengurus juga ada pada rakyat,
rakyat lebih mandiri, maka dengan kondisi ini tentunya pengertian pamong praja
sebagaimana awal berkembangnya sudah berbeda dengan kondisi saat ini, definsi
pamong praja sesuai dengan konteks dan jamannya perlu ditinjau ulang.


SEJARAH PAMONG PRAJA

       Apabila dilihat dari sejarahnya, keberadaan korps pamong praja sudah ada
sejak jaman Hindia Belanda sebagai korps binnenlands bestuur, yakni korps
pejabat bumiputera yang bertugas menjaga kepentingan kerajaan Belanda di tanah
Nusantara. Pada masa awal kemerdekaan, korps ini berubah namanya menjadi
Korps Pangreh Praja, yang kemudian diganti menjadi namanya menjadi Korps
Pamong Praja, karena istilah pangreh mengandung makna memerintah dengan
paksaan.


Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   2
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
…?

                                                 Pamong Praja
                                                 (Orde Lama
                                                 dan Orde
                                 Pangreh Praja   Baru)
                                 (Kolonial dan
                                 Awal
                                 Kemerdekaan)
                    Binnenland
                    Bestuur
                    (Kolonial)




        Keberadaan Korps Pamong Praja mencapai puncaknya pada saat berlakunya UU
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Korps Pamong
Praja diartikan sebagai pejabat pemerintah pusat yang berada di daerah dengan tugas
utama menjalankan TUGAS PEMERINTAHAN UMUM (TPU), yang meliputi
koordinasi, pembinaan dan pengawasan serta urusan residual.
        Pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974, yang masih merujuk pada UUD 1945 yang
asli, Presiden merupakan satu-satunya mandataris MPR, yang kemudian membangun
jaringan pemerintah pusat di daerah yang dinamakan Kepala Wilayah yang berkedudukan
sebagai PENGUASA TUNGGAL DI BIDANG PEMERINTAHAN (Sadu Wasistiono,
2009).




PASANG SURUT EKSISTENSI PAMONG PRAJA

        Keberadaan Korps Pamong Praja mencapai titik nadir setelah berlakunya UU
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang bersifat sangat desentralistik,
sehingga pelaksanaan asas dekonsentrasi sangat dibatasi di daerah. Fungsi dekonsentrasi
dibatasi hanya pada tingkat provinsi saja. Konsekuensi logis dari perubahan kebijakan
desentralisasi tersebut, maka definisi tentang Pamong Praja perlu disusun ulang. Pada UU
Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian dilanjutkan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004, tidak
ada lagi pengertian Tugas Pemerintahan Umum, yang ada istilah baru yakni TUGAS
UMUM PEMERINTAHAN (TUP), yang isinya berbeda dengan pengertian TUGAS
PEMERINTAHAN UMUM (TPU) yang selama ini digunakan.
        Dalam pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2004, terdapat dua pengertian TUP,
yakni yang tertuang dalam PP Nomor 3 Tahun 2007 dan PP Nomor 19 Tahun 2008. TUP
menurut PP Nomor 3 Tahun 2007 adalah tugas kepala daerah provinsi, kabupaten dan

Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   3
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
kota, diluar pelaksanaan asas desentralisasi dan asas tugas pembantuan. Sedangkan
menurut PP Nomor 19 Tahun 2008, Camat juga melaksanakan TUP dengan isi yang
berbeda dibandingkan TUP yang diatur pada PP Nomor 3 Tahun 2007. “Institut
Pemerintahan Dalam Negeri menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang
kepamongprajaan yang diselenggarakan melalui sistem pendidikan tinggi
kepamongprajaan.
        Perpres Nomor 1 Tahun 2009 ini menyebut “bidang kepamongprajaan” ini oleh
penulis tapsirkan bahwa dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan
daerah terdapat jabatan kepamongprajaan, karena ada ada pendidikannya maka
seharusnya ada lapangan kerja atau jabatan kepamongprajaan, namun demikian belum
ada peraturan perundang-undangan di lingkungan kementerian dalam negeri yang
mengatur tentang jabatan pamong praja.




REKAM JEJAK PENDIDIKAN PAMONG PRAJA

       Penyelenggaraan pendidikan pamong praja di Indonesia terbentuk melalui
proses perjalanan sejarah yang panjang (sebagaimana dalam Profil IPDN dalam
www.ipdn.ac.id) . Perintisian pendidikan pamong dimulai sejak zaman
pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1920, dengan terbentuknya sekolah
pendidikan Pamong Praja yang bernama Opleiding School Voor Inlandshe
Ambtenaren ( OSVIA ) dan Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche
Ambtenaren ( MOSVIA ). Para lulusannya sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan
untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa
kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraan pemerintahan Hindia
Belanda dibedakan atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau
golongan pribumi yaitu Binnenlands Bestuur Corps ( BBC ) dan pemerintahan
yang tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan dari keturunan Inlands
Bestuur Corps ( IBC).
       Pada masa awal kemerdekaan RI, sejalan dengan penataan sistem
pemerintahan yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945, kebutuhan
akan tenaga kader pamong praja untuk melaksnakan tugas-tugas pemerintahan
baik pada pemerintah pusat maupun daerah semakin meningkat sejalan dengan
tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahannya. Untuk memenuhi
kebutuhan akan kekurangan tenaga kader pamong praja, maka pada tahun 1948
dibentuklah lembaga pendidikan dalam lingkungan Kementrian Dalam Negeri
yaitu Sekolah Menengah Tinggi ( SMT ) Pangreh Praja yang kemudian berganti
nama menjadi Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi Atas (
SMPAA ) di Jakarta dan Makassar

Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   4
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
Pada Tahun 1952, Kementrian Dalam Negeri menyelenggarakan Kursus
Dinas C (KDC) di Kota Malang, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan
pegawai golongan DD yang siap pakai dalam melaksanakan tugasnya. Seiring
dengan itu, pada tahun 1954 KDC juga diselenggarakan di Aceh, Bandung,
Bukittinggi, Pontianak, Makasar, Palangkaraya dan Mataram. Sejalan dengan
perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang semakin kompleks, luas dan
dinamis, maka pendidikan aparatur di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
dengan tingkatan kursus dinilai sudah tidak memadai. Berangkat dari kenyataan
tersebut, mendorong pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam
Negeri (APDN) pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur. APDN di
Malang bersifat APDN Nasional berdasarkan SK Mendagri No. Pend.1/20/56
tanggal 24 September 1956 yang diresmikan oleh Presiden Soekarno di Malang,
dengan Direktur pertama Mr. Raspio Woerjodiningrat. Mahasiswa APDN
Nasional Pertama ini adalah lulusan KDC yang direkrut secara selektif dengan
tetap mempertimbangkan keterwakilan asal provinsi selaku kader pemerintahan
pamong praja yang lulusannya dengan gelar Sarjana Muda (BA).
         Pada perkembangan selanjutnya, lulusan APDN dinilai masih perlu
ditingkatkan dalam rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader-kader
pemerintahan yang ” qualified leadership and manager administrative ”, terutama
dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan pemerintahan umum. Kebutuhan ini
mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan aparatur di
lingkungan Departemen Dalam Negeri setingkat Sarjana, maka dibentuklah
Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP ) yang berkedudukan di Kota Malang Jawa Timur
berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 8 Tahun 1967, selanjutnya dikukuhkan dengan Keputusan
Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian berdirinya IIP di Malang ditandai
dengan peresmian oleh Presiden Soekarno pada tanggal 25 Mei 1967.
         Pada tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP) yang berkedudukan di
Malang Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 94 Tahun 1972. Pada tanggal 9 Maret 1972, kampus IIP yang
terletak di Jakarta di resmikan oleh Presiden Soeharto yang dinyatakan : ” Dengan
peresmian kampus Institut Ilmu Pemerintahan, mudah-mudahan akan merupakan
kawah candradimukanya Departemen Dalam Negeri untuk menggembleng kader-
kader pemerintahan yang tangguh bagi Negara Kesatuan                     Republik
Indonesia ”.
         Seiring dengan pembentukan IIP yang merupakan peningkatan dari APDN
Nasional di Malang, maka untuk penyelenggaraan pendidikan kader pada tingkat
akademi, Kementrian Dalam Negeri secara bertahap sampai dengan dekade tahun
1970-an membentuk APDN di 20 Provinsi selain yang berkedudukan di Malang,
juga di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang,
Lampung, Bandung, Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin,
Samarinda, Mataram, Kupang, Makassar, Menado, Ambon dan Jayapura.
         Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya
wawasan nasional dan pengendalian kualitas pendidikan Menteri Dalam Negeri
Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   5
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
Rudini melalui Keputusan No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri Nasional. APDN Nasional kedua dengan program D
III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang peresmiannya
dilakukan oleh Mendagri tanggal 18 Agustus 1990. APDN Nasional ditingkatkan
statusnya berdasarkan Kepres No. 42 Tahun 1992 tentang Sekolah Tinggi
Pemerintahan Dalam Negeri, maka status APDN menjadi STPN dengan program
studi D III yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 Agustus 1992. Sejak
tahun 1995, bertititk tolak dari keinginan dan kebutuhan untuk lebih mendorong
perkembangan karier sejalan dengan peningkatan eselonering jabatan dalam
sistem kepegawaian Republik Indonesia, maka program studi ditingkatkan
menjadi program D IV. Keberadaan STPDN dengan pendidikan profesi (
program D IV ) dan IIP yang menyelenggarakan pendidikan akademik
program sarjana ( Strata I ), menjadikan Departemen Dalam Negeri memiliki dua
(2) Pendidikan Pinggi Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan golongan
III/a.
        Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara
lain yang mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki dua atau lebih
perguruan tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama, maka mendorong
Departemen Dalam Negeri untuk mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP . Usaha
pengintegrasiaan STPDN kedalam IIP secara intensif dan terprogram sejak tahun
2003 sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya Keputusan
Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan STPDN ke dalam IIP dan
sekaligus merubah nama IIP menjadi Institut Ilmu Pemerintahan ( IPDN ). Tujuan
penggabungan STPDN ke dalam IIP tersebu, selain untuk memenuhi kebijakan
pendidikan nasional juga untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan kader pamong praja di lingkungan Departemen Dalam Negeri.
Kemudian Kepres No. 87 Tahun 2004 ditindak lanjuti dengan Keputusan
Mendagri No. 892.22-421 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan
Operasional Institut Pemerintahan Dalam Negeri, disertai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
IPDN dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 43 Tahun 2005 Tentang Statuta
IPDN serta peraturan pelaksanaan lainnya.
        Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang
Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu
Pemerintahan menjadi IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun
2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut
Pemerintahan Dalam Negeri. Bahwa IPDN merupakan salah satu komponen di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan tugas
menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan.
        Rekam jejak pendidikan pamong praja di Indonesia sebagaimana uraian di
atas disederhanakan sebagaimana gambar berikut ini.
Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   6
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
Sumber : Paparan Rektor IPDN tentang Profil IPDN Tahun 2008




PAMONG PRAJA SAAT INI

        Kalau merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada dan juga
sejarah perkembangan pamong praja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
di Indonesia, maka yang masuk kategori Korps Pamong Praja adalah mereka
yang dididik secara khusus untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga
keutuhan bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang
mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya.
        Jabatan-jabatan dan sebutan pamong praja ditujukan pada antara lain para
Lurah, Camat, Polisi Pamong Praja, Asisten Sekda, serta Sekretaris Daerah,
ditambah dengan SKPG (Satuan Kerja Perangkat Gubernur) sebagai tindak lanjut
dari PP Nomor 19 Tahun 2010 (Sadu Wasistiono & Ismail Nurdin: 2010)
        Kalau pamong praja diartikan secara etimologis sebagai aparat atau
pejabat pemerintahan yang bertugas “mengemong” dan menjadi abdi Negara, abdi
masyarakat, maka pamong praja adalah semua aparat yang melakukan aktivitas
melayani, mengayomi, mendampingi serta memberdayakan masyarakat, dengan
demikian koorps pamong praja sangat meluas, termasuk di dalamnya aparat
kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia serta
semua aparat pemerinatahan lainya yang melaksanakan urusan pemerintahan
Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   7
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
selain di lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Pamong praja adalah mencakup
pejabat pusat yang ada di pusat, pejabat pusat yang ada di daerah maupun pejabat
daerah yang ada di daerah.


PAMONG PRAJA YANG AKAN DATANG

         Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa terdapat perguruan tinggi kedinasan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi kepamongprajaan, ini mengisyaratkan bahwa setidaknya dua
hal, yang pertama bahwa ada institusi yang dibentuk oleh Negara untuk
menyiapkan pamong praja yang akan menjadi aparat pemerintahan, dan yang
kedua karena ada institusi pendidikan tinggi kepamongprajaan yang akan
menghasilkan lulusan yang akan ditugaskan sebagai pelayanan masyarakat atau
tugas-tugas kepamongprajaan yang dilaksanakan oleh para pamong praja. Pamong
praja adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan pemerintahan pada
organisasi peerintahan lini kewilayahan yang dididik secara khusus yang meiliki
kualifikasi kepemimpinan dan kemampuan manajerial untuk melayani masyarakat
serta konsisten menjaga keutuhan bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya
sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya.
         Taliziduhu Ndraha (2010), mencoba mengelaborasi dan merumuskan
esensi kepamongprajaan, bicara tentang kepamongprajaan, maka esensinya antara
lain : 1) Entitas (nama suatu entitas), 2) Kualitas (perilaku yang terlihat dalam
ruang pemerintahan), 3 Nilai atau norma (kekatan yang mengikat), Fungsi
kbhinekaan dan ketunggalikaan), 4) Lembaga atau unitkerja, 5) Struktur
kepamongprajaan, 6) Profesi pemerintahan, 7) Pendidikan kepamongprajaan.
         Sejalan dengan pandangan Taliziduhu Ndaha di atas dan memperhatikan
sejarah dan perkembangan pamong praja atau kepamongprajaan di Indonesia,
maka penulis merumuskan setidaknya kepamongprajaan yang akan datang dapat
di pandang sebagai :
 1. Profesi , yakni merupakan pekerjaan yang memerlukan kompetensi tertentu,
     yakni qualified leadership dan managerial administratif, sehingga diperlukan
     pendidikan khusus pamong praja.
 2. Struktur dalam pemerintahan daerah, yakni level pemerintahan pada lini
     kewilayahan, seperti lurah/kades, camat, bupati/walikota dan gubernur
     (termasuk satuan kerja perangkat Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat)
     yang melaksanakan fungsi pemerintahan umum dalam hal pembinaan
     wilayah, koordinasi pemerintahan, pengawasan pemerintahan dan residual
     pemerintahan;
 3. Institusi Pendidikan, yakni pendidikan yang khusus menyelenggarakan proses
     belajar mengajar yang outputnya dipersiapkan untuk menjadi pamong praja
 4. Perangkat nilai, yakni suatu rangkaian unit nilai-nilai yang menjadi enersi
     yang menguatkan semangat pengabdian aparat sebagai abdi Negara dan
     masyarakat sebagaimana dalam “Hasta Budhi Bhakti” sebagai pedoman atau
Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   8
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
guidance penyelenggara pemerintahan yang bersumber dari leluhur karena
   tumbuh dari tradisi pemerintahan yang pernah eksis;
5. Instrumen keutuhan berbangsa, yakni keberadaan pamong praja tidak saja
   menjadi mesin birokrasi dalam pelayanan pemerintahan, tapi menjadi perekat
   Negara kesatuan Republik Indonesia;

PENUTUP

       Pamong praja sudah menjadi bagian dari perjalanan sejarah panjang
pemerintahan Indonesia khususnya pemerintahan daerah. Peraturan Presiden
Nomor 1 Tahun 2009 memberikan ruang dan peluang untuk eksisnya pamong
praja, karena      terdapatnya Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang
menyelenggarakan pendidikan kepamongprajaan yang lulusannya dipersiapkan
untuk menjadi “pekerja kepamongan” yakni menjadi pamong praja. Oleh
karenanya menjadi penting definsi pamong praja dan kepamongprajaan yang
sudah disepakati untuk diatur dan ditetapkan sebagai bagian dari penyelenggaraan
pemerintahan (daerah), khususnya posisi pamong praja sebagai profesi, institusi
dan nilai-nilai ideal pemerintahan, simbol pemersatu dan keutuhan NKRI
sebagai wujud dari sistem pemerintahan Indonesia yang unitarian.




Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   9
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
DAFTAR PUSTAKA

Ismail Nurdin, 2010, Budaya Organisasi Polisi Pamong Praja, Unpad Press,
            Bandung
Lexie M. Giroth, 2004, Edukasi dan Profesi Pamong Praja, STPDN Press,
            Bandung
Lexie M. Giroth, 2004, Status dan Peran Pendidikan Pamong Praja Indonesia,
            Indra Prahasta, Bandung
Sadu Wasistiono, 2009, Redefinisi Kode Kehormatan Korps Pamong Praja,
            Makalah dalam Diklat TOT Kepamongprajaan Pada Bandiklat
            Kemendagri, Jakarta
Sadu Wasistiono & Ismail Nurdin, 2010, Kode Kehormatan dan Nilai-Nilai
            Kepamongprajaan, Materi Diklat TOT Kepamongprajaan pada
            Bandiklat Kemendagri, Jakarta
Talizi Nduhu Ndraha, 2010, Nilai-Nilai Kepamongprajaan, Credentia, Jakarta
Profil IPDN dalam www.ipdn.co.id , 2010
Bahan Paparan Rektor IPDN tentang Profil IPDNTahun 2008




Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN   10
Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN

More Related Content

What's hot

Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraKasmiah Ali
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARAPLUR
 
Pengertian pemerintah dan pemerintahan
Pengertian pemerintah dan pemerintahanPengertian pemerintah dan pemerintahan
Pengertian pemerintah dan pemerintahanNina Muhaemin
 
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...Idik Saeful Bahri
 
PENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
PENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptxPENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
PENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptxBkn11
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)Tri Widodo W. UTOMO
 
Perkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publikPerkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publikW. Riany
 
Dinamika politik-dan pemerintahan lokal-fd
Dinamika politik-dan pemerintahan lokal-fdDinamika politik-dan pemerintahan lokal-fd
Dinamika politik-dan pemerintahan lokal-fdFrans Dione
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIALANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIASiti Sahati
 
ILMU PEMERINTAHAN
ILMU PEMERINTAHAN ILMU PEMERINTAHAN
ILMU PEMERINTAHAN Sri Suwanti
 
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerah
5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerahnurul khaiva
 
2. peristilahan dan pengertian han
2. peristilahan dan pengertian han2. peristilahan dan pengertian han
2. peristilahan dan pengertian hannurul khaiva
 

What's hot (20)

Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi Negara
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
 
Pengertian pemerintah dan pemerintahan
Pengertian pemerintah dan pemerintahanPengertian pemerintah dan pemerintahan
Pengertian pemerintah dan pemerintahan
 
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
Hukum Kepegawaian - Hubungan Hukum Kepegawaian dan Hukum Administrasi (Idik S...
 
6 dimensi dalam administrasi publik pdf
6 dimensi dalam administrasi publik pdf6 dimensi dalam administrasi publik pdf
6 dimensi dalam administrasi publik pdf
 
Teori governance
Teori governanceTeori governance
Teori governance
 
PENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
PENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptxPENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
PENTINGNYA ADMINISTRASI PUBLIK.pptx
 
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIASISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
Perkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publikPerkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publik
 
Dinamika politik-dan pemerintahan lokal-fd
Dinamika politik-dan pemerintahan lokal-fdDinamika politik-dan pemerintahan lokal-fd
Dinamika politik-dan pemerintahan lokal-fd
 
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
Pamong praja 2
Pamong praja 2Pamong praja 2
Pamong praja 2
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Pamong praja 3
Pamong praja 3Pamong praja 3
Pamong praja 3
 
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIALANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
 
ILMU PEMERINTAHAN
ILMU PEMERINTAHAN ILMU PEMERINTAHAN
ILMU PEMERINTAHAN
 
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerah
5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah5.  hubungan antara pemerintah pusat &  daerah
5. hubungan antara pemerintah pusat & daerah
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
2. peristilahan dan pengertian han
2. peristilahan dan pengertian han2. peristilahan dan pengertian han
2. peristilahan dan pengertian han
 

Similar to Quovadispamongpraja

Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017
Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017
Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017basrizal82
 
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilPeranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilAyu Fatimah Zahra
 
Bab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptx
Bab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptxBab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptx
Bab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptxdaffafakhri2022
 
Sejarah xii ipa ( modul unit 1) pjg
Sejarah xii  ipa ( modul unit 1) pjgSejarah xii  ipa ( modul unit 1) pjg
Sejarah xii ipa ( modul unit 1) pjgAtika Fauziyyah
 
Hubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uudHubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uudFitria Nuri
 
Hubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.ppt
Hubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.pptHubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.ppt
Hubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.pptNedyRastafara
 
Handout Pendidikan Pancasila
Handout Pendidikan PancasilaHandout Pendidikan Pancasila
Handout Pendidikan PancasilaSindianisa24
 
TUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptx
TUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptxTUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptx
TUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptxnurulallizzwell1
 
ok bagus sekali dan sampai jumpa lagi ya
ok bagus sekali dan sampai jumpa lagi yaok bagus sekali dan sampai jumpa lagi ya
ok bagus sekali dan sampai jumpa lagi yadarmajiok12
 
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxPPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxWooSan4
 
Pancasila dlm khidupan kampus
Pancasila dlm khidupan kampusPancasila dlm khidupan kampus
Pancasila dlm khidupan kampusdita wahyu
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945pjj_kemenkes
 
Panacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesia
Panacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesiaPanacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesia
Panacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesiaIwan Sutriono
 
Kelompok 1 PPKn.pptx
Kelompok 1 PPKn.pptxKelompok 1 PPKn.pptx
Kelompok 1 PPKn.pptxRahmat369655
 
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasionalBab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasionalTutikDaryatni
 

Similar to Quovadispamongpraja (20)

Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017
Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017
Be gg, basrizal, hapzi ali, penerapan ggg di baintelkam, univ.mercubuana, 2017
 
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilPeranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
 
Pilar pilar kebangsaan pim4
Pilar pilar kebangsaan pim4Pilar pilar kebangsaan pim4
Pilar pilar kebangsaan pim4
 
Bab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptx
Bab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptxBab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptx
Bab 1_Kedudukan dan Fungsi Pancasila.pptx
 
Sejarah xii ipa ( modul unit 1) pjg
Sejarah xii  ipa ( modul unit 1) pjgSejarah xii  ipa ( modul unit 1) pjg
Sejarah xii ipa ( modul unit 1) pjg
 
Hubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uudHubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uud
 
Hubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.ppt
Hubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.pptHubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.ppt
Hubungan_Pancasila_dan_UUD_45_ppt.ppt
 
Handout Pendidikan Pancasila
Handout Pendidikan PancasilaHandout Pendidikan Pancasila
Handout Pendidikan Pancasila
 
TUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptx
TUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptxTUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptx
TUGAS PPKN KELOMPOK 2 TERBARU.pptx
 
ok bagus sekali dan sampai jumpa lagi ya
ok bagus sekali dan sampai jumpa lagi yaok bagus sekali dan sampai jumpa lagi ya
ok bagus sekali dan sampai jumpa lagi ya
 
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
 
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxPPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
 
Pancasila dlm khidupan kampus
Pancasila dlm khidupan kampusPancasila dlm khidupan kampus
Pancasila dlm khidupan kampus
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
 
TUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptx
TUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptxTUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptx
TUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptx
 
Iwan pancasila
Iwan pancasilaIwan pancasila
Iwan pancasila
 
Panacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesia
Panacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesiaPanacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesia
Panacasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa indonesia
 
Kelompok 1 PPKn.pptx
Kelompok 1 PPKn.pptxKelompok 1 PPKn.pptx
Kelompok 1 PPKn.pptx
 
Kelompok 1 PPKn.pptx
Kelompok 1 PPKn.pptxKelompok 1 PPKn.pptx
Kelompok 1 PPKn.pptx
 
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasionalBab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
 

More from Ilham Ismail

UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)Ilham Ismail
 
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS KetenagakerjaanSosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS KetenagakerjaanIlham Ismail
 
Sosialisasi BPJS Kesehatan
Sosialisasi BPJS KesehatanSosialisasi BPJS Kesehatan
Sosialisasi BPJS KesehatanIlham Ismail
 
Juknis perka bkn no.1 th.2013
Juknis perka bkn no.1 th.2013Juknis perka bkn no.1 th.2013
Juknis perka bkn no.1 th.2013Ilham Ismail
 
Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...
Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...
Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...Ilham Ismail
 
Nomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera Barat
Nomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera BaratNomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera Barat
Nomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera BaratIlham Ismail
 
Buku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-com
Buku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-comBuku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-com
Buku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-comIlham Ismail
 
Speed reading for beginners
Speed reading for beginnersSpeed reading for beginners
Speed reading for beginnersIlham Ismail
 
E book tinggibadan
E book tinggibadanE book tinggibadan
E book tinggibadanIlham Ismail
 
Jurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anakJurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anakIlham Ismail
 
Pangkat & golongan pns
Pangkat & golongan pnsPangkat & golongan pns
Pangkat & golongan pnsIlham Ismail
 
Glosarium pemerintahan
Glosarium pemerintahanGlosarium pemerintahan
Glosarium pemerintahanIlham Ismail
 
Diskusi dialog-debat
Diskusi dialog-debatDiskusi dialog-debat
Diskusi dialog-debatIlham Ismail
 
Presentasi lppd, lkpj dan ilppd
Presentasi lppd, lkpj dan ilppdPresentasi lppd, lkpj dan ilppd
Presentasi lppd, lkpj dan ilppdIlham Ismail
 

More from Ilham Ismail (20)

UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)
 
ASN Presentasi
ASN PresentasiASN Presentasi
ASN Presentasi
 
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS KetenagakerjaanSosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
 
Sosialisasi BPJS Kesehatan
Sosialisasi BPJS KesehatanSosialisasi BPJS Kesehatan
Sosialisasi BPJS Kesehatan
 
Juknis perka bkn no.1 th.2013
Juknis perka bkn no.1 th.2013Juknis perka bkn no.1 th.2013
Juknis perka bkn no.1 th.2013
 
Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...
Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...
Benang merah syariat dan empat sifat dasar [melankolis, koleris, sanguin dan ...
 
Nomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera Barat
Nomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera BaratNomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera Barat
Nomenklatur dan SKPD Provinsi Sumatera Barat
 
Buku saku korupsi
Buku saku korupsiBuku saku korupsi
Buku saku korupsi
 
Buku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-com
Buku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-comBuku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-com
Buku putih bi_kotak_hitam_century_indocropcircles-wordpress-com
 
Speed reading for beginners
Speed reading for beginnersSpeed reading for beginners
Speed reading for beginners
 
E book tinggibadan
E book tinggibadanE book tinggibadan
E book tinggibadan
 
Jurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anakJurus jitu mendidik anak
Jurus jitu mendidik anak
 
Kamus Sansenkerta
Kamus SansenkertaKamus Sansenkerta
Kamus Sansenkerta
 
Sifat sholat nabi
Sifat sholat nabiSifat sholat nabi
Sifat sholat nabi
 
Pangkat & golongan pns
Pangkat & golongan pnsPangkat & golongan pns
Pangkat & golongan pns
 
Glosarium pemerintahan
Glosarium pemerintahanGlosarium pemerintahan
Glosarium pemerintahan
 
Rao 2011
Rao 2011Rao 2011
Rao 2011
 
Diskusi dialog-debat
Diskusi dialog-debatDiskusi dialog-debat
Diskusi dialog-debat
 
Freies ermesson
Freies ermessonFreies ermesson
Freies ermesson
 
Presentasi lppd, lkpj dan ilppd
Presentasi lppd, lkpj dan ilppdPresentasi lppd, lkpj dan ilppd
Presentasi lppd, lkpj dan ilppd
 

Quovadispamongpraja

  • 1. QUO VADIS PAMONG PRAJA : PAMONG PRAJA DULU, KINI DAN AKAN DATANG oleh Ismail Nurdin Lektor Kepala Pada IPDN PENDAHULUAN Pamong praja (sebelumnya disebut pangreh praja sampai awal kemerdekaan) dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis, karena pamong praja tidak saja memainkan peran sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan masyarakat tapi juga peran strategis dalam menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia. Pamong praja berperan dalam mengelola berbagai keragaman dan mengukuhkan keutuhan Negara. Ndaraha (2009) mengatakan pamongpraja adalah mereka yang mengelola kebhinekaan dan mengukuhkan ketunggalikaan. Pamong praja kembali menjadi perbincangan di tengah masyarakat, bahkan petinggi negeri, pengamat pemerintahan termasuk penggiat LSM mencurahkan perhatian dan pikirannya untuk beberapa saat setelah kejadian “Koja Berdarah” bentrok antara Pol PP dengan warga di makam Mbah Priuk Jakarta tanggal 14 April 2010 dan penerbitan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penggunaan Senjata Bagi Satpol Pamong Praja. Bagi sebahagian besar masyarakat keberadaan Pamong Praja identik dengan Satuan Polisi Pamong Praja, hal ini bisa dipahami karena dalam Undang-Undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah sebutan “Pamong Praja” ditemukan dalam pasal yang mengatur Polisi Pamong Praja (pasal 148 UU32/2004) dibentuk untuk membantu Kepala Daerah dalam penegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebutan “Pamong Praja” terkait dengan Satuan Polisi Pamong Praja (UU 32/2004 dan PP 6 Tahun 2010) dan lembaga pendidikan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebagai “Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan” sebagaimana dalam Peraturan Presiden No 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keptusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan. Peserta didik atau mahasiswa IPDN disebut “Praja” dan lulusannnya disebut sebagai “Pamong Praja Muda”. Pamong praja sebagai entitas, profesi dan juga sebagai institusi menjadi penting untuk didiskusikan, apalagi ketika secara yuridis Peraturan Presiden Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 1 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 2. Nomor 1 Tahun 2009 memberi ruang dan peluang untuk eksistensi pamong praja. Peserta didiknya atau praja IPDN sebagai kader pamong praja yang dididik dalam lingkungan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Eksistensi pamong praja dari masa ke masa masih menjadi diskursus seiring dengan perubahan sistem pemerintahan dan ketatanegaraan Indonesia. Tulisan ini mencoba mengajak pembaca untuk mendiskusikan dan menjawab pertanyaan : Apakah pamong praja itu ?, Siapakah Pamong Praja itu ? dan apakah Korps pamong praja masih ada ?, Bagaimana Pamong Praja ke depan ? PENGERTIAN PAMONG PRAJA Pamong berasal dari bahasa Jawa yang kata dasarnya adalah among. Kata ini serupa dengan momong yang artinya mengasuh, misalnya seperti kata mengemong anak berarti mengasuh anak kecil. Kata momong, ngemong dan mengasuh merupakan kata yang multidimensional. Sedangkan praja adalah Pegawai Negeri Pangreh Praja atau Pegawai Pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pamong Praja berarti Pegawai Negeri yang mengurus pemerintahan Negara. Pamong praja atau pangreh praja sebagaimana pengertian secara etimoligis tersebut di atas mungkin masih relevan pada saat jaman kolonial dan awal kemerdekaan di mana peran pemerintah masih sangat dominan, sistem pemerintahan yang sangat sentralistik, serta paradigma pemerintahan yang menempatkan pemerintah sebagai pusat kekuasasaan. Tapi ketika sistem pemerintahan berubah dan terjadi pergeseran paradigma pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik, kewenangan untuk mengurus juga ada pada rakyat, rakyat lebih mandiri, maka dengan kondisi ini tentunya pengertian pamong praja sebagaimana awal berkembangnya sudah berbeda dengan kondisi saat ini, definsi pamong praja sesuai dengan konteks dan jamannya perlu ditinjau ulang. SEJARAH PAMONG PRAJA Apabila dilihat dari sejarahnya, keberadaan korps pamong praja sudah ada sejak jaman Hindia Belanda sebagai korps binnenlands bestuur, yakni korps pejabat bumiputera yang bertugas menjaga kepentingan kerajaan Belanda di tanah Nusantara. Pada masa awal kemerdekaan, korps ini berubah namanya menjadi Korps Pangreh Praja, yang kemudian diganti menjadi namanya menjadi Korps Pamong Praja, karena istilah pangreh mengandung makna memerintah dengan paksaan. Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 2 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 3. …? Pamong Praja (Orde Lama dan Orde Pangreh Praja Baru) (Kolonial dan Awal Kemerdekaan) Binnenland Bestuur (Kolonial) Keberadaan Korps Pamong Praja mencapai puncaknya pada saat berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Korps Pamong Praja diartikan sebagai pejabat pemerintah pusat yang berada di daerah dengan tugas utama menjalankan TUGAS PEMERINTAHAN UMUM (TPU), yang meliputi koordinasi, pembinaan dan pengawasan serta urusan residual. Pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974, yang masih merujuk pada UUD 1945 yang asli, Presiden merupakan satu-satunya mandataris MPR, yang kemudian membangun jaringan pemerintah pusat di daerah yang dinamakan Kepala Wilayah yang berkedudukan sebagai PENGUASA TUNGGAL DI BIDANG PEMERINTAHAN (Sadu Wasistiono, 2009). PASANG SURUT EKSISTENSI PAMONG PRAJA Keberadaan Korps Pamong Praja mencapai titik nadir setelah berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang bersifat sangat desentralistik, sehingga pelaksanaan asas dekonsentrasi sangat dibatasi di daerah. Fungsi dekonsentrasi dibatasi hanya pada tingkat provinsi saja. Konsekuensi logis dari perubahan kebijakan desentralisasi tersebut, maka definisi tentang Pamong Praja perlu disusun ulang. Pada UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian dilanjutkan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004, tidak ada lagi pengertian Tugas Pemerintahan Umum, yang ada istilah baru yakni TUGAS UMUM PEMERINTAHAN (TUP), yang isinya berbeda dengan pengertian TUGAS PEMERINTAHAN UMUM (TPU) yang selama ini digunakan. Dalam pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2004, terdapat dua pengertian TUP, yakni yang tertuang dalam PP Nomor 3 Tahun 2007 dan PP Nomor 19 Tahun 2008. TUP menurut PP Nomor 3 Tahun 2007 adalah tugas kepala daerah provinsi, kabupaten dan Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 3 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 4. kota, diluar pelaksanaan asas desentralisasi dan asas tugas pembantuan. Sedangkan menurut PP Nomor 19 Tahun 2008, Camat juga melaksanakan TUP dengan isi yang berbeda dibandingkan TUP yang diatur pada PP Nomor 3 Tahun 2007. “Institut Pemerintahan Dalam Negeri menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang kepamongprajaan yang diselenggarakan melalui sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan. Perpres Nomor 1 Tahun 2009 ini menyebut “bidang kepamongprajaan” ini oleh penulis tapsirkan bahwa dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintahan daerah terdapat jabatan kepamongprajaan, karena ada ada pendidikannya maka seharusnya ada lapangan kerja atau jabatan kepamongprajaan, namun demikian belum ada peraturan perundang-undangan di lingkungan kementerian dalam negeri yang mengatur tentang jabatan pamong praja. REKAM JEJAK PENDIDIKAN PAMONG PRAJA Penyelenggaraan pendidikan pamong praja di Indonesia terbentuk melalui proses perjalanan sejarah yang panjang (sebagaimana dalam Profil IPDN dalam www.ipdn.ac.id) . Perintisian pendidikan pamong dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1920, dengan terbentuknya sekolah pendidikan Pamong Praja yang bernama Opleiding School Voor Inlandshe Ambtenaren ( OSVIA ) dan Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren ( MOSVIA ). Para lulusannya sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk memperkuat penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa kedudukan pemerintah Hindia Belanda, penyelenggaraan pemerintahan Hindia Belanda dibedakan atas pemerintahan yang langsung dipimpin oleh kaum atau golongan pribumi yaitu Binnenlands Bestuur Corps ( BBC ) dan pemerintahan yang tidak langsung dipimpin oleh kaum atau golongan dari keturunan Inlands Bestuur Corps ( IBC). Pada masa awal kemerdekaan RI, sejalan dengan penataan sistem pemerintahan yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945, kebutuhan akan tenaga kader pamong praja untuk melaksnakan tugas-tugas pemerintahan baik pada pemerintah pusat maupun daerah semakin meningkat sejalan dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kekurangan tenaga kader pamong praja, maka pada tahun 1948 dibentuklah lembaga pendidikan dalam lingkungan Kementrian Dalam Negeri yaitu Sekolah Menengah Tinggi ( SMT ) Pangreh Praja yang kemudian berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi Atas ( SMPAA ) di Jakarta dan Makassar Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 4 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 5. Pada Tahun 1952, Kementrian Dalam Negeri menyelenggarakan Kursus Dinas C (KDC) di Kota Malang, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan pegawai golongan DD yang siap pakai dalam melaksanakan tugasnya. Seiring dengan itu, pada tahun 1954 KDC juga diselenggarakan di Aceh, Bandung, Bukittinggi, Pontianak, Makasar, Palangkaraya dan Mataram. Sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan yang semakin kompleks, luas dan dinamis, maka pendidikan aparatur di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan tingkatan kursus dinilai sudah tidak memadai. Berangkat dari kenyataan tersebut, mendorong pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada tanggal 17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur. APDN di Malang bersifat APDN Nasional berdasarkan SK Mendagri No. Pend.1/20/56 tanggal 24 September 1956 yang diresmikan oleh Presiden Soekarno di Malang, dengan Direktur pertama Mr. Raspio Woerjodiningrat. Mahasiswa APDN Nasional Pertama ini adalah lulusan KDC yang direkrut secara selektif dengan tetap mempertimbangkan keterwakilan asal provinsi selaku kader pemerintahan pamong praja yang lulusannya dengan gelar Sarjana Muda (BA). Pada perkembangan selanjutnya, lulusan APDN dinilai masih perlu ditingkatkan dalam rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader-kader pemerintahan yang ” qualified leadership and manager administrative ”, terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan pemerintahan umum. Kebutuhan ini mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri setingkat Sarjana, maka dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP ) yang berkedudukan di Kota Malang Jawa Timur berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 Tahun 1967, selanjutnya dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian berdirinya IIP di Malang ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soekarno pada tanggal 25 Mei 1967. Pada tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP) yang berkedudukan di Malang Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 1972. Pada tanggal 9 Maret 1972, kampus IIP yang terletak di Jakarta di resmikan oleh Presiden Soeharto yang dinyatakan : ” Dengan peresmian kampus Institut Ilmu Pemerintahan, mudah-mudahan akan merupakan kawah candradimukanya Departemen Dalam Negeri untuk menggembleng kader- kader pemerintahan yang tangguh bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia ”. Seiring dengan pembentukan IIP yang merupakan peningkatan dari APDN Nasional di Malang, maka untuk penyelenggaraan pendidikan kader pada tingkat akademi, Kementrian Dalam Negeri secara bertahap sampai dengan dekade tahun 1970-an membentuk APDN di 20 Provinsi selain yang berkedudukan di Malang, juga di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Bandung, Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Mataram, Kupang, Makassar, Menado, Ambon dan Jayapura. Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya wawasan nasional dan pengendalian kualitas pendidikan Menteri Dalam Negeri Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 5 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 6. Rudini melalui Keputusan No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Nasional. APDN Nasional kedua dengan program D III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang peresmiannya dilakukan oleh Mendagri tanggal 18 Agustus 1990. APDN Nasional ditingkatkan statusnya berdasarkan Kepres No. 42 Tahun 1992 tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, maka status APDN menjadi STPN dengan program studi D III yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 Agustus 1992. Sejak tahun 1995, bertititk tolak dari keinginan dan kebutuhan untuk lebih mendorong perkembangan karier sejalan dengan peningkatan eselonering jabatan dalam sistem kepegawaian Republik Indonesia, maka program studi ditingkatkan menjadi program D IV. Keberadaan STPDN dengan pendidikan profesi ( program D IV ) dan IIP yang menyelenggarakan pendidikan akademik program sarjana ( Strata I ), menjadikan Departemen Dalam Negeri memiliki dua (2) Pendidikan Pinggi Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan golongan III/a. Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara lain yang mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki dua atau lebih perguruan tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama, maka mendorong Departemen Dalam Negeri untuk mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP . Usaha pengintegrasiaan STPDN kedalam IIP secara intensif dan terprogram sejak tahun 2003 sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan STPDN ke dalam IIP dan sekaligus merubah nama IIP menjadi Institut Ilmu Pemerintahan ( IPDN ). Tujuan penggabungan STPDN ke dalam IIP tersebu, selain untuk memenuhi kebijakan pendidikan nasional juga untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan kader pamong praja di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Kemudian Kepres No. 87 Tahun 2004 ditindak lanjuti dengan Keputusan Mendagri No. 892.22-421 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan Operasional Institut Pemerintahan Dalam Negeri, disertai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 43 Tahun 2005 Tentang Statuta IPDN serta peraturan pelaksanaan lainnya. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Bahwa IPDN merupakan salah satu komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Rekam jejak pendidikan pamong praja di Indonesia sebagaimana uraian di atas disederhanakan sebagaimana gambar berikut ini. Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 6 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 7. Sumber : Paparan Rektor IPDN tentang Profil IPDN Tahun 2008 PAMONG PRAJA SAAT INI Kalau merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada dan juga sejarah perkembangan pamong praja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia, maka yang masuk kategori Korps Pamong Praja adalah mereka yang dididik secara khusus untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya. Jabatan-jabatan dan sebutan pamong praja ditujukan pada antara lain para Lurah, Camat, Polisi Pamong Praja, Asisten Sekda, serta Sekretaris Daerah, ditambah dengan SKPG (Satuan Kerja Perangkat Gubernur) sebagai tindak lanjut dari PP Nomor 19 Tahun 2010 (Sadu Wasistiono & Ismail Nurdin: 2010) Kalau pamong praja diartikan secara etimologis sebagai aparat atau pejabat pemerintahan yang bertugas “mengemong” dan menjadi abdi Negara, abdi masyarakat, maka pamong praja adalah semua aparat yang melakukan aktivitas melayani, mengayomi, mendampingi serta memberdayakan masyarakat, dengan demikian koorps pamong praja sangat meluas, termasuk di dalamnya aparat kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia serta semua aparat pemerinatahan lainya yang melaksanakan urusan pemerintahan Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 7 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 8. selain di lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Pamong praja adalah mencakup pejabat pusat yang ada di pusat, pejabat pusat yang ada di daerah maupun pejabat daerah yang ada di daerah. PAMONG PRAJA YANG AKAN DATANG Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa terdapat perguruan tinggi kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan, ini mengisyaratkan bahwa setidaknya dua hal, yang pertama bahwa ada institusi yang dibentuk oleh Negara untuk menyiapkan pamong praja yang akan menjadi aparat pemerintahan, dan yang kedua karena ada institusi pendidikan tinggi kepamongprajaan yang akan menghasilkan lulusan yang akan ditugaskan sebagai pelayanan masyarakat atau tugas-tugas kepamongprajaan yang dilaksanakan oleh para pamong praja. Pamong praja adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan pemerintahan pada organisasi peerintahan lini kewilayahan yang dididik secara khusus yang meiliki kualifikasi kepemimpinan dan kemampuan manajerial untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya. Taliziduhu Ndraha (2010), mencoba mengelaborasi dan merumuskan esensi kepamongprajaan, bicara tentang kepamongprajaan, maka esensinya antara lain : 1) Entitas (nama suatu entitas), 2) Kualitas (perilaku yang terlihat dalam ruang pemerintahan), 3 Nilai atau norma (kekatan yang mengikat), Fungsi kbhinekaan dan ketunggalikaan), 4) Lembaga atau unitkerja, 5) Struktur kepamongprajaan, 6) Profesi pemerintahan, 7) Pendidikan kepamongprajaan. Sejalan dengan pandangan Taliziduhu Ndaha di atas dan memperhatikan sejarah dan perkembangan pamong praja atau kepamongprajaan di Indonesia, maka penulis merumuskan setidaknya kepamongprajaan yang akan datang dapat di pandang sebagai : 1. Profesi , yakni merupakan pekerjaan yang memerlukan kompetensi tertentu, yakni qualified leadership dan managerial administratif, sehingga diperlukan pendidikan khusus pamong praja. 2. Struktur dalam pemerintahan daerah, yakni level pemerintahan pada lini kewilayahan, seperti lurah/kades, camat, bupati/walikota dan gubernur (termasuk satuan kerja perangkat Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat) yang melaksanakan fungsi pemerintahan umum dalam hal pembinaan wilayah, koordinasi pemerintahan, pengawasan pemerintahan dan residual pemerintahan; 3. Institusi Pendidikan, yakni pendidikan yang khusus menyelenggarakan proses belajar mengajar yang outputnya dipersiapkan untuk menjadi pamong praja 4. Perangkat nilai, yakni suatu rangkaian unit nilai-nilai yang menjadi enersi yang menguatkan semangat pengabdian aparat sebagai abdi Negara dan masyarakat sebagaimana dalam “Hasta Budhi Bhakti” sebagai pedoman atau Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 8 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 9. guidance penyelenggara pemerintahan yang bersumber dari leluhur karena tumbuh dari tradisi pemerintahan yang pernah eksis; 5. Instrumen keutuhan berbangsa, yakni keberadaan pamong praja tidak saja menjadi mesin birokrasi dalam pelayanan pemerintahan, tapi menjadi perekat Negara kesatuan Republik Indonesia; PENUTUP Pamong praja sudah menjadi bagian dari perjalanan sejarah panjang pemerintahan Indonesia khususnya pemerintahan daerah. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 memberikan ruang dan peluang untuk eksisnya pamong praja, karena terdapatnya Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang menyelenggarakan pendidikan kepamongprajaan yang lulusannya dipersiapkan untuk menjadi “pekerja kepamongan” yakni menjadi pamong praja. Oleh karenanya menjadi penting definsi pamong praja dan kepamongprajaan yang sudah disepakati untuk diatur dan ditetapkan sebagai bagian dari penyelenggaraan pemerintahan (daerah), khususnya posisi pamong praja sebagai profesi, institusi dan nilai-nilai ideal pemerintahan, simbol pemersatu dan keutuhan NKRI sebagai wujud dari sistem pemerintahan Indonesia yang unitarian. Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 9 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Ismail Nurdin, 2010, Budaya Organisasi Polisi Pamong Praja, Unpad Press, Bandung Lexie M. Giroth, 2004, Edukasi dan Profesi Pamong Praja, STPDN Press, Bandung Lexie M. Giroth, 2004, Status dan Peran Pendidikan Pamong Praja Indonesia, Indra Prahasta, Bandung Sadu Wasistiono, 2009, Redefinisi Kode Kehormatan Korps Pamong Praja, Makalah dalam Diklat TOT Kepamongprajaan Pada Bandiklat Kemendagri, Jakarta Sadu Wasistiono & Ismail Nurdin, 2010, Kode Kehormatan dan Nilai-Nilai Kepamongprajaan, Materi Diklat TOT Kepamongprajaan pada Bandiklat Kemendagri, Jakarta Talizi Nduhu Ndraha, 2010, Nilai-Nilai Kepamongprajaan, Credentia, Jakarta Profil IPDN dalam www.ipdn.co.id , 2010 Bahan Paparan Rektor IPDN tentang Profil IPDNTahun 2008 Materi di sampaikan dalam Forum Scientific Traffic diskusi ilmiah antar dosen IPDN 10 Jatinangor 24 Agustus 2010, Oleh Ismail Nurdin, Lektor Kepala pada IPDN