SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
1
EVALUASI PROSES PEMANTAUAN JENTIK DI DAERAH
KEPADATAN JENTIK RENDAH (STUDI DI KELURAHAN
PANGGUNG LOR KOTA SEMARANG)
Lidia Fibriana Putri
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FIK, Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Kepadatan jentik berpengaruh terhadap kasus DBD. Apabila hasil pemantauan jentik
menunjukkan kepadatan jentik rendah maka diasumsikan kasus DBD akan menurun,
begitu juga sebaliknya. Namun di Kelurahan Panggung Lor, kasus DBD tinggi padahal
kepadatan jentiknya rendah. Ketidaksesuaian ini menimbulkan ketidakpercayaan pada
kebenaran data hasil pemantauan jentik yang dilatarbelakangi oleh proses pemantauan
jentik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hasil evaluasi proses pemantauan
jentik di daerah kepadatan jentik rendah (Studi di Kelurahan Panggung Lor Kota
Semarang). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan studi
evaluasi dengan pendekatan kualitatif tentang kondisi pemantauan jentik di daerah
kepadatan jentik rendah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan.
Informan dalam penelitian berjumlah 11 orang yang terdiri dari ketua FKK, jumantik dan
masyarakat yang ditentukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling.
Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara, lembar observasi dan lembar
dokumentasi. Analisis data menggunakan metode analisis isi (content analysis). Simpulan
dari penelitian ini perencanaan pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor meliputi
sosialisasi secara ceramah berurutan dari DKK sampai RT melalui PKK setiap bulan,
perekrutan jumantik secara penunjukkan oleh kepala kelurahan dan pokja 4 PKK dengan
kriteria kader sebagai jumantik, dan pelatihan jumantik secara rutin tiap tahun di DKK
serta tiap bulan di puskesmas dan pokja 4 PKK. Pelaksanaan pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor meliputi persiapan berupa pengumpulan data rumah dan
pendekatan ke masyarakat tiap bulan di PKK, kunjungan rumah oleh jumantik yang tidak
rutin dilakukan tiap minggu, pemantauan jentik secara mandiri oleh masyarakat,
penyuluhan DBD secara individual dan kelompok setiap bulan mengenai pengenalan,
gejala, dan nyamuk penular DBD, cara pemantauan jentik, PSN, dan 3M serta pencatatan
hasil pada formulir JPJ-1. Monitoring pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor
hanya berupa pemantauan wilayah setempat tanpa pemetaan wilayah tapi tidak setiap
bulan, dan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor dilaporkan setiap bulan ke
puskesmas dan diolah menjadi ABJ. Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah
diharapkan dilakukan perbaikan pada tahapan pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan
data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor oleh pihak Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Puskesmas Bulu Lor, dan jumantik Kelurahan Panggung Lor.
ABSTRACT
Larvae density was influential towards the DHF incident. If the results of monitoring
larvae indicate low larvae density, it is assumed DHF cases will decrease. However in
Kelurahan Panggung Lor, DHF cases high whereas its larvae density low. This
incompatibility caused distrust in the truth of data produced by monitoring larvae is
1
2
motivated by monitoring larvae process. The purpose of this research is to find out the
results of evaluation of process monitoring larvae in the low larvae density areas (Study
in Kelurahan Panggung Lor Kota Semarang). Kind of this research is descriptive research
using evaluation study design with qualitative approach about the condition of monitoring
larvae in low larvae density areas at the planning, implementation, monitoring and
reporting stage. Number of informants in this research is 11 people consists of a FKK
chairman, Jumantik and community that were determined by purposive sampling and
snowball sampling technique. The instruments that are used is the interview guide,
observation sheets and documentation sheets. Analysis of the data using content analysis
methods. The conclusions of this research, planning of monitoring larvae in Kelurahan
Panggung Lor include socialization by sequentially explanation from DKK to RT
throught PKK every month, jumantik recruitment by appointment with criteria kader as
jumantik, jumantik training is done routine every year in DKK and every month in public
health center and pokja 4 PKK. Implementation of monitoring larvae in Kelurahan
Panggung Lor include preparation form of home data collection and approaches to
community every month in PKK, home visits by jumantik are not routinely done every
week, monitoring larvae independently by the community, DBD counseling by individual
and group every month about introduction, symptoms, and mosquito-borne dengue fever,
ways of monitoring larvae, PSN, and 3M as well as recording the results on the form JPJ-
1. Monitoring of monitoring larvae in Kelurahan Panggung Lor only form of local area
monitoring without mapping the area but not every month, and data of monitoring larvae
are reported monthly to the Public Health Center and processed into ABJ. Advice given
from the results of the study is expected to repairs on the stage of implementation,
monitoring, and reporting of monitoring larvae data in Kelurahan Panggung Lor by the
Semarang Health Departement, Bulu Lor Public Health Center, and Panggung Lor
jumantik.
Kata Kunci : Evaluasi, Pemantauan Jentik, Kepadatan Jentik
PENDAHULUAN
Deman Berdarah Dengue (DBD)
adalah salah satu penyakit menular
dengan perjalanan penyakitnya cepat
(Depkes RI, 2009:121) yang
disebabkan virus dengue yang
ditularkan dari manusia ke manusia
lain melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti maupun Aedes albopictus
(Dantje T. Sembel, 2009:63). Data
tahun 2009 menunjukkan incident rate
(IR) DBD di Indonesia 68,22 per
100.000 penduduk dan case fatality
rate (CFR) 0,89% (Depkes RI,
2010:47), yang jauh dari target IR < 20
per 100.000 penduduk dan mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2008
dengan IR 59,02 per 100.000 penduduk
dan CFR sebesar 0,86% (Depkes RI,
2009:122). Penyebaran DBD di
Indonesia sampai tahun 2009 dari 497
kabupaten/kota tercatat 384
kabupaten/kota atau 77,26% yang
terjangkit DBD (Depkes RI, 2010:49).
Salah satu provinsi dengan IR tinggi
(5,74 per 10.000 penduduk) yaitu Jawa
Tengah (Dinkes Prov. Jawa Tengah,
2010:129). Dari 35 kabupaten dan kota
di Jawa Tengah, pada tahun 2009 Kota
Semarang menduduki peringkat
pertama DBD dengan IR 26,69 per
10.000 penduduk (DKK Semarang,
2010:22), bahkan sampai akhir tahun
2009 di Kota Semarang masih terjadi
KLB di 50 Kelurahan, 14 Puskesmas
dan 7 Kecamatan (DKK Semarang,
2010:24). Data IR DBD tahun 2010 di
3
Kota Semarang sebesar 368,7 per
100.000 penduduk. Salah satu
kelurahan di Kota Semarang yang
memiliki IR DBD tinggi (514,9 per
100.000 penduduk) pada tahun 2010
adalah Kelurahaan Panggung Lor.
Selain itu pada tahun yang sama di
Kelurahan Panggung Lor terjadi KLB
DBD karena ditemukannya kematian
akibat DBD (CFR 1,4%) padahal
tahun-tahun sebelumnya tidak
ditemukan kasus meninggal. Hal ini
menunjukkan DBD merupakan
masalah kesehatan yang serius di
Kelurahan Panggung Lor.
Karena belum ditemukannya
vaksin yang efektif untuk mencegah
dan mengendalikan DBD (Saleha
Sungkar, 2007:168) maka upaya
pencegahan dan pengendalian DBD
dilakukan melalui pengendalian vektor
yang lebih ditekankan pada
pemberdayaan masyarakat. Adapun
pemberdayaan masyarakat tersebut
berupa kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) yang digerakkan
melalui penyuluhan DBD dan
pemantauan jentik. Kegiatan
pemantauan jentik tersebut dilakukan
oleh juru pemantau jentik atau yang
dikenal sebagai jumantik setiap satu
bulan kemudian hasil pemeriksaan
jentik ini direkapitulasi menjadi ABJ..
Jika hasil pemantauan jentik
menunjukkan ABJ >95% (kepadatan
jentik rendah) berarti upaya
pengendalian vektor berhasil. Jika
upaya pengendalian vektor berhasil
maka diasumsikan kasus DBD akan
menurun atau bahkan tidak ditemukan
kasus lagi karena keberadaan nyamuk
sebagai vektor penular berkurang,
begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu,
sangat diperlukan hasil pemantauan
jentik yang akurat sehingga penentuan
upaya pencegahan dan pemberantasan
DBD tepat.
Kelurahan Panggung Lor pada
tahun 2010 menduduki peringkat ke-3
kelurahan dengan kepadatan jentik
rendah di Kota Semarang. Hal ini
mengindikasikan sudah berhasilnya
pengendalian vektor di Kelurahan
Panggung Lor. Namun, pada
kenyataannya walaupun kepadatan
jentik di Kelurahan Panggung Lor
rendah dan upaya pengendalian vektor
telah dinyatakan berhasil, kasus DBD
di Kelurahan Panggung Lor masih
tinggi bahkan Kelurahan Panggung Lor
masih merupakan daerah endemis. Hal
ini bertentangan dengan hasil penelitian
Teguh Widiyanto (2007) yang
menyatakan faktor keberadaan jentik
berhubungan dengan kejadian DBD
(p<0,05). Selain itu, juga bertentangan
dengan teori yang menyatakan
kepadatan jentik rendah berpengaruh
terhadap rendahnya kejadian DBD
karena menurunkan resiko penularan
DBD (WHO, 2000).
Ketidaksesuaian teori dan
penelitian sebelumnya dengan
kenyataan tingginya kasus DBD di
Kelurahan Panggung Lor padahal
kepadatan jentiknya rendah ini bisa
dikaitkan salah satunya dengan
kegiatan pemantauan jentik.
Ketidaksesuaian ini menimbulkan
ketidakpercayaan pada kebenaran data
hasil pemantauan jentik. Kebenaran
data hasil pemantauan jentik ini
dipengaruhi oleh sistem pemantauan
jentik yang terdiri dari sub sistem
input, proses, dan output. Diantara
ketiga sub sistem tersebut yang
berkaitan langsung dengan data hasil
pemantauan jentik adalah sub sistem
proses. Hal ini dikarenakan data hasil
pemantauan jentik dihasilkan dari sub
sistem proses. Selain itu, sebelum
4
menilai kebenaran data hasil
pemantauan jentik perlu dinilai
kesesuaian antara proses pemantauan
jentik yang melatarbelakangi
munculnya data dengan tataran
idealnya.
Kegiatan Pemantauan Jentik
Kegiatan pemantauan jentik adalah
kegiatan pemeriksaan tempat
penampungan air dan tempat
perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti
untuk mengetahui adanya jentik
nyamuk, yang dilakukan di rumah dan
tempat umum secara teratur untuk
mengetahui keadaan populasi jentik
nyamuk penular penyakit DBD.
Juru Pemantau Jentik
Juru pemantau jentik (jumantik)
adalah kelompok kerja kegiatan
pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue di tingkat
desa/kelurahan dalam wadah Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa atau
Forum Kesehatan Kelurahan (Depkes
RI, 1992). Tugas pokok jumantik
adalah melakukan pemantauan jentik,
penyuluhan kesehatan, menggerakkan
pemberantasan sarang nyamuk secara
serentak dan periodik, serta
melaporkan hasil kegiatan tersebut
kepada supervisor dan petugas
puskesmas, sehingga akan dapat
dihasilkan sistem pemantauan jentik
yang berjalan dengan baik (Tim
Penanggulangan DBD Depkes RI,
2004).
Metode Pemantauan Jentik
Metode pemantauan jentik yang
paling sering digunakan adalah survei
larva secara visual. Survei ini
dilakukan dengan cara melihat dan
mencatat ada tidaknya larva dalam
tempat perindukan nyamuk dan tidak
dilakukan pengambilan/pemeriksaan
jenis larva. Metode ini paling sering
digunakan dalam pemantauan jentik
(Widya Hary Cahyati, 2006:47).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil evaluasi proses
pemantauan jentik di daerah kepadatan
jentik rendah Kelurahan Panggung Lor
yang terdiri dari (1) gambaran
perencanaan pelaksanaan pemantauan
jentik, (2) gambaran pelaksanaan
pemantauan jentik, (3) gambaran
monitoring pelaksanaan pemantauan
jentik, dan (4) gambaran pelaporan dan
pengolahan data informasi pemantauan
jentik.
METODE
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah studi
evaluasi (Moch. Imron dan Amrul
Munif, 2010:122) dengan pendekatan
kualitatif (Saryono dan Mekar Dwi
Anggraeni, 2010:49) dimana peneliti
mengevaluasi proses pemantauan jentik
secara retrospektif dan prospektif
(Moch. Imron dan Amrul Munif,
2010:122) dengan menggambarkan
kondisi pemantauan jentik di daerah
kepadatan jentik rendah pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan pelaporan secara obyektif yang
diperoleh dari hasil mengamati fokus
penelitian, mencatat apa yang terjadi di
tempat penelitian, melakukan analisis
isi terhadap berbagai dokumen yang
ditemukan di tempat penelitian dan
membuat laporan penelitian secara
mendetail (Sugiyono, 2011:14).
Informasi proses pemantauan
jentik tersebut didapatkan dengan cara
observasi tentang pelaksanaan
pemantauan jentik, wawancara tentang
proses pemantauan jentik yang
5
dilakukan pada partisipan, dan
dokumentasi. Partisipan dalam
penelitian ini ditentukan dengan teknik
purposive sampling dan snowball
sampling (Sugiyono, 2011:218–221).
Penentuan partisipan dengan teknik
purposive sampling didasarkan pada
kriteria :
1. ketua Forum Kesehatan Kelurahan
(FKK) Panggung Lor tahun 2010 –
2011
2. juru pemantau jentik (Jumantik)
FKK Panggung Lor yang :
− bertugas memantau jentik
selama tahun 2010 – 2011
− bertugas memantau jentik di
RW dengan angka bebas jentik
>95% selama bulan Januari –
Mei 2011
− bertugas memantau jentik di
RW yang ditemukan kasus
demam berdarah dengue pada
bulan Januari – Mei
2011berdasarkan data dari
Puskesmas Bulu Lor
3. masyarakat Kelurahan Panggung
Lor yang :
− tinggal di Kelurahan Panggung
Lor lebih dari 1 tahun sampai
penelitian berlangsung
− tinggal di RW dengan angka
bebas jentik >95% selama bulan
Januari – Mei 2011
− tinggal di RW yang ditemukan
kasus demam berdarah dengue
pada bulan Januari – Mei 2011
berdasarkan data dari
Puskesmas Bulu Lor
− bersedia dijadikan informan
penelitian
Dari kriteria di atas ditetapkan
partisipan sebanyak 5 orang, yang
terdiri dari :
1. ketua FKK Panggung Lor
2. Jumantik FKK Panggung Lor di
RW 10 dan RW 6 (1 Jumantik per
RW)
3. masyarakat RW 10 dan RW 6
Kelurahan Panggung Lor (1 orang
per RW yang dipilih secara
random)
Sedangkan, teknik snowball sampling
digunakan karena data yang telah
dikumpulkan dari partisipan
sebelumnya belum mampu
memberikan informasi yang
memuaskan, maka ditentukan
partisipan lain yang dapat digunakan
sebagai sumber data berdasarkan
rekomendasi partisipan sebelumnya
sampai tidak ditemukan data baru lagi.
Jadi partisipan secara keseluruhan
berjumlah 11 orang, yang terdiri dari :
1. ketua FKK Panggung Lor
2. Jumantik FKK Panggung Lor di
RW 10 dan RW 6 (2 Jumantik per
RW)
3. masyarakat RW 10 dan RW 6
Kelurahan Panggung Lor (3 orang
per RW yang dipilih secara
random).
HASIL DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN PERENCANAAN
PEMANTAUAN JENTIK
Sosialisasi Pemantauan Jentik
Sosialisasi pemantauan jentik
merupakan langkah awal untuk
memperkenalkan kegiatan pemantauan
jentik kepada masyarakat. Perkenalan
ini menciptakan kesan pertama
masyarakat tentang kegiatan
pemantaun jentik. Kesan pertama
masyarakat penting karena akan
mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan
perilakunya terhadap pemantauan
jentik. Oleh karena itu, perlu diciptakan
kesan yang baik melalui interaksi
antara agen sosialisasi dengan
6
masyarakat sebagai sasaran sosialisasi.
Agen sosialisasi yakni orang-orang di
sekitar masyarakat yang
mentransmisikan nilai-nilai atau
norma-norma tertentu dalam hal ini
pemantauan jentik, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Karena interaksi merupakan kunci
berlangsungnya proses sosialisasi, agen
sosialisasi yang sesuai adalah
significant others (orang yang paling
dekat). Significant others yang sesuai
untuk agen sosialisasi pemantauan
jentik di kelurahan adalah Forum
Kesehatan Kelurahan (FKK). FKK
merupakan wadah partisipasi bagi
masyarakat dalam pengembangan
pembangunan kesehatan di tingkat
kelurahan untuk merencanakan,
menetapkan, koordinasi, dan penggerak
kegiatan serta monitoring evaluasi
pembangunan kesehatan di kelurahan
(Dinkes Kota Semarang, 2010:5).
Waktu dan tempat pelaksanaan
sosialisasi pemantauan jentik
berdasarkan kesepakatan masyarakat
dengan petugas FKK. Di Kelurahan
Panggung Lor sosialisasi ini dilakukan
setiap bulan dimulai dari tingkat
kelurahan sampai RT. Pelaksanaan
sosialisasi pemantauan jentik dilakukan
secara kontinyu. Hal ini bertujuan
untuk menggerakkan masyarakat agar
terlibat dalam pemantauan jentik.
Keterlibatan masyarakat ini dapat
membuat kegiatan pemantauan jentik
berjalan dengan baik. Apabila
pemantauan jentik berjalan dengan baik
maka akan didapat data hasil
pemantauan jentik yang sesuai keadaan
sebenarnya, sehingga kepadatan jentik
dan kejadian DBD dapat dipantau.
Adapun dampak apabila sosialisasi
pemantauan jentik tidak dilakukan
adalah tidak adanya kepedulian dan
peran serta masyarakat dalam
pemantauan jentik, sehingga kegiatan
pemantauan jentik tidak terlaksana
yang akhirnya membuat data kepadatan
jentik yang dilaporkan pada puskesmas
atau DKK tidak sebenarnya.
Perekrutan Juru Pemantau Jentik
Juru Pemantau Jentik (jumantik)
atau Petugas Pemantau Jentik (PPJ)
adalah orang yang ditunjuk dan diberi
tugas untuk pemantauan jentik rutin,
mengumpulkan dan melaporkan data
pemantauan jentik rutin, penyuluhan,
dan menggerakkan masyarakat
(Pemerintah Kota Semarang, 2010:5).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue oleh Juru
Pemantau Jentik yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2006, perekrutan
jumantik dilaksanakan oleh puskesmas
sesuai dengan tatacara yang telah
ditetapkan dalam Surat Keputusan
Dirjen Binkesmas atau sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh
yang berwenang lainnya.
Jika dilihat dari uraian teori di atas,
pelaksanaan perekrutan jumantik di
Kelurahan Panggung Lor belum sesuai.
Hal ini dikarenakan perekrutan
jumantik di Kelurahan Panggung Lor
dilaksanakan oleh kepala kelurahan dan
pokja 4 PKK dengan cara penunjukkan
langsung tanpa ada tatacara khusus.
Ketua pokja 4 PKK Kelurahan
Panggung Lor selaku Petugas KB
(PKB) kelurahan ditunjuk kepala
kelurahan sebagai jumantik kelurahan.
Selanjutnya jumantik kelurahan
menunjuk pokja 4 RW selaku PKB RW
sebagai jumantik RW dan jumantik
RW menunjuk sub PKB RT sebagai
jumantik RT. Berperannya PKB
sebagai jumantik dikarenakan kesulitan
mencari masyarakat yang bersedia
7
menjadi kader. Selain itu, di Kota
Semarang belum ada tatacara khusus
perekrutan jumantik. Pemantauan
jentik di Kota Semarang secara umum
diatur dalam Peraturan Daerah (Perda)
Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010
tentang Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah. Kriteria jumantik di
Kelurahan Panggung Lor yang sesuai
dengan uraian di atas yaitu jumantik
berasal dari Kelurahan Panggung Lor
dan kader sebagai jumantik. Kader
yang dimaksud adalah orang yang
pernah mendapatkan informasi dan
mengikuti pelatihan kesehatan
termasuk tentang pemantauan jentik
dan bersedia menyampaikannya kepada
masyarakat.
Perekrutan jumantik bertujuan
mencari sumber daya manusia yang
berkompeten melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dalam kegiatan
pemantauan jentik rutin, penyuluhan,
dan penggerakkan masyarakat untuk
PSN DBD. Kriteria jumantik menurut
Petunjuk Pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD oleh jumantik
(Depkes RI, 2006) berfungsi sebagai
panduan untuk memudahkan pencarian
sumber daya manusia yang
berkompeten tersebut. Selain itu,
kemauan juga menjadi kriteria
jumantik, karena tanpa kemauan
jumantik tidak akan bisa menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan
maksimal. Jumantik dapat direkrut dari
kader kesehatan. Hal ini
dilatarbelakangi karena baik jumantik
maupun kader kesehatan memiliki
peran yang sama untuk membantu
pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Menurut
Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun
2010, kader kesehatan adalah anggota
masyarakat yang bersedia secara
sukarela, mampu, dan memiliki waktu
melaksanakan kegiatan kesehatan di
lingkungannya. Kader dapat direkrut
sebagai jumantik dengan pertimbangan
kader telah memiliki pengetahuan dan
ketrampilan kesehatan, telah terbiasa
terlibat dalam kegiatan kesehatan,
kepercayaan masyarakat pada kader,
dan dekat dengan masyarakat, sehingga
dalam melaksanakan tugasnya tidak
mengalami kendala untuk pendekatan
ke masyarakat. Kesulitan mencari
masyarakat yang bersedia menjadi
jumantik di Kelurahan Panggung Lor
menunjukkan bahwa tidak adanya
kepedulian masyarakat mengenai
pemantauan jentik. Tidak adanya
imbalan dapat juga menjadi latar
belakang rendahnya kemauan
masyarakat untuk terlibat dalam
pemantauan jentik. Oleh karena itu,
apabila perekrutan jumantik hanya
berdasarkan penunjukkan tanpa disertai
tatacara atau pedoman, bisa
mengakibatkan jumantik tidak sepenuh
hati dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, apalagi
penunjukkan tersebut dilakukan oleh
orang yang memiliki kedudukan lebih
tinggi yang bisa menyebabkan
kesediaan jumantik hanya karena rasa
tidak enak hati. Hal ini mempengaruhi
proses dan hasil kerja jumantik.
Pelatihan Juru Pemantau Jentik
Menurut Petunjuk bagi Kelompok
Kerja Pemberantasan Penyakit DBD
(pokja DBD) tahun 1995, pelatihan
jumantik merupakan salah satu
kegiatan awal untuk mempersiapkan
penggerakan peran serta masyarakat
dalam pemberantasan DBD. Pelatihan
kepada jumantik secara kontinyu ini
dapat meningkatkan pengetahuan,
kesiapan, dan kemampuan jumantik
dalam melaksanakan pemantauan
jentik, menggerakkan masyarakat
8
dalam PSN DBD, dan melakukan
penyuluhan pemberantasan DBD baik
secara individu maupun kelompok. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Yuli
Kusumawati dan S. Darnoto (2006)
yaitu pelatihan meningkatkan
pengetahuan kader tentang
pemberantasan penyakit DBD.
Peningkatan pengetahuan kader
menciptakan rasa percaya diri kader,
sehingga membuat kader merasa lebih
siap untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Selain itu,
pelatihan membekali kader dengan
kemampuan sehingga kader lebih
mahir dan berkompeten.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
pelatihan pemantauan jentik dilakukan
dengan berurutan dari tingkat kota ke
tingkat RT. Pelatihan oleh DKK dan
puskesmas dilakukan di DKK dan
Puskesmas dengan mengundang
jumantik secara perwakilan. Adapun
cara pelatihan pemantauan jentik
dengan penjelasan materi tentang cara
pemantauan jentik, tempat-tempat
penampungan air apa saja yang harus
diperiksa, dan cara menaburkan abate
ke tempat-tempat penampungan air.
Materi yang telah diberikan kepada
jumantik oleh DKK, puskesmas, dan
pokja 4 kelurahan disampaikan turun
ke RW dan RT saat arisan dan PKK
oleh jumantik RW dan RT.
Pelatihan merupakan bekal bagi
jumantik untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dalam
pemantauan jentik, penyuluhan, dan
penggerakan masyarakat untuk PSN
DBD. Dalam pemberian bekal ini harus
memperhatikan pelatih, materi, dan
waktu pelatihan. Pelatih harus memiliki
kompetensi dalam hal pemantauan
jentik dan pengendalian DBD, seperti
tenaga kesehatan, petugas DKK, dan
petugas puskesmas. Apabila pelatih
tidak berkompeten bisa dipastikan
jumantik yang dilatih juga tidak akan
memiliki kemampuan yang kompeten.
Hal ini membuat proses pemantauan
jentik tidak sesuai tataran idealnya
sehingga mempengaruhi hasil
pemantauan jentik. Materi pelatihan
harus benar dan berkembang, karena
apabila materi tidak sesuai akan
menimbulkan pengetahuan dan
pemahaman yang keliru yang akan
mempengaruhi kinerja dan hasil kerja
jumantik. Selain itu, perlu juga
dilakukan praktek langsung saat
pelatihan agar jumantik lebih mahir
dan terbiasa dalam melaksanakan
tugasnya. Waktu pelatihan mengacu
pada frekuensi pelatihan. Pelatihan
harus diberikan kontinyu agar jumantik
tidak lupa dan kemampuan jumantik
dapat terus dikembangkan. Pelatihan
ini sangat diperlukan jumantik agar
dalam pelaksanaan tugasnya tidak
terjadi kekeliruan, keadaan yang
sebenarnya dapat diidentifikasi
jumantik dengan benar.
GAMBARAN PELAKSANAAN
PEMANTAUAN JENTIK
Persiapan Pemantauan Jentik
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
pengumpulan data penduduk dan
rumah/bangunan untuk pemantauan
jentik di Kelurahan Panggung Lor
dilakukan dengan pengumpulan kartu
keluarga (KK). KK dikumpulkan ke
sekretaris RT secara langsung atau
melalui sub PKB RT dan dasawisma,
dan selanjutnya KK tersebut
dikumpulkan ke RW dan kelurahan.
Tahap pertemuan pemantauan jentik
dan pendekatan kepada masyarakat di
Kelurahan Panggung Lor dilakukan
setiap bulan dengan durasi tiap
9
pertemuan 1–1,5 jam. Pertemuan di
kelurahan dilakukan di balai desa
bersamaan dengan rakor pokja 4 PKK
dan PKK kelurahan. Selanjutnya hasil
pertemuan pemantauan jentik di tingkat
kelurahan disampaikan ke tingkat RW
bersamaan dengan PKK RW. Dari
pertemuan RW hasil pertemuan
disampaikan ke tingkat RT bersamaan
dengan PKK RT, dalam pertemuan ini
sekaligus dilakukan pendekatan kepada
masyarakat. Hal yang menjadi bahasan
dalam pertemuan pemantauan jentik
mengenai pemantauan jentik,
posyandu, KB, dan lain-lain yang
bersangkutan dengan pokja 4 PKK dan
kesehatan. Adapun hal yang
disampaikan pada pendekatan ke
masyarakat tentang pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan jentik. Di
Kelurahan Panggung Lor tidak ada
rencana kerja khusus pemantauan
jentik. Rencana kerja pemantauan
jentik termasuk dalam program pokja 4
PKK yang diberikan secara lisan
kepada jumantik saat pertemuan.
Pengumpulan data penduduk dan
rumah/bangunan bertujuan untuk
mengetahui cakupan sasaran
pemantauan jentik yaitu
rumah/bangunan yang akan diperiksa.
Oleh karena itu, selain pengumpulan
data melalui KK, pengumpulan data
rumah/bangunan perlu dilakukan
karena data rumah/bangunan kosong
tidak dapat diketahui melalui KK dan
dalam satu rumah kemungkinan bisa
dihuni lebih dari satu KK. Bila hanya
dilakukan pengumpulan data penduduk
saja bisa terjadi kesalahan
pengumpulan dan pengolahan data.
Dimungkinkan pemeriksaan jentik
yang seharusnya dilakukan di tempat
penampung air tiap rumah/bangunan
justru dilakukan pada tiap KK dan
kemungkinan rumah/bangunan kosong
tidak diperiksa padahal berpotensi juga
sebagai tempat perkembangbiakan
vektor. Hal ini mengakibatkan tidak
bisa diketahuinya kepadatan jentik per
wilayah. Data rumah/bangunan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan angka
bebas jentik sebagai indikator
kepadatan jentik bila digantikan dengan
data penduduk, maka hasil pemantauan
jentik tidak menggambarkan kepadatan
jentik sebenarnya.
Pertemuan pemantauan jentik
bertujuan untuk membahas dan
mempersiapkan segala hal yang
berkaitan dengan pemantauan jentik.
Pendekatan ke masyarakat bertujuan
untuk mengenali karakteristik
masyarakat dan menggerakkan
masyarakat dalam pemantauan jentik.
Dengan pendekatan ke masyarakat
masalah-masalah terkait penerimaan
masyarakat akan lebih mudah
diidentifikasi. Diharapkan dengan
pertemuan dan pendekatan ke
masyarakat pelaksanaan pemantauan
jentik berjalan lancar dan kendala-
kendala pemantaun jentik dapat diatasi.
Pertemuan dan pendekatan ke
masyarakat ini harus dilakukan secara
kontinyu agar perkembangan
pemantauan jentik dapat dimonitoring
dan ditindaklanjuti dengan tepat.
Rencana kerja bertujuan untuk
memudahkan dan mengarahkan
jumantik dalam melaksanakan
tugasnya. Selain itu, rencana kerja juga
bertujuan untuk memudahkan petugas
kesehatan/supervisor dalam melakukan
bimbingan dan monitoring kepada
jumantik. Rencana kerja harus memuat
rincian kegiatan, waktu pelaksanaan,
sumber dana, dan penanggung jawab
kegiatan (Dirjen PPM-PLP, 1995:30,
33). Oleh karena itu, rencana kerja
pemantauan jentik harus dibuat secara
rinci dan detail. Jumantik Kelurahan
10
Panggung Lor seharusnya memiliki
rencana kerja pemantauan jentik
tersendiri. Selain itu penyampaian
rencana kerja secara lisan seharusnya
diberikan juga secara tertulis agar
jumantik tidak lupa.
Sedangkan pada tahapan
penentuan rumah/keluarga yang akan
dikunjungi/diperiksa tidak dilakukan
karena kunjungan rumah oleh Jumantik
hanya dilakukan sesekali dan
pemeriksaan dilakukan mandiri oleh
masyarakat. Penentuan rumah/keluarga
yang akan dikunjungi diperlukan agar
pelaksanaan pemantauan jentik lebih
terkontrol dan perkembangan hasil
pemantauan jentik dapat dipantau.
Apabila rumah/keluarga yang akan
dikunjungi tidak ditentukan dan bahkan
kunjungan rumah tidak dilakukan, hasil
pemantauan jentik yang sebenarnya
tidak akan diketahui.
Kunjungan Rumah
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
kunjungan rumah di Kelurahan
Panggung Lor tidak rutin, hanya
dilakukan sekali dua kali saja. Kegiatan
yang dilakukan jumantik Kelurahan
Panggung Lor saat kunjungan rumah
hanya memeriksa keberadaan jentik di
tempat-tempat penampungan air di luar
rumah, memberi pengarah kepada
pemilik rumah untuk memeriksa jentik,
membersihkan lingkungan rumah, dan
memberikan penyuluhan DBD tapi
tidak secara detail.
Kunjungan rumah bertujuan untuk
memeriksa jentik dan memberikan
penyuluhan pada masyarakat secara
individual. Selain itu, kunjungan rumah
oleh jumantik juga berfungsi untuk
monitoring pelaksanaan PSN DBD
masyarakat. Dilaksanakannya
kunjungan rumah membuat masyarakat
selalu melakukan PSN DBD sebagai
bentuk kesiapan bila sewaktu-waktu
rumahnya dikunjungi. Saat kunjungan
rumah dilakukan pemeriksaan tempat-
tempat penampungan air sehingga akan
dihasilkan data pemantauan jentik yang
sesungguhnya. Saat kunjungan rumah
juga dilakukan penyuluhan DBD secara
individu pada pemilik rumah untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam PSN DBD (I Wayan
Sudiadnyana, 2009:19),
mengidentifikasi permasalah yang
dihadapi masyarakat dalam
pemantauan jentik dan memberikan
solusinya, dan mengetahui ada
tidaknya kasus DBD di wilayah yang
dikunjungi. Dengan kunjungan yang
berulang-ulang disertai penyuluhan
diharapkan masyarakat dapat
melaksanakan PSN DBD secara teratur
dan terus-menerus (Dirjen P2PL,
2010:3-4).
Pemantauan Jentik
Pemantauan jentik adalah
pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti yang dilakukan secara teratur
oleh petugas kesehatan atau kader atau
petugas pemantau jentik (Jumantik)
(Dirjen P2PL, 2010:2).
Pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor merupakan pemantauan
jentik rutin (dilakukan oleh jumantik
dan masyarakat). Pemantauan jentik
oleh jumantik hanya sesekali saja
tergantung waktu luang jumantik yang
sebelumnya telah diberitahukan
terlebih dahulu kepada masyarakat.
Pemantauan jentik oleh masyarakat
dilakukan setiap minggu dan hasilnya
dilaporkan kepada jumantik saat
pertemuan PKK RT. Adapun sasaran
pemantauan jentik oleh jumantik
adalah tempat-tempat penampungan air
11
yang ada di luar rumah, sedangkan
tempat-tempat penampungan air di
dalam rumah seperti bak mandi
dipantau oleh pemilik rumah masing-
masing. Alasan pemantauan jentik
tidak dilaksanakan sepenuhnya oleh
jumantik karena sebagian besar
masyarakat Kelurahan Panggung Lor
tidak bersedia bila rumahnya diperiksa
oleh jumantik.
Tujuan kegiatan pemeriksaan
jentik adalah melakukan pemeriksaan
jentik nyamuk penular demam berdarah
dengue termasuk memotivasi
keluarga/masyarakat dalam melakukan
PSN DBD. Pemantauan jentik rutin
baik oleh jumantik maupun masyarakat
dilakukan rutin tiap minggu. Hal ini
dikarenakan pemantauan jentik rutin
bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan pemantauan jentik tiap
minggu dan upaya PSN DBD yang
dilihat dari ABJ. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Abd. Rachman Rosidi
dan Wiku Adisasmito (2006) yang
menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara pemantauan jentik
dengan angka bebas jentik (p=0,048).
Jumantik harus melakukan
pemeriksaan jentik karena hal itu
merupakan tugas dan tanggung
jawabnya. Masyarakat harus ikut serta
dalam pemeriksaan jentik karena hal
itu berkaitan dengan pencegahan DBD
secara pribadi. Kendala ketidaksediaan
masyarakat bila rumahnya diperiksa
jumantik, bisa ditangani dengan
pemeriksaan jentik secara mandiri oleh
masyarakat dan melaporkan hasilnya
pada jumantik. Namun dalam
pelaksanaannya, masyarakat harus
dibekali pengetahuan dan kemampuan
memantau jentik agar tidak terjadi
kesalahan saat pelaksanaan maupun
identifikasi hasil pemantauan jentik.
Walaupun dilakukan mandiri oleh
masyarakat, jumantik juga perlu
memonitoring pelaksanaan dan hasil
pemantauan jentik untuk menghindari
manipulasi data oleh masyarakat.
Selain itu, data hasil pemantauan jentik
oleh masyarakat harus dilaporkan tepat
waktu dan rutin agar pengolahan data
tidak terkendala.
Penyuluhan DBD
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
penyuluhan DBD kepada masyarakat di
Kelurahan Panggung Lor dilakukan
bersamaan dengan program pokja 4
PKK. Penyuluhan khusus DBD hanya
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota
(DKK) Semarang sewaktu-waktu dan
di Puseksmas Bulu Lor setiap bulan
yang dihadiri oleh perwakilan dari
jumantik. Penyuluhan di DKK dan
puskesmas disampaikan dengan slide
presentasi. Penggunaan media ini
sangat mendukung penyuluhan karena
media/alat peraga berfungsi
memperjelas informasi yang ingin
disampaikan dan membangkitkan
suasana penyuluhan sehingga sasaran
penyuluhan tertarik, lebih mengerti,
dan diharapkan dapat menularkan dan
menerapkan informasi yang didapat
untuk pengendalian DBD. Sedangkan
penyuluhan di kelurahan diberikan
dengan penjelasan dan ceramah.
Penyuluhan kepada masyarakat dengan
cara materi yang dijelaskan oleh DKK
dan puskesmas kepada jumantik
disampaikan di kelurahan kepada
jumantik RW lainnya. Selanjutnya
jumantik RW ini menyampaikan materi
tersebut di tingkat RW dan RT saat
pertemuan PKK. Adapun materi yang
diberikan pada penyuluhan DBD
kelompok di Kelurahan Panggung Lor
mengenai pengenalan DBD, gejala-
gejala DBD, nyamuk penular DBD,
12
cara pemantauan jentik, kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
dan upaya 3M (menguras, menutup,
mengubur).
Menurut Azwar (1983) dalam Heri
D.J Maulana (2009), penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan
kesehatan yang dilakukan dengan
menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi
juga mau dan mampu melakukan
anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan. Penyuluhan DBD adalah
pendidikan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pengendalian
penyakit DBD. Adanya peningkatan
pengetahuan masyarakat ini diharapkan
dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku masyarakat untuk ikut
berperan aktif dalam pengendalian
DBD. Penyuluhan DBD kepada
masyarakat di Kelurahan Panggung Lor
merupakan bentuk penyuluhan
individual yang dilakukan saat kegiatan
pemantauan jentik. Penyuluhan
individual merupakan pendekatan
individual yang didasari setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk pendekatan ini meliputi
bimbingan dan penyuluhan serta
wawancara (Soekidjo Notoatmodjo,
2007:57). Selain itu, penyuluhan DBD
di Kelurahan Panggung Lor juga
dilakukan secara kelompok bersamaan
dengan pertemuan PKK/arisan di RT
dan RW serta pertemuan rakor pokja 4
PKK di Kelurahan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang menyatakan
bahwa selain penyuluhan secara
individu yang dilakukan melalui
kegiatan PJR, penyuluhan DBD kepada
masyarakat luas juga dilakukan secara
kelompok (seperti pada pertemuan
kader, arisan, dan selapanan) dan
secara massal (seperti pada saat
pertunjukkan film layar tancap,
ceramah agama, dan pertemuan
musyawarah desa) (Dirjen P2PL,
2010:16). Penyuluhan kelompok oleh
kader ini sangat berperan untuk
menyadarkan dan menggerakkan
masyarakat melaksanakan PSN DBD
sesuai dengan hasil penelitian Paiman
Soeparmanto dan Setia Pranata (2000)
yang menyatakan pendidikan kesehatan
berbasis masyarakat dimana
penyuluhan dilakukan oleh pemuka
masyarakat, kader kesehatan, dan ibu-
ibu PKK dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam PSN
DBD.
Pencatatan Hasil
Hasil pemantauan jentik dicatat
pada Kartu Jentik Rumah/Bangunan
(lihat lampiran 5) yang ditinggalkan di
rumah/bangunan dan pada formulir
JPJ-1 untuk pelaporan ke puskesmas
dan yang terkait lainnya (Dirjen P2PL,
2010:4). Cara pencatatan hasil
pemantauan jentik tersebut dengan
menuliskan nama dan alamat pemilik
rumah yang diperiksa serta menuliskan
tanda (+) bila ditemukan jentik dan
tanda (-) apabila tidak ditemukan di
kolom yang tersedia. Pencatatan di
Kartu Jentik Rumah/Bangunan
dilakukan per minggu setiap bulannya
selama satu tahun. Sedangkan
pencatatan di JPJ-1 dilakukan per
minggu selama satu bulan.
Jika dilihat dari uraian teori di atas,
pencatatan hasil pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor kurang
sesuai. Hal ini dikarenakan hasil
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor hanya dicatat pada
formulir PJB 1 atau JPJ-1. Di rumah
13
masyarakat Kelurahan Panggung Lor
tidak ditemukan Kartu Jentik
Rumah/Bangunan, Kartu Jentik
Rumah/Bangunan digantikan dengan
papan pemantauan jentik per RT yang
dipasang di depan rumah jumantik RT.
Selain dua formulir tersebut, digunakan
juga formulir pemantauan jentik tingkat
kelurahan dari FKD untuk merekap
hasil pemantauan jentik sekelurahan.
Pencatatan hasil pemantauan jentik
di formulir JPJ-1 bertujuan untuk
memudahkan pelaporan dan
pengolahan data pemantauan jentik
serta sebagai bukti dokumentasi
pelaksanaan pemantauan jentik.
Pencatatan hasil pemantauan jentik di
Kartu Jentik Rumah/Bangunan
bertujuan untuk memudahkan
monitoring perkembangan pemantauan
jentik dan pelaksanaan PSN DBD di
tiap rumah.
GAMBARAN MONITORING
PEMANTAUAN JENTIK
Pemantauan Wilayah Setempat
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
pemantauan wilayah setempat di
Kelurahan Panggung Lor dilakukan
oleh ketua FKK dan jumantik RW.
Pemantauan wilayah setempat ini
dilaksanakan hanya sewaktu-waktu dan
tanpa diberitahukan terlebih dahulu
kepada masyarakat. Dalam pemantauan
wilayah setempat dilakukan
pemantauan jentik secara sampel 10
rumah per RT dengan teknik dari RW I
diambil 10 rumah, RW II 10 rumah,
dan seterusnya sampai kira-kira 5 RW
dalam sehari. Penentuan RW secara
acak bergantian. Selain memantau
jentik, dalam pemantauan wilayah
setempat juga dilakukan peninjauan
papan pemantauan jentik yang
dipasang di rumah sub PKB RT. Bila
tidak ada pemantauan wilayah
setempat, pemeriksaan jentik
sepenuhnya dipercayakan kepada
petugas PKB RT dengan didampingi
Bu RT.
Jika dilihat dari hasil wawancara di
atas, pemantauan wilayah setempat di
Kelurahan Panggung Lor kurang sesuai
dengan teori. Hal ini dikarenakan
pelaksanaan pemantauan wilayah
setempat tidak rutin. Padahal maksud
dari pemantauan wilayah setempat
adalah untuk mengetahui
perkembangan hasil penggerakan PSN
DBD di masing-masing RW setiap
bulannya (Dirjen PPM-PLP, 1995:25).
Indikator yang digunakan adalah
Angka Bebas Jentik (ABJ). Selain itu
hasil pemantauan tidak dicatat pada
Formulir Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) (lihat lampiran 6).
Padahal melalui formulir PWS dapat
diketahui perkembangan ABJ dari tiap-
tiap RW, jumlah penderita DBD, dan
kegiatan-kegiatan penggerakan PSN
DBD di masing-masing RW pada
bulan yang bersangkutan sehingga
diharapkan agar RW yang kepadatan
jentiknya masih tinggi dapat lebih
meningkatkan kegiatan penggerakan
PSN DBD di lingkungannya.
Pemetaan Wilayah per RW
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
pemetaan wilayah per RW dari hasil
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor tidak pernah dilakukan.
Bila ada rumah yang positif saat
pemantaun jentik, jumantik RT
langsung menghimbau agar tempat
penampungan air dikuras dan diberi
abate. Selain itu, jika ada laporan kasus
DBD, jumantik kelurahan melaporkan
kepada puskesmas dan selanjutnya
14
pihak puskesmas melakukan PE dan
fogging.
Dari hasil wawancara tersebut
diketahui bahwa pemetaan wilayah di
Kelurahan Panggung Lor tidak sesuai
dengan teori. Seharusnya disamping
teguran langsung kepada masyarakat,
pemetaan wilayah dari hasil
pemantauan jentik juga perlu dilakukan
karena pemetaan wilayah ini
mempermudah mengetahui kepadatan
jentik tiap RW sebagai indikator PSN
DBD, sehingga mempercepat deteksi
dan pengendalian DBD. Pemetaan
wilayah per RW ini dilakukan dengan
memetakan wilayah RW berdasarkan
ABJ. RW dengan ABJ >95%
merupakan wilayah kepadatan jentik
rendah dan berada pada status aman
DBD. Sedangkan RW dengan ABJ
<95% merupakan wilayah kepadatan
jentik tinggi dan berada pada status
waspada DBD sehingga perlu
peningkatan pengendalian DBD.
GAMBARAN PELAPORAN DAN
PENGOLAHAN DATA
PEMANTAUAN JENTIK
Pelaporan Data Pemantauan Jentik
Hasil pemantauan jentik tingkat
RT direkap dan dilaporkan kepada RW.
Selanjutnya hasil rekapan pemantauan
jentik per RW dilaporkan ke ketua
FKK untuk direkap menjadi hasil
pemantauan jentik kelurahan. Hasil
pemantauan jentik kelurahan ini
dilaporkan ke puskesmas setiap satu
bulan sekali (Thomas Suroso dkk,
2006:20). Jika dilihat dari uraian teori
tersebut, pelaporan data pemantauan
jentik di Kelurahan Panggung Lor
sudah sesuai.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa data
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor dilaporkan oleh
masyarakat kepada jumantik RT setiap
bulan saat PKK RT berupa data
pemantauan jentik tiap minggu. Data
yang telah dilaporkan tersebut ditulis
jumantik RT pada formulir PJB 1 dan
dikumpulkan kepada jumantik RW
untuk direkap. Rekapan data
pemantauan jentik per RW selanjutnya
direkap oleh ketua FKK sehingga
menghasilkan data pemantauan jentik
sekelurahan tiap bulan. Pelaporan data
dilaksanakan saat PKK dan rakor pokja
4 PKK. Selanjutnya data pemantauan
jentik sekelurahan tersebut dilaporkan
ke puskesmas dan DKK setiap bulan.
Dari hasil laporan tersebut
ditindaklanjuti bila ada rumah yang
positif jentik diperingatkan agar
dikuras, sehingga pada pemeriksaan
selanjutnya hasilnya negatif. Selain itu
jika ditemukan kasus DBD dilaporkan
ke puskesmas agar dilakukan
penyelidikan epidemiologi dan fogging
di wilayah yang bersangkutan. Sebagai
apresiasi kegiatan pemantauan jentik
juga pernah diadakan lomba jentik di
tingkat kelurahan. Adapun kendala
dalam pelaporan data pemantauan
jentik di Kelurahan Panggung Lor
adalah ketidaktepatan waktu
pengumpulan data dari masyarakat ke
jumantik RT. Hal ini membuat
pemakaian ganda data bulan
sebelumnya untuk bulan-bulan yang
akan datang.
Pelaporan data pemantauan jentik
dilakukan dengan pengumpulan data
keberadaan jentik dalam tempat
penampungan air di tiap
rumah/bangunan setiap bulannya.
Pelaporan ini mempengaruhi
pengolahan data, apabila ditemui
kendala dalam pelaporan data maka
pengolahan data akan terhambat.
Kendala yang sering dihadapi pada
pelaporan data adalah kebenaran data
15
yang dilaporkan dengan keadaan di
lapangan dan ketepatan waktu
pelaporan. Ketidaksesuaian data yang
dilaporkan dengan kenyataannya
menimbulkan kesalahan hasil dari
proses pemantauan jentik.
Ketidaktepatan waktu pelaporan
mengakibatkan penggunaan data ganda
dari laporan bulan sebelumnya atau
penggunaan data fiktif untuk laporan
ke puskesmas dan DKK. Kesalahan ini
mengakibatkan kepadatan jentik dari
laporan hasil pemantauan jentik tidak
dapat digunakan untuk
menggambarkan keberhasilan upaya
pengendalian vektor yang
sesungguhnya dan tidak dapat
digunakan untuk deteksi kejadian
DBD. Hal ini mempengaruhi
pengambilan kebijakan tentang upaya
pengendalian vektor dan
pemberantasan DBD sebagai tindak
lanjut dari proses pemantauan jentik.
Pengolahan Data Pemantauan Jentik
Ukuran pengolahan data hasil
pemantauan jentik yang biasa
digunakan adalah Angka Bebas Jentik
(ABJ). ABJ adalah persentase antara
rumah/TTU yang tidak ditemukan
jentik terhadap seluruh rumah/TTU
yang diperiksa. (Thomas Suroso,
2003:52). Pengolahan data ABJ ini
dilakukan oleh jumantik sesuai
petunjuk yang ada di formulir
pemantauan jentik.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
pengolahan data pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor sudah sesuai
dengan teori. Pengolahan data
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor dilakukan oleh jumantik
RW dan ketua FKK selaku jumantik
kelurahan. Cara pengolahan data
pemantauan jentik didasarkan pada
petunjuk pengolahan data yang ada di
bawah formulir pemantauan jentik.
Data yang diolah adalah data
prosentase rumah dan/atau bangunan
yang tidak ditemukan jentik pada
kegiatan pemantauan jentik, dimulai
dari tingkat RT sampai kelurahan.
Hambatan yang dihadapi ketua FKK
dalam pengolahan data pemantauan
jentik adalah keterlambatan
pengumpulan data dari RW dengan
alasan jumantik RW lupa.
SIMPULAN
1. Perencanaan pelaksanaan
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor meliputi sosialisasi
pemantauan jentik secara ceramah
berurutan dari DKK sampai RT
melalui PKK setiap bulan,
perekrutan jumantik secara
penunjukkan oleh kepala
kelurahan dan pokja 4 PKK
dengan kriteria kader sebagai
jumantik, dan pelatihan jumantik
secara rutin tiap tahun di DKK
serta tiap bulan di puskesmas dan
pokja 4 PKK.
2. Pelaksanaan pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor meliputi
persiapan pemantauan jentik yang
hanya berupa pengumpulan data
rumah dan pendekatan ke
masyarakat tiap bulan di PKK,
kunjungan rumah oleh jumantik
yang tidak rutin dilakukan tiap
minggu, pemantauan jentik secara
mandiri oleh masyarakat,
penyuluhan DBD secara individual
saat jumantik berkunjung dan
kelompok setiap bulan di PKK
mengenai pengenalan, gejala, dan
nyamuk penular DBD, cara
pemantauan jentik, PSN, dan 3M
serta pencatatan hasil pada
16
formulir JPJ-1 tanpa dicatat di
Kartu Pemantauan Jentik
Rumah/Bangunan.
3. Monitoring pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor hanya
berupa pemantauan wilayah
setempat tanpa pemetaan wilayah
tapi tidak setiap bulan.
4. Data pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor
dilaporkan setiap bulan ke
puskesmas dan diolah menjadi
ABJ.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan pada semua pihak yang
membantu penelitian ini antara lain :
Ketua Jurusan dan Dosen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Semarang, Sie PKPKL Dinas
Kesehatan Kota Semarang, Kepala
Kelurahan, Jumantik dan Masyarakat
Kelurahan Panggung Lor.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman Rosidi, Wiku
Adisasmito, 2006, Hubungan
Faktor Penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dengan Angka
Bebas Jentik di Kecamatan
Sumberjaya Kabupaten
Majalengka Jawa Barat, Jurnal
MKB Volume XII No 2 Tahun
2009.
Amellia Rahmadhani, Evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan Juru
Pemantau Jentik dalam
Mengupayakan Peningkatan
Atribut Surveilans, Dalam :
http://adln.lib.unair.ac.id/files/di
sk1/296/gdlhub-gdl-s1-2011-
rahmadhani-14756-abstrak-
e.pdf, Diakses tanggal 4 Mei
2011.
Azizah Gama T dan Faizah Betty R,
2010, Analisis Faktor Resiko
Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Desa Mojosongo
Kabupaten Boyolali, Jurnal
Eksplanasi Vol. 5 No. 2 Edisi
Oktober 2010.
Budioro B, 2002, Pengantar
Administrasi Kesehatan
Masyarakat, Semarang : Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro.
Burhan Burgin, 2008, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Dantje T. Sembel, 2009, Entomologi
Kedokteran, Yogyakarta :
Penerbit ANDI.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2009, Profil
Kesehatan Indonesia 2008,
Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
____________________, 2010, Profil
Kesehatan Indonesia 2009,
Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010,
Profil Kesehatan Kota
Semarang 2009, Semarang :
Dinas Kesehatan Kota
Semarang.
17
___________________________,
2010, Buku Pegangan Kader
Kesehatan dan Tokoh
Masyarakat, Semarang : Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
___________________________,
2011, Data Morbiditas DBD
dan ABJ Kota Semarang 2010,
Semarang : Dinas Kesehatan
Kota Semarang.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2010, Profil Kesehatan
Jawa Tengah 2009, Semarang :
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
Dirjen PPM&PL, 1995, Menuju Desa
Bebas Demam Berdarah
Dengue, Jakarta : Depkes RI.
_______________, 1996, Kumpulan
Surat Keputusan/Edaran
tentang Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah
Dengue, Jakarta : Dirjen
PPM&PL.
_______________, 2003, Surveilans
Epidemiologi Penyakit, Jakarta :
Depkes RI.
_______________, 2004, Juru
Pemantau Jentik (Jumantik)
Salah Satu Peran Serta
Masyarakat dalam
Penanggulangan Demam
Berdarah Dengue (DBD),
Buletin Harian Tim
Penanggulangan DBD Depkes
RI Edisi Selasa, 9 Maret 2004.
______________, 2004,
Kebijaksanaan Program P2-
DBD dan Situasi Terkini DBD
Indonesia, Jakarta : Depkes RI.
Dirjen P2PL, 2010, Pemberantasan
Nyamuk Penular Demam
Berdarah Dengue, Jakarta :
Depkes RI.
___________, 2010, Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue dan
Pemeriksaan Jentik Berkala,
Jakarta : Depkes RI.
Dwi Rohini, 2005, Evaluasi
Pelaksanaan PSN DBD dalam
Rangka Upaya Peningkatan
ABJ di Puskesmas Buaran
Kabupaten Pekalongan Tahun
2005, Skripsi, Universitas
Diponegoro.
Frida N, 2008, Mengenal Demam
Berdarah Dengue, Jakarta :
Penerbit Pamularsih.
Heri D.J. Maulana, 2009, Promosi
Kesehatan, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Irien Setianingsih, 2007, Hubungan
Kepadatan Penduduk,
Kepadatan Rumah, Kepadatan
Jentik, dan Ketinggian Tempat
dengan Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue di
Kota Semarang Tahun 2007
dengan Pendekatan Spasial,
Skripsi, Universitas
Diponegoro.
93
18
Juni Prianto L. A, dkk, 2002, Atlas
Parasitologi Kedokteran,
Jakarta : Gramedia.
Moch. Imron, Amrul Munif, 2010,
Metodologi Penelitian Bidang
Kesehatan, Jakarta : Sagung
Seto.
Paiman Soeparmanto dan Setia
Pranata, 2000, Peningkatan
Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue
Berbasis Masyarakat dengan
Penyuluhan Kesehatan, Berita
Kedokteran Masyarakat
Volume 22 No 2, Juni 2006 Hal
75-81.
Ririh Y, Anny V, 2005, Hubungan
Kondisi Lingkungan, Kontainer,
dan Perilaku Masyarakat
dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes Aegypti di
Daerah Endemis Demam
Berdarah Dengue Surabaya,
Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Vol.. 1 No. 2 Januari 2005.
Saleha Sungkar, 2007, Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue :
Sebuah Tantangan yang Harus
Dijawab, Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume 57, Nomor
6, Juni 2007.
Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni,
2010, Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Bidang
Kesehatan, Yogyakarta : Nuha
Medika.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta.
Srisasi Gandahusada, Herry D.
Illahude, Wita Pribadi, 2000,
Parasitologi Kedokteran,
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sri Sugirilyati, 1995, Evaluasi
Program Pemberantasan
Vektor Intensif Demam
Berdarah Dengue (DBD) di
Kota Madya Dati II Bogor,
Tesis, Universitas Indonesia.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur
Penelitian, Jakarta : Rineka
Cipta.
Teguh Widiyanto, 2007, Kajian
Manajemen Lingkungan
terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue di Kota
Purwokerto Jawa Tengah,
Tesis, Universitas Diponegoro.
Thomas Suroso, 2003, Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue, Jakarta :
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Thomas Suroso, 2006, Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD)
oleh Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), Jakarta :
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana,
2000, Ektoparasit :
19
Pengenalan, Diagnosis dan
Pengendaliannya, Bogor : IPB.
Walikota Semarang, 2010, Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor
5 Tahun 2010 tentang
Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue, Semarang :
Pemerintah Kota Semarang.
Widia Hary Cahyati, 2006, Dinamika
Aedes aegypti sebagai Vektor
Penyakit, Jurnal Kemas Volume
II No. 1, Juli 2006 Hal. 40-50.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan &
Pemberantasannya, Jakarta :
Erlangga.
Yuli Kusumawati dan S. Darnoto,
2008, Pelatihan Peningkatan
Kemampuan Kader Posyandu
dalam Penanggulangan Demam
Berdarah Dengue di Kelurahan
Joyotakan Kecamatan Serengan
Surakarta, Warta Volume 11
No. 2, September 2008.

More Related Content

What's hot

Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategisardinmarL
 
Hak Politik Perempuan Skala Global
Hak Politik Perempuan Skala GlobalHak Politik Perempuan Skala Global
Hak Politik Perempuan Skala GlobalNarulitaMD
 
Problem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masyProblem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masyDae Zhun
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Joy Irman
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1HMRojali
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisataaprinias
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Materi Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian Masyarakat
Materi Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian MasyarakatMateri Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian Masyarakat
Materi Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian MasyarakatAkademi Desa 4.0
 
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)Muhammad Taqwan
 
Sistem informasi bencana
Sistem informasi bencanaSistem informasi bencana
Sistem informasi bencanaJoni Iswanto
 
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A PracimantoroInstrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantorostudiopracimantoro
 
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahinfosanitasi
 
Metode usg
Metode usgMetode usg
Metode usgnurrisma
 
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Joy Irman
 
JUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT
JUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKATJUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT
JUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKATJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 

What's hot (20)

Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategis
 
Bahaya, kerentanan, resiko dan bencana
Bahaya, kerentanan, resiko dan bencanaBahaya, kerentanan, resiko dan bencana
Bahaya, kerentanan, resiko dan bencana
 
Hak Politik Perempuan Skala Global
Hak Politik Perempuan Skala GlobalHak Politik Perempuan Skala Global
Hak Politik Perempuan Skala Global
 
kuesioner
kuesionerkuesioner
kuesioner
 
Problem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masyProblem solving-kes-masy
Problem solving-kes-masy
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisata
 
Metode skoring
Metode skoringMetode skoring
Metode skoring
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
Materi Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian Masyarakat
Materi Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian MasyarakatMateri Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian Masyarakat
Materi Ngopi Eps. 19 Pengorganisasian Masyarakat
 
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
DISASTER MANAGEMENT (Penanggulangan Bencana)
 
Sistem informasi bencana
Sistem informasi bencanaSistem informasi bencana
Sistem informasi bencana
 
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A PracimantoroInstrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
 
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
 
Penanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampahPenanganan sampah di sumber sampah
Penanganan sampah di sumber sampah
 
Metode usg
Metode usgMetode usg
Metode usg
 
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...
 
JUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT
JUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKATJUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT
JUKNIS PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT
 

Viewers also liked

Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik BerkalaOptimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik BerkalaMila Khairina
 
Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...
Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...
Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...Operator Warnet Vast Raha
 
Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015
Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015
Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015maspayjoe
 
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDO
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOFAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDO
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokokdrcellica
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengueJoni Iswanto
 
Kawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokokKawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokokArif Pradana
 
Sanitarian DO
Sanitarian DOSanitarian DO
Sanitarian DOharigmail
 
9. rr pendataan
9.  rr pendataan9.  rr pendataan
9. rr pendataanasrhyadi
 
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberantasan Sarang NyamukPemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberantasan Sarang NyamukJoni Iswanto
 
Sk kader posyandu
Sk kader posyanduSk kader posyandu
Sk kader posyanduAbdul Kohar
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANAdelina Hutauruk
 
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaMateri Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaDinkes Kab Lebak
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
 
Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Penanggulangan Penyakit Demam BerdarahPenanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Penanggulangan Penyakit Demam BerdarahMeironi Waimir
 

Viewers also liked (18)

Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik BerkalaOptimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala
 
Materi Pelatihan Jumantik
Materi Pelatihan JumantikMateri Pelatihan Jumantik
Materi Pelatihan Jumantik
 
Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...
Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...
Analisis terhadap kebijakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dalam upaya pen...
 
Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015
Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015
Evaluasi Jumantik Madiun Kota 2015
 
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDO
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOFAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDO
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDO
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokok
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Kawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokokKawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokok
 
Presentasi dbd di yasinan
Presentasi dbd di yasinanPresentasi dbd di yasinan
Presentasi dbd di yasinan
 
Sanitarian DO
Sanitarian DOSanitarian DO
Sanitarian DO
 
9. rr pendataan
9.  rr pendataan9.  rr pendataan
9. rr pendataan
 
ppt pws
ppt pwsppt pws
ppt pws
 
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberantasan Sarang NyamukPemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberantasan Sarang Nyamuk
 
Sk kader posyandu
Sk kader posyanduSk kader posyandu
Sk kader posyandu
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
 
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaMateri Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
 
Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Penanggulangan Penyakit Demam BerdarahPenanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
 

Similar to Evaluasi Proses Pemantauan Jentik

Tugas bu reka epidemologi
Tugas bu reka epidemologiTugas bu reka epidemologi
Tugas bu reka epidemologiratu adil
 
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfJURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfsriwahyuni25836
 
Desa siaga kilensari
Desa siaga kilensariDesa siaga kilensari
Desa siaga kilensariYupy Cinta
 
Generalized poisson mengatasi overdispersi kasus TB
Generalized poisson mengatasi overdispersi kasus TBGeneralized poisson mengatasi overdispersi kasus TB
Generalized poisson mengatasi overdispersi kasus TBdani yuli
 
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...Mr-Ton Drg
 
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docxJurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docxMuhtaSyam1
 
10995 article text-35086-1-10-20171001
10995 article text-35086-1-10-2017100110995 article text-35086-1-10-20171001
10995 article text-35086-1-10-20171001FRISKASEPTIAPANJAITA
 
82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf
82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf
82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdfRayhanAbiyyu
 
juknis silantor (1).pdf
juknis silantor (1).pdfjuknis silantor (1).pdf
juknis silantor (1).pdfIrmaWati415372
 
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...roesmiyanti
 
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...Aji Wibowo
 
Buku evaluasi indikator 2010 2012
Buku evaluasi indikator 2010   2012Buku evaluasi indikator 2010   2012
Buku evaluasi indikator 2010 2012Ditjen P2P
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan kegiatan surveilans
Laporan kegiatan surveilansLaporan kegiatan surveilans
Laporan kegiatan surveilansedy irawan
 

Similar to Evaluasi Proses Pemantauan Jentik (20)

878 1631-1-sm (1)
878 1631-1-sm (1)878 1631-1-sm (1)
878 1631-1-sm (1)
 
Tugas bu reka epidemologi
Tugas bu reka epidemologiTugas bu reka epidemologi
Tugas bu reka epidemologi
 
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfJURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
 
Desa siaga kilensari
Desa siaga kilensariDesa siaga kilensari
Desa siaga kilensari
 
Generalized poisson mengatasi overdispersi kasus TB
Generalized poisson mengatasi overdispersi kasus TBGeneralized poisson mengatasi overdispersi kasus TB
Generalized poisson mengatasi overdispersi kasus TB
 
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
20730 id-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ketepatan-diagnosis-malaria-di-puske...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ipi299983
Ipi299983Ipi299983
Ipi299983
 
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docxJurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
 
Makalah farid
Makalah faridMakalah farid
Makalah farid
 
197744740 jurnal-1
197744740 jurnal-1197744740 jurnal-1
197744740 jurnal-1
 
10995 article text-35086-1-10-20171001
10995 article text-35086-1-10-2017100110995 article text-35086-1-10-20171001
10995 article text-35086-1-10-20171001
 
82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf
82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf
82635-pola-penyebab-kematian-kelompok-bayi-dan-93c134bc.pdf
 
juknis silantor (1).pdf
juknis silantor (1).pdfjuknis silantor (1).pdf
juknis silantor (1).pdf
 
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
 
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...
 
Buku evaluasi indikator 2010 2012
Buku evaluasi indikator 2010   2012Buku evaluasi indikator 2010   2012
Buku evaluasi indikator 2010 2012
 
59022671 bab-i-sd-v
59022671 bab-i-sd-v59022671 bab-i-sd-v
59022671 bab-i-sd-v
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
 
Laporan kegiatan surveilans
Laporan kegiatan surveilansLaporan kegiatan surveilans
Laporan kegiatan surveilans
 

Recently uploaded

Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 

Recently uploaded (20)

Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 

Evaluasi Proses Pemantauan Jentik

  • 1. 1 EVALUASI PROSES PEMANTAUAN JENTIK DI DAERAH KEPADATAN JENTIK RENDAH (STUDI DI KELURAHAN PANGGUNG LOR KOTA SEMARANG) Lidia Fibriana Putri Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FIK, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Kepadatan jentik berpengaruh terhadap kasus DBD. Apabila hasil pemantauan jentik menunjukkan kepadatan jentik rendah maka diasumsikan kasus DBD akan menurun, begitu juga sebaliknya. Namun di Kelurahan Panggung Lor, kasus DBD tinggi padahal kepadatan jentiknya rendah. Ketidaksesuaian ini menimbulkan ketidakpercayaan pada kebenaran data hasil pemantauan jentik yang dilatarbelakangi oleh proses pemantauan jentik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hasil evaluasi proses pemantauan jentik di daerah kepadatan jentik rendah (Studi di Kelurahan Panggung Lor Kota Semarang). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan studi evaluasi dengan pendekatan kualitatif tentang kondisi pemantauan jentik di daerah kepadatan jentik rendah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan. Informan dalam penelitian berjumlah 11 orang yang terdiri dari ketua FKK, jumantik dan masyarakat yang ditentukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara, lembar observasi dan lembar dokumentasi. Analisis data menggunakan metode analisis isi (content analysis). Simpulan dari penelitian ini perencanaan pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor meliputi sosialisasi secara ceramah berurutan dari DKK sampai RT melalui PKK setiap bulan, perekrutan jumantik secara penunjukkan oleh kepala kelurahan dan pokja 4 PKK dengan kriteria kader sebagai jumantik, dan pelatihan jumantik secara rutin tiap tahun di DKK serta tiap bulan di puskesmas dan pokja 4 PKK. Pelaksanaan pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor meliputi persiapan berupa pengumpulan data rumah dan pendekatan ke masyarakat tiap bulan di PKK, kunjungan rumah oleh jumantik yang tidak rutin dilakukan tiap minggu, pemantauan jentik secara mandiri oleh masyarakat, penyuluhan DBD secara individual dan kelompok setiap bulan mengenai pengenalan, gejala, dan nyamuk penular DBD, cara pemantauan jentik, PSN, dan 3M serta pencatatan hasil pada formulir JPJ-1. Monitoring pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor hanya berupa pemantauan wilayah setempat tanpa pemetaan wilayah tapi tidak setiap bulan, dan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor dilaporkan setiap bulan ke puskesmas dan diolah menjadi ABJ. Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah diharapkan dilakukan perbaikan pada tahapan pelaksanaan, monitoring, dan pelaporan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Bulu Lor, dan jumantik Kelurahan Panggung Lor. ABSTRACT Larvae density was influential towards the DHF incident. If the results of monitoring larvae indicate low larvae density, it is assumed DHF cases will decrease. However in Kelurahan Panggung Lor, DHF cases high whereas its larvae density low. This incompatibility caused distrust in the truth of data produced by monitoring larvae is 1
  • 2. 2 motivated by monitoring larvae process. The purpose of this research is to find out the results of evaluation of process monitoring larvae in the low larvae density areas (Study in Kelurahan Panggung Lor Kota Semarang). Kind of this research is descriptive research using evaluation study design with qualitative approach about the condition of monitoring larvae in low larvae density areas at the planning, implementation, monitoring and reporting stage. Number of informants in this research is 11 people consists of a FKK chairman, Jumantik and community that were determined by purposive sampling and snowball sampling technique. The instruments that are used is the interview guide, observation sheets and documentation sheets. Analysis of the data using content analysis methods. The conclusions of this research, planning of monitoring larvae in Kelurahan Panggung Lor include socialization by sequentially explanation from DKK to RT throught PKK every month, jumantik recruitment by appointment with criteria kader as jumantik, jumantik training is done routine every year in DKK and every month in public health center and pokja 4 PKK. Implementation of monitoring larvae in Kelurahan Panggung Lor include preparation form of home data collection and approaches to community every month in PKK, home visits by jumantik are not routinely done every week, monitoring larvae independently by the community, DBD counseling by individual and group every month about introduction, symptoms, and mosquito-borne dengue fever, ways of monitoring larvae, PSN, and 3M as well as recording the results on the form JPJ- 1. Monitoring of monitoring larvae in Kelurahan Panggung Lor only form of local area monitoring without mapping the area but not every month, and data of monitoring larvae are reported monthly to the Public Health Center and processed into ABJ. Advice given from the results of the study is expected to repairs on the stage of implementation, monitoring, and reporting of monitoring larvae data in Kelurahan Panggung Lor by the Semarang Health Departement, Bulu Lor Public Health Center, and Panggung Lor jumantik. Kata Kunci : Evaluasi, Pemantauan Jentik, Kepadatan Jentik PENDAHULUAN Deman Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular dengan perjalanan penyakitnya cepat (Depkes RI, 2009:121) yang disebabkan virus dengue yang ditularkan dari manusia ke manusia lain melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus (Dantje T. Sembel, 2009:63). Data tahun 2009 menunjukkan incident rate (IR) DBD di Indonesia 68,22 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) 0,89% (Depkes RI, 2010:47), yang jauh dari target IR < 20 per 100.000 penduduk dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 dengan IR 59,02 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,86% (Depkes RI, 2009:122). Penyebaran DBD di Indonesia sampai tahun 2009 dari 497 kabupaten/kota tercatat 384 kabupaten/kota atau 77,26% yang terjangkit DBD (Depkes RI, 2010:49). Salah satu provinsi dengan IR tinggi (5,74 per 10.000 penduduk) yaitu Jawa Tengah (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2010:129). Dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah, pada tahun 2009 Kota Semarang menduduki peringkat pertama DBD dengan IR 26,69 per 10.000 penduduk (DKK Semarang, 2010:22), bahkan sampai akhir tahun 2009 di Kota Semarang masih terjadi KLB di 50 Kelurahan, 14 Puskesmas dan 7 Kecamatan (DKK Semarang, 2010:24). Data IR DBD tahun 2010 di
  • 3. 3 Kota Semarang sebesar 368,7 per 100.000 penduduk. Salah satu kelurahan di Kota Semarang yang memiliki IR DBD tinggi (514,9 per 100.000 penduduk) pada tahun 2010 adalah Kelurahaan Panggung Lor. Selain itu pada tahun yang sama di Kelurahan Panggung Lor terjadi KLB DBD karena ditemukannya kematian akibat DBD (CFR 1,4%) padahal tahun-tahun sebelumnya tidak ditemukan kasus meninggal. Hal ini menunjukkan DBD merupakan masalah kesehatan yang serius di Kelurahan Panggung Lor. Karena belum ditemukannya vaksin yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan DBD (Saleha Sungkar, 2007:168) maka upaya pencegahan dan pengendalian DBD dilakukan melalui pengendalian vektor yang lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat. Adapun pemberdayaan masyarakat tersebut berupa kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang digerakkan melalui penyuluhan DBD dan pemantauan jentik. Kegiatan pemantauan jentik tersebut dilakukan oleh juru pemantau jentik atau yang dikenal sebagai jumantik setiap satu bulan kemudian hasil pemeriksaan jentik ini direkapitulasi menjadi ABJ.. Jika hasil pemantauan jentik menunjukkan ABJ >95% (kepadatan jentik rendah) berarti upaya pengendalian vektor berhasil. Jika upaya pengendalian vektor berhasil maka diasumsikan kasus DBD akan menurun atau bahkan tidak ditemukan kasus lagi karena keberadaan nyamuk sebagai vektor penular berkurang, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, sangat diperlukan hasil pemantauan jentik yang akurat sehingga penentuan upaya pencegahan dan pemberantasan DBD tepat. Kelurahan Panggung Lor pada tahun 2010 menduduki peringkat ke-3 kelurahan dengan kepadatan jentik rendah di Kota Semarang. Hal ini mengindikasikan sudah berhasilnya pengendalian vektor di Kelurahan Panggung Lor. Namun, pada kenyataannya walaupun kepadatan jentik di Kelurahan Panggung Lor rendah dan upaya pengendalian vektor telah dinyatakan berhasil, kasus DBD di Kelurahan Panggung Lor masih tinggi bahkan Kelurahan Panggung Lor masih merupakan daerah endemis. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Teguh Widiyanto (2007) yang menyatakan faktor keberadaan jentik berhubungan dengan kejadian DBD (p<0,05). Selain itu, juga bertentangan dengan teori yang menyatakan kepadatan jentik rendah berpengaruh terhadap rendahnya kejadian DBD karena menurunkan resiko penularan DBD (WHO, 2000). Ketidaksesuaian teori dan penelitian sebelumnya dengan kenyataan tingginya kasus DBD di Kelurahan Panggung Lor padahal kepadatan jentiknya rendah ini bisa dikaitkan salah satunya dengan kegiatan pemantauan jentik. Ketidaksesuaian ini menimbulkan ketidakpercayaan pada kebenaran data hasil pemantauan jentik. Kebenaran data hasil pemantauan jentik ini dipengaruhi oleh sistem pemantauan jentik yang terdiri dari sub sistem input, proses, dan output. Diantara ketiga sub sistem tersebut yang berkaitan langsung dengan data hasil pemantauan jentik adalah sub sistem proses. Hal ini dikarenakan data hasil pemantauan jentik dihasilkan dari sub sistem proses. Selain itu, sebelum
  • 4. 4 menilai kebenaran data hasil pemantauan jentik perlu dinilai kesesuaian antara proses pemantauan jentik yang melatarbelakangi munculnya data dengan tataran idealnya. Kegiatan Pemantauan Jentik Kegiatan pemantauan jentik adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit DBD. Juru Pemantau Jentik Juru pemantau jentik (jumantik) adalah kelompok kerja kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di tingkat desa/kelurahan dalam wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Forum Kesehatan Kelurahan (Depkes RI, 1992). Tugas pokok jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik, serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada supervisor dan petugas puskesmas, sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik yang berjalan dengan baik (Tim Penanggulangan DBD Depkes RI, 2004). Metode Pemantauan Jentik Metode pemantauan jentik yang paling sering digunakan adalah survei larva secara visual. Survei ini dilakukan dengan cara melihat dan mencatat ada tidaknya larva dalam tempat perindukan nyamuk dan tidak dilakukan pengambilan/pemeriksaan jenis larva. Metode ini paling sering digunakan dalam pemantauan jentik (Widya Hary Cahyati, 2006:47). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil evaluasi proses pemantauan jentik di daerah kepadatan jentik rendah Kelurahan Panggung Lor yang terdiri dari (1) gambaran perencanaan pelaksanaan pemantauan jentik, (2) gambaran pelaksanaan pemantauan jentik, (3) gambaran monitoring pelaksanaan pemantauan jentik, dan (4) gambaran pelaporan dan pengolahan data informasi pemantauan jentik. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi evaluasi (Moch. Imron dan Amrul Munif, 2010:122) dengan pendekatan kualitatif (Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni, 2010:49) dimana peneliti mengevaluasi proses pemantauan jentik secara retrospektif dan prospektif (Moch. Imron dan Amrul Munif, 2010:122) dengan menggambarkan kondisi pemantauan jentik di daerah kepadatan jentik rendah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan secara obyektif yang diperoleh dari hasil mengamati fokus penelitian, mencatat apa yang terjadi di tempat penelitian, melakukan analisis isi terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di tempat penelitian dan membuat laporan penelitian secara mendetail (Sugiyono, 2011:14). Informasi proses pemantauan jentik tersebut didapatkan dengan cara observasi tentang pelaksanaan pemantauan jentik, wawancara tentang proses pemantauan jentik yang
  • 5. 5 dilakukan pada partisipan, dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling (Sugiyono, 2011:218–221). Penentuan partisipan dengan teknik purposive sampling didasarkan pada kriteria : 1. ketua Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Panggung Lor tahun 2010 – 2011 2. juru pemantau jentik (Jumantik) FKK Panggung Lor yang : − bertugas memantau jentik selama tahun 2010 – 2011 − bertugas memantau jentik di RW dengan angka bebas jentik >95% selama bulan Januari – Mei 2011 − bertugas memantau jentik di RW yang ditemukan kasus demam berdarah dengue pada bulan Januari – Mei 2011berdasarkan data dari Puskesmas Bulu Lor 3. masyarakat Kelurahan Panggung Lor yang : − tinggal di Kelurahan Panggung Lor lebih dari 1 tahun sampai penelitian berlangsung − tinggal di RW dengan angka bebas jentik >95% selama bulan Januari – Mei 2011 − tinggal di RW yang ditemukan kasus demam berdarah dengue pada bulan Januari – Mei 2011 berdasarkan data dari Puskesmas Bulu Lor − bersedia dijadikan informan penelitian Dari kriteria di atas ditetapkan partisipan sebanyak 5 orang, yang terdiri dari : 1. ketua FKK Panggung Lor 2. Jumantik FKK Panggung Lor di RW 10 dan RW 6 (1 Jumantik per RW) 3. masyarakat RW 10 dan RW 6 Kelurahan Panggung Lor (1 orang per RW yang dipilih secara random) Sedangkan, teknik snowball sampling digunakan karena data yang telah dikumpulkan dari partisipan sebelumnya belum mampu memberikan informasi yang memuaskan, maka ditentukan partisipan lain yang dapat digunakan sebagai sumber data berdasarkan rekomendasi partisipan sebelumnya sampai tidak ditemukan data baru lagi. Jadi partisipan secara keseluruhan berjumlah 11 orang, yang terdiri dari : 1. ketua FKK Panggung Lor 2. Jumantik FKK Panggung Lor di RW 10 dan RW 6 (2 Jumantik per RW) 3. masyarakat RW 10 dan RW 6 Kelurahan Panggung Lor (3 orang per RW yang dipilih secara random). HASIL DAN PEMBAHASAN GAMBARAN PERENCANAAN PEMANTAUAN JENTIK Sosialisasi Pemantauan Jentik Sosialisasi pemantauan jentik merupakan langkah awal untuk memperkenalkan kegiatan pemantauan jentik kepada masyarakat. Perkenalan ini menciptakan kesan pertama masyarakat tentang kegiatan pemantaun jentik. Kesan pertama masyarakat penting karena akan mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilakunya terhadap pemantauan jentik. Oleh karena itu, perlu diciptakan kesan yang baik melalui interaksi antara agen sosialisasi dengan
  • 6. 6 masyarakat sebagai sasaran sosialisasi. Agen sosialisasi yakni orang-orang di sekitar masyarakat yang mentransmisikan nilai-nilai atau norma-norma tertentu dalam hal ini pemantauan jentik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena interaksi merupakan kunci berlangsungnya proses sosialisasi, agen sosialisasi yang sesuai adalah significant others (orang yang paling dekat). Significant others yang sesuai untuk agen sosialisasi pemantauan jentik di kelurahan adalah Forum Kesehatan Kelurahan (FKK). FKK merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam pengembangan pembangunan kesehatan di tingkat kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi, dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di kelurahan (Dinkes Kota Semarang, 2010:5). Waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi pemantauan jentik berdasarkan kesepakatan masyarakat dengan petugas FKK. Di Kelurahan Panggung Lor sosialisasi ini dilakukan setiap bulan dimulai dari tingkat kelurahan sampai RT. Pelaksanaan sosialisasi pemantauan jentik dilakukan secara kontinyu. Hal ini bertujuan untuk menggerakkan masyarakat agar terlibat dalam pemantauan jentik. Keterlibatan masyarakat ini dapat membuat kegiatan pemantauan jentik berjalan dengan baik. Apabila pemantauan jentik berjalan dengan baik maka akan didapat data hasil pemantauan jentik yang sesuai keadaan sebenarnya, sehingga kepadatan jentik dan kejadian DBD dapat dipantau. Adapun dampak apabila sosialisasi pemantauan jentik tidak dilakukan adalah tidak adanya kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pemantauan jentik, sehingga kegiatan pemantauan jentik tidak terlaksana yang akhirnya membuat data kepadatan jentik yang dilaporkan pada puskesmas atau DKK tidak sebenarnya. Perekrutan Juru Pemantau Jentik Juru Pemantau Jentik (jumantik) atau Petugas Pemantau Jentik (PPJ) adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk pemantauan jentik rutin, mengumpulkan dan melaporkan data pemantauan jentik rutin, penyuluhan, dan menggerakkan masyarakat (Pemerintah Kota Semarang, 2010:5). Menurut Petunjuk Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue oleh Juru Pemantau Jentik yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006, perekrutan jumantik dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan tatacara yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Dirjen Binkesmas atau sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang lainnya. Jika dilihat dari uraian teori di atas, pelaksanaan perekrutan jumantik di Kelurahan Panggung Lor belum sesuai. Hal ini dikarenakan perekrutan jumantik di Kelurahan Panggung Lor dilaksanakan oleh kepala kelurahan dan pokja 4 PKK dengan cara penunjukkan langsung tanpa ada tatacara khusus. Ketua pokja 4 PKK Kelurahan Panggung Lor selaku Petugas KB (PKB) kelurahan ditunjuk kepala kelurahan sebagai jumantik kelurahan. Selanjutnya jumantik kelurahan menunjuk pokja 4 RW selaku PKB RW sebagai jumantik RW dan jumantik RW menunjuk sub PKB RT sebagai jumantik RT. Berperannya PKB sebagai jumantik dikarenakan kesulitan mencari masyarakat yang bersedia
  • 7. 7 menjadi kader. Selain itu, di Kota Semarang belum ada tatacara khusus perekrutan jumantik. Pemantauan jentik di Kota Semarang secara umum diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah. Kriteria jumantik di Kelurahan Panggung Lor yang sesuai dengan uraian di atas yaitu jumantik berasal dari Kelurahan Panggung Lor dan kader sebagai jumantik. Kader yang dimaksud adalah orang yang pernah mendapatkan informasi dan mengikuti pelatihan kesehatan termasuk tentang pemantauan jentik dan bersedia menyampaikannya kepada masyarakat. Perekrutan jumantik bertujuan mencari sumber daya manusia yang berkompeten melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam kegiatan pemantauan jentik rutin, penyuluhan, dan penggerakkan masyarakat untuk PSN DBD. Kriteria jumantik menurut Petunjuk Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD oleh jumantik (Depkes RI, 2006) berfungsi sebagai panduan untuk memudahkan pencarian sumber daya manusia yang berkompeten tersebut. Selain itu, kemauan juga menjadi kriteria jumantik, karena tanpa kemauan jumantik tidak akan bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan maksimal. Jumantik dapat direkrut dari kader kesehatan. Hal ini dilatarbelakangi karena baik jumantik maupun kader kesehatan memiliki peran yang sama untuk membantu pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menurut Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010, kader kesehatan adalah anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela, mampu, dan memiliki waktu melaksanakan kegiatan kesehatan di lingkungannya. Kader dapat direkrut sebagai jumantik dengan pertimbangan kader telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan, telah terbiasa terlibat dalam kegiatan kesehatan, kepercayaan masyarakat pada kader, dan dekat dengan masyarakat, sehingga dalam melaksanakan tugasnya tidak mengalami kendala untuk pendekatan ke masyarakat. Kesulitan mencari masyarakat yang bersedia menjadi jumantik di Kelurahan Panggung Lor menunjukkan bahwa tidak adanya kepedulian masyarakat mengenai pemantauan jentik. Tidak adanya imbalan dapat juga menjadi latar belakang rendahnya kemauan masyarakat untuk terlibat dalam pemantauan jentik. Oleh karena itu, apabila perekrutan jumantik hanya berdasarkan penunjukkan tanpa disertai tatacara atau pedoman, bisa mengakibatkan jumantik tidak sepenuh hati dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, apalagi penunjukkan tersebut dilakukan oleh orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi yang bisa menyebabkan kesediaan jumantik hanya karena rasa tidak enak hati. Hal ini mempengaruhi proses dan hasil kerja jumantik. Pelatihan Juru Pemantau Jentik Menurut Petunjuk bagi Kelompok Kerja Pemberantasan Penyakit DBD (pokja DBD) tahun 1995, pelatihan jumantik merupakan salah satu kegiatan awal untuk mempersiapkan penggerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan DBD. Pelatihan kepada jumantik secara kontinyu ini dapat meningkatkan pengetahuan, kesiapan, dan kemampuan jumantik dalam melaksanakan pemantauan jentik, menggerakkan masyarakat
  • 8. 8 dalam PSN DBD, dan melakukan penyuluhan pemberantasan DBD baik secara individu maupun kelompok. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yuli Kusumawati dan S. Darnoto (2006) yaitu pelatihan meningkatkan pengetahuan kader tentang pemberantasan penyakit DBD. Peningkatan pengetahuan kader menciptakan rasa percaya diri kader, sehingga membuat kader merasa lebih siap untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu, pelatihan membekali kader dengan kemampuan sehingga kader lebih mahir dan berkompeten. Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa pelatihan pemantauan jentik dilakukan dengan berurutan dari tingkat kota ke tingkat RT. Pelatihan oleh DKK dan puskesmas dilakukan di DKK dan Puskesmas dengan mengundang jumantik secara perwakilan. Adapun cara pelatihan pemantauan jentik dengan penjelasan materi tentang cara pemantauan jentik, tempat-tempat penampungan air apa saja yang harus diperiksa, dan cara menaburkan abate ke tempat-tempat penampungan air. Materi yang telah diberikan kepada jumantik oleh DKK, puskesmas, dan pokja 4 kelurahan disampaikan turun ke RW dan RT saat arisan dan PKK oleh jumantik RW dan RT. Pelatihan merupakan bekal bagi jumantik untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pemantauan jentik, penyuluhan, dan penggerakan masyarakat untuk PSN DBD. Dalam pemberian bekal ini harus memperhatikan pelatih, materi, dan waktu pelatihan. Pelatih harus memiliki kompetensi dalam hal pemantauan jentik dan pengendalian DBD, seperti tenaga kesehatan, petugas DKK, dan petugas puskesmas. Apabila pelatih tidak berkompeten bisa dipastikan jumantik yang dilatih juga tidak akan memiliki kemampuan yang kompeten. Hal ini membuat proses pemantauan jentik tidak sesuai tataran idealnya sehingga mempengaruhi hasil pemantauan jentik. Materi pelatihan harus benar dan berkembang, karena apabila materi tidak sesuai akan menimbulkan pengetahuan dan pemahaman yang keliru yang akan mempengaruhi kinerja dan hasil kerja jumantik. Selain itu, perlu juga dilakukan praktek langsung saat pelatihan agar jumantik lebih mahir dan terbiasa dalam melaksanakan tugasnya. Waktu pelatihan mengacu pada frekuensi pelatihan. Pelatihan harus diberikan kontinyu agar jumantik tidak lupa dan kemampuan jumantik dapat terus dikembangkan. Pelatihan ini sangat diperlukan jumantik agar dalam pelaksanaan tugasnya tidak terjadi kekeliruan, keadaan yang sebenarnya dapat diidentifikasi jumantik dengan benar. GAMBARAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN JENTIK Persiapan Pemantauan Jentik Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa pengumpulan data penduduk dan rumah/bangunan untuk pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor dilakukan dengan pengumpulan kartu keluarga (KK). KK dikumpulkan ke sekretaris RT secara langsung atau melalui sub PKB RT dan dasawisma, dan selanjutnya KK tersebut dikumpulkan ke RW dan kelurahan. Tahap pertemuan pemantauan jentik dan pendekatan kepada masyarakat di Kelurahan Panggung Lor dilakukan setiap bulan dengan durasi tiap
  • 9. 9 pertemuan 1–1,5 jam. Pertemuan di kelurahan dilakukan di balai desa bersamaan dengan rakor pokja 4 PKK dan PKK kelurahan. Selanjutnya hasil pertemuan pemantauan jentik di tingkat kelurahan disampaikan ke tingkat RW bersamaan dengan PKK RW. Dari pertemuan RW hasil pertemuan disampaikan ke tingkat RT bersamaan dengan PKK RT, dalam pertemuan ini sekaligus dilakukan pendekatan kepada masyarakat. Hal yang menjadi bahasan dalam pertemuan pemantauan jentik mengenai pemantauan jentik, posyandu, KB, dan lain-lain yang bersangkutan dengan pokja 4 PKK dan kesehatan. Adapun hal yang disampaikan pada pendekatan ke masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan pemeriksaan jentik. Di Kelurahan Panggung Lor tidak ada rencana kerja khusus pemantauan jentik. Rencana kerja pemantauan jentik termasuk dalam program pokja 4 PKK yang diberikan secara lisan kepada jumantik saat pertemuan. Pengumpulan data penduduk dan rumah/bangunan bertujuan untuk mengetahui cakupan sasaran pemantauan jentik yaitu rumah/bangunan yang akan diperiksa. Oleh karena itu, selain pengumpulan data melalui KK, pengumpulan data rumah/bangunan perlu dilakukan karena data rumah/bangunan kosong tidak dapat diketahui melalui KK dan dalam satu rumah kemungkinan bisa dihuni lebih dari satu KK. Bila hanya dilakukan pengumpulan data penduduk saja bisa terjadi kesalahan pengumpulan dan pengolahan data. Dimungkinkan pemeriksaan jentik yang seharusnya dilakukan di tempat penampung air tiap rumah/bangunan justru dilakukan pada tiap KK dan kemungkinan rumah/bangunan kosong tidak diperiksa padahal berpotensi juga sebagai tempat perkembangbiakan vektor. Hal ini mengakibatkan tidak bisa diketahuinya kepadatan jentik per wilayah. Data rumah/bangunan yang dibutuhkan untuk menghasilkan angka bebas jentik sebagai indikator kepadatan jentik bila digantikan dengan data penduduk, maka hasil pemantauan jentik tidak menggambarkan kepadatan jentik sebenarnya. Pertemuan pemantauan jentik bertujuan untuk membahas dan mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pemantauan jentik. Pendekatan ke masyarakat bertujuan untuk mengenali karakteristik masyarakat dan menggerakkan masyarakat dalam pemantauan jentik. Dengan pendekatan ke masyarakat masalah-masalah terkait penerimaan masyarakat akan lebih mudah diidentifikasi. Diharapkan dengan pertemuan dan pendekatan ke masyarakat pelaksanaan pemantauan jentik berjalan lancar dan kendala- kendala pemantaun jentik dapat diatasi. Pertemuan dan pendekatan ke masyarakat ini harus dilakukan secara kontinyu agar perkembangan pemantauan jentik dapat dimonitoring dan ditindaklanjuti dengan tepat. Rencana kerja bertujuan untuk memudahkan dan mengarahkan jumantik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, rencana kerja juga bertujuan untuk memudahkan petugas kesehatan/supervisor dalam melakukan bimbingan dan monitoring kepada jumantik. Rencana kerja harus memuat rincian kegiatan, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan penanggung jawab kegiatan (Dirjen PPM-PLP, 1995:30, 33). Oleh karena itu, rencana kerja pemantauan jentik harus dibuat secara rinci dan detail. Jumantik Kelurahan
  • 10. 10 Panggung Lor seharusnya memiliki rencana kerja pemantauan jentik tersendiri. Selain itu penyampaian rencana kerja secara lisan seharusnya diberikan juga secara tertulis agar jumantik tidak lupa. Sedangkan pada tahapan penentuan rumah/keluarga yang akan dikunjungi/diperiksa tidak dilakukan karena kunjungan rumah oleh Jumantik hanya dilakukan sesekali dan pemeriksaan dilakukan mandiri oleh masyarakat. Penentuan rumah/keluarga yang akan dikunjungi diperlukan agar pelaksanaan pemantauan jentik lebih terkontrol dan perkembangan hasil pemantauan jentik dapat dipantau. Apabila rumah/keluarga yang akan dikunjungi tidak ditentukan dan bahkan kunjungan rumah tidak dilakukan, hasil pemantauan jentik yang sebenarnya tidak akan diketahui. Kunjungan Rumah Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa kunjungan rumah di Kelurahan Panggung Lor tidak rutin, hanya dilakukan sekali dua kali saja. Kegiatan yang dilakukan jumantik Kelurahan Panggung Lor saat kunjungan rumah hanya memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan air di luar rumah, memberi pengarah kepada pemilik rumah untuk memeriksa jentik, membersihkan lingkungan rumah, dan memberikan penyuluhan DBD tapi tidak secara detail. Kunjungan rumah bertujuan untuk memeriksa jentik dan memberikan penyuluhan pada masyarakat secara individual. Selain itu, kunjungan rumah oleh jumantik juga berfungsi untuk monitoring pelaksanaan PSN DBD masyarakat. Dilaksanakannya kunjungan rumah membuat masyarakat selalu melakukan PSN DBD sebagai bentuk kesiapan bila sewaktu-waktu rumahnya dikunjungi. Saat kunjungan rumah dilakukan pemeriksaan tempat- tempat penampungan air sehingga akan dihasilkan data pemantauan jentik yang sesungguhnya. Saat kunjungan rumah juga dilakukan penyuluhan DBD secara individu pada pemilik rumah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam PSN DBD (I Wayan Sudiadnyana, 2009:19), mengidentifikasi permasalah yang dihadapi masyarakat dalam pemantauan jentik dan memberikan solusinya, dan mengetahui ada tidaknya kasus DBD di wilayah yang dikunjungi. Dengan kunjungan yang berulang-ulang disertai penyuluhan diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD secara teratur dan terus-menerus (Dirjen P2PL, 2010:3-4). Pemantauan Jentik Pemantauan jentik adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (Jumantik) (Dirjen P2PL, 2010:2). Pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor merupakan pemantauan jentik rutin (dilakukan oleh jumantik dan masyarakat). Pemantauan jentik oleh jumantik hanya sesekali saja tergantung waktu luang jumantik yang sebelumnya telah diberitahukan terlebih dahulu kepada masyarakat. Pemantauan jentik oleh masyarakat dilakukan setiap minggu dan hasilnya dilaporkan kepada jumantik saat pertemuan PKK RT. Adapun sasaran pemantauan jentik oleh jumantik adalah tempat-tempat penampungan air
  • 11. 11 yang ada di luar rumah, sedangkan tempat-tempat penampungan air di dalam rumah seperti bak mandi dipantau oleh pemilik rumah masing- masing. Alasan pemantauan jentik tidak dilaksanakan sepenuhnya oleh jumantik karena sebagian besar masyarakat Kelurahan Panggung Lor tidak bersedia bila rumahnya diperiksa oleh jumantik. Tujuan kegiatan pemeriksaan jentik adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular demam berdarah dengue termasuk memotivasi keluarga/masyarakat dalam melakukan PSN DBD. Pemantauan jentik rutin baik oleh jumantik maupun masyarakat dilakukan rutin tiap minggu. Hal ini dikarenakan pemantauan jentik rutin bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pemantauan jentik tiap minggu dan upaya PSN DBD yang dilihat dari ABJ. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Abd. Rachman Rosidi dan Wiku Adisasmito (2006) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pemantauan jentik dengan angka bebas jentik (p=0,048). Jumantik harus melakukan pemeriksaan jentik karena hal itu merupakan tugas dan tanggung jawabnya. Masyarakat harus ikut serta dalam pemeriksaan jentik karena hal itu berkaitan dengan pencegahan DBD secara pribadi. Kendala ketidaksediaan masyarakat bila rumahnya diperiksa jumantik, bisa ditangani dengan pemeriksaan jentik secara mandiri oleh masyarakat dan melaporkan hasilnya pada jumantik. Namun dalam pelaksanaannya, masyarakat harus dibekali pengetahuan dan kemampuan memantau jentik agar tidak terjadi kesalahan saat pelaksanaan maupun identifikasi hasil pemantauan jentik. Walaupun dilakukan mandiri oleh masyarakat, jumantik juga perlu memonitoring pelaksanaan dan hasil pemantauan jentik untuk menghindari manipulasi data oleh masyarakat. Selain itu, data hasil pemantauan jentik oleh masyarakat harus dilaporkan tepat waktu dan rutin agar pengolahan data tidak terkendala. Penyuluhan DBD Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa penyuluhan DBD kepada masyarakat di Kelurahan Panggung Lor dilakukan bersamaan dengan program pokja 4 PKK. Penyuluhan khusus DBD hanya dilakukan di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang sewaktu-waktu dan di Puseksmas Bulu Lor setiap bulan yang dihadiri oleh perwakilan dari jumantik. Penyuluhan di DKK dan puskesmas disampaikan dengan slide presentasi. Penggunaan media ini sangat mendukung penyuluhan karena media/alat peraga berfungsi memperjelas informasi yang ingin disampaikan dan membangkitkan suasana penyuluhan sehingga sasaran penyuluhan tertarik, lebih mengerti, dan diharapkan dapat menularkan dan menerapkan informasi yang didapat untuk pengendalian DBD. Sedangkan penyuluhan di kelurahan diberikan dengan penjelasan dan ceramah. Penyuluhan kepada masyarakat dengan cara materi yang dijelaskan oleh DKK dan puskesmas kepada jumantik disampaikan di kelurahan kepada jumantik RW lainnya. Selanjutnya jumantik RW ini menyampaikan materi tersebut di tingkat RW dan RT saat pertemuan PKK. Adapun materi yang diberikan pada penyuluhan DBD kelompok di Kelurahan Panggung Lor mengenai pengenalan DBD, gejala- gejala DBD, nyamuk penular DBD,
  • 12. 12 cara pemantauan jentik, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan upaya 3M (menguras, menutup, mengubur). Menurut Azwar (1983) dalam Heri D.J Maulana (2009), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan DBD adalah pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengendalian penyakit DBD. Adanya peningkatan pengetahuan masyarakat ini diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pengendalian DBD. Penyuluhan DBD kepada masyarakat di Kelurahan Panggung Lor merupakan bentuk penyuluhan individual yang dilakukan saat kegiatan pemantauan jentik. Penyuluhan individual merupakan pendekatan individual yang didasari setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini meliputi bimbingan dan penyuluhan serta wawancara (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:57). Selain itu, penyuluhan DBD di Kelurahan Panggung Lor juga dilakukan secara kelompok bersamaan dengan pertemuan PKK/arisan di RT dan RW serta pertemuan rakor pokja 4 PKK di Kelurahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa selain penyuluhan secara individu yang dilakukan melalui kegiatan PJR, penyuluhan DBD kepada masyarakat luas juga dilakukan secara kelompok (seperti pada pertemuan kader, arisan, dan selapanan) dan secara massal (seperti pada saat pertunjukkan film layar tancap, ceramah agama, dan pertemuan musyawarah desa) (Dirjen P2PL, 2010:16). Penyuluhan kelompok oleh kader ini sangat berperan untuk menyadarkan dan menggerakkan masyarakat melaksanakan PSN DBD sesuai dengan hasil penelitian Paiman Soeparmanto dan Setia Pranata (2000) yang menyatakan pendidikan kesehatan berbasis masyarakat dimana penyuluhan dilakukan oleh pemuka masyarakat, kader kesehatan, dan ibu- ibu PKK dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam PSN DBD. Pencatatan Hasil Hasil pemantauan jentik dicatat pada Kartu Jentik Rumah/Bangunan (lihat lampiran 5) yang ditinggalkan di rumah/bangunan dan pada formulir JPJ-1 untuk pelaporan ke puskesmas dan yang terkait lainnya (Dirjen P2PL, 2010:4). Cara pencatatan hasil pemantauan jentik tersebut dengan menuliskan nama dan alamat pemilik rumah yang diperiksa serta menuliskan tanda (+) bila ditemukan jentik dan tanda (-) apabila tidak ditemukan di kolom yang tersedia. Pencatatan di Kartu Jentik Rumah/Bangunan dilakukan per minggu setiap bulannya selama satu tahun. Sedangkan pencatatan di JPJ-1 dilakukan per minggu selama satu bulan. Jika dilihat dari uraian teori di atas, pencatatan hasil pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor kurang sesuai. Hal ini dikarenakan hasil pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor hanya dicatat pada formulir PJB 1 atau JPJ-1. Di rumah
  • 13. 13 masyarakat Kelurahan Panggung Lor tidak ditemukan Kartu Jentik Rumah/Bangunan, Kartu Jentik Rumah/Bangunan digantikan dengan papan pemantauan jentik per RT yang dipasang di depan rumah jumantik RT. Selain dua formulir tersebut, digunakan juga formulir pemantauan jentik tingkat kelurahan dari FKD untuk merekap hasil pemantauan jentik sekelurahan. Pencatatan hasil pemantauan jentik di formulir JPJ-1 bertujuan untuk memudahkan pelaporan dan pengolahan data pemantauan jentik serta sebagai bukti dokumentasi pelaksanaan pemantauan jentik. Pencatatan hasil pemantauan jentik di Kartu Jentik Rumah/Bangunan bertujuan untuk memudahkan monitoring perkembangan pemantauan jentik dan pelaksanaan PSN DBD di tiap rumah. GAMBARAN MONITORING PEMANTAUAN JENTIK Pemantauan Wilayah Setempat Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa pemantauan wilayah setempat di Kelurahan Panggung Lor dilakukan oleh ketua FKK dan jumantik RW. Pemantauan wilayah setempat ini dilaksanakan hanya sewaktu-waktu dan tanpa diberitahukan terlebih dahulu kepada masyarakat. Dalam pemantauan wilayah setempat dilakukan pemantauan jentik secara sampel 10 rumah per RT dengan teknik dari RW I diambil 10 rumah, RW II 10 rumah, dan seterusnya sampai kira-kira 5 RW dalam sehari. Penentuan RW secara acak bergantian. Selain memantau jentik, dalam pemantauan wilayah setempat juga dilakukan peninjauan papan pemantauan jentik yang dipasang di rumah sub PKB RT. Bila tidak ada pemantauan wilayah setempat, pemeriksaan jentik sepenuhnya dipercayakan kepada petugas PKB RT dengan didampingi Bu RT. Jika dilihat dari hasil wawancara di atas, pemantauan wilayah setempat di Kelurahan Panggung Lor kurang sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pemantauan wilayah setempat tidak rutin. Padahal maksud dari pemantauan wilayah setempat adalah untuk mengetahui perkembangan hasil penggerakan PSN DBD di masing-masing RW setiap bulannya (Dirjen PPM-PLP, 1995:25). Indikator yang digunakan adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Selain itu hasil pemantauan tidak dicatat pada Formulir Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) (lihat lampiran 6). Padahal melalui formulir PWS dapat diketahui perkembangan ABJ dari tiap- tiap RW, jumlah penderita DBD, dan kegiatan-kegiatan penggerakan PSN DBD di masing-masing RW pada bulan yang bersangkutan sehingga diharapkan agar RW yang kepadatan jentiknya masih tinggi dapat lebih meningkatkan kegiatan penggerakan PSN DBD di lingkungannya. Pemetaan Wilayah per RW Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa pemetaan wilayah per RW dari hasil pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor tidak pernah dilakukan. Bila ada rumah yang positif saat pemantaun jentik, jumantik RT langsung menghimbau agar tempat penampungan air dikuras dan diberi abate. Selain itu, jika ada laporan kasus DBD, jumantik kelurahan melaporkan kepada puskesmas dan selanjutnya
  • 14. 14 pihak puskesmas melakukan PE dan fogging. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pemetaan wilayah di Kelurahan Panggung Lor tidak sesuai dengan teori. Seharusnya disamping teguran langsung kepada masyarakat, pemetaan wilayah dari hasil pemantauan jentik juga perlu dilakukan karena pemetaan wilayah ini mempermudah mengetahui kepadatan jentik tiap RW sebagai indikator PSN DBD, sehingga mempercepat deteksi dan pengendalian DBD. Pemetaan wilayah per RW ini dilakukan dengan memetakan wilayah RW berdasarkan ABJ. RW dengan ABJ >95% merupakan wilayah kepadatan jentik rendah dan berada pada status aman DBD. Sedangkan RW dengan ABJ <95% merupakan wilayah kepadatan jentik tinggi dan berada pada status waspada DBD sehingga perlu peningkatan pengendalian DBD. GAMBARAN PELAPORAN DAN PENGOLAHAN DATA PEMANTAUAN JENTIK Pelaporan Data Pemantauan Jentik Hasil pemantauan jentik tingkat RT direkap dan dilaporkan kepada RW. Selanjutnya hasil rekapan pemantauan jentik per RW dilaporkan ke ketua FKK untuk direkap menjadi hasil pemantauan jentik kelurahan. Hasil pemantauan jentik kelurahan ini dilaporkan ke puskesmas setiap satu bulan sekali (Thomas Suroso dkk, 2006:20). Jika dilihat dari uraian teori tersebut, pelaporan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor sudah sesuai. Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor dilaporkan oleh masyarakat kepada jumantik RT setiap bulan saat PKK RT berupa data pemantauan jentik tiap minggu. Data yang telah dilaporkan tersebut ditulis jumantik RT pada formulir PJB 1 dan dikumpulkan kepada jumantik RW untuk direkap. Rekapan data pemantauan jentik per RW selanjutnya direkap oleh ketua FKK sehingga menghasilkan data pemantauan jentik sekelurahan tiap bulan. Pelaporan data dilaksanakan saat PKK dan rakor pokja 4 PKK. Selanjutnya data pemantauan jentik sekelurahan tersebut dilaporkan ke puskesmas dan DKK setiap bulan. Dari hasil laporan tersebut ditindaklanjuti bila ada rumah yang positif jentik diperingatkan agar dikuras, sehingga pada pemeriksaan selanjutnya hasilnya negatif. Selain itu jika ditemukan kasus DBD dilaporkan ke puskesmas agar dilakukan penyelidikan epidemiologi dan fogging di wilayah yang bersangkutan. Sebagai apresiasi kegiatan pemantauan jentik juga pernah diadakan lomba jentik di tingkat kelurahan. Adapun kendala dalam pelaporan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor adalah ketidaktepatan waktu pengumpulan data dari masyarakat ke jumantik RT. Hal ini membuat pemakaian ganda data bulan sebelumnya untuk bulan-bulan yang akan datang. Pelaporan data pemantauan jentik dilakukan dengan pengumpulan data keberadaan jentik dalam tempat penampungan air di tiap rumah/bangunan setiap bulannya. Pelaporan ini mempengaruhi pengolahan data, apabila ditemui kendala dalam pelaporan data maka pengolahan data akan terhambat. Kendala yang sering dihadapi pada pelaporan data adalah kebenaran data
  • 15. 15 yang dilaporkan dengan keadaan di lapangan dan ketepatan waktu pelaporan. Ketidaksesuaian data yang dilaporkan dengan kenyataannya menimbulkan kesalahan hasil dari proses pemantauan jentik. Ketidaktepatan waktu pelaporan mengakibatkan penggunaan data ganda dari laporan bulan sebelumnya atau penggunaan data fiktif untuk laporan ke puskesmas dan DKK. Kesalahan ini mengakibatkan kepadatan jentik dari laporan hasil pemantauan jentik tidak dapat digunakan untuk menggambarkan keberhasilan upaya pengendalian vektor yang sesungguhnya dan tidak dapat digunakan untuk deteksi kejadian DBD. Hal ini mempengaruhi pengambilan kebijakan tentang upaya pengendalian vektor dan pemberantasan DBD sebagai tindak lanjut dari proses pemantauan jentik. Pengolahan Data Pemantauan Jentik Ukuran pengolahan data hasil pemantauan jentik yang biasa digunakan adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). ABJ adalah persentase antara rumah/TTU yang tidak ditemukan jentik terhadap seluruh rumah/TTU yang diperiksa. (Thomas Suroso, 2003:52). Pengolahan data ABJ ini dilakukan oleh jumantik sesuai petunjuk yang ada di formulir pemantauan jentik. Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan diketahui bahwa pengolahan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor sudah sesuai dengan teori. Pengolahan data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor dilakukan oleh jumantik RW dan ketua FKK selaku jumantik kelurahan. Cara pengolahan data pemantauan jentik didasarkan pada petunjuk pengolahan data yang ada di bawah formulir pemantauan jentik. Data yang diolah adalah data prosentase rumah dan/atau bangunan yang tidak ditemukan jentik pada kegiatan pemantauan jentik, dimulai dari tingkat RT sampai kelurahan. Hambatan yang dihadapi ketua FKK dalam pengolahan data pemantauan jentik adalah keterlambatan pengumpulan data dari RW dengan alasan jumantik RW lupa. SIMPULAN 1. Perencanaan pelaksanaan pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor meliputi sosialisasi pemantauan jentik secara ceramah berurutan dari DKK sampai RT melalui PKK setiap bulan, perekrutan jumantik secara penunjukkan oleh kepala kelurahan dan pokja 4 PKK dengan kriteria kader sebagai jumantik, dan pelatihan jumantik secara rutin tiap tahun di DKK serta tiap bulan di puskesmas dan pokja 4 PKK. 2. Pelaksanaan pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor meliputi persiapan pemantauan jentik yang hanya berupa pengumpulan data rumah dan pendekatan ke masyarakat tiap bulan di PKK, kunjungan rumah oleh jumantik yang tidak rutin dilakukan tiap minggu, pemantauan jentik secara mandiri oleh masyarakat, penyuluhan DBD secara individual saat jumantik berkunjung dan kelompok setiap bulan di PKK mengenai pengenalan, gejala, dan nyamuk penular DBD, cara pemantauan jentik, PSN, dan 3M serta pencatatan hasil pada
  • 16. 16 formulir JPJ-1 tanpa dicatat di Kartu Pemantauan Jentik Rumah/Bangunan. 3. Monitoring pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor hanya berupa pemantauan wilayah setempat tanpa pemetaan wilayah tapi tidak setiap bulan. 4. Data pemantauan jentik di Kelurahan Panggung Lor dilaporkan setiap bulan ke puskesmas dan diolah menjadi ABJ. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang membantu penelitian ini antara lain : Ketua Jurusan dan Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Sie PKPKL Dinas Kesehatan Kota Semarang, Kepala Kelurahan, Jumantik dan Masyarakat Kelurahan Panggung Lor. DAFTAR PUSTAKA Abdul Rachman Rosidi, Wiku Adisasmito, 2006, Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Jurnal MKB Volume XII No 2 Tahun 2009. Amellia Rahmadhani, Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Juru Pemantau Jentik dalam Mengupayakan Peningkatan Atribut Surveilans, Dalam : http://adln.lib.unair.ac.id/files/di sk1/296/gdlhub-gdl-s1-2011- rahmadhani-14756-abstrak- e.pdf, Diakses tanggal 4 Mei 2011. Azizah Gama T dan Faizah Betty R, 2010, Analisis Faktor Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali, Jurnal Eksplanasi Vol. 5 No. 2 Edisi Oktober 2010. Budioro B, 2002, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Burhan Burgin, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajagrafindo Persada. Dantje T. Sembel, 2009, Entomologi Kedokteran, Yogyakarta : Penerbit ANDI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ____________________, 2010, Profil Kesehatan Indonesia 2009, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010, Profil Kesehatan Kota Semarang 2009, Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.
  • 17. 17 ___________________________, 2010, Buku Pegangan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat, Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang. ___________________________, 2011, Data Morbiditas DBD dan ABJ Kota Semarang 2010, Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010, Profil Kesehatan Jawa Tengah 2009, Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dirjen PPM&PL, 1995, Menuju Desa Bebas Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Depkes RI. _______________, 1996, Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Dirjen PPM&PL. _______________, 2003, Surveilans Epidemiologi Penyakit, Jakarta : Depkes RI. _______________, 2004, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Salah Satu Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD), Buletin Harian Tim Penanggulangan DBD Depkes RI Edisi Selasa, 9 Maret 2004. ______________, 2004, Kebijaksanaan Program P2- DBD dan Situasi Terkini DBD Indonesia, Jakarta : Depkes RI. Dirjen P2PL, 2010, Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Depkes RI. ___________, 2010, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dan Pemeriksaan Jentik Berkala, Jakarta : Depkes RI. Dwi Rohini, 2005, Evaluasi Pelaksanaan PSN DBD dalam Rangka Upaya Peningkatan ABJ di Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan Tahun 2005, Skripsi, Universitas Diponegoro. Frida N, 2008, Mengenal Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Penerbit Pamularsih. Heri D.J. Maulana, 2009, Promosi Kesehatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Irien Setianingsih, 2007, Hubungan Kepadatan Penduduk, Kepadatan Rumah, Kepadatan Jentik, dan Ketinggian Tempat dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang Tahun 2007 dengan Pendekatan Spasial, Skripsi, Universitas Diponegoro. 93
  • 18. 18 Juni Prianto L. A, dkk, 2002, Atlas Parasitologi Kedokteran, Jakarta : Gramedia. Moch. Imron, Amrul Munif, 2010, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Jakarta : Sagung Seto. Paiman Soeparmanto dan Setia Pranata, 2000, Peningkatan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue Berbasis Masyarakat dengan Penyuluhan Kesehatan, Berita Kedokteran Masyarakat Volume 22 No 2, Juni 2006 Hal 75-81. Ririh Y, Anny V, 2005, Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.. 1 No. 2 Januari 2005. Saleha Sungkar, 2007, Pemberantasan Demam Berdarah Dengue : Sebuah Tantangan yang Harus Dijawab, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 57, Nomor 6, Juni 2007. Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta : Nuha Medika. Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta. Srisasi Gandahusada, Herry D. Illahude, Wita Pribadi, 2000, Parasitologi Kedokteran, Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Sri Sugirilyati, 1995, Evaluasi Program Pemberantasan Vektor Intensif Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Madya Dati II Bogor, Tesis, Universitas Indonesia. Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Penerbit Alfabeta. Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Teguh Widiyanto, 2007, Kajian Manajemen Lingkungan terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Purwokerto Jawa Tengah, Tesis, Universitas Diponegoro. Thomas Suroso, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Thomas Suroso, 2006, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana, 2000, Ektoparasit :
  • 19. 19 Pengenalan, Diagnosis dan Pengendaliannya, Bogor : IPB. Walikota Semarang, 2010, Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue, Semarang : Pemerintah Kota Semarang. Widia Hary Cahyati, 2006, Dinamika Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit, Jurnal Kemas Volume II No. 1, Juli 2006 Hal. 40-50. Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya, Jakarta : Erlangga. Yuli Kusumawati dan S. Darnoto, 2008, Pelatihan Peningkatan Kemampuan Kader Posyandu dalam Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta, Warta Volume 11 No. 2, September 2008.