SlideShare a Scribd company logo
1 of 73
Download to read offline
REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI
  MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA
PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT




                  SKRIPSI


                   Oleh


                WAHYUDI
              NIM. F 03107013




     PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
  JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
  FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
         UNIVERSITAS TANJUNGPURA
                   2011
REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI
     MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA
 PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT




                          WAHYUDI
                        NIM. F 03107013




                           SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
             MIPA pada Program Studi Pendidikan Fisika




         PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
   FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
               UNIVERSITAS TANJUNGPURA
                               2011
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama                  : Wahyudi
NIM                   : F03107013
Jurusan / Prodi       : Pendidikan MIPA / Pendidikan Fisika


Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri


Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.




                                                       Pontianak, 10 Juni 2011
                                                       Yang Membuat Pernyataan




                                                       Wahyudi
REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI
   MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA
PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT




                           Wahyudi
                        NIM: F 03107013




                            Disetujui,


      Pembimbing I                         Pembimbing II




     Dr. Leo Sutrisno             Dra. Haratua Tiur Maria S., M. Pd
  NIP. 19510504197502002              NIP. 196702221991012001




                            Disahkan
                                Dekan,




                          Dr. Aswandi
                    NIP. 195805131986031002



  Lulus tanggal: 10 Juni 2011
REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI
   MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA
PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT


                           Wahyudi
                        NIM: F 03107013



                             Disetujui,

      Pembimbing I                             Pembimbing II




     Dr. Leo Sutrisno               Dra. Haratua Tiur Maria. S, M. Pd
  NIP. 19510504197502002                NIP. 196702221991012001



        Penguji I                                Penguji II




Drs. Syukran Mursyid, M.Pd                  Drs. Syaiful B. Arsyid
 NIP. 195608091985031003                  NIP. 195910031987031001

                           Mengetahui,
               Ketua Jurusan Pendidikan MIPA




                    Drs. Agung Hartoyo, M.Pd
                    NIP. 196102131988101001
KATA PENGANTAR



         Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala,

karena atas rahmat dan hidayahnya-Nya skripsi yang berjudul “Remediasi

Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Talking Stick untuk Mengatasi

Miskonsepsi Siswa Kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak pada Materi Pemuaian

Zat Padat” dapat diselesaikan.

         Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan desain ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Leo Sutrisno selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan

   dan arahan yang diberikan.

2. Ibu     Dra. Haratua Tiur Maria Silitonga, M.Pd selaku dosen pembimbing

   kedua, selaku dosen pembimbing akademik dan selaku Ketua Program Studi

   Pendidikan Fisika FKIP UNTAN atas bimbingan dan arahan yang diberikan.

3. Bapak Drs. Syukran Mursyid, M.Pd selaku dosen penguji pertama yang telah

   memberikan masukan dan pengarahan.

4. Bapak Drs. Syaiful B. Arsyid selaku dosen penguji kedua yang telah

   memberikan masukan dan pengarahan.

5. Bapak Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN.

6. Bapak Drs. Agung Hartoyo, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

   FKIP UNTAN.

7. Bapak Dr. Aswandi selaku Dekan FKIP UNTAN.
8. Kedua orang tua, abang dan seluruh keluarga di Natuna atas dukungan dan

   do`anya

9. Bapak Drs. H. Ahmad Tafsir selaku Kepala MTs IKA-PGA Pontianak dan

   selurur guru-guru MTs IKA-PGA Pontianak yang memberikan kesempatan

   bagi penulis untuk melakukan penelitian di MTs IKA-PGA Pontianak.

10. Ibu Fenny Teti Ermanita, A.Md selaku guru bidang studi IPA MTs IKA-PGA

   Pontianak yang telah berkenan berpartisispasi dalam penelitian serta bersedia

   membantu penulis.

11. Seluruh siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak yang telah bersedia

   berpartisipasi dalam penelitian ini.

12. Bapak Drs. H. Rambali selaku Kepala MTs Mujahidin Pontianak yang telah

   memberi kesempatan bagi penulis untuk melakukan uji coba soal di MTs

   Mujahidin Pontianak

13. Jajaran staf akademik FKIP Untan yang membantu dalam administrasi.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN.

15. Serta semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu-

   persatu

      Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi tercapainya kesempurnaan.

                                                        Pontianak, 10 Juni 2011



                                                                Penulis
DAFTAR ISI
                                                                                                               Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................                       i

DAFTAR ISI ..............................................................................................           iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................                 vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................                   vii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................                     viii

ABSTRAK ..................................................................................................           x

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................                        1

     A. Latar Belakang ...............................................................................               1

     B. Masalah ..........................................................................................           5

     C. Tujuan .............................................................................................         7

     D. Manfaat Penelitian .........................................................................                 8

     E. Hipotesis Penelitian ........................................................................                8

     F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................                      9

          1. Variabel Penelitian ...................................................................                 9

          2. Definisi Operasional ................................................................                  11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................                            14

     A. Miskonsepsi Siswa........................................................................                   14

     B. Remediasi Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe

          Talking Stick ...................................................................................         16

          1.     Pengertian Remediasi...............................................................                16

          2.     Tujuan Remediasi.....................................................................              17
3.    Fungsi Remediasi......................................................................         17

         4.    Jenis-Jenis Kegiatan Remediasi................................................                 20

         5.    Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick.....................                             23

    C. Materi Pemuaian Zat Padat.............................................................                 26

         1.    Materi Pemuaian Zat Padat di Universitas...............................                        26

         2.    Materi Pemuaian Zat Padat di MTs..........................................                     31

         3.    Perbandingan Materi Fisika Universitas dengan Materi Fisika

               di MTs......................................................................................   36

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................                       39

    A. Jenis Penelitian ...............................................................................       39

    B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................                  40

    C. Instrumen Penelitian . .....................................................................           40

         1.    Validitas Tes.............................................................................     41

         2.    Reabilitas Tes............................................................................     42

    D. Prosedur Penelitian..........................................................................          44

    E. Analisis Data ..................................................................................       46

    F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................................                  54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................                                55

    A. Hasil .…...........................................................................................    55

         1    Penyajian Data..........................................................................        55

         2    Perhitungan Statistik.................................................................          61

    B. Pembahasan ………………………………………………………                                                                       63

    C. Kelemahan Penelitian …………………………………………….                                                                67
BAB V PENUTUP .....................................................................................             68

     A. Kesimpulan .....................................................................................        68

     B. Saran ...............................................................................................   69



DAFTAR REFERENSI ..............................................................................                 70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................                        73
DAFTAR TABEL
                                                                                                             Halaman
Tabel 2.1 Beberapa Koefisien Zat Padat..................................................                          29

Tabel 2.2 Koefisien Muai Panjang Berbagai Jenis Zat Padat.................                                        33

Tabel 2.3 Perbedaan materi universtas dengan materi MTs...................                                        38

Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian...............................                                44

Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Pre-test......................................................                       46

Tabel 3.3 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Pre-test..............                                         46

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Post-test....................................................                        47

Tabel 3.5 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Post-test                                                      47

Tabel 3.6 Persentase Miskeponssi Siswa Pada Saat Pre-test

                dan Post-test.............................................................................        47

Tabel 3.7 Uji – t.......................................................................................          51

Tabel 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...............................................                           54

Tabel 4.1 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Pre-test...............                                        58

Tabel 4.2 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Post-test.............                                         59

Tabel 4.3 Rekapitulasi Miskeponssi Siswa Pada Saat Pre-test

                 dan Post-test............................................................................        60
DAFTAR GAMBAR
                                                                                                   Halaman
Gambar 2.1   Pemuaian Panjang Pada Batang Logam.............................                            27

Gambar 2.2   Pertambahan Panjang Sebatang Logam.............................                            32

Gambar 2.3   Pertambahan Luas Keping Empat Persegi Panjang

             Ketika Dipanaskan.............................................................             34

Gambar 2.4   Demonstrasi Muai Volume Zat Padat Dengan

             Menggunakan Bola dan Cincin Logam ..............................                           35

Gambar 3.1   Rancangan                  One              Group                Pretest-Posttest

             Design..................................................................................   39
DAFTAR LAMPIRAN
                                                                                                    Halaman
LAMPIRAN A (PERANGKAT PEMBELAJARAN)

Lampiran A - 1      Kisi-Kisi Soal Penelitian....................................................            74

Lampiran A - 2      Lembar Soal Pre-test..........................................................           76

Lampiran A - 3      Kunci Jawaban Soal Pre-test...............................................               80

Lampiran A - 4      Soal Post-test.......................................................................    81

Lampiran A - 5      Kunci Jawaban Soal Post-test..............................................               85

Lampiran A - 6      Soal Diskusi.........................................................................    86

Lampiran A - 7      Kunci Jawaban Soal Diskusi..............................................                 90

Lampiran A - 8      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran....................................                     92

LAMPIRAN B (HASIL PENELITIAN)

Lampiran B - 1 Perhitungan Tingkat Validitas.........................……………                                  109

Lampiran B - 2 Hasil Uji Coba Tes.........................................…………….                            124

Lampiran B - 3 Distribusi Hasil Pre-Test…………….........................……                                    126

Lampiran B - 4 Distribusi Hasil Pos-Test.........................................………                        127

Lampiran B - 5 Jumlah jawaban Benar Pre-Test dan Post-Tes

                    Siswa………………...........................................................                  128

Lampiran B - 6 Daftar Urut Siswa Berdasarkan Nilai Pre-

                    Test………………….........................................................                    129

Lampiran B - 7 Susunan Kelompok Siswa ………………................……..                                            130
LAMPIRAN C (ADMINISTRASI)

Lampiran C - 1   Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi…………….                                               131

Lampiran C - 2   Surat Izin Riset....................................................................         132

Lampiran C - 3   Surat Tugas dari FKIP........................................................                133

Lampiran C - 4   Surat Keterangan Penelitian................................................                  134

Lampiran C - 5   Surat Keterangan Uji Coba Soal.......................................                        135

Lampiran C - 5   Surat Keterangan Validitas................................................                   136

LAMPIRAN D (PERHITUNGAN STATISTIK)

Lampiran D - 1   Uji Normalitas Data Pre-Tes ..............................................                   139

Lampiran D - 2   Uji Normalitas Data Post-Tes ............................................                    143

Lampiran D - 3   Uji-t.....................................................................................   148

Lampiran D - 4   Perhitungan Effect Size......................................................                151

Lampiran D - 5   Tabel Luas di Bawah Lengkungan Normal Standar dari

                  0 ke Z.................................................................................. 152

Lampiran D - 6   Tabel Distribusi t Studens..................................................                 153

LAMPIRAN E (HASIL PRE-TEST DAN POST-TEST SISWA)................                                               154
ABSTRAK

        Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas remediasi
menggunakan model Cooperative Learning Tipe Talking stick untuk mengatasi
miskonsepsi siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak Tentang Pemuaian Zat
Padat. Pada penelitian ini digunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan
rancangan One Group Pretest - Posttest Design. Alat pengumpul data berupa tes
pilihan ganda yang terdiri dari tiga alternatif pilihan tanpa alasan. Penelitian ini
melibatkan 18 siswa kelas VII sebagai sampel. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan Uji-t (t hitung = 8.88, α = 5%, df = 17) mengubah penurunan
persentase miskonsepsi yang signifikan sesudah dilaksanakan remediasi
menggunakan model Cooperative Learning Tipe Talking stick. Remediasi
menggunakan model Cooperative Learning Tipe Talking stick efektif untuk
mengatasi miskonsepsi siwa dengan kriteria Effect Size sebesar 2,33 (berkategori
tinggi). Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif kegiatan
remediasi bagi siswa agar dapat mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

Kata Kunci: Miskonsepsi Siswa, Remediasi, Talking stick, dan Pemuaian Zat
            Padat
BAB I

                                 PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang

              Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

     tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya berhubungan dengan

     penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

     atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

     Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

     mempelajari manusia dan isi alam semesta pada umumnya. Proses

     pembelajaran IPA ditekankan pada pemberian pengalaman langsung

     (Depdiknas, 2006). Salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

     dipelajari di SMP/MTs adalah fisika.

              Fisika   mempelajari   struktur   materi   dan    interaksinya    untuk

     memahami sistem alam dan sistem buatan (Teknologi) (Sutrisno, Kresnadi,

     dan Kartono, 2007: 27). Menurut Suparno (2005: 94), proses pembelajaran

     fisika haruslah mengembangkan perubahan konseptual. Oleh karena itu,

     dalam mempelajari fisika diperlukan pemahaman konsep yang sesuai

     dengan konsep ilmuwan. Pemahaman konsep menurut ilmuan menjadi

     sangat    penting   untuk   menghindari     miskonsepsi.     Sutrisno     (2007),

     menyatakan miskonsepsi adalah konsepsi-konsepsi lain, yang tidak sesuai

     dengan konsepsi ilmuwan secara umum.
Menurut Suparno (2005: 11), miskonsepsi banyak terjadi dalam

bidang fisika. Pemuaian zat padat merupakan salah satu materi dalam fisika

yang masih terdapat miskonsepsi.

       Juliana (2008) menemukan bentuk miskonsepsi pada siswa kelas VII

B SMP       Negeri 11 Pontianak tentang pemuaian zat padat, diantaranya:

siswa mengatakan zat padat memuai karena dibakar dan akan menjadi cair

(27,02 %); siswa mengatakan bimetal yang dipanaskan akan membengkok

karena besi itu mengalami pemuaian (56,75%); siswa mengatakan bola

dingin agak merenggang sehingga bisa melewati gelang sedangkan bola

panas memuai sehingga tidak dapat melewati gelang (21,62 %); siswa

mengatakan rel kereta api dibuat bengkok supaya tidak memuai terkena

panas (37,83 %).

       Ada banyak      cara   yang dapat    membantu    siswa mengatasi

miskonsepsi. Secara garis besar, beberapa langkah yang digunakan untuk

membantu mengatasi miskonsepsi adalah:

       1.  Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa
       2.  Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut
       3.  Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi
           (Suparno, 2005: 55).
       Pada langkah 1 dan 2 telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

(Juliana,2008), maka pada penelitian ini dilakukan langkah 3 yaitu mencari

perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi siswa.

       Untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa, perlu dilakukan

usaha perbaikan. Kegiatan perbaikan untuk mengatasi miskonsepsi siswa itu

dikenal dengan istilah remediasi. Menurut Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono
(2007: 21), remediasi merupakan suatu proses untuk membantu siswa

mengatasi kesulitan belajar terutama mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi

yang dimiliki.

       Beberapa bentuk kegiatan perbaikan mengajarkan kembali (re-

teaching), bimbingan individu/kelompok kecil, memberikan pekerjaan

rumah, menyuruh siswa mempelajari sendiri sumber-sumber yang ditunjuk

guru, menggunakan alat bantu audio visual yang lebih banyak, serta

bimbingan oleh wali kelas/guru bidang studi dan guru BP (Ischak dan Warji,

1987: 42-43).

       Pada penelitian ini, dilakukan kegiatan perbaikan dalam bentuk

pengajaran ulang (re-teaching). Pengajaran ulang perlu dilakukan agar siswa

dapat mengingat kembali materi yang telah diajarkan dan dapat

memperbaiki konsepsi yang salah. Guru perlu memberikan penjelasan

kembali dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih tepat.

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk melakukan pengajaran

ulang (re-teaching) adalah model cooperative learning tipe talking stick.

       Cooperative learning tipe talking stick merupakan salah satu model

yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika sebagai model yang tepat

dan cocok digunakan pada siswa SMP/MTs kelas VII, mengingat model

cooperative learning tipe talking stick berorientasi pada penciptaan kondisi

dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam

proses pembelajaran. Model pembelajaran cooperative learning tipe talking

stick untuk meremidiasi siswa yang mengalami miskonsepsi telah
dimodifikasi, sehingga dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang siswa, yang

bertugas sebagai ketua, penggagas dan penyanggah dalam diskusi. 1

kelompok akan mendapat 3 kartu soal dan kunci jawabannya, setiap 1 soal

ada 1 ketua, 1 penggagas dan 1 penyanggah, jadi 3 siswa dalam 1 kelompok

akan bergantian menjadi ketua, penggagas dan penyanggah, sehingga semua

siswa akan merasakan tugas sebagai ketua, penggagas dan penyanggah.

Ketika penggagas dan penyanggah selesai berbicara, ketua membaca kunci

jawaban dari soal yang mereka diskusikan kemudian tongkat diberikan

kepada kelompok lain yang mereka inginkan, kelompok yang mendapat

tongkat harus melakukan diskusi yang sama seperti kelompok pertama

dengan soal yang berbeda. Kelompok yang tidak memegang tongkat tidak

boleh berbicara, mereka harus menyimak diskusi dari kelompok yang

sedang berdiskusi dan mencatat hasil diskusinya.

        Beberapa hasil penelitian yang menggunakan model cooperative

learning tipe talking stick disajikan seperti berikut ini.

1. Ika Rahmawati (2007) menunjukkan bahwa cooperative learning tipe

    talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian

    belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang.

2. Filein Sofiawati (2010) menunjukkan bahwa cooperative learning tipe

    talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika pada

    pokok bahasan persegi dan persegi panjang pada siswa kelas VII SMP

    Negeri 3 Kartasura.
Model cooperative learning tipe talking stick dapat dijadikan salah

   satu alternatif untuk meremediasi miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat

   padat. Pada penelitian yang diajukan ini akan dilakukan di sekolah yang

   berbeda dari penelitian sebelumnya. Peneliti sebelumnya, Juliana (2008)

   melakukan penelitian di SMP Negeri 11 Pontianak, namun penelitian ini

   akan dilakukan di MTs IKA-PGA Pontianak karena kedua sekolah ini

   memiliki kemiripan diantaranya sama-sama terakreditasi B, guru fisikanya

   sama-sama tidak berlatar belakang sarjana pendidikan fisika, SMP Negeri

   11 Pontianak memiliki laboratorium tetapi belum difungsikan dengan baik

   sedangkan MTs IKA-PGA tidak memiliki laboratorium, kemudian

   kesetaraan tarap ekonomi orang tua siswa kedua sekolah. Selain itu belum

   pernah dilakukan penelitian yang serupa di MTs IKA-PGA Pontianak,

   sehingga diharapkan kegiatan remediasi dengan menggunakan model

   cooperative learning tipe talking stick ini dapat mengatasi miskonsepsi

   tentang pemuaian zat padat yang dialami siswa.



A. Masalah Penelitian

          Azwar dan Prihartono (2003: 11) menuliskan ada beberapa kriteria

   yang menentukan suatu masalah layak untuk diprioritaskan, lima di

   antaranya menjadi alasan penentuan masalah dalam penelitian ini.

   1. Tergantung dari waktu terjadinya masalah.

           Miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat banyak ditemukan

      pada siswa, terutama pada jenjang tingkat sekolah menengah pertama
seperti yang ditemukan di SMP Negeri 11 Pontianak yang diteliti oleh

  Juliana pada tahun 2008, maka perlu cara untuk mengatasi miskonsepsi

  tersebut.

2. Tergantung dari akibat yang ditimbulkan masalah.

        Jika miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat tidak

  diperbaiki, dikhawatirkan siswa akan terus menerus mengalami

  miskonsepsi pada jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi.

3. Tergantung dari jumlah siswa yang miskonsepsi

        Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi tentang materi

  pemuaian zat padat yang baru diteliti cukup besar dengan persentase rata-

  rata miskonsepsi 72,56% (Juliana, 2008) pada kelas yang dijadikan

  sampel penelitian, maka miskonsepsi harus segera diatasi.

4. Tergantung dari hubungannya dengan program yang sedang berjalan.

        Miskonsepsi siswa tentang materi pemuaian zat padat sangat

  mempengaruhi hasil belajar siswa untuk standar ketuntasan minimal

  (SKM) mata pelajaran fisika, yang merupakan salah satu mata pelajaran

  yang termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional.

5. Tergantung dari pernah atau tidaknya masalah tersebut diteliti.

        Penelitian tentang miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat

  pernah dilakukan. Namun, penelitian tentang remediasi miskonsepsi

  siswa tentang pemuaian zat padat dengan melakukan pengajaran ulang

  menggunakan model cooperative learning tipe talking stick belum

  pernah dilakukan.
Dari kelima kriteria yang telah dijelaskan, maka masalah dalam

      penelitian   ini   adalah   “Bagaimana   efektifitas   remediasi   dengan

      menggunakan model cooperative learning tipe talking stick untuk

      mengatasi miskonsepsi siswa MTs IKA-PGA Pontianak kelas VII pada

      materi pemuaian zat padat?”.



B. Tujuan Penelitian

        Tujuan penelitian yang baik mengandung beberapa keterangan (Azwar

   dan Prihartono, 2003: 32). Penelitian ini mengandung lima (5) keterangan.

   1. Keterangan tentang jenis penelitian.

            Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen tentang kegiatan

      remediasi materi pemuaian zat padat dengan melakukan pengajaran

      ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

   2. Keterangan tentang waktu penelitian.

           Waktu penelitian ini pada tahun ajaran 2010/2011.

   3. Keterangan tentang lokasi penelitian.

            Lokasi penelitian ini di MTs IKA-PGA Pontianak.

   4. Keterangan tentang sasaran penelitian.

            Sasaran penelitian ini yaitu materi pemuaian zat padat pada siswa

    kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak

   5. Keterangan tentang hasil penelitian.

           Hasil dari penelitian ini adalah tingkat efektifitas pembelajaran

      remediasi dalam mengatasi miskonsepsi pada materi pemuaian zat padat.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

      efektifitas model cooperative learning tipe talking stick untuk

      meremediasi miskonsepsi siswa dalam memahami konsep pemuaian zat

      padat pada siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak tahun ajaran 2010 /

      2011.



C. Manfaat Penelitian

        Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan alternatif

   bagi guru dalam melakukan kegiatan remediasi untuk memperbaiki

   kesalahan siswa, khususnya kesalahan siswa dalam memahami konsep

   pemuaian zat padat. Selain itu, juga diharapkan dapat melatih siswa

   bekerjasama dalam kelompok untuk memahami konsep pemuaian zat padat

   yang sesuai dengan konsep ilmuwan, sehingga miskonsepsi yang terjadi

   pada siswa dapat diatasi.



D. Hipotesis Penelitian

         Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengajaran ulang dengan

   menggunakan model cooperative learning tipe talking stick efektif dalam

   meremediasi miskonsepsi siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak pada

   materi pemuaian zat padat.
E. Ruang Lingkup Penelitian

   1. Variabel Penelitian

     1. Variabel Bebas

        Variabel bebas: kegiatan remediasi dengan menggunakan model

        cooperative learning tipe talking stick.

     2. Variabel Terikat

        Variabel terikat: penurunan miskonsepsi siswa pada materi pemuaian

        zat padat.

     3. Variabel Kontrol

        Variabel kontrol yang diusulkan dalam penelitian ini yaitu :

        1.    Soal tes.

              Semua siswa mendapatkan tes yang sama sehingga diharapkan

              pengaruh tes pada semua siswa yang mengalami miskonsepsi

              akan sama. Soal yang digunakan dalam penelitian ini

              diadaptasikan dari soal penelitian Juliana (2008).

        2.    Materi pemuaian zat padat

              Semua siswa sudah mempelajari materi pemuaian zat padat

              sehingga diharapkan mereka memiliki pemahaman yang sama

              pula.

        3.    Guru yang mengajar

              Latar belakang pendidikan, tingkat kedisiplinan, kemampuan

              dan pengalaman guru yang mengajar semua siswa sama
sehingga diharapkan siswa mendapatkan ilmu dan pemahaman

       yang sama pula dari guru tersebut (Sulipan, 2010).

4. Variabel Ekstrane

  Variabel ekstrane yang diusulkan dalam penelitian ini yaitu :

  1.   Latar belakang kebudayaan siswa

       Siswa yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar

       kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda

       pula. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan

       kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore,

       sehingga    akan   mempengaruhi      hasil   belajarnya.   Namun

       pengaruhnya tidak dapat diperhitungkan sehingga dapat

       diabaikan (Sulipan, 2010).

  2.   Kelelahan, kesiapan dan suasana hati siswa

       Kelelahan, kesiapan dan suasana hati siswa akan berpengaruh

       pada konsentrasi dan prestasi belajar tetapi unsur tersebut tidak

       dapat dikendalikan, dihapuskan dari penelitian dan pengaruhnya

       terhadap variabel terikat juga tidak dapat diperhitungkan secara

       pasti sehingga dapat diabaikan (Poerwanto, 2000: 138-139)
2. Definisi Operasional

  a.   Miskonsepsi

             Miskonsepsi adalah konsepsi seseorang yang tidak sesuai

       dengan konsepsi ilmuwa (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 3).

             Miskonsepsi dalam penelitian yang diusulkan ini adalah

       konsepsi siswa (setelah ikut pembelajaran) pada materi pemuaian zat

       padat yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan, yang ditandai

       dengan adanya kesalahan dalam menyelesaikan soal tentang

       pemuaian zat padat.

             Siswa dikatakan miskonsepsi jika:

       1.   Tidak menjawab sama sekali

       2.   Menjawab tetapi pilihannya keliru dalam mengisi soal tes.

  b.   Remediasi

             Remediasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

       dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang

       kurang berhasil (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 22).

             Remediasi dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk

       memperbaiki      miskonsepsi    siswa     yang   dilakukan     dengan

       pembelajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe

       talking stick.
c.   Efektivitas

           Efektivitas dalam penelitian ini adalah terjadi penurunan

     miskonsepsi siswa yang signifikan tentang konsep pemuaian zat

     padat setelah diberikan remediasi dengan pengajaran ulang

     menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

d.   Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick.

           Cooperative    Learning    merupakan     salah   satu   model

     pembelajaran dimana tempat siswa belajar adalah didalam kelompok

     kecil yang terdiri dari 3-6 orang siswa (Trianto, 2007: 41). Dalam

     penelitian ini yang dimaksud dengan model cooperative learning

     tipe talking stick adalah pembelajaran remediasi yang satu kelompok

     terdiri dari 3 siswa yaitu ketua, pengagas, dan penyanggah dengan

     menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran,

     kelompok yang memegang tongkat harus melakukan diskusi.

e.   Pemuaian Zat Padat

           Menurut Lea Prasetio dan Sandi Setiawan (dalam Leonie,

     2010: 13), pemuaian zat padat merupakan perubahan suatu ukuran

     benda akibat kenaikan suhu. Dalam penelitian ini materi

     pembelajaran pemuaian zat padat yang akan diteliti adalah materi

     bahan ajar pemuaian zat padat yang tercangkup dalam KTSP MTs

     IKA-PGA Pontianak yaitu muai panjang, muai luas dan muai

     volume serta beberapa manfaat dari pemuaian. Sedangkan, zat padat

     dalam penelitian ini adalah, logam, besi, kuningan, bimetal, kaca dan
yang sejenisnya, tidak termasuk karet, kertas, plastik dan yang

sejenisnya.
BAB II

                            TINJAUAN PUSTAKA

A.   Miskonsepsi Siswa

            Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi atau salah konsep

     menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

     yang diterima para pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa

     miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara

     konsep-konsep.

            Filsafat   konstruktivisme   secara   singkat    menyatakan   bahwa

     pengetahuan dibentuk oleh siswa sendiri dalam bentuk kontak dengan

     lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajarinya. Oleh karena siswa

     sendiri yang mengkonstruksi pengetahuannya, maka tidak mustahil dapat

     terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat disebabkan siswa

     belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat, belum

     mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan

     (Suparno, 2005: 30).

            Menurut Suparno (2005: 29), miskonsepsi dapat disebabkan oleh

     siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

     Adapun miskonsepsi yang disebabkan oleh siswa adalah sebagai berikut ini.

     1.   Prakonsepsi atau Konsepsi Awal Siswa

              Sebelum mengikuti pelajaran formal, siswa sudah memiliki

          konsepsi awal yang sering mengalami miskonsepsi. Prakonsepsi ini

          biasanya diperoleh dari pengalaman dan lingkungan siswa itu sendiri.
2.   Pemikiran Asosiatif Siswa

         Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari bisa membuat

     miskonsepsi (Suparno, 2005: 35). Kata dan istilah yang digunakan oleh

     guru dalam proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa.

3.   Pemikiran Humanistik

         Siswa sering kali memandang semua benda dari pendangan

     manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia

     hidup.

4.   Reasoning yang Tidak Lengkap

         Menurut Comins (dalam Suparno, 2005: 38), miskonsepsi juga

     dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran yang salah atau tidak

     lengkap. Reasoning yang salah dapat terjadi karena logika yang salah

     dalam mengambil kesimpulan atau generalisasi suatu konsep.

5.   Intuisi yang Salah

         Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan

     miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan yang salah dalam diri

     seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya

     tentang sesuatu sebelum secara objektif dan rasional diteliti. Pemikiran

     atau pengertian intuitif itu biasanya berasal dari pengamatan akan benda

     atau kejadian yang terus-menerus, akhirnya secara spontan, bila

     menghadapi persoalan fisika tertentu, yang muncul dalam benak siswa

     adalah pengertian spontan itu.
6.    Tahap Perkembangan Kognitif Siswa

               Secara umum, siswa masih dalam tahap operasional konkret (lebih

           mudah menangkap suatu peristiwa yang nyata), bila mempelajari suatu

           bahan pembelajaran yang abstrak sulit menangkap dan salah mengerti

           tentang konsep tersebut.

     7.    Kemampuan Siswa

               Siswa yang kurang mampu dalam pelajaran fisika, sering

           mengalami kesulitan dalam menangkap konsep yang benar dalam

           proses belajar. Meskipun guru telah menyampaikan bahan ajar dengan

           benar serta buku teks tertulis dengan benar sesuai dengan pengertian

           para ahli. Pengertian yang mereka tangkap dapat tidak lengkap bahkan

           salah.

     8.    Minat Siswa

               Siswa yang tidak tertarik atau benci pada fisika, biasanya kurang

           minat untuk belajar fisika atau kurang memperhatikan penjelasan guru

           tentang materi fisika yang disampaikan. Akibatnya mereka lebih mudah

           salah menangkap dan membentuk miskonsepsi.

B.   Remediasi Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking

     Stick

     1. Pengertian Remediasi

               Menurut Ischak dan Warji (1987: 35-36), remediasi adalah

          kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada

          siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan

  kekeliruan yang dilakukan siswa (Kartono, 2007: 22).

2. Tujuan Remediasi

        Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu

  siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Secara umum tujuan

  kegiatan remediasi adalah memperbaiki miskonsepsi siswa. Secara

  khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa menuntaskan

  penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan (Kartono, 2007: 22).

3. Fungsi Remediasi

        Warkitri, dkk dalam Kartono (2007: 26-27) menyebutkan enam

  fungsi   kegiatan   remediasi,    yaitu:   fungsi   kuratif,   pemahaman,

  penyesuaian, pengayaan, akselerasi, dan terapeutik.

 1. Fungsi Korektif

        Kegiatan remediasi mempunyai fungsi korektif dalam kegiatan

   pembelajaran karena melalui kegiatan remediasi guru memperbaiki cara

   mengajar dan siswa memperbaiki cara belajar. Berdasarkan hasil analisis

   kesulitan belajar siswa, guru memperbaiki berbagai aspek proses

   pembelajaran, mulai dari rumusan indikator hasil belajar, materi,

   pengalaman belajar dan evaluasi serta tindak lanjut.

 2. Fungsi pemahaman

        Dengan kegiatan remediasi diharapkan terjadi proses pemahaman

   baik bagi guru dan siswa. Bagi seorang guru untuk melaksanakan

   kegiatan remediasi, terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan
kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Sebelum seorang

 guru menentukan jenis kegiatan remedial yang akan dilakukan, guru

 terlebih dahulu mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah

 dilaksanakannya. Bagi siswa, kegiatan remediasi diharapkan         siswa

 dapat memahami kelebihan dan kelemahan cara dan sikap belajarnya.

 Dengan pemahaman ini, diharapkan siswa akan memperbaiki sikap dan

 cara belajarnya sehingga dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.

3. Fungsi Penyesuaian

      Kegiatan remediasi memiliki fungsi penyesuaian, yaitu dalam

 remedial seorang guru dalam melaksanakan pembelajarannya harus

 menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam menentukan hasil

 belajar siswa dan materi pembelajaran disesuaikan dengan kesulitan

 yang dihadapi siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru

 harus menerapkan kekuatan yang dimiliki individu siswa melalui

 penerapan berbagai metode dan alat /media pembelajaran.

4. Fungsi Pengayaan

      Kegiatan remediasi memilki fungsi pengayaan bagi proses

 pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan

 sumber belajar, metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran yang

 lebih bervariasi dari pada pembelajaran biasa.
5. Fungsi Akselerasi

      Kegiatan remediasi memiliki fungsi akselerasi terhadap proses

 pembelajaran, karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat

 penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

6. Fungsi Terapiutik

      Kegiatan remediasi mempunyai fungsi terapiutik karena melalui

 kegiatan remediasi guru dapat membantu mengatasi kesulitan belajar

 siswa yang berkaitan dengan aspek sosial pribadi.

      Kegiatan    remediasi    dengan   melakukan    pengajaran    ulang

 menggunakan model cooperative learning tipe talking stick memiliki

 dua fungsi yaitu fungsi korektif dan fungsi akselerasi. Melalui kegiatan

 pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking

 stick guru dapat memperbaiki cara mengajarnya dan siswa dapat

 memperbaiki cara belajarnnya. Selama ini metode pembelajaran

 cenderung bersifat guru menjelaskan dan siswa menerima penjelasan

 dari guru. Dalam pembelajaran model cooperative learning tipe talking

 stick guru membimbing siswa untuk menemukan jawaban suatu

 permasalah melalui diskusi kelompok. Pembelajaran model cooperative

 learning tipe talking stick    juga akan mengaktifkan siswa dalam

 pembelajaran karena semua siswa dituntut untuk mengungkapkan

 pendapatnya.
4. Jenis-Jenis Kegiatan Remediasi

        Kegiatan–kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka

  membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar diantaranya sebagai

  berikut (Kartono, 2007: 30-31).

  1. Melaksanakan pembelajaran kembali

        Melalui    bentuk    kegiatan     ini   seorang   guru   melaksanakan

     pembelajaran kembali materi yang belum dikuasai siswa.

  2. Melakukan aktivitas fisik, misal demonstrasi, atau praktek

        Kegiatan remediasi ini yaitu dengan melakukan praktek atau

     demonstrasi misalnya pada materi fluida dan alat ukur listrik.

  3. Kegiatan Kelompok

          Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa

     yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan kelompok dapat efektif

     dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa

     yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan

     kepada siswa lainnya.

  4. Tutorial

          Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remediasi.

     Dalam kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang

     lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan

     belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama

     atau dari kelas yang lebih tinggi.
5. Menggunakan sumber belajar lain

        Penggunaan sumber belajar lain yang relevan dapat membantu

  siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran.

  Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang

  berkaitan dengan materi yang dibahas.      Atau juga siswa diminta

  membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan

  anggota masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan

  materi yang dipelajari.

        Dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan remediasi dengan

  mengajarkan kembali (re-teaching) dengan menggunakan model

  cooperative learning tipe talking stick.

         Berikut disajikan sejumlah alasan yang mendukung pemilihan

  dilakukan kegiatan remediasi dengan mengajarkan kembali (re-

  teaching) menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

  Menurut Sukmadinata dan Thomas (1978) ( dalam Ischak dan Warji,

  1987: 38) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

  menentukan bentuk kegiatan remediasi, dua diantaranya menjadi

  alasan penentuan bentuk remediasi pada penelitian ini.

  1. Jumlah siswa yang memerlukan kegiatan perbaikan

             Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi

     pemuaian zat padat cukup besar dengan persentase rata-rata

     72,56% (Juliana 2008) pada kelas yang dijadikan sampel. Jika

     sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar atau
mengalami kesulitan belajar maka perlu dilakukan pengajaran

  ulang.

2. Siapa yang memberikan kegiatan perbaiakan

           Yang akan memberikan perbaikan dalam penelitian ini

  adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti lebih menguasai cara

  perbaikan dengan pengajaran ulang dibandingkan dengan cara-cara

  lain.

           Selain dua alasan diatas penyebab terjadinya miskonsepsi

  siswa juga menjadi       alasan melakukan remiediasi        dengan

  pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe

  talking stick. Juliana (2008) menyebut diantara penyebab

  miskonsepsi pada materi pemuaian zat padat dikarenakan siswa

  tidak termotivasi untuk belajar fisika dan kesalahan siswa berupa

  resoning yang tidak lengkap. Penyebab miskonsepsi seperti ini

  lebih cocok diatasi dengan cara melakukan pengajaran ulang

  karena menerut Ischak dan Warji (1987: 42) pengajaran ulang

  mempunyai cara pengajaran yang berbeda, yaitu kegiatan belajar-

  mengajar dilakukan dalam situasi kelompok, melibatkan siswa

  secara aktif dalam kegiatan belajar dan memberikan dorongan

  (motivasi) kepada siswa pada kegiatan belajar.
5. Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick

        Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang

  bernaung    dalam       teori     konstruktivis.   Ada   beberapa   prinsip

  konstruktivisme, antara lain:

  (1)   Pengetahuan dibangun dari siswa itu sendiri, baik secara personal

        maupun sosial

  (2)   Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali

        hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

  (3)   Murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi

        perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap,

        serta sesuai dengan konsep ilmiah

  (4)   Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar

        proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1997: 49).

        Cooperative learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

  mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

  berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok

  untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks

  (Trianto, 2007: 41).

        Cooperative      learning    disusun dalam sebuah usaha untuk

  meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

  sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta

  memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

  bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam
Cooperative learning siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun

sebagai guru.

      Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri berikut ini.

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

    materi belajar

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

    sedang, dan rendah.

3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

    suku, dan jenis kelamin yang beragam

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu

      Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota

tiap kelompok 3 siswa yang terdiri dari ketua, penggagas dan

penyanggah. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat,

kelompok yang memegang tongkat harus melakukan diskusi, sedangkan

kelompok yang belum mendapat giliran memegang tongkat harus

menyimak dan mencatat hasil diskusi kelompok yang yang melakukan

diskusi.

       Model pembelajaran dengan menggunakan tongkat ini pertama

kali diterapkan di Amerika yang diadopsi dari suatu kebiasaan suku-suku

Indian Amerika sebagai alat yang memberikan kesempatan kepada

seseorang untuk berbicara dalam suatu diskusi (Fujioka, 1998). Dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick
ini siswa akan saling menghormati sebab siswa yang tidak memegang

tongkat tidak boleh berbicara, tetapi dia harus konsentrasi menyimak

diskusi kelompok pemegang tongkat.

       Cooperative learning tipe talking stick membutuhkan persiapan

yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Persiapan-persiapan tersebut adalah sebagai berikut ini.

1.    Perangkat Pembelajaran

           Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu

      disiapkan   perangkat    pembelajaran    yang    meliputi    Rencana

      Pembelajaran (RPP), tongkat, kartu pertanyaan beserta lembar

      jawabannya.

2.    Membentuk kelompok kooperatif

           Dalam menentukan anggota kelompok diusahakan agar

      kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan

      kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif

      homogen.      Pembentukan    kelompok    dapat       didasarkan   pada

      kemampuan akademik, yaitu dengan cara melihat hasil pre-testnya.

      Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan

      sains fisikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke

      dalam kelompok-kelompok.
3.   Menentukan skor awal

                    Dalam penelitian ini, skor awal diambil berdasarkan hasil

               pretest dari masing-masing siswa. Tujuannya untuk mengetahui

               perubahan miskonsepsi siswa dalam memahami konsep tentang

               pemuaian zat padat setelah dilaksanakan remediasi.

          4.   Pengaturan tempat duduk

                    Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur

               dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan

               pembelajaran kooperatif.

                    Pada penelitian ini, tempat duduk diatur berkelompok dan

               kemudian kelompok-kelompok itu dibuat melingkar. Dalam

               pembelajaran cooperative learning tipe talking stick lingkaran yang

               dibentuk memiliki makna, yaitu sebuah lingkaran kehidupan yang

               harus terus bergerak maju.

C.   Materi Pemuaian Zat Padat

     1.    Materi Pemuaian Zat Padat di Universitas

                  Benda yang diberi panas pada umumnya akan mengalami

           kenaikan suhu. Naiknya suhu ini berarti bahwa getaran molekul

           menjadi lebih keras. Makin banyak tumbukan yang terjadi makin besar

           jarak pisah antara molekul-molekul itu, sehingga terlihat bahwa benda

           tersebut mengembang atau memuai (Prasetio, Lea dan Setiawan Sandi

           dalam Leony, 2010: 28).
Perubahan ukuran ini biasanya tidak besar (terutama pada zat

padat) sehingga tidak dapat diamati dengan mudah, namun akibatnya

dapat kita temui dalam contoh kehidupan sehari-hari. Ketika kaca

jendela tidak dipasang dengan benar, maka akan pecah ketika memuai ,

karena antara kaca dan bingkainya tidak diberi celah untuk memuai.

(Prasetio, Lea dan Setiawan Sandi dalam Leony, 2010: 28).

a.   Pemuaian Panjang

      Sebagian besar zat padat memuai jika dipanaskan dan menyusut

ketika didinginkan. Besarnya pemuaian dan penyusutan bervariasi pada

materi itu sendiri.

      Gambar berikut ini menunjukkan bahwa perubahan panjang L

pada semua zat padat, berbanding lurus dengan perubahan temperatur

yang sama.

                         Lo

         To


          T
                               L



Gambar 2.1 Pemuaian Panjang Pada Batang Logam (Giancoli 2001 :

              453)

Batang tipis dengan panjang Lo pada temperatur To dipanaskan

sampai temperatur serba sama T dan panjang menjadi L di mana :
L  Lo  L..............................................................(2.1)

Dimana  konstanta pembanding disebut koefisien muai linier untuk

zat tertentu dan mempunyai satuan 1/ 0C .          
       L  Lo1   .T        ...............................................................(2.2)

Keterangan :

 Lo   = Panjang awal (m)

 L    = Panjang setelah dipanaskan (m)

 T    = Pendinginan atau temperatur (C0)

     = 1                                                 (Giancoli 2001 : 454)
Tabel 2.1 Beberapa Koefisien Zat Padat.

                  Koefisien muai panjang       Koefisien muai volume 
     Zat Padat
                         ( C 0 ) 1                    ( C 0 ) 1

Aluminium               2 ×10 6                       7 ×10 6

Kuningan                19 ×10 6                      56 ×10 6

Besi atau baja          12 ×10 6                      35 ×10 6
Timah hitam
                        29 ×10 6                      87 ×10 6
Kaca (Pyrex)
                        3 ×10 6                       9 ×10 6
Kaca (biasa)
                        0,9 ×10 6                     27 ×10 6
Kwarsa
                        0,4 ×10 6                     1 ×10 6
Beton dan bata
                        12 ×10 6                      36 ×10 6
Marmer
                        1,4 ×10 6                     4 ×10 6



                                       Sumber : (Giancoli, 2001 : 455)



b.    Muai Luas

       Jika sebuah zat isotropik memuai, maka jarak antara dua titik

dalam zat tersebut bertambah sebanding dengan                    tiap derajat

kenaikan suhu. Koefisien muai luas suatu zat padat ialah perubahan luas

persatuan waktu tiap derajat perubahan suhu. Satuan                   adalah

kebalikan derajat celsius      C  atau
                                     o 1
                                                kebalikan kelvin       1 / K  .
Koefisisen muai linier untuk padatan atau cairan biasanya tidak banyak
berubah dengan tekanan tetapi dapat berubah dengan temperatur.

(Tipler, 2005 : 568).

c.     Pemuaian Volume

         Perubahan volume zat yang mengalami perubahan temperatur

yang sama.  Biasanya sama dengan sekitar 3  . (Giancoli, 2001 :

456)

                      V   .Vo  T           .....................................................(2.3)

Keterangan :

 T       = perubahan temperatur (C0)

 Vo        = volume awal (m3)

 V = perubahan volum (m3)

         = koefisien muai volum (m3)

         Jadi, untuk zat padat yang tidak isotropik berarti memiliki sifat

yang sama ke segala arah.

Besaran ini adalah rasio fraksi perubahan panjang terhadap perubahan

temperatur.

            L= L0 + L0.α. T2-T1

     L – L0 = L0.α. T2-T1

       L = L0.α. T

       L = α. T
       L0
              L L
           =      ..............................................................................(2.4)
               T
Keterangan :

             = Koefisien muai linier (1 / OC).

      L      = Perubahan panjang (m3)

      T       = pendingin atau temperatur (Co)

      T      = Perubahan temperatur (Co)

             Dengan beberapa pengecualian, volume tiap benda akan

     bertambah dengan naiknya suhu jika tekanan dari luar terhadapnya

     tetap konstan. Umpamanya suatu zat padat atau sebesar dT (skala

     derajat celcius merupakan selang suhu yang sama harganya). Koefisien

     muai volume  didefinisikan sebagai koefisien muai volume suatu zat

     padat ialah perubahan volume persatuan waktu tiap derajat perubahan

     suhu.

             1 dV  1 dV
      =      .   = .   (pada tekanan gas konstan)..........................(2.5)
             v dT  v dT

     Keterangan :

          = Koefisien muai volume (m3)

      dV = Perubahan fraksional (m3)

      dT = Perubahan suhu (Co)                (Sears dan Zemansky, 1982 : 365)

2.   Materi Pemuaian Zat Padat di MTs

              Setiap benda terdiri dari dimensi panjang, lebar dan tinggi. Jika

     suatu benda mengalami pemuaian, benda tersebut akan mengalami

     penambahan panjang, lebar dan tinggi. Pemuaian zat padat dapat

     diselidiki dengan alat yang disebut alat musschenbroek. Pemuaian zat
padat dapat berupa pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian

volume.

a.      Pemuaian Panjang

         Pemuaian panjang adalah pertambahan panjang batang logam

akibat mendapat panas. Dengan alat musschenbroek dapat ditunjukkan

bahwa pemuaian panjang akan mengikuti hal-hal sebagai berikut :

yaitu, sebanding dengan kenaikan suhu, sebanding dengan batang

semula dan bergantung pada jenis logamnya. (Kanginan, 2004 : 19)

         Koefisien muai panjang tiap-tiap logam berbeda-beda. Koefisien

muai panjang adalah bilangan menunjukkan besarnya pertambahan

panjang tiap satuan meter pada kenaikan suhu 1o C . (Kanginan, 2004 :

18)

                            Lo

            To



            T

                                   Lt



Gambar 2.2 Pertambahan Panjang Sebatang Logam (Kanginan,2004 :

                 20)

         Jika panjang mula-mula sebuah benda yang bersuhu To adalah


Lo , panjang benda setelah dipanaskan hingga suhu T sebagai berikut

ini :
Lt  Lo   T  To...........................................................(2.6)
                   1

Keterangan :

Lt = Panjang benda setelah dipanaskan (m)

Lo = Panjang benda mula-mula (m)

 = Koefisisen muai panjang benda (1 / OC).

T       = Suhu benda setelah dipanaskan ( 0 C)

To = Suhu benda mula-mula ( 0 C)

         Beberapa nilai koefisisen muai panjang untuk beberapa jenis zat

dapat dilihat pada tabel berikut ini.



         Tabel 2.2 Koefisien Muai Panjang Berbagai Jenis Zat Padat.

                                                        Koefisien muai panjang
    No                 Jenis Zat
                                                                    ( /K)

    1       Aluminium                                            0, 000024

    2       Kuningan                                             0, 000019

    3       Tembaga                                              0, 000017

    4      Kaca biasa                                            0, 000011

    5      Kaca pyrex                                            0, 000033

    6      Baja                                                  0, 000012

    7      Berlian                                               0, 000001

    8      Grafit                                                0, 000008

                                                    Sumber : (Kanginan, 2004 : 110)
b.       Pemuaian Luas




         Gambar 2.3 Pertambahan Luas Keping Empat Persegi Panjang

                     Ketika Dipanaskan. (Kanginan, 2004 : 22)

          Jika luas sebuah lempengan benda yang bersuhu To adalah Ao .

Luas lempengan tersebut dipanaskan hingga suhu T sebagai berikut ini :

                    At  Ao   T  To............................................(2.7)
                            1

Keterangan :

     At = Luas lempeng benda setelah dipanaskan (m 2 )

     Ao = Luas lempeng benda mula-mula (m 2 )

      = 2  = Koefisisen muai luas banda ( C 0              1
                                                                  )

     T     = Suhu benda setelah dipanaskan (Co)

     To = Suhu benda mula-mula (Co)
c.       Pemuaian Volume




          Gambar 2.4 Demonstrasi Muai Volume Zat Padat Dengan

                          Menggunakan Bola dan Cincin Logam. (Kanginan,

                          2004 : 23)

          Jika volume sebuah benda bersuhu To adalah Vo , volume benda

tersebut setelah dipanaskan hingga suhu T sebagai berikut ini :

           Vt  Vo   T  To ...........................................................(2.8)
                   1

Keterangan :

     Vt = Volume benda setelah dipanaskan (m 3 )

     Vo = Volume benda mula-mula (m 3 )

         = 3  = Koefisien muai volum benda (Co 1 )

     T    = Suhu benda setelah dipanaskan (Co)

     To = Suhu benda mula-mula (Co)
3.   Perbandingan Materi Fisika Universitas dengan Materi Fisika di

     MTs

             Di buku universitas materi pemuaian zat padat dijabarkan lebih

     lengkap dibandingkan di buku MTs. Hal ini disebabkan beberapa faktor

     berikut ini.

     1.   Faktor usia.

             Usia siswa MTs jauh lebih muda daripada mahasiswa. Dari usia

     yang berbeda maka perkembangan intelektualnya tentu berbeda pula.

     Perkembangan intelektual pada siswa MTs dimana usia sekolah

     menegah pertama kemampuan berpikir anak baru mulai dari berpikir

     abstrak (Samantri dan Syaodih, 2004: 46). Berpikir abstrak adalah

     berpikir tentang ide-ide yang oleh Jean Piaget disebut sebagai berfikir

     formal operasional, yang ditandai dengan tiga hal penting yaitu anak

     mulai mampu melihat (berfikir) tentang kemungkinan-kemungkinan,

     anak telah mampu berfikir ilmiah, anak telah mampu memadukan ide-

     ide secara logis (Samantri dan Syaodih, 2004: 47). Sedangkan pada usia

     dewasa (mahasiswa), perkembangan intelektual yang ada makin

     berkembang, kemampuan berpikir lebih meluas komprehensif dan

     mendalam (Samantri dan Syaodih, 2004: 55).

     2.   Faktor waktu

             Pada tingkatan MTs waktu yang mereka gunakan untuk belajar

     fisika secara umum terutama materi pemuaian zat padat cenderung

     lebih sedikit dibandingkan tingkat perguruan tinggi, karena ditingkat
MTs belum ada jurusan sehingga waktu yang tersedia digunakan untuk

mempelajari bermacam-macam pelajaran sedangkan di perguruan tinggi

waktu yang tersedia akan difokuskan pada jurusannya.

       Selain dua faktor itu di tingkatan siswa MTs materi pemuaian

zat padat yang diberikan untuk diketahui dan dipahami saja, sedangkan

ditingkat perguruan tinggi materi pemuaian zat padat tidak hanya untuk

diketahui dan dipahami saja tetapi juga membuktikan, membangun

kompetensi untuk memecahkan berbagai problem fisika, menekankan

pada berbagai prinsip serta sejumlah aplikasi yang berbasis kompetensi

yang lengkap.
Tabel 2.3 Perbedaan materi universtas dengan materi MTs.

               Materi Universitas                     Materi SMP/MTs
 1. Koofesien muai linear pada suatu temperatur 1. tidak ada
    tertentu T dengan mengambil limit T
    mendekati nol
           L L
    α = lim T
       1 dL
    = L dT
 2.Kefesien muai volume                          2. Langsung  = 3 

                L L
      = lim
                 T
           1 dV
        = V dT
     Koefesien muai volume adalah 3 kali
     koefesien muai linear bisa dibuktikan
     Perhatikan kotak dengan ukuran L1, L2 dan
     L3. Volume pada temperatur T adalah V=L1
     L2 L3
     Laju perubahan volume terhadap temperatur
     adalah
      dV          dL3          dL2 dL1
          =            +           +
      dT L1 L2 dT L1 L3 dT           dT L2 L3
     Bila tiap ruas dibagi volume maka
           1 dV
       =
          V dT
             1 dL3 1 dL2 1 dL1
         =           +         +
             L3 dT L 2 dT L1 dT
     Karena tiap suku diruas kanan persamaan
     diatas sama dengan α maka didapatkan
       =3 
 3. Penulisan nilai koefesien di universitas      3. Penulisan koefesien di
    menggunakan bilangan pangkat negatif             SMP/MTs mengunakan
                                                     bilangan desimal contoh
    contoh 2 × 10 -6
                                                     0,000024
BAB III

                          METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian

             Jenis penelitian ini adalah penelitian eksprimen dengan bentuk Pre-

     Experimental Designs menggunakan rancangan One Group Pretest-Posttest

     Design. Rancangan One Group Pretest-Posttest Design menggunakan

     sekelompok subjek yang dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu,

     pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan

     pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T1) dan

     pengukuran akhir (T2) (Suryabrata, 2005: 117).

             Rancangan One Group Pretest-Posttest dapat digambarkan sebagai

     berikut ini.


                            T1      X      T2


     Gambar 3.1 Rancangan One Group Pretest-Posttest Design

     Keterangan : T1 = Tes awal (Pre-test) tentang miskonspsi materi pemuaian

                            zat padat.

                    T2 = Tes akhir (Post-Test) tentang miskonspsi materi

                            pemuaian zat padat.

                    X    = Perlakuan yaitu pemberian remediasi dengan cara

                            melakukan pengajaran ulang menggunakan model

                            cooperative learning tipe talking stick pada materi

                            pemuaian zat padat.
Perlakuan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri karena

     pertimbangan model cooperative learning tipe talking stick dalam penelitian

     ini mimiliki perbedaan dari langkah-langkah asalnya karena sudah

     dimodivikasi, oleh karena itu penelitilah yang lebih mengetahui tentang

     cooperative learning tipe talking stick dalam penelitian ini. Sehingga jika

     perlakuan dilakukan oleh orang lain tujuan dan langkah pembelajarannya

     tidak sesuai dengan yang diinginkan dalam penelitian.

B.   Populasi dan Sampel Penelitian

     1.   Populasi Penelitian

                 Populasi dalam penelitian ini adalah 23 orang siswa kelas VII

          Madrasah Tsanawiah Ikatan Alumni Pendidikan Guru Agama (MTs

          IKA-PGA) Pontianak tahun ajaran 2010/2011

     2.   Sampel Penelitian

                 Sampel dari penelitian ini adalah 18 siswa kelas VII Madrasah

          Tsanawiah Ikatan Alumni Pendidikan Guru Agama (MTs IKA-PGA)

          Pontianak tahun ajaran 2010/2011 yang hadir pada saat pre-test.

                 Tiga orang orang tidak hadir pada saat pre-test karena sakit dan

          dua orang lainnya tanpa keterangan.

C.   Instrumen Penelitian

            Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan

     ganda dibagi menjadi dua yaitu, pre-test dan pos-test yang disusun paralel.

     Instrumen diadaptasi dari kisi-kisi penelitian Juliana (2008) dengan

     beberapa pengembangan. Instrumen disusun melalui tahapan berikut ini.
1.   Validitas Tes

            Soal tes disusun berdasarkan kurikulum yang digunakan yaitu

     KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006. Validitas tes yang

     akan digunakan dalam tes ini adalah validitas isi. Validitas isi dapat

     dilakukan dengan cara berikut.

      a.   Menentukan materi.

      b.   Menentukan indikator

      c.   Menyusun soal pilihan ganda dengan tiga alternatif pilihan

      d.   Memilih panel fisika yang qualified untuk mengevaluasi soal.

           Penilaian validitas isi dapat dilakukan melalui penilaian panelis

           (pakar) fisika. Pengembangan prosedur penilaian panelis dapat

           dilakukan melalui beberapa langkah berikut ini.

           4.   Pertama, menetapkan skala yang digunakan, yaitu: 1 = sangat

                rendah, 2 = rendah, 3 = sedang, 4 = tinggi, dan 5 = sangat

                tinggi.

           5.   Kedua, menetapkan kriteria penilaian yang mencakup: (1)

                kesesuaian materi dengan indikator; (2) kesesuaian indikator

                dengan soal; (3) kesesuaian materi dengan soal.

           6.   Ketiga, panelis memberi penilaian berdasarkan skala yang

                sudah ditetapkan.

      e.   Merangkum hasil evaluasi dengan cara sebagai berikut ini.

           1.   Menghitung tingkat validitas rata-rata kecocokan materi

                dengan indikator dari semua panelis.
2.   Menghitung tingkat validitas rata-rata kecocokan materi

               dengan soal dari semua panelis.

          3.   Menghitung tingkat validitas rata-rata kecocokan indikator

               dengan soal dari semua panelis.

          4.   Menghitung tingkat validitas rata-rata poin 1, 2 dan3.

          5.   Kualitas masing-masing soal didasarkan atas rata-rata hasil

               penilaian panelis, dengan kriteria 1,00 – 2,33 rendah; 2,34 –

               3,66 sedang; 3,67 – 5,00 tinggi (Widhiarso, 2010).

            Dalam penelitian ini instrumen divalidasi oleh 1 orang dosen

     pendidika fisika FKIP UNTAN, 1 orang guru fisika MTs IKA – PGA

     Pontianak dan 1 orang guru fisika MTs Mujahidin Pontianak.

     Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran B-1) diperoleh 4,69, maka

     berdasarkan aturan ruas jari instrumen yang digunakan memiliki

     validitas tinggi sehingga dapat digunakan tanpa ada revisi.

2.   Reliabilitas Tes

            Pengujian reliabilitas pada instrumen ini menggunakan internal

     consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,

     kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik Kuder

     Richadson 20 (KR-20). Untuk soal tes, skor yang dipergunakan dalam

     instrumen ini adalah skor dikotomi (1 dan 0). Skor 1 untuk jawaban

     benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Rumus yang digunakan untuk

     menghitung koefisien reliabilitas instrumen dapat dinyatakan dengan

     rumus KR 20 (Kuder Richardson) sebagai berikut:
k  st   pi qi 
                                              
                    ri                       
                           (k  1) 
                                      st
                                          2
                                               
                                                        ................................ (3.1)

Rumus untuk menghitung varians totalnya adalah:

                                           2
                                      Xt
                            St 
                              2

                                       n

                                       X t 2
                     X t  X t 
                       2          2

                                               n   ........................................(3.2)

Keterangan:

ri   = reliabilitas tes yang dicari

k    = banyaknya butir soal

Npi = proporsi jumlah siswa yang mendapat skor 1

         banyaknyasubjek yang skornya1
pi   =
                      n

qi   = 1 – pi

st2 = varians total

Xt   = jumlah jawaban item yang benar pada setiap subjek

n    = jumlah responden

                                      (Retnosari, Kurniasih dan Ratna, 2010)
Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian


                 Nilai Koefisien                      Tingkat Reliabilitas


                   0,00 – 0,199                            Sangat rendah
                   0,20 – 0,399                               Rendah
                   0,40 – 0,599                               Sedang
                   0,60 – 0,799                                Kuat
                   0,80 – 1,000                             Sangat kuat


                                                      Sumber: Sugiyono, 2007 : 216

                 Uji reliabilitas tes dilaksanakan pada kelas VII MTs Mujahidin

     Pontianak, karena menurut data dari situs resmi Badan Akreditasi Propinsi

     Sekolah/Madrasah           Propinsi      Kalimantan      Barat    (http://www.ban-

     sm.or.id/provinsi/kalimatan-barat)   bahwa MTs Mujahidin Pontianak memiliki

     akreditasi sama dengan MTs IKA –PGA Pontianak yaitu B. Siswa kelas VII

     MTs Mujahidin Pontianak yang mengikuti tes sebanyak 21 orang siswa.

     Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen yang

     digunakan dalam penelitian ini adalah tergolong sedang yaitu 0,504

     sehingga dapat digunakan untuk tes (Lampiran B-2).

D.   Prosedur Penelitian

     1.   Persiapan

          a. Melakukan observasi ke sekolah

          b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal Pre-test dan Post-test
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran model cooperative learning

       tipe talking stick. Dengan perangkat sebagai berikut :

         Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

         Lembar pertanyaan, lembar yang berisikan soal-soal pertanyaan

            sebanyak 3 soal essay setiap kelompok tentang konsep

            pemuaian zat padat.

         Lembar jawaban yang digunakan untuk meremediasi siswa atau

            yang digunakan ketua kelompok untuk menjawab pertanyaan.

         Tongkat yang digunakan sebagai alat penunjuk giliran kelompok

            yang akan melakukan diskusi.

2.   Tahap Pelaksanaan

     a. Memberi pretest untuk mengetahui jumlah miskonsepsi tentang

       pemuaian zat padat.

     b. Melaksanakan kegiatan remediasi dengan mekakukan pengajaran

       ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick

       pada materi pemuaian zat padat.

     c. Memberi tes akhir untuk mengetahui penurunan jumlah miskonsepsi

       siswa tentang pemuaian zat padat

3.   Tahap Akhir

     a. Menganalisis data

     b. Menarik kesimpulan berdasarkan anallisis data

     c. Menyusun laporan
E.   Analisis Data

              Perubahan jumlah miskonsepsi siswa diperhatikan dalam kegiatan

     remediasi ini. Remediasi dikatakan efektif apabila terjadi penurunan jumlah

     miskonsepsi siswa pada materi pemuaian zat padat setelah diberikan

     remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

              Berikut ini langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menganalisis

     data.

     1.   Menganalisis hasil siswa pada Pre-test



          Tabel 3.2: Distribusi Hasil Pre-test


                   Kode                Jawaban siswa per soal            
             No                                                          Benar
                   siswa
                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
              1
              2
              3
             ...



     2.   Menganalisis jumlah miskonsepsi siswa pada Pre-test

          Tabel 3.3: Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Pre-test

                                  Pilihan Benar    Pilihan Salah   Miskonsepsi
             Konsep   No Soal
                                       (%)              (%)           (%)




                                Rata-rata persentase miskonsepsi
3.    Menganalisis     miskonsepsi     siswa    sesudah   diberikan   remediasi

      menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

      Tabel 3.4: Distribusi Hasil Post-test


               Kode                 Jawaban siswa per soal             
        No                                                            Benar
               siswa
                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
         1
         2
         3
        ....

      Tabel 3.5: Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Post-test

                                Pilihan Benar   Pilihan Salah   Miskonsepsi
        Konsep     No Soal
                                     (%)             (%)           (%)




                             Rata-rata persentase miskonsepsi


     Tabel 3.6 Persentase Miskonsepsi Siswa Pada Saat Pre-test dan Post-test

                                      Jumlah Miskonsesi (%)
                                                                 Penurunan
                                     Sebelum        Setelah
       Konsep      Nomor soal                                    Miskonsepsi
                                    remediasi      remediasi
                                                                    (%)
                                    (Pre-test)    (Post-test)



       Rata-Rata

4.    Untuk mengetahui penurunan yang signifikan pada jumlah miskonsepsi

      siswa setelah dilaksanakan remediasi menggunakan model cooperative

      learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat padat, maka data

      pre-test dan post-test diolah berdasarkan langkah-langkah berikut ini.
1.   Untuk mengetahui apakah data pre-test dan post-test berdistribusi

     normal atau tidak normal, maka digunakan uji chi-kuadrat.

     Langkah-langkah uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut:

     a. Menentukan jumlah jawaban yang benar pada saat Pre-test dan

          Post-test

     b. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji chi

          kuadrat dengan prosedur sebagai berikut ini.

     1.    Menentukan rumus rata-rata hitung ( x )

           Rumus:


                                 x
                                       xi
                                        n       .............................................(3,3)

           Keterangan:

           xi = Jumlah jawaban siswa yang benar

           n = Jumlah siswa

     2.    Menentukan standar deviasi (SD)

           Rumus:


                           SD 
                                     (x  x )  i
                                                    2


                                            n           ......................................(3.4)

           Keterangan:

           SD = Standar deviasi jawaban yang benar Pre-test

            x = Mean Jumlah jawaban yang benar Pre-test

            n = Banyaknya data

            x i = Data ke i, i = 1,2,3,...,n.
3.   Menentukan jumlah kelas interval (k)

     Rumus:

                         k = 1 + 3,3 log (n)..................................(3.5)

4.   Menentukan rentang nilai (R)

     Rumus:

                R = Nilai tertinggi – Nilai terendah...................(3.6)

5.   Menentukan panjang kelas interval (P)

       Rumus:

                                 R
                          P
                                 k ................................................(3.7)
6.   Menentukan batas atas dan batas bawah dari tiap-tiap kelas

     interval

7.   Menentukan Z batas kelas

     Rumus:

                                         bk  x
                        Z bataskelas 
                                          SD         ...............................(3.8)

     Keterangan:

     Bk = Batas kelas

     x = Rata-rata

     SD = Standar Deviasi

8.   Mencari nilai di bawah kurva normal dari Z dengan melihat

     ”tabel luas di bawah kurva normal dari 0 sampai Z”

9.   Menghitung luas tiap kelas interval (L)
10. Menghitung frekuensi pengamatan (oi)

     11. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei) dari tiap kelas

         interval

         Rumus:

                                      L
                                         n
                                Ei  100
                                      100 ...........................................(3.9)

     12. Menentukan nilai chi kuadrat (χ2)

          Rumus:

                                   (oi  Ei ) 2
                                     k

                           χ 
                            2

                              i 1     Ei       ................................(3.10)

     13. Menentukan derajat kebebasan (dk)

          Rumus:

                                    dk = k – 3......................................(3.11)

     14. Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat

         tabel.

         Jika χ2 hitung < χ2 tabel, maka kelas berdistribusi normal dan

         jika sebaliknya maka kelas tidak berdistribusi normal

         (Arikunto, 1989: 379)

2.   Jika data berdistribusi normal maka digunakan Uji-t untuk

     mengukur       penurunan      miskonsepsi         yang      signifikan       setelah

     diberikan remediasi dengan menggunakan model pembelajaran

     cooperative     learning     tipe     talking     stick.     Adapun        langkah-

     langkahnya adalah sebagai berikut:
a.   Membuat tabel uji-t

Tabel 3.7 Uji - t

           Jumlah Jumlah
          Jawaban Jawaban              Deviasi Kuadrat
     Kode   benar   benar    Selisih Perbedaan Deviasi
 No Siswa Pre-test Post-test   (d)    (d – Md)  (x2d)
  ..
                    Jumlah


b.   Mencari selisihnya (d)

c.   Menentukan mean perbedaan (Md) dengan rumus:


                           Md 
                                    d ......................................(3.12)
                                     n

d.   Mencatat deviasi perbedaan dengan mengurangi tiap-tiap

     perbedaan dengan mean perbedaan

e.   Mencatat masing-masing deviasi perbedaan

f.   Mencari jumlah kuadrat deviasi dari perbedaan-perbedaan

        (  x 2 d ).

g.   Menghitung nilai t dengan rumus:

                                     Md
                              t               ................................(3.13)
                                     x2d
                                   n(n  1)

     Keterangan:

     Md = Mean perbedaan

     x d 2
              = Jumlah kuadrat deviasi

     n = Jumlah sampel

     d = selisih
h.    Menentukan derajat kebebasan (db) dengan rumus:

                                  db = n – 1......................................(3.14)

     i.    Menentukan nilai t tabel dari daftar

     j.    Jika t hitung > t tabel maka terdapat penurunan yang signifikan

           setelah diberikan remediasi dengan menggunakan model

           pembelajaran cooperative learning tipe talking stick (Arikunto,

           1989:491).

3.   Jika salah satu data atau keduanya tidak berdistribusi normal maka

     untuk mengukur penurunan miskonsepsi yang signifikan setelah

     diberikan remediasi dengan menggunakan model pembelajaran

     cooperative learning tipe talking stick digunakan Uji Wilcoxon,

     dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.

     a. Menentukan Hipotesis Nol (Ho)

          Tidak terdapat penurunan iskonsepsi yang signifikan setelah

          diadakan    remediasi   menggunakan            model       pembelajaran

          cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat

          padat

     b. Membuat daftar rank hasil tes sebelum dan sesudah dilakukan

          remediasi     dengan    menggunakan           model        pembelajaran

          cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat

          padat.

     c. Menentukan tingkat signifikansi

          Digunakan taraf signifikansi α = 5%, dengan N ≤ 25
d. Menentukan nilai Thitung

     e. Daerah penolakan

        Jika Zhitung < ZTabel maka Ho ditolak

        Jika Zhitung ≥ ZTabel maka Ho diterima

     f. Keputusan hipotesis

                                                                (Siegal, 1997: 93)

4.   Untuk mengetahui efektifitas pemberian                   remediasi      dengan

     menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe talking

     stick yang diwujudkan dengan hasil belajar siswa dilakukan dengan

     menghitung Effect Size. Rumus dan kriteria besarnya Effect Size

     yang digunakan merupakan rumus dari Glass (dalam Sutrisno,

     2010) sebagai berikut ini.

     Efektivitas remediasi ditetapkan dengan menghitung Effect Size

                                M 2  M1
                         ES 
                                    S    ......................................(3.15)

     Keterangan :

                     ES = Effect Size

                     M2 = Mean Jumlah Benar Post-test Siswa Pada

                                Materi Pemuaian Zat Pada

                     M1 = Mean Jumlah Benar Pre-test test Siswa

                                Pada Materi Pemuaian Zat Pada

                     S     = Standar Deviasi Jumlah Benar Pre-test

                                Siswa Pada Materi Pemuaian Zat Padat
Kriteria besarnya efek size diklasifikasikan sebagai berikut ini.

              ES  0,2             : tergolong rendah

             0,2  ES  0,8        : tergolong sedang

              ES  0,8             : tergolong tinggi



F.   Jadwal Pelaksanaan Penelitian

     Adapun susunan kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

     Tabel 3.8 : Susunan Kegiatan Penelitian

      No     Waktu Kegiatan      Kegiatan
       1     18 April 2011       Mengadakan Pre-test pada kelas VII MTs
                                 IKA – PGA Pontianak
       3     19 April 2011       Melaksanakan remediasi menggunakan model
                                 cooperative learning tipe talking stick
                                 pertemuan pertama pada kelas VII MTs
                                 IKA – PGA Pontianak
       4     20 April 2011       Melaksanakan remediasi menggunakan model
                                 cooperative learning tipe talking stick
                                 pertemuan kedua pada kelas VII MTs
                                 IKA – PGA Pontianak
       5     21 April 2011       Melaksanakan remediasi menggunakan model
                                 cooperative learning tipe talking stick
                                 pertemuan ketiga pada kelas VII MTs
                                 IKA – PGA Pontianak
       6     21 April 2011       Mengadakan Pos-test pada kelas VII MTs
                                 IKA – PGA Pontianak
DAFTAR REFERENSI


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
     Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Azrul dan Joedo Prihantoro. 1987. Metode Penelitian Kedokteran dan
    Kesehatan Masyarakat. Batam: Binarupa Aksara.

Candler, Laura. 2010. Talking Stick Book Discussion.                     (online).
     http://lauracandler.com/book/TPT/TalkingStickPrivew.pdf.
     Diakses 6 Oktober 2010.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. (online)
     http://www.scribd.com/doc/38670015/37395273-IPA-terpadu. Diakses 6
     Oktober 2010


Fujioka, Kimberly. 1998. The Talking Stick: An American Indian Tradition in the
      ESL      Classroom.      (online)      http://iteslj.org/Techniques/Fujioka-
      TalkingStick.html Diakses 6 Oktober 2010

Giancolli, Douglas C. 2001. Fisika. Jilid I Edisi Kelima. (Pentejemah: Dra.
     Yuhilza Hanum, M. Engg). Jakarta: Erlangga.

Ischak, dan Warji. 1987. Program remedial dalam proses belajar mengajar.
     Yogyakarta: Liberty.

Juliana. 2008. Miskonsepsi Siswa Kelas VIII Pada Konsep Pemuaian Zat Padat
      di SMP Negeri II Pontianak. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi).

Kanginan, Marthen. 2004. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.


Leonie, Citra. 2010. Remediasi Miskonsepsi Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11
     Pontianak Tentang Pemuaian Zat Padat Melalui Metode Permainan
     Halma. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi)

Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
    Mada University Press.
Poerwanto, Endang. 2000. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan.
     Malang: FKIP Universitas Muhammadiyah.

Pór, George. 2010. The "Talking Stick" Circle An Ancient Tool For Better
     Decision   Making     And    Strengthening   Community.    (online).
     www.terrapsych.com/Talking%20Stick%20Circle.pdf Diakses 6 Oktober
     2010

Rahmawati, Ika. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovatif
    Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan
    Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang.
    (online).http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/abstrak1.pdf.
    Diakses 14 November 2010

Retnosari, Dwi Asih. Kurniasih, Rizky dan Ratna S, Christianti. 2010. Validitas &
     Reliabilitas Instrumen. (online) www.scribd.com/doc/42844199/Validitas-
     Dan-Reliabilitas. Diakses 12 januari 2011.

Samantri, M, dan Syaodih, 2004, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
    Universitas Terbuka.

Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark Weston, 1982. Fisika Untuk
      Universitas I. (Penterjemah: Pantur Silaban). Jakarta: Bina Cipta.

Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. (Penterjemah:
     Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang dalam koordinsi Peter Hagul).
     Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sofiawati, Filein. 2010. Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui
     Metode Cooperative Learning Tipe Talking Stick (PTK Pada Siswa Kelas
     VII SMP Negeri 3 Kartasura. (online). http://etd.eprints.ums.ac.id/8332/
     Diakses 14 November 2010.

Sulipan, 2010. Penelitian Eksprimen.(online).
      http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html Diakses 20 November 2010

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
     Fisika. Jakarta: Grasindo.
Sutrisno, Leo. 2010. Effect Size. (online).
       http://www.scribd.com/doc/28025523/Effect-Size Diakses 7 Januari 2011.

Sutrisno, Leo. Heri Kresnadi dan Kartono. 2007. Bahan Ajar Untuk
      Pengembangan pembelajaran IPA SD. Pontianak: LPPJ PGSD.

Tipler, P. A. 2005. Fisika Untuk Sains dan Teknik. (Penterjemah: Dra. Lea
      Prasetio, M.Sc dan Rahmad W. Adi, Ph.D). Jakarta: Erlangga.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
     Surabaya: Prestasi Pustaka.

Widhiarso, Wahyu. 2010. Validitas Isi. (online).
    http://www.docstoc.com/docs/43532158/Validitas-Isi Diakses 12 Januari
    2011
Skripsi

More Related Content

What's hot

Matematika Kelas XII K13 Buku Siswa
Matematika Kelas XII K13 Buku SiswaMatematika Kelas XII K13 Buku Siswa
Matematika Kelas XII K13 Buku SiswaMuhammad Pangisthu
 
biologi SMA XI-Ipa
biologi SMA XI-Ipa biologi SMA XI-Ipa
biologi SMA XI-Ipa AyuTamii
 
Kelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarko
Kelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarkoKelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarko
Kelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarkoSchwarzen Hut
 
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarnoKelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarnoIlham W'ie
 
Buku fisika XII suharyanto
Buku fisika XII suharyantoBuku fisika XII suharyanto
Buku fisika XII suharyantoDnr Creatives
 
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-gururikosmith
 
Buku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari SulistyoriniBuku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari SulistyoriniRian Maulana
 
Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1
Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1
Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1antiantika
 

What's hot (13)

Matematika Kelas XII K13 Buku Siswa
Matematika Kelas XII K13 Buku SiswaMatematika Kelas XII K13 Buku Siswa
Matematika Kelas XII K13 Buku Siswa
 
biologi SMA XI-Ipa
biologi SMA XI-Ipa biologi SMA XI-Ipa
biologi SMA XI-Ipa
 
Fisika XI SMA/MA
Fisika XI SMA/MAFisika XI SMA/MA
Fisika XI SMA/MA
 
Kelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarko
Kelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarkoKelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarko
Kelas10 smk fisika-smk-teknologi_endarko
 
Buku IPA kelas 9
Buku IPA kelas 9Buku IPA kelas 9
Buku IPA kelas 9
 
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarnoKelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
Kelas 1 sma_fisika_joko_sumarno
 
Aktif belajar fisika
Aktif belajar fisikaAktif belajar fisika
Aktif belajar fisika
 
Buku fisika XII suharyanto
Buku fisika XII suharyantoBuku fisika XII suharyanto
Buku fisika XII suharyanto
 
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
 
Buku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari SulistyoriniBuku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
 
Fisika XI SMA/MAN
Fisika XI SMA/MANFisika XI SMA/MAN
Fisika XI SMA/MAN
 
Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1
Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1
Buku Matematika SMA Kelas 10 sma_matematika_siswa_semester_1
 
Tesis media 5
Tesis media 5Tesis media 5
Tesis media 5
 

Viewers also liked

STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
 
Uji hipotesis Matematika
Uji hipotesis MatematikaUji hipotesis Matematika
Uji hipotesis Matematikanoussevarenna
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Mayawi Karim
 
Menghitung nilai rata rata suatu distribusi data
Menghitung nilai rata rata suatu distribusi dataMenghitung nilai rata rata suatu distribusi data
Menghitung nilai rata rata suatu distribusi dataRiswan
 

Viewers also liked (9)

STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
 
Uji hipotesis Matematika
Uji hipotesis MatematikaUji hipotesis Matematika
Uji hipotesis Matematika
 
Uji hipotesis rata rata
Uji hipotesis rata rataUji hipotesis rata rata
Uji hipotesis rata rata
 
Pertemuan ke 7
Pertemuan ke 7Pertemuan ke 7
Pertemuan ke 7
 
ppt Riani
ppt Rianippt Riani
ppt Riani
 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
 
SM UNY ipa 2013
SM UNY ipa 2013 SM UNY ipa 2013
SM UNY ipa 2013
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Menghitung nilai rata rata suatu distribusi data
Menghitung nilai rata rata suatu distribusi dataMenghitung nilai rata rata suatu distribusi data
Menghitung nilai rata rata suatu distribusi data
 

Similar to Skripsi

Similar to Skripsi (20)

Mulyati-Lomba Media 2010
Mulyati-Lomba Media 2010Mulyati-Lomba Media 2010
Mulyati-Lomba Media 2010
 
Doc 32
Doc 32Doc 32
Doc 32
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Sma kelas1 fisika_triwidodo
Sma kelas1 fisika_triwidodoSma kelas1 fisika_triwidodo
Sma kelas1 fisika_triwidodo
 
CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2
 
Cover bapak
Cover bapakCover bapak
Cover bapak
 
Fisika X (BSE) KTSP
Fisika X (BSE) KTSPFisika X (BSE) KTSP
Fisika X (BSE) KTSP
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
 
makalah
makalahmakalah
makalah
 
Eko sri darminto
Eko sri darmintoEko sri darminto
Eko sri darminto
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Media pembelajaran video
Media pembelajaran videoMedia pembelajaran video
Media pembelajaran video
 
01 prelim
01 prelim01 prelim
01 prelim
 
01 prelim
01 prelim01 prelim
01 prelim
 
Abstraksi
AbstraksiAbstraksi
Abstraksi
 
Juknis Perangkat Pembelajaran
Juknis Perangkat PembelajaranJuknis Perangkat Pembelajaran
Juknis Perangkat Pembelajaran
 
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdfMAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
MAKALAH KARYA INOVATIF.pdf
 
Tesis ajuan
Tesis ajuanTesis ajuan
Tesis ajuan
 
Aktif belajar fisika 2
Aktif belajar fisika 2Aktif belajar fisika 2
Aktif belajar fisika 2
 
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdfNuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
 

Recently uploaded

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

Skripsi

  • 1. REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT SKRIPSI Oleh WAHYUDI NIM. F 03107013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2011
  • 2. REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT WAHYUDI NIM. F 03107013 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan MIPA pada Program Studi Pendidikan Fisika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2011
  • 3. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wahyudi NIM : F03107013 Jurusan / Prodi : Pendidikan MIPA / Pendidikan Fisika Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Pontianak, 10 Juni 2011 Yang Membuat Pernyataan Wahyudi
  • 4. REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT Wahyudi NIM: F 03107013 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Leo Sutrisno Dra. Haratua Tiur Maria S., M. Pd NIP. 19510504197502002 NIP. 196702221991012001 Disahkan Dekan, Dr. Aswandi NIP. 195805131986031002 Lulus tanggal: 10 Juni 2011
  • 5. REMEDIASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS VII MTs IKA-PGA PONTIANAK PADA MATERI PEMUAIAN ZAT PADAT Wahyudi NIM: F 03107013 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Leo Sutrisno Dra. Haratua Tiur Maria. S, M. Pd NIP. 19510504197502002 NIP. 196702221991012001 Penguji I Penguji II Drs. Syukran Mursyid, M.Pd Drs. Syaiful B. Arsyid NIP. 195608091985031003 NIP. 195910031987031001 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Drs. Agung Hartoyo, M.Pd NIP. 196102131988101001
  • 6. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena atas rahmat dan hidayahnya-Nya skripsi yang berjudul “Remediasi Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Talking Stick untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak pada Materi Pemuaian Zat Padat” dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan desain ini, terutama kepada : 1. Bapak Dr. Leo Sutrisno selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan dan arahan yang diberikan. 2. Ibu Dra. Haratua Tiur Maria Silitonga, M.Pd selaku dosen pembimbing kedua, selaku dosen pembimbing akademik dan selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN atas bimbingan dan arahan yang diberikan. 3. Bapak Drs. Syukran Mursyid, M.Pd selaku dosen penguji pertama yang telah memberikan masukan dan pengarahan. 4. Bapak Drs. Syaiful B. Arsyid selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan masukan dan pengarahan. 5. Bapak Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN. 6. Bapak Drs. Agung Hartoyo, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAN. 7. Bapak Dr. Aswandi selaku Dekan FKIP UNTAN.
  • 7. 8. Kedua orang tua, abang dan seluruh keluarga di Natuna atas dukungan dan do`anya 9. Bapak Drs. H. Ahmad Tafsir selaku Kepala MTs IKA-PGA Pontianak dan selurur guru-guru MTs IKA-PGA Pontianak yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di MTs IKA-PGA Pontianak. 10. Ibu Fenny Teti Ermanita, A.Md selaku guru bidang studi IPA MTs IKA-PGA Pontianak yang telah berkenan berpartisispasi dalam penelitian serta bersedia membantu penulis. 11. Seluruh siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. 12. Bapak Drs. H. Rambali selaku Kepala MTs Mujahidin Pontianak yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk melakukan uji coba soal di MTs Mujahidin Pontianak 13. Jajaran staf akademik FKIP Untan yang membantu dalam administrasi. 14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN. 15. Serta semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu- persatu Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan. Pontianak, 10 Juni 2011 Penulis
  • 8. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................. iii DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii ABSTRAK .................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Masalah .......................................................................................... 5 C. Tujuan ............................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8 E. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 8 F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 9 1. Variabel Penelitian ................................................................... 9 2. Definisi Operasional ................................................................ 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 14 A. Miskonsepsi Siswa........................................................................ 14 B. Remediasi Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick ................................................................................... 16 1. Pengertian Remediasi............................................................... 16 2. Tujuan Remediasi..................................................................... 17
  • 9. 3. Fungsi Remediasi...................................................................... 17 4. Jenis-Jenis Kegiatan Remediasi................................................ 20 5. Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick..................... 23 C. Materi Pemuaian Zat Padat............................................................. 26 1. Materi Pemuaian Zat Padat di Universitas............................... 26 2. Materi Pemuaian Zat Padat di MTs.......................................... 31 3. Perbandingan Materi Fisika Universitas dengan Materi Fisika di MTs...................................................................................... 36 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 39 A. Jenis Penelitian ............................................................................... 39 B. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 40 C. Instrumen Penelitian . ..................................................................... 40 1. Validitas Tes............................................................................. 41 2. Reabilitas Tes............................................................................ 42 D. Prosedur Penelitian.......................................................................... 44 E. Analisis Data .................................................................................. 46 F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................................ 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 55 A. Hasil .…........................................................................................... 55 1 Penyajian Data.......................................................................... 55 2 Perhitungan Statistik................................................................. 61 B. Pembahasan ……………………………………………………… 63 C. Kelemahan Penelitian ……………………………………………. 67
  • 10. BAB V PENUTUP ..................................................................................... 68 A. Kesimpulan ..................................................................................... 68 B. Saran ............................................................................................... 69 DAFTAR REFERENSI .............................................................................. 70 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 73
  • 11. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Beberapa Koefisien Zat Padat.................................................. 29 Tabel 2.2 Koefisien Muai Panjang Berbagai Jenis Zat Padat................. 33 Tabel 2.3 Perbedaan materi universtas dengan materi MTs................... 38 Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian............................... 44 Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Pre-test...................................................... 46 Tabel 3.3 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Pre-test.............. 46 Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Post-test.................................................... 47 Tabel 3.5 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Post-test 47 Tabel 3.6 Persentase Miskeponssi Siswa Pada Saat Pre-test dan Post-test............................................................................. 47 Tabel 3.7 Uji – t....................................................................................... 51 Tabel 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................... 54 Tabel 4.1 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Pre-test............... 58 Tabel 4.2 Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Post-test............. 59 Tabel 4.3 Rekapitulasi Miskeponssi Siswa Pada Saat Pre-test dan Post-test............................................................................ 60
  • 12. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pemuaian Panjang Pada Batang Logam............................. 27 Gambar 2.2 Pertambahan Panjang Sebatang Logam............................. 32 Gambar 2.3 Pertambahan Luas Keping Empat Persegi Panjang Ketika Dipanaskan............................................................. 34 Gambar 2.4 Demonstrasi Muai Volume Zat Padat Dengan Menggunakan Bola dan Cincin Logam .............................. 35 Gambar 3.1 Rancangan One Group Pretest-Posttest Design.................................................................................. 39
  • 13. DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN A (PERANGKAT PEMBELAJARAN) Lampiran A - 1 Kisi-Kisi Soal Penelitian.................................................... 74 Lampiran A - 2 Lembar Soal Pre-test.......................................................... 76 Lampiran A - 3 Kunci Jawaban Soal Pre-test............................................... 80 Lampiran A - 4 Soal Post-test....................................................................... 81 Lampiran A - 5 Kunci Jawaban Soal Post-test.............................................. 85 Lampiran A - 6 Soal Diskusi......................................................................... 86 Lampiran A - 7 Kunci Jawaban Soal Diskusi.............................................. 90 Lampiran A - 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.................................... 92 LAMPIRAN B (HASIL PENELITIAN) Lampiran B - 1 Perhitungan Tingkat Validitas.........................…………… 109 Lampiran B - 2 Hasil Uji Coba Tes.........................................……………. 124 Lampiran B - 3 Distribusi Hasil Pre-Test…………….........................…… 126 Lampiran B - 4 Distribusi Hasil Pos-Test.........................................……… 127 Lampiran B - 5 Jumlah jawaban Benar Pre-Test dan Post-Tes Siswa………………........................................................... 128 Lampiran B - 6 Daftar Urut Siswa Berdasarkan Nilai Pre- Test…………………......................................................... 129 Lampiran B - 7 Susunan Kelompok Siswa ………………................…….. 130
  • 14. LAMPIRAN C (ADMINISTRASI) Lampiran C - 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi……………. 131 Lampiran C - 2 Surat Izin Riset.................................................................... 132 Lampiran C - 3 Surat Tugas dari FKIP........................................................ 133 Lampiran C - 4 Surat Keterangan Penelitian................................................ 134 Lampiran C - 5 Surat Keterangan Uji Coba Soal....................................... 135 Lampiran C - 5 Surat Keterangan Validitas................................................ 136 LAMPIRAN D (PERHITUNGAN STATISTIK) Lampiran D - 1 Uji Normalitas Data Pre-Tes .............................................. 139 Lampiran D - 2 Uji Normalitas Data Post-Tes ............................................ 143 Lampiran D - 3 Uji-t..................................................................................... 148 Lampiran D - 4 Perhitungan Effect Size...................................................... 151 Lampiran D - 5 Tabel Luas di Bawah Lengkungan Normal Standar dari 0 ke Z.................................................................................. 152 Lampiran D - 6 Tabel Distribusi t Studens.................................................. 153 LAMPIRAN E (HASIL PRE-TEST DAN POST-TEST SISWA)................ 154
  • 15. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas remediasi menggunakan model Cooperative Learning Tipe Talking stick untuk mengatasi miskonsepsi siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak Tentang Pemuaian Zat Padat. Pada penelitian ini digunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan rancangan One Group Pretest - Posttest Design. Alat pengumpul data berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari tiga alternatif pilihan tanpa alasan. Penelitian ini melibatkan 18 siswa kelas VII sebagai sampel. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji-t (t hitung = 8.88, α = 5%, df = 17) mengubah penurunan persentase miskonsepsi yang signifikan sesudah dilaksanakan remediasi menggunakan model Cooperative Learning Tipe Talking stick. Remediasi menggunakan model Cooperative Learning Tipe Talking stick efektif untuk mengatasi miskonsepsi siwa dengan kriteria Effect Size sebesar 2,33 (berkategori tinggi). Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif kegiatan remediasi bagi siswa agar dapat mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Kata Kunci: Miskonsepsi Siswa, Remediasi, Talking stick, dan Pemuaian Zat Padat
  • 16. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya berhubungan dengan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari manusia dan isi alam semesta pada umumnya. Proses pembelajaran IPA ditekankan pada pemberian pengalaman langsung (Depdiknas, 2006). Salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dipelajari di SMP/MTs adalah fisika. Fisika mempelajari struktur materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan (Teknologi) (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 27). Menurut Suparno (2005: 94), proses pembelajaran fisika haruslah mengembangkan perubahan konseptual. Oleh karena itu, dalam mempelajari fisika diperlukan pemahaman konsep yang sesuai dengan konsep ilmuwan. Pemahaman konsep menurut ilmuan menjadi sangat penting untuk menghindari miskonsepsi. Sutrisno (2007), menyatakan miskonsepsi adalah konsepsi-konsepsi lain, yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan secara umum.
  • 17. Menurut Suparno (2005: 11), miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Pemuaian zat padat merupakan salah satu materi dalam fisika yang masih terdapat miskonsepsi. Juliana (2008) menemukan bentuk miskonsepsi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 11 Pontianak tentang pemuaian zat padat, diantaranya: siswa mengatakan zat padat memuai karena dibakar dan akan menjadi cair (27,02 %); siswa mengatakan bimetal yang dipanaskan akan membengkok karena besi itu mengalami pemuaian (56,75%); siswa mengatakan bola dingin agak merenggang sehingga bisa melewati gelang sedangkan bola panas memuai sehingga tidak dapat melewati gelang (21,62 %); siswa mengatakan rel kereta api dibuat bengkok supaya tidak memuai terkena panas (37,83 %). Ada banyak cara yang dapat membantu siswa mengatasi miskonsepsi. Secara garis besar, beberapa langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah: 1. Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa 2. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut 3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2005: 55). Pada langkah 1 dan 2 telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Juliana,2008), maka pada penelitian ini dilakukan langkah 3 yaitu mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi siswa. Untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa, perlu dilakukan usaha perbaikan. Kegiatan perbaikan untuk mengatasi miskonsepsi siswa itu dikenal dengan istilah remediasi. Menurut Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono
  • 18. (2007: 21), remediasi merupakan suatu proses untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar terutama mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi yang dimiliki. Beberapa bentuk kegiatan perbaikan mengajarkan kembali (re- teaching), bimbingan individu/kelompok kecil, memberikan pekerjaan rumah, menyuruh siswa mempelajari sendiri sumber-sumber yang ditunjuk guru, menggunakan alat bantu audio visual yang lebih banyak, serta bimbingan oleh wali kelas/guru bidang studi dan guru BP (Ischak dan Warji, 1987: 42-43). Pada penelitian ini, dilakukan kegiatan perbaikan dalam bentuk pengajaran ulang (re-teaching). Pengajaran ulang perlu dilakukan agar siswa dapat mengingat kembali materi yang telah diajarkan dan dapat memperbaiki konsepsi yang salah. Guru perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk melakukan pengajaran ulang (re-teaching) adalah model cooperative learning tipe talking stick. Cooperative learning tipe talking stick merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika sebagai model yang tepat dan cocok digunakan pada siswa SMP/MTs kelas VII, mengingat model cooperative learning tipe talking stick berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick untuk meremidiasi siswa yang mengalami miskonsepsi telah
  • 19. dimodifikasi, sehingga dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang siswa, yang bertugas sebagai ketua, penggagas dan penyanggah dalam diskusi. 1 kelompok akan mendapat 3 kartu soal dan kunci jawabannya, setiap 1 soal ada 1 ketua, 1 penggagas dan 1 penyanggah, jadi 3 siswa dalam 1 kelompok akan bergantian menjadi ketua, penggagas dan penyanggah, sehingga semua siswa akan merasakan tugas sebagai ketua, penggagas dan penyanggah. Ketika penggagas dan penyanggah selesai berbicara, ketua membaca kunci jawaban dari soal yang mereka diskusikan kemudian tongkat diberikan kepada kelompok lain yang mereka inginkan, kelompok yang mendapat tongkat harus melakukan diskusi yang sama seperti kelompok pertama dengan soal yang berbeda. Kelompok yang tidak memegang tongkat tidak boleh berbicara, mereka harus menyimak diskusi dari kelompok yang sedang berdiskusi dan mencatat hasil diskusinya. Beberapa hasil penelitian yang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick disajikan seperti berikut ini. 1. Ika Rahmawati (2007) menunjukkan bahwa cooperative learning tipe talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang. 2. Filein Sofiawati (2010) menunjukkan bahwa cooperative learning tipe talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika pada pokok bahasan persegi dan persegi panjang pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura.
  • 20. Model cooperative learning tipe talking stick dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meremediasi miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat. Pada penelitian yang diajukan ini akan dilakukan di sekolah yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Peneliti sebelumnya, Juliana (2008) melakukan penelitian di SMP Negeri 11 Pontianak, namun penelitian ini akan dilakukan di MTs IKA-PGA Pontianak karena kedua sekolah ini memiliki kemiripan diantaranya sama-sama terakreditasi B, guru fisikanya sama-sama tidak berlatar belakang sarjana pendidikan fisika, SMP Negeri 11 Pontianak memiliki laboratorium tetapi belum difungsikan dengan baik sedangkan MTs IKA-PGA tidak memiliki laboratorium, kemudian kesetaraan tarap ekonomi orang tua siswa kedua sekolah. Selain itu belum pernah dilakukan penelitian yang serupa di MTs IKA-PGA Pontianak, sehingga diharapkan kegiatan remediasi dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick ini dapat mengatasi miskonsepsi tentang pemuaian zat padat yang dialami siswa. A. Masalah Penelitian Azwar dan Prihartono (2003: 11) menuliskan ada beberapa kriteria yang menentukan suatu masalah layak untuk diprioritaskan, lima di antaranya menjadi alasan penentuan masalah dalam penelitian ini. 1. Tergantung dari waktu terjadinya masalah. Miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat banyak ditemukan pada siswa, terutama pada jenjang tingkat sekolah menengah pertama
  • 21. seperti yang ditemukan di SMP Negeri 11 Pontianak yang diteliti oleh Juliana pada tahun 2008, maka perlu cara untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. 2. Tergantung dari akibat yang ditimbulkan masalah. Jika miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat tidak diperbaiki, dikhawatirkan siswa akan terus menerus mengalami miskonsepsi pada jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi. 3. Tergantung dari jumlah siswa yang miskonsepsi Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi tentang materi pemuaian zat padat yang baru diteliti cukup besar dengan persentase rata- rata miskonsepsi 72,56% (Juliana, 2008) pada kelas yang dijadikan sampel penelitian, maka miskonsepsi harus segera diatasi. 4. Tergantung dari hubungannya dengan program yang sedang berjalan. Miskonsepsi siswa tentang materi pemuaian zat padat sangat mempengaruhi hasil belajar siswa untuk standar ketuntasan minimal (SKM) mata pelajaran fisika, yang merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional. 5. Tergantung dari pernah atau tidaknya masalah tersebut diteliti. Penelitian tentang miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat pernah dilakukan. Namun, penelitian tentang remediasi miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat dengan melakukan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick belum pernah dilakukan.
  • 22. Dari kelima kriteria yang telah dijelaskan, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektifitas remediasi dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick untuk mengatasi miskonsepsi siswa MTs IKA-PGA Pontianak kelas VII pada materi pemuaian zat padat?”. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang baik mengandung beberapa keterangan (Azwar dan Prihartono, 2003: 32). Penelitian ini mengandung lima (5) keterangan. 1. Keterangan tentang jenis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen tentang kegiatan remediasi materi pemuaian zat padat dengan melakukan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. 2. Keterangan tentang waktu penelitian. Waktu penelitian ini pada tahun ajaran 2010/2011. 3. Keterangan tentang lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini di MTs IKA-PGA Pontianak. 4. Keterangan tentang sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini yaitu materi pemuaian zat padat pada siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak 5. Keterangan tentang hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat efektifitas pembelajaran remediasi dalam mengatasi miskonsepsi pada materi pemuaian zat padat.
  • 23. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas model cooperative learning tipe talking stick untuk meremediasi miskonsepsi siswa dalam memahami konsep pemuaian zat padat pada siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak tahun ajaran 2010 / 2011. C. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru dalam melakukan kegiatan remediasi untuk memperbaiki kesalahan siswa, khususnya kesalahan siswa dalam memahami konsep pemuaian zat padat. Selain itu, juga diharapkan dapat melatih siswa bekerjasama dalam kelompok untuk memahami konsep pemuaian zat padat yang sesuai dengan konsep ilmuwan, sehingga miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat diatasi. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengajaran ulang dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick efektif dalam meremediasi miskonsepsi siswa kelas VII MTs IKA-PGA Pontianak pada materi pemuaian zat padat.
  • 24. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas: kegiatan remediasi dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. 2. Variabel Terikat Variabel terikat: penurunan miskonsepsi siswa pada materi pemuaian zat padat. 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol yang diusulkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Soal tes. Semua siswa mendapatkan tes yang sama sehingga diharapkan pengaruh tes pada semua siswa yang mengalami miskonsepsi akan sama. Soal yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasikan dari soal penelitian Juliana (2008). 2. Materi pemuaian zat padat Semua siswa sudah mempelajari materi pemuaian zat padat sehingga diharapkan mereka memiliki pemahaman yang sama pula. 3. Guru yang mengajar Latar belakang pendidikan, tingkat kedisiplinan, kemampuan dan pengalaman guru yang mengajar semua siswa sama
  • 25. sehingga diharapkan siswa mendapatkan ilmu dan pemahaman yang sama pula dari guru tersebut (Sulipan, 2010). 4. Variabel Ekstrane Variabel ekstrane yang diusulkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Latar belakang kebudayaan siswa Siswa yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore, sehingga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Namun pengaruhnya tidak dapat diperhitungkan sehingga dapat diabaikan (Sulipan, 2010). 2. Kelelahan, kesiapan dan suasana hati siswa Kelelahan, kesiapan dan suasana hati siswa akan berpengaruh pada konsentrasi dan prestasi belajar tetapi unsur tersebut tidak dapat dikendalikan, dihapuskan dari penelitian dan pengaruhnya terhadap variabel terikat juga tidak dapat diperhitungkan secara pasti sehingga dapat diabaikan (Poerwanto, 2000: 138-139)
  • 26. 2. Definisi Operasional a. Miskonsepsi Miskonsepsi adalah konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwa (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 3). Miskonsepsi dalam penelitian yang diusulkan ini adalah konsepsi siswa (setelah ikut pembelajaran) pada materi pemuaian zat padat yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan, yang ditandai dengan adanya kesalahan dalam menyelesaikan soal tentang pemuaian zat padat. Siswa dikatakan miskonsepsi jika: 1. Tidak menjawab sama sekali 2. Menjawab tetapi pilihannya keliru dalam mengisi soal tes. b. Remediasi Remediasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 22). Remediasi dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk memperbaiki miskonsepsi siswa yang dilakukan dengan pembelajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.
  • 27. c. Efektivitas Efektivitas dalam penelitian ini adalah terjadi penurunan miskonsepsi siswa yang signifikan tentang konsep pemuaian zat padat setelah diberikan remediasi dengan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. d. Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick. Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran dimana tempat siswa belajar adalah didalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang siswa (Trianto, 2007: 41). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model cooperative learning tipe talking stick adalah pembelajaran remediasi yang satu kelompok terdiri dari 3 siswa yaitu ketua, pengagas, dan penyanggah dengan menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran, kelompok yang memegang tongkat harus melakukan diskusi. e. Pemuaian Zat Padat Menurut Lea Prasetio dan Sandi Setiawan (dalam Leonie, 2010: 13), pemuaian zat padat merupakan perubahan suatu ukuran benda akibat kenaikan suhu. Dalam penelitian ini materi pembelajaran pemuaian zat padat yang akan diteliti adalah materi bahan ajar pemuaian zat padat yang tercangkup dalam KTSP MTs IKA-PGA Pontianak yaitu muai panjang, muai luas dan muai volume serta beberapa manfaat dari pemuaian. Sedangkan, zat padat dalam penelitian ini adalah, logam, besi, kuningan, bimetal, kaca dan
  • 28. yang sejenisnya, tidak termasuk karet, kertas, plastik dan yang sejenisnya.
  • 29. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Miskonsepsi Siswa Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa sendiri dalam bentuk kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajarinya. Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pengetahuannya, maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat disebabkan siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan (Suparno, 2005: 30). Menurut Suparno (2005: 29), miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Adapun miskonsepsi yang disebabkan oleh siswa adalah sebagai berikut ini. 1. Prakonsepsi atau Konsepsi Awal Siswa Sebelum mengikuti pelajaran formal, siswa sudah memiliki konsepsi awal yang sering mengalami miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari pengalaman dan lingkungan siswa itu sendiri.
  • 30. 2. Pemikiran Asosiatif Siswa Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari bisa membuat miskonsepsi (Suparno, 2005: 35). Kata dan istilah yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa. 3. Pemikiran Humanistik Siswa sering kali memandang semua benda dari pendangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia hidup. 4. Reasoning yang Tidak Lengkap Menurut Comins (dalam Suparno, 2005: 38), miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran yang salah atau tidak lengkap. Reasoning yang salah dapat terjadi karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan atau generalisasi suatu konsep. 5. Intuisi yang Salah Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan yang salah dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara objektif dan rasional diteliti. Pemikiran atau pengertian intuitif itu biasanya berasal dari pengamatan akan benda atau kejadian yang terus-menerus, akhirnya secara spontan, bila menghadapi persoalan fisika tertentu, yang muncul dalam benak siswa adalah pengertian spontan itu.
  • 31. 6. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa Secara umum, siswa masih dalam tahap operasional konkret (lebih mudah menangkap suatu peristiwa yang nyata), bila mempelajari suatu bahan pembelajaran yang abstrak sulit menangkap dan salah mengerti tentang konsep tersebut. 7. Kemampuan Siswa Siswa yang kurang mampu dalam pelajaran fisika, sering mengalami kesulitan dalam menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. Meskipun guru telah menyampaikan bahan ajar dengan benar serta buku teks tertulis dengan benar sesuai dengan pengertian para ahli. Pengertian yang mereka tangkap dapat tidak lengkap bahkan salah. 8. Minat Siswa Siswa yang tidak tertarik atau benci pada fisika, biasanya kurang minat untuk belajar fisika atau kurang memperhatikan penjelasan guru tentang materi fisika yang disampaikan. Akibatnya mereka lebih mudah salah menangkap dan membentuk miskonsepsi. B. Remediasi Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick 1. Pengertian Remediasi Menurut Ischak dan Warji (1987: 35-36), remediasi adalah kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
  • 32. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Kartono, 2007: 22). 2. Tujuan Remediasi Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah memperbaiki miskonsepsi siswa. Secara khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa menuntaskan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan (Kartono, 2007: 22). 3. Fungsi Remediasi Warkitri, dkk dalam Kartono (2007: 26-27) menyebutkan enam fungsi kegiatan remediasi, yaitu: fungsi kuratif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan, akselerasi, dan terapeutik. 1. Fungsi Korektif Kegiatan remediasi mempunyai fungsi korektif dalam kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remediasi guru memperbaiki cara mengajar dan siswa memperbaiki cara belajar. Berdasarkan hasil analisis kesulitan belajar siswa, guru memperbaiki berbagai aspek proses pembelajaran, mulai dari rumusan indikator hasil belajar, materi, pengalaman belajar dan evaluasi serta tindak lanjut. 2. Fungsi pemahaman Dengan kegiatan remediasi diharapkan terjadi proses pemahaman baik bagi guru dan siswa. Bagi seorang guru untuk melaksanakan kegiatan remediasi, terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan
  • 33. kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Sebelum seorang guru menentukan jenis kegiatan remedial yang akan dilakukan, guru terlebih dahulu mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Bagi siswa, kegiatan remediasi diharapkan siswa dapat memahami kelebihan dan kelemahan cara dan sikap belajarnya. Dengan pemahaman ini, diharapkan siswa akan memperbaiki sikap dan cara belajarnya sehingga dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. 3. Fungsi Penyesuaian Kegiatan remediasi memiliki fungsi penyesuaian, yaitu dalam remedial seorang guru dalam melaksanakan pembelajarannya harus menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam menentukan hasil belajar siswa dan materi pembelajaran disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus menerapkan kekuatan yang dimiliki individu siswa melalui penerapan berbagai metode dan alat /media pembelajaran. 4. Fungsi Pengayaan Kegiatan remediasi memilki fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran yang lebih bervariasi dari pada pembelajaran biasa.
  • 34. 5. Fungsi Akselerasi Kegiatan remediasi memiliki fungsi akselerasi terhadap proses pembelajaran, karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. 6. Fungsi Terapiutik Kegiatan remediasi mempunyai fungsi terapiutik karena melalui kegiatan remediasi guru dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan aspek sosial pribadi. Kegiatan remediasi dengan melakukan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick memiliki dua fungsi yaitu fungsi korektif dan fungsi akselerasi. Melalui kegiatan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick guru dapat memperbaiki cara mengajarnya dan siswa dapat memperbaiki cara belajarnnya. Selama ini metode pembelajaran cenderung bersifat guru menjelaskan dan siswa menerima penjelasan dari guru. Dalam pembelajaran model cooperative learning tipe talking stick guru membimbing siswa untuk menemukan jawaban suatu permasalah melalui diskusi kelompok. Pembelajaran model cooperative learning tipe talking stick juga akan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran karena semua siswa dituntut untuk mengungkapkan pendapatnya.
  • 35. 4. Jenis-Jenis Kegiatan Remediasi Kegiatan–kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar diantaranya sebagai berikut (Kartono, 2007: 30-31). 1. Melaksanakan pembelajaran kembali Melalui bentuk kegiatan ini seorang guru melaksanakan pembelajaran kembali materi yang belum dikuasai siswa. 2. Melakukan aktivitas fisik, misal demonstrasi, atau praktek Kegiatan remediasi ini yaitu dengan melakukan praktek atau demonstrasi misalnya pada materi fluida dan alat ukur listrik. 3. Kegiatan Kelompok Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa lainnya. 4. Tutorial Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remediasi. Dalam kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi.
  • 36. 5. Menggunakan sumber belajar lain Penggunaan sumber belajar lain yang relevan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Atau juga siswa diminta membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan remediasi dengan mengajarkan kembali (re-teaching) dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. Berikut disajikan sejumlah alasan yang mendukung pemilihan dilakukan kegiatan remediasi dengan mengajarkan kembali (re- teaching) menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. Menurut Sukmadinata dan Thomas (1978) ( dalam Ischak dan Warji, 1987: 38) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bentuk kegiatan remediasi, dua diantaranya menjadi alasan penentuan bentuk remediasi pada penelitian ini. 1. Jumlah siswa yang memerlukan kegiatan perbaikan Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi pemuaian zat padat cukup besar dengan persentase rata-rata 72,56% (Juliana 2008) pada kelas yang dijadikan sampel. Jika sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar atau
  • 37. mengalami kesulitan belajar maka perlu dilakukan pengajaran ulang. 2. Siapa yang memberikan kegiatan perbaiakan Yang akan memberikan perbaikan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti lebih menguasai cara perbaikan dengan pengajaran ulang dibandingkan dengan cara-cara lain. Selain dua alasan diatas penyebab terjadinya miskonsepsi siswa juga menjadi alasan melakukan remiediasi dengan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. Juliana (2008) menyebut diantara penyebab miskonsepsi pada materi pemuaian zat padat dikarenakan siswa tidak termotivasi untuk belajar fisika dan kesalahan siswa berupa resoning yang tidak lengkap. Penyebab miskonsepsi seperti ini lebih cocok diatasi dengan cara melakukan pengajaran ulang karena menerut Ischak dan Warji (1987: 42) pengajaran ulang mempunyai cara pengajaran yang berbeda, yaitu kegiatan belajar- mengajar dilakukan dalam situasi kelompok, melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa pada kegiatan belajar.
  • 38. 5. Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis. Ada beberapa prinsip konstruktivisme, antara lain: (1) Pengetahuan dibangun dari siswa itu sendiri, baik secara personal maupun sosial (2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar (3) Murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah (4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1997: 49). Cooperative learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks (Trianto, 2007: 41). Cooperative learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam
  • 39. Cooperative learning siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri berikut ini. 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang beragam 4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 3 siswa yang terdiri dari ketua, penggagas dan penyanggah. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat harus melakukan diskusi, sedangkan kelompok yang belum mendapat giliran memegang tongkat harus menyimak dan mencatat hasil diskusi kelompok yang yang melakukan diskusi. Model pembelajaran dengan menggunakan tongkat ini pertama kali diterapkan di Amerika yang diadopsi dari suatu kebiasaan suku-suku Indian Amerika sebagai alat yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berbicara dalam suatu diskusi (Fujioka, 1998). Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick
  • 40. ini siswa akan saling menghormati sebab siswa yang tidak memegang tongkat tidak boleh berbicara, tetapi dia harus konsentrasi menyimak diskusi kelompok pemegang tongkat. Cooperative learning tipe talking stick membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut adalah sebagai berikut ini. 1. Perangkat Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu disiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran (RPP), tongkat, kartu pertanyaan beserta lembar jawabannya. 2. Membentuk kelompok kooperatif Dalam menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Pembentukan kelompok dapat didasarkan pada kemampuan akademik, yaitu dengan cara melihat hasil pre-testnya. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan sains fisikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok.
  • 41. 3. Menentukan skor awal Dalam penelitian ini, skor awal diambil berdasarkan hasil pretest dari masing-masing siswa. Tujuannya untuk mengetahui perubahan miskonsepsi siswa dalam memahami konsep tentang pemuaian zat padat setelah dilaksanakan remediasi. 4. Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Pada penelitian ini, tempat duduk diatur berkelompok dan kemudian kelompok-kelompok itu dibuat melingkar. Dalam pembelajaran cooperative learning tipe talking stick lingkaran yang dibentuk memiliki makna, yaitu sebuah lingkaran kehidupan yang harus terus bergerak maju. C. Materi Pemuaian Zat Padat 1. Materi Pemuaian Zat Padat di Universitas Benda yang diberi panas pada umumnya akan mengalami kenaikan suhu. Naiknya suhu ini berarti bahwa getaran molekul menjadi lebih keras. Makin banyak tumbukan yang terjadi makin besar jarak pisah antara molekul-molekul itu, sehingga terlihat bahwa benda tersebut mengembang atau memuai (Prasetio, Lea dan Setiawan Sandi dalam Leony, 2010: 28).
  • 42. Perubahan ukuran ini biasanya tidak besar (terutama pada zat padat) sehingga tidak dapat diamati dengan mudah, namun akibatnya dapat kita temui dalam contoh kehidupan sehari-hari. Ketika kaca jendela tidak dipasang dengan benar, maka akan pecah ketika memuai , karena antara kaca dan bingkainya tidak diberi celah untuk memuai. (Prasetio, Lea dan Setiawan Sandi dalam Leony, 2010: 28). a. Pemuaian Panjang Sebagian besar zat padat memuai jika dipanaskan dan menyusut ketika didinginkan. Besarnya pemuaian dan penyusutan bervariasi pada materi itu sendiri. Gambar berikut ini menunjukkan bahwa perubahan panjang L pada semua zat padat, berbanding lurus dengan perubahan temperatur yang sama. Lo To T L Gambar 2.1 Pemuaian Panjang Pada Batang Logam (Giancoli 2001 : 453) Batang tipis dengan panjang Lo pada temperatur To dipanaskan sampai temperatur serba sama T dan panjang menjadi L di mana :
  • 43. L  Lo  L..............................................................(2.1) Dimana  konstanta pembanding disebut koefisien muai linier untuk zat tertentu dan mempunyai satuan 1/ 0C .   L  Lo1   .T  ...............................................................(2.2) Keterangan : Lo = Panjang awal (m) L = Panjang setelah dipanaskan (m) T = Pendinginan atau temperatur (C0)  = 1 (Giancoli 2001 : 454)
  • 44. Tabel 2.1 Beberapa Koefisien Zat Padat. Koefisien muai panjang Koefisien muai volume  Zat Padat  ( C 0 ) 1 ( C 0 ) 1 Aluminium 2 ×10 6 7 ×10 6 Kuningan 19 ×10 6 56 ×10 6 Besi atau baja 12 ×10 6 35 ×10 6 Timah hitam 29 ×10 6 87 ×10 6 Kaca (Pyrex) 3 ×10 6 9 ×10 6 Kaca (biasa) 0,9 ×10 6 27 ×10 6 Kwarsa 0,4 ×10 6 1 ×10 6 Beton dan bata 12 ×10 6 36 ×10 6 Marmer 1,4 ×10 6 4 ×10 6 Sumber : (Giancoli, 2001 : 455) b. Muai Luas Jika sebuah zat isotropik memuai, maka jarak antara dua titik dalam zat tersebut bertambah sebanding dengan  tiap derajat kenaikan suhu. Koefisien muai luas suatu zat padat ialah perubahan luas persatuan waktu tiap derajat perubahan suhu. Satuan  adalah kebalikan derajat celsius  C  atau o 1 kebalikan kelvin 1 / K  . Koefisisen muai linier untuk padatan atau cairan biasanya tidak banyak
  • 45. berubah dengan tekanan tetapi dapat berubah dengan temperatur. (Tipler, 2005 : 568). c. Pemuaian Volume Perubahan volume zat yang mengalami perubahan temperatur yang sama.  Biasanya sama dengan sekitar 3  . (Giancoli, 2001 : 456) V   .Vo  T .....................................................(2.3) Keterangan : T = perubahan temperatur (C0) Vo = volume awal (m3) V = perubahan volum (m3)  = koefisien muai volum (m3) Jadi, untuk zat padat yang tidak isotropik berarti memiliki sifat yang sama ke segala arah. Besaran ini adalah rasio fraksi perubahan panjang terhadap perubahan temperatur. L= L0 + L0.α. T2-T1 L – L0 = L0.α. T2-T1 L = L0.α. T L = α. T L0 L L  = ..............................................................................(2.4) T
  • 46. Keterangan :  = Koefisien muai linier (1 / OC). L = Perubahan panjang (m3) T = pendingin atau temperatur (Co) T = Perubahan temperatur (Co) Dengan beberapa pengecualian, volume tiap benda akan bertambah dengan naiknya suhu jika tekanan dari luar terhadapnya tetap konstan. Umpamanya suatu zat padat atau sebesar dT (skala derajat celcius merupakan selang suhu yang sama harganya). Koefisien muai volume  didefinisikan sebagai koefisien muai volume suatu zat padat ialah perubahan volume persatuan waktu tiap derajat perubahan suhu. 1 dV 1 dV  = . = . (pada tekanan gas konstan)..........................(2.5) v dT v dT Keterangan :  = Koefisien muai volume (m3) dV = Perubahan fraksional (m3) dT = Perubahan suhu (Co) (Sears dan Zemansky, 1982 : 365) 2. Materi Pemuaian Zat Padat di MTs Setiap benda terdiri dari dimensi panjang, lebar dan tinggi. Jika suatu benda mengalami pemuaian, benda tersebut akan mengalami penambahan panjang, lebar dan tinggi. Pemuaian zat padat dapat diselidiki dengan alat yang disebut alat musschenbroek. Pemuaian zat
  • 47. padat dapat berupa pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume. a. Pemuaian Panjang Pemuaian panjang adalah pertambahan panjang batang logam akibat mendapat panas. Dengan alat musschenbroek dapat ditunjukkan bahwa pemuaian panjang akan mengikuti hal-hal sebagai berikut : yaitu, sebanding dengan kenaikan suhu, sebanding dengan batang semula dan bergantung pada jenis logamnya. (Kanginan, 2004 : 19) Koefisien muai panjang tiap-tiap logam berbeda-beda. Koefisien muai panjang adalah bilangan menunjukkan besarnya pertambahan panjang tiap satuan meter pada kenaikan suhu 1o C . (Kanginan, 2004 : 18) Lo To T Lt Gambar 2.2 Pertambahan Panjang Sebatang Logam (Kanginan,2004 : 20) Jika panjang mula-mula sebuah benda yang bersuhu To adalah Lo , panjang benda setelah dipanaskan hingga suhu T sebagai berikut ini :
  • 48. Lt  Lo   T  To...........................................................(2.6) 1 Keterangan : Lt = Panjang benda setelah dipanaskan (m) Lo = Panjang benda mula-mula (m)  = Koefisisen muai panjang benda (1 / OC). T = Suhu benda setelah dipanaskan ( 0 C) To = Suhu benda mula-mula ( 0 C) Beberapa nilai koefisisen muai panjang untuk beberapa jenis zat dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Koefisien Muai Panjang Berbagai Jenis Zat Padat. Koefisien muai panjang No Jenis Zat ( /K) 1 Aluminium 0, 000024 2 Kuningan 0, 000019 3 Tembaga 0, 000017 4 Kaca biasa 0, 000011 5 Kaca pyrex 0, 000033 6 Baja 0, 000012 7 Berlian 0, 000001 8 Grafit 0, 000008 Sumber : (Kanginan, 2004 : 110)
  • 49. b. Pemuaian Luas Gambar 2.3 Pertambahan Luas Keping Empat Persegi Panjang Ketika Dipanaskan. (Kanginan, 2004 : 22) Jika luas sebuah lempengan benda yang bersuhu To adalah Ao . Luas lempengan tersebut dipanaskan hingga suhu T sebagai berikut ini : At  Ao   T  To............................................(2.7) 1 Keterangan : At = Luas lempeng benda setelah dipanaskan (m 2 ) Ao = Luas lempeng benda mula-mula (m 2 )  = 2  = Koefisisen muai luas banda ( C 0 1 ) T = Suhu benda setelah dipanaskan (Co) To = Suhu benda mula-mula (Co)
  • 50. c. Pemuaian Volume Gambar 2.4 Demonstrasi Muai Volume Zat Padat Dengan Menggunakan Bola dan Cincin Logam. (Kanginan, 2004 : 23) Jika volume sebuah benda bersuhu To adalah Vo , volume benda tersebut setelah dipanaskan hingga suhu T sebagai berikut ini : Vt  Vo   T  To ...........................................................(2.8) 1 Keterangan : Vt = Volume benda setelah dipanaskan (m 3 ) Vo = Volume benda mula-mula (m 3 )  = 3  = Koefisien muai volum benda (Co 1 ) T = Suhu benda setelah dipanaskan (Co) To = Suhu benda mula-mula (Co)
  • 51. 3. Perbandingan Materi Fisika Universitas dengan Materi Fisika di MTs Di buku universitas materi pemuaian zat padat dijabarkan lebih lengkap dibandingkan di buku MTs. Hal ini disebabkan beberapa faktor berikut ini. 1. Faktor usia. Usia siswa MTs jauh lebih muda daripada mahasiswa. Dari usia yang berbeda maka perkembangan intelektualnya tentu berbeda pula. Perkembangan intelektual pada siswa MTs dimana usia sekolah menegah pertama kemampuan berpikir anak baru mulai dari berpikir abstrak (Samantri dan Syaodih, 2004: 46). Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide-ide yang oleh Jean Piaget disebut sebagai berfikir formal operasional, yang ditandai dengan tiga hal penting yaitu anak mulai mampu melihat (berfikir) tentang kemungkinan-kemungkinan, anak telah mampu berfikir ilmiah, anak telah mampu memadukan ide- ide secara logis (Samantri dan Syaodih, 2004: 47). Sedangkan pada usia dewasa (mahasiswa), perkembangan intelektual yang ada makin berkembang, kemampuan berpikir lebih meluas komprehensif dan mendalam (Samantri dan Syaodih, 2004: 55). 2. Faktor waktu Pada tingkatan MTs waktu yang mereka gunakan untuk belajar fisika secara umum terutama materi pemuaian zat padat cenderung lebih sedikit dibandingkan tingkat perguruan tinggi, karena ditingkat
  • 52. MTs belum ada jurusan sehingga waktu yang tersedia digunakan untuk mempelajari bermacam-macam pelajaran sedangkan di perguruan tinggi waktu yang tersedia akan difokuskan pada jurusannya. Selain dua faktor itu di tingkatan siswa MTs materi pemuaian zat padat yang diberikan untuk diketahui dan dipahami saja, sedangkan ditingkat perguruan tinggi materi pemuaian zat padat tidak hanya untuk diketahui dan dipahami saja tetapi juga membuktikan, membangun kompetensi untuk memecahkan berbagai problem fisika, menekankan pada berbagai prinsip serta sejumlah aplikasi yang berbasis kompetensi yang lengkap.
  • 53. Tabel 2.3 Perbedaan materi universtas dengan materi MTs. Materi Universitas Materi SMP/MTs 1. Koofesien muai linear pada suatu temperatur 1. tidak ada tertentu T dengan mengambil limit T mendekati nol L L α = lim T 1 dL = L dT 2.Kefesien muai volume 2. Langsung  = 3  L L  = lim T 1 dV = V dT Koefesien muai volume adalah 3 kali koefesien muai linear bisa dibuktikan Perhatikan kotak dengan ukuran L1, L2 dan L3. Volume pada temperatur T adalah V=L1 L2 L3 Laju perubahan volume terhadap temperatur adalah dV dL3 dL2 dL1 = + + dT L1 L2 dT L1 L3 dT dT L2 L3 Bila tiap ruas dibagi volume maka 1 dV  = V dT 1 dL3 1 dL2 1 dL1 = + + L3 dT L 2 dT L1 dT Karena tiap suku diruas kanan persamaan diatas sama dengan α maka didapatkan  =3  3. Penulisan nilai koefesien di universitas 3. Penulisan koefesien di menggunakan bilangan pangkat negatif SMP/MTs mengunakan bilangan desimal contoh contoh 2 × 10 -6 0,000024
  • 54. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksprimen dengan bentuk Pre- Experimental Designs menggunakan rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Rancangan One Group Pretest-Posttest Design menggunakan sekelompok subjek yang dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T1) dan pengukuran akhir (T2) (Suryabrata, 2005: 117). Rancangan One Group Pretest-Posttest dapat digambarkan sebagai berikut ini. T1 X T2 Gambar 3.1 Rancangan One Group Pretest-Posttest Design Keterangan : T1 = Tes awal (Pre-test) tentang miskonspsi materi pemuaian zat padat. T2 = Tes akhir (Post-Test) tentang miskonspsi materi pemuaian zat padat. X = Perlakuan yaitu pemberian remediasi dengan cara melakukan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat padat.
  • 55. Perlakuan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri karena pertimbangan model cooperative learning tipe talking stick dalam penelitian ini mimiliki perbedaan dari langkah-langkah asalnya karena sudah dimodivikasi, oleh karena itu penelitilah yang lebih mengetahui tentang cooperative learning tipe talking stick dalam penelitian ini. Sehingga jika perlakuan dilakukan oleh orang lain tujuan dan langkah pembelajarannya tidak sesuai dengan yang diinginkan dalam penelitian. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah 23 orang siswa kelas VII Madrasah Tsanawiah Ikatan Alumni Pendidikan Guru Agama (MTs IKA-PGA) Pontianak tahun ajaran 2010/2011 2. Sampel Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah 18 siswa kelas VII Madrasah Tsanawiah Ikatan Alumni Pendidikan Guru Agama (MTs IKA-PGA) Pontianak tahun ajaran 2010/2011 yang hadir pada saat pre-test. Tiga orang orang tidak hadir pada saat pre-test karena sakit dan dua orang lainnya tanpa keterangan. C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dibagi menjadi dua yaitu, pre-test dan pos-test yang disusun paralel. Instrumen diadaptasi dari kisi-kisi penelitian Juliana (2008) dengan beberapa pengembangan. Instrumen disusun melalui tahapan berikut ini.
  • 56. 1. Validitas Tes Soal tes disusun berdasarkan kurikulum yang digunakan yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006. Validitas tes yang akan digunakan dalam tes ini adalah validitas isi. Validitas isi dapat dilakukan dengan cara berikut. a. Menentukan materi. b. Menentukan indikator c. Menyusun soal pilihan ganda dengan tiga alternatif pilihan d. Memilih panel fisika yang qualified untuk mengevaluasi soal. Penilaian validitas isi dapat dilakukan melalui penilaian panelis (pakar) fisika. Pengembangan prosedur penilaian panelis dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut ini. 4. Pertama, menetapkan skala yang digunakan, yaitu: 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = sedang, 4 = tinggi, dan 5 = sangat tinggi. 5. Kedua, menetapkan kriteria penilaian yang mencakup: (1) kesesuaian materi dengan indikator; (2) kesesuaian indikator dengan soal; (3) kesesuaian materi dengan soal. 6. Ketiga, panelis memberi penilaian berdasarkan skala yang sudah ditetapkan. e. Merangkum hasil evaluasi dengan cara sebagai berikut ini. 1. Menghitung tingkat validitas rata-rata kecocokan materi dengan indikator dari semua panelis.
  • 57. 2. Menghitung tingkat validitas rata-rata kecocokan materi dengan soal dari semua panelis. 3. Menghitung tingkat validitas rata-rata kecocokan indikator dengan soal dari semua panelis. 4. Menghitung tingkat validitas rata-rata poin 1, 2 dan3. 5. Kualitas masing-masing soal didasarkan atas rata-rata hasil penilaian panelis, dengan kriteria 1,00 – 2,33 rendah; 2,34 – 3,66 sedang; 3,67 – 5,00 tinggi (Widhiarso, 2010). Dalam penelitian ini instrumen divalidasi oleh 1 orang dosen pendidika fisika FKIP UNTAN, 1 orang guru fisika MTs IKA – PGA Pontianak dan 1 orang guru fisika MTs Mujahidin Pontianak. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran B-1) diperoleh 4,69, maka berdasarkan aturan ruas jari instrumen yang digunakan memiliki validitas tinggi sehingga dapat digunakan tanpa ada revisi. 2. Reliabilitas Tes Pengujian reliabilitas pada instrumen ini menggunakan internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik Kuder Richadson 20 (KR-20). Untuk soal tes, skor yang dipergunakan dalam instrumen ini adalah skor dikotomi (1 dan 0). Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen dapat dinyatakan dengan rumus KR 20 (Kuder Richardson) sebagai berikut:
  • 58. k  st   pi qi    ri    (k  1)   st 2   ................................ (3.1) Rumus untuk menghitung varians totalnya adalah: 2 Xt St  2 n X t 2 X t  X t  2 2 n ........................................(3.2) Keterangan: ri = reliabilitas tes yang dicari k = banyaknya butir soal Npi = proporsi jumlah siswa yang mendapat skor 1 banyaknyasubjek yang skornya1 pi = n qi = 1 – pi st2 = varians total Xt = jumlah jawaban item yang benar pada setiap subjek n = jumlah responden (Retnosari, Kurniasih dan Ratna, 2010)
  • 59. Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Instrumen Penelitian Nilai Koefisien Tingkat Reliabilitas 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2007 : 216 Uji reliabilitas tes dilaksanakan pada kelas VII MTs Mujahidin Pontianak, karena menurut data dari situs resmi Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah Propinsi Kalimantan Barat (http://www.ban- sm.or.id/provinsi/kalimatan-barat) bahwa MTs Mujahidin Pontianak memiliki akreditasi sama dengan MTs IKA –PGA Pontianak yaitu B. Siswa kelas VII MTs Mujahidin Pontianak yang mengikuti tes sebanyak 21 orang siswa. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tergolong sedang yaitu 0,504 sehingga dapat digunakan untuk tes (Lampiran B-2). D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan a. Melakukan observasi ke sekolah b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal Pre-test dan Post-test
  • 60. c. Menyiapkan perangkat pembelajaran model cooperative learning tipe talking stick. Dengan perangkat sebagai berikut :  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)  Lembar pertanyaan, lembar yang berisikan soal-soal pertanyaan sebanyak 3 soal essay setiap kelompok tentang konsep pemuaian zat padat.  Lembar jawaban yang digunakan untuk meremediasi siswa atau yang digunakan ketua kelompok untuk menjawab pertanyaan.  Tongkat yang digunakan sebagai alat penunjuk giliran kelompok yang akan melakukan diskusi. 2. Tahap Pelaksanaan a. Memberi pretest untuk mengetahui jumlah miskonsepsi tentang pemuaian zat padat. b. Melaksanakan kegiatan remediasi dengan mekakukan pengajaran ulang menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat padat. c. Memberi tes akhir untuk mengetahui penurunan jumlah miskonsepsi siswa tentang pemuaian zat padat 3. Tahap Akhir a. Menganalisis data b. Menarik kesimpulan berdasarkan anallisis data c. Menyusun laporan
  • 61. E. Analisis Data Perubahan jumlah miskonsepsi siswa diperhatikan dalam kegiatan remediasi ini. Remediasi dikatakan efektif apabila terjadi penurunan jumlah miskonsepsi siswa pada materi pemuaian zat padat setelah diberikan remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. Berikut ini langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menganalisis data. 1. Menganalisis hasil siswa pada Pre-test Tabel 3.2: Distribusi Hasil Pre-test Kode Jawaban siswa per soal  No Benar siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 ... 2. Menganalisis jumlah miskonsepsi siswa pada Pre-test Tabel 3.3: Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Pre-test Pilihan Benar Pilihan Salah Miskonsepsi Konsep No Soal (%) (%) (%) Rata-rata persentase miskonsepsi
  • 62. 3. Menganalisis miskonsepsi siswa sesudah diberikan remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick. Tabel 3.4: Distribusi Hasil Post-test Kode Jawaban siswa per soal  No Benar siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 .... Tabel 3.5: Rekapitulasi Miskonsepsi Siswa pada Soal Post-test Pilihan Benar Pilihan Salah Miskonsepsi Konsep No Soal (%) (%) (%) Rata-rata persentase miskonsepsi Tabel 3.6 Persentase Miskonsepsi Siswa Pada Saat Pre-test dan Post-test Jumlah Miskonsesi (%) Penurunan Sebelum Setelah Konsep Nomor soal Miskonsepsi remediasi remediasi (%) (Pre-test) (Post-test) Rata-Rata 4. Untuk mengetahui penurunan yang signifikan pada jumlah miskonsepsi siswa setelah dilaksanakan remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat padat, maka data pre-test dan post-test diolah berdasarkan langkah-langkah berikut ini.
  • 63. 1. Untuk mengetahui apakah data pre-test dan post-test berdistribusi normal atau tidak normal, maka digunakan uji chi-kuadrat. Langkah-langkah uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut: a. Menentukan jumlah jawaban yang benar pada saat Pre-test dan Post-test b. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut ini. 1. Menentukan rumus rata-rata hitung ( x ) Rumus: x  xi n .............................................(3,3) Keterangan: xi = Jumlah jawaban siswa yang benar n = Jumlah siswa 2. Menentukan standar deviasi (SD) Rumus: SD   (x  x ) i 2 n ......................................(3.4) Keterangan: SD = Standar deviasi jawaban yang benar Pre-test x = Mean Jumlah jawaban yang benar Pre-test n = Banyaknya data x i = Data ke i, i = 1,2,3,...,n.
  • 64. 3. Menentukan jumlah kelas interval (k) Rumus: k = 1 + 3,3 log (n)..................................(3.5) 4. Menentukan rentang nilai (R) Rumus: R = Nilai tertinggi – Nilai terendah...................(3.6) 5. Menentukan panjang kelas interval (P) Rumus: R P k ................................................(3.7) 6. Menentukan batas atas dan batas bawah dari tiap-tiap kelas interval 7. Menentukan Z batas kelas Rumus: bk  x Z bataskelas  SD ...............................(3.8) Keterangan: Bk = Batas kelas x = Rata-rata SD = Standar Deviasi 8. Mencari nilai di bawah kurva normal dari Z dengan melihat ”tabel luas di bawah kurva normal dari 0 sampai Z” 9. Menghitung luas tiap kelas interval (L)
  • 65. 10. Menghitung frekuensi pengamatan (oi) 11. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei) dari tiap kelas interval Rumus: L n Ei  100 100 ...........................................(3.9) 12. Menentukan nilai chi kuadrat (χ2) Rumus: (oi  Ei ) 2 k χ  2 i 1 Ei ................................(3.10) 13. Menentukan derajat kebebasan (dk) Rumus: dk = k – 3......................................(3.11) 14. Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Jika χ2 hitung < χ2 tabel, maka kelas berdistribusi normal dan jika sebaliknya maka kelas tidak berdistribusi normal (Arikunto, 1989: 379) 2. Jika data berdistribusi normal maka digunakan Uji-t untuk mengukur penurunan miskonsepsi yang signifikan setelah diberikan remediasi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
  • 66. a. Membuat tabel uji-t Tabel 3.7 Uji - t Jumlah Jumlah Jawaban Jawaban Deviasi Kuadrat Kode benar benar Selisih Perbedaan Deviasi No Siswa Pre-test Post-test (d) (d – Md) (x2d) .. Jumlah b. Mencari selisihnya (d) c. Menentukan mean perbedaan (Md) dengan rumus: Md   d ......................................(3.12) n d. Mencatat deviasi perbedaan dengan mengurangi tiap-tiap perbedaan dengan mean perbedaan e. Mencatat masing-masing deviasi perbedaan f. Mencari jumlah kuadrat deviasi dari perbedaan-perbedaan (  x 2 d ). g. Menghitung nilai t dengan rumus: Md t ................................(3.13)  x2d n(n  1) Keterangan: Md = Mean perbedaan x d 2 = Jumlah kuadrat deviasi n = Jumlah sampel d = selisih
  • 67. h. Menentukan derajat kebebasan (db) dengan rumus: db = n – 1......................................(3.14) i. Menentukan nilai t tabel dari daftar j. Jika t hitung > t tabel maka terdapat penurunan yang signifikan setelah diberikan remediasi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick (Arikunto, 1989:491). 3. Jika salah satu data atau keduanya tidak berdistribusi normal maka untuk mengukur penurunan miskonsepsi yang signifikan setelah diberikan remediasi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick digunakan Uji Wilcoxon, dengan langkah-langkah sebagai berikut ini. a. Menentukan Hipotesis Nol (Ho) Tidak terdapat penurunan iskonsepsi yang signifikan setelah diadakan remediasi menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat padat b. Membuat daftar rank hasil tes sebelum dan sesudah dilakukan remediasi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick pada materi pemuaian zat padat. c. Menentukan tingkat signifikansi Digunakan taraf signifikansi α = 5%, dengan N ≤ 25
  • 68. d. Menentukan nilai Thitung e. Daerah penolakan Jika Zhitung < ZTabel maka Ho ditolak Jika Zhitung ≥ ZTabel maka Ho diterima f. Keputusan hipotesis (Siegal, 1997: 93) 4. Untuk mengetahui efektifitas pemberian remediasi dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick yang diwujudkan dengan hasil belajar siswa dilakukan dengan menghitung Effect Size. Rumus dan kriteria besarnya Effect Size yang digunakan merupakan rumus dari Glass (dalam Sutrisno, 2010) sebagai berikut ini. Efektivitas remediasi ditetapkan dengan menghitung Effect Size M 2  M1 ES  S ......................................(3.15) Keterangan : ES = Effect Size M2 = Mean Jumlah Benar Post-test Siswa Pada Materi Pemuaian Zat Pada M1 = Mean Jumlah Benar Pre-test test Siswa Pada Materi Pemuaian Zat Pada S = Standar Deviasi Jumlah Benar Pre-test Siswa Pada Materi Pemuaian Zat Padat
  • 69. Kriteria besarnya efek size diklasifikasikan sebagai berikut ini. ES  0,2 : tergolong rendah 0,2  ES  0,8 : tergolong sedang ES  0,8 : tergolong tinggi F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Adapun susunan kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 3.8 : Susunan Kegiatan Penelitian No Waktu Kegiatan Kegiatan 1 18 April 2011 Mengadakan Pre-test pada kelas VII MTs IKA – PGA Pontianak 3 19 April 2011 Melaksanakan remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pertemuan pertama pada kelas VII MTs IKA – PGA Pontianak 4 20 April 2011 Melaksanakan remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pertemuan kedua pada kelas VII MTs IKA – PGA Pontianak 5 21 April 2011 Melaksanakan remediasi menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pertemuan ketiga pada kelas VII MTs IKA – PGA Pontianak 6 21 April 2011 Mengadakan Pos-test pada kelas VII MTs IKA – PGA Pontianak
  • 70. DAFTAR REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, Azrul dan Joedo Prihantoro. 1987. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Batam: Binarupa Aksara. Candler, Laura. 2010. Talking Stick Book Discussion. (online). http://lauracandler.com/book/TPT/TalkingStickPrivew.pdf. Diakses 6 Oktober 2010. Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. (online) http://www.scribd.com/doc/38670015/37395273-IPA-terpadu. Diakses 6 Oktober 2010 Fujioka, Kimberly. 1998. The Talking Stick: An American Indian Tradition in the ESL Classroom. (online) http://iteslj.org/Techniques/Fujioka- TalkingStick.html Diakses 6 Oktober 2010 Giancolli, Douglas C. 2001. Fisika. Jilid I Edisi Kelima. (Pentejemah: Dra. Yuhilza Hanum, M. Engg). Jakarta: Erlangga. Ischak, dan Warji. 1987. Program remedial dalam proses belajar mengajar. Yogyakarta: Liberty. Juliana. 2008. Miskonsepsi Siswa Kelas VIII Pada Konsep Pemuaian Zat Padat di SMP Negeri II Pontianak. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). Kanginan, Marthen. 2004. IPA Fisika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Leonie, Citra. 2010. Remediasi Miskonsepsi Siswa Kelas VII B SMP Negeri 11 Pontianak Tentang Pemuaian Zat Padat Melalui Metode Permainan Halma. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi) Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  • 71. Poerwanto, Endang. 2000. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan. Malang: FKIP Universitas Muhammadiyah. Pór, George. 2010. The "Talking Stick" Circle An Ancient Tool For Better Decision Making And Strengthening Community. (online). www.terrapsych.com/Talking%20Stick%20Circle.pdf Diakses 6 Oktober 2010 Rahmawati, Ika. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovatif Learning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang. (online).http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/abstrak1.pdf. Diakses 14 November 2010 Retnosari, Dwi Asih. Kurniasih, Rizky dan Ratna S, Christianti. 2010. Validitas & Reliabilitas Instrumen. (online) www.scribd.com/doc/42844199/Validitas- Dan-Reliabilitas. Diakses 12 januari 2011. Samantri, M, dan Syaodih, 2004, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark Weston, 1982. Fisika Untuk Universitas I. (Penterjemah: Pantur Silaban). Jakarta: Bina Cipta. Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. (Penterjemah: Zanzawi Suyuti dan Landung Simatupang dalam koordinsi Peter Hagul). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sofiawati, Filein. 2010. Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Metode Cooperative Learning Tipe Talking Stick (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kartasura. (online). http://etd.eprints.ums.ac.id/8332/ Diakses 14 November 2010. Sulipan, 2010. Penelitian Eksprimen.(online). http://sekolah.8k.com/rich_text_4.html Diakses 20 November 2010 Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
  • 72. Sutrisno, Leo. 2010. Effect Size. (online). http://www.scribd.com/doc/28025523/Effect-Size Diakses 7 Januari 2011. Sutrisno, Leo. Heri Kresnadi dan Kartono. 2007. Bahan Ajar Untuk Pengembangan pembelajaran IPA SD. Pontianak: LPPJ PGSD. Tipler, P. A. 2005. Fisika Untuk Sains dan Teknik. (Penterjemah: Dra. Lea Prasetio, M.Sc dan Rahmad W. Adi, Ph.D). Jakarta: Erlangga. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka. Widhiarso, Wahyu. 2010. Validitas Isi. (online). http://www.docstoc.com/docs/43532158/Validitas-Isi Diakses 12 Januari 2011